Senyawa Halogen Organik
-
Upload
whyna-khatrini -
Category
Documents
-
view
290 -
download
28
description
Transcript of Senyawa Halogen Organik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa halogen organik banyak digunakan secara luas dalam masyarakat
modern sebagai pelarut, insektisida, dan bahan sintesis senyawa organik lainnya.
Suatu kelarutan didefinisikan sebagai besaran kuantitatif konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada suhu tertentu yang juga bergantung pada sifat fisika dan
kimia zat pelarut dan zat terlarut, pH larutan, dan tekanan dengan jumlah lebih
kecil. Bila suatu pelarut sampai pada batas daya melarutkannya, larutan ini disebut
larutan jenuh.
Adapun jenis-jenis pelarut yang digunakan untuk melarutkan adalah pelarut
polar yang melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lain dan pelarut nonpolar.
Aksi pelarut dan cairan nonpolar seperti hidrokarbon berbeda dengan zat polar.
Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik menarik antara ion elektrolit
kuat dan lemah karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Oleh karena itu, zat
terlarut ionik dan polar tidak dapat larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut
nonpolar. Terakhir pelarut semipolar, seperti keton dan alkohol dapat menginduksi
suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar, sehingga dapat
larut dalam alkohol.
Semua unsur dalam tabel berkala dapat membentuk halida, kecuali pada
unsur He, Ne, dan Ar. Halida seringkali dikenal sebagai senyawaan yang paling
baik dan paling mungkin berada dalam tingkat oksidasi. Terdapat juga kimiawi
senyawaan halogen organik yang luas dan beragam seperti fluor, Berdasarkan
uraian di atas, maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dilakukan percobaan ini adalah mengetahui reaktifitas
beberapa senyawa halogen organik dan fungsinya sebagai pelarut.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetehui kelarutan dan
reaktifitas senyawa-senyawa halogen organik.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah kelarutan suatu senyawa halogen
organikditentukan melalui reaksinya dengan senyawa polar dan non polar serta
reaktifitasnya ditentukan melalui reaksi dengan AgNO3/alkohol dan NaI/aseton.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Halokarbon atau senyawa organik halida adalah sekelompok senyawa
organik yang mengadung fluor, klor, brom, dan iodo yang terikat secara kovalen.
Senyawa ini memiliki rumus umum R-X. Walaupun sangat sedikit halokarbon
dijumpai alam, senyawa ini mudah dibuat dan banyak dimanfaatkan sebagai
anestetika dan insektisida (Willbraham dan Matta, 1992).
Senyawa yang mengandung hanya karbon, hidrogen, dan suatu atom
halogen, dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu alkil halida, aril halida (dalam mana
sebuah halogen terikat pada sebuah karbon dari suatu cincin aromatik) dan halida
vinilik (dalam mana sebuah halogen terikat pada sebuah karbon berikatan rangkap).
Berikut beberapa contoh (Fessenden dan Fessenden, 1990).
Alkil halida (R-X):
Aril halida (ArX):
Halida vinilik:
R telah difinisikan sebagai lambang umum untuk sebuah gugus alkil. Serupa pula,
Ar ialah lambang untuk sebuah gugus aromatik atau aril. Atom halogen (F, Cl, Br,
atau I) dapat diwakili oleh X. Dengan menggunakan lambang umum, maka alkil
halida ialah RX, dan aril halida seperti bromobenzeena (C6H5Br) ialah ArX.
iodometana kloroetana
(PCB) polychlorinated biphenylbromobenzena
kloroetana2-bromo-2-butena
Ikatan sigma karbon-karbon terbentuk oleh saling menindihnya satu orbital
atom halogen dan suatu orbital hibrida atom karbon. Tak dapat dipastikan
mengenai ada tidaknya hibrididasi atom halogen dalam suatu halida organik,
karena sebuah halogen hanya membentuk suatu ikatan kovalen dan karena tak
terdapat sudut ikatan di sekitar atom ini. Namun, karbon menggunakan orbital
hibrida yang sama tipenya untuk mengikat halogen, hidrogen maupun atom karbon
lain (Fessenden dan Fessenden, 1990).
Alkil halida (RX) dapat diklasifikasikan oleh jumlah atom karbon yang
terikat pada atom karbon yang mengandung halogen. Kita akan menamai klasifikasi
ini bila kita membicarakan reaksi-reaksi dari alkil halida. Sebuah metil halida
(CH3X) tidak mengandung atom karbon lain yang terikat pada karbon C-X. Alkil
halida primer (1°) mengandung sebuah karbon yang terikat pada karbon C-X. Alkil
halida sekunder (2°) mengandung dua karbon yang terikat karbon C-X. Alkil halida
tersier (3°) mengandung tiga atom karbon terikat karbon C-X. Klasifikasi ini sama
seperti pada karbokation (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Aril halida adalah zat antara sintetis yang memiliki banyak kegunaan dalam
kimia organik. Kegunaan dari aril halide ini, gugus fungsinya dapat dimanfaatkan
dalam berbagai reaksi seperti cross-coupling, digunakan untuk pembentukan reagen
organologam atau bertindak sebagai prekursor untuk generasi intermediet radikal
bebas . Aril Halida sering digunakan sebagai sintetis penting misalnyaobat-obatan
dan bahan kimia pertanian Sintesis regioselective dari turunan aril halida yang
mengandung isotop radioaktif halogen juga penting untuk aplikasi medis).
Sifat-sifat halida aril sangat tergantung pada atom halogen. Kekuatan ikatan C-X
menurun signifikan untuk ukuran atom halogen meningkat dari atom F ke I
(Sheppard, 2009).
Sifat fisik dari senyawa ini yaitu kecuali atom fluor, atom-atom halogen
lainnya, lebih berat dari pada atom-atom lain yang bisa ada dalam senyawa organik.
Karena beratanya ini, atom-atom halogen mempengaruhi berat jenis dari senyawa
organik tersebut. Pelarut-pelarut biasa yang mengandung halogen (CH2Cl2, CHCl3,
CCl4, Cl2C=CHCl) lebih berat dari air sehingga mengendap ke bawah bila dicampur
dengan air. Sifat ini kebalikan dari alkana yang lain, yang akan mengapung dalam
air. Atom halogen yang besar mudah terpolarisasi. Polarisasi ini akan menyebabkan
penguraian dari muatannya sehingga terbentuk molekul halogen organik dan ini
akan menyebabkan gaya tarik-menarik intramolekul lebih besar. Gaya tarik-
menarik yang besar antara molekul halohen organik ini menyebabkan titik leleh dan
titik didihnya lebih besar dibandingkan haloalkana (Fessenden dan Fessenden,
1997).
Senyawa halogen organik tidak cukup polar untuk dapat larut dalam air, tetapi
dapat larut dalam pelarut organik yang sedikit polar seperti etanol dan benzena.
Aturan IUPAC dalam penamaan halokarbon serupa dengan alkana
tersubtitusi, kecuali bahwa gugus halogen harus ditambahkan dalam
perbendaharaan subtituen seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1. Nama biasa
untuk beberapa halokarbon sederhana masih sering digunakan. Nama biasa ini
terdiri dari dua bagian. Bagian pertama menamai bagian molekul hidrokarbon
sebagai gugus alkil, misalnya etil dan metal. Bagian kedua menamai
halogenseakan-akan unsur ini sebuah ion. Contohnya adalah metil klorida, CH3Cl.
Tetapi perlu diingat, ikatan dalam halokarbon ialah kovalen, bukan ikatan ion
(Willbraham dan Matta, 1992).
Senyawa organo halogen paling umum digunakan sebagai pereaksi untuk
reaksi subtitusi nukleofilik untuk sintesa berbagai golongan senyawa dengan reaksi
umum sebagai berikut (Sitorus, 2010).
R-X + Nu-/Nu: R-Nu + X-
Nu-/Nu = nukleofil, gugus masukX- = gugus pergi
Dengan demikian, maka reaksi subtitusi nuklefilik (Sn) adalah reaksi penggantian
suatu gugus negatif (nukleofil artinya suka nukleo/positif) dengan suatu nukleofil
lain (spesi bermuatan negatif atau yang mempunyai pasangan elektron bebas).
Persyaratan yang harus dipenuhi agar reaksi subtitusi nukleofilik dapat
berlangsung adalah kekuatan nukleofil dari gugus masuk (Nu-) lebih kuat
dibandingkan dengan gugus pergi (X-). Nukleofilitas adalah setara dengan sifat
basa (basasitas) (konsep Lewis), namun yag perlu dipahami bahwa nukleofilitas
adalah aktivitas terhadap ion karbonium (C+) sedangkan basasitas adalah aktivitas
terhadap proton (H+). Urutan nukleofilitas dari beberapa nukleofil berikut (Sitorus,
2010).
CH3COOH < H2O < CH3COO- < C6H5O- < HO-< CH3O
Tabel 2.1 Nama halogen sebagai subtituen
Asam lemah Basa kuat
Kekuatan nukleofil
Halogen Nama Subtituen
fluor fluoro-
klor kloro-
brom bromo-
iod iodo-
KP [Nu….R….X]
reaksi
Ea
R-Nu + X-
R-X + Nu-
Koordinat reaksi
E
Nukleofilitas juga dipengaruhi oleh kesesakan (halangan) ruang atau lebih dikenal
dengan efek sterik. Halogen adalah gugus pergi yang sangat baik (nukleofilitas
paling rendah) maka alkil halide umum digunakan sebagai pereaksi Sn.
Reaksi subtitusi nuklofilik terdiri dari dua jenis yaitu subtitusi nukleofilik
bimolekuler (Sn-2) dan subtitusi nukleofilik unimolekuler (Sn-1). Reaktan yang
lazim digunakan untuk reaksi subtitusi nukleofilik adalah organo halide karena ion
halogen (X-) adalah merupakan nukleofil yang sangat lemah (gugus pergi) yang
baik (Sitorus, 2010).
1. Subtitusi Nukleofilik Bimolekuler (Sn-2)
Reaksi umumnya dituliskan sebagai berikut
R-X + Nu- R-Nu + X-
Mekanisme reaksinya adalah satu tahap atau merupakan reaksi serentak yaitu
pemutusan ikatan reaktan dan pembentukan ikatan pada produk berlangsung secara
bersamaan (simultan).
Digram (profil) energi reaksinya adalah sebagai berikut.
Kedua reaktan terlibat dalam keadaan peralihan, sehingga reaksi merupakan reaksi
tingkat dua (2), tanpa melalui intermediet/zat antara dan berlangsung satu tahap.
Koordinat reaksi
E
1. Subtitusi Nukleofilik Unimolekuler
Kecepatan (laju) reaksi Sn-1 hanya dipengaruhi oleh (R-X) sehingga reaksi
berlangsung dalam dua tahap atau orde satu (1) dengan persamaan laju reaksi
yaitu r=k[R-X]. Reaksinya adalah sebagai berikut.
a. Pembentukan ion karbonium sebagai intermediet (I).
Tahap ini berlangsung lambat karena membentuk spes yang tidak stabil (ion
karbonium) dan merupakan langkah penentu laju reaksi
b. Serangan nukleofil terhadap ion karbonium
Reaksi ini berlangsung cepat yang merupakan reaksi asam basa
Digram (profil) energi reaksinya adalah sebagai berikut.
Jenis reaksi apakah berlangsung melalui Sn-2 atau Sn-1 tergantung dari halangan
ruang (efek sterik) dari alkil halide. Bila makin besar halangan steriknya maka
reaksi subtitusi mengarah ke mekanisme Sn-1.
Tidak semua senyawa organik dapat diperoleh secara isolasi langsung dari
sumbernya, sehingga untuk mendapatkan senyawa-senyawa tersebut harus dibuat
secara sintesis seperti asetil klorida, trifenil methanol dan trifenil metil klorida.
Ea1
…………………………..…
Ea2
∆ H reaksi R-Nu + X-
R-X + Nu-
Kp1
Kp2
…..……………………………
R+ (l)
Trifenil metil klorida adalah senyawa organik termasuk golongan senyawa alkil
halida tersier di mana ketiga gugus alkil diganti oleh gugus fenil. Senyawa ini
mudah terhidrolisis oleh air, sehingga tidak dapat diperoleh dalam keadaan bebas di
alam. Oleh karena itu jika akan diperlukan maka senyawa tersebut harus dibuat
secara sintesis (Widiyati, 2006).
Penyebaran senyawa organo logam di alam sangat terbatas misalkan
senyawa organo Iodium terdapat dalam sejenis ganggang laut. Beberapa
contoh dasar reaksi pembuatan senyawa organo logam seperti reaksi radikal bebas
terhadap hidrokarbon, subtitusi nukleofilik, dan halogenasi benzena dan turunanya
(Sitorus, 2010).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan- bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaI/aseton,
AgNO3/alkohol, benzil klorida, kloroform, minyak, mentega, air, kloro benzena,
diklorometan, dan karbon tetraklorida (CCl4).
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu, tabung reaksi, spritus, rak
tabung reaksi dan pipet tetes.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Reaksi dengan CCl4 dan CHCl3
Disiapkan tiga buah tabung reaksi yang masing-masing tabung reaksi diisi
dengan 0,5 mL CCl4. Kemudian ditambahkan air pada tabung (1), minyak pada
tabung (2), dan mentega yang sudah dicairkan pada tabung (3). Selanjutnya
dikocok dan diperhatikan kelarutannya serta dicatat perubahan yang terjadi.
Dikerjakan sesuai dengan prosedur sebelumnya dengan menggunakan CHCl3.
3.3.2 Reaksi dengan AgNO3/alkohol dan NaI/aseton
Disiapkan empat buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 1 mL
AgNO3/alkohol yang berkadar 2 %. Kemudian ditambahkan 1-2 tetes kloro benzen
pada tabung (1), kloroform pada tabung (2), benzil klorida pada tabung (3) dan
diklorometan pada tabung (4). Kemudian dikocok agak kuat dan diamati serta
dicatat perubahan yang terjadi. Dikerjakan sesuai dengan prosedur sebelumnya,
dengan menggunakan NaI/aseton.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Pengamatan
A. Kelarutan Senyawa Halogen Organik
BahanKelarutan dalam Keterangan
CCl4 CHCl3
Air 2 fasa 2 fasa nonpolar
Minyak 1 fasa 1 fasa semipolar
Mentega 1 fasa 1 fasa semipolar
B. Reaksi-Reaksi Senyawa Halogen Organik
ZatPerubahan yang terjadi Keterangan
AgNO3/Alkohol NaI/aseton
Benzil klorida
terjadi perubahan warna bening menjadi
keruh, terdapat endapan
tidak bereaksi tidak bereaksi
Kloro benzentidak ada perubahan
yang terjaditidak bereaksi tidak bereaksi
Kloroform tidak ada perubahan
yang terjaditidak bereaksi tidak bereaksi
Diklorometanatidak ada perubahan
yang terjaditidak bereaksi tidak bereaksi
4.1.2 Reaksi
A. Kelarutan Senyawa Halogen Organik
1. Kelarutan CCl4 dalam air, minyak dan mentega
a. Dalam air
H2O + CCl4
b. Dalam minyak
c. Dalam mentega
2. Kelarutan CHCl3 dalam air, minyak dan mentega
a. Dalam air
H2O + CHCl3
b. Dalam minyak
c. Dalam mentega
B. Reaksi reaksi Senyawa Halogen Organik
1.
2.
3. CHCl3 + AgNO3 CHCl2NO3 + AgCl
4. C2H5Br + AgNO3 C2H5NO3 + AgBr
5.
6.
7. CHCl3 + NaI
8. C2H5Br + NaI
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kelarutan Senyawa Halogen Organik
Pada percobaan senyawa halogen organik terdapat dua tahap prosedur kerja
yang akan dilakukan. Percobaan 1 dilakukan untuk mengetahui kelarutan suatu
senyawa halogen organik. Bahan senyawa halogen organik yang digunakan, yaitu
CCl4 dan CHCl3 yang direaksikan dengan air, minyak, dan mentega cair. Telah
diketahui bahwa air bersifat polar, sedangkan minyak dan mentega cair bersifat
semipolar. CCl4 dan CHCl3 tidak larut dalam air melainkan kedua senyawa tersebut
putih
putih
tenggelam di dasar wadah, terbentuk 2 fasa dimana air di atas dan CCl4 dan CHCl3
berada di bawah. Hal tersebut terjadi sebab kedua senyawa tersebut bersifat
nonpolar sedangkan air bersifat polar sehingga menyebabkan kedua senyawa
tersebut tidak larut dan juga dikarenakan kedua senyawa tersebut mempunyai berat
molekul yang lebih berat dari pada air (1 g/cm3) sehingga menyebabkan CHCl3 (1,6
g/cm3) dan CCl4 ( >1 g/cm3) tenggelam atau berada di dasar tabung. Sedangkan,
ketika CHCl3 dan CCl4 yang masing-masing direaksikan dengan minyak dan lemak
terlihat bahwa kedua senyawa tersebut larut dalam minyak dan lemak yang
disebabkan karena antara CHCl3 dan CCl4 dengan minyak dan lemak dapat
membentuk ikatan yang disebabkan karena CHCl3 dan CCl4 bersifat semipolar,
begitupun pada minyak dan mentega bersifat semipolar.
4.2.2 Reaksi Senyawa Halogen Organik
Percobaan 2 dilakukan untuk mengetahui kereaktifan senyawa halogen
organik digunakan AgNO3/alkohol dan NaI/aseton, di mana pada reaksi
AgNO3/alkohol dengan benzil klorida, kloroform, kloro benzena, dan
diklorometana, masing-masing reaksi menghasilkan endapan putih dan cepat
beraksi. Urutan senyawa yang cepat bereaksi yaitu benzil klorida > diklorometan >
kloroform > kloro benzene. Alkil halida lebih cepat bereaksi sebab mempunyai
kereaktifan dan keelektronegatifan yang rendah sehingga lebih mudah terlepas dan
digantikan oleh gugus lain. Berdasarkan tingkat kereaktifan dan keelektronegatifan
senyawa nonlogam yang seharusnya terlebih dahulu bereaksi adalah kloroform
bukan benzil klorida yang berdasarkan teori disebabkan oleh kloro benzen yang
merupakan kategori asil halida yang lebih reaktif dan lebih stabil. Namun, dalam
percobaan, hnaya Hanya benzil klorida yang bereaksi membentuk endapan dan
warnanya sangat keruh, sedangkan tiga senyawa lainnya tidak bereaksi dan tidak
membentuk endapan. Senyawa yang dikatakan bereaksi apabila termasuk dalam
salah satu ciri larutan yang diantaranya adalah terjadi perubahan warna, terbentuk
endapan, berwarna keruh, dan ada aromanya bila dicium. Kesalahan yang terjadi
mungkin karena bahan yang digunakan sudah tidak layak pakai. Reaksi antara
NaI/aseton dengan benzil klorida, kloro benzena, dan kloroform tidak terjadi reaksi
sebab I tidak dapat mendesak Cl karena Cl mempunyai kereaktifan dan
keelektronegatifan lebih besar dibanding I. Diklorometan mengalami reaksi dengan
perubahan warna dari bening menjadi kuning.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
senyawa halogen organik (CCl4 dan CHCl3) tidak dapat larut dalam air, namun larut
dalam senyawa organik seperti minyak dan mentega sehingga senyawa halogen
organik (CCl4 dan CHCl3) termasuk senyawa semipolar. Senyawa halogen organik,
seperti klorobenzena dan kloroform tidak bereaksi dalam AgNO3 maupun NaI,
sedangkan benzil klorida dapat bereaksi dengan AgNO3 dan NaI membentuk
endapan putih dan keruh, begitupun pada diklorometana dapat bereaksi dengan NaI
menghasilkan perubahan warna menjadi kuning, namun diklorometana tidak
bereaksi ketika direaksikan dengan AgNO3.
5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya, sebelum melakukan percobaan hendaknya
praktikan harus memahami tentang percobaan yang akan dilakukan serta teliti
dalam mengamati reaksi yang terjadi.
Untuk laboratorium, sebaiknya menyediakan alat dan bahan yang lebih
lengkap untuk praktikum kimia dan memperbaharui alat dan bahan, karena ada
beberapa bahan yang tidak layak pakai.
Untuk asisten yang mendampingi praktikan, haruslah lebih baik dalam
mengawasi dan menuntun praktikan dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden R. J., dan Fessenden J. S., 1990, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Fessenden R. J., dan Fessenden J. S., 1997, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta.
Sheppard, T, D., 2009, Metal-Catalysed Halogen Exchange Reactions of Aryl Halides, The Royal Society of Chemistry Journal; 1043–1052.
Sitorus, M., 2010, Kimia Organik Umum, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Widiyati, E., 2006, Kajian Pengaruh Suhu pada Sintesis Trifenil Metil Klorida dari Trifenil Metanol dan Asetil Klorida, Jurnal Gradien, 2(2); 179-182.
Willbraham, A. C., dan Matta, M. S., 1992, Pengantar Kimia Organik dan Hayati, Penerbit ITB, Bandung.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 18 April 2014
Asisten, Praktikan,
Muh. Syarif Aqa’id Andi Eka Kartika
NIM H311 08 885 NIM H311 13 305
BAGAN PERCOBAAN
A. Kelarutan Senyawa Halogen Organik
NB: diganti CCl4 dengan CHCl3
B. Reaksi-reaksi Senyawa Halogen Organik
NB: diganti AgNO3/Alkohol dengan NaI/Aseton
Hasil
- Dimasukkan dalam tiga tabung reaksi yang bersih dan kering
- Diberi beberapa tetes air pada tabung (1), minyak pada tabung (2), dan mentega cair pada tabung (3)
- Dikocok dan diperhatikan kelarutannya
CCl4 0,5 mL
Hasil
- Dimasukkan dalam empat tabung reaksi yang bersih dan kering
- Ditambahkan 1-2 tetes kloro benzen pada tabung (1), kloroform pada tabung (2), benzil klorida pada tabung (3), dan diklorometan pada tabung (4)
- Dikocok agak kuat dan diamati
- Dicatat perubahan yang terjadi
AgNO3/Alkohol 1 mL