SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik...

49
i SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK WETAN KECAMATAN GEGESIK KABUPATEN CIREBON SKRIPSI diajukan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa Strata 1 oleh Ube Latif Sulaeman 2401412041 Pedidikan Seni Rupa JURUSAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Transcript of SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik...

Page 1: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

i

SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK WETAN KECAMATAN GEGESIK

KABUPATEN CIREBON

SKRIPSI

diajukan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa Strata 1

oleh

Ube Latif Sulaeman

2401412041

Pedidikan Seni Rupa

JURUSAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

ii

Page 3: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

iii

Page 4: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah dan budaya

bangsanya sendiri” (Soekarno)

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1) Kedua orang tua yang saya cintai,

Bapak Bagja dan Ibu Esih yang selalu

memberikan dukungan dan doa;

2) Almamaterku, Jurusan Seni Rupa,

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Negeri Semarang;

Page 5: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

v

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Seni Lukis Kaca

Karya Bahendi di Desa Gegesik Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon”.

Penyusunan skripsi ini sebagai syarat akhir untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Seni Rupa.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini selesai berkat bantuan,

petunjuk, saran, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1) Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di

Universitas Negeri Semarang;

2) Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengesahan skripsi;

3) Dr. Syakir, M.Sn., Ketua Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Semarangyang

telah membantu kelancaran administrasi dan perkuliahan;

4) Drs. PC. S. Ismiyanto, M.Pd.,Dosen wali penulis yang senantiasa membimbing

dan mengarahkan penulis selama menempuh pendidikan S1;

5) Dr. Sri Iswidayati, M.Hum., Dosen Pembimbing I/Penguji III yang telah

membantu memberikan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi;

Page 6: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

vi

Page 7: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

vii

SARI

Sulaeman, Ube Latif. 2016. “Seni Lukis Kaca Cirebon Karya Bahendi di Desa Gegesik Wetan Kecamata Gegesik Kabupaten Cirebon”. Skripsi. Jurusan Seni Rupa,

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Sri

Iswidayati, M.Hum., Pembimbing II: Drs. Purwanto, M. Pd.

Kata Kunci: Lukis, Kaca, Cirebon

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mendeskripsikan latar belakang penciptaan seni

lukis kaca karya Bahendi (2) Mendeskripsikan proses penciptaan seni lukis kaca karya

Bahendi (3) Mendeskripsikan karakteristik seni lukis kaca karya Bahendi. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Lokasi penelitian

ini dilakukan di Sanggar Langen Sejati, pimpinan Bapak Bahendi. Sanggar tersebut

terletak di Jalan Raya Gegesik Wetan No. 19, Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon.

Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif model interaktif yang dilakukan

dengan cara pengumpulan data, mereduksi data, menyajikan data, dan menarik

simpulan/verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Pertama, Bahendi

merupakan pelukis kaca asal Desa Gegesik Wetan, Kecamatan Gegesik, Kabupaten

Cirebon. Bahendi telah belajar melukis kaca sejak duduk di bangku Sekolah Dasar.

Meskipun latar belakang Bahendi dari Sekolah Menengah Karawitan Indonesia Bandung

yang sekarang SMK Negeri 10 Bandung, tapi Bahendi mendapatkan Ilmu dalam melukis

kaca dari saudara ayahnya yang bernama Sudarga. Pada tahun 1985 berdiri sanggar yang

diberi nama “ Langen Sejati “. Latar belakang penciptaan seni lukis kaca Cirebon karya

Bahendi dilatarbelakangi oleh lingkungan, kreativitasnya dan permintan konsumen.

Kedua, proses penciptaan seni lukis kaca Cirebon yang dilakukan oleh Bahendi terdiri

dari tiga tahapan, yaitu : (1) Tahapan persiapan yaitu penentuan dan pemantapan ide.

Persiapan bahan yaitu kaca, cat, kertas kalkir, persiapan alat yaitu kuas, palet, rapido dan

teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam

mewarnainya. (2) tahap pembuatan seni lukis kaca Cirebon yaitu mendesain, tahap negesi dan tahap pewarnaan. (3) tahap penyelesaian (finishing) Ketiga, bentuk yang sering

diekspresikan Bahendi kedalam lukisannya yaitu (1) bentuk lukisan Macan Ali dan Paksi Naga Liman. (2) bentuk pewayangan. (3) bentuk Flora-fauna (4) bentuk potret. Keempat,

Lukisan Kaca Bahendi disusun oleh unsur garis, raut, warna, tekstur dan gelap terang

yang dikomposisikan secara harmonis dan teratur. Selain itu karya Bahendi juga memiliki

makna dan kosep tersendiri dalam setiap karya yang diciptakannya.

Page 8: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .................................................................................................. i

PENGESAHAN ..................................................................................... ii

PERNYATAAN .................................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................ iv

PRAKATA ............................................................................................ v

SARI ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................. xi

DAFTAR BAGAN ............................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 4

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Seni Rupa ....................................................................... 5

2.2 Lukisan Kaca Sebagai Karya Seni Rupa .......................................... 8

2.3 Kajian Pustaka .................................................................................. 9

2.4 Proses Penciptaan Seni ..................................................................... 11

2.4.1 Tahapan Awal ........................................................................... 12

2.4.2 Tahapan Penyempurnaan .......................................................... 12

2.4.3 Tahapan Visualisasi .................................................................. 13

2.5 Media dalam Seni Rupa ................................................................... 14

2.6 Nilai Estetis Karya Seni ................................................................... 15

2.6.1 Nilai Intrinsik ............................................................................ 19

Page 9: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

ix

2.6.2 Nilai Ekstrinsik ........................................................................ 20

2.6.3 Nilai Instrumental ...................................................................... 21

2.7 Estetika Jawa .................................................................................... 21

2.8 Unsur-unsur Visual ......................................................................... 23

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ..................................................................... 28

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian .......................................................... 29

3.3 Fokus dan Sasaran Penelitian .......................................................... 30

3.3.1 Fokus Penelitian ...................................................................... 30

3.3.2 Sasaran Penelitian .................................................................. 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 30

3.4.1 Teknik Observasi ...................................................................... 32

3.4.2 Teknik Wawancara ................................................................... 33

3.4.3 Teknik Dokumentasi ................................................................. 35

3.5 Validitas Data ................................................................................... 35

3.6 Teknik Analisis Data ....................................................................... 35

3.6.1 Reduksi Data .............................................................................. 37

3.6.2 Sajian Data ................................................................................ 37

3.6.3 Verifikasi Data .......................................................................... 38

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Desa Gegesik Wetan .......................................... 39

4.1.1 Lokasi dan Lingkungan Alam .................................................... 39

4.1.2 Sosial Budaya dan Mata Pencaharian ....................................... 40

4.1.3 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Gegesik Wetan ................. 42

4.2 Latar Belakang Penciptaan Seni Lukis Kaca Cirebon Karya

Bahendi di Desa Gegesik Wetan ..................................................... 45

4.2.1 Latar Belakang kehidupan Bahendi ........................................... 45

4.2.2 Latar Belakang Penciptaan Seni Lukis Kaca Bahendi .............. 46

4.2.3 Sanggar Langen Sejati ............................................................... 49

Page 10: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

x

4.3 Proses Penciptaan Seni lukis Kaca Cirebon ..................................... 53

4.3.1 Tahap Persiapan ........................................................................ 54

4.3.2 Tahap Pembuatan ....................................................................... 58

4.3.3 Tahap Penyelesaian (Finishing) ................................................. 61

4.4 Karakteristik Bentuk dan Nilai Estetis Lukisan Kaca Cirebon

karya Bahendi ................................................................................... 62

4.4.1 Bentuk Lukisan Kaca Cirebon Karya Bahendi .......................... 62

4.4.1.1 Bentuk Kaligrafi ................................................................... 62

4.4.1.2 Bentuk Kereta ........................................................................ 63

4.4.1.3 Bentuk Pewayangan .............................................................. 64

4.4.1.4 Bentuk Flora-fauna ............................................................... 65

4.4.1.4 Bentuk Potret ......................................................................... 65

4.4.2 Nilai Estetis Seni Lukis Kaca Karya Bahendi .............................. 68

4.4.2.1 Bentuk Kaligrafi .................................................................... 68

4.4.2.1 Bentuk Kereta ....................................................................... 73

4.4.2.2 Bentuk Pewayangan .............................................................. 77

4.4.2.3 Bentuk Flora-fauna ............................................................... 93

4.4.2.4 Bentuk Potret ......................................................................... 102

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan ......................................................................................... 107

5.2 Saran ................................................................................................ 109

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 111

LAMPIRAN

Page 11: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Matriks Kajian Pustaka............................................................ 11

Tabel 2. Matriks Pengumpulan Data Wetan.......................................... 31

Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk desa Gegesik Wetan.................. 42

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Gegesik Wetan.............. 43

Page 12: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

xii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif ....... 37

Page 13: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta Kabupaten Cirebon ........................................................ 40

Gambar 2. Bagian depan kantor kepala desa Gegesik Wetan ................. 44

Gambar 3. Ruang kerja Bahendi ............................................................. 52

Gambar 4. Kegiatan Belajar Peserta Didik Bahendi ............................... 52

Gambar 5. (Media) Drawig pen, cat, kuas dan pengencer cat (thinner) . 57

Gambar 6. Proses pembuatan desain/ sket lukisan ................................. 59

Gambar 7. Proses Negesi oleh Bahendi ................................................. 59

Gambar 8. Proses Pewarnaan oleh Bahendi ............................................ 61

Gambar 9. Lukisan Bentuk kaligrafi ....................................................... 63

Gambar10. Lukisan Bentuk Kereta .......................................................... 63

Gambar 11. Lukisan Bentuk Pewayanagan .............................................. 64

Gambar 12. Lukisan Bentuk Pewayanagan .............................................. 64

Gambar 13. Lukisan Bentuk Pewayanagan .............................................. 64

Gambar 14. Lukisan Bentuk Flora-fauna.................................................. 65

Gambar 15. Lukisan Bentuk Flora-fauna ................................................. 65

Gambar 16. Lukisan Bentuk Potret ........................................................... 66

Gambar 17. Lukisan “Macan Ali” ............................................................ 69

Gambar 18. Lukisan “Paksi Naga Liman”................................................ 73

Gambar 19. Lukisan “ Jaya Renyuan” ..................................................... 78

Gambar 20. Lukisan “ Jaya Jambakan “ ................................................. 83

Gambar 21. Lukisan “Gungungan Ganesha Cirebonan” .......................... 88

Gambar 22. Lukisan “ Mawar Merah “ .................................................... 94

Gambar 23. Lukisan “Setia” ..................................................................... 98

Gambar 24. Lukisan “Wisnu” ................................................................... 102

DAFTAR LAMPIRAN

Page 14: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

xiv

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ................................................................. 114

Lampiran 2. Foto Penelitian .......................................................................... 119

Lampiran 3. SK Dosen Pembimbing ............................................................ 122

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................ 123

Lampiran 5. Biodata Penulis ......................................................................... 124

Page 15: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cirebon adalah salah satu kabupaten atau kota yang terkenal di Indonesia

sebagai kota udang, hal ini dikarena Cirebon terletak di pesisir pantai utara

sehinggga tidak heran hasil bumi yang paling banyak berupa ikan. Selain itu

Cirebon yang merupakan salah satu kota yang terletak di bagian utara Jawa, di

perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa tengah. Posisinya sebagai kota pelabuhan

membuat berbagai kebudayaan dari luar Nusantara masuk ke dalam masyarakat

Cirebon yang kemudian berakulturasi dengan kebudayaan setempat. Hal ini

mempengaruhi artefak kebudayaan yang ada di Cirebon, salah satunya adalah

lukisan kaca Cirebon.

Nama Cirebon konon berasal dari ejaan orang barat yang keliru, kemudian

melalui proses bahasa menjadi Cirebon. Abdurachman (1982: 15) (dalam

Budiono, 2002) menyatakan bahwa telah lahir perdebatan tentang asal-usul nama

Cirebon, apakah seharusnya Cerbon atau Caruban, karena pasti istilah Cirebon

lahir jauh kemudian, setelah disalah eja orang Barat menjadi Cheribon berabad-

abad. Namun perlu diketahui pula bahwa masih banyak masyarakat Cirebon yang

menyebutnya Grage, yang dimaksudkan sebagai bahasa halus dari kata Cirebon.

Cirebon merupakan bagian dari propinsi Jawa Barat, tepatnya berada di daerah

pantai utara bagian timur. Konon sejak abad ke 17 Masehi, lukisan kaca telah

dikenal di Cirebon, bersamaan dengan berkembanganya agama Islam di Pulau

Page 16: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

Jawa. Pada jamannya pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon, lukisan kaca

sangat terkenal sebagai media dakwah Islam yang berupa lukisan kaca kaligrafi

dan berupa lukisan kaca berbentuk wayang. Sejalan dengan perkembangan waktu,

maka perkembangan lukisan kaca masih terasa eksistensinya sebagai cinderamata

spesifik khas Cirebon. Hal itu dikarenakan lukisan kaca Cirebon memiliki

keindahan tersendiri.

Kecamatan Gegesik merupakan salah satu desa yang saat ini menjadi sentra

industri kesenian lukis kaca. Hampir semua masyarakatnya mengetahui dan

sangat mengenal seni lukis kaca ini, sehingga tak heran di Kecamatan Gegesik

banyak pelukis seni lukis kaca. Kecamatan Gegesik merupakan Kecamatan yang

berada di Kabupaten Cirebon dan berbatasan dengan Kabupaten Indramayu.

Di Kecamatan Gegesik terdapat beberapa desa yang terkenal karena di desa

tersebut terdapat beberapa pelukis kaca. Namun dari hasil observasi pra penelitian

yang dilakukan karya lukis kaca yang dihasilkan oleh pelukis yang berada di desa

tersebut pada umumnya adalah seni lukis kaca yang bentuk dan motifnya masih

mempertahankan adat istiadat daerah setempat. Sehingga hal tersebut

menyebabkan bentuk dan motif dari setiap pelukis di daerah itu relatif mempunyai

kesamaan, sebut saja motif kaligrafi yang berbentuk Macan Ali, selain itu motif

yang sering dibuat adalah motif pewayangan, misalnya cerita Ramayana.

Dari beberapa pelukis kaca yang ada di Kecamatan Gegesik, terdapat salah

satu pelukis kaca yang mempunyai gaya tersendiri dalam menciptakan karya lukis

kacanya, yaitu menciptakan karya seni yang beda dari pelukis lain yang pada

umumya menciptakan karya-karya yang bertema klasik.

Page 17: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

Pelukis tersebut adalah Bahendi seorang pria berusia sekitar 39 tahun

penduduk asli desa Gegesik Wetan, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon.

Bahendi memiliki tempat produksi sekaligus sanggar yang diberi nama “Langen

Sejati”. Terdapat karya seni lukis kaca karya Bahendi yang membuat penulis

tertarik untuk meneliti lebih lanjut. Karya Bahendi memiliki bentuk yang khas dan

berbeda dengan pelukis lain, bentuk dan tema yang di tuangkan tidak hanya

bentuk klasik yang banyak dijumpai pada pelukis lain. Dalam menciptakan karya

lukisan kaca Bahendi tidak hanya membuat bentuk yang dekoratif, namun bentuk-

bentuk yang realistis pun dia ciptakan sehingga menjadi karya yang berbeda,

sehingga karya Bahendi memiliki nilai estetis tersendiri. Berdasarkan latar

belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai latar

belakang penciptaan, proses penciptaan dan karakteristik lukisan kaca karya

Bahendi di Desa Gegesik, Kecamatan Gegesik, Kabupten Cirebon.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahn di atas, maka rumusan masalahnya

sebagai berikut:

1.2.1 Bagimana latar belakang penciptaan seni lukis kaca karya Bahendi di Desa

Gegesik Wetan, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon ?

1.2.2 Bagaimana proses penciptaan seni lukis kaca karya Bahendi di Desa

Gegesik Wetan, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon ?

1.2.3 Bagaimana karakeristik lukisan kaca karya Bahendi di Desa Gegesik

Wetan, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon ?

Page 18: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diajukan, maka tujuan yang dicapai dalam

skripsi ini adalah :

1.3.1 Untuk mengetahui latar belakang penciptaan seni lukis kaca karya Bahendi

di desa Gegesik Wetan, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon.

1.3.2 Untuk mengetahui proses penciptaan seni lukis kaca karya Bahendi di desa

Gegesik Wetan, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon.

1.3.3 Untuk mengetahui karakteristik lukisan kaca karya Bahendi di desa

Gegesik Wetan, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

1.4.1 Secara teoretis, penelitian ini dimaksudkan dapat bermanfaat bagi dunia

pendidikan, khususnya bagi Jurusan Seni Rupa dalam memahami seni

lukis kaca di desa Gegesik Wetan, Kecamatan Gegesik, Kabupaten

Cirebon.

1.4.2 Secara praktis, penelitian ini mampu memberikan wawasan atau

pemahaman mengenai proses penciptaan, bentuk dan nilai estetis seni lukis

kaca kepada peneliti. Selain itu penelitian ini juga diharapkan mampu

memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai seni lukis

kaca yang ada di Kabupaten Cirebon. Penelitian ini juga kiranya dapat

memberikan informasi kepada pemerintah Kabupaten Cirebon untuk

Page 19: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

memberikan informasi mengenai kebijakan dalam pelestarian seni lukis

kaca di Kabupaten Cirebon.

Page 20: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

5

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Seni Rupa

Mendefinisikan arti kata “seni” kita akan menemukan banyak sekali pendapat

dari para ahli seni, baik definisi secara khusus maupun seni secara umum. Hal ini

dikarenakan karena arti kata “seni” bisa saja dinamis dan selalu berubah sesuai

perkembangan zaman.

Selain itu seni rupa juga bisa diartikan sebagai hasil karya ciptaan manusia,

baik berbentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang mengandung atau

memiliki nilai keindahan yang diwujudkan dalam bentuk rupa. ( Margono, Tri edy

dan Abdul Aziz, 2010)

Menurut Rondhi (2002:4) Istilah seni di sisi lain bermakna “keahlian” dalam

hal membuat sesuatu yang bernilai estetis dan berdaya guna. “Seni” dalam hal ini

merupakan istilah yang atau konsep yang artinya sama dengan kata “art” dalam

bahasa Inggris. Seni atau kesenian merupkan salah satu unsur kebudayaan yang

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk masyarakat terhadap nilai-

nilai keindahan.

Mengutip pendapat Ki Hajar Dewantara (dalam Bastomi, 1992:20), seni

merupakan segala perbuatan manusia yang muncul dari permukaan nya dan

bersifat indah, sehingga mampu menggerakkan jiwa serta perasaan manusia. Seni

dapat dikaitkan sebagai proses, baik proses dalam pembentukan gagasan maupun

proses dalam pengungkapan, dan juga merupakan aktifitas kreatif. Sebab dalam

Page 21: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

berlangsungnya proses pembentukan gagasan maupun proses ungkap,

berlangsung pula proses kreatif. Seni dapat berhubungan dengan pengamat

sekaligus, sehingga seni merupakan alat komunikasi dari pencipta seni kepada

apesiator.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seni

merupakan kegiatan kreatif manusia dalam mengekspresikan ide atau gagasannya

dengan kemahiran atau kemampuan yang dimilikinya melalui karya. seni

mempunyai dua fungsi yaitu (1) seni murni, yaitu yang tidak memiliki nilai fungsi

atau nilai guna, hanya untuk kepetingan keindahan semata. (2) seni terapan, yaitu

seni yang memiliki nilai fingsi atau kegunaan tertentu yang bisa dipakai.

Berbicara mengenai seni, salah satu dari cabang seni yang ada yaitu seni

rupa. Menurut Rondhi (2002:6) seni rupa adalah seni yang menggunakan unsur-

unsur rupa sebagai media ungkapnya. Unsur-unsur rupa yaitu unsur yang kasat

mata atau unsur-unsur yang dapat dilihat dengan indera mata. Unsur-unsur rupa

tersebut bagaikan kata-kata yang dapat dirangkai menjadi sebuah kalimat atau

menjadi suatu bentuk tulisan yang bermakna sesuai dengan maksud penciptanya.

Bentuk seni rupa merupakan susunan unsur-unsur rupa dalam suatu kesatuan yang

utuh. Selain itu seni rupa (visual art) adalah sebuah konsep atau nama untuk salah

satu cabang seni yang bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa yaitu : garis, raut,

warna, ruang, tekstur dan gelap terang. Unsur-unsur tersebut tersusun menjadi

satu dalam sebuah pola tertentu.

Lebih lanjut Rondhi (2002:13) karya seni rupa dibagi menjadi dua, yaitu : 1)

karya seni rupa dua dimensi, yaitu karya seni rupa yang hanya memiliki ukuran

Page 22: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

panjang dan lebar atau karya yang hanya bisa dilihat dari satu arah pandang. 2)

karya seni rupa tiga dimensi, yaitu karya seni rupa yang memiliki tiga ukuran

yaitu panjang, lebar dan tinggi atau karya yang mempunyai volume dan

menempati suatu ruang.

Menurut Sahman (1993:55) cabang-cabang seni rupa dikelompokan menjadi

tiga bagian, yaitu: (1) seni lukis yaitu suatu daya cipta manusia yang

diekspresikan dalam bentuk media garis, warna, tekstur media, bidang dan bentuk

ke dalam dimensi. (2) seni pahat yaitu daya cipta manusia yang diekspresikan

dalam bentuk karya dua dimensi dan tiga dimensi. Seni ini selain memiliki garis,

tekstur dan bidang juga memiliki massa, ruang dan isi. (3) seni grafik yaitu daya

cipta mnausia dengan memindahkan suatu pola dengan cara dicetak dalam jumlah

tertentu. Rokhmad (2002:8) menyatakan bahwa seni grafis adalah kegiatan seni

yang dilakukan dengan memperbanyak gambar dengan cara cetak.

Berdasarkan pengertian dan pendapat para ahli seni diatas, bahwa seni rupa

adalah cabang seni yang mengekspresikan pengalaman artistik dan estetis

manusia melalui unsur-unsur rupa pada suatu media dalam bentuk dua dimensi

maupun tiga dimensi sehingga dapat dinikmati melalui indera mata. Bentuk

keseluruhan karya seni rupa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun menjadi satu

dalam sebuah pola tertentu. Unsur rupa tersebut bukan sekedar kumpulan dari

bagian-bagian yang tidak bermakna, tetapi merupakan susunan yang dibuat sesuai

dengan prinsip tertentu. Wujud dari karya seni dua dimensi dan karya seni tiga

dimensi tersebut diantaranya seni lukis, seni pahat, seni patung, seni grafik dan

lain- lain.

Page 23: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

2.2 Lukisan Kaca Sebagai Karya Seni Rupa

Seni lukis merupakan salah satu karya seni dua dimensi yang semua orang

hampir mengetahuinya, mulai dari seni lukis yang realistis sampai yang dekoratif.

Semua itu bergantung bagaimana seorang seniman atau pengrajin menganut aliran

atau paham dalam berkarya seni lukis. Selain menganut paham dan aliran tertentu

seorang pelukis juga memakai media serta teknik tersendiri dalam pembuatan

karya sehinggga karya yang dihasilkan mampu menjadi karya yang khas dan

berbeda dengan seniman lainnya.

Selain itu seni lukis bisa diartikan sebagai karya seni rupa dua dimensi, yaitu

karya seni yang disusun oleh bidang datar yang hanya memiliki panjang dan

lebar. Dalam seni lukis sering digunakan bahan cat air dan cat minyak, yang

kadang dibantu kuas serta bahan dari krayon, pastel, patlot, balpoin, arang biasa,

hingga charcoal (arang khusus) (Budiman, 2008:20).

Para seniman seni lukis memanfaatkan unsur bidang, warna, tekstur, bentuk,

nada, komposisi, dan ritma serta ungkapan ide, gagasan, tema, isi, dan perasaan

untuk membuat sebuah karya seni. (Suhernawan, Rachmat dan Rizal Ardhya

Nugraha. 2010). Adapun dalan berkarya seni lukis membutuhkan media sebagai

tempat dalam mengungkapkan gagasan. Berbicara lebih lanjut mengenai seni

lukis, banyak sekali media yang digunakan dalam pembuatan karya lukis, salah

satunya yang akan penulis bahas pada penelitian ini yaitu seni lukis kaca.

Page 24: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

Mengingat lukisan kaca tersebar di sejumlah daerah di tanah air tentulah

masing-masing memiliki ciri-ciri khusus di samping terdapat persamaan-

persamaan. Teknik pengungkapan seni lukis kaca di Indonesia bersumber dari

pengaruh yang datang dari Arab dan Cina. Ada pula yang mengatakan pengaruh

itu berasal dari Persia dan India. (Sunaryo, 1999)

Menurut Wulandari (2012) Lukisan Cirebon merupakan hasil dari

kebudayaan khas Cirebon yang telah mengalami perubahan selama bertahun-

tahun. Pada awalnya lukisan Cirebon diproduksi tidak secara massal dan

kebanyakan digunakan dengan kepercayaan religius-magis. Penempatan lukisan

kaca di rumah masyarakat Cirebon salah satunya sebagai prestise yang

menunjukkan bahwa pemilik rumah tersebut adalah muslim yang taat, biasnya

berupa lukisan kaca yang menggambarkan mesjid, lukisan kaligrafi dan

sebagainya.

Dari pernyataan di atas maka menurut Sunaryo (2013:13) lukisan kaca adalah

jenis lukisan pada kaca yang proses pembuatannya dari bagian belakang kaca

dengan tahapan yang merupakan kebalikan dari ‘cara’ melukis biasa. Artinya,

goresan akhir yang biasanya dilakukan pada waktu melukis justru dikerjakan

paling dahulu dalam lukisan kaca. Karena dilukis dibalik kaca, warna-warnanya

tampil lebih cerah.

Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lukisan kaca

merupakan bentuk ungkapan seorang pelukis yang dituangkan dalam media kaca

dengan menggunakan alat serta bahan pendukung dengan cara melukis terbalik

Page 25: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

dengan mengutamkan tema religius, tokoh cerita sampai tema- tema baru yang

berbeda dengan tema sebelumnya.

2.3 Kajian Pustaka

Beberapa penelitian terhadap lukisan kaca Cirebon sudah pernah dilakukan,

Diantaranya kajian Makna Lukisan Kaca Cirebon yang dilakukan oleh Budiono

(2002) yang beranggapan bahwa lukisan kaca sebagai karya seni visual memiliki

muatan-muatan tanda yag dibuat oleh para senimannya yang berawal dari syair

agama dan terdapat kecenderungan bergeser menjadi ekspresi individual

sebagaimana lazimnya sebuah lukisan. Baik tema keagamaan, wayang, ataupun

tema modern dapat berjalan masing-masing sesuai dengan kebutuhan lingkungan

dari masyarakat penggunanya. Oleh karena itu tanda-tanda yang terdapat dalam

lukisan kaca dapat berkembang selaras dengan fungsi dan peran dari lukisan

kacanya. Fungsi ini sangat ditentukan oleh interaksi para pendukungnya yaitu

antara seniman dan para penggunanya.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Wulandari (2012) yaitu mengenai Analisis

Estetis Lukisan Kaca Cirebon Tema Semar dan Macan Ali yang beranggapan

bahwa semar merupakan salah satu tema yang popular di antara berbagai tema

yang ada pada lukisan kaca Cirebon. Tokoh Semar dipercaya sebagai Sang Hyang

Ismaya yang turun ampah menjadi manusia. Posisi pigur Semar pun mengikuti

bentuk wayang kulit, yaitu menyamping ke kiri atau ke kanan, tidak ada lukisan

kaca yang menggambar Semar dari arah depan. Penggambaran kaligrafi arab pada

tubuh semar pun bervariasi, pada umumnya menggunakan warna emas pada

lukisan lain menggunakan warna putih biru, tetapi dasar tubuh Semar selalu

Page 26: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

diwarnai hitam atau gelap. Begitupun dengan Macan Ali yang dilukiskan

menyamping dengan posisi wajah yang menghadap ke depan.

Dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan pada latar belakang

penciptaan karya, proses penciptaan karya dan karakteristik bentuk dan nilai

estetis seni lukis kaca yang ada di desa gegesik, Kecamatan Gegesik Kabupaten

Cirebon.

Berikut penulis simpulkan dalam bentuk matriks mengenai penelitian yang

sudah dilakukan sebelumnya.

Tabel 1

Matriks Kajian Pustaka No. Nama/Tahun/

Judul Penelitian Masalah yang

Dikaji Hal yang Dikaji Relevansi

1 Wulandari, Yustina

Intan. (dalam Jurnal

Seni Rupa dan

Desain. FSRD ITB

2012). Analasis

Estetis Lukisan

Kaca Cirebon Tema

Semar dan Macan

Ali”.

Estetika Lukisan

Kaca Cirebon tema

Semar dan Macan

Ali

Variasi pengolahan

sudah mulai dibuat

oleh pengrajin.

Rata-rata pengrajin

tetap memasukan

unsur-unsur ciri

khas Cirebon yaitu

moif mega

mendung dan

wadasan.

Bentuk lukisan

Karya Bahendi

memiliki kekhasan

dan karakteristik

bentuk tersendiri.

2. Budiono, Kuswa.

(dalam Jurnal Seni

Rupa dan Desain.

Vol. 2 5/9/ 2002)

Stisitelkom “Makna

Lukisan Kaca

Cirebon”.

Makna Lukisan

Kaca Cirebon

Ungkapan tanda-

tanda gagasan

menerangkan

tentang gagasan

keseluruhan dan

makna gambar, dan

juga sering

berkaitan dengan

latar beakang dan

ceritera.

Lukisan karya

Bahendi memiliki

makna

2.4 Proses Penciptaan Seni

Page 27: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

Karya seni dapat terjadi karena adanya suatu proses, sehingga tercipta suatu

karya seni estetis. Hadirnya suatu karya seni tentu tidak muncul begitu begitu saja.

Namun melalui olah seni seorang seniman yang disebut proses.

Penciptaan dapat berarti perbuatan menciptakan, maka penciptaan suatu karya

seni adalah suatu proses yang runtut, dan secara kronologis berupa tahapan-

tahapan yang dilakukan oleh seorang seniman, dalam menciptakan suatu karya

seni secara urut. Dengan demikian proses penciptaan terhadap suatu karya seni

mempunyai beberapa tahapan. Menurut Sahman (1993:15 dalam Usman, 2009)

proses mencipta terdiri dari tiga tahapan, yaitu sebagai berikut:

2.4.1 Tahapan Awal

Tahapan awal yaitu menemukan gagasan atau mencari sumber gagasan.

Pada tahapan awal seniman memerlukan dorongan yang kuat untuk mencipta pada

saat menemukan gagasan. Lebih lanjut Triyanto mengemukakan bahwa seniman

dalam mencipta terjadi karena adanya dorongan kemauan dari dalam sebagai

akibat adanya daya rangsang tertentu dari luar yang menyangkut dirinya.

Sumber inspirasi dalam proses penciptaan karya seni dapat diperoleh dari

lingkungan sekitar, dan dapat pula suatu karya seni lain yang telah ada. Sebab

dengan memberikan respon terhadap alam sekitar, bagi seorang seniman dapat

memunculkan ide-ide baru dalam karya seni. Demikian juga terhadap karya karya

yang sudah ada dapat membantu untuk menemukan kembali inspirasi yang baru.

Bila dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai, maka tujuan seniman

mencipta adalah sebagai ungkapan ide dan gagasannya, selain itu seorang

seniman juga ingin mencari nilai-nilai keindahan, sekaligus ia juga berharap dapat

Page 28: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

menyampaikan pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain yang bertindak

sebagai apresiator karyanya.

2.4.2 Tahapan Penyempurnaan

Menyempurnakan artinya mengembangkan menjadi gambaran pra visual,

yang nantinya dimungkinkan untuk diwujudkan dalam bentuk atau wujud konkret.

Gagasan yang muncul pada tahapan awal, pada tahapan ini masih harus

disempurnakan menjadi gagasan yang lebih nyata. Sehingga pada proses mencipta

yaitu proses penuangan ke dalam medium (bahan dengan bantuan alat dan teknik

tertentu), dengan mudah akan diperoleh bentuk dan tujuan yang diinginkan.

Ditahapan ini seniman dituntut untuk dapat mematangkan idenya, atau

gagasannya sehingga gambaran akhir itu dapat terbayang secara jelas. Kejelasan

gagasan akan membawa kemudahan dalam proses berikutnya.

Jadi dalam tahap ini seniman sudah memantapkan ide/gagasannya tentang

waktu pengerjaan, bentuk karya, ukuran, corak, dan teknik yang akan digunakan.

Setelah pemantapan ide seniman berlanjut ketahap selanjutnya, yaitu tahapan

visualisasi secara konkret.

2.4.3 Tahapan Visualisasi

Proses visualisasi adalah proses perwujudan dari konsep (perwujudan

subjektif dalam batas kesadaran dan pikiran manusia) sampai kepada perwujudan

dunia eksternal yang menjadi objek seni dan dapat dinikmati oleh orang lain.

Proses ini menggambarkan suatu keadaan di mana seniman dengan semua

kemampuan kreatifnya (termasuk di dalamnya kemampuan teknis dalam

mengolah kualitas bahan sebagai medium ekspresi) mengolah seluruh konsep

Page 29: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

artistik menjadi objek secara nyata. Sehingga dengan demikian tercipta karya

yang diinginkan sesuai dengan yang ingin diwujudkan dan ekspresikan.

Dalam tahapan ini medium memang harus digunakan, jika ingin

menuntaskan proses mencipta sampai kepada tahapan finalnya. Sehubungan

dengan medium pada umumnya hanya berkedudukan sebagai sarana untuk

mengekspresikan gagasan. Peran yang sangat penting adalah seniman itu sendiri,

bagaimana dalam mewujudkan gagasan ke dalam medium sehingga dapat tercipta

karya seni sesuai dengan inspirasi yang semula ditemukan.

Bentuk desain sangatlah membantu dalam menuangkan ke dalam medium.

Pemilihan medium yang tepat juga sangat berpengaruh terhadap visualisasi.

Tahap penuangan ide diawali dengan membuat sketsa sebagai bentuk karya yang

diinginkan sesuai gagasan awal.

2.5 Media dalam Seni Rupa

Menurut Rondhi (2001:22) medium (singular) atau media (plural) merupakan

sesuatu yang memiliki posisi di tengah atau segala sesuatu yng menghubungkan

antara unsur satu dengan unsur lainnya. Media juga berarti sarana untuk mencapai

tujuan. Dalam dunia deni rupa ada dua jenis media, a) media seni rupa dua

dimensi seperti lukisan, poster dan sebagainya, b) media seni rupa tiga dimensi

seperti patung.

Untuk dapat menghasilkan seni lukis kaca yang baik tentunya seorang

seniman menggunakan media yang sesuai, sehingga tercipta karya yang bernilai

estetik. Media berasal dari bahsa Inggris “medium” yang artinya perantara atau

Page 30: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

penengah. media dalam hal ini mengandung pengertian alat, bahan dan teknik. (

Muharar dan Mujiono, 2007: 21). Alat merupakan perkakas yang digunakan

dalam berkarya seni rupa sedangkan teknik merupakan gaya atau cara yang

digunakan dalam menciptakan sebuah karya seni.

Media menurut Sulistyo (2005 :24) media adalah sesuatu (bahan baku) yang

dibutuhkan di dalam proses karya seni lukis, sedangkan alat adalah

barang/peralatan yang diperlukannya. Media dalam seni lukis lazimnya

menggunakan kertas dan kanvas. 1). Kertas, semua jenis kertas pada prinsipnya

dapat digunakan untuk media seni lukis, yang penting kertas tersebut harus polos

(tidak bergaris). Baik yang berwarna maupun tidak (putih) keduanya dapat

digunakan. Lazimnya permukaan yang putihlah yang baik digunakan, sebab

pengaturan/ pewarnaan pada lapisan ini lebih mudah karena warna tidak terserap

olehnya. 2). Kanvas, kanvas sering digunakan dalam media seni lukis. Jika kerta

cocoknya dengan pewarna cat air, katon dengan pastel atau krayon, maka kanvas

cocok jika pewarnaannya menggunakan cat minyak. (oil colour). Kanvas umunya

terbuat dari kain. Jenis kain yang baik ialah jenis miting atau strimin. 3). Zat

Pewarna, zat pewatna yang digunakan dala seni lukis yaitu cat air, cat minyak dan

cat akrilik. 4). Alat yang digunakan dalam seni lukis yaitu pastel, krayon, kuas,

palet, dan sandaram lukisan.

2.6 Nilai Estetis Karya Seni

Dalam kehidupan sehari- hari kita sering mendengar kata estetika, sering

sekali mengatakan bahwa estetika berarti keindahan. Istilah estetika berasal dari

Page 31: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

kata Yunani “aisthetikos” atau “aisthanomai” yang berarti mengamati melalui

indera (Lexicon webater Dic, 1977:18 dalam Iswidayati dan Triyanto, 2007:4).

Estetika merupakan semua pemikiran filosofis dan keindahan yang berkaitan

dengan seni.

Feldman dalam hal ini melihat estetika sebagai ilmu pengetahuan pengamatan

atau ilmu pengetahuan inderawi, mengacu pada kesan-kesan inderawi.

Berhubungan dengan seni istilah estetika secara umum mempunyai pengertian

sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan

gejala yang indah yang terdapat pada alam maupun seni. Pandangan ini

mengandung pengertian yang sempit. Penggunaan istilah estetika berbeda dengan

filsafat keindahan, karena estetika semata-mata tidak lagi menjadi permasalahan

didalam ilmu filsafat. Estetika memuat bahasan ilmiah, yang mencakup tentang

keindahan dalam seni, pengalaman seni, gaya atau aliran seni, dan perkembangan

seni.

Di sisi lain John Hosper (Iswidayati dan Triyanto, 2007:5) mendefinisikan

estetika sebagai salah satu cabang filsafat yang berkaitan dengan proses

penciptaan karya estetis, artinya tidak hanya sekedar mempermasalahkan tentang

objek seni, melainkan seluruh permasalahan yang berkaitan dengan suau karya

yang indah. Demikin halnya Plato mengutarakan ciri ciri-ciri dan hukum

keindahan, Aristoteles dalam hal ini merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang

baik dan menyenangkan, sedangkan Politinus menulis tentang ilmu dan kebijakan

yang indah. (Iswidayati dan Triyanto, 2007:5). Hal serupa juga dikatakan oleh

Bastomi, (2012:126) bahwa estetika berkaitan dengan penginderaan terhadap

Page 32: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

keindahan. Adapun teori keindahan berurusan dengan kualitas objek., artinya

dengan suatu nilai yang lewat pengamatannya menimbulkan rasa puas kepada

pengamat atau penghayat.

Ada dua teori tentang keindahan, yaitu yang bersifat subyektif dan objektif.

Keindahan subyektif adalah keindahan yang ada pada mata yang memandang.

Keindahan objektif adalah menempatkan keindahan pada benda yang dilihat

(Kartika, 2007:7). Lebih lanjut Kartika (2007:8), estetika dibagi menjadi dua

bagian, yaitu estetika deskriptif dan estetika normatif. Estetika deskriptif

menguraikan dan melukiskan fenomena-fenomena pengalaman keindahan.

Estetika normatif mempersoalkan dan menyelidiki hakikat, dasar, dan ukuran

pengalaman keindahan.

Estetika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai hal-hal

yang bisa ditangkap dengan panca indera serta ilmu pengetahuan yang

mempelajari tentang struktur dan nilai keindahan suatu benda dengan

menempatkan keindahan sebagai sasaran utamanya. Selain itu estetika juga

bersifat subyektif dan objektif serta deskriptif dan normatif. Adapun ukuran nilai

karya seni bisa dikatakan indah atau menarik, yaitu ditentukan oleh sikap seniman

dalam berkarya seni.

Selain itu beberapa ahli pikir menyatakan bahwa keindahan tersusun dari

berbagai keselarasan dan perlawanan unsur-unsurnya seperti garis, bentuk, nada

dan kata-kata, ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah kesatuan dari

hubungan bentuk yang terdapat diantara percerapan inderawi, sehingga bisa

dibedakan antara ekstraestetis dan intraestetis. Keindahan yang menyangkut

Page 33: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

pengalaman estetis seseorang yang berkaitan dengan segala sesuatu yang tidak

secara langsung dicerap melalui indera, disebut ekstraestetis, sedangkan

intraestetis adalah segala sesuatu yang bersifat kasat mata, berkaitan dengan

penglihatan (jiwo katon), berupa keindahan bentuk, warna, garis, tekstur, ruang,

cahaya dan sejumlah kualitas pokok tertentu antara lain; kesatuan (unity),

keselarasan (harmony), kesetangkupan (symetry), keseimbangan (balance), irama

(rytme), perulangan (repetion), perlawanan (contrast), dominasi (emphasis) (liat

Read, 1998 dalam Iswidayati dan Triyanto, 2007:5).

Dapat dirumuskan nilai estetika adalah kualitas yang memang telah melekat

pada benda indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya.

Bentuk estetis karya seni dapat dicapai melalui proses penciptaan karya seni yang

harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh sehingga tercipta bentuk yang

sempurna, tidak dibuat dengan bentuk yang sederhana, dan memiliki makna yang

terkandung di dalamnya, sehingga menimbulkan perasaan akan kepuasan bagi

seniman dan pengamat pada hasil karya.

Seni lukis kaca merupakan salah satu karya seni atau benda seni, oleh sebab

itu untuk dapat dikatakan benda atau karya yang mempunyai nilai estetis dapat

dilihat dari unsur-unsur rupa serta prinsip-prinsip desain yang dipakai dan menjadi

serangkaian yang berpadu menjadi kesatuan yng uuh dan menjadi satu karya yang

indah. Unsur-unsur visul tersebut antara lain garis (line), raut (shape), warna

(colour), gelap terang (light-dark), tekstur (texture) dan ruang. Sedangkan prinsip-

prinsip desainnya antara lain kesatuan (unity), keserasian (harmony), irama

Page 34: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

(rhythm), dominasi (emphasis), keseimbangan (balance), kesebandingan

(proportion) (lihat sunaryo, 2002:7).

Istilah nilai dalam bidang filsafat sering dipakai kata benda abstrak yang

berarti keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodnes) (The liang Gie, 1976:37) (

dalam Iswidayati dan Triyanto, 2007:19). Kemudian ia mengtakan bahwa nilai

atau value adalah kemampuan yang dipercayakan pada sesuatu benda untuk

memuaskan keinginan manusia, dan penyebab ketertarikan minat seseorang atau

suatu golongan terhadap benda tersebut. Nilai dalam hal ini mempunyai makna

suatu realitas psikologis karena sebagai penentu nilai adalah jiwa manusia bukan

bendanya.

Lebih lanjut Bastomi (2012:14) mengatakan nilai dapat diartikan sebgai

martabat atau hakikat sesuatu. Nilai tidak tampak sebagai nilai bagi seseorang

saja, melainkan bagi segala umat manusia, nilai hanya dapat dirasakan oleh setiap

orang. Nilai tampil sebagai sesuatu yang patut dikerjakan dan dilaksanakan oleh

semua orang, sebab nilai itu baik.

Sesuai dengan penjelasan bahwa nilai merupakan sesuatu yang bersifat

abstrak dan menunjuk pada suatu kualitas tertentu dari suatu objek yang menarik

minat atau perhatian. Minat dan perhatian itu muncul karena ada yang berkualitas

pada suatu objek dan berharga bagi diri seseorang. Pada gilirannya akan

menimbulkan daya tarik dan mendorong untuk bersikap dan bertindak untuk dapat

memperoleh atau menggunakannya. Sutau kualitas objek yang dianggap berharga

bagi seseorang menandakan bahwa objek itu menimbulkan makna tertentu. Suatu

nilai, selain berharga juga mempunyai potensi untuk menimbulkan makna dengan

Page 35: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

kata lain, makna merupakan implikasi lebih lanjut dari persepsi suatu

keberhargaan setiap benda yang berharga memiliki makna bagi seseorang

(Iswidayati dan Triyanto, 2007:19). The liang Gie mengatakan nilai karya seni

dapat dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu nilai intrinsik, nilai ekstrinsik dan nilai

instrumental.

2.6.1 Nilai Intrinsik

Dalam Iswidayati dan Triyanto (2007:21) kata intrinsik berarti segala sesuatu

yang terkandung didalamnya (Depdikbud, 1989). Dari kata tersebut menunjukan

pada suatu yang ada pada atau dalam suatu objek. Pada karya seni maka yang

dimaksud dengan nilai intrinsik adalah kualitas atau sifat yang memiliki harga

tertentu itu terletak pada bentuk fisiknya. Dengan kata lain nilai intrinsik karya

seni adalah nilai pembentukan fisik dari suatu karya yaitu kualitas atau sifat dari

pembentukan fisik itu yang menimbulkan rasa atau kesan indah.

Menurut Kartika (2004: 23) nilai yang ada dalam seni itu sendiri terdapat

pada “bentuknya”. Yang disebut ialah penyususnan yang medium inderawi atau

permukaan karya seni. Sehingga pada karya seni rupa nilai instrinsiknya terletak

pada struktur dan bentuknya. Dalam karya seni rupa yang dimaksud dengan

struktur adalah susunan atas serangkaian unsur-unsur rupa (visual) yang terdapat

di dalamnya. Unsur unsur rupa atau visual itu antara lain adalah garis, bidang,

warna, tekstur, ruang dan gelap terang.

2.6.2 Nilai Ekstrinsik

Page 36: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

Kata ekstrinsik berarti sesuatu yang yang berada di luar atau di balik suatu

objek atau benda. Dalam kamus kata ekstrinsik berarti berasal dari luat atau tidak

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sesuatu (Depdikbud, 1989:223

dalam Iswidayati dan Triyanto, 2007:23). Merujuk pengertian ini maka yang

dimaksud dengan nilai ekstrinisik ialah kualitas atau harga yang berada di luar

atau di balik suatu perwujudan fisik. Kualitas atau harga ini merupakan sesuatu

yang tidak nyata yakni berupa pengertian, makna, pesan dan ajaran atau informasi

lainnya yang berharga. Nilai yang demikian ini dapat pula disebut dengan nilai

simbolis, artinya dalam posisi ini karya seni adalah sebagai simbol yang memiliki

makna, pesan atau harapan-harapan di luar bentuk fisiknya itu.

2.6.3 Nilai Instrumental

Instrumental merupakan kata sifat dari kata instrumen yang berarti alat atau

peralatan. Pengertian kata alat atau peralatan adalah segala benda yang dapat

digunakan sebagai sarana membantu atau melakukan suatu tugas untuk

mengerjakan kepentingan tertentu (Depdikbud 19996:382). Dalam konteks seni

rupa, suatu karya dapat dikatakan memiliki nilai instrumental jika karya tersebut

secara fisik dapat digunakan untuk melakukan tugas dalam rangka memenuhi

keperluan tertentu. Misalnya peralatan musik sebagaimana yang disebutkan di

atas, alat gitar secara fisik merupakan hasil karya seni rupa yang memiliki nilai

keindahan struktur dan bentuk tersendiri. Ketiga nilai itu merupakan nilai yang

tidak dapat terlepas dari suatu karya seni, baik karya seni dua dimensi maupun

karya seni tiga dimensi.

Page 37: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

2.7 Estetika Jawa

Berbicara tentang konsep estetika Jawa, sesungguhnya secara tradisional,

banyak sumber nilai-nilai budaya yang dapat diungkap dan dikonstruksi untuk

dijadikan sebagai wacana dalam melihat dan memahami masalah yang berkenaan

dengan keindahan atau kesenian Jawa. (Iswidayati dan Triyanto, 2007). Dalam

estetika Jawa terdapat pandangan tentang kosmologis yang menyiratkan

pengertian bahwa alam semesta ini berada dalam suatu keteraturan dan kesatuan

atas semua unsur-unsur yang ada didalamnya. Karena itu secara budaya orang

harus berusaha menjaga keteraturan, keseimbangan, keselamatan, kelestarian,

ketentraman dunia atau alam semesta.

Menurut Iswidayati dan Triyanto (2007) Estetika Jawa yang menjadi

patokan keindahan suatu karya seni yaitu sebagai berikut :

2.7.1 Nilai keteraturan, nilai ini dalam kesenian tradisional Jawa sangatlah

diperlukan, baik dalam tata rupa, tata gerak dan tata bunyi atau tata sastra

lainnya. Semakin runtut dan teratur suatu sajian seni apapun, semakin enak

dinikmati atau dirasakan nilai keindahannya.

2.7.2 Harmoni, dalam perspektif budaya Jawa, keindahan suatu hal atau karya

seni, haruslah memperlihatkan nilai harmoni. Nilai harmoni akan

memberikan kesan tenang, tentram, damai, cocok, selaras, serasi, dan

seimbang dan seimbang dalam persepsi estetis seseorang yang

menikmatinya. Harmoni merupakan salah satu orientasi penting kehidupan

Page 38: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

orang Jawa yang harus dapat diimplementasikan dalam seluruh aspek

kehidupannya.

2.7.3 Diletakan sesuai fungsi, nilai keindahan itu terdapat atau terletak pada

sesuatu yang diposisikan, diletakkan sesuai dengan peran, fungsi atau

kategorinya. Hal ini sejalan dengan ungkapan tradisional Jawa yang

berbunyi empan papan. Artinya segala sesuatu yang dilakukan,

ditempatkan, diposisikan tidak pula tempatnya atau tidak sesuai dengan

peran, fungsi, atau kategorinya, maka sebaiknya apapun hal itu, ia

menjadi jelek, tidak layak atau ora pantes. Oleh sebab itu, aspek penataan,

penempatan, atau pemanfaatan suatu benda atau hal, termasuk karya seni

menjadi penentu nilai keindahan. Dalam kaitan dengan kesenian, sistem

kategori tersebut menjadi penting, terutama untuk menentukan, misalnya

dalam tata penempatan, tata ruang, tata waktu, tata rupa dan warna, dan

tata tutur kata (unggah-ungguh basa).

Berdasarkan ketiga bahsan tersebut, setidaknya dapat dikemukakan bahwa

karakteristik atau ciri estetika Jawa mencakupi tiga aspek penting, yaitu adanya

aspek keteraturan, pemanfaatan atau penempatan dan harmoni.

2.8 Unsur-unsur Visual

Hal-hal yang tidak boleh ditinggalkan dalam berkarya seni adalah unsur-

unsur rupa, karena umsur-unsur tersebut merupakan bagian pembentuk karya seni,

sehingga tercipta suatu karya seni yang bernilai tinggi dan memiliki kualitas.

Unsur-unsur rupa merupakan aspek-aspek bentuk yang terliht konkret, yang

Page 39: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

kenyataannya jalin-menjalin dan tidak mudah diceraikan satu dengan yang lain

(Sunaryo, 2002:5). Adapun unsur-unsur rupa tersebut adalah sebagai berikut :

2.8.1 Garis

Sebelum unsur rupa garis, ada yang memandang titik atau noktah adalah

sebagai unsur paling sederhana (Bates, 1960) sebab unsur rupa garis dapat

dihasilkan melalui rangkaian noktah. Secara teoretis, jika kedua titik dihubungkan

atau sebuah titik bergerak, maka jejak yang dilaluinya mebentuk suatu garis.

Dengan kata lain deretan sejumlah titik atau noktah dapat membentuk sebuah

garis. Dengan demikian sebuah garis diawali dan akhiri dengan titik. Sebagai

unsir visual garis merupakan tanda atau markah yang memanjang yang embekas

pada suatu permukaan dan mempunyai arah. Selain itu garis juga diartikan

sebagai batas suatu bidang atau permukaan, bentuk atau warna, serta sifat atau

kualitas yang melekat pada objek garis grafis dan benar-benar nyata, bersifat

konkret. (Sunaryo, 2002:7).

Karakteristik utama sebuah garis adalah dimensi memanjangnya, meski

pada garis pendek dan memiliki ketebalan sekalipun. Dimensi lebar atau

ketebalannya umumnya tidak terlalu diperhitungkan dibandingkan dengan

dimensi panjangnya. Sekalipun garis dapat ditampilkan tebal atau tipis, panjang

atau pendek pada dasarnya ukuran garis adalah nisbi, karena bergantung pada

arah, kedudukan, dan dalam hubungan dengan unsur-unsur lainnya. Potensi garis

yang menonjol yaitu dapat menyarankan massa bentuk, menyatakan irama dan

gerakan-gerakan, serta membentuk kontur, yakni garis tepi yang menglilingi

bentuk (Read, h, 1959 dalam Sunaryo, 2002:8).

Page 40: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

2.8.2 Raut

Istilah raut dipakai untuk menerjemaahkan kata Shape dalam bahasa Inggris.

Istilah itu sering dipadankan dengan kata bidang, bangun atau bentuk. Bidang

hanya mengandung perngertian luas, karena itu dipahami sebagai sesuatu yang

pipih, sedangkan kata raut atau bangun dapat pula menunjukan pada sesuatu yng

menggupal, padat dan sintal. Unsur rupa raut adalah pengenal bentuk yang utama.

Sebuah bentuk dapat dikenali dari rautnya, apakah sebagai suatu bangun yang

pipih datar, yang menggumpal padat atau berongga bervolume, lonjong, bulat,

persegi dan sebagainya. Raut dapat ditampilkan dengan kontur. (Sunaryo,

2002:9).

Dengan demikian raut dapat dipandang sebagai perwujudan yang di kelilingi

oleh kontur, baik untuk menyatakan sesuatu yang pipih dan datar, seperti pada

bidang, maupun yang padat bervolume , seperti pada gumpal atau gempal (mass).

Tetapi raut juga dapat berbentuk oleh sapuan-sapuan bidang warna. Setiap raut

memiliki karakter dan kesan masing-masing. Raut lingkaran berkesan diam dan

memusat. Raut persegi berkarakter tenang, tampil utuh dan stabil, jika bertumpu

pada satu sisinya.. raut segitiga tampak terarah, dinamis terlebih jika tidak

bertumpu pada sisinya (Sunaryo, 2002:10).

2.8.3 Warna

Warna merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu karya, terutama

karya lukis misalnya. Mengenai warna Sunaryo (2002:12) menjelaskan bahwa

warna ialah kualitas rupa yang dapat membedakan kedua obyek atau bentuk yang

identik raut, ukuran dan nilai gelap terangnya. Warna berkaitan langsung dengan

Page 41: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

perasaan dan emosi, maka dari itu warna menjadi unsur paling penting dalam

ungkapan seni rupa dan desain. Warna yang kita cerap, sangat ditentukan oleh

adanya pancaran cahaya . warna benda-benda yang kita lihat sebenarnya adalah

pantulan dari cahaya yang menimpanya, karena warna adalah pantulan dari

cahaya yang menimpanya, karena warna merupakan unsur cahaya.

Warna yang bersumber dari cahaya disebut warna aditif, contohnya warna

yang dipancarkan oleh televisi. Sedangkan warna-warna pada benda, dedaunan

tekstil lukisan atau cat termasuk warna pigmen, yakni butir-butir halus bahan

warna. Warna-warna pigmen disebut warna substrakif. Herman Von Helmholtz

dan James Clerk Maxwell pada sekitar tahun 1790 mengemukakan teori warna

pertama kali yang didasarkan pada teori warna cahaya. Warna-warna pokok warna

cahaya adalah merah, kuning dan biru. Warna pokok tersebut disebut warna

primer, yakni warna yang bebas dari unsur-unsur warna lain. Hasil

pencampurannya disebut warna sekunder, yakni warna kedua, dan warna tersier,

yakni warna ketiga sebagai hasil percampuran yang mengandung ketiga warna

pokok.

2.8.4 Tekstur

Dalam bukunya Sunaryo menjelaskan (2002:17) bahwa tekstur (texture)

atau barik ialah sifat permukaan. Sifat permukaan bisa halus, polos, kasap, licin,

mengkilap, berkerut, lunak, keras dan sebagainya. Kesan tekstur dicerap baik oleh

penglihatan maupun rabaan. Atas dasar itu, tekstur dapat dibedakan menjadi

tekstur visual dan tekstur taktil. Tekstur visual yaitu tekstur yang dicerap oleh

penglihatan, walaupun dapat pula membangkitkan pengalaman raba. Terkstur

Page 42: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

visual hanya dapat pada bentuk dwimatra (Wong 1972). Tekstur taktil merupakan

sejenis tekstur yang tidak saja dapat dirasakan dengan melihatnya, tetapi juga

dengan rabaan tangan. Kesan yang dapat dirasakan timbul karena permukaan

bahan yang berjenis-jenis.

Sebagai salah satu unsur rupa, tekstur dipilih oleh perupa atau perancang

sebagai alat ungkapan, baik tekstur alami maupun tekstur buatan.setiap bahan

dapat diolah dengan cara khusus sehingga meimbulkan tekstur yang baru. Terpaan

cahaya pada permukaan yang kasar seringkali mempertegas tekstur taktil dan

menampilkan daya tarik tersendiri. Setiap tekstur menyiratkan sifat masing-

masing. Ia bisa lembut, kasar, mewah, kusam, keras, lunak dan lain-lain.

2.8.5 Gelap Terang

Unsur gelap terang juga disebut nada. Ada pula yang menyebut unsur rupa

cahaya. Setiap bentuk baru bisa dilihat jika terdapat cahaya. Cahaya yang berasal

dari matahari selalu berubah-ubah derajat intensitasnya, maupun sudut jatuhnya.

Cahaya menghasilkan bayangan dengan keanekaragaman kepekatannya, serta

menerpa pada bagian benda-benda sehinggga tampak terang. (Sunaryo, 2002:20).

Dalam hubungannya dengan warna sesungguhnya unsur rupa gelap terang

telah terkait pada dimensi value. Banyaknya tingkatan dari yang paling terang

atau putih kepada yang hitam gelap sesungguhnya amat relatif bahkan mungkin

tidak terhitung. Hal tersebut sangat bergantung pada intensitas cahaya dan warna

obyeknya. Unsur-unsur rupa gelap-terang dimanfatakan untuk berbagai

kepentingan, antara lain; memperkuat kesan trimatra suatu bentuk mengilusikan

kedalaman dan ruang, dan menciptakan kontras atau suasana tertentu.

Page 43: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

2.8.6 Ruang

Unsur ruang lebih mudah dapat dirasakan daripada dilihat. Kita bergerak,

berpindah dan berputar dalam ruang. Setiap sosok bentuk menempati ruang. Jadi

ruang adalah unsur atau daerah yang mengelilingi sosok bentuknya. Ruang

sesungguhnya tak terbatas, dapat kosong, sebagian terisi atau dapat pula penuh

padat terisi. Ruang dalam desain dwimatra umumnya dibatasi oleh garis bingkai

yang membentuk bidang persegi atau persegi panjang, walaupun dapat dengan

bentuk lain. Kesan kedalaman ruang dapat dicapai melalui berbgai cara, antara

lain : (1) melauli penggamaran gempal, (2) penggunaan perspektif, (3) pemilihan

warna, gelap terang dan tekstur, (4) pergantian ukuran, (5) pengambaran bidang

bertindih, (6) pergantian tampak bidang, (7) pelengkungan atau pembelokan

bidang, dan (8) penambahan bayang-banyang (Sunaryo, 2002:22).

Page 44: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

107

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditulis pada bab sebelumnya,

simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pertama, Bahendi merupakan seniman asal Desa Gegesik Wetan, Kecamatan

Gegesik, Kabupaten Cirebon yang merupakan anak terakhir dari lima bersaudara.

Bahendi telah belajar melukis kaca sejak duduk di bangku Sekolah Dasar.

Meskipun latar belakang Bahendi dari Sekolah Menengah Karawitan Indonesia

Bandung yang sekarang SMK Negeri 10 Bandung, tapi Bahendi mendapatkan

ilmu dalam melukis kaca dari saudara ayahnya yang bernama Sudarga. Pada tahun

1985 berdiri sanggar yang diberi nama “ Langen Sejati “. Sanggar ini merupakan

sanggar yang didirikan oleh Bahendi untuk memberdayakan masyarakat sekitar

terutama anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya setelah tamat dari

Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama. Selain itu salah satu penghargaan

yang di dapatkan Bahendi yaitu penghargaan dari Gubernur Jawa Barat sebagai

tokoh seni rupa dari Kabupaten Cirebon. Latar belakang penciptaan seni lukis

kaca Cirebon karya Bahendi terinspirasi dari lingkungan yang sudah dari kecil

hidup dikeluarga seniman, selain itu juga dilatar belakangi oleh kreativitasnya dan

permintan konsumen.

Page 45: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

Kedua, proses penciptaan seni lukis kaca Cirebon yang dilakukan oleh

Bahendi terdiri dari tiga tahapan, yaitu : (1) Tahapan persiapan yaitu penentuan

dan pemantapan ide yang berasal dari referensi budaya lokal masyarakat Cirebon

serta cerita pewayangan seperti Mahabarata dan Ramayana. Persiapan bahan

yaitu kaca, cat, kertas kalkir, persiapan alat yaitu kuas, palet, rapido dan teknik

gradasi dalam mewarnainya. (2) tahap pembuatan seni lukis kaca Cirebon yaitu

mendesain lukisan terlebih dahulu pada kertas kalkir dengan menggunakan pensil

dan rapido kemudian tahap negesi yaitu memindahkan desain pada kaca

menggunakan rapido dan selanjutnya tahap pewarnaan. (3) tahap penyelesaian

(finishing) yaitu tahap pemasangan lukisan pada figura.

Ketiga, bentuk lukisan yang sering diekspresikan Bahendi kedalam

lukisannya yaitu (1) Bentuk lukisan Macan Ali dan Paksi Naga Liman, bentuk ini

merupakan bentuk yang di ambil dari kebudayaan lokal masyarakat Cirebon. (2)

Bentuk pewayangan juga menjadi bentuk yang sering diungkapkan Bahendi

dalam lukisannya, misalnya cerita Mahabarata dan Ramayana. (3) Bentuk Flora-

fauna juga menjadi bentuk yang sering diekspresikan Bahendi dalam lukisan

kacanya, biasanya bentuk ini di pesan khusus oleh pemesan. Berbeda dengan

bentuk pewayangan, selain dibentuk secara dekoratif bentuk flora-fauna juga

dibuat secara realistis. (4) Bentuk potret juga menjadi bentuk khas dari lukisan

Bahendi karena pada umunya seniman lukisan kaca yang ada di Cirebon jarang

sekali membuat lukisan dengan bentuk potret.

Page 46: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

Keempat, Bentuk lukisan yang bertema flora-fauna dan potret yang dibuat

dengan gaya yang melukis yang realistis tidak menggunakan teknik sungging

dalam pewarnaannya. Selain itu ada lukisan yang dalam pembuatannya

menggunakan teknik yang berbeda dengan melukis kaca pada biasanya yaitu

dengan menggunakan jari tangan. Hal ini menjadikan bentuk lukisan yang seperti

itu serta teknik yang digunakan dalam melukis menjadi karakteristik dari lukisan

yang diciptakan Bahendi meskipun pada dasarnya seni lukis yang seperti itu

menyimpang atau keluar dari lukis kaca khas Cirebon. Selain itu dapat

disimpulkan bahwa Bahendi dalam melukis kaca menggabungkan dua gaya

melukis yang berbeda, yaitu gaya melukis yang dekoratif dan gaya melukis yang

realistis.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut :

Pertama, dalam proses penciptaan karya, Bahendi diharapkan tetap

mempertahankan dan tidak menghilangkan gaya lukisan khas Cirebon, sehingga

karakteristik lukisan kaca Cirebon yang sejatinya merupakan kebudayaan khas

Cirebon yang sudah ada sejak dulu tetap terjaga keasliannya.

Kedua, Bahendi merupakan pelukis yang sekaligus memiliki sanggar,

namun tidak memiliki ruangan yang memadai untuk proses pembelajaran. Dalam

hal ini diharapkan Bahendi memiliki tempat yang memadai untuk belajar para

Page 47: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

peserta didiknya, sehingga mampu belajar dengan nyaman. Selain itu diharapkan

Bahendi mempunyai showroom atau galeri untuk memajang karyanya, sehingga

pengunjung yang ingin melihat karyanya bisa dengan mudah mengunjunginya.

Ketiga, diharapkan kepada pemerintah Kabupaten Cirebon hendaknya

mendukung aktifitas Bahendi baik berupa dukungan moril maupun materil

sehingga aktifitas berkesenian seni lukis kaca khususnya di sanggar maupun di

Desa Gegesik Wetan tetap lestari.

Page 48: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Bastomi, Suwaji. 1990. Wawasan Seni. Semarang: IKIP Semarang

----------.2012. Estetika Kriya Kontemporer dan Kriya. Semarang

Budiman, Eriyandi. 2008. Seni Rupa Nusantara. Bandung: CV. Gaza Publishing

Iswidayati, Sri dan Triyanto. 2007. Estetika Timur. Bahan Ajar Tertulis (BAT).

Jurusan Seni Rupa. FBS UNNES

Kartika, Dharsono S. 2007. Estetika. Bandung: Rekayasa Sains Bandung.

Kartika, D. Soni dan Nanang Ganda Prawira. 2004. Pengantar Estetika. Bandung

: rekayasa Saint

Margono, Tri edy dan Abdul Aziz. 2010. Mari Belajar Seni Rupa Untuk SMP-

MTs Kelas VII, VIII, dan IX. Jakarta :Pusat Perbukuan Kementrian

Nasional

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metode Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima

Nusantara

Page 49: SENI LUKIS KACA KARYA BAHENDI DI DESA GEGESIK …lib.unnes.ac.id/31820/1/2401412041.pdf · teknik gradasi atau sungging serta teknik melukis dengan jari tangannya dalam mewarnainya.

Rondi, M dan Anton Sumartono. 2002. Tinjauan Seni Rupa 1. (Paparan

Perkuliahan Mahasiswa). Jurusan Seni Rupa. FBS UNNES

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Suhernawan, Rachmat dan Rizal Ardhya Nugraha. 2010. Seni Rupa untuk

SMP/MTs Kelas VII, VIII, dan IX. Jakarta. Pusat Perbukuan Kementrian

Pendidikan Nasional

Sulistyo, Edy Tri. 2005. Tinjauan Seni lukis Indonesia. Surakarta : Pustaka

Rumpun Ilalang

Sunaryo, Aryo. 1999. “Seni lukis Nusantara yang Manakah Itu?”.dalam Media.

No. 1 Th XXVIIJ Januari 1999 FPBS IKIP Semarang

----------. 2002. Nirmana 1. (Paparan Perkuliahan Mahasiswa). Jurusan Seni Rupa.

FBS UNNES

----------. 2013. Seni Rupa Nusantara. Jurusan Seni Rupa. FBS UNNES

Usman, Andi.2009. Seni Relief karya Sutrisno : Kajian Penciptaan, Nilai Etetis

dan Simbolis. (skripsi tidak diterbitkan). Semarang

Budiono, Kuswa. 2002. “Makna Lukisan Kaca Cirebon”. dalam Jurnal Seni Rupa

dan Desain. Vol. 2 5/9/ 2002 Stisitelkom

Wulandari, Yustina Intan. 2012. “Analasis Estetis Lukisan Kaca Cirebon Tema

Semar dan Macan Ali”. dalam Jurnal Seni Rupa dan Desain. FSRD ITB