Seni Mendengarkan Yang Hilang Bedah Buku

27
Hubungan Antar Manusia (Human Relations) Seni Mendengarkan Yang

description

Tugas Human Relation. Seni Mendengarkan yang Hilang. The Lost Art of Listening

Transcript of Seni Mendengarkan Yang Hilang Bedah Buku

Page 1: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

Hubungan Antar Manusia (Human Relations)Siska * Mariyanah * Olga * Tuti * Rihadiyani

Seni Mendengarkan Yang Hilang

Page 2: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

Bedah Buku:

Seni Mendengarkan Yang Hilang

(The Lost Art of Listening)

Hubungan Antar Manusia

Oleh:

Siska Doviana 44205120085

Mariyanah 44205120003

Olga Dengah 44205120024

Rihadiyani 44206110081

Tuti Hendriani 44205120047

2

Page 3: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................................... 4

Bagian I: Hasrat Untuk Dipahami................................................................................51. Pentingnya Mendengarkan............................................................................................52. Hubungan Manusia yang Dibentuk dari Mendengarkan.....................................53. Retaknya Suatu Hubungan.............................................................................................6

Bagian II: Mengapa Orang Tidak Mendengarkan?.................................................71. Inti mendengarkan........................................................................................................... 72. Asumsi yang Merugikan..................................................................................................73. Sikap Emosional yang Berlebihan...............................................................................8

Bagian III: Saling Berhubungan.................................................................................101. Bersabar dan Mendengarkan.....................................................................................102. Keterbukaan Menciptakan Empati...........................................................................113. Mengatasi Tanggapan Emosional..............................................................................13

Bagian IV: Mendengarkan dalam Konteks.............................................................161. Mendengarkan dan Didengarkan dalam Hubungan Berpasangan................162. Mendengarkan dan Didengarkan dalam Keluarga.............................................173. Mendengarkan dan Didengarkan dalam Persahabatan....................................18

Kesimpulan 19

3

Page 4: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

Kata Pengantar

Tugas kelompok Human Relations ini dibuat dengan tujuan memperbaiki cara

kita berkomunikasi dengan orang lain menggunakan teknik-teknik

mendengarkan yang baik. Dalam makalah ini akan dijelaskan pengaruh

psikologis bagaimana orang yang didengarkan akan mempengaruhi hubungan

antar manusia.

Buku dengan judul, “The Lost Art of Listening” yang ditulis oleh Michael P.

Nichols Ph.D seorang professor psikologi di pilih oleh dosen kami secara acak

untuk dibahas dan dipaparkan oleh para anggota kelompok. Buku ini menjadi

menarik karena merupakan salah satu buku pengembangan diri sehingga para

pembacanya dapat mengevaluasi bagaimana hubungan pribadi mereka

dilakukan dengan orang lain.

Demikian kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Bapak Siswoko

sebagai dosen kami karena telah meluangkan waktunya untuk menilai tugas ini.

Tertanda,

Siska DovianaKetua kelompok

4

Page 5: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

Bagian I:

Hasrat Untuk Dipahami

1. Pentingnya Mendengarkan

Mendengarkan telah menjadi hal yang sangat biasa disekitar kita. Begitu

biasanya aktifitas ini sehingga biasanya disepelekan. Saat aktifitas

mendengarkan diabaikan, sebenarnya pembicara yang ingin didengarkan

akan merasa sakit hati, terlebih lagi apabila pendengar merupakan sosok

yang mereka anggap penting untuk mereka, seperti sahabat karib, orang tua,

ataupun kekasih. Rasa sakit ini lebih menusuk kala pembicara tidak

didengarkan oleh orang-orang yang pengertiannya mereka andalkan.

Sikap empati dalam mendengarkan sangat penting. Empati ini bersikap

reseptif, sehingga saat pendengar berempati, ia akan “menerima” sebuah

cerita dengan tidak mengganti atau memotong cerita tersebut dengan

ceritanya sendiri yang mirip ataupun memberikan nasihat. Hal ini

dikarenakan pendengar yang baik merupakan saksi, dan bukan penyaring

sebuah pengalaman. Saat seseorang didengarkan ia merasa dihargai, dan

disaat yang sama perasaan ini menjalin kesan emosional yang kuat dari

pembicara kepada pendengar.

2. Hubungan Manusia yang Dibentuk dari Mendengarkan

Kita menentukan dan mempertahan kan diri kita melalui hubungan

dengan orang lain. Didengarkan, merupakan bentuk pengakuan yang

didapatkan melalui sebuah proses dialog timbale balik oleh seseorang yang

kita hargai. Pada waktu bayi, orang tua memaknai gerakan dan suara si bayi

untuk menentukan maksud. Dengan melakukan hal ini orang tua menanggapi

5

Page 6: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

dan membantu membentuk jati diri sejak awal. Tanggapan dan keterkaitan

kita dengan orang lain tetap penting bagi kesehatan psikologis kita.

Didengarkan menunjukkan perbedaan antara perasaan diterima dan

dikucilkan. Anak membutuhkan tanggapan yang selaras, sebagai contoh bayi

yang tersenyum dan mengerutkan dahinya berharap ditanggapi oleh ibunya,

saat ibunya tidak menunjukkan reaksi apapun, bayi merasa gagal dan akan

mengalihkan perhatian sambil merasa sedih dan bingung. Hal ini sebenarnya

sama dengan orang dewasa, pada umumnya setiap orang akan merasa sakit

saat orang yang mereka coba untuk jangkau tidak bereaksi.

Sebaliknya, anak yang didengarkan akan kuat kepercayaan dirinya.

Mereka cenderung untuk bersikap positif dan bergairah dalam melakukan

segala sesuatunya. Mereka juga menjadi menyenangkan untuk orang-orang

disekitarnya karena memiliki empati dalam mendengarkan.

3. Retaknya Suatu Hubungan

Seringkali saat pembicara merasa orang-orang yang mereka kasihi tidak

mendengarkan mereka, maka yang disalahkan adalah pendengarnya.

Sebenarnya mendengarkan atau tidak itu menyangkut dua pribadi,

pembicara dan pendengar. Saat pembicara merasa dilalaikan, ia tidak

menyadari bahwa pembicaraan mencampur adukkan aktifitas

mendengarkan dengan memberi nasehat.

Ada perbedaan besar antara menunjukkan perhatian dan benar-benar

tertarik. Seringkali ketertarikan hilang karena pembicaraan mulai bertele-

tele. Salah satu hal yang sulit adalah mendengarkan orang yang hanya

membicarakan obsesi, ketertarikan, atau masalahnya, seperti seorang ibu

yang tidak membicarakan hal lain selain anaknya, dan rasa pusing yang terus

menerus dikeluhkan tanpa ada jalan keluarnya.

6

Page 7: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

Bagian II:

Mengapa Orang Tidak Mendengarkan?

1. Inti mendengarkan

Perasaan peduli terhadap orang lain penting dalam mendengarkan, karena

tanpa rasa peduli terhadap orang lain kita tidak akan pernah bisa mendengarkan

orang tersebut dengan baik. Sebagai contoh saat ada saudara atau teman yang

tampak stress atau depresi, ketika kita tanya mungkin ia akan menjawab dengan

ketus atau dengan mimik yang tidak menyenangkan, kalau kita tidak peduli

maka yang akan terjadi adalah komunikasi terputus, tetapi, kalau kita peduli,

maka dengan sabar kita akan mendengarkan apapun yang ia ucapkan. Empati

pada orang lain atau pembicara tidak saja hanya merasakan apa yang ia alami

tetapi juga dengan mencoba masuk dalam diri orang lain. Contoh lain adalah

saat kita mendengarkan ungkapan keluhan atau masalah. Sebagai pendengar

yang baik kita bisa merasakan dan memahami apa yang dialami seseorang dan

berusaha untuk melupakan diri sendiri dengan tidak mengungkapkan masalah

kita. Dengan menahan/ mengendalikan diri, berarti kita tidak memotong

pembicaraan orang lain, dan menangguhkan agenda pribadi sendiri. Saat

pembicaraan sudah tidak menarik lagi, maka si pendengar cenderung untuk

menyela pembicara. Untuk mencegah hal ini, maka berkonsentrasilah untuk

menyerap apa yang dikatakan. Dengan berkonsentrasi , kita mengerti apa yang

pembicara maksudkan dan disaat yang sama pembicara juga merasa dihargai.

2. Asumsi yang Merugikan

Mendengarkan membutuhkan usaha, namun terkadang usaha kita untuk

mendengarkan itu sendiri tidak lepas dari prasangka. Apabila sipendengar telah

berasumsi buruk atau jelek terhadap pembicara, maka akan mempengaruhi

aktivitas mendengarkan karena apapun yang dibicarakan akan selalu salah atau

disalahkan. Sebagai contoh adalah kasus komunikasi dua orang kakak beradik.

Dimasa lalu, si kakak selalu mendominasi percakapan dan selalu bercerita 7

Page 8: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

tentang dirinya sendiri dan menolak untukmendengarkan si adik. Saat sang adik

merasa ia perlu didengarkan atas masalah yang ia hadapi si adik sudah menebak

atau mengira pasti si kakak ini akan terus bicara tentang dirinya.

Kredibilitas pembicara rendah juga dapat menimbulkan asumsi yang

merugikan. Hal ini bisa disebabkan oleh posisi pembicara dalam situasi tertentu.

Misalnya seorang karyawan yang tak pernah peduli akan kejadian sekelilingnya

lalu menyampaikan hal – hal penting tentang perusahaan yang merupakan hal

besar. Tentu orang tidak akan mendengarnya dan mempercayainya.

Pengalaman buruk dengan si pembicara juga dapat mempengaruhi proses

mendengarkan. Sebagai contoh saat si A pernah dimaki oleh si B atau pernah

ditipu/ disakiti olehnya, maka tentu ketika si B bicara pada A , maka A tidak akan

mendengarnya. Perasaan –perasaan itu kadang – kadang merupakan harapan

atau tanggapan emosional defensif yang kita bentuk sebelumnya.

Menurut teori hubungan objek, harapan – harapan kita saat kita mendengarkan

membuat kita terlalu sensitif, dimana gambaran mental kita tentang orang lain

terfokus berdasarkan pengalaman dan harapan kita dan bukan orang itu sendiri.

Hubungan – hubungan yang sekarang dan yang dulu berinteraksi, kenyataannya

diiterpretasikan berdasarkan harapan – harapan yang kita bentuk dan hidup

dalam ingatan. Dimana harapan ini menentukan hidup kita lebih dari yang kita

ketahui.

3. Sikap Emosional yang Berlebihan

Salah satu alasan utama mengapa orang tidak mendengarkan adalah reaksi

emosional. Sikap emosional membuat kita defensif sehingga sulit bagi

pembicara untuk mengutarakan maksudnya. Sikap emosional pulalah yang

membuat percakapan menjadi perdebatan, tanggapan emosional terhadap apa

yang dikatakan orang lain tidak jarang berubah menjadi pertengkaran.

Apabila kita menyampaikan pesan yang mengandung kritik hal ini pada

umumnya tidak bisa diterima baik oleh banyak orang, walaupun ada beberapa

yang biasa menerima kritik membangun. Orang yang tidak mau dikritik akan

8

Page 9: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

sulit untuk mendengarkan dan cenderung merasa benar. Pesan yang

disampaikan sambil marah – marah, juga tidak akan efektif. Sikap terlalu

sensitive dalam menanggapi permasalahan juga buruk karena membuat

seseorang ia merasa tidak dihargai. Seringkali dalam perdebatan salah satu

pihak tidak mau dengar yang lain dan sebaliknya ia ingin didengar orang lain dan

cepat ditanggapi. Kecemasan dari pembicara menular ke pendengar. Pembicara

yang emosional membuat pendengarpun akan menjadi emosi juga. Seperti yang

terjadi di DPR sering ada walk out , tidak mau mendengarkan yang lain.

Pendengar yang punya rasa bermusuhan juga seringkali menyalahkan

pembicara dan ingin merendahkan pembicara dengan berbagai pertanyaan yang

menyudutkan, mungkin dengan menanyakan hal –hal diluar topik yang

pembicara tidak siap. Pesan yang disampaikan dengan cara menekan dan

emosional juga akan membuat seseorang merasa dipojokkan. Kemampuan

mendengarkan terletak pada keberhasilan kita untuk menahan impuls untuk

bereaksi secara emosional terhadap posisi pihak lain.

9

Page 10: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

Bagian III:

Saling Berhubungan

1. Bersabar dan Mendengarkan

Mendengarkan secara efektif membutuhkan perhatian, penghargaan, dan

pengakuan. Kita memulai proses ini dengan mengarahkan diri pada orang

lain sambil memperhatikan apa yang dikatakannya. Tataplah si pembicara

dan berkonsentrasilaha pada apa yang ingin dikomunikasikannya. Berlatih

mendengarkan memiliki satu tujuan yaitu memahami apa yang ingin

diungkapkan oleh pembicara. Hal ini dikarenakan manusia perlu untuk

berbicara, didengarkan, merasa dimengerti dan saling berhubungan.

Pendengar yang baik menangguhkan hasrat diri sendiri dan mendengarkan.

Menjadi pendengar yang baik dimulai dengan usaha yang sungguh-

sungguh dalam memberi perhatian terhadap pribadi lawan bicara kita.

Perhatian yang tulus pada apa yang diungkapkan oleh lawan bicara dapat

membuat orang membuka diri. Sedangkan pendengar yang hanya berpura-

pura memberi perhatian tidak dapat mengelabui dengan lama. Karena

pendengar yang baik tidak berlagak seakan-akan membutuhkan sesuatu.

Mereka juga tidak menghibur, memuji, menyinggung, atau pun menyela.

Kebanyakan orang tidak sungguh-sungguh mendengarkan atau

memperhatikan sudut pandang kita sebelum mereka yakin kita sendiri

mendengarkan dan menghargai sudut pandang mereka.

Jika kita mulai merasa tidak sabar atau defensif selama orang lain

berbicara, penting sekali kita menahan dorongan untuk memberi tanggapan

sampai dia selesai berbicara. Menutup mulut dan berpura-pura

mendengarkan lebih baik daripada menyela, tetapi itu tidak sama dengan

mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Untuk mendengarkan dengan

sungguh-sungguh, kita harus berusaha menghargai perasaan pembicara.

10

Page 11: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

Orang yang suka mengalah tampaknya seperti pendengar yang baik, tetapi

mereka tidak benar-benar mendengarkan jika mereka hanyalah wadah yang

pasif. Mendengarkan dengan peka sering kali tanpa kata, tetapi tidak pernah

pasif. Selain itu memahami tidak dibantu dengan mengetahui tetapi dengan

bertanya, meminta penjelasan, mencari tahu kekhasan pengalaman

pembicara. Pendengar yang baik bukan penerima yang pasif, akan tetapi

penerima yang aktif, terbuka, peka dan mencari tahu.

Dalam memperkokoh pemahaman tanda pemahaman dari si pendengar,

pembicara mulai ragu-ragu apakah yang dikatakannya cukup berarti atau

cukup pantas untuk dibicarakan. Tanpa bukti empati yang meyakinkan,

orang tidak cukup mempercayai kita untuk mengatakan kepada kita

perasaan mereka yang sebenarnya, apalagi membuka kebenaran-kebenaran

yang mungkin membahayakan.

Mengulangi apa yang dikatakan pihak lain dengan kata-kata kita sendiri

merupakan cara yang paling efektif untuk menyatakan bahwa kita

memahami apa yang dikatakannya. Selain itu apakah seseorang

mendengarkan dengan sungguh-sungguh atau tidak hanya orang itu sendiri

yang tahu. Tetapi di lain pihak jika seseorang merasa tidak didengarkan, dia

merasa tidak didengarkan. Jadi mendengarkan yang efektif membutuhkan

sifat yang aktif, peka, terbuka dan ingin tahu.seseoaran yang mempunyai

sesuatu untuk diutarakan ingin menekspresikan baik gagasan maupun

perasaan. Mendengarkan dengan pikiran terbuka memberikan peluang untuk

melihat apa yang ada dalam benak pembicara dan memberi peluang baginya

untuk menjelaskan pikiran dan perasaannya.

2. Keterbukaan Menciptakan Empati

Kegiatan hidup masing-masing orang berbeda namun semua itu dipenuhi

oleh sesuatu yang sama yaitu perasaan cemas, keluhan, harapan dan impian.

Semua itu jika tidak diungkapkan akan dapat menggangu dan menyerap

energi. Selain itu jika tetap didiamkan, hal-hal tersebut bisa menjauhkan kita

satu sama lain. Pikiran dan perasaan yang dialami bersama, sebaliknya,

11

Page 12: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

mendekatkan kita satu sama lain dan empati adalah jembatannya. Seorang

sahabat atau anggota keluarga yang berempati akan mencari tahu dan

mengakui apa yang kita pikirkan dan rasakan dan dengan demikian

mendukung pengalaman kita. Dengan bagitu pendengar yang berempati

menyemangati kita dengan mengambil bagian dan turut memikirkan serta

memantulkan kembali kepada kita apayang kita alami sebagai sesuatu yang

belum lengkap. Empati menjembatani dunia antar pribadi namun itu

membutuhkan usaha untuk membuka diri dengan jujur. Kita tidak dapat

dikatakan berempati jika pada saat kita berbicara kita hanya menunggu

giliran kita untuk bebicara tanpa mendengarkan apa yang dikatakan lawan

bicara kita. Pendengar yang bermepati daapt menjalin suatu ikatan

pemahaman yang mendalam. Empati lebih daripada simpati yang dangkal

seperti pada saat kita merasa terluka atau ketakutan kemudian seorang

sahabat datang dan merangkul kita, seperti itulah empati. Empati diperoleh

dengan menangguhkan keasyikan dan asumsi kita sendiri dan membantu

orang lain, memperhatikan apa yang diaktakannya dan dirasakannya. Itu

artinya mendengarkan dengan sabar tanpa terburu-buru mengambil alih

pembicaraan.

Empati mensyaratkan dua tindakan. Pertama adalah sikap menerima dan

membuka diri. Kedua adalah gerakan dari pikiran dan perasaan dan

sebaliknya. Ini memerlukan pergeseran dengan sengaja dari merasakan apa

yang dirasakan pembicara ke berpikir tentang pembicara. Apa yang

dikatakannya, apa yang dimaksudnya dan apa yang dirasakannya. Jika ingin

mengetahui perasaan orang lain, bertanyalah, kemudian dengarkan.

Jika kita berselisih dengan orang dan tujuan kita satu-satunya adalah

menyampaikan sudut pandang kita, cara yang paling efektif untuk

melakukannya adalah mengesampingkan asumsi-asumsi kita dan

mendengarkan orang lain terlebih dahulu, membuatnya merasa dipahami

dan diperhitungkan. Kita bisa menyentuh hati orang lain, bahkan mengenai

masalah yang paling sulit sekalipun, dengan pertama-tam mendengarkan

pendapat mereka tentang masalah itu kemudian, secara halus tetapi tegas,

12

Page 13: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

mendesak mereka untuk setidaknya mendengarkan pendapat kita.

Keterbukaan mungkin merupakan kunci untuk mendengarkan, tetapi bukan

keterbukaan total. Keterbukaan yang sesungguhnya harus dilengkapi dengan

kepekaan terhadap orang lain.

3. Mengatasi Tanggapan Emosional

Tanggapan emosional berakar pada rasa tidak aman mengenai

pengungkapan diri dan hasrat untuk dipahami. Sikap defensif merupakan

paradoks terhadap kondisi manusia: kelangsungan dan keamanan hidup kita

tampaknya bergantung pada pertahanan dan pembelaan diri, tetapi

keakraban dan kerja sama mensyaratkan bahwa kita mengambil resiko

mudah terluka. Setiap orang dalam tingkat tertentu merasa tidak aman.

Karena itu, jika kita merasa terancam, bahkan atau terutama secara

emosional, kita cenderung membela diri, bukan membuka diri terhadap

pendapat orang lain. Empati dan kelembutan berarti memberi keleluasaan.

Pendengar yang peka dan tidak bersikap ofensif membiarkan sisi-sisi gelap

kepribadian kita berbicara. Mereka tahu bahkan pada saat kata-kata kita

mengenai mereka tidak benar, perasaan-perasaan kita benar.

Untuk mendengarkan tanpa meledak dan lepas kendali, kita harus

mengembangkan kemampuan untuk mentolerir sejumlah kecemasan dan

menahan dorongan “berperang atau lari”. Masalah nasihat termasyur “Jangan

membela diri” adalah bahwa jauh lebih sulit untuk berhenti melakukan

sesuatu daripada memulai sesuatu yang lain. Cara terbaik untuk

mengembangkan kesadaran tentang dan mengontrol emosi-emosi adalah

berani melibatkan diri dalam situasi-situasi yang berkadar emosi tinggi dan

mentolerir rasa cemas dan reaksi emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi

itu. Menghindar dari situasi tersebut hanya memberikan ilusi penguasaan

diri. Belajarlah menahan impuls untuk menanggapi secara spontan dan

berdasarkan kebiasaan seperti berdebat, menyalahkan, memberontak,

mendominasi untuk mencapai kedamaian dengan risiko apa pun. Tanggapan-

tanggapan otomatis tersebut dimotori oleh rasa cemas yang dirancang untuk

13

Page 14: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

menutupi rasa kecemasan itu dengan menghindari masalah yang ada,

menyangkal, mengontrol, mengabaikan atau menyerah. Keberanian untuk

menghadapi orang dan situasi yang sebenarnya ingin kita hindari, dan belajar

menahan tanggapan-tanggapa spontan kita, semakin lama akan mengurangi

kecemasan kita sendiri. Cara yang jitu dalam menanggapi pertanyaan-

pertanyaan yang yang nadanya bermusuhan adalah dengan mendengarkan

dahulu sampai pembicara selesai bicara. Daripada langsung setuju atau tidak

doronglah si penanya untuk terus menguraikan maksudnya. Penanya yang

bernada melawan sebenarnya tidak mau bertanya, mereka hanya ingin

bebicara. Biarkan saja. Cara yang sama berguna untuk menghindari

tanggapan-tanggapan emosional dalam percakapan sehari-hari.

Cara terbaik untuk meredam tanggapan-tanggapan emosional adalah

dengan tidak menjadi emosional. Selain itu jangan menganjurkan orang

marah supaya tenang. Kita tidak harus setuju dengan sudut pandang orang

yang marah. Kita juga tidak perlu memahami sampai tuntas setidaknya

mendengarkan dan mencoba mendengarkan. Semakin keras kita berusaha

untuk mendengarkan dan mengakui apa yang dikatakan orang lain, semakin

besar kemungkinan kita untuk memahami perasaannya. Dalam percakapan

yang memanas, mengulangi posisi pihak lain dengan kata-kata kita sendiri

membuktikan bahwa kita mengerti dan menyela tanggapan kita yang

bernada membela diri. Jika suasana panas itu begitu tinggi sampai kita ingin

meledak, coba tekan jari telunjuk pada ibu jari dengan keras. Ini hanya

selingan, namun bisa membantu mengalirkan dan melepaskan ketegangan

dengan cara yang bisa kita atur. Jika tidak berhasil, atau pembicara yang

emosional menyerang kita dan kita tidak tahan lagi, kita harus protes. Protes

sebelum kita terlalu marah, dan tanpa menyerang, meniadakan kemungkinan

ledakan amarah kita.

Membiarkan orang lain menjelaskan pendapatnya sampai tuntas amat

penting dan sulit jika orang tersebut mengkritik kita. Jika kita ingin bersikap

reaktif, tanyakan dahulu pada diri kita apakah pengkritik itu memberi

perhatian yang tulus terhadap masalah yang dibicarakan, kalau memang

14

Page 15: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

demikian dengarkanlah terus. Jadi jalan terbaik jika seseorang mulai

mengkritik kita adalah mendengarkannya samapai selesai dan mengakui

pendapatnya sebelum membela diri. Mendengar kritik memang salah satu

tantangan yang paling berat yang harus kita hadapi. Namun bagaimanapun

membalas dengan marah, walaupun masuk akal, hanya memperburuk segala

sesuatunya. Untuk menghindari ini latihlah diri untuk mendengarkan dengan

peka, memberi perhatian dan menghargai apa yang dikatakan orang yang

mengkritik. Usaha yang positf untuk mendengarkan akan membantu kita

untuk tidak bereaksi dengan membela diri. Fokuskan pada pokok

permasalahan. Coba dengar pesan yang tersirat dalam kritik itu. Pengkritik

ingin mengubah sesuatu, dia tidak menolak atau menghakimi kita. Salah satu

cara untuk membantu kita memfokuskan perhatian pada perbedaan antara

permintaan dengan serangan adalah meminta pengkritik agar menjelaskan

bagaimana hal itu menyakitinya. Hal lainnya kita harus sadar akan batas diri

kita dan membiarkan orang lain mengetahui batasan mereka pula.

15

Page 16: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

Bagian IV:

Mendengarkan dalam Konteks

1. Mendengarkan dan Didengarkan dalam Hubungan Berpasangan

Suasana emosional antara pembicaraan dan pendengar sangat

mempengaruhi mutu saling pengertian. Jika suasana yang tercipta selama

percakapan tenang dan nyaman, biasanya baik pembicara maupun

pendengar mampu menyerap isi percakapan dengan perasaan positif. Namun

jika ada kecemasan atau perasaan tegang, pendengar mungkin terlalu tegang

untuk menangkap apa yang dipercakapkan,” jelas pembicara seminar yang

laris di Amerika ini.

Penulis mengkaitkan hal ini dengan kecenderungan seseorang untuk

mendapatkan pengakuan akan kualitas pembicaraan yang dikeluarkannya.

Ada orang yang merasa ia baru bisa dibilang berhasil dalam pembicaraan jika

selama masa percakapan dialah yang memegang peranan utama. Ukuran

keberhasilan juga dilihat dari bagaimana ia bisa mengeluarkan pendapat-

pendapat yang membuat pendengar bungkam seribu basa. Orang itu lupa

bahwa keberhasilan pembicaraaan pada akhirnya juga menyangkut soal

bagaimana hasil pembicaraan itu bisa diterima semua pihak.

“ Pasangan yang belajar saling mendengarkan, dengan

pemahaman dan toleransi sering mendapati bahwa

mereka tidak perlu saling berubah “

Seperti halnya dalam sebuah perkawinan, mungkin perkawinan tidak

bertujuan meniadakan perbedaan, tetapi hidup bersama dengan perbedaan

– perbedaan itu. Pasangan-pasangan yang bijaksana menerima perbedaan-

perbedaan yang ada. Perkawinan gagal bukan karena perbedaan-perbedaan

16

Page 17: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

yang menjadi masalah, tetapi bagaimana kita menangani perbedaan-

perbedaan itu.

2. Mendengarkan dan Didengarkan dalam Keluarga

Menurut Michael, secara psikologis wajar saja kalau setiap manusia

merasa perlu untuk dihargai, dianggap dan didengar. Kesalahan yang sering

terjadi pada orang-orang yang selalu merasa dirinya benar adalah, tidak

memberi kesempatan pendengar untuk menunjukan eksistensinya kecuali

hanya mendengar dan mendengar. Kesalahan lain adalah tidak menyediakan

waktu untuk menyaring bagaimana perkembangan respon si pendengar akan

semua yang dikatakannya. Fokusnya melulu pada perkataan-perkataannya

belaka. Akibatnya pendengar merasa tersingkir jauh. Kalau sudah begitu

apapun yang keluar dari mulut si pembicara jadi sia-sia karena dipandang

negatif.”.

Mendengarkan merupakan seni yang mensyaratkan keterbukaan pada

keunikan dan toleransi atas perbedaan-perbedaan. Rintangan terbesar untuk

mendengarkan dalam keluarga adalah peran-peran yang kaku,, harapan-

harapan yang tidak fleksibel, dan tekanan-tekanan untuk menyesuaikan diri.

Anggota-anggota keluarga mempunyai fungsi timbal balik dan saling

melengkapi; semakin banyak yang dilakukan oleh seorang ayah bagi

anaknya, semakin sedikit yang dilakukan oleh si Ibu dan sebaliknya.

Dua kesalahan utama yang dibuat orang tua dalam mendengarkan

anaknya melibatkan pembatasan yang tidak jelas; kegagalan mengontrol

kelakuan anak dan terlalu campur tangan dalam hidup si anak.

Hal terpenting untuk selalu diingat ketika mendengarkan anak-anak

adalah perbedaan antara mengijinkan mereka mengutarakan keinginan

mereka dengan mengijinkan mereka melakukan apa yang mereka kehendaki.

Jika seorang anak kecil berkata “ Aku belum mau tidur, “ dia mengungkapkan

17

Page 18: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

sebuah perasaaan dan mengajukan permintaan. Orang tua yang bijaksana

melihat perbedaan antara keduanya dengan mengakui perasaannya terlebih

dulu sebelum menanggapi permintaannya.

3. Mendengarkan dan Didengarkan dalam Persahabatan

Penulis juga mengatakan bahwa ada pembicara yang bahkan tak peduli

apakah si pendengar sudi mendengarkan dengan baik atau tidak. Yang

terpenting, ia sudah berbicara! Nah, hasilnya, sebuah percakapan yang tak

jelas arahnya.

Sahabat biasanya menjadi pendengar yang terbaik. Seorang teman karib

adalah seseorang yang kita ajak bicara mengenai hampir apa saja. Dengan

para sahabat, kita silih berganti memainkan peran sebagai pembicara dan

sebagai pendengar yang penuh perhatian. Kesalahpahaman sepele bisa

diabaikan atau dilupakan ketika tidak bertemu.

Dengan banyak sahabat kita bisa lerbih santai mengungkapkan banyak

sudut kepribadian kita, tetapi sayangnya, tidak selalu mudah meluangkan

waktu bagi sahabat.

Bagaimanapun, jika ingin berhasil menjadi sosok yang diterima dalam

pergaulan, seni berkomunikasi mau tak mau memang menjadi hal yang

sangat penting. Bercakap-cakap merupakan media komunikasi yang paling

hakiki. Sebab bagaimana mungkin kita bisa mengekspresikan kesan-kesan,

perasaan atau apapun jika tidak melalui bahasa percakapan? Kualitas pribadi

diri kita adalah bagaimana kita berhubungan dengan orang lain.

18

Page 19: Seni Mendengarkan Yang Hilang   Bedah Buku

Kesimpulan

Mendengarkan dengan baik ternyata merupakan keterampilan yang dapat

dipelajari, dilatih, dan ditingkatkan. Saat seseorang mampu mendengarkan

dengan baik, kemampuan ini dapat memperbaiki hubungan-hubungan mereka

secara pribadi, professional dan hubungan lainnya yang lebih luas. Kunci dari

mendengarkan yang baik adalah bersifat peka dan menahan diri, mencoba untuk

memahami dan tidak berupaya untuk menjawab.

Rasa kepedulian yang timbul pada saat mendengarkan berarti bersifat peka dan

waspada terhadap situasi-situasi dimana seseorang benar-benar butuh untuk

didengarkan.

Saat seseorang belajar mendengarkan, orang tersebut terikat pada paradoks

kontrol dimana seseorag mencoba untuk mengontrol diri sendir dan melepas

kontrol akan orang lain analogi lainnya adalah seperti menyerahkan kemudi

pada orang lain, dan menyelaraskan sikap anda untuk itu.

Keharusan untuk mendengarkan seringkali dirasakan sebagai beban oleh banyak

orang, namun mungkin dapat dipertimbangkan bahwa orang lain dalam hidup

kita benar-benar layak untuk didengarkan karena mereka berharga.

Sebagai penutup, aktifitas mendengarkan dengan seksama bukanlah kebutuhan

yang kita miliki, namun lebih tepat dikatakan sebagai hadiah yang kita berikan

kepada orang lain.

19