SENIN,26 AGUSTUS 1991 Diunduh dari

1
4 . SENIN,26 AGUSTUS 1991 Kini Giliran Emha Ainun Nadjib Ariel Heryanto KH·n tiba giliran Emha Ainun Nadjib yang dilarang berbicara eli depan umum di seluruh wila- yah Jawa Tengah. Tapi berbeda dari kasus-kasus pelarangan - yang lain. kasus Emha ini unik dan sekaligus muskil. Karena itu kasus ini layak disimak. Status hukum Emha bukanlah satu-satunva orang yang dilarang di Semarang dan sekitamya Juga bukan orang yang perta- rna. Seiurnlah mahasisv,ra L-'Jt\ di Sernarang pernah menjelas- kan kepada saya larangan tak tertulis dan tak resmi untuk mengundang Arief Budiman berceramah. Mungkin disesuai- kan dengan prinsip berpikir "bersih lingkungan' yang pri- mordialistik, para mahasiswa Semarang ini juga tak mendapat izin mengundang Leila Budi- man, istri Arief Budiman, untuk membenkan ceramah psikologi. Tentu saja sulit menguji vaJi- ditas kesaksian para mahasiswa itu. Mereka tak bisa dimintai bukti hitam di atas putih karena pelarangan itu sendin tak dinya- takan secara resmi dan tertulis. Kita hanya bisa mengandalkan saling-percaya. ?elarangan terhadap Emha juga tidak dinyatakan secara tertulis hitam di atas putih. me- nurut benta Yogya Post, 23/8. Pelarangan itu bersumber dan orang yang memberitakannva kepada para wartawan Kadit SospoJ Provinsi Jateng, Kol Mlsnadi. Menurut pejabat yang bersangkutan, pelarangan resmi yang tertulis tak dibutuhkan, sebab kasus ini merupakan "pelarangan politis". Beberapa keunikan dan ke- muskilan sudah tampak di sini. Pelarangan tak resmi terhadap Arief Budirnan dan Leila tak pemah dinyatakan secara terbu- ka kepada publik lewat warta- wan, publikasi. media massa. lni dapat dipahami, karena alasan "politis dan kerahasiaan'. Akibatnva. ada dua konsekuensi penting: Pertama, pelarangan itu tak mengundang hiruk pikuk reaksi publik seperti di saat Arief Budirnan dilarang ke luar negen awal tahun ini. Kedua, pelarangan itu sewaktu-waktu mudah dikendorkan alaU diba- talkan oleh pihak aparat kea- manan bilamana dinilai tak perlu atau uk tepat. Atau. se- perti pada kasus pencekalan Arief. semua aparat terkait bisa menyangkal bahwa pihaknya bertanggung jawab atas pel a- rangan itu. Memang tak ada bukti tertulis yang terbuka. Sensor diarn-diam terhadap ceramah atau tulisan Arief Budi- man di media rnassa berstatus seperti sensor laporan benta tertentu yang elisampaikan lewat "imbauan telepon' ke kantor- Kantor redaksi media massa. Kadang-kadang publik tak tahu adanva sensor itu karena tak pemah dibicarakan di muka umum Akibatnya orang juga tak tahu bahwa di dunia ini ada realitas. peristiwa alaU gagasan yang dlsensor. Pelarangan terha- dap Emha berbeda. Karena pelarangan terhadap Emha dinvatakan secara resmi dan tt:rbuka. cepat atau lambat pelarangan itu mengundang dialog pihak aparat dengan publik. Pelarangan itu periu dijelaskan pertimbangannya, alasannya, pembenaran dan rasionalitasnva. Publik memerlu- kan pertanggungjawaban dasar hukumnva. Apakah Emha sudah melang- gar aturan hukum' Aturan yang mana' Adakah buktinya' Apa; Siapakah yang layak menilai dan memutuskan kesalahannva' 'Bagairnana prosedur penilaian iru' Seandainva Emha benar bersalah, apakah pelarangan terhadap dinnya merupakan hukurnan yang sudah tepat dan seadil-adilnya? Apa kriteria kea- dilan di sinP Seandainva hu- kurnan yang dikenakan' terha- dap Emha tidak adil, atau sean- dainva Emha sarna sekali tidak pem'ah melanggar hukum yang Cseharusnya) dijunjung tinggi oleh negara ini, bagairnana? Apakah Emha berhak membela diri? Berhakkah ia menuntut ganti rugi' Bagaimana prosedur- nya' Pertanyaan-pertanyaan ini adalah pertanyaan orang awam dalam soal hukum. Pertanvaan- pertanyaan ini hanya bisa rnun- cui di antara kaum awam, rak- yat biasa atau orang kebanyak- an dalam rnasyarakat yang telah mendapat pendidikan kesadar- an hukum modern. Rakyat yang bersyukur menikrnati hasil Pem- bangunan di bidang non-fisikal dan pencerdasan kehidupan bangsa. Masyarakat yang mema- hami dan mengikuti pesan Pre- siden Soeharto. agar soal-soaJ seperti ini disampaikan secara konstitusional. Yang tak kalah muskil ialah kaitan kasual antara sifat pela- rangan politis dan kesimpulan tidak diperlukannya surat pela- rangan yang resmi. Bayangkan seandainya berbagai larangan yang bersifat politis di negen ini. misalnya soal pemilu atau subversi, tidak disertai dokumen legal yang tertulis. Ceramab Emba di Semarang Konon, pelarangan terhadap Emha ini bersumber dari cera- mahnya dalam seminar pen- ngatan 46 tahun kemerdekaan RI yang diadakan harian Suara Merdeka di Semarang. Boleh Jadi, cerarnah itu bukan satu- satunya alasan pelarangan ter- hadapnya. Mungkin pihak apa- rat sudah mencatat sejumlah "kenakalan' ceramah Emha di forum-forum lain. Namun, cera- mah di Suara Merdeka itu konon dianggap sebagai pemicu pelarangan terhadapnya yang melampaui ambang batas tole- ransi aparat setempat. Dengan demikian. pelarang- an terhadap Emha ini merupa- kan sebuah ironi yang pahit Kemerdekaan berbicara Emha - yang menjadi hak setiap warga, yang diperjuangkan dan ber- puncak pada prokJamasi 17 Agustus 1945 - dicabut pada saat ia merayakan peringatan proklamasi kemerdekaan itu' Kini saya bersyukur karena telah ikut diundang dan ikut hadir dalam acara itu. Sehingga saya tjdak perlu bertanya-tanya apa sebenarnya yang diucap- kan Emha di forum itu sehingga 13 terkena vonis yang punya otoritaS tetapi tak tertulis resmi jtu. Saya Ikatakan kini saya ber- syukur, karena seusai acara itu pulang dengan perasaan kurang puas atas jalannya acara terse but. Perbincangan dalam diskusi itu (baik pencerarnah maupun hadirin) belum cukup terpusat pada terna utama yang dipilih dan dinnci dengan bagus oleh panitia. Tapi bukan tak ada yang mengesankan dari acara !tu. Seperti pada kebanyakan forum seperti ini. Emha tampll sebagai bintang prirnadona. Ia berbicara dengan lancar. tanpa naskah rnakalah dan kelihatan- nya tanpa persiapan sistematik. Ia datang terIambat sekitar satu jam setelah acara dimulai de- ngan pembicara lain. Seakan- akan .apa yang sedang meluncur di pikirannya langsung keluar lewat bjbirnya. Seperti biasa, ia berbicara tentang berbagai per- soalan sosial, ekonomi, politik. kebudayaan yang juga meniadi gosip akrab masyarakat luas. Melebihi ceramah Emha di forum lain yang pernah saya ikuti, dalam acara di Sernarang ini Emha mengocok perut hadi- rin habis-habisan. Berbagai persoalan sosial, politik, ekon<r mi dan kebudayaan disajikan dengan humor berdosis berat. Banyak dan humornya pemah saya dengarkan sebelumnya. Namun, saya tak kuat untuk tidak ikut tergelak bersarna hadinn. Mungkin karena dendam, akibat, perut dikocok ini. saya mengeluh kepada beberapa ternan sewaktu pulang dan acara itu. Sara mempertanyakan mengapa kelihatannya Emha lebih banyak menjadi bintang humor dan penghibur belaka' Mengapa ia mengerahkan ke- saktiannya untuk mengajak kita menertawakan berbagai realitas sosial yang amburadul, yang sebenamya serius dan patm diprihatinkan, bukan mengana- lisis secara 'Iaitis mengapa se- mua itu terjadi dan menjelajahi usaha-usaha untuk merombak- nva. . Semua ini kini saya angkat kembali, bukan untuk mere- mehkan sumbangan cerarnah Emha bagi masyap.kat pencinta- nya. lni untuk menunjukkan betapa muskil menilai pelarang- an terhadap Emha yang sebe- narnya tak pemah mengkampa- nyekan suatu strategi konspirasi revolusioner ala glasnost atau- pun perestroika. Mungkin tak ada yang mus- kii. Mungkin ini sekadar me- nunjukkan bahwa dalam masya- rakat kita bukan saja sedang terjadi kesenjangan sosial eko- nomi. Tapi JUga kesenjangan intelektual dan rasa humor yang luar biasa. Sekolah tak pernah mengaJancan kepada lulusannya bahwa ketawa banvak-banvak itu membahavakan stabilitas keamanan. Mungkin saya gagal memahami apa yang sedang dikerjakan Emha rnaupun apa yang dikerjakan aparat keaman- an Sernarang. Efektlvltas Sensor Emha Seandainya benar saya telah keliru mernahami peristiwa itu, maka daftar pertanyaan-perta- nvaan tentang status hukum pelarangan terhadap Emha di atas tentunya J3di mubazir. Sap terlal u sen us. k arena gagal terta- wa bersama Emha yang me- nanggapi pelarangan itu dengan santai. "Bagi saya tak ada problem Bahkan sava bertenrna kasiro atas pencek"lan lni karena telah meringanKan beban kerF say;; yang tiap han selama ini harus keliling-keliling atas permintaan masvarakat. ' Sava tak menduga perminta- an rTIasyarakat kepada Emh" untuk berceramah keliling sela- rna ini merupakan beban yang kurang menggembirakan. Tak segembira pelarangandanKadit Sospol Jateng. Saya tak mendu- ga Emha menanggapi pelarang- an itu sebatas a1asan praktis dan pnbadi Atau saya luput me- nangkap humornya 7 Sarna muskilnva mernaharni kesungguhan pelarangan itu sendin. Sejauh mana efektivltas pelarangan itu' Benarkah ma- svarakat lawa Tengah akan kehilangan pesan dan humor- humor Emha dengan adanya pelarangan ini? Dalam masa perkernbangan teknologi sepenl sekarang, apa artinya sensor spesial sebatas Provmsi Jawa Tengah? Masya- rakat Jawa Tengah baru akan kehilangan Emha seandainya berpuluh-puluh koran, majalah. pos. telepon, facsimile, siaran radio, televisi yang maSuk-ke- luar Jawa Tengah bebas dari gelitik Emha. ltu belum cukup. Semua itu masih harus ditam- bah \agi dengan larangan bagi seluruh warga Jawa Tengah untuk keluar dan provinsinya dan mengikuti ceramah-cera- mah kocak Emha di luar Jawa Tengah. Apakah ini sebabnya Emha santai' la menganggap sensor itu lucu dan menJawab, 'Terirna kasih atas larangan itu, he. he he?U •• .) Penulis adalah dosen FakUl- ias Pasca Saryana GXSW: Sala- tiga. Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

Transcript of SENIN,26 AGUSTUS 1991 Diunduh dari

Page 1: SENIN,26 AGUSTUS 1991 Diunduh dari

4 . SENIN,26 AGUSTUS 1991

B~

Kini Giliran Emha Ainun Nadjib Ariel Heryanto

KH·n tiba giliran Emha Ainun Nadjib yang dilarang berbicara eli depan umum di seluruh wila­yah Jawa Tengah. Tapi berbeda dari kasus-kasus pelarangan -yang lain. kasus Emha ini unik dan sekaligus muskil. Karena itu kasus ini layak disimak.

Status hukum Emha bukanlah satu-satunva

orang yang dilarang bercera~h di Semarang dan sekitamya Juga bukan orang yang perta­rna. Seiurnlah mahasisv,ra L-'Jt\ di Sernarang pernah menjelas­kan kepada saya larangan tak tertulis dan tak resmi untuk mengundang Arief Budiman berceramah. Mungkin disesuai­kan dengan prinsip berpikir "bersih lingkungan' yang pri­mordialistik, para mahasiswa Semarang ini juga tak mendapat izin mengundang Leila Budi­man, istri Arief Budiman, untuk membenkan ceramah psikologi.

Tentu saja sulit menguji vaJi­ditas kesaksian para mahasiswa itu. Mereka tak bisa dimintai bukti hitam di atas putih karena pelarangan itu sendin tak dinya­takan secara resmi dan tertulis. Kita hanya bisa mengandalkan saling-percaya.

?elarangan terhadap Emha juga tidak dinyatakan secara tertulis hitam di atas putih. me­nurut benta Yogya Post, 23/8. Pelarangan itu bersumber dan orang yang memberitakannva kepada para wartawan Kadit SospoJ Provinsi Jateng, Kol Mlsnadi. Menurut pejabat yang bersangkutan, pelarangan resmi

yang tertulis tak dibutuhkan, sebab kasus ini merupakan "pelarangan politis".

Beberapa keunikan dan ke­muskilan sudah tampak di sini. Pelarangan tak resmi terhadap Arief Budirnan dan Leila tak pemah dinyatakan secara terbu­ka kepada publik lewat warta­wan, publikasi. media massa. lni dapat dipahami, karena alasan "politis dan kerahasiaan'. Akibatnva. ada dua konsekuensi penting: Pertama, pelarangan itu tak mengundang hiruk pikuk reaksi publik seperti di saat Arief Budirnan dilarang ke luar negen awal tahun ini. Kedua, pelarangan itu sewaktu-waktu mudah dikendorkan alaU diba­talkan oleh pihak aparat kea­manan bilamana dinilai tak perlu atau uk tepat. Atau. se­perti pada kasus pencekalan Arief. semua aparat terkait bisa menyangkal bahwa pihaknya bertanggung jawab atas pel a­rangan itu. Memang tak ada bukti tertulis yang terbuka.

Sensor diarn-diam terhadap ceramah atau tulisan Arief Budi­man di media rnassa berstatus seperti sensor laporan benta tertentu yang elisampaikan lewat "imbauan telepon' ke kantor­Kantor redaksi media massa. Kadang-kadang publik tak tahu adanva sensor itu karena tak pemah dibicarakan di muka umum Akibatnya orang juga tak tahu bahwa di dunia ini ada realitas. peristiwa alaU gagasan yang dlsensor. Pelarangan terha­dap Emha berbeda.

Karena pelarangan terhadap Emha dinvatakan secara resmi dan tt:rbuka. cepat atau lambat pelarangan itu mengundang dialog pihak aparat dengan publik. Pelarangan itu periu dijelaskan pertimbangannya, alasannya, pembenaran dan rasionalitasnva. Publik memerlu­kan pertanggungjawaban dasar hukumnva.

Apakah Emha sudah melang­gar aturan hukum' Aturan yang mana' Adakah buktinya' Apa; Siapakah yang layak menilai dan memutuskan kesalahannva' 'Bagairnana prosedur penilaian iru' Seandainva Emha benar bersalah, apakah pelarangan terhadap dinnya merupakan hukurnan yang sudah tepat dan seadil-adilnya? Apa kriteria kea­dilan di sinP Seandainva hu­kurnan yang dikenakan' terha­dap Emha tidak adil, atau sean­dainva Emha sarna sekali tidak pem'ah melanggar hukum yang Cseharusnya) dijunjung tinggi oleh negara ini, bagairnana? Apakah Emha berhak membela diri? Berhakkah ia menuntut ganti rugi' Bagaimana prosedur­nya'

Pertanyaan-pertanyaan ini adalah pertanyaan orang awam dalam soal hukum. Pertanvaan­pertanyaan ini hanya bisa rnun­cui di antara kaum awam, rak­yat biasa atau orang kebanyak­an dalam rnasyarakat yang telah mendapat pendidikan kesadar­an hukum modern. Rakyat yang bersyukur menikrnati hasil Pem­bangunan di bidang non-fisikal dan pencerdasan kehidupan bangsa. Masyarakat yang mema­hami dan mengikuti pesan Pre­siden Soeharto. agar soal-soaJ

seperti ini disampaikan secara konstitusional.

Yang tak kalah muskil ialah kaitan kasual antara sifat pela­rangan politis dan kesimpulan tidak diperlukannya surat pela­rangan yang resmi. Bayangkan seandainya berbagai larangan yang bersifat politis di negen ini. misalnya soal pemilu atau subversi, tidak disertai dokumen legal yang tertulis. Ceramab Emba di Semarang

Konon, pelarangan terhadap Emha ini bersumber dari cera­mahnya dalam seminar pen­ngatan 46 tahun kemerdekaan RI yang diadakan harian Suara Merdeka di Semarang. Boleh Jadi, cerarnah itu bukan satu­satunya alasan pelarangan ter­hadapnya. Mungkin pihak apa­rat sudah mencatat sejumlah "kenakalan' ceramah Emha di forum-forum lain. Namun, cera­mah di Suara Merdeka itu konon dianggap sebagai pemicu pelarangan terhadapnya yang melampaui ambang batas tole­ransi aparat setempat.

Dengan demikian. pelarang­an terhadap Emha ini merupa­kan sebuah ironi yang pahit Kemerdekaan berbicara Emha -yang menjadi hak setiap warga, yang diperjuangkan dan ber­puncak pada prokJamasi 17 Agustus 1945 - dicabut pada saat ia merayakan peringatan proklamasi kemerdekaan itu'

Kini saya bersyukur karena telah ikut diundang dan ikut hadir dalam acara itu. Sehingga saya tjdak perlu bertanya-tanya apa sebenarnya yang diucap­kan Emha di forum itu sehingga 13 terkena vonis yang punya otoritaS tetapi tak tertulis resmi

jtu. Saya Ikatakan kini saya ber­

syukur, karena seusai acara itu ~ya pulang dengan perasaan kurang puas atas jalannya acara terse but. Perbincangan dalam diskusi itu (baik pencerarnah maupun hadirin) belum cukup terpusat pada terna utama yang dipilih dan dinnci dengan bagus oleh panitia. Tapi bukan tak ada yang mengesankan dari acara !tu.

Seperti pada kebanyakan forum seperti ini. Emha tampll sebagai bintang prirnadona. Ia berbicara dengan lancar. tanpa naskah rnakalah dan kelihatan­nya tanpa persiapan sistematik. Ia datang terIambat sekitar satu jam setelah acara dimulai de­ngan pembicara lain. Seakan­akan .apa yang sedang meluncur di pikirannya langsung keluar lewat bjbirnya. Seperti biasa, ia berbicara tentang berbagai per­soalan sosial, ekonomi, politik. kebudayaan yang juga meniadi gosip akrab masyarakat luas.

Melebihi ceramah Emha di forum lain yang pernah saya ikuti, dalam acara di Sernarang ini Emha mengocok perut hadi­rin habis-habisan. Berbagai persoalan sosial, politik, ekon<r mi dan kebudayaan disajikan dengan humor berdosis berat. Banyak dan humornya pemah saya dengarkan sebelumnya. Namun, saya tak kuat untuk tidak ikut tergelak bersarna hadinn.

Mungkin karena dendam, akibat, perut dikocok ini. saya mengeluh kepada beberapa ternan sewaktu pulang dan acara itu. Sara mempertanyakan mengapa kelihatannya Emha

lebih banyak menjadi bintang humor dan penghibur belaka' Mengapa ia mengerahkan ke­saktiannya untuk mengajak kita menertawakan berbagai realitas sosial yang amburadul, yang sebenamya serius dan patm diprihatinkan, bukan mengana­lisis secara 'Iaitis mengapa se­mua itu terjadi dan menjelajahi usaha-usaha untuk merombak­nva.

. Semua ini kini saya angkat kembali, bukan untuk mere­mehkan sumbangan cerarnah Emha bagi masyap.kat pencinta­nya. lni untuk menunjukkan betapa muskil menilai pelarang­an terhadap Emha yang sebe­narnya tak pemah mengkampa­nyekan suatu strategi konspirasi revolusioner ala glasnost atau­pun perestroika.

Mungkin tak ada yang mus­kii. Mungkin ini sekadar me­nunjukkan bahwa dalam masya­rakat kita bukan saja sedang terjadi kesenjangan sosial eko­nomi. Tapi JUga kesenjangan intelektual dan rasa humor yang luar biasa. Sekolah tak pernah mengaJancan kepada lulusannya bahwa ketawa banvak-banvak itu membahavakan stabilitas keamanan. Mungkin saya gagal memahami apa yang sedang dikerjakan Emha rnaupun apa yang dikerjakan aparat keaman­an Sernarang.

Efektlvltas Sensor Emha Seandainya benar saya telah

keliru mernahami peristiwa itu, maka daftar pertanyaan-perta­nvaan tentang status hukum pelarangan terhadap Emha di atas tentunya J3di mubazir. Sap terlal u sen us. k arena gagal terta­wa bersama Emha yang me-

nanggapi pelarangan itu dengan santai.

"Bagi saya tak ada problem Bahkan sava bertenrna kasiro atas pencek"lan lni karena telah meringanKan beban kerF say;; yang tiap han selama ini harus keliling-keliling atas permintaan masvarakat. '

Sava tak menduga perminta­an rTIasyarakat kepada Emh" untuk berceramah keliling sela­rna ini merupakan beban yang kurang menggembirakan. Tak segembira pelarangandanKadit Sospol Jateng. Saya tak mendu­ga Emha menanggapi pelarang­an itu sebatas a1asan praktis dan pnbadi Atau saya luput me­nangkap humornya7

Sarna muskilnva mernaharni kesungguhan pelarangan itu sendin. Sejauh mana efektivltas pelarangan itu' Benarkah ma­svarakat lawa Tengah akan kehilangan pesan dan humor­humor Emha dengan adanya pelarangan ini?

Dalam masa perkernbangan teknologi sepenl sekarang, apa artinya sensor spesial sebatas Provmsi Jawa Tengah? Masya­rakat Jawa Tengah baru akan kehilangan Emha seandainya berpuluh-puluh koran, majalah. pos. telepon, facsimile, siaran radio, televisi yang maSuk-ke­luar Jawa Tengah bebas dari gelitik Emha. ltu belum cukup. Semua itu masih harus ditam­bah \agi dengan larangan bagi seluruh warga Jawa Tengah untuk keluar dan provinsinya dan mengikuti ceramah-cera­mah kocak Emha di luar Jawa Tengah.

Apakah ini sebabnya Emha santai' la menganggap sensor itu lucu dan menJawab, 'Terirna kasih atas larangan itu, he. he he?U ••

.) Penulis adalah dosen FakUl­ias Pasca Saryana GXSW: Sala­tiga.

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>