Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 -...

61
1. Tomy Nanda Beberapa waktu yang lalu saya hendak membeli monitor komputer baru karena monitor koputer yang lama sudah "tidak nyaman" untuk digunakan. Namun setelah bertanya kesana-kesini ternyata budget yang saya miliki kurang untuk membeli monitor baru (kurang 200ribu) yang saya inginkan dengan pertimbangan orang tua saya tidak akan memberikan uang tambahan untuk kekurangan uang tersebut. Akhirnya saya menjual monitor lama dengan harapan uang hasil penjualan monitor yang lama tersebut mampu memenuhi kekurangan uang untuk membeli monitor baru. Calon pembeli pertama pun datang, harga yang saya inginkan adalah 200ribu dan saya menawarkan monitor tersebut dengan harga 300ribu dengan harapan setelah tawar-menawar akan tercapai kesepakatan harga 200ribu pada akhirnya. Calon pembeli pertama meminta langsung meminta harga 170ribu, sayapun menolaknya karena logikanya dengan penawaran pertama di bawah harga yang saya inginkan tidak akan tercapai kesepakatan harga 200ribu. Kemudian pembeli kedua datang dan bertanya berapa harga yang saya tawarkan untuk sebuah monitor tersebut, lalu saya beritahukan bahwa penawaran pertama saya adalah 300ribu. Dia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian saya berargumen bahwa monitor yang saya milki tersebut belum pernah mengalami kerusakan dan sistem pengaturan brightness dan sebagainya sudah digital. Kemudian dia meminta saya menurunkan tawaran menjadi 200ribu. Lalu dia bertanya lagi kenapa dia harus membelinya dengan harga 200ribu, saya mencoba meyakinkannya dengan mengatakan bahwa monitor tersebut masih dalam keadaan prima, keputusan saya menjualnya karena saya menginginkan tampilan yang lebih baik untuk beberapa game yang membutuhkan grafis dan monitor yang dirokemendasikan Selain itu saya mencoba memberitahukan keuntungan opsi yang saya tawarkan dengan mengatakan bahwa dengan membeli monitor saya ini denga harga yang lebih murah dari harga yang toko-totko komputer tawarkan dia dapat menambah koleksi monitornya karena saya tahu dia berencana membuka usaha rental komputer atau warung internet. Lalu dia pun menyetujui tawaran yang saya tawarkan bahkan bersedia menambah kekurangan uang yang saya butuhkan untuk membeli monitor baru. Negosiasi di atas saya menggunakan strategi mengutarakan keuntungan opsi yang saya tawarkan bagi lawan negosiasi. Kemudian strategi yang lain ialah denagn memanfaatkan apa yang sangat diinginkan lawan negosiasi yang berhubungan dengan tawaran yang kita tawarkan. 2. RIZKI NUR FAUZIA Pengalaman negosiasi dalam minggu ini adalah mengenai dua event yang terjadi pada waktu yang sama masih dalam suasana khusuk idul Fitri. Kebimbangan memilih adalah persoalan klise yang dihadapi. Apalagi dua- duanya adalah even besar yang sayang untuk dilewatkan. Permasalahan yang muncul adalah, pertama, saya sudah membuat rencana dengan teman-teman satu angkatan untuk bersilaturahmi ke guru-guru SMA (tradisi setiap tahun) pada

Transcript of Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 -...

Page 1: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

1. Tomy NandaBeberapa waktu yang lalu saya hendak membeli monitor komputer baru karena monitor koputer yang lama sudah "tidak nyaman" untuk digunakan. Namun setelah bertanya kesana-kesini ternyata budget yang saya miliki kurang untuk membeli monitor baru (kurang 200ribu) yang saya inginkan dengan pertimbangan orang tua saya tidak akan memberikan uang tambahan untuk kekurangan uang tersebut. Akhirnya saya menjual monitor lama dengan harapan uang hasil penjualan monitor yang lama tersebut mampu memenuhi kekurangan uang untuk membeli monitor baru. Calon pembeli pertama pun datang, harga yang saya inginkan adalah 200ribu dan saya menawarkan monitor tersebut dengan harga 300ribu dengan harapan setelah tawar-menawar akan tercapai kesepakatan harga 200ribu pada akhirnya. Calon pembeli pertama meminta langsung meminta harga 170ribu, sayapun menolaknya karena logikanya dengan penawaran pertama di bawah harga yang saya inginkan tidak akan tercapai kesepakatan harga 200ribu. Kemudian pembeli kedua datang dan bertanya berapa harga yang saya tawarkan untuk sebuah monitor tersebut, lalu saya beritahukan bahwa penawaran pertama saya adalah 300ribu. Dia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian saya berargumen bahwa monitor yang saya milki tersebut belum pernah mengalami kerusakan dan sistem pengaturan brightness dan sebagainya sudah digital. Kemudian dia meminta saya menurunkan tawaran menjadi 200ribu. Lalu dia bertanya lagi kenapa dia harus membelinya dengan harga 200ribu, saya mencoba meyakinkannya dengan mengatakan bahwa monitor tersebut masih dalam keadaan prima, keputusan saya menjualnya karena saya menginginkan tampilan yang lebih baik untuk beberapa game yang membutuhkan grafis dan monitor yang dirokemendasikan Selain itu saya mencoba memberitahukan keuntungan opsi yang saya tawarkan dengan mengatakan bahwa dengan membeli monitor saya ini denga harga yang lebih murah dari harga yang toko-totko komputer tawarkan dia dapat menambah koleksi monitornya karena saya tahu dia berencana membuka usaha rental komputer atau warung internet. Lalu dia pun menyetujui tawaran yang saya tawarkan bahkan bersedia menambah kekurangan uang yang saya butuhkan untuk membeli monitor baru.

Negosiasi di atas saya menggunakan strategi mengutarakan keuntungan opsi yang saya tawarkan bagi lawan negosiasi. Kemudian strategi yang lain ialah denagn memanfaatkan apa yang sangat diinginkan lawan negosiasi yang berhubungan dengan tawaran yang kita tawarkan.

2. RIZKI NUR FAUZIA Pengalaman negosiasi dalam minggu ini adalah mengenai dua event yang terjadi pada waktu yang sama masih dalam suasana khusuk idul Fitri. Kebimbangan memilih adalah persoalan klise yang dihadapi. Apalagi dua-duanya adalah even besar yang sayang untuk dilewatkan. Permasalahan yang muncul adalah, pertama, saya sudah membuat rencana dengan teman-teman satu angkatan untuk bersilaturahmi ke guru-guru SMA (tradisi setiap tahun) pada H+3, Sabtu 4 Oktober 2008. Di hari yang sama, keluarga besar saya akan mengadakan reuni dan halal bihalal keluaga. Selanjutnya, ibu menginginkan saya untuk menemaninya karena bapak tidak akan mengikuti acara reuni keluarga sampai selesai karena rombongan muridnya akan datang bersilaturahmi ke rumah dan takut mengecewakan jika rumah dalam kosong.

Karena bimbang untuk memilih, saya meminta saran dari ibu. Seperti biasa, kesimpulannya ibu tidak memaksa dan menyarankan agar saya memilih mana yang paling nyaman dan tidak merugikan untuk dijalani. Bagi saya, itu cukup melegakan karena posisi ibu lebih lunak. Di pihak saya, saya berpikir kepentingan semula saya tetap bersilaturahmi ke guru-guru SMA dengan teman-teman merupakan hal yang paling nyaman dan mengasikkan. Namun, setelah dipikirkan kembali, ternyata reuni keluarga mempunyai bobot urgensi yang lebih tinggi. Apalagi reuni keluarga besar--yang memepertemukan ribuan orang dari generasi ke generasi, diadakan dua tahun sekali.

Akhirnya, saya muncul dengan ide bahwa saya akan tetap menemani ibu ke reuni keluarga pada pagi sampai siang hari. Dan setelah jam dua belas (setelah lunch), saya meminta teman yang sebelumnya saya tebengin, untuk menjemput saya di tengah-tengah kota. Kebetulan reuni keluarga itu bertempat di dekat aloon-aloon kota. Jadi berada di tengah-tengah rute perjalanan ke rumah guru-guru. Dan biasanya, pada jam segitu teman-teman sedang istirahat dan sholat Dhuhur di mesjid terdekat. Jadi, mereka mau menunggu sekaligus istirahat. Biasanya silaturahmi ke guru SMA akan berjalan sampai sore hari (Maghrib).

Untungnya, teman saya bersedia, karena memang dia butuh teman untuk dibonceng, dan sebagai kompensasi untuk mau menjemut, saya tawarkan untuk bergabung dalam sesi makan siang di reuni keluarga. Dia pun bersedia dan bahagia dapat makan enak. Hehe=)

Analisis:Saya melakukan dua tahap negosiasi: pertama, dengan ibu. Posisinya: ditemani dalam reuni keluarga. Kepentingan ibu : ada keluarga yang mendampingi, menggantikan posisi bapak yang tidak bisa hadir penuh, bertemu dengan keluarga-keluarga yang lain,dll. Posisi saya: ikut silaturahmi ke guru SMA dan hadir dalam reuni keluarga. Kepentingan saya : silaturahmi dengan teman-teman dan guru-guru SMA, kebersamaan yang nyaman dan akrab, saling bercerita dan berbagi

Page 2: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

pengalaman untuk mengetahui perkembangan terbaru teman-teman SMA [] namun, tidak kehilangan momentum bertemu dengan keluarga-keluarga, baik dekat maupun jauh,

Ketika bernegosiasi dengan ibu, posisi beliau agak lunak, sehingga saya bisa fokus ke dua kepentingan saya tanpa tertekan. Hal ini bisa saya lakukan, karena saya listening well tentang apa posisi dan kepentingan ibu, kemudian saya me-reframe dan me-rephrase dengan suatu usulan, dengan taktik bridging bahwa saya akan tetap menemani mama sampai menjelang akhir acara, kemudian selanjutnya saya meneruskan perjalanan silaturahmi ke guru-guru SMA.

Negosiasi kedua, saya lakukan dengan teman saya. Saya menego dia untuk menjemput saya. Posisi saya: dijemput di tempat reuni. Kepentingan: silaturahmi ke guru-guru, bermaafan langsung dengan teman-teman SMA, temu kangen, dll. Posisi teman: saya ikut dalam rombongan silaturahmi dengan teman-teman. kepentingan: ada teman yang dibonceng. Agar mau menjemput di tempat reuni, saya menggunakan taktik kompensasi non-spesifik, yaitu berupa sajian makan siang di tempat reuni. Dia menyukainya karena biasanya dia hobi makan.

3. Lulu Qurratu Aini / 21952 Pada hari pertama Lebaran, saya dan keluarga pergi ke Bandung. Orang tua saya ingin sampai hari Minggu kita disana. Namun saya menolak. Di awal saya menyatakan keberatan saya, ibu saya tidak mau mendengarkan. Dan saya piker pun ya sudah, toh liburan ini. Namun setelah saya berpikir lagi, semakin saya yakin saya tidak mungkin sampai hari Minggu di Bandung. Lalu saya mencoba menjelaskan sama orang tua saya, saya tidak suka berlama-lama di rumah orang walaupun itu di rumah saudara sendiri, saya juga hanya membawa baju sedikit, ingin mengerjakan tugas yang menumpuk dan ingin kumpul bersama teman-teman saya disana.

Memang ibu saya memiliki alasan yang jelas untuk pulang hari Minggu karena akan ada reuni dengan teman-teman SMP dan SMAnya sehingga tidak mungkin untuk pulang. Perdebatan kami berlangsung cukup lama karena tidak satupun dari kami yang bersedia mengalah. Dan akhirnya saya bilang kalau saya akan pulang bersama uwa saja yang kebetulan satu kota dengan saya dan sedang di Bandung juga, tidak apa-apa saya di rumah sendiri. Meskipun pada awalnya ibu saya menolak karena alasan khawatir namun akhirnya saya diizinkan dan dengan syarat ketika orangtua saya pulang, rumah harus sudah rapih dan bersih. Tanaman disiram, ikan-ikan dikasi makan, dan masih banyak pekerjaan rumah yang lain.

Isunya adalah waktu pulang dari Bandung. Kepentingan ibu saya adalah dapat menghadiri reuni dan kepentingan saya adalah kumpul bersama teman-teman. Di sini saya contending dengan menggunakan cara annoying, karena terus merengek minta pulang cepat. Dan keinginan sayapun jelas tercapai tanpa diundur satu haripun sehingga saya mencapai demand saya meskipun dengan syarat. Dan ini pun merupakan problem solving karena kedua pihak mendapatkan keinginannya

4. Septyanto GalanSelama libur lebaran, ikatan alumni SMA saya mengadakan suatu rapat berkaitan dengan reuni akbar yang akan diselenggarakan sehubungan dengan ulang tahun emas SMA saya tersebut.

Situasi lain yang juga terjadi selama libur lebaran ini adalah ulang tahun salah satu teman dekat saya, dan saya ingin memberikan kado ulang tahun.

Teman saya yang menjabat sebagai ketua angkatan 2007 (angkatan lulus saya), tidak memiliki sarana transpotasi untuk datang ke rapat angkatan tersebut. Dia meminta saya untuk mengantarnya. Sebenarnya saya tidak keberatan, akan tetapi waktu yang dimintanya bersamaan dengan waktu luang saya untuk mencari kado ulang tahun teman saya tadi. Setelah itu, saya bisa dikatakan tidak memiliki waktu luang. Saya memberikan usul, bagaimana kalau sebagai ganti ”jemputan” saya, dia harus menemani saya mencari kado untuk teman dekat saya tadi (kebetulan dua-duanya perempuan). Ternyata dia setuju, dan 1 negosiasi telah berhasil saya lalui dengan kepuasan di dua pihak.

Pada kasus tadi, saya dan teman saya berorientasi kepada kepentingan masing-masing. Saya ingin mencari / membeli kado bagi teman saya yang berulang tahun, sementara teman saya ingin diantar ke rapat angkatan. Kemudian saya mengusulkan kepada dia untuk membantu saya mencari kado sebagai kompensasi spesifik, atas antar-jemput yang saya lakukan. Hasil yang dicapai win-win yang memuaskan dua pihak, dan strategi yang dipakai adalah problem solving.

5. Ari WardanaTV Rusak

Page 3: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

Sudah beberapa bulan TV di kamar kakak saya rusak. Melihat hal tersebut saya mencoba berbicara kepada kakak agar memperbaiki TV tersebut. Menurut saya agar TV tersebut dapat dipakai kembali kalaupun hendak dijual harganya pasti lebih baik daripada dalam keadaan rusak. Awalnya kakak menolak dengan alasan biaya memperbaiki TV tidak terlampau jauh dengan membeli TV baru. Saya mencoba berargumen kembali, buat apa menyimpan TV rusak, kan hanya memenuhi ruangan. Kakak saya juga membalas argumen saya, TV rusak juga masih ada yang mau membeli. Lalu saya bertanya kepadanya, kapan orang yang mau membeli TV rusak itu datang, buat apa menunggu sesuatu yang tidak pasti. Mendengar pertanyaan saya tadi kakak saya tidak dapat menjawab dan akhirnya ia mau memperbaiki TV tersebut. Memang ada kalanya kita harus cotending untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.

6. Arief Rizki BahtiarSaya dalam posisi untuk membeli sebuah HP karena HP saya sudah tua dan mulai sering rusak sehingga membutuhkan biaya servis yang tidak sedikit. Kepentingan saya adalah mobilitas saya tidak terganggu karena kegiatan kuliah akan segera dimulai lagi. Oleh karena itu, saya bermaksud meminta izin untuk membeli sebuah HP terbaru kepada orang tua saya, tetapi menggunakan uang saya sendiri. Namun, rencana itu ditolak karena salah seorang anggota keluarga saya juga baru saja membeli HP dengan harga yang cukup tinggi. Orang tua saya beralasan, walaupun menggunakan uang sendiri, alangkah bermanfaat jika uang tersebut digunakan untuk kepentingan lain yang lebih berguna seperti membiayai les bahasa asing saya.

Akhirnya, kami bernegosiasi dan mencari solusi terbaik bagi saya dan orang tua. Kebetulan, ibu saya menggunakan dua nomor dan salah satu nomor akan ditutup dengan alasan efisiensi biaya. Saya mengajukan usul agar salah satu HP tersebut saya gunakan untuk kepentingan kuliah dan uang saya miliki digunakan untuk membayar biaya les bulan ini. Alasan tersebut disetujui. Saya terpuaskan karena mobilitas saya tidak terganggu dan orang tua saya merasa uang yang ada disalurkan ke pos belanja yang lebih bermanfaat.

7. M Aditya Pada libur lebaran ini, saya dan teman-teman seperkumpulan SMP saya merencanakan untuk bermain futsal di Futsal City yang terletak tak terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Bermain futsal dipilih karena kami berpikir acara makan bareng atau mengadakan suatu acara di rumah salah seorang teman sudah terlalu sering dilakukan, jadi kami memutuskan untuk bermain futsal pada hari Kamis malam.

Masalah muncul ketika semua teman-teman sudah berkumpul, rupanya ada seorang teman (sebut saja X) yang memberi kabar bahwa dia tidak bisa ikut. Meskipun kami bisa tetap bermain tanpa dia-yang tidak bisa datang-, kami menganggap bahwa acara ini harus bisa dikuti oleh semua orang (teman-teman seperkumpulan). Kemudian salah seorang teman yang merasa kesal memaksa X untuk dapat hadir dan ditunggu dalam 15 menit dan disertai ancaman jika tidak hadir.

Namun, saya berusaha untuk menghubunginya dan menanyakan alasan kenapa dia tidak bisa ikut. Setelah bicara baik-baik, saya akhirnya tahu alasan ia tidak bisa ikut, selain karena saat itu sedang ada di rumah saudaranya, rupanya ia sedang tidak punya uang untuk patungan menyewa lapangan bermain. Akhirnya saya menanyakan berapa uang yang ia punya dan saya menawarkan sebagian dari uang yang harus dia bayarkan saya tanggung. Dengan usul seperti itu, ia bisa ikut dan langsung menuju lokasi bermain dari rumah saudaranya, karena memang tidak terlalu jauh dari sana. Akhirnya kami semua bisa bermain lengkap tanpa harus merugikan banyak pihak.

Dalam negosiasi kali ini, saya dan teman saya memainkan peran Bad Cop dan Good Cop tanpa rencana. Dengan peran Bad Cop, teman saya menekan X untuk dapat menuruti keinginannya. Namun, dengan cara seperti itu, X tetap bersikeras dan tidak merubah pendiriannya. Setelah itu saya sebagai Good Cop, berusaha untuk dapat memahami dan menanyakan masalah apa yang sedang dihadapinya dan akhirnya ia bisa cerita dan mau ikut bermain

8. Hafiz ImandaruPerjalanan Ke Bogor

Setelah orang tua saya datang ke Yogya untuk mudik, saya ingin ikut kembali pulang ke bogor untuk bersilaturahmi dengan keluarga dan teman-teman saya disana. Akhirnya saya pun diijinkan ikut untuk pulang ke Bogor walaupun dengan kendaraan yang penuh sesak. Pada umumnya, perjalanan saya dari Yogya ke Bogor cukup lancar, malah kalau dibilang seperti bukan musim mudik, sangat lancar. Setelah saya sampai di jalan tol Cikampek KM 65, tiba-tiba mobil saya berhenti di bahu jalan. Ayah saya, dan saudara saya melihat ke bagian mesin ternyata mesin kendaraan saya jebol dan sudah tidak mungkin lagi melanjutkan perjalanan sampai bogor. Padahal ketika kendaraan tersebut dipakai maraton Bogor-Jogja-Surabaya-Jogja tidak ada masalah berarti. Setelah mengetahui kondisin kendaraan yang seperti itu, saya memanggil mobil

Page 4: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

derek jalan tol. Pada awalnya ayah saya hanya ingin menderek sampai keluar tol, tetapi daripada pusing lagi mencari bengkel, saya mengusulkan untuk diderek sampai bogor. Lalu saya berbicara dengan petugas Derek tersebut. Dalam bayangan saya, jasa Derek tersebut tidak lebih dari 1,5 juta. Lalu saya menanyakan biaya jasa derek tersebut sampai bogor. Pada awalnya petugas tersebut meminta biaya sebesar 1,25 juta. Setelah tawar menawar akhirnya sepakat 1,1 juta. Itu pun harusnya 1 juta, tetapi karena ada petugas lain yang datang, naik 100 rb.

Berdasarkan cerita di atas, isunya adalah menggunakan jasa derek. Posisi saya mogok, posisi petugas mencari obyekan. Kepentingan saya, menggunakan jasa derek dengan sehemat-hematnya, sedangkan kepentingan petugas adalah tidak nombok. Demand saya adalah menggunakan jasa dereka tidak lebih dari 1 juta. Demand petugas adalah lebih dari 1 juta. Limit saya pada awalnya tidak lebih dari 1,5 juta, tetapi menjadi 1,25 juta. Limit petugas adalah tidak kurang dari 1 juta. Goal saya dan petugas bertemu di angka 1,1 juta rupiah.

9. Ridho PrasetyoMengajak teman kumpul bareng

Tidak seperti lebaran tahun lalu dimana saya berlebaran di Purwokerto, tahun ini saya mudik ke kampung halaman ke-2 saya yakni di kota Tanah Grogot, Kal-Tim. Rasa rindu akan teman-teman dan suasana lebaran disana membuat saya ingin melakukan banyak hal, salah satu yang paling saya prioritaskan adalah sowan/silaturahmi ke rumah guru-guru SMP saya bersama teman-teman.

Mengumpulkan teman2 memang tidak begitu sulit, tapi kalau mengerjakan semuanya sendirian ya kelabakan juga pikir saya ketika itu. Untunglah sehari sebelum lebaran, Ainur sohib akrab saya berpikiran sama. Jadilah kami menghubungi teman-teman yang lain untuk kumpul bareng dirumah salah satu teman pada hari lebaran ke-2, 2 oktober 2008 jam 9.00 Wita, untuk kemudian sowan bareng ke tempat guru-guru SMP. Di hari H, sampai pukul 10.00 baru ada sekitar 7 anak yg kumpul. padahal malam sebelumnya saya sudah banyak nge-sms. kami pun mennunggu lagi sampai kira2 jam 11.00 siang tapi belum jg ada tambahan teman yang datang. Ada seorang sohib dekat saya yang lain yang belum datang juga. Namanya Hidayat, padahal saya begitu mengharapkan kehadirannya. so sebelum pada akhirnya kami mmutuskn untuk berangkat, saya menelpon dia dengan maksud segera menyusul ketempat kami kumpul. di saat yang sama ternyata dia sedang berada dirumah pamannya untuk bersilaturahmi keluarga dan mengatakan titip salam aja buat guru-guru. hmm...klo gak ada dia gk seru nih batin saya. so saya mencoba meng-convince dia untuk tetap ikut dengan mengatakan bahwa teman2 yang lain sudah kumpul, mumpung saya pulang ke/ ada di Grogot, saya cuma seminggu di gogot karena minggu depan sudah harus balik ke jogja jadinya kapan lagi ada waktu kayak gini, karena belum tentu tahun depan saya mudik lagi, "please....ayolah Yat, lagian aku tahu biasanya kamu kan jarang ke tempat guru2 klo gak bareng aku...dan lihat sekarang dah jam berapa....kalo kesiangan, entar guru2 dah pada tidur siang..." begitu kira2 rengekan saya. tidak lama dia pun meng-iyakan dan kami pun pergi bersama-sama...Yes !!

Dalam negosiasi ini saya melakukan strategi Contending/menyerang dengan menggunakan taktik persuasive arguments dan time pressure. dan ternyata berhasil. Saya win, tapi dia juga tidak sepenuhnya lose karena apa yang saya dapatkan yakni bertemu dia untuk sowan bareng, juga merupakan sebagian interestnya walau harus mengorbankan kumpul bareng pamannya.

10. Sandra Dewi AHari selasa kemarin saya janjian nonton sama teman-teman saya. Awalnya kami janjian untuk nonton film A siang hari. Kondisinya saya masih berada di Surabaya dan berencana pulang pagi. Tapi ternyata ada halangan dan saya baru bisa sampai di Malang sore hari. Akhirnya saya bilang bagaimana kalau nontonnya besoknya saja. Tapi beberapa bilang tidak bisa karena mereka ada rapat panitia retret, dan mereka mengajak lusanya saja, padahal lusanya saya sudah balik ke Jogja. Akhirnya saya bilang bagaimana kalo sore saja, karena kesempatan kami bertemu tinggal hari itu. Tapi ternyata tiket film A untuk malam hari sudah habis, pilihannya kalau nonton sore yaitu film B. Sebagian besar tetap mau nonton, tapi ada tidak mau. Karena hari itu saya ultah, jadi saya bilang makan2nya habis nonton aja, sehingga mereka semua akhirnya ikut nonton juga. Akhirnya kami nonton film B malam hari.

Analisis:

Posisi saya yaitu ingin acara nontonnya diundur. Posisi awal teman-teman saya yaitu ingin nonton film A siang hari. Kepentingan saya yaitu bisa bertemu teman2 saya sepulang saya dari Surabaya. Kepentingan teman2 saya yaitu nonton dan dapat berkumpul bersama sebelum saya kembali ke Jogja. Taktik yang digunakan yaitu bridging yaitu menjembatani 2 kepentingan. Demand saya adalah nonton keesokan harinya, sedangkan demand teman2 saya nonton lusanya. Limit kami

Page 5: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

sama yang sekaligus menjadi goal kami yaitu malam harinya. Untuk kasus terakhir digunakan persuasi untuk membujuk agar semua mau tetap nonton.

11. Nara IndraSaat liburan Lebaran lalu, kebetulan saya ngobrol dengan Ibu mengenai kesibukan di kampus selama ini. Saya menceritakan semua aktivitas saya termasuk rencana penyelenggaraan Makrab HI ‘08 dimana sebagai sie perkap saya harus mengikuti survey ke tempat acara di daerah Kulonprogo. Mendengar itu, Ibu tak menyetujui keikutsertaan saya baik dalam survey maupun pelaksanaan di hari H dengan alasan jalan yang ditempuh berbahaya dan saya dianggap belum mengenal medannya, ditambah lagi Ibu memiliki “trauma pribadi” dengan jalanan antarpropinsi. Sementara saya tetap harus mengikuti survey karena selain untuk mengetahui keadaan medan agar dapat merencanakan pembagian kerja dengan baik, kebetulan sie perkap sudah kekurangan tenaga dan mendapatkan berbagai cobaan lain sehingga kinerjanya sangat terganggu.

Kebetulan watak saya dan Ibu sama-sama keras sehingga di awal perundingan saya memilih untuk bersikap inaction terlebih dahulu demi melihat situasinya. Saya menganggap bahwa situasi seperti ini membutuhkan semacam morale flexibility untuk menjaga negosiasi tetap berjalan, selain untuk menunjukkan iktikad baik dari pihak saya dalam mengakomodir tuntutan-tuntutan dari pihak Ibu. Setelah itu saya mulai berargumen mengenai pentingnya saya mengikuti kegiatan ini (bukan sok penting!!), berbagai kendala yang dihadapi oleh sie perkap serta meyakinkan Ibu bahwa traumanya itu sama sekali tak beralasan. Di sini saya berusaha untuk meyakinkan bahwa pandangan-pandangan Ibu salah tanpa mengesankan bahwa pandangan saya yang benar (agar Ibu tak merasa kalah), karena kita selalu benar apabila mampu meyakinkan bahwa pandangan pihak yang lain salah meski pandangan kita belum tentu benar. Setelah itu perundingan sama-sama kami arahkan menuju ke problem-solving untuk mencari penyelesaian. Pada tahap ini kami masing-masing berusaha untuk melihat masalah secara lebih komprehensif lagi dengan mempertimbangkan berbagai segi sambil menjajaki kemungkinan untuk mempertemukan pandangan-pandangan tadi.

Ibu mengusulkan agar saya hanya membawa motor saaat pelaksanaan di hari H sedangkan Saya mengajukan usul agar dapat megikuti kedua-duanya dengan catatan saat survey saya ke sana membawa motor sendiri dan berangkat dalam rombongan besar sehingga resiko dapat diminimalisir, sedangkan saat hari H saya tetap membawa motor sendiri karena di sana sangat memerlukan mobilitas. Akhirnya Ibu setuju saya mengikuti survey dengan catatan saat survey saya membonceng dulu pada teman yang sudah mengenal medan sehingga lebih aman, lalu pada saat hari H saya diijinkan membawa motor sendiri dengan asumsi bahwa saya sudah mengenal medannya. Kesimpulannya, dengan perpaduan teknik inaction, kompromi dan problem solving kami dapat mencapai win-win solution.

12. Assed Lussak Beberapa hari sebelum Lebaran, keluarga kami mengalami kebingungan dalam mengunjungi sanak saudara. Ibu bersepakat dengan Kakak bahwa kami cukup mengunjungi saudara-saudara yang usianya lebih tua dibanding Ibu. Apalagi Ibu beranggapan bahwa apabila mengunjungi semuanya, akan membuat kondisi badan sangat lelah. Selain itu, Adik dan Kakak ternyata juga memiliki kesepakatan untuk mengunjungi Ayah, sedangkan saya berpendapat bahwa kami tidak perlu mengunjungi Ayah. Saya juga menyatakan bahwa kita perlu mengunjungi beberapa saudara yang lebih muda karena rumah-rumah mereka berdekatan dengan saudara-saudara tua lainnya. Kami kemudian melakukan negosiasi around the table untuk dapat langsung merundingkan semua usulan. Kami membicarakan kepentingan masing-masing pihak serta alasan yang melatarbelakanginya. Taktik campuran kompensasi spesifik dan bridging pun kemudian saya gunakan untuk menjembatani banyak kepentingan, keterbatasan waktu Lebaran, serta hubungan kekeluargaan yang harus selalu dijaga. Akhirnya, kami sekeluarga mengunjungi seluruh tujuan yang diusulkan masing-masing pihak, namun dengan pengaturan waktu dan giliran kunjungan tertentu sehingga kerugian tiap pihak mampu ditekan seminimal mungkin.

13. Komang Ratih TunjungsariSabtu tanggal 28 September 2008, kemarin, pacar saya, Angga, mengajak saya pergi untuk menemaninya membeli baju. Itu merupakan hari pertama kami bertemu, dan keesokan harinya, Angga harus ke luar kota untuk berlibur dengan keluarganya selama 3 hari sebelum balik ke Surabaya tanggal 4 Oktober 2008. Namun, pada saat itu, saya ingin di rumah saja menonton film. Apalagi, film yang saya tonton dijadikan tugas, sehingga saya harus menonton film dan mengerjakan tugas kuliah saya yang (menurut saya) banyak, sambil menjalankan perintah orang tua untuk menjaga rumah. Setelah itu, saya menawarkan Angga untuk pergi membeli baju setelah Angga datang dari luar kota. Saya pikir, dengan begitu Angga bisa pergi bersama saya seharian dan saya juga tidak ada beban untuk pergi dengannya karena tugas saya sudah selesai Tetapi Angga menolak, karena menurutnya 3 hari kelamaan dan dia ingin bertemu dan makan malam berdua dengan saya

Page 6: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

setelah lama tidak bertemu. Dia pun menawarkan untuk pergi menemaninya, dan menyuruh saya untuk mengerjakan tugas saya nanti saja setelah menemaninya pergi membeli baju dan makan malam bersama. Dan tawaran tersebut saya tolak, karena saya tidak berani melanggar perintah orang tua saya dan saya sudah berjanji kepada mereka.

Karena solusi pertama belum disepakati, Angga menawarkan alternatif lain. Bagaimana kalau pergi membeli bajunya di hari lain saja setelah Angga datang dari acara keluarga, dan hari Sabtu ini, Angga ke rumah saya dan saya yang disuruh membuat hidangan makan malam untuknya, sehingga keinginannya untuk makan malam bersama bisa terpenuhi. Tawaran membuatkan hidangan santap malam saya tolak halus, dengan alasan waktu saya dan dia akan terbuang karena setelah menonton film saya harus membuat tugas ini, apalagi waktu sewa filmnya akan segera habis, kalau habis, saya bisa kena denda. Dan kemudian saya ajukan tawaran lain untuk membelikannya hidangan santap malam di dekat rumah saya saja, sehingga, kami bisa menonton film berdua sambil makan malam bersama dengan harapan, Angga mau membantu saya mengingat kejadian penting yang ada di film. Setelah menonton film dan makan malam bersama, saya akan membuat tugas dan Angga saya suruh ikut membantu saya membuat tugas daripada diam, jadi lebih baik dia saya suruh untuk ikut membantu saya membuat tugas karena saya sudah mau membelikannya makanan untuk makan malam bersama. Daripada tidak dapat bertemu saya sama sekali, akhirnya Angga memilih opsi terakhir untuk datang ke rumah saya, dan menemani saya menonton film sambil makan malam bersama dan kemudian ia akan membantu mengingat kejadian-kejadian yang ada di film tersebut. Dan saya lebih memilih untuk membelikan Angga makanan di dekat rumah, daripada waktu saya membuat tugas dan bertemu dengannya menjadi terbuang ditambah lagi, dengan harapan dia mau bekerjasama untuk membantu saya mengerjakan tugas. Dan saya berjanji kepadanya untuk segera menyelesaikan tugas-tugas saya sebelum dia kembali dari luar kota, sehingga kami bisa berlibur bersama nantinya.

Konteks: hubungan masa depan tetap baik. Isu yang dibicarakan pada saat itu adalah ingin di rumah saja, ingin pergi membeli baju, menjaga rumah, menonton film, membuat tugas, bertemu berdua, makan malam bersama. Strategi dan gaya bernegosiasi: saya berusaha untuk berkolaborasi dalam negosiasi tersebut, walaupun sempat menggunakan alasan-alasan yang mengarah ke cara contending, demi tercapainya kepentingan saya, tetapi saya berusaha sekali menawarkan solusi agar kepentingan kami dapat tercapai semuanya (problem solving). Posisi saya: ingin di rumah saja. Posisi Angga: ingin pergi membeli baju.Kepentingan saya: menjaga rumah, menonton film dan membuat tugas. Kepentingan Angga: bertemu berdua dengan saya, makan malam bersama. Pertama kali menawarkan solusi, saya sudah mencoba problem solving dengan cara expanding the pie (pergi dengan Angga setelah dia datang dari luar kota), namun solusi tersebut ditolak oleh Angga. Kemudian Angga juga sempat mengajukan solusi, saya tolak dengan menggunakan persuasive arguments. Kemudian saya menagajukan cost cutting untuk membelikannya makanan agar kepentingan saya untuk membuat tugas dapat terpenuhi dan dia mau membantu saya untuk mengerjakan tugas saya bisa tercapai. Dan saya mencoba melakukan teknik bridging untuk kepentingan Angga yang ingin makan malam bersama dan menghabiskan waktu berdua dengan saya menjadi menonton film bersama sambil makan malam.

14. Fariz GhadatiSenin malam saya menelepon teman SMA saya yang kebetulan kuliah di Jogja juga dan tetapi ia sedang mudik lebaran ke Medan. Saya meneleponnya untuk memintanya membawakan bika ambon empat kotak (sebenarnya saya cuma butuh satu kotak saja buat ibu kos) tetapi saya juga lagi ingin menikmati bika ambon dan juga ingin memberikan teman-teman saya. Mengenai biaya, saya akan menggantinya setelah ia sampai di Jogja lagi. Namun ia agak sedikit keberatan karena dia merasakan akan repot karena dia telah membawa barang yang banyak. Saya mencoba mengalihkan pembicaraan dan saya mencoba mencari tahu apa hal yang sedang diinginkannya saat ini sebagai bahan negosiasi saya selanjutnya. Ternyata saya menangkap dan menyimpulkan bahwa dia lagi pengen sandal. Kemudian saya menawarkan akan membelikannya sandal kalau ia sudah di Jogja karena saya tahu dimana toko sandal yang bagus dan murah di Jogja asalkan ia mau membawakan saya bika ambon tersebut. Dia setuju tapi dia hanya ingin membawakan saya satu kotak saja karena merasa repot banget. Saya mencoba menegosiasikannya lagi dan lebih menurunkan demand saya menjadi dua kotak saja dan mengenai kerepotannya, saya menawarkan akan menjemputnya di Bandara Adi Sucipto dan mengantarnya sampai ke kontrakannya agar dia tidak terlalu kesusahan membawa banyak barang. Akhirnya dia menyetujui penawaran saya tersebut dan berjanji akan membawakan saya bika ambon dua kotak.

Apabila kita lihat dari kasus diatas, masing-masing perunding yakni saya dan teman saya berusaha memecahkan masalah dengan cara mencari kepentingan masing-masing. Saya menginginkan untuk dibawakan bika ambon empat kotak, namun ia agak sedikit keberatan dengan alasan repot dan akhirnya saya menggali kepentingannya lebih dalam dan menangkap bahwa dia sedang menginginkan sandal (feasibility-tracking). Akhirnya saya menawarkan membelikannya sandal namun ia hanya mau membawakan satu kotak saja karena repot dan saya akan menjemputnya di Bandara dengan goal bika ambon dua kotak, dan ia setuju. Gaya konflik yang bisa dilihat dari kasus diatas yakni Kolaborasi dengan strategi Problem solving dengan taktik kompensasi non spesifik (membelikannya sandal ketika ia sudah di Jogja lagi yang diperoleh melalui feasibility-tracking) dan taktik cost cutting (dengan menawarkan menjemputnya di Bandara). Demand saya yaitu empat kotak bika ambon, limit saya satu kotak yaitu cuma buat ibu kos, goal saya dua kotak bika ambon.

Page 7: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

15. Indah Dwi P.Membeli Baju koko”

Pada hari menjelang Idul Fitri, saya dan ibu saya disibukkan oleh kebutuhan-kebutuhan keluarga. Contohnya adalah membeli pakaian untuk melaksanakan shalat Ied. Dan pada 2 hari menjelang Idul fitri, saya dan ibu saya pergi membeli baju koko untuk ayah dan kakak saya, yang pada saat itu kakak saya belum pulang ke rumah. Saya dan ibu hanya diamanatkan untuk memebeli baju koko dengan ukuran L berwarna hijau. Akhirnya saya dan ibu pergi ke toko Bombay Textile membeli baju koko untuk ayah dan kakak, disana kami memilih baju yang benar-benar pas. Pada waktu itu, ibu membawa contoh ukuran baju untuk ayah dan lupa membawa contoh ukuran baju kakak. Kami pun kerepotan untuk mendapatkan baju yang pas untuk kakak, sedangkan untuk ayah, kami sudah mendapatkan yang pas karena kami sudah mencocokkannya dengan contoh ukuran yang kami bawa. Karena kami membeli di Bombay Textile yang ukurannya berbeda dengan ukuran Indonesia, maka kami bingung untuk menentukan pilihan ukurannya, karena baju yang berwarna hijau hanya tinggal satu dan itu pun berukuran M, tetapi ukuran M disini besar jadi kami cukup sulit untuk menentukannya.

Akhirnya, penjual toko itu tetap menawarkan baju itu pada kami karena mereka terus meyakinkan kalau ukuran M ini besar dan pasti muat untuk kakak. Tetapi sebenarnya kami masih ragu karena khawatir ukurannya tidak pas dengan badan kakak. Kami pun akhirnya meminta kompensasi jika kami jadi mengambil baju koko berwarna hijau berukuran M, tetapi tidak muat dengan ukuran badan kakak, kami meminta untuk menukarnya dengan baju koko yang lain yang pas dengan ukuran badan kakak. Dan penjual itu setuju dengan permintaan kami, kami pun jadi membeli baju itu.

Dengan deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa posisi kami adalah menukar dengan baju yang pas dengan kepentingan agar baju itu pas untuk ukuran badan kakak. Sedangkan posisi penjual adalah menjual baju koko dengan kepentingan mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Taktik negosiasi yang kami lakukan adalah memecahkan masalah (problem solving) yaitu berupa “kompensasi spesifik” dimana satu pihak mendapat yang diinginkannya dari negosiasi tersebut, pihak lain dihargai dengan tetap mendapatkan kepentingannya meski tuntutan awalnya tidak terpenuhi.

16. Rakhmawati Endah P. Saya berencana untuk mengirimkan sebuah paket kado ulang tahun kepada guru bahasa mandarin saya yang saat ini melanjutkan studinya di Beijing. Saya ingin mengirimkan kado spesial tersebut tiga hari sebelum ulangtahunnya (karena saya tidak menggunakan jasa ekspres yang lebih mahal) agar diterima tepat pada hari ulangtahunnya. Pada hari ketika saya ingin mengirim paket itu, teman-teman lama saya secara mendadak mengajak saya untuk bertemu di Pondok Indah dan kemudian menonton film bersama. Pada saat menelepon saya, mereka sudah ada di Pondok Indah dan sedang mengantri tiket. Kumpul bersama teman-teman lama saya memang menjadi agenda saya liburan ini, tapi tidak di hari itu, apalagi saya harus segera mengirim paket kado. Saya juga mengatakan bahwa saya akan datang sangat terlambat karena saya harus ke kantor jasa pengiriman dulu yang jaraknya lumayan jauh dari rumah saya sebelum kantornya tutup. Namun teman-teman saya bersikeras agar saya mengirimnya di lain waktu saja, karena jika terlambat, mungkin filmnya sudah setengah jalan. Akhirnya, setelah lama bernegosiasi, keputusan yang didapat adalah saya akan dijemput di rumah oleh teman saya (yang belum berangkat ke Pondok Indah) bersama supirnya, saya dan teman saya itu akan ke Pondok Indah dengan mobil saya, dengan begitu supirnya dapat mengirimkan paket saya.

Disini saya menggunakan taktik cost cutting untuk memecahkan masalah karena satu pihak (teman-teman saya) meringankan beban saya untuk mengirimkan paket itu agar bisa berkumpul dan menonton film bersama.

17. Theosa Dinar S (21596)“Membeli Pizza”

Ketika saya melihat iklan di televisi, saya tergiur untuk mencoba rasa pizza terbaru yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan asing pizza terkenal . Dilihat dari iklan, Pizza dengan rasa gulai tersebut membuat saya ngiler tak sabar ingin segera memakannya. Akan tetapi, ketika saya melihat iklan tersebut saya sedang berlibur di Kalimantan Selatan dan saya tinggal di suatu kabupaten yang pastinya tidak akan bisa menemukan restaurant pizza :c. Akan tetapi saya masih bisa bernapas lega karena restaurant pizza yang beriklan tadi bisa saya temukan di Banjarmasin, dimana jarak dari dearah saya tinggal ke Banjarmasin memakan waktu 1 jam perjalanan. Saya akhirnya memutuskan untuk segera pergi ke Banjarmasin dan menikmati pizza idaman saya. Akhirnya saya mencoba untuk berbicara dengan ayah saya, saya bertanya kapan kira-kira ayah punya waktu luang dan bisa menemani saya ke Banjarmasin membeli pizza, dan ayah pun bilang bahwa sebenarnya dalam minggu ini dia ingin pergi ke Banjarmasin untuk membeli cat mobil. Senangnya hati saya mendengarnya, lalu saya bertanya lagi kira-kira kapan waktu pastinya ayah saya akan berangkat, saya mencoba menawarkan alternative I dengan

Page 8: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

jadwal bepergian hari selasa, 30 September. Awalnya ayah tidak menyetujuinya karena pada hari itu ayah kan harus masuk kerja lagipula tak enak dengan karyawan lain karena ini kan baru saja selesai liburan lebaran, ayah pun akhirnya menawarkan berpergian pada hari jumatnya. Saya tentunya tidak setuju karena itu terlalu lama menunggu hingga hari jumat tiba. Akhirnya saya menambah sumber daya waktu pada hari selasa tersebut, dengan mengajak ayah pergi ke Banjarmasinnya sehabis ayah pulang dari kantor pukul 14.00 WITA. Sebenarnya saya tahu ayah pasti akan merasa kelelahan setelah seharian bekerja, akan tetapi saya mencoba menyakinkan bila ayah membeli cat mobilnya pada hari selasa maka ayah bisa langsung mengecat mobilnya pada akhir pekan dan mobil ayah pun bisa lebih cepat dipakai. Ayah pun akhirnya setuju tawaran saya untuk pergi bersama pada hari dan jam itu ;p. Dengan begini, kami sama-sama diuntungkan, ayah saya tetap bisa pergi ke kantor dan saya bisa membeli pizza idaman saya. Akan tetapi, saya kembali teringat dengan situasi di Banjarmasin pada waktu bulan puasa, dimana ada peraturan daerah yang tidak memperbolehkan penjualan makanan di tempat umum dan makan di tempat umum bagi setiap warganya, bila kedapatan melanggar maka akan ditangkap dan dikenakan denda :c. Lagi-lagi saya harus berputar otak agar saya bisa menikmati pizza saya dalam kondisi masih panas dan mak yuzzz. Kebetulan karena kami berngkat siang hari, saya akhirnya berpikir untuk baru membeli pizzanya pada jam-jam mendekati buka puasa. Selama dalam perjalanan, tenyata ayah saya ingin agar saya membeli pizza terlebih dahulu sehingga beliau bisa bebas membeli beberapa cat mobil dan perkakasnya. Karena saya ingin makan pizza dalam keadaan hangat tanpa sembunyi-sembuyi didalam mobil dan waktu yang tepat untuk itu adalah dengan membelinya di sore hari menjelang buka puasa. Sehingga saya pun menolakknya dengan halus dan beralasan bahwa kondisi di Banjarmasin tidak kondusif untuk membeli dan memakan pizza di siang hari, sekalipun dengan diam-diam memakannya di dalam mobil karena pasti akan ketahuan. Lagipula saya juga mengingatkan bila waktu ayahlah yang lebih sempit untuk membeli cat di toko cat, mengingat pukul 4 biasanya banyak toko yang pada tutup. Awalnya, beliau tidak merasa nyaman dengan alasan saya karena beliau berpikir saya akan kelaparan bila harus menunggu membeli pizza pada sore hari, waktu menjelang buka puasa. Saya pun meyakinkannya lagi dengan mengatakan bahwa saya sudah sarapan dari rumah dan tidak akan merasa lapar. Akhirnya ayah pun setuju untuk membeli kebutuhannya terlebih dahulu. :p Akhirnya saya pun bisa membeli dan menikmati pizza gulai saya tanpa sembunyi-sembuyi dan ayah saya pun puas bisa membeli kebutuhan cat mobilnya tanpa khawatir tokonya sudah tutup.

Dalam negosiasi ini saya sudah menentukan posisi saya untuk bisa membeli pizza idaman saya secepatnya dan membelinya pada jam-jam yang mendekati jam berbuka puasa. Ketika bernegosiasi dengan ayah saya, saya menggunakan taktik contending, dimana cara saya adalah mengemukakan argument-argument (alasan) yang masuk akal (Persuasive argument) dan memperluas range waktu yang kami miliki pada hari selasa tersebut (Expanding the pie) . Dan kami pun bisa sepakat untuk pergi pada hari selasa pukul 2 siang. Dalam bernegosiasi dengan ayah siapa yang lebih dulu melakukan kegiatannya di Banjarmasin, ayah yang ingin saya duluan membeli pizza sehingga ayah saya bisa leluasa memilih cat, sedangkan saya ingin membeli pizza pada sore hari. Saya mengemukankan alasan saya untuk menolak dengan menitik beratkan pada keterbatasan waktu yang dimiliki oleh ayah (Time Pressure) dalam mebeli catnya. Dan kami pun bisa sepakat untuk lebih mendahulukan kebutuhan ayah dan barulah setelah itu giliran saya yang untuk membeli pizza.

18. Diah Ayu KartikaSaat liburan minggu lalu, saya menitip kepada teman saya yang bernama Aldi untuk membelikan baju di Bandung . Karena dia kebetulan sedang kuliah di sana . Untuk masalah biaya tidak terlalu menjadi masalah karena saya bisa mentransfer ke rekening dia melalui ATM. Namun yang menjadi permasalahan adalah bagaimana cara kami bertemu untuk bisa menyerahkan baju tersebut dan sempat mengobrol. Memang, kami tinggal di satu komplek, namun liburan lebaran tahun ini teman saya pergi mudik ke Cirebon . Dan kami hanya punya waktu 1 hari untuk bertemu di rumah, karena saya harus segera pulang ke Jogja dan dia juga harus balik ke Bandung . Hanya saja di hari itu saya memiliki janji dengan teman-teman SMA untuk bertemu dan makan di Saung Edi, dan dia juga memiliki urusannya sendiri dengan teman-temannya untuk nonton film. Awalnya saya meminta dia untuk ikut makan bersama teman-teman saya sebelum pergi menonton, dengan begitu kami tetap bisa mengobrol dan dia bisa memberikan titipan saya berupa baju, namun dia menolak dengan alasan tidak enak dengan teman-teman saya karena tidak begitu kenal. Kebalikannya, saat dia menyuruh saya untuk ikut nonton setelah makan, saya juga keberatan karena alasan yang sama. Akhirnya saya berjanji jika dia mau ikut makan dengan saya, maka saya dan teman-teman akan ikut nonton dengan dia dan teman-temannya. Jadi kami tetap bisa bertemu, mengobrol dan menyerahkan baju tanpa merusak acara masing-masing.

Dari negosiasi di atas, isunya adalah tempat bertemu untuk memberikan baju dan mengobrol. Kepentingan saya adalah bertemu teman-teman SMA, mengobrol dengan Aldi dan mendapatkan baju titipan. Sedangkan kepentingan dia adalah menonton film, menyerahkan baju dan mengobrol bersama. Saya menggunakan strategi berunding problem solving dengan taktik bridging. Dengan tercapainya semua keinginan saya, maka saya mencapai demand yang paling dimungkinkan. Tuntutan dan konsesi yang ada ditentukan oleh hostility, saat dia bersedia ikut makan dengan saya dan teman-teman, maka saya juga membalas dengan ikut nonton dengan dia dan teman-temannya.

Page 9: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

19. Olga Audita A. Liburan ini saya lewatkan bersama saudara-saudara saya di Yogyakarta, karena kebetulan juga ada reuni keluarga. Suatu siang, saya dan beberapa saudara sepupu saya berunding menentukan ke mana kami akan menghabiskan sore kami. Kami sangat suka menonton film, dan kebetulan sekali saat itu di bioskop sedang diputar sebuah film yang sudah lama kami tunggu, Laskar Pelangi, dan seorang sepupu saya, Mario, mengusulkan untuk mengisi sore kami dengan menonton film tersebut. Sebenarnya bukan hanya kami yang sudah lama menantikan film tersebut, tapi banyak orang juga menantikan film itu. Sejak hari pertama film itu diputar, tiketnya selalu habis terjual dalam waktu singkat. Oleh karena itu, kalau benar-benar ingin menonton harus datang lebih awal dan mengantri, bahkan sebelum loket bioskop dibuka. Pada dasarnya, saya tidak keberatan bahkan sangat antusias dengan usulan sepupu saya tersebut, namun bayangan harus mengantri dan berdesak-desakan untuk mendapatkan tiket membuat saya jadi berpikir lagi. Lalu, saya mendapat sebuah ide untuk menghabiskan sore kami di sebuah kafe langganan saya sambil browsing internet gratis dengan memanfaatkan fasilitas free hot spot yang disediakan kafe tersebut, sekalian saya juga ingin mencari bahan untuk tugas kuliah. Saya menyampaikan ide saya itu kepada sepupu-sepupu saya, namun mereka terlihat lebih suka pada usul Mario untuk menonton Laskar Pelangi. Lalu, saya berusaha menyampaikan argumen saya bahwa kalaupun kami berangkat ke bioskop kami pasti tidak akan kebagian tiket. Sudah terlalu siang untuk membeli tiket film yang sedang sangat diminati banyak orang. Mario masih bersikeras ingin nonton dengan menyampaikan kemungkinan tiketnya belum habis karena hari itu sudah hari keenam film diputar dan antriannya pun sudah tidak sebanyak pada hari-hari pertama. Namun, saya juga tetap ngotot dengan usul saya, karena menurut pengalaman saya untuk film-film laris seperti Laskar Pelangi orang rela menghabiskan uang untuk menonton film itu berkali-kali. Jadi, walaupun sudah hampir seminggu diputar antriannya masih panjang. Setelah beberapa menit berusaha, akhirnya saya berhasil meyakinkan saudara-saudara sepupu saya bahwa bukanlah ide yang bagus untuk nekat pergi ke bioskop sekarang. Kalaupun kami ingin menonton, kami masih bisa pergi keesokan harinya dan berangkat lebih awal ke bioskop supaya tidak kehabisan tiket. Akhirnya hasil yang kami capai yaitu sore itu kami menghabiskan waktu kami di kafe langganan saya dan besok kami baru menonton Laskar Pelangi di bioskop.

Isu yang dibahas adalah ke mana saya dan sepupu-sepupu saya akan menghabiskan sore hari kami. Posisi saya adalah pergi ke kafe langganan saya, kepentingan saya adalah tidak antri dan berdesak-desakan untuk dapat tiket, serta bisa mencari bahan tugas kuliah. Posisi Mario dan sepupu saya lainnya adalah pergi ke bioskop, kepentingannya adalah menonton Laskar Pelangi yang sudah lama ditunggu. Dari kasus ini bisa dilihat bahwa seorang negosiator harus bisa mempersuasi lawan berundingnya dengan menggunakan argumen yang tepat sehingga bisa membuat argumen lawan menjadi lemah atau bahkan salah (dengan memanfaatkan pengalaman saya menonton film laris serupa untuk berargumen). Perundingan kali ini menggunakan strategi problem solving (win-win solution) dan taktik expanding the pie (hari ini ke kafe langganan saya, besok nonton Laskar Pelangi).

20. NILA PUTRI PERDANA Negosiasi minggu ini diawali dari rencana saya dan beberapa kawan SMA untuk mengisi libur lebaran hari ke 5 ini dengan berkunjung ke kediaman salah seorang guru kami. Saya dan ketiga kawan saya berangkat bersama menggunakan mobil salah satu teman. Pada hari itu agenda kami mengunjungi rumah guru dan menghabiskan waktu bersama sampai sore hari. Di tengah-tengah perjalanan, salah seorang kawan saya berkata bahwa ia hanya bisa bersama kami sampai pukul 15.00 sore, dengan alasan ia harus mencari bahan jurnal untuk tugas kelompoknya yang tertunda dan harus mengirimkan via email sebelum pukul 15.30 sore. Tentunya kami sedikit kecewa mendengarnya, pasalnya kami tidak ingin kehilangan satu “kontestan”. Yang kami butuhkan yaitu fasilitas internet dan makan siang (saat itu sudah masuk waktu makan siang). Solusi yang terlintas dibenak kami yaitu kami merencanakan untuk makan siang bersama di salah satu restoran yang memiliki fasilitas wifi. Namun sebenarnya saya kurang setuju karena saya agak keberatan jika harus mengeluarkan uang lebih dan saya memang kurang tertarik dengan menu restoran tersebut.. Akhirnya saya tawarkan untuk mengunjungi rumah salah seorang kawan yang kebetulan sama-sama belum sempat kami kunjungi. Setahu saya komputer kawan saya tersebut dilengkapi koneksi internet dan kebetulan ia baru saja pulang umroh dan mengadakan open house pada hari itu. Dan tentunya semua setuju!

Posisi saya dan kawan-kawan saya dalam negosiasi diatas yaitu berkumpul dan makan siang bersama. Kepentingan saya yaitu makan siang enak tapi gratis. Sementara kepentingan kawan saya meyelesaikan dan mengirim tugas sebelum pukul 15.30. Jenis negosiasi yang digunakan adalah Problem solving. Taktik pemecahan masalah yang digunakan yaitu Bridging. Karena dalam negosiasi diatas kepentingan kami terpenuhi sekaligus dan berhasil menciptakan pemecahan masalah yang kreatif dan solutif. Kami tetap dapat meghabiskan waktu bersama sampai sore hari, kawan saya dapat meyelesaikan tugas tepat waktu dan kami dapat makan siang bersama sambil bersilaturahmi ke rumah teman. Demand kawan saya yaitu makan di restoran mewah berfasilitas wifi. Goal yang saya ingin capai yaitu makan siang enak dan pastinya gratis plus fasilitas internet. Limit saya, mencari alternative restoran atau kafe yang lebih murah plus fasilitas wifi. BATNA, saya tahu bahwa salah satu kawan kami sedang mengadakan open house dan dirumahnya memilki fasilitas internet.

Page 10: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

21. GERALDUS DANISTYA KALOKA PUTRANegosiasi ini terjadi pada tanggal 5 Oktober 2008. Ketika itu saya mendapatkan SMS dari teman saya yang ingin meminta saya membelikan dia sepatu baru karena waktu itu sedang ada cuci gudang sehingga banyak sepatu-sepatu dijual sangat murah seharga 15 ribu rupiah per pasang yang bisa dibayar kemudian, sedangkan teman saya itu tidak mempunyai uang karena telah habis dipakai untuk keperluan melayat. Akhirnya saya menyanggupi karena toh tidak terlalu mahal mengingat harga aslinya yang bisa mencapai 80 ribu rupiah per pasang. Sampai titik ini saya mengira dia hanya membeli satu pasang sepatu saja, namun kemudian tanpa pemberitahuan sebelumnya, dia kemudian mengirim SMS kepada saya bahwa dia sudah mengambil tiga pasang sepatu yang total harganya tentu bukan 15 ribu rupiah, tetapi menjadi 45 ribu rupiah. Saya tentu tidak mengira bahwa dia akan mengambil tiga pasang karena mengira dia hanya mengambil satu pasang saja, dan kemudian menyuruhnya untuk mengembalikan yang dua ke penjualnya. Namun teman saya itu tidak mau karena dia menyenangi ketiga model sepatu itu karena ketiganya sama-sama bagus dan cocok dengan kepribadian dia. Saya tetap bertahan bahwa saya hanya bisa membelikan dia sepasang sepatu saja, tetapi dia bersikeras bahwa dia ingin ketiganya dan sudah tidak mungkin lagi mengembalikan yang dua pasang karena barang yang sudah diambil tidak boleh dikembalikan. Dia juga lantas menggunakan faktor emosi bahwa saya tidak serius membelikan sepatu untuknya. Akhirnya saya memberikan solusi kepada dia jika dia memang menginginkan ketiga pasang sepatu itu, saya akan membelikan dia sepasang saja seharga 15 ribu rupiah, dan dua pasang lainnya akan saya pinjamkan uang saya sebesar 30 ribu rupiah kepadanya supaya bisa membayar sepatu itu kepada si penjual, tetapi 30 ribu rupiah itu dalam bentuk utang sembari berkata kepadanya kelak kalau meminta sesuatu jangan mendadak seperti ini. Akhirnya teman saya menyanggupi, dan dia berjanji akan mengembalikan uang saya sebesar 30 ribu rupiah itu pada akhir bulan Oktober ini dan berjanji pula akan meminta pendapat saya sebelum memiliki keinginan.

Analisis

Pada awalnya kami bersikukuh untuk mencari jalan agar argumen kami masing-masing dapat dipertahankan. Namun karena tahu bahwa tidak akan ada pemecahan masalah jika saling bertahan dalam pemikiran masing-masing, akhirnya kami harus mencari cara agar terjadi win-win solution di antara kami walaupun masing-masing harus mengorbankan kepentingan masing-masing, namun sampai saat ini segalanya masih berjalan dengan baik di antara kami berdua sehingga masalah ini dianggap telah selesai.

22. Maria Patricya N. Libur lebaran kali ini saya memutuskan tidak pulang ke Jakarta, dan tetap tinggal di Yogyakarta. Sebenarnya saya malas untuk menghabiskan liburan di kosan karena pasti semua orang pulang ke daerah asalnya, dan saya harus tinggal di kosan saya sendirian. Saya berpikir bagaimana agar tidak sendirian saja di rumah (kepentingan), dan memutuskan untuk pergi ke rumah tante saya. Rumah tante saya ini ada di Kaliurang Km.12,8. Sebenarnya jarak yang jauh ini selalu membuat saya malas untuk pergi kesana, apalagi saya tidak bisa mengendarai motor. Untuk kesana saya harus naik Kol ke Kaliurang lalu dilanjutkan dengan ojek.

Namun saya tetap memutuskan untuk pergi, pada hari Sabtu 27 Agustus 2008, saya mengirim SMS kepada sepupu saya, dan membujuknya untuk menjemput saya ke kosan (posisi). Awalnya sepupu saya menolak karena tugas kuliahnya banyak. Dan saya terus memakai taktik kompensasi spesifik, bahwa bila dia menjemput saya, saya akan membantunya mengerjakan tugasnya. Hari Minggu pagi sepupu saya akhirnya setuju untuk menjemput saya karena ternyata hari Senin dia memang harus pergi ke bawah untuk menemui dosennya di kampus.

Tapi malam itu saya baru tahu bahwa ada seorang teman saya juga tidak pulang lebaran ini. Dan ia minta untuk ikut ke rumah tante saya. Saya setuju asal ia nanti menjaga sikap di rumah tante saya. Saya merasa tante saya tidak akan keberatan karena ia dan sepupu saya sudah mengenal anak ini sebelumnya. Saya pun kembali meng-SMS sepupu saya untuk bernegosiasi ulang karena sekarang isu bertambah, sepupu saya harus menjemput saya dengan mobil karena ada teman saya yang mau ikut. Kebetulan sepupu saya baru mendapat sim mobil, namun sepupu saya tidak menyanggupi karena ternyata dia masih takut untuk membawa mobil sendiri. Dibujuk seperti apapun dia tidak bisa akhirnya saya mundur (withdrawal) dari negosiasi ini.

Karena sepupu saya bilang tak bisa saya pun beralih ke BATNA dan menelpon tante saya. Saya membujuk tante saya untuk menjemput dan mengatakan ada teman saya yang mau ikut juga. Akhirnya tante saya setuju untuk menjemput saya, setelah saya berjanji akan membantu membersihkan rumah ketika pembantu tante pergi. Dengan begini saya berhasil menjembatani (bridging) kepentingan semua pihak.

Page 11: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

23. ROSANTI BUDI RAHAYU

Lebaran ini saya dan keluarga banyak menghabiskan waktu dirumah saja. Karena merasa bosan, hampir setiap hari saya bermain game agar waktu lebih cepat terbuang. Karena terlalu ayik main game saya tidak sadar kalau ternyata kakak saya, yang ternyata juga merasa bosan dirumah, marah karena ingin menonton televisi. Kebetulan saya meggunakan televisi untuk bermain game. Akhirnya kami bernegosiasi untuk mencari jalan keluar agar kami sama-sama tidak merasa bosan dan dirugikan. Kami sepakat untuk membagi jam pemakaian televisi. Awalnya saya bilang akan menggunakan televisi dari pagi sampai jam 3 sore untuk bermain game. Tetapi kakak saya langsung menolak karena dia tidak dapat menonton acara infotainment kesukaannya. Kemudian dia menawarkan agar saya bermain game di jam-jam yang tidak ada acara infotainment di televisi. Namun saya juga menolaknya karena saya tau jam-jam di televisi saat ini lebih didominasi oleh acara infotainment. Setelah banyak berbicara dan saling memahami kepentingan masing-masing, akhirnya kami menyepakati satu keputusan, saya bermain game di siang dan malam hari sedangkan pagi dan sore hari televisi digunakan kakak saya untuk menonton acara kesukaannya.

Analisa perundinganDisini gaya berkonflik yang digunakan adalah kolaborasi dengan prolem solving sebagai strategi perundingannya sehingga hasil yang didapatkan adalah win-win. Para negotiators menggunakan taktik berunding bridging, walaupun tidak dapat memenuhi demand untuk bermain game dari pagi hingga sore, tetapi saya cukup puas untuk bermain game berdasarkan waktu yang telah disepakati.

24. Marta TintyaLibur lebaran kemarin saya pulang kampung ke kudus. Biasanya di hari lebaran orang tua saya membelikan saya pakaian baru. Tapi ada yang berbeda dengan lebaran kali ini. Saya ingin hadiah lebaran saya diberikan dalam bentuk uang karena saya punya kebutuhan lain yang lebih penting daripada baju baru yaitu ingin membuat paspor. Orang tua saya awalnya agak keberatan karena harga baju dengan biaya pembuatan paspor berbeda. Saya juga minta bantuan dari kakak saya untuk menambahi biayanya. Tetapi, orang tua saya masih agak keberatan karena untuk apa tujuan saya buat paspor. Saya jelaskan kepada mereka, saya semester depan punya keinginan pergi ke luar negeri dan program itu juga ada di salah satu mata kuliah semester depan nanti. Maka dari itu, saya menawarkan lagi kepada mereka, nanti kalau kurang saya tambahkan dari uang sisa angpau lebaran. Orang tua sayapun setuju asalkan saya makin rajin belajarnya tidak hanya jalan-jalan saja yang dipikirkan.hehehe..

Dari cerita tadi, dapat disimpulkan bahwa perunding menggunakan taktik berunding problem solving, perunding bisa lebih kooperatif untuk menawarkan pilihan bagi lawan berunding tanpa merugikan pihak manapun, taktik cost cutting yang digunakan juga cukup membantu supaya kedua perunding bisa mencapai kesepakatan. Kepentingan kedua pihak juga saling terpenuhi, sehingga hasil perundingan dikategorikan win-win. Dan perunding juga bisa meyakinkan kedua orang tuanya untuk menyetujui keinginannya dengan alasan yang tidak dibuat-buat. Demand saya adalah hadiah lebaran diganti dari pakaian baru menjadi fresh money, BATNAnya saya punya sumber keuangan lain jika orang tua saya sudah terlanjur membelikan saya pakaian baru yaitu kakak saya.

25. Aldi TriyantoPermak JeansEmpat hari sebelum lebaran, saya berniat membetulkan kedua celana jeans saya yang kepanjangan. Saya datang ke tempat permak jeans langganan, namun ia menolak jeans saya karena mau pulang kampung ke Madura lebih cepat. Beliau berencana pulang sekitar pukul 4 sore dan mau bersiap-siap dahulu sebelum berangkat ke Madura, sementara saya memasukkan jeans pada pukul 12 siang. Ia menyuruh saya untuk datang seminggu setelah Lebaran, karena Ia baru kembali ke Surabaya sekitar tanggal 10 oktober. Saya mengatakan kepada beliau bahwa saya tidak bisa menunggu sampai tanggal 10 oktober karena saya sudah kembali ke Jogja pas tanggal 10 oktober. Awalnya beliau bersikeras tidak bisa memperbaiki jeans saya. Dengan berusaha mengerti keinginan beliau yang buru-buru pulang kampung, akhirnya saya mengusulkan agar satu jeans dulu yang diperbaiki. Jeans yang satunya bisa diperbaiki lain kali saja. Saya juga bilang bahwa jeans saya kan hanya tinggal dipotong beberapa senti dan diobras saja, apakah tidak bisa diusahakan? Setelah berpikir cukup lama, akhirnya beliau menyanggupi, walaupun saya harus merelakan jeans yang satunya tidak bisa dipermak, toh saya masih bisa memakai jeans favorit saya yang satunya di hari Lebaran.

Strategi berunding yang digunakan adalah concession-making. Masing-masing pihak hanya meraih setengah dari tuntutan yang diinginkan. Bapak permak jeans kehilangan waktu dan tenaga untuk bersiap-siap pulang mudik ke kampung halaman. Keinginan saya untuk memperbaiki dua buah jeans sekaligus tidak terlaksana, karena akhirnya yang dipermak hanya satu jeans saja. Hasil negosiasi mediocre-mediocre. Dalam negosiasi tersebut, faktor waktu – time pressure, menjadi salah satu

Page 12: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

faktor penunjang penyelesaian masalah. Apabila saya harus menunggu permak jeans setelah lebaran, saya sudah keburu berada di jogja pada saat itu, dan bapak permak jeans tahu bahwa saya kuliah di Jogja. Sehingga mungkin akhirnya beliau mau mengerjakan jeans saya. Saat itu saya berpikir bahwa saya harus melakukan concession-making karena tidak ada alternatif lain bagi negosiasi kami (BATNA). Selain perkara waktu yang sempit karena menjelang Lebaran, selama ini saya sudah berlangganan dengan beliau karena hasil permak jeansnya yang bagus dan rapi, ongkosnya juga lebih murah. Apabila saya harus mencari permak jeans lain, saya khawatir tidak bisa memperbaiki jeans saya, karena saat-saat menjelang lebaran akan ada banyak orderan bagi penjahit-penjahit tersebut. Selain itu, saya sedikit ragu hasil permak jeansnya akan sebaik pekerjaan beliau. Kalaupun dipaksakan memakai jeans yang kepanjangan, saya tidak akan merasa nyaman.

26. Alia mirza fatmala

Denda DVD

Kegiatan yang sering saya lakukan di kala liburan adalah meminjam film di tempat persewaan film. Sebenarnya saya baru aktif dan rajin meminjam DVD lagi baru liburan ini, karena KTP saya dulu hilang entah kemana jejaknya. Dan sekarang dengan terpaksa saya membuat KTP baru dan akhirnya bisa meminjam lagi. Selama KTP saya hilang, saya menggunakan SIM di setiap peminjaman, dan baru liburan ini sudah menggunakan KTP lagi. Suatu hari disaat saya mau mengembalikan DVD, petugas disana bilang bahwa saya belum mengembalikan 6 film selama setahun. Tentu hal ini membuat saya kaget, karena pada saat itu juga saya menemukan KTP saya yang telah lama menghilang. Saya tahu benar bahwa film tersebut bukan saya yang meminjam, tapi karena pada saat itu saya benar-benar membutuhkan KTP dan KTP tersebut tidak akan dikembalikan hingga saya melunasi denda selama setahun dan biaya ganti 6 DVD dengan totalnya Rp 270.000. Astagfirullah!!! Disinilah saya mulai bernegosiasi.

1. pertama, harga ganti DVD di persewaan tarifnya 10rb, tapi klo beli sendiri di mataram cuma 8rb. Itu artinya bisa ngirit 12rb.

2. karena saya merupakan member maka ada potongan sebesar 30rb. Lumayan!

3. selain itu, saya bilang bahwa klo dimurahin,saya akan sering-sering minjem disini lagi lho, lagipula persewaan ini sudah jadi langganan keluarga saya.

Akhirnya mereka berbaik hati dengan menggratiskan biaya penggantian film dan hanya membayar dendanya saja. Berarti saya hanya perlu membayar Rp 190.000.

o POSISI DAN KEPENTINGAN

Posisi saya disini adalah meminta keringanan pembayaran. Kepentingannya karena 270rb itu mahal banget dan keterbatasan biaya terutama. Terlebih lagi, saya sedikit tidak rela karena hal itu bukan salah saya, tapi karena terburu oleh waktu, akhirnya saya menyanggupi untuk membayar denda tersebut.

o TAKTIK BERUNDING DAN ANALISIS PERUNDINGAN

Taktik berunding yang saya gunakan adalah dengan Contending ( persuasive arguments) dimana saya memberikan alasan-alasan dan sedikit merayu supaya mau dimurahin. Misalnya dengan bilang bahwa sodara-sadara saya selalu meminjam disini, tentu anda tidak mau kehilangan pelanggan,bukan?.

Lalu time pressure juga terjadi disini. Mungkin untuk yang satu ini bukanlah taktik berunding saya gunakan. Tapi, karena time pressure-lah, saya bersedia untuk membayar denda demi bisa menggunakan KTP yang ditahan tersebut.

Jelas adanya cost cutting disini. Dengan alas an-alasan tersebut diatas, mereka bersedia untuk menghilangkan biaya ganti rugi DVD hilang ( karena saya sendiri tidak tahu siapa yang meminjam)

Saya juga menggunakan BATNA, dimana saya berusaha mencari informasi tentang haraga DVD di luar, sehingga saya bisa sedikit menekan biaya penggantian DVD yang ditawarkan oleh pihak persewaan.

Menurut saya, dalam perundingan kali ini saya lebih banyak bersifat Contending untuk mendapatkan kepentingan saya. Hal itu bisa kita lihat dari taktik berunding yang saya gunakan. Dan pihak persewaan pun bersedia untuk mengabulkan permintaan saya yaitu menekan pengeluaran biaya.

27. Shiela Riezqia Tugas Rumah Tangga

Page 13: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

Dari tahun ke tahun, mudik ke kampung halaman merupakan tradisi yang lazim dilakukan orang-orang di perantauan sebelum dan sesudah lebaran, tak terkecuali pembantu rumah tangga yang bekerja pada keluarga kami. Seperti biasa, setelah ditinggal si bibi mudik, kami, tiga bersaudara yang ada di rumah, harus membagi tugas untuk mengerjakan tugas rumah tangga, seperti mengepel, menyapu, mencuci, dll.

Tapi ada satu masalah dalam hal ini yang terjadi tiap tahunnya: adik bungsu kami, Farach, selalu bangun siang hari dan malas untuk mengerjakan tugasnya (sebenarnya ia hanya mendapatkan tugas yang sangat ringan, yaitu mencuci piring, menyapu, dan menyiram tanaman). Biasanya (seperti pengalaman di tahun-tahun sebelumnya), saya dan Dzaky, adik saya yang lain, memarahi Farach agar mengerjakan tugas-tugasnya dan mengejek dia “pemalas”. Meski demikian, ternyata hal ini tak cukup ampuh membuatnya sadar sehingga tugas yang menjadi bagiannya--mau tak mau--dikerjakan oleh kami.

Tahun ini, sikap Farach masih tidak berubah; ia tetap tidak mau mengerjakan tugasnya. Meski demikian, saya dan Dzaky memutuskan untuk tidak memarahi atau mengejek Farach lagi karena kami sudah capek. Sebagai gantinya, kami mengutarakan rencana kami kepadanya bahwa kami akan menyemprot kamarnya dengan sukarela sebelum tidur (dengan semprotan pembasmi nyamuk) dan melakukan beberapa hal untuknya (yang tidak terlalu memberatkan kami), seperti membuatkan dia susu, mi instan, memasangkan sprei di kasurnya, dan beberapa hal kecil lainnya. Hal ini kami tawarkan karena ia sering meminta tolong kami melakukan hal tersebut dan kami sering juga menolaknya. Farach pun menyetujuinya.

Keesokan harinya, meski bangun agak terlambat, Farach mengerjakan salah satu tugasnya. Kami pun menepati janji kami dengan menyemprot kamarnya di malam hari dan membuatkan susu untuknya di saat sahur. Esok harinya lagi, ia tetap mengerjakan tugasnya dan kami mengerjakan beberapa hal ringan untuknya, bahkan pujian di depan famili yang lain bahwa ia adalah anak yang rajin. Rupanya hal ini sangat menyemangati dan membuat ia tetap membantu kami.

Dalam perundingan ini, dapat dianalisis bahwa strategi yang digunakan adalah problem solving dengan taktik exchanging concessions. Taktik ini dapat dilakukan karena masing-masing pihak yang bernegosiasi memiliki broader relationship (karena mereka satu keluarga). Gaya berkonflik yang digunakan adalah collaborating.

28. Nick Sandy Santiago“Ayo, Cepetan Nyucinya!!”

Menjelang kepulangan teman saya dari mudik, saya dan seorang teman saya dihadapkan pada sebuah tugas yang diberikan oleh teman saya yang mudik tersebut: mencuci sebuah mobil dan dua motor yang dimilikinya. Tentu saja itu tidak menjadi sebuah hal yang rumit, sebab saya tidak melakukannya sendiri. Namun yang menjadi permasalahan ialah yang mana yang akan kami cuci terlebih dahulu. Pada malam sebelum kami akan mencuci kendaraan tersebut, kami berdua pun berunding. Saya menawarkan opsi untuk mencuci mobil terlebih dahulu pada pagi hari dan teman saya menawarkan untuk mencuci motor terlebih dahulu. Alasan saya untuk mencuci mobil terlebih dahulu pada pagi hari ialah karena akhir-akhir ini sering turun hujan pada siang dan sore hari, sehingga menghindari mobil terkena hujan setelah dicuci, sedangkan teman saya berargumen bahwa dengan mencuci mobil setelah motor, maka mobil akan terlihat lebih bersih ketika menjemput si empunya mobil yang akan datang malam harinya. Tentu saja saya kurang sependapat dengan hal itu, sebab walaupun dicuci pagi ataupun sore akan terlihat sama saja apabila mobil tersebut tidak digunakan dan langsung dimasukkan ke garasi. Apalagi mengingat kondisi cuaca sore hari yang sering hujan, sehingga akan membuat mobil kembali kotor setelah dicuci. Setelah mendengar argumen saya dan sepertinya dia juga kehabisan argumen, maka kesepakatan akhirnya tercapai sesuai dengan rencana saya.

Meskipun sama-sama ingin mencuci mobil, namun yang kami rundingkan dalam hal ini ialah waktunya. Dalam perundingan ini saya menggunakan taktik contending dengan alasan persuasif, yaitu dengan menjadikan cuaca sebagai elemen penting di dalamnya. Saya memilih untuk mencuci mobil pada pagi hari daripada siang atau sore hari sebab cuaca di pagi hari jauh lebih baik. Salah satu faktor yang juga cukup menentukan dalam negosiasi ini ialah adanya time pressure bagi kami, yaitu mencucinya sebelum si pemilik mobil datang pada malam harinya, sehingga saya lebih menekan untuk segera melakukannya dan teman saya dengan cepat menyetujui negosiasi tersebut.

29. Sirajudin Hasbi Hari sabtu yang lalu saya berhalal bi halal di rumah teman. Tiba - tiba seorang teman saya menelepon memberitahu bahwa sore nanti jam 3 akan bertanding futsal dan mengajak saya turut serta. Saya jawab saya tidak bisa karena masih ada acara dan menyarankannya untuk mengajak yang lain. Dia terus membujuk saya untuk ikut, karena beberapa teman yang lain tidak bisa datang. Selanjutnya saya meminta waktu untuk berpikir dan berjanji akan menelepon balik.

Page 14: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

Setelah beberapa saat, saya meneleponnya dan mengatakan tidak bisa ikut karena acara baru selesai jam 2.30 dan tidak membawa sepatu futsal sedangkan untuk mengambil sepatu ke rumah dibutuhkan waktu sekitar satu jam, jadi nanti tidak akan cukup waktu dan itu cukup melelahkan bagi saya meski sebenarnya saya sangat ingin ikut bermain futsal. Dia masih terus membujuk. Karena tidak enak terus - menerus dibujuk, saya mengatakan bahwa saya bersedia ikut apabila dia mau membawakan sepatu saya. Dia kemudian setuju karena dia belum berangkat dan rumah dia dekat dengan rumah saya. Akhirnya kami dapat bermain futsal bersama - sama.

Negosiasi yang kami lakukan menghasilkan hasil win - win dengan pendekatan strategi problem solving. Dimana kedua belah pihak mendapat kepentingannya masing - masing. Saya tidak capai hanya untuk mengambil sepatu futsal dan dapat bermain futsal, sedangkan untuk teman saya dia berhasil mendapatkan tambahan pemain untuk pertandingan futsal karena akhirnya saya bersedia ikut serta. Hasil yang memuaskan ini tidak terlepas dari sifat kompromi yang sama - sama kami tunjukkan dalam negosiasi ini.

Negosiator di sini juga melakukan teknik bernegosiasi yang baik, yaitu dengan menciptakan ide - ide brilian untuk menyelesaikan permasalahan kedua belah pihak sehingga tercipta win - win solutions yang tepat bagi keduanya. Serta inspiratif, yang membuat kedua negosiator tetap bersemangat untuk melanjutkan negosiasi.

30. Shelley Yuniarti Liburan idul fitri yang lalu saya dan keluarga pergi mudik ke Pekalongan selama 3 hari 2 malam. Setelah jalan-jalan di sana dan bertamu ke tempat saudara saya kami pulang pada hari ketiga dengan menggunakan travel. Waktu yang ditempuh kira-kira 4 jam, ketika akan sampai di daerah Magelang supir berhenti sejenak untuk istirahat dan menanyakan tempat tujuan kami. Karena rumah kami agak masuk gang maka kami meminta kepada supir travel tersebut untuk memberhentikan kami di agen travel tempat kami berangkat ke Pekalongan kemarin. Akan tetapi, supir tersebut menolak karena jalannya tidak searah dengan tujuan berikutnya yaitu Yogyakarta sehingga dia tidak mau memutar-mutar. Ibu saya sudah menawarkan untuk memberi bayaran lebih tetapi supir tersebut tetap menolak dengan alasan mengejar waktu pemberangkatan berikutnya dari Yogyakarta ke Pekalongan. Alhasil perundingan menjadi lebih bargaining dan akhirnya kami meminta diturunkan di gang yang paling dekat dengan rumah kami meskipun dengan demikian kami harus jalan kaki dengan membawa tas dan barang-barang lainnya.

Posisi kami adalah diantarkan sampai rumah dan kepentingannya adalah barang bawaan yang terlalu banyak sehingga susah membawanya. Posisi supir adalah tidak mengantarkan kami sampai rumah dan kepentingannya adalah mengejar waktu pemberangkatan berikutnya. Perundingan ini tidak dapat menjadi problem solving disebabkan karena beberapa hal yaitu waktu berunding yang relative singkat karena hanya di tempat pemberhentian sekitar 10 menit sehingga tidak memunculkan opsi-opsi tertentu yang dapat menjembatani kepentingan kedua pihak. Selain itu, lawan berunding (supir) memiliki kepentingan yang menyangkut banyak orang dan tanggung jawab pekerjaannya sehingga susah untuk dipertemukan dengan kepentingan kami. Isu yang tidak berkembang juga membuat perundingan menjadi stuck atau berhenti.

31. DIMAS ARYA PAMBUDI KATIM Peristiwa ini terjadi pada hari Minggu, 28 September 2008. Pada hari itu saya berkesempatan melakukan buka puasa bersama teman-teman SMA saya di kota asal saya, Bogor. Selesai berbuka puasa, salah satu teman saya mengajak menonton film Laskar Pelangi, yang saat itu baru diputar di bioskop selama beberapa hari. Ada beberapa teman saya yang sudah menonton film itu sebelumnya, namun lebih banyak lagi yang belum menonton film tersebut. Jadi, yang sudah menonton film Laskar Pelangi pun berpamitan pulang terlebih dahulu dan sisanya termasuk saya langsung bergegas ke bioskop. Kami mengetahui fenomena membludaknya penonton yang ingin melihat film tersebut, sehingga kami sedikit bergegas agar tidak kehabisan tiket. Apalagi saat itu rombongan saya dan teman-teman saya ini tidak bisa dibilang sedikit, sekitar 15 orang. Sayangnya saat saya sampai ke dalam bioskop, film baru saja dimulai. Saat itu sekitar pukul 20.40 WIB dan film Laskar Pelangi yang jadwalnya paling dekat dimulai pada pukul 20.30 WIB. Saya dan beberapa teman saya yang lain mengusulkan untuk menonton Laskar Pelangi pada keesokan harinya saja, hari Senin siang. Namun beberapa teman saya yang lain bersikukuh untuk menonton pada hari itu juga. Tidak apa-apa telat sedikit, yang penting mereka dapat menonton film itu. Setelah saya menanyakan tempat duduk yang tersisa di dalam teater bioskop, hanya tersisa sekitar kurang dari 20 kursi di dua baris terdepan. Tentu tidak nyaman menonton di barisan paling depan seperti itu karena kita harus menenggak saat menonton. Namun beberapa teman saya tetap berpendirian teguh pada keinginannya, tetap ingin menonton saat itu juga. Saat saya tanyakan lebih lanjut pada mereka, mereka malas kembali lagi ke bioskop pada hari Senin, karena hari Senin adalah hari nomat (nonton hemat) dimana harga tiket bioskop lebih murah daripada harga saat weekend sehingga pasti akan sangat ramai. Mereka juga takut akan kehabisan tiket jika menonton besok. Saya pun mengusulkan agar bagaimana kalau kita memesan tiket saja dari sekarang. Saya menanyakan siapa yang tidak

Page 15: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

berhalangan jika menonton filmnya besok, dan ternyata hanya dua teman saya yang berhalangan dan tidak dapat ikut menonton pada hari Senin. Untungnya mereka tidak termasuk dalam golongan ‘memaksa menonton hari itu juga’ dan mengatakan mereka akan menonton bersama pacar masing-masing saja. Saya pun mengatakan pada teman saya yang tersisa, memesan tiket untuk besok tentu lebih enak, karena selain harga tiketnya sedikit lebih murah, kursinya pun tentu masih banyak yang tersedia sehingga tidak perlu berpayah-payah menonton di baris terdepan. Setelah sedikit berembuk, akhirnya teman saya yang tadinya bersikukuh menonton hari itu juga, mau ikut menonton hari Senin.

Isu kali ini adalah menonton film. Saya dalam posisi ingin menonton keesokan harinya saja agar dapat menonton film dari awal hingga selesai, dapat duduk di barisan tengah dan dengan harga tiket yang lebih murah. Sedangkan posisi teman saya adalah ingin menonton saat itu juga karena kepentingannya adalah ia tidak ingin kehabisan tiket jika menontonnya besok, karena asumsinya penonton hari Senin pasti akan sangat banyak.

Gaya berkonflik saya kali ini bisa dibilang kolaborasi, saya memperhatikan kepentingannya yang tidak mau mengantri terlalu lama keesokan harinya hanya untuk mendapatkan kenyataan bahwa tiket telah habis, dengan cara memesan tiket sehari sebelum menonton. Ia pun mau memperhatikan keinginan saya yang ingin menonton dengan nyaman di kursi barisan tengah, dan membeli tiket dengan harga yang lebih murah. Setelah saya memberikan berbagai alasan persuasif yang mendukung opini saya bahwa menonton besok lebih menyenangkan, teman-teman saya yang sebelumnya tidak setuju akhirnya menyanggupinya.

Melihat tahap-tahap perundingan di atas, walaupun mungkin posisi saya lebih dimenangkan kali ini, namun saya merasa negosiasi saya kali ini tergolong problem solving, karena saya dan teman saya dapat menyelesaikan negosiasi dengan win-win solution serta memeperhatikan apa kepentingan dan keinginan masing-masing.

Jika ditilik, kepentingan saya yang paling utama: menonton di barisan tengah dengan enak, mendapat harga tiket yang sesuai dan dapat menonton dari awal hingga akhir, tidak setengah-setengah, Dan kepentingan teman saya: tidak ingin kehabisan tiket jika menonton pada hari Senin, karena biasanya hari Senin bisokop ramai oleh pengunjung dengan sistem nonton hematnya itu. Karena itu, saya menggunakan taktik logrolling, dimana saya mementingkan prioritas utama masing-masing. Prioritas teman saya dapat terpenuhi, dengan cara membeli tiket sejak sehari sebelum menonton sehingga terjamin tidak akan kehabisan tiket, dan kepentingan saya pun juga dapat terpenuhi.

32. (rahasia)

33. PIJAR R. 21999Seorang teman saya sedang belajar menjalankan suatu bisnis sepatu kecil-kecilan dan menawarkan saya untuk menjadi salah satu pelanggan pertamanya. Produk yang ia tawarkan adalah sepatu-sepatu berjenis kanvas biasa namun memiliki motif atau gambar yang dapat dipesan sesuai permintaan pelanggan yang nantinya akan dicoba dilukis oleh teman saya itu sendiri. Teman saya menawarkan harga Rp 75.000 untuk sepasang sapatu yang dilukis. Saya menawar harga Rp 65.000 (goals) dengan alasan harga teman dan promosi pelanggan pertama. Namun teman saya tetap agak keberatan dan meminta saya untuk menaikkan harga tawaran. Limit saya adalah Rp 70.000, setelah meminta pertimbangan seorang teman yang lain tentang harga dan jenis produk yang sedang dipromosikan, harga tersebut adalah harga yang paling pas. Setelah tawar menawar cukup lama, teman saya menurunkan harga menjadi Rp 70.000. Dengan niat membantu teman dan menjadi penglaris saya menyetujui harga Rp 70.000 namun dengan permintaan tambahan: gambar/motif yang berbeda pada sepasang sepatu. Produk sepatu itu awalnya hanya menawarkan satu jenis motif saja per sepasang sepatu. Misalnya, sepasang sepatu bergambar kartun Mickey Mouse saja. Sedangkan saya meminta sepasang sepatu, yang satu bergambar Mickey Mouse dan yang satu lagi Goofy. Teman saya menyetujui permintaan tersebut karena sekarang karena cukup unik dan sesuai dengan trend sekarang ini, selain itu ia mendapatkan banyak pilihan untuk ditawarkan nantinya. Bargaining range negatif karena saya mendapatkan harga di atas tawaran pertama, namun menjadi problem solving karena masing-masing pihak mendapatkan keuntungan. Akhirnya kami deal harga Rp 70.000, saya mendapat sepasang sepatu sesuai pesanan dengan harga cukup murah dan teman saya tetap mendapatkan keuntungan serta ide baru untuk menawarkan produk-produknya.

34. DESI ROSITA Minggu lalu saya melakukan negosiasi dengan orang tua saya mengenai waktu kembali saya ke Jogja. Saya menginginkan kembali ke Jogja pada hari selasa, sedangkan kedua orang tua saya menginginkan saya untuk kembali ke Jogja pada hari kamis, sehingga tidak setuju jika saya kembali pada hari selasa. Alasan kedua orang tua saya tidak

Page 16: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

mengijinkan saya kembali hari selasa adalah mereka menginginkan saya untuk menemani adik saya yang sendirian dirumah karena orang tua saya sedang sibuk bekerja. Saya menjelaskan alasan saya kepada orang tua saya antara lain saya ingin mengerjakan tugas yang harus segera dikumpulkan, selain itu juga karena saya memiliki janji dengan teman lama pada hari kamis. Meskipun mengetahui alasan-alasan tersebut orang tua tetap tidak setuju. Akhirnya saya mengusulkan untuk mengajak adik saya pergi ke Jogja untuk satu hari dan mengajaknya jalan-jalan disana daripada sendirian dirumah, mendengar usul yang saya ajukan tersebut orang tua saya setuju dan mengijinkan saya untuk kembali ke Jogja pada hari selasa dengan mengajak adik saya untuk ikut pergi.

Negosiasi yang saya lakukan tersebut menggunakan taktik memecahkan masalah ( problem Solving) yakni Bridging (menjembatani) dimana kepentingan saya maupun kedua orang tua saya terpenuhi, meskipun pada awalnya kepentingan saya tidak tercapai tetapi saya memikirkan kepentingan orang tua saya juga sehingga kepentingan kami sama-sama tercapai.

35. M RifatLibur Lebaran merupakan liburan yang diunggu seiap orang, termasuk saya. Tanggal 27 September saya pulang mudik bersama adik saya naik bus antar provinsi. Di dalam jadwal, seharusnya kami sampai tanggal 28 September pada malam hari, namun di Pelabuhan Merak terjadi kemacetan selama 12 jam. Hal ini tentu saja menyebabkan keterlambatan, sehingga kami sampai di Palembang tanggal 29 September pagi.

Sebelum pulang, saya sempat berjanji dengan teman akrab saya untuk buka bareng di Palembang tanggal 29 September. namun karena pada tanggal 28 September saya belum sampai di rumah, Saya tidak mungkin meninggalkan buka di rumah di hari pertama saya sampai di Palembang.

Awalnya teman akrab saya sangat ingin saya menepati janji karena dia tampaknya hanya mempunyai waktu cuma pada hari itu. Namun setelah melakukan negosiasi yang cukup lama akhirnya dia membiarkan saya untuk buka puasa di rumah tanggal 29 September, dan sebagai gantinya saya akan buka puasa bersama dengannya tanggal 30 September.

Posisi saya pada saat itu adalah menunda berbuka bersama teman saya pada tanggal 29 September. dan posisi dia adalah tetap ingin berbuka bersama saya tanggal 29 September. Kepentingan saya di dalam posisi tersebut ialah karena saya ingin berbuka bersama keluarga saya di hari pertama saya sampai di Palembang. Sedangkan kepentingannya adalah bertemu dan berbincang-bincang dengan saya. Gaya berunding yang saya gunakan adalah problem solving dengan menggunakan kompensasi fisik karena saya berjanji untuk lebih bisa mengobrol dengannya lebih lama

36. (RAHASIA)

37. Angga Kusumo HarwinindyoPulang Kota Yuukk…. Ramadhan berlalu, lebaran pun juga berlalu. Tak terasa lebih dari 30 hari sudah kita menjalani ibadah puasa dilengkapi dengan hari raya Idul Fitri 1429 H pada tanggal 1 Oktober 2008.

Aku yang kuliah di Jogja pun sepertinya tak ingin kalah dengan “budaya” mudik oleh orang Indonesia kebanyakan. Setelah menjalani lebaran di Solo dan juga kembali mempererat tali temali silaturahmi selama kurang lebih satu minggu, aku berpikir masih aka ada waktu satu minggu untukku belajar di rumah. Tercetus dalam benakku kalau aku ingin pulang ke kota, yakni Jakarta. Hehe, sepertinya yang satu ini bukan pulang kampung ya.. Okelah aku memutuskan untuk pulang dan karena ada mobil juga yang harus dibawa pulang ke rumah, aku akhirnya mengendarai mobil itu.

Orangtuaku meminta omku yang ada di Semarang untuk menemaniku sekaligus ada beberapa pekerjaan yang akan diberikan di rumah. Pikirku, oke bukan masalah besar juga bagiku. Setelah mengantar orangtuaku ke Bandara Adi Sumarmo Solo, aku dan kakak tertuaku pulang ke rumah Semarang.

Proses negosiasi terjadi ketika aku dan omku akan pulang ke Jakarta. Aku punya tuntutan bahwa aku ingin berangkat jam 5 pagi dari rumah Semarang dengan tujuan sampai Jakarta kira-kira jam 2 siang. Batasku setidaknya jam 6 pagi sudah harus berangkat agar tidak terlambat. Dan aku adalah orang yang sebenarnya malas berhenti di perjalanan untuk istirahat. Oke tidak masalah kata omku dan kamipun berangkat jam setengah 6. Namun ketika di perjalanan, omku meminta berhenti sebentar untuk sarapan. Batinku berperang untuk itu. Dengan menjelaskan argumentasi-argumentasi supaya tidak berhenti aku mencoba untuk meyakinkan omku. Namun omku tetap ingin sarapan terlebih dahulu. Oke kita berhenti pikirku, namun aku mengatakan kita akan berhenti saat mendekati jam makan siang agar bisa sekalian sholat sehingga tidak perlu dua kali berhenti. Sarapan tertunda dan aku pun harus mau untuk berhenti dulu. Sebelum berhenti pun aku juga mengingatkan

Page 17: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

bahwa tidak untuk berlama-lama berhenti karena waktu yang ada harus dimanfaatkan di perjalanan supaya tidak terjebak macet. Untuk mencapai hal itu, aku mencari tempat makan yang sudah masuk daerah Jawa Barat agar lebih dekat ke arah Ciakmpek sehingga perasaan pulang pun semakin dekat. Omku kemudian memberikan tawaran bahwa aku akan ditraktirnya makan. Cukup asyik, namun yang jelas aku tetap bersikukuh meskipun berhenti kami harus cepat.

Setelah makan, sholat dan sebagainya dengan waktu yang cukup, kami melanjutkan perjalanan. Aku langsung menginjak pedal gas mobil. Namun, tak disangka tak dinyana keadaan pulalah yang menggagalkan tujuanku dan aku sudah sempat bernegosiasi dengan omku sebelumnya. Banyak kecelakaan dan jalanan bagaikan lautan motor sehingga cukup menghambat laju kendaraan roda empat atau lebih. Yasudah mau bagaimana lagi. Dan kamipun sampai rumah pas dengan adzan maghrib.

Dalam hal ini, negosiasi terjadi ketika aku dan omku harus menentukan jam berangkat serta apakah harus dengan berhenti atau tidak. Tuntutanku adalah berangkat jam 5 pagi, namun akhirnya harus berangkat jam setengah 6 tapi tidak masalah karena belum mencapai limit. Tujuannya adalah supaya lebih cepat sampai ke rumah. Di sisi yang lain juga aku sebenarnya tidak ingin berhenti. Dengan menggunakan persuasive arguments dan time pressure aku bernego dengan omku. Kami sempat dalam posisi sama-sama positional commitments. Namun akhirnya aku mencoba bridging dengan kami saling mengorbankan prioritas kami, jadi berhenti namun dengan waktu yang tak lama. Di sisi yang lain, omku memberikan kompensasi ketika aku akhirnya mau untuk berhenti meski sebentar.

38. Bela Reza TanjungPengalaman negosiasi saya kali ini adalah dengan sahabat-sahabat saya. Kejadiannya terjadi hari Selasa minggu ini. Waktu itu kami (sahabat-sahabat) saya sedang ada masalah yang cukup menghawatirkan, beberapa bulan belakangan ini ada kejanggalan tinkah laku salah satu teman sahabat saya. Intinya ia ingin memisahkan diri dengan kami. Sebenarnya masalahnya sudah lama terbentuk, akan tetapi permasalahan tersebut menapai puncaknya kira-kira 2 minggu sebelum saya menulis NL saya ini. Salah satu sahabat saya ini ingin memisahkan diri ini sangat-sangat sulit diajak berkomunikasi ia terkesan lebih memilih langsung untuk menjauh dengan kami semua tanpa ada suatu hal yang di bicarakan kepada kami semua. Belakangan setelah akhirnya kami tahu alasan dia kenapa dia berbuat seperti itu, adalah ia merasa terpojok oleh kami semua dan merasa kurang nyaman dengan salah satu diantara kami ini karena yang pada intinya sering mengejek Ia yang sudah mempunyai pacar baru, dan bahkan ia menyatakan salah satu teman yang ia rasa tidak nyaman tersebut sering mengusili pacarnya, karena juga sering mengejek. Memang sebenarnya kami semua kalau sudah bercanda kadang-kadang sering terlewat batas, akan tetapi kami bisa menerima semua itu, karena memang sebenarnya kami sudah saling mengetahui karakter masing-masing orang. Akan tetapi perlu diketahui sebelum kami mengetahui alasan tersebut, ia sangat sulit di ajak berkomunikasi secara langsung, ia lebih melakukan tindakan menghindar saya merasa ini seperti tindakan ia (withdrawal) untuk sesuatu yang menyerang, karena ia sangat tahu jika dari kita saja tidak hadir jika ada acara kumpul-kumpul kami pasti selalu merasa “kurang”, oleh karena itu saya pribadi berfikir seperti itu. Saya disini akan menceritakan bagaimana saya melakukan suatu hal yang membuat ia akhirnya berbicara secara langsung terutama pribadi kepada saya dan juga kepada teman-teman saya yang lain.

Pada awalnya saya bingung harus melakukan apa, karena saya sangant tahu teman saya yang satu ini sangat keras egonya dan wataknya, terlebih lagi ia tidak mau bercerita kalau pun ia tidak suka ataupun apa?, sehingga saya lebih bingung,. Akan tetapi setelah bebrapa lama hal tersebut membuat saya berfikir, dia juga tidak akan berbuat seperti ini jika tidak ada yang salah. Saya mulai berfikir bagaimana cara agar membuat ia bercerita secara langsung kalaupun ada yang salah dari kami atau diri saya. Oleh karena itu kemudian saya berfikir untuk melakukan “harrastment terselubung” gangguan-gangguan saya ini saya buat dengan cara mennyindir dan sedikit membangun opini public tentang dia, memang stidak baik, akan tetapi saya tegaskan disini saya bukan bermaksud “bergosip”(menggosipi dia) saya hanya membangun opini dengan sahabat-sahabat saya ini, dan tidak membangun opini dengan orang-orang di luar sahabat saya. Dengan cara membicarakan tentang kehidupannya, seperti bagaimana kehidupan-kehidupan dia sekarang, misalanya hanya berdua terus saja dengan pacaranya yang mungkin mempengaruhi ia menjadi berbuat seperti itu(menjauh dari kami, sulit di temui dan diajak berbicara). Disini saya berfikir karena jika saya menjadi dia ada hal yang tidak enak di dengar dan di pikirkan seperti itu buat orang seperti dia yang egonya besar tentu saja sangat akan merasa terganggu, apalagi kami semua tidak pernah mendengar langsung tentang dia langsung dari mulutnya. Sekian lama sekitar 1 minggu keadaan ini berjalan akhirnya ia menunjukan diri juga dan mulai mau berbicara, ia kemudian meng-kontak saya mengajak ingin berbicara. Di sini negosiasi kami dimulai. Kemudia saya mendengarkan cerita dan argument-argumen dia, ternyata setelah ia bercerita saya mengerti, seperti yang saya katakana di awala tadi yaitu ia merasa terpokjok dan merasa tidak nyaman dengan salah satu dari kami. Kemudian ia juga menyampaikan kepentingannya, yaitu keadaan kita semuanya sekarang ini telah berubah, ia mau ia di hargai secara pribadi, urusan-urusan yang pribadi yang menjadi privasi masing-masing tidak selalu bisa di utarakan. Memang dari dulu kami, jika salah satu dari kami mempunyai masalah pribadi pasti kami selalu bercerita semua, karena kami semua merasa wajib untuk membantu satu sama lain apapun itu masalahnya. Di sini saya mulai berfikir jika saya menjadi dia, saya kemudian mengeri kalau memang mungkin keadaanya yang sudah mulai berubah, tidak semua hal

Page 18: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

yang bersifat privasi juga bisa di utarakan semuanya walapun itu dengan sahabat, saya berfikir kalau suatu saat nanti mungkin saya juga megalami hal seperti dia. Kemudia saya menyetujui permintaannya. Akan tetapi saya juga mempunyai permintaan, karena dia juga tidak bisa seperti ini terus. Karena menurut saya kita semua adalah sahabat, jadi jngan sampai kita memutuskan tali silaturahmi, kalupun memang keadaannya yang memang sudah berubah sampai kapanpun kita adalah “sahabat”. Dan saya meminta kepada dia untuk membicarakannya juga kpada teman-teman saya yang lainm, agar semua mengeri bagaimana yang sebenarnya, dan juga meegaskan kepada dia, kalau jngan samapai dia berbuat seperti ini lagi, karena yang kita butuhkan adalah komunikasi untuk menjaga silaturahmi ini. Kemudia di sini saya mulai berhasil memcahkan masalah ini (problem solving), karena di sini “bridging” (menjembatani) dengan kepentingan semua pihak terpenuhi sekaligus, karena pada saat yang sama ketika saya memeinta kepentingan itu ia juga langsung ia penuhi, mingkin di pikiran dia argument saya ini juga benar, “sahabat adalah untuk selamannya”. Dan akhirnya beberapa hari kemudian kami semua berbicara secara langsung dan masalah terselesaikan dengan kepentingan masing-masing terpenuhi.

39. Syarifah AsrianiLebaran kemarin saya pulang ke Jakarta. Sudah lebih dari 6 bulan saya tidak pulang ke Jakarta, karenanya saya ingin memanfaatkan momen silahturahmi saat lebaran untuk melihat-lihat keadaan Jakarta sekarang ini.Setelah puas berkumpul dan bersilahturahmi dengan sanak famili, kami sekeluargapun harus kembali pulang kerumah. Namun, karena hari belum terlalu sore saya meminta kepada orang tua saya untuk tidak langsung pulang kerumah tapi pergi muter-muter lihat-lihat kota Jakarta dulu baru kemudian pulang kerumah. Namun, karena pertimbangan akan mengeluarkan ongkos tambahan, orang tua saya menolak ajakan saya(kami sekeluarga ada 4 orang dan tidak memiliki kendaraan pribadi).Akhirnya saya memberi usulan lain yaitu, kami tetap pulang dengan bis yang bertujuan akhir terminal senen namun dengan bis bernomor lain yaitu bis 77,tapi memeng bis ini lama datangnya(sebelumnya kami naik bis p100 yang langsung menuju terminal senen).Rute bis 77 sebelum masuk terminal senen harus memutar atau melewati beberapa daerah di Jakarta, dengan demikian kepentingan semua pihak akan tercapai. Saya bisa keliling Jakarta dan orang tua saya tidak perlu mengeluarkan ongkos tambahan. Orang tua saya pun setuju,walaupun kami harus menunggu datangnya bis tersebut sekitar 10-15menit.

Strategi :problem solving

Taktik : bridging (menjembatani)

Hasil :win-win

40. Sekar Sari Ketika itu adalah hari ketiga setelah lebaran. Keluarga saya berkumpul di rumah eyang dalam rangka pertemuan trah. Biasanya pertemuan trah keluarga memang merupakan ajang kumpul-kumpul semua sanak keluarga yang ada dalam keluarga besar tersebut. Mulai dari yang tua, dewasa, remaja, juga anak-anak dan jumlahnya mencapai ratusan. Namun, trah keluarga saya ini jumlahnya baru puluhan, yaitu terdiri dari sekitar sepuluh kepala keluarga muda dan anak istrinya, karena baru saja dirintis. Lebaran kali ini barulah pertemuan yang kedua. Trah baru ini bisa dibilang berasal dari dua wilayah, yaitu wilayah utara dan selatan. Setelah acara inti selesai, barulah kami membahas tentang rencana pertemuan tahun depan, terutama masalah waktu pertemuan. Karena dirasa pertemuan hari itu tidak begitu lancar karena beberapa keluarga terlambat hadir. Saat itu, Om Joko menginginkan kalau harinya disepakati dari awal saja dan diterapkan pada pertemuan seterusnya kelak, yaitu H+3 pukul 10.00. Saya dan beberapa orang yang lain menanggapi jika masalah waktu tidak perlu dipastikan, karena masing-masing orang memiliki kepentingan yang berbeda dan tidak pasti,(termasuk saya yang biasanya ada syawalan organisasi yang menemui jajaran pemkot dan lain sebagainya) dan itu tidak dapat diprediksikan dari sekarang. Jadi masalah waktunya tidak perlu ditentukan dari sekarang, akan tetapi mengacu pada waktu yang disepakati jika memang sudah mendekati lebaran tahun berikutnya. Berdasarkan wacana tersebut saya mencoba usul yaitu di awal ini kita memang menentukan waktunya terlebih dahulu, akan tetapi jika memang besok ada keperluan lain ya bisa diubah, toh tiap daerah ada koordinator wilayahnya. Akhirnya keputusan akhir adalah jadwal pertemuan trah tiap tahunnya ditentukan terlebih dahulu yaitu H+3 pukul 10.00, akan tetapi tidak mutlak, karena kesepakatan koordinator wilayah tiap tahunnya memiliki andil yang sama besar dalam menentukan waktu pertemuannya.

Dari perundingan tersebut, maka posisi Om Joko adalah waktu ditentukan dari awal dan digunakan seterusnya. Posisi saya adalah tidak perlu ditentukan dari sekarang, tetapi berdasarkan penentuan beberapa hari sebelum lebaran saja. Kepentingan Om Joko adalah supaya pertemuan berjalan lancar tanpa ada yang terlambat, masing-masing orang dalam keluarga tersebut bisa mempersiapkan diri dengan mengosongkan hari itu dan hanya dipergunakan untuk pertemuan trah, juga supaya tiap tahun tidak perlu koordinasi berkepanjangan lagi masalah waktu pertemuannya. Kepentingan saya adalah pertemuan berjalan lancar dan acara lain tetap terpenuhi tanpa harus mengkhususkan hari, tanpa harus membatalkan agenda pada H+3 yang siapa tahu juga penting. Taktik yang digunakan dalam perundingan ini adalah bridging, karena

Page 19: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

keinginan kedua belah pihak terpenuhi dengan adanya hasil tersebut. Gaya berkonfliknya merupakan kolaboratif karena kesepakatannya mempedulikan kepentingan kedua pihak, sehingga kualitas kedua perunding tetap tinggi dan relatif mudah mencapai kesepakatan karena ada kepentingan yang sama yaitu lancarnya pertemuan trah itu sendiri. Gaya kolaboratif ini memang cocok apalagi kedua pihak yang terlibat memiliki hubungan masa depan persaudaraan dan itu dianggap penting. Selain itu yang penting dalam perundingan ini adalah menempatkan diri. Kita harus menempatkan diri sebaik mungkin. Karena berhadapan dengan orang yang lebih tua maka kita harus menjaga agar tidak seperti menggurui, tetapi tetap memposisikan bahwa seolah-olah beliau tetap di atas kita. Penggunaan bahasa jawa krama (tingkatan yang lebih tinggi atau halus) merupakan salah satu trik khusus yang saya gunakan, karena dalam keluarga saya yang beretnis jawa itu artinya merupakan suatu bentuk penghormatan.

41. Yuliana Putri Anggraini / 21631 Perundingan terpenting saya edisi keempat ini adalah mengenai menonton film di bioskop. Ceritanya begini, saya sangat ingin sekali menonton film Laskar Pelangi yang baru-baru ini sedang booming di bioskop, lawan berunding saya adalah dengan pacar saya, sebut saja si A. Semula kami berdua mempunyai posisi yang sama yaitu sama-sama ingin menonton filmnya, namun setelah kejadian antri-mengantri tiket selama 2 hari dan tidak berbuah apa-apa maka posisi kami berubah. A yang sudah 2 hari rela mengantri demi 2 tiket Laskar Pelangi tidak berminat lagi nonton dalam waktu dekat karena antriannya yang luar biasa panjangnya, tapi saya yang tidak merasakan secara langsung bagaimana capeknya mengantri selama berjam-jam masih berniat untuk mendapatkan tiket nonton itu dalam waktu dekat ini, karena kepentingan saya adalah mumpung masih ada sisa uang angpaw lebaran dan masih dalam masa libur kuliah juga.

Karena saya tahu A akan meninggalkan perundingan karena jengkel tidak dapat tiket dengan mengembalikan uang nonton yang sudah saya kasih ke dia, maka saya menggunakan gaya kolaboratif atau problem solving dengan taktik expanding the pie yaitu dengan membujuknya agar mau meneruskan perundingan dengan cara mengajaknya makan bersama dan rencana nonton film Laskar Pelangi bisa dilakukan minggu depannya lagi agar antriannya tidak terlalu banyak seperti sekarang. Disitu kepentingan dan posisi saya sedikit berubah dari awal, yaitu masih dapat nonton walaupun tidak dalam waktu dekat, namun hubungan saya dan A masih tetap bisa harmonis. Di samping itu, uang 40ribu untuk nonton 2orang juga dapat saya gunakan dulu untuk membayar uang listrik kost yang belum saya bayar.

42. Ahmad Syifa’ Rifa’i Hari Kamis malm tanggal 9 oktober 2008 saya dengan adik saya jalan-jalan hanya untuk sekedar mencari sepatu futsal. Di jalan pramuka saya menemukan sepatu yang saya sukai. Tetapi setelah saya lihat ukurannya masih terlalu kecil dan saya meminta ukuran yang lebih besar kepada si penjual. Spontan si penjual bilang bahwa ukuran itulah yang terbesar. Bergegas saya langsung ingin pergi dari toko itu untuk mencari di toko lain. Tetapi si penjual tidak membiarkan saya pergi begitu saja. Penjual beralasan akan mencarikan barangnya lagi dan sedikit memakasa saya untuk tetap di toko itu. Sembari menunggu sepatunya dicarikan, si penjual menawarkan sepatu-sepatu yang lainnya. Si Penjual bilang kepada saya kalau sepatu yang saya sukai tadi adalah sepatu yang model lama, dan sekarang inovasi-inovasi baru telah dikeluarkan. Dia menawarkan sepatu-sepatu inovasi barunya kepada saya.

Dan disinilah perdebatan dan negosiasi dimulai. Pada dasarnya saya memang tidak suka sepatu inovasi tersebut. Si penjual menyebutkan kelebihan-kelebihan sepatu inovasi baru dan kelemahan-kelemahan sepatu model lama. Dia bilang sepatu inovasi baru tidak licin dan lebih enak untuk menendang bola daripada sepatu model lama. Lalu saya bertanya kenapa penjual itu tahu sepatu inovasi baru tidak licin dan lebih enak untuk menendang bola daripada sepatu model lama. Dia menjawab, “lo kan saya penjualnya jadi pasti tau”.

Saya bertanya “emang pernah maen futsal(si penjual sudah terlihat tak muda lagi)”. Penjual menjawab,”ya jelas pernah”. Saya membalas, “Dimana mas?”. Lalu si penjual terdiam sebentar dan mengelak, “ya dicoba di lantai aja kan bias mas” Spontan saya bilang, “waaa bapak bohong ya belum pernah maen futsal? Lagipula aneh masa sepatu inovasi baru lebih berkualitas kok harganya sama”. Si penjual terdiam sebentar dan masi saja menjawab, “ya memang sama mas”, tanpa argument lain dan terlihat berhenti melebih-lebihkan sepatu yang dianggapnya inovasi baru. Saya hanya tersenyum, dan untuk mengakhiri negosiasi ini saya bilang, “kapan pak kluar yang baru lagi?”. “Selasa depan mas” jawabnya. “ ya sudah pak kalau begitu selasa depan saja saya kesini lagi” jawab saya dan akhirnya pun saya dibiarkan pergi.

Analisa saya adalah untuk menjadi negosiator yang bagus, selalu berpegang teguh pada pendirian kita walaupun posisi kita sulit. Lalu patahkanlah argument-argumen lawan yang tidak ada bukti yang jelas, dan hanya bilang “Katanya”. Dan pikirkanlah sebuah negosiasi dari berbagai sudut agar bias memenangkan negosiasi tersebut.

43. Amalina Luthfiani

Page 20: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

Negosiasi terpenting yang saya lakukan pada minggu ini adalah ketika saya berangkat ke Jogja kembali setelah libur hari raya. Pada hari Senin tanggal 6 saya memutuskan untuk berangkat ke Jogja naik Travel. Seperti biasa pada saat membeli tiket di agen, telah terjadi kesepakatan harga bahwa harga travel naik dari yang semula hanya 40ribu menjadi 50ribu karena arus lebaran. Harga tersebut merupakan harga resmi agen dan tidak dikenakan biaya tambahan karena saya tidak meminta untuk dijemput, melainkan datang ke agen pada hari keberangkatan. Sesampainya di Jogja, saya turun tepat di depan kos di jalan kaliurang km5. Sopir meminta uang tambahan sebanyak 10ribu yang membuat saya kemudian bertanya untuk apa saya harus menambah ongkos karena saya tidak dijemput. Ternyata, karena alamat tujuan saya telah melebihi batas antar, maka saya harus membayar tambahan. Saya bertanya, sebenarnya dimanakah batas alamat tujuan yang tidak dikenakan biaya antar, dan dari sopir saya tahu bahwa batas di utara adalah selokan mataram. Saat itu tuntutan saya tentu saja adalah tidak membayar ongkos tambahan, sedangkan sasaran saya adalah setengah dari tuntutan sopir, yaitu 5ribu rupiah dan saya tidak akan mau membayar lebih dari 7500 rupiah. Dengan pertimbangan bahwa jarak dari selokan ke kos saya kira – kira hanya 1km kurang, saya meminta ongkos tambahan tersebut dikurangi, lagipula sebelumnya saya tidak pernah dimintai ongkos tambahan. Namun, sopir beralasan bahwa jalan kaliurang yang macet turut memakan bahan bakar dan ongkos tersebut tidak dapat ditawar. Saya tetap meminta sopir untuk mengurangi ongkos antar karena sebenarnya harga tiket juga telah naik, dan sebelumnya tidak pernah ada aturan tertulis dalam tiket maupun pengumuman di agen bahwa akan ada ongkos antar untuk daerah yang melebihi batas. Dengan alasan tersebut, kemudian barulah sopir menjelaskan alasan sebenarnya ia meminta ongkos tambahan adalah bahwa karena jatah bahan bakar yang diberikan pada sopir dari daerah kota asal saya adalah yang paling minim dibanding kota – kota lainnya yang menuju ke Jogja. Seringkali sopir terpaksa menggunakan uangnya sendiri untuk menambah bahan bakar yang kurang, oleh karena itu jalan satu – satunya untuk menutup kerugian sopir adalah dengan meminta ongkos tambahan penumpang. Lalu, dengan pertimbangan daripada tidak mendapat ongkos sama sekali untuk menutup uang bensin, ia berkata bahwa saya boleh membayar baerapapun asal dia mendapatkan uang untuk tambahan membeli bensin. Akhirnya kami sepakat saya membayar ongos tambahan sebanyak 5ribu rupiah.

Dari negosiasi saya dengan pak sopir travel, posisi saya adalah tidak membayar ongkos tambahan, sedangkan pak sopir mempunyai posisi mendapat tambahan uang 10ribu sebagai ongkos antar. Kepentingan sopir adalah ia ingin mendapat uang tambahan untuk ongkos bensin, sedangkan kepentingan saya adalah meminimalisir ogkos karena sebelumnya telah membei tiket yang telah dinaikkan harganya. Dengan perhitungan jarak dan konsumsi bahan bakar serta alasan penerapan ongkos yang tidak resmi, saya menentukan tuntutan, sasaran dan batas harga, yaitu tuntutan = 0, sasaran=5ribu dan batas saya = 7500. Dari sisi lawan negosiasi, yaitu sopir diketahui tuntutannya adalah 10ribu rupiah, sasaran=5ribu, dan batasannya adalah mendapat sejumlah uang untuk menutup tambahan uang bensin, berapapun jumlahnya. Hasil negosiasi tersebut dapat dikatakan win – win, karena walaupun tidak dapat memenangnkan posisi masing – masing, namun negotiators sama – sama dapat terakomodasi kepentingannya dengan kesepakatan yang dicapai.

44. Benediktus Priyo Pratomo Negosiasi ini terjadi ketika liburan lebaran kemarin. Ketika itu, saya dan adik saya berada di Yogya. Saya berkeinginan untuk membeli sebuah kemeja di toko A yang hanya berjarak kurang lebih 2 km dari tempat saya. Dan pada saat yang sama juga adik saya, ingin membeli sepasang sepatu merek (sebut saja) “Omega” yang ukuran kakinya, hanya di toko B yang menjual. Masalahnya adalah toko tersebut berjarak cukup jauh, sekitar 8 km dari tempat saya. Dan kebetulan kami hanya memiliki satu sepeda motor, dan kebetulan juga, sepeda motor saya sangat boros pemakaian bahan bakarnya sehingga saya sangat keberatan, jika harus ke toko B yang jauh itu. Maka dengan segenap kemampuan saya, saya pun meyakinkan adik saya tersebut agar membeli sepatu di toko A saja, karena lebih dekat. Namun adik saya masih keras kepala, ingin membeli sepatu dengan merek

“Omega” tersebut di toko B. Lalu saya juga meyakinkan adik saya tersebut bahwa di toko A juga ada sepatu yang ukuran kakinya (kakinya gede, lho), walaupun bukan dengan merek “Omega”. Adik saya tetap kukuh ingin ke toko B dan saya juga tak kalah kukuhnya berbicara panjang lebar tentang merek, kesamaan kualitasnya, juga tentang borosnya motor saya, tentunya. Walaupun pada awalnya adik saya tidak mau menerima pendapat saya, lama-kelamaan dia mulai terpengaruh oleh argumen saya,dan akhirnya kita pergi ke toko A, saya membeli kemeja yang saya inginkan, dan dia membeli sepatu, walaupun tidak yang bermerek “Omega”.

Pada negosiasi di atas, posisi saya adalah membeli kemeja di toko A, dengan kepentingan hemat bensin. Posisi adik saya membeli sepatu di toko B, dengan kepentingan ingin sepatu merek “Omega”. Isu-isu yang timbul adalah, merek sepatu, jarak tempuh, keterbatasan alat transportasi. Taktik berunding yang terlihat di atas, adalah problem solving, yaitu dengan cara kompensasi spesifik. BATNA yang sempat terpikirkan oleh saya adalah meminjam motor ke teman kos saya, untuk adik saya sehingga dia bisa pergi ke toko B sendiri.

45. Wahyuningsih

Page 21: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

Saat premier film laskar pelangi, saya dan teman - teman mengantri tiket sejak pagi hari. Kami sudah berada di pusat perbelanjaan sebelum tempat tersebut buka. Ternyata sesuai dengan perkiraan kami, calon penonton membludak. Namun karena kami telah mengantisipasi dengan datang lebih awal maka kami mendapatkan antrian di bagian depan loket.

Kami ( waktu itu 3 orang ), berpencar mencari posisi antrian yang paling baik. Akhirnya saya mendapatkan posisi yang lumayan di depan dibanding dengan salah satu teman saya. Ketika telah berada tepat di depan loket, tiba - tiba ada seorang perempuan mendekati saya dan berniat untuk menitip di belikan tiket. Namun karena saya telah membeli tiket untuk 9 orang, maka saya tidak mau di titipi oleh mbak tersebut. Mbak tersebut berusaha melobi saya dengan sedikit paksaan. Dia beralasan bahwa dia hanya menitip 3 tiket saja. Namun saya tetap menolak, karena saya berpikir dia mau enaknya saja menitip pada orang, saya juga kasihan dengan sesama pengantri yang sejak pagi hari telah antri dan berlari - lari. Jika semua orang yang berada diantrian paling depan mau di titipi maka mereka yang dibelakang akan kehabisan tiket. Mbak tersebut kembali memaksa saya, kali ini dengan imbalan uang jika saya mau membelikan tiket untuknya. Saya tetap tidak mau. Saya berusaha mempertahankan pendapat saya.

Karena mbak tersebut tidak mau mengalah juga, akhirnya saya memberikan penawaran bagaimana kalau dia mengambil tempat antrian teman saya yang ada di belakang. Teman saya tidak perlu mengantri lagi karena tiket sudah saya beli. Tempat antrian teman saya juga tidak terlalu di belakang sehingga kemungkinan untuk mendapat tiket juga besar. Akhirnya mbak tersebut menyetujui usulan saya.

Dalam kasus ini, saya berusaha mempertahankan keinginan saya yaitu tidak di titipi membeli tiket orang lain. Saya berusaha meyakinkan orang yang menitip bahwa saya tidak mau karena alasan - alasan diatas. Dalam perundingan itu saya berusaha bersikap tegas dengan pendirian saya, namun juga tetap berpikir agar perundingan berakhir tanpa ada yang kalah. Saya bersikap langsung mengutarakan keinginan saya sehingga lawan berunding mengerti apa yang saya inginkan. Straight - forward terhadap tujuan yang ingin di capai merupakan salah satu taktik yang saya gunakan agar perundingan tidak berjalan alot serta lawan mengetahui sejak awal apa yang saya inginkan, karena dalam kasus ini saya telah mengetahui keinginan lawan sejak awal perundingan.

Dengan mengetahui keinginan ( interest ) masing - masing, maka kami yang beruding dapat memikirkan cara - cara lain agar keinginan kami dapat terwujud. Pada akhirnya dalam kasus di atas, saya mengeluarkan alternatif agar saya hanya membeli tiket yang saya butuhkan, serta mbak - mbak yang berniat menitip mendapat tiket dengan mengantri juga tidak merugikan pengantri yang lain.

46. Vitya HanumTanggal 6 Oktober 2008, saya berniat untuk bertemu dengan teman SMA saya. Saya meminta ijin kepada orang tua saya untuk pergi ke rumah teman saya. Posisi saya pergi ke rumah teman saya. Kepentingan saya ingin bertemu teman saya. Posisi orang tua saya tetap di rumah. Kepentingan orang tua saya membantu orang tua di rumah makan milik keluarga. Demand saya, saya harus ke rumah teman saya hari itu juga.

Melihat kondisi tersebut, saya langsung menggunakan taktik menyerang persuasive arguments. Saya mengutarakan beberapa alasan mengapa saya harus pergi ke rumah teman saya saat itu juga. Diantaranya, saya sudah lama tidak bertemu teman saya dan saya ingin bersilaturahmi; saya sudah punya janji bertemu hari itu; dan rumah makan siang itu tidak begitu ramai pengunjung. Namun orang tua saya juga menyerang dengan persuasive arguments. Mereka mengatakan bahwa bertemu dengan teman saya tidak harus hari itu; dan hari ini orang tua saya ingin saya bantu-bantu di rumah makan.

Kemudian saya memakai taktik menyerang time pressure dengan mengatakan bahwa tanggal 8 Oktober, teman saya sudah harus kembali ke Bandung. Sementara tanggal 7 Oktober, rumah makan keluarga saya telah di booking untuk 2 acara besar sekaligus. Dimana rumah makan akan lebih ramai dari biasanya dan saya akan benar-benar dibutuhkan sebagai tenaga tambahan untuk mengurus rumah makan. Sehingga kesempatan yang saya punya untuk bertemu dengan teman saya hanyalah hari itu.

Saya menyerang sekali lagi dengan positional commitment. Saya mengatakan, pilih saya pergi hari ini dan saya bisa bantu besok, atau saya bantu hari ini tapi besok saya pergi dan tidak bisa bantu. Orang tua saya nampak bingung menanggapi situasi itu.

Kebetulan kakak saya yang setiap hari selalu sibuk urusan kampus, hari itu sedang menganggur. Jadi saya mengusulkan BATNA dengan meminta kakak saya menggantikan saya bantu-bantu di rumah makan. Kakak saya setuju dan akhirnya menjadi penyelesaian masalah kompensasi spesifik. Karena saya bisa pergi ke rumah teman saya hari itu dan orang tua saya mendapatkan bantuan tenaga hari itu oleh kakak saya.

Page 22: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

47. Ardaiyenne SMenjelang lebaran tiba, saya mengajak saudara saya untuk ikut menemani saya belanja atau sekedar window shopping di Galeria. Sebenarnya kala itu saya berniat mencari sepatu sandal atau selop untuk keperluan dadakan. Namun, saya ingin mengajak salah seorang teman yang dapat menemani saya berbelanja. Ketika saya mengajak dan menawarkan kepada saudara saya, ternyata saudara saya tersebut langsung menyanggupi karena ternyata saudara saya juga ingin mencari sandal dan membelikan adiknya sepatu. Namun, saudara saya tersebut menawarkan pergi ke Galeria di sore hari karena dia masih harus menyelesaikan pekerjaan rumah sampai siang hari. Namun, saya menawarkan di siang hari saja mengingat di sore hari saya mempunyai acara buka puasa bersama dengan teman-teman saya. Mengetahui hal tersebut, saudara saya mencoba untuk menyanggupinya dan meminta saya untuk menunggu kedatangannya di rumah saya siang hari tanpa menyebutkan spesifikasi jam kedatangannya. Dan selepas zuhur setelah menunggu di rumah, kami bertiga (saya, saudara saya, dan adiknya) berangkat ke Galeria.

Dari kasus di atas, diketahui bahwa posisi pihak pertama dan pihak kedua (saudara pihak pertama) sama, yaitu berbelanja. Namun, mereka mempunyai kepentingan yang berbeda. Pihak pertama dapat dikatakan mempunyai lebih dari satu kepentingan, yaitu mencari teman untuk diajak jalan, mencari sepatu sandal/selop untuk keperluannya. Sedangkan pihak kedua mempunyai kepentingan membeli sandal untuk dirinya dan sepatu untuk adiknya. Dalam hal ini kepentingan kedua pihak dapat kita petakan sebagai berikut:

Pihak pertama: Pihak kedua:

o Mencari dan mengajak teman (prioritas) - Membeli sandal dan sepatu

o Mencari/membeli sepatu sandal

Karena mengetahui kondisi pihak pertama yang mempunyai acara di sore hari, akhirnya pihak kedua menyanggupi tawaran pihak pertama untuk pergi belanja di siang hari. Dan pihak kedua terpaksa meninggalkan pekerjaan rumah yang belum sempat ia selesaikan seluruhnya. Namun, hal tersebut tidak menjadi kendala bagi pihak kedua karena pihak kedua juga mempunyai kepentingan yang sama dengan pihak pertama, yaitu belanja (membeli sandal dan sepatu) dan sekaligus dapat memanfaatkan momentum yang ada (karena ada yang mengajaknya jalan bersama-pihak pertama). Sedangkan pihak pertama dapat memenuhi kepentingannya yaitu mencari teman belanja bersama sekaligus dapat mencari sepatu sendal.

Taktik berunding seperti ini disebut dengan logrolling, di mana berunding dengan melihat kepengtingan masing-masing terlebih dahulu lalu bertukar kepentingan (prioritas). Jika ada pihak yang mempunyai lebih dari satu kepentingan, maka prioritas dari kepentingan-kepentingan itu yang akan didahulukan. Taktik berunding seperti logrolling merupakan salah satu taktik dalam gaya berunding yang collaborating / problem solving. Dari kasus di atas, semua pihak mendapatkan kepentingannya masing-masing. Pihak pertama dapat mengajak teman berbelanja untuk dapat menemaninya berbelanja sedangkan pihak kedua dapat membeli sendal dan sepatu.

Jika dikaitkan dengan matching-mismatching, suatu reaksi menanggapi perilaku pihak lawan, maka kasus di atas mengalami mismatching pada awal negosiasi yaitu ketika pihak kedua menawarkan pergi belanja sore hari, sedangkan pihak pertama menginginkannya di siang hari. Proses matching terjadi di tengah-tengah negosiasi ketika pihak kedua berusaha menyesuaikan/menyeimbangkan pihak pertama yang tidak bisa pergi belanja di sore hari karena telah mempunyai acara lain. Dan pihak pertama juga berusaha untuk menunggu pihak kedua di rumahnya untuk pergi belanja bersama

48. Destania SagitarisheylaKali ini saya melakukan negosiasi bersama orangtua saya. Ibu saya memutuskan untuk membelikan saya tiket pulang pada tanggal 11 Oktober di karena kan kuliah saya masuk tanggal 13 Oktober. Tiket pun di beli dan dicetak karena ibu saya beranggapan tanggal tersebut tidak akan berubah lagi. Namun saya berubah pikiran. Saya memutuskan pulang ke Jogja lebih awal, yaitu tanggal 9 Oktober, karena alasan belum mengerjakan tugas dan tidak membawa bahan untuk belajar ke rumah. Saya pun menyampaikan hal tersebut kepada Ibu saya. Awalnya ibu saya tidak setuju, dia beranggapan bahwa tugasnya bisa langsung dikerjakan begitu saya pulang ke Jogja nanti, belum lagi tiketnya sudah di bayar sehingga Ibu saya berkeberatan untuk membeli tiket baru. Saya mencoba meyakinkan ibu saya bahwa saya memang harus pulang tanggal 9 dengan alasan apabila saya ke Jogja terlalu mepet dengan jadwal masuk maka saya tidak sempat lagi mengulang bahan-bahan pelajaran dan tidak sempat lagi mengerjakan tugas. Akhirnya Ibu saya mengalah membiarkan saya ke Jogja lebih awal dengan syarat saya diharuskan membayar tiket pengganti tersebut dengan tabungan saya sendiri. Saya pun menyetujui syarat tersebut dan kesepakatan pun berhasil kami capai.

Negosiasi kali ini saya memakai taktik menyerang persuasive arguments sekaligus time pressure untuk meyakinkan Ibu saya agar memperbolehkan saya pulang ke Jogja lebih cepat. Hasil yang dicapai adalah problem solving. Gaya konflik

Page 23: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

yang saya pakai adalah compromize dengan taktik memecahkan masalah Kompensasi nonspesifik yaitu Ibu saya setuju saya kembali ke jogja lebih cepat namun saya diharuskan membayar tiket pengganti dengan memakai uang tabungan saya sendiri.

49. Elisabeth NasutionSepuluh hari ini saya berbagi kamar kos dengan seorang teman (A) yang tidak berani tinggal di kosnya sendiri karena ketakutan ditinggal teman-teman kos. Saya sih santai saja. Kami lantas menghabiskan libur Lebaran bersama.

Beberapa hari yang lalu kami meminjam empat DVD film yang ternyata dua diantaranya tidak bisa diputar di laptop saya namun bisa diputar di DVD. Sayang sekali piker saya kalau film ini dikembalikan begitu saja. Untuk sementara saya piker kami tonton saja dua film lainnya. Sebenarnya teman saya yang lain (B) sedang ke Jakarta, dia menitipkan kunci kosnya kepada saya, dan dia memiliki DVD. Hanya saja saya tidak mengajukan ide untuk menonton di sana. Karena beberapa hari sebelumnya kami juga sudah menonton di sana dan A membuat kamar itu terlihat seperti kapal pecah. Saya sudah meminta A untuk membersihkannya namun ia menolak dan malah meninggalkan saya sendiri di kamar itu. Saya berpikir biar saja kamar itu berantakan, nanti saat B pulang dan menanyakan siapa pelakunya, saya akan mengatakan A pelakunya. Mungkin dengan cara seperti itu A akan jera. Saya akan ke kos B kalau kos itu sudah bersih.

Besoknya, A mengajukan ide untuk menonton di tempat B. langsung saja saya menolak. Namun ia tetap memaksa karena satu diantara dua film yang tidak bisa diputar di laptop saya adalah film yang sudah lama sekali ingin ia tonton. Sejenak berpikir sayapun berkata “Ok, kita nonton di sana, tapi dengan satu syarat dan kamu tidak boleh menolak.” Dengan wajah menyerah dia lantas menanyakan apa syaratnya. Saya berkata lagi “Kamu harus merapikan kamarnya, mencuci piring, dan menyapu lantainya. Kan kamu yang buat jorok. Kalo ga mau ya sudah, filmnya dikembalikan aja!” Hore! Saya berhasil “memaksanya”. Kami lalu ke kos B, dia merapikan kos, saya ngemil snack. Setelah selesai beres-beres, kami pun menonton dengan hati gembira.

Posisi saya, mau ke kos B kalau kosnya sudah bersih, teman saya menonton film di kos B. Kepentingan saya tidak suka dengan keadaan kamar yang berantakan akibat ulah A. Kepentingan A film tersebut tidak bisa diputar di laptop saya. Negosiasi ini diakhiri dengan win-win solution.

50. Fauzia ArianiSaya butuh membeli charger HP. Di toko, penjual menawarkan harga Rp 35 ribu. Bagi saya harga itu terlalu mahal untuk sebuah charger. Saya menawarnya menjadi Rp 15 ribu. Mas penjual dengan tegas menolak. Saya menawar lagi Rp 20 ribu, si mas tetap bersikukuh dengan tawaran awal, sembari mengatakan harga itu pantas karena kualitasnya bagus dan bergaransi 2 minggu. Saya sudah hampir pergi ketika si penjual akhirnya bilang, “Mbak, 25 ribu deh!”. Akhirnya saya sepakat. Tapi saya merasa hanya membawa Rp 20 ribu, tanpa mengecek dompet lagi saya pun bilang ke si mas saya mau ambil uang dulu ke ATM. Sekembalinya saya ke toko tersebut, saya kaget ketika membayar, uang saya Rp 50 ribu hanya diberi kembalian Rp 20 ribu oleh karyawan toko yang lain. Saya bilang kalau mas yang tadi melayani saya sudah sepakat Rp 25 ribu. Lalu datanglah mas yang saya maksud, sambil berkata, “Iya mbak ,25 ribu gak pake garansi”. Saya merasa dicurangi, seketika itu saya protes, sebab tadi mas tersebut menyepakati harga Rp 25 ribu tanpa syarat apapun. Akhirnya si mas memberi garansi 3 hari. Karena menurut saya 3 hari sudah lebih dari cukup untuk mengetes charger yang saya beli berfungsi baik atau tidak, saya pun sepakat. Rp 25 ribu dengan garansi 3 hari. ****

isu tunggal => beli charger HP

Posisi penjual (demand) : menawarkan Rp 35 ribu, garansi 2 minggu

Posisi saya (demand) : menawar menjadi Rp 15 ribu (tak terlalu mementingkan garansi berapa lama)

Goal saya : 20rb, Limit saya: 25rb

Kepentingan penjual => untung banyak ; Kepentingan saya => harga murah

Taktik dan analisis perundingan saya: awalnya contending dengan tetap kukuh pada posisi. Ternyata si penjual juga sama2 contending. Saya hampir melakukan withdrawal dengan pertimbangan BATNA yaitu saya keluar dari perundingan ini dan punya opsi masuk ke perundingan dengan penjual2 HP lain dan akan mendapat lebih murah, dimana saya juga tidak perlu merasa rugi jika melakukan BATNA (capek jalan kaki, keluar masuk toko) karena sepanjang jalan toko-tokonya menjual HP. Ketika saya hampir pergi, mungkin si penjual mempertimbangkan cost of failure berupa bayangan keuntungan yang malah tidak jadi didapat sama sekali, sehiingga kemudian menurunkan tuntutan menjadi 25 ribu. Setelah sepakat, baru saya ketahui ternyata si penjual mau menurunkan tuntutan karena menurunkan kualitas penawaran berupa pengurangan masa garansi. Dengan isu pengurangan masa garansi, penjual memperbesar sumber daya yang dirundingkan, dari isu harga

Page 24: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

ditambah dgn isu masa garansi, sehingga posisi juga berubah pada titik ini, penjual di posisi garansi 3 hari, saya di posisi 2 minggu seperti tawaran awal. Tapi meski tidak sesuai tuntutan awal (25ribu garansi 2 minggu), tapi saya tetap merasa menang/untung karena sudah ada garansi 3 hr yg cukup untuk menguji berfungsinya charger, sementara harga yang saya dapat sudah lebih rendah dari tawaran awal mereka.

Setelah negosiasi benar-benar selesai, dapat saya simpulkan bahwa perundingan yang tadinya contending dan hampir terjadi withdrawal, lalu berakhir dengan problem solving berupa mediocre-mediocre (sifat perundingan menjadi kompromi), dimana saya mendapat harga lebih rendah dengan mengorbankan sebagian masa garansi, sementara si penjual mendapat untung uang lebih sedikit tapi tidak merasa menang/tidak terlalu rugi karena berhasil mengurangi masa garansi.

51. (ANONIM)Lebaran di Jogja... Tahun ini aku memutuskan untuk berlebaran di Jogja saja, sedangkan adik laki-lakiku yang baru tahun pertama kuliah di UGM bersikeras untuk berlebaran di rumah. Sebenarnya aku ingin sekali ikut pulang dan berlebaran dengan keluargaku di rumah, tetapi sebagai kakak pertama aku harus berpikir lebih dewasa lagi dalam menyikapi hal ini. Perekonomian keluargaku semenjak Ayahku meninggal 3 tahun yang lalu tidak cukup baik, maksudnya adalah kami harus lebih berhemat dalam mengeluarkan biaya sehari-hari. Aku pikir jika kami berdua sama-sama pulang, maka biaya transportasi akan semakin membengkak. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk berlebaran di Jogja saja.

Menyikapi keputusanku ini, aku dan Ibuku yang berada di Depok melakukan perundingan via telepon dan akhirnya disepakati bahwa aku akan tetap berlebaran di Jogja dan adikku pulang ke rumah. Disepakati pula bahwa pada lebaran hari pertama, Ibuku akan berlebaran di rumah bersama adikku dan beliau akan ikut pulang ke Jogja bersama kakak-kakak beliau (bude-budeku) saat lebaran hari kedua untuk bertemu denganku di lebaran hari ketiga. Karena beliau ikut dengan kakak-kakaknya dengan bermobil dari Jakarta ke Jogja, maka Ibuku tidak bisa bertemu denganku di kos, tetapi kami janjian di rumah Pakdeku yang berada di daerah Sleman. Waktu kami berdua bertemu juga tidak lama, hanya selama 3 hari dan seluruh waktu itu pun tidak kami lalui berdua saja. Dan lagi-lagi karena ikut rombongan saudara, maka kami lebih sering pergi bersama ke rumah saudara-saudara kami di daerah Wonogiri.

Berdasarkan cerita saya di atas, maka dapat dianalisis bahwa dalam berunding dengan Ibu saya, kami memilih jalan penyelesaian yang problem solving dengan mencari solusi yang win-win. Teknik yang kami gunakan dalam memecahkan permasalahan di mana akan berlebaran bertukar prioritas atau logrolling. Prioritas saya adalah bertemu dengan Ibu saya saat lebaran dan prioritas Ibu saya juga bertemua saya ketika lebaran dengan ikut rombongan saudara agar dapat menekan biaya. Maka, kami berdua mengalah pada waktu limit yang ada dan tidak bertemu di tempat yang lebih privasi lagi, yaitu di kos saya sendiri. Demand saya adalah bertemu dengan Ibu saya dalam waktu yang lama di kos, goal saya adalah bertemu dengan Ibu di rumah saudara dengan waktu ang cukup lama, dan limit saya adalah bertemu dengan Ibu saya di tempat saudara dengan waktu sempit. Dan sepertinya karena keadaan dan tidak ada pilihan lagi, saya hanya dapat mencapai limit daripada saya perceived cost failure dengan tidak bertemu sama sekali dengan Ibu saya di lebaran tahun ini.

52. Candra Hamdika RahmanAkhirnya Idul fitri pun tiba. Idul fitri merupakan saat yang tepat untuk berkumpul serta menjalin dan mempererat tali silaturahmi dengan sanak keluarga dan para kerabat. Seperti tahun sebelumnya setelah Idul Fitri, saya dan beberapa teman SMA menyempatkan waktu untuk bertemu guna bersilaturahmi dan berkumpul karena kami kuliah di kota yang berbeda-beda sehingga sulit sekali untuk bertemu. Pada hari kedua Idul Fitri kami sepakat untuk bertemu di suatu tempat makan di kota kami. Saya dan empat orang teman bertemu kemudian saling bercanda sambil mengobrol. Pada saat itu saya mengusulkan untuk berekreasi pada esok harinya. Teman saya yang lain setuju untuk pergi rekreasi, namun mereka masih bingung menentukan tempat untuk pergi berekreasi karena budget masing-masing tidak cukup banyak. Ada yang mengusulkan ke pantai, tapi usulan itu ditolak karena kami sudah sering ke pantai jadi agak membosankan. Kemudian fadil, teman saya, mengusulkan untuk pergi ke Puncak-Bogor. Tiga orang teman saya yang lain pun setuju untuk pergi ke Puncak. Saya bilang tidak setuju pada mereka, karena menurut saya di Puncak membosankan. Paling yang dilakukan hanya melihat pemandangan dan foto-foto saja. Saya mengusulkan untuk pergi ke tempat rekreasi air saja seperti Atlantis Water Adventure di Ancol,Ocean Park atau Water Boom di Cikarang. Saya memberikan alasan pada mereka kalau pergi ke taman rekreasi air lebih menyenangkan. Banyak yang bisa dilakukan daripada pergi ke puncak. Ada yang setuju tetapi ada juga yng tidak. Kemudian untuk lebih meyakinkan saya melakukan pembandingan biaya, untuk membandingkan ke tempat mana yang biayanya jauh lebih efisien dan murah. Setelah dibandingkan, ternyata pergi ke Ocean Park jauh lebih murah daripada pergi ke puncak. Teman-teman saya tetap tidak setuju karena mereka ingin tetap pergi ke Puncak dan mereka mengusulkan kalau pergi ke Ocean Park minggu depan saja. Saya agak malas kalau pergi minggu depan, karena takut uang saku saya sudah keburu habis. akhirnya saya menawarkan usul kami pergi ke Puncak di pagi hari, kemudian kami

Page 25: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

pergi ke Ocean Park pada waktu siang hari karena kebetulan arah ke Ocean Park searah dengan perjalanan pulang kami. Setelah melakukan perhitungan biaya lagi, ternyata tidak melebihi budget masing-masing orang. Akhirnya mereka pun setuju dengan usulan saya.

posisi saya adalah mengusulkan pergi rekreasi. Kepentingan saya adalah pergi rekreasi ke taman rekreasi air. Yang menjadi batasan adalah masalah biaya. Gaya berkonflik saya adalah collaborating. Taktik yang saya gunakan adalah bridging,dengan membuat kegiatan rekreasi ke dua tempat dalam satu hari. Strategi yang saya gunakan adalah problem solving. Hasil negosiasi adalah win-win (problem solving).

53. Yazid Pegadaian Hari Idul Fitri 1429 H memang membawa banyak berkah, contohnya saja keluarga besar saya yang pada lebaran kali ini menyempatkan waktu untuk bersilaturahmi bersama-sama. Salah seorang kakak sepupu saya yang kuliah di Bandung berencana akan pulang pada H-1. Berhubung Bandung dekat dengan Bogor, saya pun menyarankan kakak saya itu untuk pulang membawa serta kendaraan roda dua nya sebagai transportasi mudik pilihan dibanding bus atau bahkan kereta api. Namun ia berkilah bahwa melelahkan menggunakan sepeda motor untuk pulang mudik walaupun jarak Bandung-Bogor tidak terlalu jauh, sekitar 2-3 jam perjalanan. Kembali perihal keamanan menjadi faktor utama saya memintanya pulang dengan sepeda motor, keamanan berupa resiko kehilangan karena pencurian di tempat tinggal sementaranya di Bandung tentu saja, karena masalah keamanan di jalan raya saya pikir kakak saya tersebut sudah dapat mengatasinya karena dia mengerti betul kewajibannya di jalan raya seperti apa, disamping memang dia sudah profesional menggunakan kendaraan yang satu itu. Namun tidak seperti biasanya ia menolak hanya karena malas. Akhirnya setelah beberapa waktu kami berdebat ringan, lalu tercetuslah sebuah ide untuk mengurangi bahkan menghilangkan resiko pencurian sekaligus tanpa harus pulang mudik menggunakan motor. Dengan menggadaikan motor di Pegadaian, tidak lain adalah menitipkan motor tersebut dengan kompensasi dana sebagai pengganti resiko kehilangan dan bunga yang nanti dibayarkan dianggap sebagai biaya penitipan semata. Saya pun baru menyadari mekanisme Pegadaian dapat dimanfaatkan seperti itu. Pegadaian, memang menyelesaikan masalah tanpa masalah!

Negosiasi diatas merupakan salah satu yang simpel menurut saya karena dengan hanya expanding the pie muncul solusi atas suatu hal yang kami perdebatkan.

54. Fatimah MarylinSeperti pada tahun-tahun sebelumnya, tradisi pada saat lebaran tiap tahun keluarga kami selalu menyantap menu yang sama yaitu opor ayam,sambel goreng,dll. Namun sejak beberapa tahun belakangan (seingat saya sejak saya SMP) ibu saya mengganti menu ketupat dengan lontong. Entah kenapa pada saat lebaran kemarin saya sangat ingin menyantap ketupat, maka saya menyatakan keiginan saya pada ibu saya jauh hari sebelum lebaran. Tentu saja ibu saya menolak dengan alasan lontong lebih praktis karena bisa dipesan 2 hari sebelum lebaran sehingga ibu saya tidak perlu repot-repot memasak, sementara bila menggunakan ketupat tentu saja akan sangat repot sekali karena harus membeli bungkusnya, memasukkan beras, mengukus (atau merebus?),dll. Karena saya sangat ingin makan ketupat dan merasakan kembali lebaran ketupat seperti dulu, maka saya berusaha menyampaikan argumen mengapa dahulu ibu bisa menghidangkan ketupat namun lama-lama berganti menjadi lontong? Yang kemudian dijawab oleh ibu saya dikarenakan dahulu belum serepot sekarang, karena dulu ketika kami tinggal di jakarta, tidak banyak tamu yang akan datang kerumah sehingga memasak ketupat walau sedikit juga tidak masalah, sementara di solo yang merupakan kampung halaman ayah saya, jika lebaran tentu saja keluarga ayah yang banyak sekali akan berkumpul di rumah saya dan menggunakan lontong akan lebih praktis. Tidak ingin menyerah, saya mengajukan usul saya akan membantu ibu saya dalam memasak ketupat tersebut nantinya, yang kemudian ditolak dengan tegas oleh ibu saya, sedangkan ke dapur saja saya jarang sekali, mana mungkin saya bisa membantu beliau memasak, ketupat pula. Saya rasanya kesal sekali karena saya ingin sekali makan ketupat sekali saja pada saat lebaran, namun ibu tidak mau menuruti keinginan saya. Kemudian saya kembali memberi argumen pada ibu saya, jika lontong dapat dipesan, bagaimana kalau ketupat dipesan juga, sepertinya melihat saya begitu gigih ingin makan ketupat ibu saya mengatakan akan memikirkan terlebih dahulu usul saya tersebut. sehari sebelum hari lebaran ibu mendatangi saya dengan sekeranjang ketupat, rupanya ibu saya memesan ketupat pada tetangga pembantu saya di desanya yang sehari-hari berjualan ketoprak, yang setuju karena ibu saya hanya memesan dalam jumlah sedikit, sisanya ibu tetap memesan lontong seperti biasanya. Pada hari lebaran kami lebaran ketupat dan lontong, tentu saja saya sangat senang karena bisa merasakan lebaran ketupat lagi.^_^

Saya mencoba menerapkan syarat-syarat negosiator yang baik seperti dalam film thank you for smokig, namun sepertinya belum berhasil. Seperti misalnya menggunakan argumen yang masuk akal (mencoba membantu ibu saya

Page 26: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

memasak), namun saya setidaknya telah mencoba mengerti posisi dan kepentingan ibu saya yang tidak ingin repot di saat lebaran.

55. Sukmawani BelaHari jumat besok, saya dan dua teman saya berencana menonton satu film yang sekarang lagi hangat diperbincangkan. Masalahnya, satu teman saya ignin nonton siang karena paginya dia kerja. Sementara temans aya yang lain ingin nonton pagi karena siangnya dia kuliah sampai sore. Saya sendiri baru bisa pulang ke Yogya jumat pagi, jadi tidak bisa nonto di hari lain sebelum itu. Mungkin tidak ada diantara kami yang melontarkan ide untuk nonton malam karena tidak ada kendaraan pribadi, sementara angkotan kota hanya sampai jam 6 malam. Kalau mau nonton weekend, selain mahal, kami sudah ada rencana masing-masing. Padahal minggu ini adalah minggu terakhir kami libur. Kami tidak yakin bisa nonton bareng kalau sudah masuk kuliah karena banyak jadwal kami yang bentrok, dan lagi filmnya pasti sudah basi.

Akhirnya saya usul untuk pergi malam saja. Kan pulangnya bisa naik busway. Nah daripada ngeluh karena harus jalan dari kopma ke kos (shelter busway di jakal hanya di Kopma), sekalian aja nyari makan malam di lesehan jakal, kan sudah lama juga kita nggak makan bareng disana. Mereka setuju dengan usul ini.

Menurut saya, negosiasi saya kali ini adalah problem solving. Taktik yang digunakan adalah expanding the pie, dengan menambah resource yang dipemasalahkan, yaitu waktu.

56. Melati AyuningtyasSepulang dari mudik, saya dan dua orang teman saya berencana untuk mengadakan halal bi halal ke rumah guru – guru les kami sewaktu SMA. Kami merencanakan akan berangkat pukul 09.00 dan sepulang dari bersilaturahmi, kami akan makan bersama di warung makan langganan sewaktu SMA kemudian jalan-jalan keliling kota lalu pulang pukul 13.00. Setelah kami selesai bersilaturahmi ke rumah guru kami, seorang teman saya, sebut saja si A mengatakan kalau dia ingin sekali makan ice cream di sebuah kedai yang khusus menjual berbagai variasi ice cream, dan ia mengajak kami untuk makan di kedai itu. Berhubung posisi saya saat itu sedang flu berat, jadi saya keberatan dengan usul si A, dan tetap seperti rencana awal untuk makan di warung langganan saja. Kepentingan kami ingin kumpul bersama, karena kami jarangbisa berkumpul. Sedangkan teman saya yang lain, sebut saja si B, sebenarnya tidak masalah kita makan dimana, hanya saja posisi dia terbatas oleh waktu karena akan ada acara keluarga. Jadi limit kita adalah persoalan waktu. Dan rencana kami dari awal sudah diperhitungkan akan selesai paling telat pukul 13.00. Karena si A tetap bersikukuh ingin makan ice cream, akhirna saya mengusulkan untuk mampir ke indomaret membeli icecream walls, dan dimakan saat diwarung langganan saja. Warung makan itu juga sudah langganan, dan sudah kenal dengan penjualnya, jadi tidak mungkin juga kita dikenai charge karena membawa makanan dari luar. Dan sesuai rencana awal kita pulang tepat waktu. Negosiasi diatas merupakan negosiasi kompensasi spesifik dimana satu pihak terpenuhi keinginannya dan pihak lain dihargai tetap mendapat kepentingannya meski tuntutan awal tidak terpenuhi

57. Dian Hapsari Menemani teman ke bengkel

Beberapa waktu yang lalu teman saya kebingungan karena rantai motornya sudah kendor dan sudah sepatutnya diganti. Kemudian dia mengajak teman lain untuk ikut menemani agar di bengkel tidak sendirian. Namun ternyata teman tersebut ada tugas yang harus dikumpulkan paling lambat sore itu juga. Dia sebenarnya bersedia mengantar, namun sepertinya wajahnya menunjukkan sedikit keberatan. Akhirnya teman saya mengajak saya untuk menemaninya. Awalnya saya berfikir ada tugas untuk esok hari namun setelah saya fikir tugas tersebut masih bisa saya kerjakan setelah mengantar teman saya. Dan lagi saya sudah melihat kondisi motornya sehingga saya menjadi tidak tega. Dalam pikiran saya jika saya menemaninya mungkin pikirannya bisa lebih tenang, karena ternyata dia juga ada tugas seperti teman saya sebelumnya. Jika teman saya tadi yang mengantar mungkin keduanya malah menjadi terburu-buru. Beruntung dia bisa sedikit mengerjakan tugasnya di bengkel karena saran saya untuk mengambil laptopnya diterima. Awalnya kami pergi ke bengkel yang ada di Gejayan. Namun ternyata disana sedang antri. Teman saya memilih bengkel tersebut karena menurut temannya disana murah. Akhirnya saya mengajak dia ke bengkel lain dengan alasan waktu. Pukul 6 sore dia masih ada urusan lain. Saya beralasan jika mencari begkel lain dia dapat pulang dan mengambil laptopnya untuk mengerjakan tugas. Untungnya dia menerima saran tersebut dan kami pindah ke bengkel yang ada di Jakal. Di bengkel tersebut dia dapat mencicil mengerjakan tugasnya.

Dari NL saya terlihat bahwa saya mencoba memikirkan bagaimana jika saya di posisi teman saya. Pasti saya bingung bukan main.Saya mencoba membingkai permasalahan teman saya dan menemukan jalan yang terbaik bagi kami. Memang

Page 27: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

dalam negosiasi ini saya tidak mendapat keuntungan namun paling tidak saya dapat membantu teman saya. Saya dapat menemani teman tetap bisa mengerjakan tugas saya besok karena masih memiliki waktu. Dari sini terlihat masalah teman saya bukan hanya tentang rantai motor yang sudah kendor tapi juga tentang waktu yang mendesak. Untungnya ide dan saran yang saya berikan dapat diterima dan membantu mengatasi permasalahannya.

58. Maysa AyuKampanye “Safety Riding” yang dilaksanakan oleh pihak kepolisian ditujukan untuk keselamatan para pengendara lalu lintas. Salah satunya ialah penggunaan helm standar hingga terdengar bunyi “klik” (pengait helm). Saya ingin sekali menaati aturan tersebut demi keselamatan saya tentunya. Permasalahannya ialah pengait helm saya rusak sejak lama. Sadar akan pentingnya alat pengaman tersebut, akhirnya saya pergi ke tempat penjualan helm di Kota Baru.

Untuk satu set pengait helm yang terbuat dari besi dihargai Rp 8.000,00. Saya agak terkejut dengan harga yang ditawarkan karena sebelumnya saya diberitahu teman bahwa harga pengait helm hanya Rp 6.000,00. Kemudian saya menanyakan tentang pilihan lainnya yang lebih murah. Si penjual menawarkan pengait yang terbuat dari plastik seharga Rp 5.000,00. Sedikit lebih murah. Namun saya pikir bahan plastik tidak akan bertahan lama karena mudah patah. Hal tersebut diutarakan juga oleh si penjual. Akhirnya, pilihan pengait yang terbuat dari plastik saya eliminasi. Perhatian saya tertuju hanya pada pengait dari besi.

Mengingat Rp 8.000,00 merupakan harga yang cukup mahal untuk sebuah pengait helm, saya memutuskan untuk menawar harga. Saya menentukan goal Rp 5000,00 dan limit Rp 6.000,00, sehingga saya melemparkan tawaran awal yakni Rp 4.000,00. Si penjual tampak tak bergeming. Ia tetap mempertahankan Rp 8.000,00. Selanjutnya saya tawar Rp 5.000,00. Ia tetap pada pendiriannya. Ia bilang harga itu memang sudah harga pas untuk satu set pengait serta pemasangannya. Kemudian keluarlah tawaran terakhir saya yakni Rp 6.000,00. Si penjual lagi-lagi tak bergeming. Bahkan tidak menurunkan harga sedikitpun!!!

Saya berkesimpulan bahwa si penjual menggunakan taktik positional commitment (take it or leave it). Akhirnya, saya putuskan untuk leave it alias tidak jadi beli. Saya akan mencoba lain kali saja dan akan mencari penjual yang lain. Mungkin di suatu tempat (entah dimana) akan ada penjual pengait helm yang bisa menawarkan harga yang lebih masuk akal bagi saya.

KESIMPULAN: Isu: jual beli pengait helm Demand: Rp 4.000,- Goal: Rp 5.000,- Limit: Rp 6.000,- Hasil perundingan >> lose-lose (BATNA karena saya memutuskan untuk mencari pengait helm di tempat yang lain)

59. Christy KumesanLebaran ke Rumah Ibu Tri Hari raya Lebaran akhirnya tiba. Saatnya untuk saling memaafkan dan bersilaturahmi. Sehari sebelum Lebaran saya mengajak semua teman SMA saya yang sama-sama berasal dari Sorong untuk bersilaturahmi ke rumah Bu Tri. Bu Tri adalah pemilik tempat kos yang kami tinggali saat pertama kali datang ke Jogja.

Saya mengajak teman-teman saya ke sana pada Lebaran hari kedua, tetapi ternyata sebagian besar teman saya tidak bisa karena sudah punya acara lain. Akhirnya saya mengusulkan ke teman-teman untuk bersilaturahmi pada hari ketiga, dan semua teman saya setuju. Tetapi sialnya ternyata pada hari itu Bu Tri berencana untuk pergi mengunjungi keluarganya. Saya kemudian mengajukan usul kepada Bu Tri apa kami bisa datang lebih pagi sebelum Bu Tri pergi, dan ternyata Bu Tri sama sekali tidak keberatan dengan usul saya. Kepentingan kami masing-masing bisa terpenuhi tanpa harus merubah rencana masing-masing.

Dalam negosiasi ini posisi saya pergi ke rumah Bu Tri, posisi teman-teman saya pergi ke rumah Bu Tri pada Lebaran hari ketiga, dan posisi Bu Tri tidak menerima tamu pada Lebaran hari ketiga. Strategi yang saya gunakan adalah problem solving dan taktik negosiasi yang saya gunakan adalah taktik bertukar prioritas. Hasil yang di dapat adalah win-win solution. Dari kasus ini seorang negosiator harus dapat memisahkan isu negosiasi, tiap pihak mengalah pada yang tidak menjadi prioritas. Sehingga hasil yang di dapat dapat memenuhi kepentingan masing-masing pihak.

60. (Anonim)

Page 28: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

Kisah ini bermula pada suatu hari yang biasa beberapa saat setelah lebaran dimulai. Temanku masa SMA, menghubungiku, memintaku untuk ikut mengisi acara syawalan sekalian reuni SMA angkatanku. Semasa SMA, aku adalah anggota band sekolah, sehingga tak heran apabila aku ditawari main dalam acara ini. Sebenarnya, walaupun ingin sekali aku ikut ke acara tersebut, sudah sejak jauh2 hari aku memutuskan tidak datang ke syawalan itu, karena syawalannya itu harus membayar sejumlah Rp **.000,00. Sebenarnya itu bukan jumlah yang terlalu banyak. Tapi, karena aku sedang dalam kondisi mengumpulkan uang, maka hal tersebut tak dapat dibenarkan.

Aku mencoba taktik expand the pie dengan mengatakan, "Aku mau maen asal aku nggak bayar syawalannya". Dia tentu saja protes, dia kan panitianya, "enak aja, ya harus tetap bayar dong.. Ntar kan dapet makan sama suvenir juga. Temen2 yang lain juga mbayar kok. Apa kamu gak usah dapet suvenir aja malah gak papa gak mbayar. Lagian, kalo kamu nggak mbayar tapi makan tur dapet suvenir juga, entar panitia yang tombok..".Hmm, ternyata dia nggak mempan di-expand pie-nya. Malah dia make taktik take it or leave it, dengan mengukuhkan positional commitment-nya melalui persuasive argument. Jelas, dia memilih ber-contending melawanku. OK, kalo kamu mau maen kontending-kontendingan, tak layani. Sekarang giliranku, dan aku mau pake threat, "Ya udah, yang maen kamu aja sama yang lain yang udah mbayar.."

Mengatakan hal seperti ini sebenarnya merupakan suatu taruhan besar. Pertemanan kami dipertaruhkan, legitimasinya sebagai panitia dipertaruhkan, dan kapasitasku sebagai anak band dipertaruhkan. Tapi aku yakin aku menang.

Dan dia pun berkata. "Ya udah deh gak papa, tapi jangan bilang yang lainnya ya. Bilang aja kamu udah bayar ke aku." AHA, sesuai perkiraan dia kalah. Lalu dia melanjutkan, "Tapi ntar kamu mbawain tiga lagu ya?" Aku bilang saja "Nggak masalah", karena memang itu bukan masalah buatku. Dia senang sekali, "Alhamdulillah, makasih banget ya.. Yang penting besok tampilnya yang baik ya. Makasih..". Kasihan. Rasa-rasanya dia dalam kondisi prisoners win

61. Puput Akad NHari Rabu kemarin (8/10), saya bersama adik saya yang masih SD berniat untuk menonton film Laskar Pelangi. Oleh karena itu, kami pun pergi ke bioskop yang terletak di sebuah mal di Solo. Kami berangkat dari rumah pagi pagi (jam 9.00) agar tidak kehabisan tiket. Ketika sampai di loket, ternyata kami terlambat, tiket untuk pemutaran hari itu sudah habis terjual. Saya maklum karena film Laskar Pelangi pada waktu itu memang sedang booming.

Akhirnya saya dan adik saya memutuskan untuk beralih ke bioskop lain, siapa tahu masih ada. Di bioskop kedua, ternyata tiket untuk pemutaran hari itu masih ada tapi untuk jam 14.00 ke atas. Menurut saya, pemutaran jam segitu tidak masalah asal saya bisa menonton Laskar Pelangi hari itu karena liburan saya di Solo hanya tinggal beberapa hari lagi. Kalau harus menonton besok, saya takut tidak sempat. Tapi saya juga memikirkan keadaan adik saya. Sebagai anak kecil, dia pasti capek jika harus jalan-jalan seharian. Apalagi kami tadi berangkat pagi pagi dari rumah.

Maka saya menelepon ibu saya untuk meminta ijin. Rupanya ibu saya tidak mengijinkan kami menonton pada jam segitu. Menurut ibu saya, pemutaran pada jam segitu terlalu sore padahal besok adik saya sudah harus masuk sekolah. Ibu saya takut kalau jalan-jalannya sampai sore, adik saya bakal capek. Mendengar penolakan ibu, saya merasa kepentingan saya terancam. Saya pun melakukan negosiasi dengan ibu. Pertama-tama, saya menggunakan taktik menyerang yaitu time pressure. Saya selalu menekankan pada ibu saya, jika saya tidak menonton Laskar pelangi hari itu, saya tidak akan punya kesempatan lagi untuk menontonnya karena lliburan sebentar lagi berakhir dan saya harus kembali ke Jogja. Rupanya taktik saya sedikit berhasil untuk meyakinkan ibu saya.

Agar negosiasi yang saya jalankan semakin berhasil, kemudian saya menggunakan taktik kedua yaitu dengan menawarkan kompensasi nonspesifik. Saya berjanji kepada ibu, saya akan menjaga adik saya agar tidak kecapekan. Karena kebetulan di ruang tunggu di bioskop itu ada sofanya yang bisa digunakan adik saya untuk tidur-tiduran selama menunggu pemutaran dimulai. Rupanya ibu saya setuju dengan usul saya tersebut sehingga negosiasi tersebut dapat berakhir problem solving. Karena baik kepentingan saya untuk menonton Laskar Pelangi pada hari itu dan kepentingan ibu saya agar adik saya tidak kecapekan besoknya juga tercapai.

62. Bernadeta FirstianaBasket vs Syawalan

Selama liburan ini, jujur, saya tidak memiliki pengalaman bernegosiasi yang istimewa. Awalnya saya sempat bingung akan menulis apa untuk NL kali ini. Saya terinspirasi oleh kejadian yang dialami adik saya, Axcel pada saat liburan lalu. Saya memang terlibat dalam negosiasi kali ini, tapi hanya sekadar memberikan opsi lainnya saja.

Pada tanggal 5 Oktober 2008, keluarga saya diundang untuk menghadiri syawalan atau halal bihalal di kediaman eyang di Jogjakarta. Eyang yang dimaksud memang bukan eyang kandung (orangtua dari bapak), tetapi saudara dari eyang kandung saya. Karena sifat kebersamaan dalam keluarga saya begitu kental, maka saudara yang hitungannya jauh pun

Page 29: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

tetap diundang. Kami sudah jauh-jauh hari mempersiapkan apa yang akan dikenakan pada hari syawalan tersebut dan seluruh anggota keluarga dapat hadir. Tiba-tiba pada hari Sabtu, 4 Oktober 2008 adik saya yang bernama Axcel bilang bahwa hari minggu besok ternyata ada pertandingan basket persahabatan antara sekolahnya dengan tamu dari Semarang. Dia berkata bahwa tak mungkin tidak ikut karena dia adalah salah satu pemain inti. Orang tua saya mendukung adik saya untuk mengikuti pertandingan basketnya daripada ikut syawalan. Sayang sekali adik saya sudah ngidam opor ayam yang akan menjadi salah satu hidangan di acara tersebut. Kebetulan ibu saya yang biasanya masak opor, kali ini tidak karena harga ayam yang melonjak. Alhasil adik saya yang suka makan sudah ngidam opor semenjak awal lebaran. adik saya dengan berat hati harus memutuskan akan ikut yang mana. Pihak keluarga tidak membebani Axcel untuk memilih. Kalau Axcel tidak ikut ke Jogja, berarti mobil menjadi agak lega dan dia tetap bisa mengikuti pertandingan basket. Tetapi dia akan tetap ngidam opor hingga tahun depan..(mungkin;p). Setelah dipikirkan lagi, Axcel mencoba untuk menghubungi pelatihnya untuk bertanya apakah dia bisa ijin pada saat pertandingan esok. Ternyata dia mendapatkan ijin untuk syawalan asalkan pada pertandingan berikutnya bisa datang. Akhirnya Axcel memutuskan untuk mengikuti syawalan dan meninggalkan pertandingan persahabatannya.

Dari negosiasi di atas, posisi adik saya adalah makan opor ayam sedangkan posisi kedua orangtua saya adalah datang syawalan. Hasil yang diperoleh dari negosiasi di atas adalah win-win karena adik saya tetap mendapatkan kedua hal yang diinginkan yaitu makan opor ayam dan mengikuti pertandingan basket, walaupun basketnya harus di undur pelaksanaannya. Gaya negosiasi yang dipraktekan adalah kolaboratif dengan strategi berunding pemecahan masalah

63. Paradika GalihMudik! Pulang ke kampung halaman! Kegiatan sebagian besar orang Indonesia pas mau Lebaran. Salah satu masalah yang paling bikin pusing yaitu transportasinya. Saya juga menghadapi masalah yang sama. Saat pesan travel untuk pulang ke Malang saya diminta untuk datang ke kantor travel untuk mengambil tiket. Sebenarnya ini tidak biasa, tiket travel biasanya diberikan saat kita dijemput, tetapi kata petugasnya soalnya ini Lebaran. Saya menggunakan taktik menyerang dengan menggunakan ”alasan persuasif”. Saya mencoba meyakinkan si petugas kalau saya kesulitan mengambil tiket ke kantornya dan memang benar! Entah kenapa dosen-dosen memberi tugas buanyak sebelum liburan. Tetapi petugas travelnya ternyata pandai juga, ia menggunakan taktik menyerang juga, ”kukuh pada posisi” (positional commitment). Dilihat dari segi Bargaining position, posisi saya agak lebih lemah dari dia, karena sayalah yang perlu tiket untuk pulang ke Malang. Untuk sementara saya mengalah dan menerima persyaratannya.

Setelah selesai saya mempertimbangkan pilihan-pilihan lain yang saya miliki dan mencoba mencari solusi terbaik (BATNA). Saya bisa meminta teman untuk mengambil tiketnya (mereka juga sibuk, gak mungkin kayaknya). Saya bisa mencari alat transportasi lain (kereta sisa tinggal ekonomi, bus juga berjubel apalagi kalau dapat Sumber Kencana (Sumber Bencana). Tidak ah, masih sayang nyawa). Atau saya bisa mencoba travel lainnya. Saya pilih pilihan terakhir ini. Saya telepon ke agen travel lain dan ternyata meraka tidak meminta penumpangnya untuk mengambil tiket ke kantornya. Nah ini dia, saya ambil travel agen yang kedua dan membatalkan travel yang pertama. Travel yang kedua ternyata memiliki harga tiket yang sama ditambah makan malam gratis. Jadi saya pikir saya justru unutung dengan memilih travel agen yang kedua.

64. Suci NoorKisah ceritanya ini terjadi waktu aku mudik lebaran. Aku mengajak saudaraku untuk hang out bareng ke mall.Tapi saudaraku menolak permintaanku karena ia sudah terlanjur janjian dengan temannya di salah satu mall.

Hmm...karena saat itu aku pengen banget hang out ke mall bersama saudaraku, akhirnya ku cari jalan keluar bagaimana caranya agar keinginanku bisa tercapai dan keinginan saudaraku itu pun tercapai juga. Pikir punya pikir ga membuat rambutku semakin putih beruban karena kebanyakan mikir,hehehe...

akhirnya aku temukan jalan keluarnya, horeeeeee.... aku menyampaikan ke saudaraku kalau aku benar - benar ingin ke mall hang out bersama saudaraku nan ku cintai itu, dan kebetulan ia pun janjian dengan temannya di mall yang sama yang ingin ku kunjungi bersama saudaraku. Lalu aku menanyakan pada saudaraku itu, apakah janjian ma temannya ini merupakan suatu yang penting yang tidak bisa di ganggu oleh kehadiran orang lain dan aku mengusulkan bagaimana bila aku dan dia tetap pergi ke mall hang out bersama dengan temannya itu. Dan ternyata saudaraku mengatakan bahwa ini cman hang out biasa, saudaraku sangat menyetujui ideku itu untuk hang out bersama sekaligus dengan ku dan temannya itu.

Dari cerita ini, saya mencoba membuat bridging antara saya saudara saya dan teman saudara saya. Kepentingan saya adalah hang out di mall dan tuntutan saya adalah perginya bersama saudara saya. Sedangkan saudara saya

Page 30: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

kepentingannya sama yaitu hang out di mall dan tuntutannya janjian ma temannya di mall. Dari dua kepentingan yang sama itu saya mencoba menjembataninya dengan problem solving. Dan akhirnya saya bisa.hehehe...

65. Angga Rendityan Kemarin saya berencana pergi ke pantai bersama dengan teman-teman. Teman-teman saya berencana pergi ke pantai Baron sedangkan saya ingin pergi ke pantai Nampu. Teman-teman saya ingin pergi ke pantai Baron karena di sana bisa dipakai untuk berenang selain itu teman-teman saya juga sudah tahu jalan ke sana karena sudah biasa pergi ke Baron. Tapi saya tidak ingin ke Baron karena sudah biasa ke sana dan pantainya kotor sedangkan bila pergin pergi ke pantai Nampu karena selain belum pernah ke sana kami bisa sekalian jalan-jalan. Sehingga saya mencoba membujuk teman-teman saya dengan memberikan alasan apabila kami pergi ke pantai Nampu jarak yang kami tempuh lebih pendek disana juga bisa dipakai berenang dan pantainya lebih bersih. Setelah dengan mengeluarkan beberapa argumen akhirnya teman-teman saya mau pergi ke pantai Nampu.

Posisi saya adalah ingin pergi ke pantai Nampu dan kepentingan saya adalah karena jaraknya lebih dekat dan pantainya lebih bersih. Sedangkan posisi teman-teman saya adalah ingin pergi ke pantai Baron dan kepentingannya adalah bisa berenang di pantai. Negosiasi di atas adalah bargaining dan gaya berkonfliknya adalah competing sedangkan strategi berundingnya adalah contending. Taktik yang saya gunakan adalah persuasive argument. Tuntutan tertinggi saya adlah pergi ke pantai Nampu, limit saya adalah mengalah dan ikut pergi ke pantai Baron bersama teman-teman saya dan goal saya adalah pergi ke Nampu. Hasil dari negosiasi ini adalah sama dengan demand saya di mana tuntutan saya terpenuhi.

66. Dyah AnggraeniLebaran hari pertama saya dan keluarga menghabiskan waktu di rumah eyang dari ibu di Solo. Sedangkan hari kedua lebaran, kami sekeluarga memiliki jadwal untuk pergi ke Magelang mengunjungi eyang dari ayah dan sanak saudara disana.

Sehari sebelum hari lebaran, seorang teman ayah dari Semarang menelepon dan meminta tolong pada ayah untuk mencarikan hotel di Solo. Karena teman ayah memiliki agenda untuk menghadiri acara Halal Bihalal yang diselenggarakan di Solo. Malam itu juga ayah berusaha unuk memesan kamar kosong hotel. Ternyata moment lebaran ini menyulitkan ayah untuk memesan kamar. Hampir semua hotel yang kami kunjungi telah habis terpesan.

Kemudian saya pun memberikan usul pada ayah, bagaimana kalau menawarkan teman ayah dan keluarga untuk menginap di rumah kami saja. Toh, dihari kedua lebaran saya sekeluarga akan pergi ke Magelang. Kebetulan solusi yang ditawarkan langsung disetujui oleh teman ayah. Menurut saya solusi itu dapat menguntungkan kedua phak. Teman ayah mendapat tempat untuk menginap di Solo. Dan kami sekeluarga pun merasa tenang meninggalkan rumah tidak dalam keadaan kosong. Jadi kami merasa lebih aman.

Menurut saya, penyelesaian dari negosiasi diatas adalah bentuk problem solving. Dimana solusi dapat mengakomodir kepentingan dari dua belah pihak. Posisi teman ayah adalah mendapatkan tempat menginap di solo, dengan kepentingan mendapatkan tempat menginap di solo agar dapat meghadiri acara Halal Bihalal di solo. Sedang posisi ayah adalah ingin teman ayah menginap di rumah. Dengan kepentingan sebagai bentuk bantuan sekaligus memberikan keuntungan untuk menjaga rumah kami sementara kami pergi. Dari keuntungan yang kami dapatkan, negosiasi ini dapat digolongkan sebagai non specific compensation. Dimana, teman ayah dapat memberikan kompensasi diluar negosiasi yang berjalan.

67. Ryan GilangNegosiasi ini terjadi sekitar dua minggu yang lalu sebelum libur lebaran. Saat itu aku ingin menonton film “Laskar Pelangi”, aku sebisa mungkin menonton sebelum mudik karena bila sudah di rumah akan sangat sulit untuk nonton karena banyak keluarga yang datang atau harus ke sana-sini. Namun karena film “Laskar Pelangi” baru di liris 2 hari menjelang liburan maka kemungkinan untuk mendapat tiket sangat sulit. Oleh karena itu aku harus antri dari pagi untuk mendapat tiket. Namun pada hari-hari itu aku ada kuliah pagi, aku bisa saja nonton malam hari namun tetap sajaharus antri dari pagi untuk mendapat tiket. Sehingga aku mencari seseorang yang mau mengantrikan tiket untukku. Alu setelah bertanya siapa yang punya waktu untuk antri tiket pagi hari (tracking/mencari informasi) akhirnya ketemulah Agung. Lalu aku memintanya untuk membelikan aku tiket , sebenarnya dia mau-mau saja karena dia punya waktu dan juga ingin nonton film “Laskar Pelangi”. Namun ada satu masalah, motornya sedang diservis buat persiapan mudik jadi sementara dia tidak punya alat transportasi sehingga dia malas keluar. Lalau aku tawarkan kalau dia mau membelikan aku tiket dia bisa pinjam motorku selagi aku kuliah dan pada malamnya kita bisa berangkat nonton bersama. Lalu kami pun sepakat.

Page 31: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

Dari negosiasi di atas, posisiku adalah meminta bantuan teman untuk membelikan tiket. Dan kepentinganku adalah aku ingin dapat tiket karena ingin secepat mungkin nonton film “Laskar Pelangi” sebelum liburan. Negosiasi di atas memiliki isu yang jamak, isu pertama adalah tentang membeli tiket dan kemudian ditambah dengan meminjami motor. Dalam negosiasi di atas gaya berkonflikku adalah Kolaboratif dengan strategi berunding Problem Solving karena dalam bernegosiasi kedua pihak saling memperhatikan kepentingan masing masing, dalam hal ini dengan aku meminjamkan motor maka masalah kesulitan transportasi temanku terpecahkan dan sebaliknya kepentinganku mendapat tiket terpenuhi. Taktik yang digunakan adalah memotong biaya (cost cutting), karena dia membelikan aku tiket aku menanggung bebannya dalam hal transportasi. Negosiasi di atas mengasilkan hasil yang win-win solution, hasil yang membuat puas keduanya karena terjadi kesepakatan atau titik equilibrium yang sesuai dengan kepentingan masing-masing. Tuntutan tertinggi (demand) dan perkiraan kesepakatan (goal) yang aku ajukan sejak awal adalah sama yaitu meminta bantuan temanku untuk membelikan aku tiket karena sejak awal aku memang berniat utuk membuat perundingan yang saling menguntungkan.

68. Rifky DarmawanMembeli Sepatu Baru

Lebaran telah tiba. Sebelumnya saya mengucapkan Minal Aidin wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Salah satu tradisi lebaran adalah baju baru, tapi untuk lebaran tahun ini aku lebih membutuhkan sepatu baru untuk kuliah daripada baju baru. Berbeda dengan sepatu lebaran lainnya, sepatu baruku itu baru bisa aku dapatkan setelah hari H lebaran, bukan sebelum hari H lebaran, karena aku membelinya di kampung halamanku. Aku sengaja mengatakan niatku itu pada ibuku, akhirnya ibuku mengajakku ke sebuah pasar tradisional yang menjual sepatu-sepatu berkwalitas bagus dengan harga murah, karena sepatu-sepatu itu adalah sisa ekspor. Jatuhlah pandanganku pada sebuah sepatu berwarna putih bertuliskan Adidas yang dibungkus rapi dalam plastik. Ternyata harga yang ditawarkan cukup mahal bagiku yaitu 130 ribu rupiah, mengingat lokasi penjualan yaitu pasar tradisional. Peran dimulai, mendengar harga itu, aku dan ibuku langsung saja pergi, karena kami bingung berapa harga yang harus kami tawarkan. Tiba-tiba penjual langsung menawarkan untuk menurunkan harga. Dia langsung meminta 70 ribu rupiah. Aku berpura-pura jual mahal dengan berkata bahwa ada harga yang lebih murah di toko lain, padahal aku tidak tahu. Ibuku lalu mencoba menawar dengan harga 40 ribu rupiah. Menurut ibuku, 40 ribu pas untuk harga sepatu itu. Saya berusaha menekan si penjual lagi dengan berkata bahwa ada jahitan yang terlepas, jadi kami tidak mungkin membayar mahal. Lalu aku mengambil sepatu itu dan memasukkannya dalam plastik sepatu dan meminta penjual memasukkannya ke tas kresek. Dan berhasil, akhirnya kami hanya membayar 40 ribu rupiah untuk sepatu itu.

Analisis :Dari kasus ini, maka posisi saya dan ibu adalah sepatu, sedangkan posisi penjual adalah penjualan (barangnya laku). Kepentingan saya dan ibu yaitu mendapatkan sepatu baru dengan harga murah, sedangkan kepentingan penjual yaitu barang dagangannya laku terjual dengan mendapatkan untung. Isunya tunggal yakni yang tawar menawar harga sepatu. Konteksnya adalah tim vs. tunggal. Hasilnya win-lose. Strategi berunding yang saya dan ibu gunakan adalah bargaining. Taktik berundingnya adalah bad cop-good cop, saya sebagai bad cop dan ibu sebagai good cop. Saya berusaha menekan supaya penjual memberikan harga murah, sedangkan ibu saya memberikan penawaran secara nominal jumlah harga yang kami inginkan.

69. Bhasmara PramuditaLima hari terakhir puasa saya habiskan di Jakarta bersama keluarga. Suatu hari, karena ibu saya tidak masak di rumah maka kami memutuskan untuk makan di luar untuk buka puasa. Namun kemudian muncul masalah ketika menentukan lokasi tempat makan. Tiap-tiap dari kami mengusulkan lokasi yang berbeda-beda untuk dijadikan tujuan tempat makan, sesuai dengan jenis makanan yang diinginkan oleh masing-masing pihak. Kakak saya inginnya buka puasa dengan nasi goreng, dan ibu saya mengusulkan untuk membeli martabak saja, sementara bagi ayah saya yang penting harus ada kolak untuk buka puasa. Sedangkan saya sendiri sudah beberapa hari ini “ngidam” ingin makan siomay tapi belum kesampaian. Untuk beberapa saat, masing-masing tetap bertahan pada keinginannya sehingga sulit tercapai titik temu bagi persoalan ini. Karena waktu terus berjalan sementara saat buka puasa hampir tiba dan keputusan belum juga disepakati, saya kemudian menawarkan opsi bagaimana jika buka puasa di lakukan di sebuah food court di daerah Menteng saja (namanya kalau gak salah ‘Menteng Food Square’). Kebetulan sebelumnya saya pernah melihat informasi tentang tempat itu di televisi, dan saya rasa di situ akan ada banyak jenis makanan yang sesuai dengan keinginan kami semua. Memang tempat itu lokasinya lumayan jauh dibandingkan opsi-opsi awal yang diajukan sebelumnya, tapi toh pada akhirnya akan dapat mengakomodasi keinginan semua pihak. Dan ternyata, opsi tersebut dapat diterima.

Dalam contoh perundingan diatas, saya menggunakan taktik berunding berupa bridging (menjembatani) guna mendapatkan hasil yang problem solving. Setelah sebelumnya mencoba menganalisa apa yang sebenarnya menjadi underlying concern

Page 32: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

dari tiap pihak, saya menawarkan sebuah opsi alternatif yang dapat memenuhi semua kepentingan dari masing-masing pihak secara bersamaan. Walaupun pada dasarnya posisi awal (initially stated position) dari tiap pihak tidak dapat terpenuhi melalui hasil akhir yang didapat dalam perundingan (lokasi yang diajukan tiap pihak tidak diterima), namun pada akhirnya semua kepentingan utama dari masing-masing orang dapat terakomodasi dengan baik (semua mendapat makanan yang diinginkan).

Isu yang terdapat dalam perundingan ini adalah jamak, dari yang tadinya hanya menyangkut lokasi tempat makan kemudian berkembang atau bertambah menjadi jenis makanan. Dalam perundingan ini, saya juga sedikit menggunakan taktik time pressure dengan menekankan terbatasnya waktu yang ada atau tersisa. Hal ini dimaksudkan agar tiap-tiap pihak tetap fokus dan kembali pada pokok perundingan sehingga hasil yang no agreement dapat terhindarkan, serta membuka peluang untuk tercapainya hasil yang problem solving

70. Danang Arif Hidayat Negosiasi kali ini terjadi sehari setelah Idul Fitri, kami bernegosiasi di rumah Budi setelah berkeliling ke rumah teman-teman. Sebenarnya kami berlima namun yang terlibat aktif sampai akhir adalah kami: Budi, Indra, dan tentu saja saya. Dan yang terlibat dalam kasus ini adalah Budi, Indra dan pacar baru Budi (Nana)

Setelah berkumpul di halaman rumah Budi tanpa disengaja kami memulai diskusi, dari hal yang sepele sampai ke hal yang rumit, namun tiba-tiba Indra dan Budi membahas masalah mereka. Kemudian diskusi kami menjadi sebuah arena negosiasi. Agak janggal rasanya, sebab saat itu waktu menunjuk pukul 1 malam.

Background: Budi mempunyai Hp 2 buah, yang Nokia menggunakan kartu Simpati (nomer utama dan selalu dibawa), dan Motorola menggunakan kartu Im3, mempunyai pacar baru belum menceritakannya pada Indra. Indra, menggunakan kartu Im3 dan akan pulang dari Cikarang pada hari senin. Beberapa hari sebelum kepulangannya Indra sudah memberitahu Budi, dan meminta tolong padanya untuk bertemu dan sekaligus menjemputnya di bengkel Kirno. Namun, pada hari Senin, Budi ternyata tidak datang.

Negosiasi Indra-Budi cukup alot dan sangat lama, sebab kedua pihak saling menyalahkan dan merasa diri mereka masing-masing benar, tidak menuju pada penyelesaian. Indra menyalahkan Budi dan secara tidak langsung Nana. Namun Budi menyangkalnya, bahwa dia sudah menyampaikan sejak lama bahwa simpatinya adalah nomer utamanya, dan karena Nana membutuhkan koneksi Internet (dengan Hp), namun ketika Indra SMS Nana sedang bepergian dan tidak membawa HP karena khawatir. Kemudian Budi balik menyalahkan Indra kenapa tidak menghubungi ke nomer simpatinya. Indra menjawab dengan sejumlah argument yang menguatkannya, ia menginginkan efisiensi (asumsi menghubungi ke sesame operator lebih mudah dan murah), dan kebiasaan Budi membawa kedua HPnya. Indra balik menyalahkan Budi, dan seterusnya.

Setelah cukup lama saya mendengarkan, saya menghentikan pembicaraan mereka (juga karena hal yang dibahas itu-itu saja) dan berusaha menyampaikan kesimpulan saya tanpa menyalahkan salah satu pihak dan tidak memihak. Bahwa sebenarnya masing-masing pihak mempunyai kesalahan, Indra, menghubungi Budi dengan mengirim pesan singkat ke nomer im3 Budi, itupun dilakukan lagi setelah 3 jam. Mengapa tidak mencoba menghubungi nomer utama Budi, Simpati. Budi pun lalai mengapa meminjamkan HP dan nomer im3nya pada Nana, dan mengapa tidak menanyakan apakah ada SMS penting dan tidak berusaha meminta konfirmasi pada Indra. Sedangkan Nana, tidak berusaha memberi tahu Budi setelah ia pulang, namun baru mengatakannya pada malam hari (keterangan dari Budi). Dan untuk meredamkan suasana saya menyebut hal tesebut sebagai Miss Communication, dan tak perlu saling menyalahkan, dan untuk menghindari hal sejenis terulang saya menyarankan agar Indra lebih baik menghubungi Budi ke nomer utamanya dan tidak perlu mempermasalahkan efisiensi (toh tarifnya tak beda jauh). Dan saya menyarankan Budi untuk lebih terbuka dan lebih baik menjaga privasinya. Budi setuju dan tidak menolak kesimpulan saya.Namun tampaknya Indra kurang puas dengan keputusan akhir, setelah dijelaskan ternyata Indra menginginkan permintaan maaf sekali lagi dari Budi, untung permintaan itu disetujui. Dan akhirnya masalah selesai.

Dalam melakukan negosiasi jika kita tetap pada pandangan bahwa orang lain salah maka kita hanya akan menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar, tetapi tidak bisa mencapai keputusan untuk menyelesaikan konflik dan kemungkinan akan menciptakan konflik yang lain karena pihak lain yang dirugikan atau tidak menerima hasil perundingan. Dalam menyelesaikan masalah yang buntu atau yang bargaining sangat diperlukan pihak ke-tiga (arbiter atau mediator) untuk melanjutkan usaha mencapai kesepakatan antara pihak yang terlibat. Terutama untuk perundingan yang bargaining dapat diupayakan menjadi perundingan yang problem solving. Untuk mencapai perundingan yang problem solving dibutuhkan komunikasi yang baik diantara masing-masing pihak untuk memperlancar jalannya perundingan, sebab dengan komunikasi yang baik akan memunculkan respon yang baik dari masing-masing pihak sehingga pihak yang terlibat lebih melunak dan lebih mudah mendapatkan informasi mengenai masing-masing pihak. Sebagai pihak ke tiga diperlukan kemampuan mendengarkan dan menganalisa yang baik, serta menyampaikan dengan baik (baik reframe, refrase,

Page 33: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

sehingga apa yang disampaikan oleh masing-masing pihak dapat disampaikan dengan lebih baik tanpa menimbulkan kesan yang buruk pada pihak lain (kemungkinan terjadi dalam perundingan dimana salah satu pihak menyampaikan argumen atau kata-kata yang baik dengan emosi akan diterima sebagai suatu yang tidak menyenangkan karena disampaikan dengan emosi).-beda pendekatan beda respon.

71. Aldila ArmitaliaSaat pulang ke Jakarta kemarin, saya janjian untuk jalan-jalan dengan teman. Tadinya teman saya berjanji untuk menjemput di daerah Thamrin. Kami janjian sekitar jam 12 siang. Pada hari H, saya telah menunggu teman saya di tempat janjian kami, tepat jam 12. Namun, hingga jam 1, teman saya belum datang juga. Akhirnya dia, memberi kabar, bahwa ia harus ke daerah depok dulu. Ia kemudian meminta saya untuk bertemu langsung di tempat kami akan jalan-jalan di daerah senayan.Tadinya saya ingin menolak, tapi mengingat waktu yang sempit, akhirnya saya mengalah dan bersedia bertemu di sana.

Dari daerah Thamrin, saya naik Trans Jakarta ke Ratu Plaza. Seharusnya, bila ingin ke Senayan, saya harus berjalan melalui pintu belakang Ratu Plaza. Namun ketika saya sampai di Ratu Plaza, ternyata, cuaca tiba-tiba berubah mendung dan mulai gerimis. Saya yang lupa membawa payung, tidak mungkin berjalan dari Ratu Plaza ke Senayan, yang terbilang cukup jauh. Akhirnya saya meminta teman saya untuk menjemput di Ratu Plaza. Ternyata ia sudah lebih dulu sampai di tempat kami janjian. Namun saya tetap meminta untuk di jemput, karena kalau naik taksi dari Ratu Plaza, jaraknya “nanggung”. Akhirnya ia bersedia menjemput saya di Ratu Plaza, dan kami jadi jalan-jalan.

Saya dan teman saya sama-sama berkompromi, agar dapat berjalan-jalan. Pertama saya mengalah untuk datang ke tempat janjian, yang kedua teman saya mengalah dengan tetap menjemput, tetapi tempatnya lebih dekat. Kami sama-sama saling menurunkan tuntutan agar tujuan awal kami untuk jalan-jalan bersama bisa terpenuhi.

72. Ika SeptiPagi tadi akan menemani Jessica yang diberi tugas untuk pergi ke vila Andreas di Kaliurang untuk mengurus pembayaran sewa dan konsumsi untuk acara training debat EDS. Akan tetapi Jessica, satu jam sebelum jam ditentukan kami berangkat mengatakan bahwa ia ada kuliah mendadak dan tidak bisa ikut. Ia meminta agar saya bersedia pergi sendiri. Saya menyanggupi dengan kompensasi besok pada hari-H Jessica akan membantu tugas saya dalam mengurus materi training. Dalam negosiasi tersebut saya menggunakan teknin kompensasi spesifik.

73. Prisca Retno Negosiasi yang penting terjadi sewaktu saya pulang ke rumah di Malang pada libur lebaran kemarin. Setelah berkeliling ke rumah keluarga di Surabaya dan Jember, saya memutuskan untuk pulang ke rumah saya di Malang. Di rumah kami menggunakan jasa pembantu, seperti biasanya pembantu saya pulang untuk merayakan lebaran bersama keluarganya di desa. Pembantu saya yang satu berjanji untuk kembali ke Malang pada tanggal 6 Oktober 2008 (kita sebut saja Mbak X) sedangkan yang lain berjanji bekerja tanggal 7 Oktober (kita sebut saja Mbak Y), oleh karena itu mommy saya mengambil cuti hingga tanggal 6 Oktober. Kemudian saya memutuskan untuk kembali ke Jogja pada tanggal 7 Oktober pagi karena harus mengerjakan tugas yang belum saya selesaikan. Tetapi hari minggu (tepatnya tanggal 5 Oktober) Mbak X mengatakan dia tidak akan kembali untuk bekerja ke rumah saya, lewat sms. Saya langsung panik, karena Mbak X tidak bisa dihubungi. Akhir nya jam 7 malam Mbak X menelpon adik saya. Saya meminta berbicara dengan Mbak X dan menanyakan alasan mengapa dia tidak mau kembali bekerja di rumah saya. Dia menjawab tidak mendapat ijin untuk bekerja kembali oleh ibunya. Akhirnya saya meminta berbicara dengan ibunya, alasan yang diberikan oleh ibu tersebut adalah ingin anaknya beristirahat sejenak dari pekerjaan dan membantu keluarga menggarap sawah mereka. Setelah melewati diskusi yang cukup sulit dan berbelit-belit dan mengungkapkan berbagai argumen, akhirnya saya berhasil membujuk ibu tersebut mengijinkan anaknya untuk kembali ke rumah saya sampai mommy saya mendapatkan penggantinya plus beliau membantu mencarikan pengganti anaknya. Jadi, saya bisa dengan tenang meninggalkan rumah untuk kembali ke Jogjakarta =)

Penyelesaian masalah: problem solving taktik yang digunakan persuasive argument (membujuk ibu Mbak X agar mengijinkan anaknya kembali bekekrja untuk sementara waktu) dan annoyance (berulangkali menelpon sampai dijawab oleh Mbak X)

74. Oktavi Andaresta

Page 34: Seorang teman saya sedang belajar menjalankan …diahkei.staff.ugm.ac.id/file/nl4 08 - edited.doc · Web viewDia bertanya kenapa dia harus menerima tawaran denag harga 300ribu. Kemudian

Pagi ini (Jumat, 10 Oktober 2008) saya mengantri untuk membeli tiket bioskop film “Laskar Pelangi” bersama seorang teman (A) di Ambarrukmo Plaza. Kami berdua mendapat titipan untuk membelikan tiket bagi empat orang teman. Jadi total tiket yang harus kami dapatkan berjumlah enam buah. Pada awalnya kami berencana untuk menonton film tersebut hari ini juga. Dan sejak Kamis siang salah seorang teman (B) sudah mengantri untuk mendapatkan tiket tersebut namun sayangnya dia tidak berhasil. Beberapa sumber sekitar kami banyak mengatakan bahwa tiket untuk pemutaran hari Jumat sudah habis jadi kami harus menonton pada hari Sabtu atau Minggu. Padahal harga tiket di akhir pekan lebih mahal 25% dibanding pada hari kerja. Hal itulah yang menyebabkan saya dan A mencoba datang langsung di hari Jumat untuk membuktikan sendiri apa benar tiket sudah habis atau tidak. Saya dan teman-teman sepakat harus menonton hari itu juga dengan pertimbangan lebih hemat, entah pada jam berapapun dan barisan duduk di manapun. A menginginkan kami bisa memperoleh tempat strategis di barisan F pada pemutaran pukul 19.00, namun saya sendiri lebih memilih mendapat tiket untuk pemutaran pukul 21.30 di barisan apapun dengan pertimbangan acara yang akan saya hadiri pada pukul 19.30. setelah berbincang sejenak, A mau mengerti alasan saya dan menerima usul tersebut dengan catatan saya harus menemukan orang yang bersedia mengantar jemput dia nanti malam. Ternyata sebagai ungkapan terima kasih sudah bersedia dann berhasil mengantrikan tiket, B tidak keberatan mengantar jemput A selama perjalanan menuju dan dari bioskop. Untungnya kami berhasil mendapatkan tiket pukul 21.30 dengan barisan F yang masih banyak kosong.

Situasi di atas sangat problem solving antar saya dan A. walaupun kami harus membuat konsesi (A mengikuti keinginan saya dengan beberapa ketentuan dan cara B menunjukkan balas saja) dan melakukan sedikit kompromi namun ternyata demand saya dan A berhasil tercapai (‘compromising’ demand: tiket untuk pukul 21.30 [saya] di barisan strategis F [A], goal:tiket untuk jam berapapun dan barisan F, limit:tiket untuk hari Jumat).

75. Rima MeinitaNegosiasi yang saya lakukan dalam minggu ini adalah negosiasi dengan saudara saya masalah pekerjaan rumah. Karena pembantu mudik selama lebaran ini, otomatis pekerjaan rumah menjadi tanggung jawab bersama. Kesepakatan awalnya, saya bertugas mengepel rumah dan mencuci piring, sedangkan saudara saya bertugas menyapu dan menyetrika baju. Namun karena saudara saya punya asma, dia mengeluh keberatan dengan tugas menyapu karena alasannya debu bisa memicu kambuhnya asma. Awalnya saya pikir dia cuma melebih-lebihkan supaya mendapat keringanan tugas dan tugasnya dilimpahkan ke saya. Tapi ternyata memang benar debu yang ikut terhirup waktu dia menyapu memicu asmanya kambuh. Akhirnya saya bisa menerima argumentasinya tapi saya juga tidak setuju apabila tugasnya menyapu jadi dilimpahkan ke saya. Karena itu berarti pembagian tugas kami tidak adil, saya jadi punya 3 tugas sedangkan dia cuma 1. Akhirnya kami bernegosiasi ulang untuk mencari jalan keluar yang paling adil karena pembagian tugas yang tidak adil hanya akan menimbulkan masalah baru. Hasil negosiasi itu adalah kami bertukar tugas. Dia mendapat tugas mencuci piring dan menyetrika baju, sedangkan tugas saya jadi menyapu dan mengepel rumah. Kami berdua sama-sama puas degan hasil negosiasi akhir dan akhirnya masalah pun terselesaikan dengan win-win solution. Saya tidak merasa keberatan dengan tugas saya, dan saudara saya pun tetap bisa menjalankan tanggung jawabnya dan tetap sehat.

Jenis negosiasi yang saya lakukan adalah problem solving karena pemecahan masalah kami win-win solution. Saudara saya mendapatkan demand nya untuk melakukan tugas yang tidak memicu asmanya kambuh, dan saya juga mendapatkan apa yang saya inginkan yaitu pembagian tugas secara adil. Semua pihak merasa puas dan suasana lebaran pun semakin hangat.