SENSOR KELOMPOK5 print.pdf
-
Upload
mela-yusvarina -
Category
Documents
-
view
81 -
download
7
Transcript of SENSOR KELOMPOK5 print.pdf
LAPORAN SENSOR DAN TRANSDUSER
ALARM PENCACAH (COUNTER)
Disusun :
KELOMPOK 5
Mela Yusvarina ( NIM. 12306141002)
Dina Nur’aina Arief (NIM. 12306141021)
Nur Hidayat (NIM.11306141007)
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi otomasi industri pada saat ini sudah semakin pesat dan luas
hal ini didorong oleh kebutuhan industri yang semakin berkembang dan bervariasi dari
tahun ketahun, kemajuan ini dapat kita lihat dengan semakin banyak industri yang
menggunakan sistem otomasi dalam menjalankan proses-proses produksinya, seperti
pada industri perakitan mobil, industri manufactur, industri makanan, industri minuman,
industri elektronik, industri kosmetik, dan lain sebagainya. Begitu pesat dan luas
penggunaan sistem otomasi disetiap bidang industri, yang mana sistem otomasi tersebut
tidak lepas dari penggunaan sistem control. Dalam menghitung jumlah suatu barang
dalam jumlah besar dibutuhkan alat otomatis yang mempermudah manusia yaitu alat
pencacah seperti yang terdapat dalam industri atau kantorpos untuk menghitung jumlah
surat yang masuk.
Sensor dan tranduser merupakan salah satu mata kuliah yang kami peroleh pada
semester 5 ini. Kami mendapatkan tugas untuk membuat proyek kemudian
mempresentasikannya sebagai syarat telah menempuh mata kuliah tersebut. Kami
membuat instrument berupa rangkaian alarm dan pencacah yang menggunakan sensor
photodiode dan arduino sebagai ADC.
Kami memilih membuat rangkaian alat pencacah karena alat tersebut bermanfaat
untuk menghitung barang seperti surat atau benda lainnya. Disamping itu alat-alat yang
diperlukan untuk membuat rangkaian sensor tersebut mudah diperoleh
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana rangkaian alarm pencacah?
2. Bagaimana cara mengkarakteristik sensor photodiode?
3. Bagaimana memunculkan hasil alat pencacah pada LCD dengan menggunakan
mikrokontroler?
C. Tujuan
1. Membuat rangkaian sensor alarm pencacah
2. Mengkarakterisasi sensor photodiode
3. Merangkai alat pencacah dengan mikrokontroler dan LCD
D. Manfaat
1. Mengetahui cara membuat rangkaian alarm pencacah
2. Mengetahui cara mengkarakteristik sensor photodiode
3. Mengetahui cara merangkai sensor photodiode dengan mikroprosesor ADC
BAB II
DASAR TEORI
Komponen-komponen yang diperlukan :
1. Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk memberikan hambatan
terhadap aliran arus listrik. Penggunaan resistor dalam rangkaian berfungsi sebagai
penghambat listrik,memperkecil arus dan membagi arus listrik dalam suatu rangkaian.
Satuan yang dipakai untuk menentukan besar hambatan pada resistor adalah ohm. Dalam
rangkaian listrik dibutuhkan resistor dengan spesifikasi tertentu seperti, besar
hambatan,arus maksimum yang boleh dilewatkan dan karakteristik hambatan terhadap
suhu dan panas. Resistor memberikan hambatan agar komponen yang diberi tegangan
tidak dialiri dengan arus yang besar, serta dapat digunakan sebagai pembagi tegangan
Keterangan :
Untuk resistor gelang 4: gelang pertama angka, gelang kedua angka, gelang ketiga
pengali, dan gelang keempat sebagai toleransi. Sedangkan untuk resistor gelang 5 :
gelang pertama angka, gelang kedus angka, gelang ketiga angka, gelang keempat
pengali dan gelang kelima sebagai toleransi. Untuk resistor gelang 6 sama seperti
gelang 5 tetapi untuk gelang 6 sebagai koefisisen suhu.
2. Photodioda
- Komponen ini akan mengubah energi cahaya, dalam hal ini energi cahaya infra red
menjadi sinyal listrik ( dalam hal ini arus listrik ).
- Merupakan sambungan dioda PN yang memiliki kepekaan terhadap radiasi gelombang
Elektromagnetik (EM) ketika jatuh pada sambungan.
- Dikarenakan sambungan PN sangatlah kecil, dibutuhkan lensa untuk memfokuskan
radiasi yang datang agar mendapatkan respon yang baik.
- Keunggulan device ini adalah nilai waktu responnya sangatlah cepat. Kebanyakan
memiliki waktu respon mendekati 1 Mikrodetik, bahkan ada yang mendekati 1 nano
detik.
- Semakin tinggi intensitas cahaya, maka arus bocor pada sambungan PN semakin besar
sehingga arus yang lewat sambungan semakin kecil.
-
Photodioda adalah diode yang bekerja berdasarkan intensitas cahaya dan merupakan
dioda yang peka terhadap cahaya, sensor photodioda akan mengalami perubahan
resistansi pada saat menerima intensitas cahaya dan akan mengalirkan arus listrik secara
forward sebagaimana dioda pada umumnya. tetapi jika tidak mendapat cahaya maka
photodiode akan berperan seperti resistor dengan nilai tahanan yang besar sehingga arus
tidak dapat mengalir.
Photodioda merupakan sensor cahaya semikonduktor yang dapat mengubah besaran
cahaya menjadi besaran listrik (photodetector). Jenis sensor peka cahaya lain yang sering
digunakan adalah phototransistor. Photodioda merupakan sebuah diode dengan
sambungan p-n yang dipengaruhi cahaya dalam kerjanya. Cahaya yang dapat dideteksi
oleh photodiode ini mulai dari cahaya infra merah, cahaya tampak, ultra ungu sampai
sinar-X.
Besarnya tegangan atau arus listrik yang dihasilkan oleh photodiode tergantung
dari besar kecilnya radiasi yang dipancarkan. Photodioda digunakan sebagi komponen
pendeteksi ada tidaknya cahaya dan dapat digunakan untuk membentuk sebuah alat ukur
akurat yang dapat mendeteksi intensitas cahaya dibawah 1pW/cm2 sampai intensitas
diatas 10mW/cm2. Kita dapat memanfaatkan photodiode ini pada kondisi reverse bias
dimana resistansi dari photodiode akan turun seiring dengan intensitas cahaya yang
masuk.
Photodioda akan mengalirkan arus yang membentuk fungsi linear terhadap
intensitas cahaya yang diterima. Arus ini umumnya teratur terhadap power density (Dp).
Perbandingan antara arus keluaran dengan power density disebut sebagai current
responsitivity. Arus yang dimaksud adalah arus bocor ketika photodioda tersebut disinari
dan dalam keadaan dipanjar mundur. Tanggapan frekuensi sensor photodioda tidak luas.
Dari rentang tanggapan itu, sensor photodioda memiliki tanggapan paling baik terhadap
cahaya infra merah, tepatnya pada cahaya dengan panjang gelombang sekitar 0,9 µm.
Kurva Tanggapan Frekuensi Sensor Photodioda Hubungan antara keluaran sensor
fotodioda dengan intensitas cahaya yang diterimanya ketika dipanjar mundur adalah
membentuk suatu fungsi yang linier.
Jika photodiode tidak terkena cahaya, maka tidak ada arus yang mengalir ke
rangkaian pembanding, jika photodiode terkena cahaya maka photodiode akan bersifat
sebagai tegangan, sehingga Vcc dan photodiode tersususn seri, akibatnya terdapat arus
yang mengalir ke rangkaian pembanding.
Sifat dari photodioda adalah sebagai berikut :
1. Jika terkena cahaya maka restsnsinya berkurang
2. Jika tidak terkena cahaya maka restsnsinya meningkat.
Dioda dipasang reverse karena pada saat diode dipasang reverse, maka arus tidak
akan mengalir karena hambatan yang sangat besar. Jadi dapat dikatakan bahwa bahwa
diode sebagai kondisi Open Circuit jika dianalogikan seperti saklar. Namun pada
photodiode, hambatan yang besar tadi bisa menjadi kecil karena pengaruh cahaya yang
masuk. Hal seperti ini bisa dikatakan sebagai Close Circuit jika dianalogikan seperti
saklar.
3. IC komparator TL072
Dengan memanfaatkan IC komparator sebagai pembanding tegangan, yang
nantinya akan menghasilkan output yang berbeda-beda. Dan yang sangat perlu
diperhatikan adalah jenis pembanding yang akan digunakan yaitu inverting (pembalik)
atau converting(pengubah), perbedaan converting dengan inverting adalah hasil
bandingannya. Misalnya, nilai banding = 2.5 V maka jika nilai tegangan sensor = 2.75 V
maka output rangkaian inverting = 0 V sedangkan jika rangkaian converting = 5 V.
Karena prinsip kerja pembanding atau nama akrabnya yaitu “komparator” itu bekerja
hanya membandingkan nilai inputnya saja jika lebih besar maka akan = 1 pada converter
dan kebalikan nya yaitu = 0 pada inverter, Dan sebaliknya jika nilai hasil bandingnya
kecil. Karena kita akan menggunakan hasil bandingnya untuk Ic mikrokontroler maka
kita sepakat untuk menggunakan comparator inverting. Untuk lebih jelas lihat gambar
analisa.
Gambar susunan gerbang IC komparator TL072
Diambil dari www.st.com
Rangkaian photodioda adalah rangkaian pembagi tegangan karena photodioda
dipasang seri dengan resistor. Jadi, jika salah satu nilai resistansi dioda atau resistor
berubah maka nilai tegangan akan berubah juga. Jika terkena cahaya maka resistansi
diodanya berkurang. Arus dan tegangan akan menuju ground. Jika tidak terkena cahaya
maka resistansi diodanya meningkat. Arus dan Tegangan akan masuk ke kaki Ic inverting
(-) yaitu IC TL072.
IC OpAmp TL072 digunakan sebagi komponen penguat. Spesifikasi IC ini cukup
bagus dengan harga yang murah dan kualitas suara yang memadai. Dengan pemilihan tipe
OpAmp TL072 amplifier yang memiliki noise rendah.
4. LED (Light Emitting Dioda)
LED merupakan komponen yang dapat mengeluarkan emisi cahaya.Strukturnya sama
seperti diode, tetapi elektrin yang menerjang P-N juga melepas energy berupa energy
panas dan energy cahaya. LED dibuat dengan doping gallium,arsenic,dan phosphorus.
Jenis dopping yang berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda. Pada saat ini
warna-warni cahaya LED yang banyak ada adalah warna merah ,kuning dan hijau. Dalam
memilih LED selain warna,perlu diperhatikan tegangan kerja,arus maksimum dan disipasi
dayanya.
5. Trimpot (Trimmer Potentiometer)
Trimpot adalah potensiometer yang cara mengubah nilai tahanannya dengan cara
mentrim dengan menggunakan obeng trim. Pada televisi, trimpot biasa digunakan untuk
mengatur besaran arus pada rangkaian oscilator, rangkaian driver, atau pada penyetelan
keseimbangan putih (white balance). Bagian-bagian yang menggunakan trimpot berarti
bagian tersebut tidak sering dilakukan penyetelan dan biasanya hanya digunakan untuk
maintenance (pemeliharaan). Dalam percobaan ini trimpot digunakan untuk mengatur
kecerahan layar LCD
6. Dioda
Dioda merupakan jenis komponen pasif, yang memiliki dua kaki atau kutub yaitu
kaki anoda dan kaki katoda. Dioda terbuat dari bahan semi konduktor tipe P dan semi
konduktor tipe N yang disambungkan. Semi konduktor tipe P berfungsi sebagai anoda
dan semi konduktor tipe N berfungsi sebagai katoda. Pada daerah sambungan, dua jenis
semi konduktor yang berlawanan ini akan muncul daerah deplesi yang akan membentuk
gaya barier. Gaya barier dapat ditembus dengan tegangan + sebesar 0.7 volt yang
dinamakan sebagai break down voltage, yaitu tegangan minimum dimana dioda akan
bersifat sebagai konduktor atau penghantar arus listrik. Dioda bersifat menghantarkan
arus listrik hanya pada satu arah saja, yaitu jika kutub anoda kita hubungkan pada
tegangan (+) dan kutub katoda kita hubungkan dengan tegangan (-) maka akan mengalir
arus listrik dari anoda ke katoda. Jika polaritasnya kita balik (bias mundur) maka arus
yang mengalir hampir nol atau dioda akan bersifat sebagai isulator.
Gambar 2.6. Simbol Umum Dioda
(Sumber : http://elektro.itenas.ac.id)
Dioda bagi rangkaian catu daya adalah komponen yang penting karena berfungsi
untuk menyearahkan tegangan yang keluar dari transformator.
7. Kapasitor
Kapasitor merupakan komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan
listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh
suatu bahan dielektrik. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka
muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya
dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang
satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan
sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah
oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini "tersimpan" selama
tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya.
Tipe-tipe kapasitor adalah sebagai berikut :
a. Kapasitor Electrostatic
Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat dengan bahan
dielektrik dari keramik, film dan mika. Tersedia dari besaran pF sampai beberapa uF,
yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan frekuensi tinggi.
Umumnya kapasitor kelompok ini adalah non-polar.
b. Kapasitor Electrolytic
Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor yang bahan
dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya kapasitor yang termasuk
kelompok ini adalah kapasitor polar dengan tanda + dan - di badannya. Kapasitor ini
memiliki polaritas karena proses pembuatannya menggunakan elektrolisa sehingga
terbentuk kutup positif anoda dan kutup negatif katoda.
c. Kapasitor Electrochemical
Kapasitor jenis ini adalah batere dan accu. Pada kenyataanya batere dan accu
merupakan kapasitor yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang besar dan
arus bocor (leakage current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor jenis ini masih dalam
pengembangan untuk mendapatkan kapasitansi yang besar namun kecil dan ringan,
misalnya untuk applikasi mobil elektrik dan telepon selular.
Tegangan Kerja (working voltage)
Tegangan kerja adalah tegangan maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor masih
dapat bekerja dengan baik. Para elektro- mania barangkali pernah mengalami
kapasitor yang meledak karena kelebihan tegangan. Misalnya kapasitor 10uF 25V,
maka tegangan yang bisa diberikan tidak boleh melebihi 25 volt dc. Umumnya
kapasitor-kapasitor polar bekerja pada tegangan DC dan kapasitor non-polar bekerja
pada tegangan AC.
Temperatur Kerja
Kapasitor masih memenuhi spesifikasinya jika bekerja pada suhu yang sesuai.
Pabrikan pembuat kapasitor umumnya membuat kapasitor yang mengacu pada
standar popular. Ada 4 standar popular yang biasanya tertera di badan kapasitor
seperti C0G (ultra stable), X7R (stable) serta Z5U dan Y5V (general purpose).
Secara lengkap kode-kode tersebut disajikan pada table berikut.
8. LCD (Liquid Crystal Display)
LCD merupakan salah satu hardware yang digunakan sebagai display pada
rangkaian-rangkaian elektronik. LCD yang biasanya digunakan adalah LCD dengan
ukuran 2x16 (2 baris x 16 kolom). Pada LCD 2x16 terdapat Chip HD44780 yang
berfungsi sebagai pengendali LCD yang memiliki Character Generator Read Only
Memory (CGROM), Character Generator Random Access Memory (CGRAM),
Display Data Random
Access Memory (DDRAM). LCD 2x16 sebagai berikut :
Gambar 2.28. Bentuk Fisik LCD 2x16
(http://www.skpang.co.uk/catalog/2x16-characters-stn-yelgrn-yelgrn-led-bl-5v-p-138.html)
Gambar 2.29. Rangkaian Antarmuka LCD 2x16
(http://frankyoneza.wordpress.com/2009/08/05/aplikasi-lcd-pada-mikrokontroller/)
Aplikasi sebuah LCD cukup digemari pecinta elektronik karena aplikasi
pemrogramannya yang relatif lebih mudah dibandigkan dengan pemrograman seven
segment. Kongfigurasi LCD 2x16 sebagai berikut
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Pembuatan proyek alarm pencacah dilakukan pada bulan September di
Laboratorium Gelombang, Labotarium Spektroskopi Universitas Negeri Yogyakarta
serta di Kos Karangmalang, Sleman, Yogyakarta.
B. Alat -Alat
Daftar komponen yang dibutuhkan :
No. Komponen Besar
1. Resistor (R1) 470 ohm
2. Resistor (R2) 33 K ohm
3. Resistor (R3) 10 K ohm
4. Resistor (R4) 10 K ohm
5. Kapasitor (C1) 10uF
6. Kapasitor (C2) 100nF
7. IC TL072 (IC1) 8 pin
8. Potensiometer (P1) 500 K
9. Diode (D1) 1 A
10. Photodiode (D2) ¾ watt
11. LED (D3) ¾ watt
12. LCD 16 x 2 pin
13. Trimpot 10 M
14. Arduino
15. Kabel penghubung secukupnya
16. Sumber tegangan 5-7 V
Alat yang dibutuhkan :
1. Solder, timah solder dan kabel secukupnya
2. Bor PCB
3. Setrika Listrik
4. Pasta untuk solder
5. Glossy paper
6. Mesin fotocopy
7. Larutan FeCl
8. Multimeter analog/digital
C. Langkah Percobaan
a. Skema Alat
b. Cara kerja
Langkah-langkah untuk merakit rangkaian alarm pencacah ini sebagai
berikut :
1. Menyiapkan alat dan komponen yang dibutuhkan
2. Membaca literature yang ada
3. Mengkarakteristik sensor photodiode
4. Menentukan range photodiode berdasarkan hasil karakterisasi
5. Merangkai alat sesuai skematik pada breadboard
6. Menyiapkan PCB, kemudian gambar komponen sesuai skema rangkaian di
atas menggunakan Software Eagle. Kemudian setelah itu print layout PCB
tersebut pada kertas glossy menggunakan mesin fotocopy.
Benda
Mikrokontroler Layar LCD
Alrm pencacah
7. Setelah gambar layout terprint, meletakkan gambar tersebut di ats
permukaan PCB pada bagian yang terdapat tembaga dan menggunakan
setrika untuk merekatkan gambar tersebut dengan PCB dengan suhu
maksimum setrika.
8. Setelah merekat, merendam PCB tersebut di dalam air selama 2 menit
kemudian membersihkan perlahan mengguanakan jari tangan, setelah
bersih (hanya garis hitam yang melekat pada PCB) memasukkan PCB ke
dalam larutan FeCl, penggunanan FeCl harus berhati-hati karena
merupakan zat kimia yang berbahaya, merendam PCB tersebut ke dalam
larutan FeCl hingga bagian tembaga hilang.
9. Setelah itu, membersihkan terlebih dahulu dengan air, kemudian
membersihkan jalur hitam pada PCB tersebut .
10. Setelah bersih, mengebor PCB sesuai dengan penempatan kaki komponen.
11. Setelah semua di bor, lalu memasang dan menyolder komponen sesuai
skema rangkaian diatas.
12. Memberi tegangan 5V, mengatur potensiometer untuk tegangan dasar
rangkaian. Photodiode dikenai cahaya dan dihalangi agar pembagi
tengangan satu lebih besar dari pembagi tengan dua, sehingga terjadi
perbedaan nilai tegangan pada pin 2 dan pin 3 IC TL072 dan menyebabkan
LED dengan logika jika pin 3 > pin 2 maka rangkaian aktif (artinya logika
=1) dan jika pin 2 > pin 3 rangkaian aktif (artinya logika = 1). Jika pin 2=
pin 3 maka mati (artinya logika=0)
13. Mengkarakterisasi rangkaian alram pencacah
14. Membuat program pada arduino
15. Menghubungkan rangkaian dengan rangkaian mikrokontroler
D. Teknik Analisis Data
1. Menganalisis data berdasarkan studi pustaka
2. Menganalisis data dengan menggunakan software OriginLab
3. Menganalisis data berdasarkan persamaan-persamaan yang sudah ada.
E. Data Hasil Percobaan
1. Tabel hasil percobaan karakterisasi photodiode, antara tegangan dengan jarak
photodida dengan sumber cahaya
s (m)
Percobaan 1 percobaan 2 percobaan 3
naik
(Volt)
turun
(Volt)
naik
(Volt)
turun
(Volt)
naik
(Volt)
turun
(Volt)
0,05 5,5 5,66 5,5 5,65 5,58 5,37
0,1 5,78 6,41 6,43 6,4 6,35 5,75
0,15 6,47 6,52 6,53 6,49 6,52 6,48
0,2 6,62 6,57 6,57 6,55 6,57 6,56
0,25 6,65 6,6 6,6 6,57 6,61 6,58
0,3 6,55 6,61 6,6 6,61 6,62 6,59
0,35 6,57 6,63 6,62 6,62 6,63 6,61
0,4 6,59 6,56 6,64 6,63 6,63 6,63
0,45 6,62 6,63 6,64 6,64 6,62 6,63
0,5 6,63 6,64 6,65 6,66 6,63 6,63
0,55 6,63 6,62 6,66 6,66 6,63 6,62
0,6 6,63 6,61 6,66 6,62 6,64 6,62
0,65 6,63 6,6 6,63 6,63 6,65 6,62
0,7 6,61 6,61 6,63 6,63 6,6 6,6
2. Tabel karakterisasi output rangkaian
a. Sistem dihalangi dan tak dihalangi
No. Jarak maksimum (cm) Tak
dihalangi
Dihalangi
1. 2 LED 10 1,2 V 2 V
2. Banyak LED 32 1,2 V 1,9 V
b. Sistem penambahan nilai tegangan
Tegangan input Tegangan output
Naik Turun Indicator LED
1,9 V 0,465 V 0.431 mati
2,47 V 1,015 V 1,069 redup
3,2 V 1,54 V 1,52 redup
5,74 V 1.730 V 1,726 terang
6.25 V 1.734 V 1,732 terang
6.55 V 1,737 V 1,740 terang
6.65 V 1.736 V 1,735 terang
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alarm Pencacah (Counter)
Rangkaian Alarm Pencacah (Counter) adalah alarm sistem pencacah seperti
yang kita lihat di supermarket-supermarket maupun minimarket-minimarket untuk
menghitung jumlah barang yang di beli. Rangkaian ini menggunakan sumber cahaya
berupa LED. Pada dasarnya, ketika sorotan akan terganggu oleh binatang, orang atau
objek, resistansi photodioda akan meningkat dan alarm pencacah akan diaktifkan.
Rangkaian Alarm Pencacah ini dapat digunakan untuk menghitung obyek
yang melewati sensor photodioda. Rangkaiannya cukup sederhana, komponen yang
dibutuhkan pun tidak banyak sehingga bisa diletakkan di PCB berukuran kecil.
B. Rangkaian Alarm Pencacah
Dari beberapa komponen diatas, maka dihasilkan sebuah rangkaian Alarm
Pencacah yang terdiri dari dua rangkaian utama yaitu rangkaian sensor cahaya dan
rangkaian untuk display pada LCD.
1.
Gambar. Rangkaian alarm sederhana
Gambar. Schematic Rangkaian Utama dan ADC menggunakan Software Eagle
Gambar. Board layout rangkaian utama dan ADC menggunakan Software Eagle
C. Cara Kerja Rangkaian
Dalam Rangkaian Alarm Laser digunakam op-amp TL072 (IC1.A) dikonfigurasi
sebagai komparator tegangan antara tegangan referensi yang diberikan oleh pembagi
tegangan disesuaikan P1/R4 dan tegangan yang tergantung cahaya yang diberikan oleh
pembagi tegangan yang terdiri dari D1 photodioda dan resistor tetap R3. Ketika sinar
laser terganggu, tegangan pada pin 2 pembanding turun di bawah pada pin 3
menyebabkan output ke ayunan untuk tegangan suplai positif dan menunjukkan kondisi
bahaya. Sinyal ini dapat membunyikan sirine. (www.yudhie_murtie.blogspot.com)
Pada awalnya kami ingin membuat alat seperti rangkaian di atas. Namun sensor
cahaya BPW34 / SFH203 sulit diperoleh sehingga sensor tersebut diganti dengan sensor
photodiode yang mempunyai fungsi yang sama dengan sensor BPW34 / SFH203.
Setelah dirangkai seperti gambar, hasilnya tidak sesuai dengan harapan yaitu sirine
selalu menyala ketika dikenakan sinar. Namun, ketika dihalangi sirine diam. Hasil yang
diinginkan yaitu sirine akan diam ketika dikenai sinar dan akan berbunyi ketika
dihalangi. Skema rangkaian yang telah kami modifikasi dengan menggunakan program
Eagle sebagai berikut.
Dalam rangkaian diatas sama seperti rangkaian alarm laser yaitu terdapat dua
pembagi tegangan. Pembagi tegangan yang pertama menggunakan potensiometer dan
resistor. Sedangkan pembagi tegangan yang kedua menggunakan photodiode dan
resistor. Yang membedakan dengan rangkaian alarm laser yaitu untuk pembagi
tegangan yang pertama dihubungkan dengan pin 2 IC TL072 dan pembagi tegangan
yang kedua dihubungkan dengan pin 3 IC TL072. Untuk outputnya yang berupa LED
dihubungkan ke Pin 1 IC TL072. Prinsip kerjanya , pembagi tegangan pertama
(potensiometer dan resistor) sebagai penentu besar tegangan tetap yang mengalir pada
rangkaian. Kemudian pembagi tegangan kedua (photodiode dan resistor) mempunyai
besar tegangan yang sama dengan pembagi tegangan pertama apabila photodiode
dikenai cahaya. Karena tegangan pin 2 sama dengan tegangan di pin tiga
menyebabkan LED tidak menyala. Jika photodiode dihalangi (tidak dikenai cahaya),
maka resistansinya besar dan tegangannya kecil. Sehingga tegangan pada pin 2 lebih
besar dibandingkan pin 3, hal ini menyebabkan LED menyala.
A. Karakterisasi Photodiode
Dalam mengkarakterisasi photodiode ,digunakan rangkaian pembagi tegangan
sebagai berikut.
Analisa Rangkaian
1. Rangkaian photo dioda adalah rangkaian pembagi tegangan karena Photodioda
dipasang seri dengan resistor. Jadi, jika salah satu nilai resistansi dioda atau
resistor berubah maka nilai tegangan akan berubah juga.
2. Jika terkena cahaya maka resistansi diodanya berkurang. Arus dan tegangan akan
menuju ground.
3. Jika tidak terkena cahaya maka resistansi diodanya meningkat. Arus dan
Tegangan akan masuk ke kaki Ic non-inverting (+) yaitu IC TL072.
Dalam mengkarakteristik photodiode, digunakan sumber cahaya lampu LED
putih. Dengan memvariasi jarak LED dengan sensor photodiode, maka akan
menyebabkan intensitas cahaya yang berbeda-beda. Dengan intensitas cahaya yang
berbeda dan arus tetap, maka besar tegangannya juga berbeda. Semakin jauh jarak
LED dengan sensor photodiode, semakin kecil intensitas cahaya yang mengenai sensor
tersebut, sehingga semakin besar resistansinya. Menurut Hukum Ohm, besar hambatan
listrik berbanding lurus dengan besar tegangan listrik pada arus listrik yang besarnya
tetap. Sehingga semakin besar hambatan listrik,semakin besar nilai tegangan listriknya.
Tabel hasil percobaan karakterisasi photodiode sebagai berikut.
s (m)
Percobaan 1 percobaan 2 percobaan 3
naik
(Volt)
turun
(Volt)
naik
(Volt)
turun
(Volt)
naik
(Volt)
turun
(Volt)
0,05 5,5 5,66 5,5 5,65 5,58 5,37
0,1 5,78 6,41 6,43 6,4 6,35 5,75
0,15 6,47 6,52 6,53 6,49 6,52 6,48
0,2 6,62 6,57 6,57 6,55 6,57 6,56
0,25 6,65 6,6 6,6 6,57 6,61 6,58
0,3 6,55 6,61 6,6 6,61 6,62 6,59
0,35 6,57 6,63 6,62 6,62 6,63 6,61
0,4 6,59 6,56 6,64 6,63 6,63 6,63
0,45 6,62 6,63 6,64 6,64 6,62 6,63
0,5 6,63 6,64 6,65 6,66 6,63 6,63
0,55 6,63 6,62 6,66 6,66 6,63 6,62
0,6 6,63 6,61 6,66 6,62 6,64 6,62
0,65 6,63 6,6 6,63 6,63 6,65 6,62
0,7 6,61 6,61 6,63 6,63 6,6 6,6
Hasil yang diperoleh,besar tegangan sebanding dengan besar jarak antara sumber
cahaya dengan photodiode. Semakin besar jarak cahaya dengan photodiode semakin rendah
intensitas cahaya, maka arus bocor pada sambungan PN semakin kecil sehingga arus yang
lewat sambungan semakin besar.
Bedasarkan tabel hasil percobaan di atas, dibuat grafik hubungan antara jarak dengan
besar tegangan dengan menggunakan Software Origin dengan sumbu x mewakili jarak
sumber cahaya dengan photodiode dan sumbu y tegangan output dari photodioda.
1. Percobaan pertama
a. Naik
b. Turun
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
5.4
5.6
5.8
6.0
6.2
6.4
6.6
6.8
Data: Data1_B
Model: ExpDec1
Chi^2/DoF = 0.01093
R^2 = 0.927
y0 6.63496 ±0.0369
A1 -2.4201 ±0.42162
t1 0.07191 ±0.01368
teg
an
ga
n (
vo
lt)
jarak (meter)
B
ExpDec1 fit of Data1_B
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
5.4
5.6
5.8
6.0
6.2
6.4
6.6
6.8
teg
an
ga
n (
vo
lt)
jarak (meter)
B
c. Gabungan Naik dan Turun
2. Percobaan kedua
a. Naik
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
5.4
5.6
5.8
6.0
6.2
6.4
6.6
6.8
teg
an
ga
n (
volt)
jarak (meter)
B
C
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
5.4
5.6
5.8
6.0
6.2
6.4
6.6
6.8
teg
an
ga
n(v
olt)
jarak (meter)
B
b. Turun
c. Gabungan antara naik dan turun
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
5.6
5.8
6.0
6.2
6.4
6.6
6.8
teg
an
ga
n (
vo
lt)
jarak (meter)
C
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
5.4
5.6
5.8
6.0
6.2
6.4
6.6
6.8
Te
ga
na
ga
n(V
olt)
jarak (meter)
B
C
3. Percobaan ketiga
a. Naik
b. Turun
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
5.4
5.6
5.8
6.0
6.2
6.4
6.6
6.8
teg
an
ga
n (
vo
lt)
jarak (meter)
B
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
5.2
5.4
5.6
5.8
6.0
6.2
6.4
6.6
6.8
teg
an
ga
n (
vo
lt)
jarak (meter)
C
c. Gabungan antara naik dan turun
Berdasarkan garfik hubungan tegangan sebagai fungsi intensitas dan jarak dari
sumber cahaya ke rangkaian pembagi tegangan ini, untuk percobaan satu diperoleh
bentuk kurva yang linear kemudian setelah mencapai jarak 25 cm mengalami nilai yang
sama. Untuk percobaan kedua diperoleh bentuk kurva yang linear pula kemudian
setelah mencapai jarak 20 cm mengalami nilai yang sama. (konstan). Untuk percobaan
ketiga diperoleh bentuk kurva yang linear kemudian setelah mencapai jarak 25 cm
mengalami nilai yang sama. Oleh karenanya, dari ketiga percobaan yang telah
dilakukan, dapat diketahui jarak maksimum yang masih dapat dideteksi oleh photodiode
adalah nilai rata-rata yang diperoleh dari ketiga percobaan,dan didapatkan hasil sebesar
23,3 cm. Hal ini menunjukkan bahwa photodiode yang digunakan dalam rangkaian
alarm hanya mampu mencapai range jarak maksimum pada 23,3 cm dan selebihnya
photodiode sudah tidah mampu bekerja untuk jarak yang lebih besar dari 23,3 cm.
B. Karakterisasi Output Rangkaian
a. Sistem dihalangi dan tidak dihalangi
No. Jarak maksimum (cm) Tak Dihalangi
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
5.2
5.4
5.6
5.8
6.0
6.2
6.4
6.6
6.8
teg
an
ga
n (
vo
lt)
jarak (meter)
B
C
dihalangi
1. 2 LED 10 1,2 V 2 V
2. Banyak LED 32 1,2 V 1,9 V
Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat bahwa output rangkaian saat disinari
dengan 2 buah LED maupun banyak LED adalah 1,2 volt. Sedangkan saat output
rangkaian disinari oleh 2 buah LED dan photodiode dihalangi suatu benda maka
menghasilkan tegangan sebesar 2 volt. Dan ketika output rangkaian disinari banyak
LED dan photodiode dihalangi suatu benda maka menghasilkan tegangan sebesar 1,9
volt.
Perbedaan nilai tegangan photodiode saat dihalangi maupun tidak dihalangi
mendapatkan range yang cukup jauh yakni ( 2 – 1,2 ) volt = 0,8 volt untuk sumber 2
buah LED dan ( 1,9 – 1,2 ) volt = 0,7 volt. Jauhnya range ini menunjukkan bahwa
prinsip kerjanya dapat bekerja. Karena ketika photodiode dihalangi (tidak dikenai
cahaya) maka akan mengubah nilai tegangan yang terdapat pada photodiode dan
menyebabkan mengalirnya arus ke pin 2 maupun pin 3 IC TL072. Jika salah satu dari
pin 3 atau pin 2 lebih besar tegangannya akan menyebabkan LED menyala. Begitu
pun sebaliknya, jika pin 3 sama dengan pin 2, hal ini menyebabkan LED tidak
menyala (mati).
b. Sistem penambahan nilai tegangan
Tegangan input Tegangan output
Naik Turun Indicator LED
1,9 V 0,465 V 0.431 mati
2,47 V 1,015 V 1,069 redup
3,2 V 1,54 V 1,52 redup
5,74 V 1.730 V 1,726 terang
6.25 V 1.734 V 1,732 terang
6.55 V 1,737 V 1,740 terang
6.65 V 1.736 V 1,735 terang
Tujuan mengkarakterisasi rangkaian dengan menambah besar tegangan masuk
adalah untuk mengetahui besar tegangan yang sesuai untuk rangkaian sensor
photodioda. Dalam percobaan ini, praktikan memvariasi tegangan masuk dengan
memutar potensiometer, sehingga hasil variasi tegangan inputnya kurang bagus.
Seharusnya memvariasi tegangannya dengan kenaikan bertingkat (1 V,2 V,3V dst.
Namun dalam hal ini menggunakan potensiometer , karena pada rangkaian alat ini
potensiometer digunakan sebagai penentu tegangan dasar rangkaian yang akan
digunakan sebagai pembanding. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan
bahwa tegangan input yang sesuai agar alat tersebut dapat bekerja dengan baik adalah
5-6,6 Volt. Jika rangkaian diberi tegangan input lebih dari 7 volt, rangkaian tersebut
masi dapat bekerja tetapi tidak sempurna karena saat photodiode dikenai cahaya, Led
menyala redup (tidak mati sempurna).
Dari table percobaan diatas , dibuat grafik dengan menggunakan origin.
c. Program untuk rangkaian ADC
Program yang digunakan untuk menampilkan output tegangan dari
rangkaian dengan menggunakan Software Arduino adalah sebagai berikut :
2 3 4 5 6 7
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
TE
GA
NG
AN
OU
TP
UT
(V
)
TEGANGAN INPUT (V)
B
C
Program penampil tegangan pada LCD tersebut menjelaskan bahwa untuk
kaki-kaki yang digunakan pada ARDUINO adalah kaki 11, 12, 7, 6, 5, dan 4.
Kemudian pin yang digunakan untuk input tegangan analog yang diperoleh dari
output rangkaian yang brupa LED kemudian disambungkan dengan pin A0 pada
ARDUINO. Selain itu pada pin 1 ARDUINO digunakan sebagai GND sedangkan pin
duanya digunakan sebagai 5V yang merupakan input dari laptop yang menandakan
bahwa tegangan inputnya harus 5V dan berupa tegangan.
Pada program tersebut diberikan perintah logika, yakni jika tegangan output
dari rangkaian lebih dari 5 volt, maka LED akan menyala dan buzzer berbunyi. Jika
tegangan sama dengan 5 atau tegangan lebih dari 4,9 volt maka LED akan menyala
dan buzzer berbunyi, dan jika output dari rangkaian kurang dari 5 volt maka LED
tidak akan menyala dan buzzer tidak berbunyi.
Namun untuk program tersebut belum bekerja sesuai dengan apa yang
diinginkan praktikan. Sehingga perlu dikaji ulang program pada arduinonya sehingga
alat yang telah kami buat bekerja sempurna.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,disimpulkan bahwa sensor
photodiode merupakan sensor cahaya yang dipasang reverse dan berungsi sebagai
saklar elektronik. Saat sensor photodioda dikenai cahaya maka resistansinya kecil
sehingga arus akan mengalir, sedangkan saat sensor photodioda dihalangi maka
resistansinya menjadi besar dan arus tidak dapat mengalir. Range photodiode pada
percobaan ini adalah saat jarak 0-23 cm terhadap sumber cahaya LED. Alat alarm
pencacah ini dapat bekerja, hanya saja praktikan belum menemukan program yang
tepat sehingga belum dapat terdisply dengan baik pada layar LCD.
B. Saran
Dalam penyususnan makalah ini masih terdapat kekurangan, maka kami
sangat mengharapkan saran dan masukan yang bersifat menyempurnakan penyusunan
makalah ini. Untuk memindahkan rangkaian ke PCB sebaiknya lebih teliti lagi skema
rangkaiannya dan hati- hati dalam menyolder serta mempersiapkan lebih matang lagi.
Daftar Pustaka
Dedy Rusmadi. 2005. Aneka rangkaian Elektronika Alarm dan Bel Listrik. Bandung :
Pioner Jaya.
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. 2006. Pelatihan Line Tracer.Surabaya : ITS
Sutrisno.1986.Elektronika.Bandung:ITB Bandung.
Anonim.2014.rangkaian alr. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul 18.30
http://id.wikipedia.org/wiki/
http://www.pragola-elektro.co.cc/2009/03/resistor-pada-dasarnya-semua-
bahan.html2.
http://en.wikipedia.org/wiki/Preamplifier
http://waltjung.org/PDFs/WTnT_Op_Amp_Audio_4.pdf