SENIN, 1 JULI 2019 POLEMIK J angan Apriori terhadap Kepolisian€¦ · langgar kode etik karena...

1
Jangan Apriori terhadap Kepolisian SEJUMLAH pati Polri mendaftar menjadi capim KPK. Apa tanggapan Anda? Ini masih di ranah kewenangan pansel. Kami di Komisi III kan bersifat menunggu, sampai kemudian pansel menye- rahkan kepada DPR hasil kerja mereka. Kan kalau dari sisi aturan, pansel harus mengirimkan 10 calon untuk kemudian kami pilih 5 orang. Kami di DPR berharap sebanyak mungkinlah calon yang mendaftar ke pansel, dari berbagai elemen. Apakah penegak hukum kepolisian, kejaksaan, atau penyidik pegawai negeri sipil, para pengiat antikorupsi, aktivis, advokat, atau praktisi hukum. Beberapa pegiat antikorupsi mengkritisi, bahkan meno- lak capim KPK dari Polri, apa tanggapan Anda? Memang banyak teman-teman LSM mempersoalkan kenapa sih kok perwira polisi ikut mendaftar atau nanti misalnya pejabat kejaksaan ikut mendaftar. Menurut saya, fokusnya jangan itu. Harusnya fokus bagaimana teman-teman elemen masyarakat sipil mendorong sebanyak-banyaknya calon yang mendaftar ke pansel KPK sehingga terjadi kompetisi yang sehat. Mereka beranggapan akan ada konik kepentingan? Konik kepentingannya di mana? Dari dulu, sejak KPK dibentuk, pimpinan KPK jilid pertama, kan Ketua KPK-nya dari polisi Pak Ruki (Tauequrachman Ruki), ada juga dari kejaksaan. Jadi sudahlah, prinsipnya ialah siapa pun putra atau putri terbaik yang memenuhi syarat kita dukung dan ja- ngan terlalu mempersoalkan apakah dia polisi, purnawirawan TNI, jaksa, atau yang lain. Apalagi, tidak ada aturan yang melarang. Jadi serahkan pada pansel untuk menyaring semua tanpa perlu membatasi? Kalau belum apa-apa yang disoroti hanya soal si perwira A atau jaksa B ikut mendaftar, saya kira kontraproduktif. Itu kan membatasi hak asasi orang. Toh, semuanya itu nanti akan dilakukan proses seleksi dan merupakan bagian dari proses seleksi itu kan penelusuran rekam jejak. Jangan mecegah o- rang untuk mencalonkan diri. Apakah ada nama-nama capim KPK yang sudah santer di kalangan Komisi III? Kan belum sampai ke Komisi III. Yang pasti, kami tidak punya calon favorit. Kami tugasnya dalam konteks saat ini mendorong siapa saja, baik yang di kepolisian, di kejaksaan, di penegak hukum lainnya, misalnya direktorat pajak itu kan punya penyidik, OJK punya penyidik juga. Nah, itu nanti siapa yang terpilih, ya kita lihatlah dari proses seleksi yang dilakukan pansel dan fit and proper test di Komisi III nanti. (Mal/P-2) APA pendapat Anda soal capim KPK dari unsur Polri? Pada dasarnya boleh saja dari penegak hukum, entah itu dari instansi Polri maupun kejaksaan mendaftar jadi capim KPK. Akan tetapi, kalau terpilih menjadi pimpinan KPK, yang bersangkutan harus mundur dari institusi asalnya. Artinya, Anda tidak setuju jika capim KPK dari Polri? Saya tidak menolak secara spesik. Jadi, boleh saja men- jadi capim, tetapi kalau sudah menjadi pimpinan KPK, yang bersangkutan harus mundur dari posisinya terdahulu. Apakah ada kekhawatiran komisioner KPK dari Polri nantinya akan melemahkan KPK? Kalau kita bicara track record Polri di KPK, ada beberapa oknum yang dikirimkan Polri ke KPK ternyata bermasalah. Ada Brigjen Aris Budiman, Direktur Penyidikan, yang terbukti mendatangi panitia angket pada 2011. Ada Rolan dan Harun, penyidik Polri yang ditugaskan di KPK, tetapi diduga merusak alat bukti perkara yang tengah ditangani KPK. Terbaru, ada Inspektur Jenderal Firli, Deputi Penindakan, yang diduga me- langgar kode etik karena bertemu dengan salah satu kepala daerah yang sedang diusut KPK. Berdasarkan track record ini, membuktikan wakil Polri yang dikirimkan ke KPK juga tidak perform. Malah diduga melanggar kode etik. Pansel KPK beralasan Polri punya pengalaman dalam penegakan hukum? Kalau soal pengalaman dan juga wewenang, memang Polri lebih dahulu memunyai kewenangan pemberantasan korupsi dari KPK. Akan tetapi, ketika KPK berdiri pada 2003, Polri tidak menunjukkan kinerja yang baik. Memang kalau kita melihat pada landasan yuridis, UU KPK tidak melarang setiap orang dari instansi mana pun untuk mendaftar sebagai capim KPK. Akan tetapi, kita tidak bisa berpegangan pada UU KPK saja. Kontekstualnya, hari ini, instansi itu belum berubah. Bagaimana komposisi ideal pimpinan KPK nanti? Pada dasarnya semua berhak, asal mundur dari jabatannya terdahulu. Poin penting lainnya harus dilihat rekam jejak, in- tegritas, bagaimana pemahaman soal pemberantasan korupsi, pemberian efek jera, dan kemampuan manajerial yang harus dijadikan pegangan penting bagi KPK. Kalau konteks hari ini, jangan tiba-tiba mengatakan ada potensi isu radikalisme di KPK, itu tidak terlalu urgen untuk dibahas. Jika nanti ada wakil Polri yang mengisi kursi komisioner KPK, apa harapan Anda? Di sini sebenarnya kita bisa melihat komitmen Kapolri terha- dap pemberantasan korupsi. Kita juga bisa melihat komitmen yang bersangkutan apakah meminta calon terpilih untuk mun- dur atau tidak. Seruan untuk mundur harusnya keluar dari Pak Tito sebagai pemimpin tertinggi Polri saat ini. (Faj/P-3) GOLDA EKSA [email protected] P ANITIA seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Ko- rupsi mengajak semua pihak mengedepankan proses demokrasi dan saling meng- hargai. Pansel memiliki meka- nisme dan standardisasi, serta bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya. Penegasan yang disampai- kan Ketua Pansel Capim KPK, Yenti Garnasih, itu terkait anggapan bahwa pendaftar berlatar kepolisian merupa- kan upaya untuk melemahkan lembaga antirasywah secara terselubung. Apalagi, para kandidat dipilih melalui seleksi internal terlebih dahulu sebe- lum mendaftar ke pansel. “Seleksi internal itu bu- kan begitu cara pandangnya. Sebaiknya jangan apriori ter- hadap kepolisian. Mungkin mereka melakukan seleksi karena ingin memilih yang terbaik,” ujar Yenti ketika di- hubungi, Minggu (30/6). Menurutnya, seleksi internal oleh Korps Bhayangkara atau pun instansi lain dipersilakan. Bahkan, UU juga tidak menye- but bahwa calon pimpinan KPK wajib dari penegak hu- kum. Prinsipnya pansel tidak bisa mengintervensi seleksi internal tersebut. Yenti menduga seleksi inter- nal itu lantaran kepolisian te- lah melakukan evaluasi. Pada seleksi capim KPK periode 2015-2019 hanya satu dari pu- luhan anggota Polri yang lolos dan akhirnya terpilih, yaitu Basaria Panjaitan. “Intinya, pansel yang me- miliki kewenangan. Presiden yang punya hak prerogatif pun menyerahkan kepada pansel. Intinya, belum tentu polisi yang mendaftar akan dipilih pansel dan belum tentu juga (kualitas) mereka akan sebo- brok yang dibayangkan.” Pendaftaran capim KPK pe- riode 2019-2023 diselengga- rakan sejak 17 Juni hingga 4 Juli 2019. Hingga Jumat (28/6), sudah 72 pendaftar. Kalangan akademisi mendominasi de- ngan 18 orang, berikutnya pengacara 17 orang, pegawai BUMN/BUMD 9 orang, dan sisanya berlatar profesi lain, di antaranya 3 personel Polri dan 2 dokter. Resistansi Pendapat berbeda dilontar- kan pakar hukum pidana dari Universitas Indonesia, Achyar Salmi. Menurut dia, sedianya proses pendaftaran personel kepolisian tidak perlu disaring di internal. Mereka yang me- menuhi syarat dapat mendaf- tarkan langsung ke panitia. “Sebaiknya lepaskan saja agar nantinya dapat mengu- rangi resistansi dari teman- teman yang lain. Jadi, jika secara pribadi mereka mendaf- tar, tentu harus ada izin dari pimpinan. Tindak mungkin pula mereka mendaftar tanpa mengantongi izin, itu namanya nekat,” katanya. Mantan anggota pansel capim KPK periode 2010 dan 2011 itu menegaskan siapa pun yang memenuhi syarat dan ti- dak pernah melanggar hukum berhak mendaftar sebagai kandidat. Penting pula ber- pikir positif bahwa kandidat yang dipilih punya kualikasi mendekati sempurna sehingga tidak memalukan lembaga. Kepala Biro Penerangan Ma- syarakat Divisi Humas Polri, Dedi Prasetyo, menegaskan kepolisian tetap berkomitmen untuk melakukan pemberan- tasan korupsi di Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan adanya sejumlah nama yang mendaftar sebagai capim KPK untuk memperkuat upaya pemberantasan korupsi. “Bergabungnya Polri dalam jajaran pimpinan KPK tentu akan memperkuat upaya pem- berantasan korupsi di Indone- sia. Itu merupakan komitmen dari seluruh penegak hukum untuk memberantas korupsi,” terang Dedi. Ia menegaskan komitmen kepolisian untuk penegakan hukum, khususnya korupsi te- tap dijaga. Bahkan, hal itu bu- kan hanya terbatas di Markas Besar Kepolisian, tetapi juga ke tingkat bawah seperti polda dan polres. “Komitmen penegakan hu- kum, khususnya korupsi itu masih tetap berjalan hingga saat ini, dan bukan hanya tingkat mabes. Di polda juga ada, bah- kan jauh lebih banyak termasuk polres-polres juga melakukan penindakan,” terangnya. Lebih lanjut Dedi menjelas- kan motivasi para individu yang mendaftar tentu kem- bali kepada mereka masing- masing. Menurutnya, hal itu merupakan hak setiap indi- vidu. (Dro/P-3) Dorong Calon Sebanyak Mungkin Bila Terpilih Sebaiknya Mundur SENIN, 1 JULI 2019 POLEMIK 4 Seleksi internal yang dilakukan Polri hendaknya dilihat sebagai upaya untuk mendapatkan capim KPK yang terbaik. MI/ BARY FATHAHILAH KRITERIA CALON PIMPINAN KPK: (Dari kiri) Direktur NU Online Savic Ali, Ahli Hukum Tata Negara Bivitri Susanti, dan Peneliti ICW Lalola Easter menjadi pembicara dengan dipandu moderator Kurnia Ramadhana dalam diskusi Proses Pemilihan Calon Pimpinan KPK di Kantor YLBHI, Jakarta, Rabu (26/6). Diskusi membahas kriteria dan instansi yang layak ikut dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK. Kurnia Ramadhana Peneliti ICW Arsul Sani Anggota Komisi III DPR MI/ROMMY PUJIANTO MI/ROMMY PUJIANTO

Transcript of SENIN, 1 JULI 2019 POLEMIK J angan Apriori terhadap Kepolisian€¦ · langgar kode etik karena...

Page 1: SENIN, 1 JULI 2019 POLEMIK J angan Apriori terhadap Kepolisian€¦ · langgar kode etik karena bertemu dengan salah satu kepala daerah yang sedang diusut KPK. Berdasarkan track record

Jangan Apriori terhadap Kepolisian

SEJUMLAH pati Polri mendaftar menjadi capim KPK. Apa tanggapan Anda?

Ini masih di ranah kewenangan pansel. Kami di Komisi III kan bersifat menunggu, sampai kemudian pansel menye-rahkan kepada DPR hasil kerja mereka. Kan kalau dari sisi aturan, pansel harus mengirimkan 10 calon untuk kemudian kami pilih 5 orang.

Kami di DPR berharap sebanyak mungkinlah calon yang mendaftar ke pansel, dari berbagai elemen. Apakah penegak hukum kepolisian, kejaksaan, atau penyidik pegawai negeri sipil, para pengiat antikorupsi, aktivis, advokat, atau praktisi hukum.

Beberapa pegiat antikorupsi mengkritisi, bahkan meno-lak capim KPK dari Polri, apa tanggapan Anda?

Memang banyak teman-teman LSM mempersoalkan kenapa sih kok perwira polisi ikut mendaftar atau nanti misalnya pejabat kejaksaan ikut mendaftar. Menurut saya, fokusnya jangan itu. Harusnya fokus bagaimana teman-teman elemen masyarakat sipil mendorong sebanyak-banyaknya calon yang mendaftar ke pansel KPK sehingga terjadi kompetisi yang sehat.

Mereka beranggapan akan ada konfl ik kepentingan?Konfl ik kepentingannya di mana? Dari dulu, sejak KPK

dibentuk, pimpinan KPK jilid pertama, kan Ketua KPK-nya dari polisi Pak Ruki (Taufi equrachman Ruki), ada juga dari kejaksaan. Jadi sudahlah, prinsipnya ialah siapa pun putra atau putri terbaik yang memenuhi syarat kita dukung dan ja-ngan terlalu mempersoalkan apakah dia polisi, purnawirawan TNI, jaksa, atau yang lain. Apalagi, tidak ada aturan yang melarang.

Jadi serahkan pada pansel untuk menyaring semua tanpa perlu membatasi?

Kalau belum apa-apa yang disoroti hanya soal si perwira A atau jaksa B ikut mendaftar, saya kira kontraproduktif. Itu kan membatasi hak asasi orang. Toh, semuanya itu nanti akan dilakukan proses seleksi dan merupakan bagian dari proses seleksi itu kan penelusuran rekam jejak. Jangan mecegah o-rang untuk mencalonkan diri.

Apakah ada nama-nama capim KPK yang sudah santer di kalangan Komisi III?

Kan belum sampai ke Komisi III. Yang pasti, kami tidak punya calon favorit. Kami tugasnya dalam konteks saat ini mendo rong siapa saja, baik yang di kepolisian, di kejaksaan, di penegak hukum lainnya, misalnya direktorat pajak itu kan punya penyidik, OJK punya penyidik juga. Nah, itu nanti siapa yang terpilih, ya kita lihatlah dari proses seleksi yang dilakukan pansel dan fi t and proper test di Komisi III nanti. (Mal/P-2)

APA pendapat Anda soal capim KPK dari unsur Polri?Pada dasarnya boleh saja dari penegak hukum, entah itu

dari instansi Polri maupun kejaksaan mendaftar jadi capim KPK. Akan tetapi, kalau terpilih menjadi pimpinan KPK, yang bersangkutan harus mundur dari institusi asalnya.

Artinya, Anda tidak setuju jika capim KPK dari Polri?Saya tidak menolak secara spesifi k. Jadi, boleh saja men-

jadi capim, tetapi kalau sudah menjadi pimpinan KPK, yang bersangkutan harus mundur dari posisinya terdahulu.

Apakah ada kekhawatiran komisioner KPK dari Polri nantinya akan melemahkan KPK?

Kalau kita bicara track record Polri di KPK, ada beberapa oknum yang dikirimkan Polri ke KPK ternyata bermasalah. Ada Brigjen Aris Budiman, Direktur Penyidikan, yang terbukti mendatangi panitia angket pada 2011. Ada Rolan dan Harun, penyidik Polri yang ditugaskan di KPK, tetapi diduga merusak alat bukti perkara yang tengah ditangani KPK. Terbaru, ada Inspektur Jenderal Firli, Deputi Penindakan, yang diduga me-langgar kode etik karena bertemu dengan salah satu kepala daerah yang sedang diusut KPK. Berdasarkan track record ini, membuktikan wakil Polri yang dikirimkan ke KPK juga tidak perform. Malah diduga melanggar kode etik.

Pansel KPK beralasan Polri punya pengalaman dalam penegakan hukum?

Kalau soal pengalaman dan juga wewenang, memang Polri lebih dahulu memunyai kewenangan pemberantasan korupsi dari KPK. Akan tetapi, ketika KPK berdiri pada 2003, Polri tidak menunjukkan kinerja yang baik. Memang kalau kita melihat pada landasan yuridis, UU KPK tidak melarang setiap orang dari instansi mana pun untuk mendaftar sebagai capim KPK. Akan tetapi, kita tidak bisa berpegangan pada UU KPK saja. Kontekstualnya, hari ini, instansi itu belum berubah.

Bagaimana komposisi ideal pimpinan KPK nanti?Pada dasarnya semua berhak, asal mundur dari jabatannya

terdahulu. Poin penting lainnya harus dilihat rekam jejak, in-tegritas, bagaimana pemahaman soal pemberantasan korupsi, pemberian efek jera, dan kemampuan manajerial yang harus dijadikan pegangan penting bagi KPK. Kalau konteks hari ini, jangan tiba-tiba mengatakan ada potensi isu radikalisme di KPK, itu tidak terlalu urgen untuk dibahas.

Jika nanti ada wakil Polri yang mengisi kursi komisio ner KPK, apa harapan Anda?

Di sini sebenarnya kita bisa melihat komitmen Kapolri terha-dap pemberantasan korupsi. Kita juga bisa melihat komitmen yang bersangkutan apakah meminta calon terpilih untuk mun-dur atau tidak. Seruan untuk mundur harusnya keluar dari Pak Tito sebagai pemimpin tertinggi Polri saat ini. (Faj/P-3)

GOLDA [email protected]

PANITIA seleksi calon p i m p i n a n Ko m i s i Pemberantasan Ko-rupsi mengajak semua

pihak mengedepankan proses demokrasi dan saling meng-hargai. Pansel memiliki meka-nisme dan standardisasi, serta bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya.

Penegasan yang disampai-kan Ketua Pansel Capim KPK, Yenti Garnasih, itu terkait anggapan bahwa pendaftar

berlatar kepolisian merupa-kan upaya untuk melemahkan lembaga antirasywah secara terselubung. Apalagi, para kandidat dipilih melalui seleksi internal terlebih dahulu sebe-lum mendaftar ke pansel.

“Seleksi internal itu bu-kan begitu cara pandangnya. Sebaik nya jangan apriori ter-hadap kepolisian. Mungkin mereka melakukan seleksi karena ingin memilih yang terbaik,” ujar Yenti ketika di-hubungi, Minggu (30/6).

Menurutnya, seleksi internal oleh Korps Bhayangkara atau

pun instansi lain dipersilakan. Bahkan, UU juga tidak menye-but bahwa calon pimpinan KPK wajib dari penegak hu-kum. Prinsipnya pansel tidak bisa mengintervensi seleksi internal tersebut.

Yenti menduga seleksi inter-nal itu lantaran kepolisian te-lah melakukan evaluasi. Pada seleksi capim KPK periode 2015-2019 hanya satu dari pu-luhan anggota Polri yang lolos dan akhirnya terpilih, yaitu Basaria Panjaitan.

“Intinya, pansel yang me-miliki kewenangan. Presiden yang punya hak prerogatif pun menyerahkan kepada pansel. Intinya, belum tentu polisi yang mendaftar akan dipilih pansel dan belum tentu juga

(kualitas) mereka akan sebo-brok yang dibayangkan.”

Pendaftaran capim KPK pe-riode 2019-2023 diselengga-rakan sejak 17 Juni hingga 4 Juli 2019. Hingga Jumat (28/6), sudah 72 pendaftar. Kalangan akademisi mendominasi de-ngan 18 orang, berikutnya pengacara 17 orang, pegawai BUMN/BUMD 9 orang, dan sisanya berlatar profesi lain, di antaranya 3 personel Polri dan 2 dokter.

ResistansiPendapat berbeda dilontar-

kan pakar hukum pidana dari Universitas Indonesia, Achyar Salmi. Menurut dia, sedianya proses pendaftaran personel kepolisian tidak perlu disaring

di internal. Mereka yang me-menuhi syarat dapat mendaf-tarkan langsung ke panitia.

“Sebaiknya lepaskan saja agar nantinya dapat mengu-rangi resistansi dari teman-teman yang lain. Jadi, jika secara pribadi mereka mendaf-tar, tentu harus ada izin dari pimpinan. Tindak mungkin pula mereka mendaftar tanpa mengantongi izin, itu namanya nekat,” katanya.

Mantan anggota pansel capim KPK periode 2010 dan 2011 itu menegaskan siapa pun yang memenuhi syarat dan ti-dak pernah melanggar hukum berhak mendaftar sebagai kandidat. Penting pula ber-pikir positif bahwa kandidat yang dipilih punya kualifi kasi

mendekati sempurna sehingga tidak memalukan lembaga.

Kepala Biro Penerangan Ma-syarakat Divisi Humas Polri, Dedi Prasetyo, menegaskan kepolisian tetap berkomitmen untuk melakukan pemberan-tasan korupsi di Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan adanya sejumlah nama yang mendaftar sebagai capim KPK untuk memperkuat upaya pemberantasan korupsi.

“Bergabungnya Polri dalam jajaran pimpinan KPK tentu akan memperkuat upaya pem-berantasan korupsi di Indone-sia. Itu merupakan komitmen dari seluruh penegak hukum untuk memberantas korupsi,” terang Dedi.

Ia menegaskan komitmen

kepolisian untuk penegakan hukum, khususnya korupsi te-tap dijaga. Bahkan, hal itu bu-kan hanya terbatas di Markas Besar Kepolisian, tetapi juga ke tingkat bawah seperti polda dan polres.

“Komitmen penegakan hu-kum, khususnya korupsi itu masih tetap berjalan hingga saat ini, dan bukan hanya tingkat mabes. Di polda juga ada, bah-kan jauh lebih banyak termasuk polres-polres juga melakukan penindakan,” terangnya.

Lebih lanjut Dedi menjelas-kan motivasi para individu yang mendaftar tentu kem-bali kepada mereka masing- masing. Menurutnya, hal itu merupakan hak setiap indi-vidu. (Dro/P-3)

Dorong Calon Sebanyak Mungkin

Bila Terpilih Sebaiknya Mundur

SENIN, 1 JULI 2019 POLEMIK4

Seleksi internal yang dilakukan Polri hendaknya dilihat sebagai upaya untuk mendapatkan capim KPK yang terbaik.

MI/ BARY FATHAHILAH

KRITERIA CALON PIMPINAN KPK: (Dari kiri) Direktur NU Online Savic Ali, Ahli Hukum Tata Negara Bivitri Susanti, dan Peneliti ICW Lalola Easter menjadi pembicara dengan dipandu moderator Kurnia Ramadhana dalam diskusi Proses Pemilihan Calon Pimpinan KPK di Kantor YLBHI, Jakarta, Rabu (26/6). Diskusi membahas kriteria dan instansi yang layak ikut dalam proses pemilihan calon pimpinan KPK.

Kurnia RamadhanaPeneliti ICW

Arsul SaniAnggota Komisi III DPR

MI/ROMMY PUJIANTOMI/ROMMY PUJIANTO