SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS...

73
SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS DENGAN PIERRE CARDIN MILIK ALEXANDER SATRYO (Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor 15/PDT.SUS-Merek/2015/PN Niaga JKT.PST) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh : MUCHTAR RAMADHAN NIM : 1112048000014 K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1438 H/ 2018 M

Transcript of SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS...

Page 1: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS

DENGAN PIERRE CARDIN MILIK ALEXANDER SATRYO

(Analisis Putusan Pengadilan Niaga

Nomor 15/PDT.SUS-Merek/2015/PN Niaga JKT.PST)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

MUCHTAR RAMADHAN

NIM : 1112048000014

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1438 H/ 2018 M

Page 2: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang
Page 3: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang
Page 4: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang
Page 5: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

v

ABSTRAK

Muchtar Ramadhan, “Sengketa Atas Hak Merek PIERRE CARDIN

Perancis dengan PIERRE CARDIN milik Alexander Satryo (Analisis

Putusan Nomor 15/PDT.SUS-Merek/2015/PN Niaga JKT.PST)”, Konsentrasi

Hukum Bisnis Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2017 M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap

suatu merek terkenal dan untuk mengetahui interpretasi hakim dalam

pertimbangan hukum dalam kasus PIERRE CARDIN PARIS dan PIERRE

CARDIN INDONESIA ini telah sesuai dengan ketentuan pada undang-undang

Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan

menggunakan metode pendekatan Perundang-undangan (statutory approach),

pendekatan kasus (case approach dan pendekatan konseptual (conseptual

approach). Pendekatan Perundang-undangan mengacu pada Undang-undang

Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek. Sedangkan Pendekatan kasus adalah

pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah suatu kasus yang telah emnjadi

putusan pengadilan yang berkekuatan hukum teteap.dalam hal ini Putusan MA

NO. 15 Tahun 2001 Tentang Merek. Dan pendekatan konseptual beranjak dari

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang didalam ilmu

hukum.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Majelis Hakim dalam memutus

sengketa merek ini telah keliru dan kurang tepat, sebab terjadinya ketidaksesuaian

dengan fakta hukum dan alasan-alasan hukum yang dikemukakan dalam putusan

dengan kenyataannya. Pada hakikatnya Indonesia sebagai salah satu negara

anggota Konvensi Paris harus tunduk dengan peraturan yang berlaku, sehingga

merek terkenal yang belum terdaftar di Indonesia tetap mendapat perlindungan

hukum.

Kata Kunci : Persamaan pada pokoknya, Perlindungan merek Terkenal.

Daftar Pustaka : Dari Tahun 1977sampai 2013

Pembimbing : M.Yasir , S.H., M.H.

Ahamd Bachtiar , M.Hum.

Page 6: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan segala petunjuk dan

kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Agung

Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para umat-Nya.

Skripsi yang berjudul “SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE

CARDIN PERANCIS DENGAN PIERRE CARDIN MILIK ALEXANDER

SATRYO WIBOWO (Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor 15/Pdt.sus-

Merek/PN.NIAGA.JKT.PST/2015)” penulis susun untuk memenuhi

persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum pada Konsentrasi Hukum Bisnis

Program studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sadari bahwa tanpa dukungan, bimbingan, nasihat dan motivasi

dari berbagai pihak, maka bukanlah hal yang mudah bagi penulis untuk menyusun

dan menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih

kepada Bapak :

1. Dr. Asep Saefudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Unversitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, SH.,MH, dan Drs. Abu Thamrin, SH.,M. Hum

selaku Ketua Program Studi dan Sekertaris Program Studi Ilmu Hukum

Page 7: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

vii

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. M.Yasir S.H., M.H. , dan Achmad Bachtiar M.Hum dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk mengarahkan dan memotivasi

selama membimbing penulis.

4. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang memberikan ilmunya kepada penulis.

5. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Pimpinan Perpustakaan Utama

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

fasilitas buku-buku, jurnal dan sumber kepustakaan lainnya kepada penulis.

Serta Kepala dan Staf bagian Umum, Bagian Akademik dan seluruh civitas

akademika Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Pihak-pihak yang telah berkontribusi khusunya Ibunda Dra. Mustareha dan

ayahanda Alm. Marianto yang telah memberikan nasihat, doa dan kasih

sayang yang luar biasa besar kepada penulis.Serta teman-teman seperjuangan

Feby Adelia Paramita Sari, Abdulatief Zainal, Nur Janah, Khairul Atma,

M.yusuf. Keluarga Besar Moot Court Community, HMPS Ilmu Hukum,

Bisnis Law Community (BLC) yang telah berbagi ilmu dan pengalaman

dengan penulis. Rekan-rekan Ilmu Hukum, Rekan kelas Konsentrasi Hukum

Bisnis 2012, Rekan Kelas Konsentrasi Hukum Kelembaga Negara angkatan

2012, kalian adalah rekan yang luar biasa. yang telah menemani pemulis

selama mencari ilmu di kampus ini, dan memberikan banyak bantuan selama

Page 8: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

viii

penyusunan skripsi penulis serta memberikan semangat pantang mneyerah

hingga selesainya skripsi ini.

Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan, motivasi dan doa yang

telah diberikan semua pihak. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya.

Alhirnya penulis dengan senang hati menerima segala teguran, kritik maupun

saran demi kesempurnaan karya ini.

Jakarta, Desember 2017

Penulis

Page 9: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ ..ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................ ..iii

LEMBAR PERNYATAAN................................................................................... ..iv

ABSTRAK .............................................................................................................. ..v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ..vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ..ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... ..1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. ..1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... ..6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... ..8

D. Metode Penelitian ........................................................................... 15

E. Sistematika Penulisan ..................................................................... 19

BAB II TINJAUAN UMUM MEREK ........................................................... .21

A. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu .............................................. ..9

B. Kerangka Teoretis .......................................................................... 11

C. Kerangka Konseptual ..................................................................... 13

D. Pengertian Merek ............................................................................ .21

E. Perkembangan Pengaturan Merek di Indonesia ............................. .23

F. Sistem Pendaftaran Merek .............................................................. .25

G. Penghapusan dan Pembatalan Merek ............................................. .26

BAB III MEREK TERKENAL DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DI

INDONESIA........................................................................................ .30

A. Pengertian Merel Terkenal ............................................................. .30

B. Ketentuan Merek Terkenal ............................................................. .35

C. Kasus-kasus Merek Terkenal ......................................................... .36

Page 10: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

x

D. Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal .......................... .38

BAB IV ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PUTUSAN

PENGADILAN NIAGA NOMOR 15/PDT.SUS-

MEREK/2015/PN.Niaga.JKT.PST ................................................... .43

A. Duduk Perkara ................................................................................ .43

B. Analisis Penulis Terhadap Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat

Nomor 15/PDT.SUS-Merek/2015/PN.Niaga.JKT.PST ................. .50

BAB V PENUTUP ........................................................................................... .60

A. Kesimpulan ..................................................................................... .60

B. Rekomendasi .................................................................................. .60

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ .63

LAMPIRAN ........................................................................................................... 64

1. Putusan Pengadilan Niaga Nomor 15/Pdt.sus-

Merek/PN.NIAGA.JKT.PST/2015 ............................................................. 65

Page 11: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan sesuatu hak yang

timbul dari kemampuan intelektual manusia dari berbagai bidang sehingga

menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermanfaat bagi hallayak banyak.

HKI berhubungan erat dengan benda tidak berwujud serta melindungi karya

intelektual yang lahir dari cipta, rasa dan karsa manusia.1 HKI memiliki

beberapa cabang yang terdiri dari Hak Cipta, Hak Merek, Indikasi

Geografis, Desain Industri, Hak Paten, Tata letak (Topografi) Sirkuit

Terpadu dan Rahasia Dagang.2

Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan perekonomian sangat

pesat. Kemajuan teknologi, komunikasi dan informasi sangat berpengaruh

bagi perkembangan perekonomian. Produk-produk yang ditawarkan dan

diproduksi menjadi lebih bervariasi, sehingga menimbulkan daya saing dan

kreativitas masyarakat. Kreativitas masyarakat mendorong keinginan untuk

memperdagangkan hasil produksinya melalui pengiklanan yang merujuk

pada mereknya. Merek dalam hal ini sangat penting dalam penentuan

kualitas barang atau produk yang ditawarkan oleh produsen kepada

1 Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Globa Sebuah Kajian

Kontemporerl, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010), h.1.

2 Tim Lindsey, dkk, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung, PT.Alumni,

2013), h.3.

Page 12: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

2

konsumen di pasaran. Merek sangat berperan penting dalam dunia

periklanan dan pemasaran karena publik sering mengaitkan suatu image,

kualitas atau reputasi barang dan/atau jasa dengan merek tertentu.3

Sesuai dengan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2001 Tentang Merek yang berbunyi: “Merek adalah tanda yang berupa

gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau

kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan

digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.4 Merek secara

umum berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk mempromosikan barang

dan/atau jasa guna mencari dan memperluas pasarnya. Dalam insdustri

merek memiliki peran penting yaitu meningkatkan dan mensinergiskan

pertumbuhan industri yang sehat menguntungkan semua pihak.

Merek juga mempunyai peran penting bagi pemegang hak atas

mereknya, sama halnya dengan hak cipta dan hak paten maka merek juga

merupakan bagian dari HKI. Hak merek secara eksplisit disebut sebagai

benda imaterial dalam konsideran Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

Tentang Merek, bagian menimbang butir a, yang berbunyi:

“bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-

konvensi internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia,

3 Tim Lindsey, dkk, Hak Kekayan Intelektual, h.131.

4 C. S. T. Kansil, Hak Milik Intelektual, (Jakarta, Sinar Grafika, 1997), h. 150.

Page 13: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

3

peranan mereka menjadi sangat penting, terutama dalam menjaga

persaingan usaha yang sehat”.5

Perkembangan HKI saat ini tidak dapat dipisahkan dari organisasi

perdagangan dunia (WTO).6 Di Indonesia hukum hak kekayaan intelektual

memegang peranan yang vital bagi perlindungan terhadap penerapan suatu

ide yang memiliki nilai komersial sejak diratifikasinya standart

perlindungan yang ditetapkan Trade Related Aspects of Intellectual

Property Rights (TRIP’s) Agreement, di mana Indonesia adalah anggota atau

bagian di dalamnya.

Merek merupakan suatu tanda yang sangat penting dalam suatu penjualan

produk, karena masyarakat melihat suatu produk berdasarkan mereknya. Merek

yang sudah terkenal di pasar luas dianggap memiliki kualitas yang sangat tinggi

atau aman dikonsumsi untuk konsumen. Tahap perusahan menjadikan suatu merek

menjadi terkenal dan sangat diminati oleh konsumen menimbulkan banyak pesaing

yang beritikad tidak baik dengan cara melakukan persaingan usaha tidak sehat

seperti pemalsuan, peniruan, pembajakan produk bermerek dengan mendapatkan

keuntungan dagang yang sangat besar dengan waktu yang singkat.7

Merek bisa mengidentifikasi asal-usul barang dan/atau jasa sehingga

sangat penting sosialisasi dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual agar

masyarakat lebih sadar hukum khususnya dalam bidang kekayaan intelektualnya

5 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),

(Jakarta, Pt.Raja Grafindo Persada, 2004), h.329. 6 Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), h.26.

7 Tim Lindsey, dkk, Hak Kekayan Intelektual, h.132.

Page 14: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

4

agar mampu melindungi kekayaan intelektual dari orang-orang yang beritikad

tidak baik, oleh karena itu merek sangat penting untuk didaftarkan.

Fungsi pendaftaran merek merupakan salah satu bukti bahwa seseorang

atau suatu badan hukum adalah pemilik sah dari merek tersebut, juga sebagai dasar

hukum untuk menolak permohonan pendaftaran merek dengan menggunakan

merek yang sama. Di Indonesia sistem pendaftaran hak kekayaan intektual adalah

“First to file” atau bisa disebut juga “First to registered” di mana siapa saja yang

lebih dahulu mendaftarkan mereknya ialah pemilik yang berhak menggunakan

merek yang disebut juga “hak ekslusif” yakni hak yang diberikan oleh negara

kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka

waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin

kepada pihak lain untuk menggunakannya.8

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek memuat segala hal

yang berkaitan dangan proses pendaftaran merek, mulai dari syarat dan tata cara

permohonan, pengalihan hak atas merek terdaftar, lisensi, penghapusan dan

pembatalan pendaftaran merek, penyelesaian sengketa merek hingga ketentuan

pidana.

Merek dapat didaftarkan harus memenuhi persyaratan sebagaimana yang

telah diatur dalam Pasal 4, “merek tidak dapat didaftar atas permohonan yang

diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik”. Pasal 5, “Merek tidak dapat

didaftarkan apabila merek tersebut mengandung salah satu unsur dibawah ini:

1) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas

agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;

8 Gatot Supramono, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia, (Jakarta,

Bhineka Cipta, 2008), h.12.

Page 15: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

5

2) Tidak memiliki daya pembeda;

3) Telah menjadi milik umum;

4) Merupakan keterangan atau berkaitan denagan barang atau jasa yang

dimohonkan pendaftarannya”.9

Salah satu contoh yaitu sengketa antara merek ”PIERRE CARDIN”

milik PIERRE CARDIN ., dengan merek “PIERRE CARDIN” milik

Alexander Satryo Wibowo., dan Pemerintah Republik Indonesia., Cq.

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Cq.

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. PIERRE CARDIN Perancis,

keberatan dengan adanya pendaftaran merek “PIERRE CARDIN” pada

kelas yang sama dengan sertifikat miliknya yang tentunya sangat

bertentangan dengan pasal 6 ayat (1) huruf a jo. Pasal 4 Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang berbunyi “ mempunyai

persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan Merek pihak lain yang

sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang atau jasa yang sejenis.” Merek

milik penggugat merupakan merek terkenal yang sudah terdaftar di berbagai

negara. Untuk melindungi jenis barang yang tergolong dalam kelas 3.

Penggugat telah memiliki ketenaran yang beredar dan tersebar luas di

pasaran hampir seluruh wilayah Indonesia sejak Tahun 1960. Merek dagang

“PIERRE CARDIN” milik ALEXANDER SATRYO WIBOWO juga

terdaftar berdasarkan nomor IDM000234122 yang didaftarkan pada tanggal

9 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, h.335.

Page 16: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

6

22 Januari 2010 untuk melindungi jenis barang dengan kelas 3. Perbuatan

Tergugat yang telah mendaftarkan mereknya “PIERRE CARDIN” yang

terdapat persamaan pada pokoknya dengan merek “PIERRE CARDIN”

milik PIERRE CARDIN PERANCIS., merupakan sebuah perbuatan yang

mengandung itikad tidak baik yang juga membonceng, meniru serta

menjiplak ketenaran merek milik penggugat demi kepentingan usaha

Tergugat yang mengakibatkan kerugian bagi Penggugat atau menimbulkan

kondisi persaingan curang, mengecoh atau menyesatkan

pelanggan/konsumen.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk

membahas dalam bentuk skripsi dengan judul “ SENGKETA MEREK

PIERRE CARDIN MILIK PIERRE CARDIN PERANCIS DENGAN

PIERRE CARDIN MILIK ALEXANDER SATRYO WIBOWO

(ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NIAGA Nomor 15/Pdt.Sus-

Merek/PN.NIAGA.JKT.PST/2015. dalam kasus PIERRE CARDIN

Melawan ALEXANDER SATRYO WIBOWO)”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi

masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk konsep perlindungan merek di Indonesia?

2. Apa akibat dari dibatalkannya suatu kepemilikan merek?

Page 17: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

7

3. Bagaimana proses pembatalan sebuah kepemilikan merek yang telah

terdaftar?

4. Bagaimana implementasi ketentuan Undang-Undang Nomor. 15 Tahun

2001 Tentang Merek terhadap pendaftar pertama merek ?

2. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah dalam penelitian ini, peneliti

membatasi penelititian yang akan dilakukan hanya membahas hanya

penerapan perlindungan hukum terhadap pendaftar pertama (first to file)

hak merek dalam kaitannya dengan kasus sengketa merek antara

merek“PIERRE CARDIN” dengan “PIERRE CARDIN” milik

Alexander Satryo Wibowo yang telah diputus oleh Pengadilan NIaga

dalam putusan Nomor 15/Pdt.Sus-Merek/PN.NIAGA.JKT.PST/2015.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah

penulis kemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

a. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap merek terkenal pada

sengketa merek antara merek “PIERRE CARDIN” dengan merek

“PIERRE CARDIN” ?

b. Bagaimana Pertimbangan Hakim Terhadap Persamaan Merek

PIERRE CARDIN dengan PIERRE CARDIN Pada Putusan

Pengadilan Niaga Nomor 15/Pdt.Sus-

Page 18: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

8

Merek/PN.NIAGA.JKT.PST/2015. yang dimenangkan oleh PIERRE

CARDIN Milik Alexander Satryo Wibowo?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk medalami tentang

permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan

masalah. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

a. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap pendaftar

pertama hak merek pada sengketa merek PIERRE CARDIN

Perancis dengan merek PIERRE CARDIN milik Alexander Satryo

Wibowo.

b. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim terhadap persamaan

merek PIERRE CARDIN Perancis dengan PIERRE CARDIN pada

putusan Nomor 15/Pdt.Sus-Merek/PN.NIAGA.JKT.PST/2015.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dengan dilakukannya

penelitian ini secara umum penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dibidang hukum khususnya Hukum Bisnis dalam bidang

Hak Kekayaan Intelektual, utamanya mengenai segala aspek yang

menyangkut tentang merek.

Page 19: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

9

a. Secara Teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan

penerapan perlindungan hukum bagi first to file atas suatu hak

merek di Indonesia menurut Undang-undang No. 15 Tahun 2001

Tentang Merek. Berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya masyarakat atau para pemegang hak atas suatu merek,

dan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pemegang hak atas

suatu merek sebagai pendaftar pertama dalam mempertahankan

haknya

b. Secara Praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan

manfaat untuk mengetahui penerapan perlindungan hukum bagi

pendaftar pertama atas suatu hak merek di Indonesia dan dapat

memberikan kejelasan dasar pertimbangan hakim Mahkamah

Agung dalam memutus perkaranya, sehingga dapat diketahui apakah

keputusan yang diambil sudah tepat.

D. Tinjauan (Review) dan Kajian Terdahulu

Untuk menghindari kesamaan judul dalam penelitian ini, penulis

telah melakukan penelusuran studi terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2015, disusun oleh Febyo Hartanto yang

berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Merek Dagang

Asing di Indonesia (Analisis Putusan Pengadilan Niaga Nomor :

69/PDT.SUS/Merek/2013/PN.Niaga.Jkt.Pst)”. Penulis di atas

Page 20: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

10

membahas mengenai perlindungan merek dagang asing milik Advance

Beauty Systems Inc.(produk kecantikan) di Indonesia. Selain membahas

mengenai perlindungan merek dagang asing, dalam skripsi di atas juga

membahas mengenai perkembangan investasi asing di Indonesia. Di

mana jika perlindungan merek asing yang ada di Indonesia tidak

dilindungi secara tepat berdaarkan Undang-undang, maka hal tersebut

akan berpengaruh pula terhadap investasi asing terhadap Indonesia.

Sedangkan skripsi ini hanya membahas mengenai perlindungan hukum

terhadap pemegang merek dagang asing PIERRE CARDIN dimana

terdapat merek lain yang memiliki persamaan pada pokoknya atau

keseluruhan.

2. Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2015, disusun oleh Clara Fenty Zahara yang

berjudul “ Persamaan Merek Cardinal dengan Cadinar (Analisis

Putusan MA Nomor 892 K/Pdt.Sus/2012 dalam kasus PT. Multi

Garmenjaya dengan PT. Gaisha Cahaya Mandiri)”. Penulis di atas

membahas mengenai persamaan merek dagang Cardinal dengan

Cadinar dimana menurut penulis kedua merek tersebut tidak

mempunyai persamaan keseluruhan. Sedangkan skripsi ini membahs

mengenai persamaan merek PIERRE CARDIN Internasional dengan

PIERRE CARDIN Indonesia di mana menurut penulis, kedua merek

tersebut memiliki persamaan secara keseluruhan. Perbedaan dari skripsi

diatas jelas terdapat pada objek penelitian dan pertimbangan hakim.

Page 21: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

11

3. Buku karya Prof. Tim Lindsey, B.A., LL.B., Blitt, Ph.D, dkk yang

berjudul Hak Kekayaan Intelektual diterbitkan oleh PT. Alumni tahun

2013. Buku ini memberikan pengantar mengenai definisi merek, jangka

waktu perlindungan merek, dan merek terkenal..

4. Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 11 Nomor 3, Desember 2011

yang diulis oleh Nur Hidayati (staf pengajar teknik mesin Politeknik

Negeri Semarang) mengenai “Perlindungan Hukum pada Merek yang

Terdaftar”. Jurnal ini membahas lebih menyeluruh terhadap tindakan

passing off (penjiplakan) dalam suatu merek dan kajiannya lebih banyak

fokus pada dasar hukum passing off (penjiplakan) secara internasional.

Sedangkan skripsi ini membahas mengenai perlindungan hukum

terhadap merek terkenal yang terdaftar dan fokus pada dasar hukum

nasional.

E. Kerangka Teoretis

Teori hukum alam berpandangan bahwa, pencipta memiliki hak

moral untuk menikmati hasil ciptaannya termasuk didalamnya keuntungan

yang dihasilkan oleh keintelektualannya. Thomas Aquinas sebagai salah

satu pelopor hukum alam menyatakan bahwa hukum alam merupakan

hukum akal budi, hanya diperuntukkan bagi makhluk yang rasional.10

10 W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum-Telaah Atas Teori-Teori Hukum, (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 1993), h.140.

Page 22: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

12

Robert S Smith mengemukakan teori yang berkaitan dengan jaminan

perlindungan hukum merek dan barang produksinya.11 Suatu merek

menyajikan fungsi perlindungan sebagai investasi dari pemilik merek

dengan itikad baik, dan melayani konsumen dengan suatu tanda yang mudah

dari sumber dan kualitas barang produksi dari label merek itu. Jaminan

keaslian barang produksi dari pemilik merek yang beritikad baik merupakan

suatu promosi untuk menghilangkan keraguan dari konsumen. Dengan

demikian, perlindungan merek menjadi fungsi utama dan sekaligus

melindungi konsumen dari membeli barang palsu.

F. Kerangka Konseptual

Agar tidak menimbulkan makna bias dari pengertian masing-masing

yang berkaitan dengan materi skripsi ini, maka konsepsi sangat diperlukan,

konsepsi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Merek

Definisi merek menurut Undang-Undang Merek Indonesia (Pasal 1

ayat (1)) merek didefinisikan sebagai sebuah tanda yang terdiri dari

gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau

kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan

digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa

2. Merek Dagang

11 Effendy Hasibuan, Perlindungan Merek Study Putusan Pengadilan Indonesia dan Amerika

Serikat,Jakarta,(Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003), hal.18.

Page 23: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

13

Merek dagang menurut Undang-Undang Merek Indonesia (Pasal 1

ayat (2)) didefinsiskan merek yang digunakan pada barang yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-

sama atau badan hukum untuk membedakan dengan berang-barang

sejenis lainnya.

3. Persamaan Pada Pokoknya

Persamaan Pada Pokoknya adalah kemiripan yang disebabkan oleh

adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dengan merek

yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik

mengenai bentuk, cara penempatan, cara penelitian atau kombinasi

antara unsur-unsur ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam

merek-merek tersebut.12

4. Pelaku Usaha

Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik

yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan

dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum

Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui

perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang

ekonomi.

5. Persaingan Usaha Tidak Sehat

12 Ahmad Miru, Hukum Merek, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.16.

Page 24: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

14

Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah persaingan antara pelaku

usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang

dan atau jasa yang dilakukan tidak jujur atau melawan hukum atau

menghambat persaingan usaha.

G. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan kosntruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis,

dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara

tertentu. Sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan

konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu

kerangka tertentu.13

Penelitian hukum merupakan kegiatn ilmiah, yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan

menganalisanya,untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas

permasalahan-permasalahan yang timbul dengan gejala yang

bersangkutan.14

13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. Ke-3, (Jakarta, Universitas

Indonesia Press, 1986), h.42.

14 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian, .h.42.

Page 25: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

15

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah

metode penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan

mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-

undangan dan keputusan pengadilan serta norma-norma yang berlaku di

masyarakat atau juga menyangkut kebiasaan yang berlaku di

masyarakat.15

2. Pendekatan Masalah

Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yaitu yuridis

normatif, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan

perundang-undangan (statute approach), pendekatan kasus (case

approach dan pendekatan konseptual (conseptual approach).

Pendekataan perundang-undangan (statute approach) yaitu dilakukan

dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut-

paut dengan isu hukum yang akan dihadapi dan dipecahkan. Dalam

Pendekatan perundang-undangan ditujukan untuk mempelajari

kesesuaian dan konsistensi antara satu undang- undang dengan undang-

undang lainnya, atau antara undang- undang dengan Undang-Undang

dasar, atau antara regulasi dengan peraturan perundang-undangan.

Pendekatan kasus (case approach) dalam penelitian normatif

bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah

15 Soerjono Seokanto dan Sri Mahmudji, Peranan dam Penggunaan Kepustakaan di Dalam

Penelitian Hukum, (Jakarta: Pusat Dokumentasi Universitas Indonesia, 1997), h.18.

Page 26: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

16

hukum yang dilakukan dalam parktik hukum. Terutama mengai kasus-

kasus yang telah diputus sebagaimana dapat dilihat dalam yurisprudensi

terhadap perkara-perkara yang menjadi fokus penelitian. Jelas kasus

kasus yang telah terjadi bermakna empiris, namun dalam suatu penelitian

normatif, kasus-kasus tersebut dipelajari untuk memperoleh gambaran

terhadap dampak dimensi penormaan dalam suatu aturan hukum dalam

praktik hukum, serta menggunakan hasil analisanya untuk bahan

masukan (input) dalam eksplanasi hukum.16

Pendekatan konseptual (conseptual approach) beranjak dari

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang didalam

ilmu hukum.17

3. Bahan Hukum

a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat autoritati yang

artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer meliputi

perundang-undangan, catatan-catatan, dan putusan-putusan hakim. 18

Dalam penelitian ini yang termasuk dalam bahan hukum primer adalah

Undang-Undang Nomor15 Tahun 2001 Tentang Merek dan Putusan

Pengadilan Niaga Nomor 15/Pdt.Sus-

Merek/PN.NIAGA.JKT.PST/2015..

16 Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Edisi Revisi, (Malang:

Bayu Media Publising, 2007), h.321

17 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008),h. 95.

18 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 141.

Page 27: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

17

b. Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum

meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar-

komentar atas putusan pengadilan.19

c. Bahan non-hukum adalah bahan diluar bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder yang dipandang perlu20 seperti buku-buku merek.

4. Teknik Pengumpulan Data

Alat-alat pengumpulan data, pada umumnya dikenal tiga jenis alat

pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan

atau observasi, dan wawancar atau interview. Berdasarkan pendekatan

yang dipergunakan dalam memperoleh data, maka alat pengumpulan

data yang dipergunakan peneliti adalah studi kepustakaan.

Penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data

melalui studi kepustakaan (library research) yaitu dengan melakukan

penelitian terhadap berbagai sumber bacaan seperti buku-buku yang

berkaitan dengan Hak atas Kekayaan Intelektual dan Merek.

5. Pengolahan dan Analisa Data

Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan

sedemikian rupa, sehingga ditampilkan peneliti dalam penelitian yang

19 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 141

20 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h. 143

Page 28: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

18

lebih sistematis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

Cara pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik

kesimpulan dari suatu permasalahan yang ada, sehingga pertanyaan atas

masalah dapat teruraikan dan terjawab.

6. Teknik Penyusunan

Skripsi ini disusun dengan teknis penelitian yang berpedoman pada

buku “Petunjuk Penelitian Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012”.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika skripsi ini terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab

terdiri atas beberapa subbab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti.

Adapun perinciannya sebagai berikut :

BAB I Pada bagian pertama, peneliti akan membahas mengenai

Pendahuluan, yang memuat: Latar Belakang Masalah,

dilanjutkan dengan Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan (Review)

Kajian Terdahulu, Kerangka Teori dan Konseptual, Metode

Penelitian, dan Sistematika Penelitian.

BAB II Bagian kedua, peneliti akan membahas mengenai Tinjauan

Hak Atas Merek, yang akan mengulas tentang Pengertian dan

Ruang Lingkup Merek, Pengaturan Merek di Indonesia, dan

Perolehan dan Pendaftaran Merek di Indonesia.

Page 29: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

19

BAB III Bagian ketiga, pada bab ini peneliti akan membahas

mengenai Merk Terkenal

BAB IV Analisi Putusan, pada bab ini peneliti akan membahas

mengenai duduk perkara kasus PIERRE CARDIN milik

Perancis dengan PIERRE CARDIN milik Alexander Satryo

Wibowo.

BAB V Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran. Bab ini

merupakan bab terakhir dari penelitian skripsi ini, untuk itu

peneliti menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian,

disamping itu peneliti menengahkan beberapa saran yang

dianggap perlu.

Page 30: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

20

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Ibrahim, Jhonny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:

Bayumedia Publishing. 2007

Kansil, C.S.T. HAK MILIK INTELEKTUAL. Jakarta : SInar Grafika. 1997.

Lindsey, Tim. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung : PT. Alumni.

2013.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Prenada Media.

2008.

Miru, Ahmad. HUKUM MEREK. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2006.

Saidin. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights).

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2004.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mahmudji. Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di

Dalam Penelitian Hukum. Jakarta : Pusat Dokumentasi Universitas

Indonesia. 1997.

Soekanto, SoerjoNomor Pengantar Penelitian Hukum. Cet Ke-3. Jakarta :

Universitas Indonesia Press. 1986.

Supramono, Gatot. Menyelesaikan Sengketa merek Menurut Hukum Indonesia.

Jakarta : RinekaCipta. 2008.

PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

Jurnal

Hidayati, Nur, Perlindungan Hukum pada Meret yang Terdaftar, Ragam Jurnal

Pengembangan Humaniora Vol. 11 No. 3, Desember 2011.

Page 31: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

20

BAB II

TINJAUAN UMUM MEREK

A. Pengertian Merek

Definisi tentang merek terdapat dalam ketentuan Pasal 1 butir 1

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yaitu; tanda yang

berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau

kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan

digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Selain beberapa batasan juridis yang sudah dipaparkan di atas,

beberapa sarjana juga memberikan pendapatnya mengenai merek, yaitu :

1. H.M.N. Purwo Sutjipto, S.H., memberikan pendapat bahwa,

“Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu

dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang

sejenis”.1

2. Prof. R. Soekardono, S.H., memberikan pendapat bahwa, “

Merek adalah sebuah tanda (Jawa: ciri atau tenger) dengan mana

dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga

dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitetnya barang

1 H.M.N. Purwo Sutjipto, Pengertian Pokok-pokok Hukum Dagang Indonesia, (Djambatan

: 1984), h. 82.

Page 32: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

21

dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat

atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan

perusahaan lain”.2

3. Mr. Tirtaamidjaya, memberikan pendapat, “Suatu merek pabrik

atau merek perniagaan adalah suatu tanda yang dibubuhkan di

atas barang atau di atas bungkusnya, gunanya membedakan

barang itu dengan barang-barang sejenis lainnya”. 3

4. Drs. Iur Soeryatin, memberikan pendapat, “ Suatu merek

dipergunakan untuk membedakan barang yang bersangkutan

dari barang sejenis lainnya oleh karena itu, barang yang

bersangkutan dengan diberi merek tadi mempunyai : tanda asal,

nama, jaminan terhadap mutunya”.4

5. Essel R. Dillavou (Sarjana Amerika Serikat), memberikan

pendapat, “ tidak ada definisi yang lengkap yang dapat diberikan

untuk suatu merek dagang, secara umum adalah suatu lambang,

simbol, tanda, perkataan atau susunan kata-kata di dalam bentuk

suatu etiket yang dikutip dan dipakai oleh seseorang pengusaha

atau distributor untuk menandakan barang-barang khususnya,

2 R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid I, Cetakan ke-8, (Jakarta : Dian Rakyat,

1983), h. 149.

3 Mr. Tirtaamidjaya, Pokok-pokok Hukum Perniagaan, (Djambatan : 1962), h.80.

4 Suryatin, Hukum dagang I dan II, ( Jakarta : Pradnya Paramita, 1980), h. 84.

Page 33: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

22

dan tidak ada orang lain mempunyai hak sah untuk memakai

desain atau trade mark menunjukkan keaslian.)

B. Perkembangan Pengaturan Merek di Indonesia

Era perdagangan global hanya dapat dipertahankan jika terdapat

iklim persaingan usaha yang sehat, dalam hal ini merek memegang peranan

penting yang memerlukan sistem pengaturan yang lebih memadai.

Berdasarkan pertimbangan tersebut dan sejalan dengan perjanjian-

perjanjian Internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia serta

pengalaman melakukan adminsitrasi merek, diperlukan penyempurnaan

Undang-undang Merek.

Pengaturan mengenai merek di Indonesia telah mengalami empat

kali perubahan dengan penggantian Undang-undang :

1. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek

Perusahaan dan Merek Perniagaan;

2. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 Tentang Merek;

3. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 Tentang Merek;

4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.5

5. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis.

Terdapat beberapa hal pokok perubahan dan penambahan yang

dilakukan. Beberapa perbedaan yang menonjol dalam Undang-undang

5 Asian Law Group PtyLtd, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar Cet. 5, (Bandung

: Alumni, 2005) h.132.

Page 34: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

23

Merek baru dibandingkan dengan Undang-undang Merek lama, antara lain

menyangkut proses penyelesaian permohonan. Dalam Undang-undang

baru, pemeriksaan substantif dilakukan setelah permohonan dinyatakan

memenuhi syarat secara administratif. Perubahan ini dimaksudkan agar

lebih cepat diketahui apakah permohonan tersebut disetujui atau ditolak.

Selanjutnya berkenaan dengan hak prioritas, dalam Undang-undang Merek

baru diatur bahwa jika pemohon tidak melengkapi bukti penerimaan

permohonan yang pertama kali menimbulkan hak prioritas dalam jangka

waktu tiga bulam setelah berakhirnya hak prioritas, permohonan tersebut

diproses seperti permohonan biasa tanpa menggunakan hak prioritas.

Hal lain berkenaan dengan ditolaknya permohonan yang merupakan

kerugian bagi pemohon. Perlu pengaturan yang dapat membantu pemohon

untuk mengetahui lebih jelas alasan penolakan permohonannya dengan

terlebih dahulu memberitahukan kepada pemohon bahwa permohonannya

akan ditolak. Selain perlindungan terhadap merek dagang dan merek jasa,

dalam Undang-undang merek baru juga diatur mengenai perlindungan

terhadap indikasi-geografis, yaitu tanda yang menunjukan daerah asal

barang karena faktor lingkungan geografis, termasuk faktor alam, manusia

atau kombinasi dari kedua faktor tersebut.

Mengingat merek merupakan bagian dari kegiatan

perekonomian/dunia usaha, penyelesaian sengketa merek memerlukan

badan peradilan khusus yaitu Pengadilan Niaga sehingga diharapkan

sengketa merek dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif cepat.

Page 35: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

24

Dengan Undang-undang Merek baru terciptalah pengaturan merek

dalam satu naskah (single text) sehingga lebih memudahkan masyarakat

menggunakannya. Dalam hal ini ketentuan-ketentuan dalam Undang-

undang Merek lama, yang substansinya tidak diubah, dituangkan kembali

dalam Undang-undang Merek baru.6

C. Sistem Pendaftaran Merek

Hak atas merek merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan

oleh pemiliknya, tanpa didaftarkan hak itu tidak akan timbul, karena hak itu

pada dasarnya diberikan oleh Negara atas dasar pendaftaran. Pendaftaran

merek bertujuan untuk memperoleh kepastian hukum dan perlindungan

hukum terhadap hak atas merek. Hal ini berarti bahwa hak atas merek baru

lahir jika telah didaftarkan oleh pemiliknya ke kantor merek dalam hal ini

Direktorat Jemderal Hak Kekayaan Intelektual. Dengan demikian sifat

pendaftaran

Terdapat dua sistem pendaftaran merek yang dianut di Indonesia

yaitu sistem deklaratif dan sistem konstitutif, untuk Undang-undang Nomor

15 Tahun 2001 Tentang Merek sistem pendaftarannya menganut sistem

konstitutif, sama dengan Undang-undang sebelumnya yakni Undang-

undang Nomor 19 Tahun 1992 dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997

Tentang Merek. Hal ini merupakan perubahan mendasar dalam Undang-

6 Ahmadi Miru, Hukum Merek Cara Mudah Mempelajari Undang-undang Merek, ( Jakarta

: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h.2.

Page 36: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

25

undang Merek Indonesia yang selalu menganut sistem deklaratif (Undang-

undang Nomor 21 Tahun 1961 Tentang Merek). 7

Dalam sistem konstitutif, hak atas merek diperoleh melalui

pendaftaran artinya hak ekslusif atas suatu merek diberikan karena adanya

pendaftaran. Pada sistem konstitutif pendaftaran merek mutlak dilakukan

sehingga merek yang tidak didaftar tidak akan mendapat perlindungan

hukum.8 Sedangkan sistem deklaratif (first to use principle) menitik beratan

pada pemakaian pertama. Siapa yang memakai pertama suatu merek maka

pemakai pertama merupakan yang berhak menurut hukum atas merek yang

bersangkutan. Jadi pemakaian oertama yang menciptakan haka ats merek,

bukan karena adanya pendaftaran.9

D. Penghapusan dan Pembatalan Merek

Penghapusan dan pembatalan merek diatur dalam pasal 61 sampai

dengan 72 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek. Merek

terdaftar dapat dihapuskan karena adanya 4 kemungkinan yaitu:10

1. Atas Prakarsa Direktorat Jenderal HKI;

2. Atas permohonan dari pemilik merek yang bersangkutan;

7 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, h. 362.

8 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual Perlindungan dan Dimensi

Hukumnya di Indonesia, (Bnadung:alumni 2003), h. 331.

9 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, h.363.

10 Ahmad M. Ramli, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual. (Jakarta: Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia, 2013), h.3

Page 37: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

26

3. Atas putusan Pengadilan berdasarkan gugatan penghapusan;

4. Tidak diperpanjang jangka waktu pendaftaran mereknya.

Penghapusan pendaftaran merek atas prakarsa Direktorat Jenderal

HKI dapat dilakukan apabila:

1. Merek terdaftar tidak digunakan selama 3(tiga) tahun berturut-turut

dalam perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran

atau pemakaian terakhir,kecuali apabila ada alasan yang dapat

diterima oleh Direktorat Jenderal HKI, seperti larangan impor,

larangan yang berkaitan dengan izin peredaran barang yang

menggunakan merek yang bersangkutan atau keputusan dari pihak

yang berwenang yang bersifat sementara atau larangan serupa

lainnya yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

2. Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai

dengan jenis barang dan atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya,

termasuk pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang

didaftarkan.

Untuk penghapusan pendaftaran merek akan dicatat dalam Daftar

Umum Merek serta diumumkan dalam Berita Resmi Merek, dan

penghapusan dan pendaftaran merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal

dengan mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek

dengan memberi catatan tentang alasan dan tanggal penghapusan merek

tersebut. Berdasarkan hal tersebut Direktorat Jenderal HKI akan

memberitahukan secara tertulis kepada pemilik merek atau Kuasanya

Page 38: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

27

dengan menyebutkan alasan penghapusan merek tersebut. Dengan demikian

penghapusan pendaftaran merek mengakibatkan berakhirnya perlindungan

hukum atas merek yang bersangkutan.

Begitu juga pada merek terdaftar dapat dibatalkan berdasarkan

putusan Pengadilan Niaga yang berkekuatan hukum tetap atas gugatan

pihak yang berkepentingan dengan alasan berdasarkan Pasal 4, Pasal 5 dan

pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 Tentang Merek.

Gugatan pembatalan pendaftaran merek hanya dapat diajukan dalam

jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal pendaftaran merek atau gugatan

pembatalan merek dapat diajukan tanpa batas waktu apabila merek yang

bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan, atau

ketertiban umum, sebagaimana termuat didalam Pasal 69 Undang- Undang

Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

Pembatalan Pendaftaran Merek dilakukan oleh Direktorat Jenderal

dengan mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek

dengan memberi catatan tentang alasan dan tanggal pembatalan merek

tersebut. Kemudian pembatalan pendaftaran merek tersebut diberitahukan

secara tertulis kepada pemilik merek atau kuasanya dengan menyebutkan

alasan pembatalan dan penegasan bahwa sejak tanggal pencoretan dari

Daftar Umum Merek, dan sertifikat merek yang berangkutan dinyatakan

tidak berlaku lagi. Untuk Pencoretan pendaftaran suatu merek dari Daftar

Umum Merek akan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Dengan

Page 39: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

28

demikian pembatalan dan pencoretan pendaftaran merek mengakibatkan

berakhirnya perlindungan hukum atas merek yang bersangkutan.11

11 Ahmad M. Ramli, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta : Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republiik

Indonesia, 2013).

Page 40: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

29

BAB III

MEREK TERKENAL DALAM PERUNDANG-UNDANGAN

DI INDONESIA

A. Pengertian Merek Terkenal

Berdasarkan reputasi dan kemajuan suatu merek, merek dapat dibedakan

menjadi tiga jenis, yakni merek biasa(normal marks), merek terkenal (well-known

marks), dan merek termahsyur (famous marks). Merek biasa adalah tergolong tidak

memiliki reputasi tinggi. Merek yang berderajat biasa ini dianggap kurang memberi

pancaran simbolis gaya hidup yang baik dari segi pemakaian dan teknologi,

masyarakat konsumen melihat merek tersebut kualitas rendah. Merek ini dianggap

juga tidak memiliki drawing power yang mampu memberi sentuhan dan kekuatan

mitos sugesti kepada masyarakat konsumen, dan tidak mampu membentuk lapisan

pasar dan pemakai1.

Di atas merek biasa terdapat merek terkenal yakni merek yang memiliki

reputasi tinggi. Merek yang demikian itu memiliki kekuatan pancaran yang

membuka dan menarik, sehingga jenis barang apa saja yang berada di bawah merek

itu langsung menimbulkan sentuhan keakraban dan ikatan mitos kepada segala

1 M. Yahya Harahap, Tinjauan merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia

Berdasarkan Merek Terkenal Berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992, (Bandung:

Citra Aditya Bakti,1996), h. 80-81.

Page 41: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

30

lapisan konsumen2. Tingkat derajat merek yang tertinggi adalah merek termahsyur.

Sedemikian rupa mahsyurnya di seluruh dunia, mengakibatkan reputasinya

digolongkan menjadi " merek aristokrat dunia"3. Dalam kenyataannya sangatlah

sulit antara merek terkenal dan merek termasyhur. Kesulitan dalam penafsiran,

mengakibatkan kesulitan menentukan batas dan ukuran di antara keduanya. Jika

merek termasyhur didasarkan pada ukuran sangat terkenal dan sangat tinggi

reputasinya, besarnya ukuran seperti itu juga dimiliki oleh merek terkenal. Oleh

karena itu, bagi yang mencoba membuat definisi merek termasyhur besar sekali

kemungkinannya akan terjebak dengan perumusan yang tumpang tindih dengan

definisi merek terkenal

1. Pengertian Merek Terkenal Munurut Konvensi Paris

Paris Convention for The Protection of Industrial Property, yang dikenal

dengan sebutan Paris Convention merupakan hasil Konferensi Paris yang

ditandatangani pada 20 Maret 1883 oleh mulanya 11 negara. Hingga saat ini,

Paris Convention telah mengalami tujuh kali perubahan. Dalam konvensi

tersebut, pengaturan tentang merek terkenal termuat dalam Pasal 6bis ayat (1)

Konvensi Paris yang menyatakan bahwa:

“Negara anggota dari Paris Union ini menerima secara ex officio, jika

perundang-undangan mereka membolehkan, atau atas permohonan

daripada pihak yang berkepentingan, untuk menolak atau membatalkan

pendaftaran dan juga melarang pemakaian daripada suatu merek yang

merupakan suatu reproduksi, imitasi atau penerjemahan yang dapat

2 M. Yahya Harahap, Tinjauan merek Secara Umum dan Hukum Merek, h.82-83.

3 M. Yahya Harahap, Tinjauan merek Secara Umum dan Hukum Merek, h.85.

Page 42: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

31

menimbulkan kekeliruan (to create confusion) dari suatu merek yang

telah dianggap oleh “Competent Authority” (instansi yang berwenang)

daripada negara di mana merek ini didaftarkan atau dipakai, sebagai

merek terkenal (well-known), di dalam negara itu, yakni sebagai suatu

merek dari seorang yang berhak atas fasilitas menurut Konvensi Paris ini

dan dipakai untuk barang-barang yang sama atau identik. Ketentuan ini

juga berlaku apabila sebagian essential (utama) daripada merek

bersangkutan ini merupakan suatu reproduksi daripada sesuatu merek

terkenal atau suatu imitasi yang mungkin menimbulkan kekacauan.”

2. Pengertian Merek Terkenal Menurut Perjanjian TRIP’s

TRIPs Agreement mengatur merek terkenal dalam Pasal 16 ayat (2) yang

menyatakan bahwa Pasal 6bis Konvensi Paris 1967 akan berlaku, mutatis

mutandis juga untuk merek atas jasa. Untuk menentukan apakah suatu merek

adalah merek terkenal, harus dipertimbangkan pengetahuan masyarakat

terhadap merek tersebut dalam lingkungan yang relevan, termasuk

pengetahuan di dalam negara anggota itu yang diperoleh sebagai hasil dari

promosi atas merek bersangkutan4.

Merek terkenal, dalam Pasal 16 ayat (3) diatur agar dapat diberlakukan

juga terhadap barang atau jasa yang tidak sama dengan barang yang mereknya

didaftar dengan ketentuan bahwa penggunaan merek dagang dalam kaitan

dengan barang atau jasa tersebut menunjukkan adanya hubungan antara barang

atau jasa tersebut dengan barang yang merek dagangnya terdaftar dan dengan

ketentuan pula bahwa kepentingan pemilik merek terdaftar terganggu oleh

4 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, Pembaruan Hukum Merek Indonesia (Dalam

Rangka WTO, TRIPS), Cetakan ke-1, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997), h.45-46.

Page 43: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

32

penggunaan itu5. di sini terlihat bahwa pengaturan mengenai perlindungan atas

merek terkenal dalam TRIPs Agreement memperluas pengaturan dalam Paris

Convention yaitu dengan memasukkan barang-barang tidak sejenis dengan

syarat-syarat tertentu6.

3. Pengertian Merek Terkenal Menurut Undang-undang

Perlindungan terhadap Merek Terkenal dalam UU No. 15 Tahun 2001

Tentang Merek (selanjutnya disebut sebagai “UU Merek 15/2001”) dapat

dilihat dari adanya pengakuan atas hak prioritas yang dimiliki

pemegang/pemilik merek terkenal. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 37

ayat (2) yang bunyinya:

“Permohonan perpanjangan ditolak oleh Direktorat Jenderal, apabila Merek

tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan Merek terkenal milik orang lain, dengan memperhatikan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b dan ayat (2).”

Pasal 6 ayat (1) huruf b jo. Pasal 6 ayat (2) mengatur bahwa

permohonan pendaftaran merek harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila

merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa

sejenis dan barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi

persyaratan tertentu yang akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

5 Achmad Zen Umar, Hak Kekayaan Intelektual Paca TRIP’s, Cetakan ke-1,(Bandung: PT.

Alumni,2005), h.73

6 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, Pembaruan Hukum Merek Indonesia, ,h.46

Page 44: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

33

Selanjutnya di bagian Penjelasan UU Merek 15/2001 diuraikan

penjelasan lebih lanjut Pasal 6 ayat (1) huruf b sebagai berikut:

“Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada

pokoknya atau keseluruhan dengan Merek Terkenal untuk barang

dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan

pengetahuan umum masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang

usaha yang bersangkutan. Di samping itu, diperhatikan pula reputasi

Merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan

besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan

oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek tersebut di

beberapa negara. Apabila hal-hal di atas belum dianggap cukup,

Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat

mandiri untuk melakukan survei guna memperoleh kesimpulan

mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi dasar

penolakan.”

Dari penjelasan ini terlihat bahwa UU Merek 15/2001 telah mengadopsi

pengaturan bagi perlindungan terhadap merek terkenal baik dari Paris

Convention maupun TRIPs Agreement. Selain itu, dari Penjelasan Pasal 6

ayat (1) huruf b tersebut dapat dilihat bahwa suatu merek dapat dikatakan

sebagai merek terkenal adalah dengan memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

a. Pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut;

b. Reputasi Merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar

dan besar-besaran;

c. Investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh

pemiliknya; dan

d. Memperhatikan pula bukti pendaftaaran Merek tersebut di beberapa

negara.

Page 45: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

34

Dari beberapa pengertian Merek terkenal diatas baik menurut

Konvensi Paris, Perjanjian TRIPs, dan menurut Undang-undang peneliti

menyimpulan Merek terkenal adalah merek yang sudah diketahui oleh

masyarakat banyak baik di negara itu sendiri maupun internasional karena

promosi yang gencar dan besar diberbagai negara.

B. Ketentuan Merek Terkenal

Undang-undang Merek No. 15 Tahun 2001 tidak secara gamblang

menyatakan pengertian dari merek terkenal. Tapi dalam Penjelasan Pasal 6

ayat (1) huruf b secara ekplisit dijabarkan bahwa sebuah merek merupakan

merek terkenal dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat

mengenai merek tersebut di bidang usaha bersangkutan, memperhatikan

reputasi merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan

besar-besaran, investasi di berbagai negara di dunia yang dilakukan oleh

pemiliknya yang disertai bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa

negara. Dan bila semua hal-hal tersebut belum dianggap cukup, Pengadilan

Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk

melakukan survey untuk memperoleh kesimpulan apakah suatu merek

terkenal atau tidak.

Sebagai tambahan pengaturan tentang merek terkenal, General

Assembly of World Intellectual Property Organization (WIPO) dan The

Assembly of Paris Union for the Protection on industrial Property pada

September 1999 mengadopsi Joint Recommendation Concerning

Page 46: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

35

Provisions on the Protection of Well-known Marks (selanjutnya akan

disebut sebagai Joint Recommendation). Pasal 2 Joint Recommendation ini

memberikan pedoman bagi instansi berwenang negara peserta WIPO dan

Paris Union dalam menentukan suatu merek sebagai merek terkenal atau

bukan yaitu dengan melihat faktor-faktor sebagai berikut:

“(1) The degree of knowledge or recognition of the mark in a

relevant sector of the public; (2) The duration, extent and

geographical area of any use of the mark; (3) The duration, extent

and geographical area of any promotion of the mark, including

advertising or publicity and the presentation, at fairs or exhibitions,

of the goods and/or services to which the mark applies; (4) The

duration and the geographical area of any registrations, and/ or any

applications of the mark, to the extent that they reflect use or

recognition of the mark; (5) The record of successful enforcement of

rights in the mark, in particular, the extent to which the mark was

recognised as well known by competent authorities; (6) The value

associated with the mark.”

Namun faktor-faktor tersebut dapat diterapkan sebagian atau seluruhnya,

tergantung kasus per kasus. Dalam kasus tertentu bisa saja memerlukan

pemenuhan semua faktor, dan dalam kasus lainnya bisa saja dengan hanya

beberapa faktor sudah dapat membuktikan bahwa suatu merek merupakan

merek terkenal.

Disimpulkan dari pasal tersebut bahwa suatu merek dapat dikatakan

sebagai Merek Terkenal dengan memperhatikan:

a. Pandangan masyarakat;

b. Reputasi merek yang diperoleh melalui promosi;

c. Kriteria Merek Terkenal menurut Konvensi Paris.

C. Kasus-kasus Merek Terkenal

Page 47: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

36

1. Kasus Sengketa Merek NIKE

Kasus Nike putusan MARI No.220 PK/PDT/1986, merk

Nike merupakan merk untuk sepatu, tas,, baju yang telah terkenal,

suatu waktu pemilik sah merk Nike dilanggar haknya walaupun

merek tersebut belum didaftarkan di dalam yurisdiksi Indonesia

sehingga ketika terjadi pendaftaran merek tersebut di Indonesia oleh

pihak yang tidak berhak, maka pemilik tersebut memperoleh

perlindungan hukum walaupun belum diatur secara spesifik dalam

peraturan perundang-undangan namun tidak lantas membuat

pengadilan berpangku tangan begitu saja, karena dengan terdapatnya

yurisprudensi terhadap beberapa kasus merek, hal tersebut dirasa

dapat menjadi rujukan yang jauh lebih maju dalam rangka

memberikan perlindungan hukum terhadap merek terkenal

dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan.

2. Kasus Sengketa Merek GIORDANO

Kasus merk Giordano, merek ini didaftarkan di Hongkong

oleh Giordano Ltd karena memiliki pangsa pasar yang luas di banyak

negara, merk Giordano kemudian memperoleh predikat sebagai

merek terkenal. Dalam perkembangannya ada Seorang warga negara

Indonesia Woe Budi Hernanto yang mendaftarkan merk Giordano

kepada Direktorat merek Indonesia. Pemilik merk Giordano

(giordano LTD) yang belum mendaftarkan merek ke ke Direktorat

Page 48: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

37

merek Indonesia, kemudian mengajukan gugatan pembatalan

terhadap merk Giordano yang mendaftar yang didaftarkan oleh Woe

Budi Herna Hermanto tersebut. Dalam kasus ini Mahkamah Agung

mempertimbangkan maka atas ini Paris Pasal 6 bis dan pasal 8

permohonan peninjauan kembali berhak atas perlindungan

mereknya tanpa kewajiban untuk mendaftarkan di Indonesia cara

membuat (putusan MARI No. 426/PK/PDT/1994).

D. Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal

1. Perlindungan Hukum Preventif

a. Pendaftaran Merek

Dua sistem pendaftaran merek yang dianut di Indonesia yaitu sistem

deklaratif dan sistem konstitutif, untuk Undang-undang Nomor 15 Tahun

2001 Tentang Merek sistem pendaftarannya menganut sistem konstitutif,

sama dengan Undang-undang sebelumnya yakni Undang-undang Nomor 19

Tahun 1992 dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 Tentang Merek.

Hal ini merupakan perubahan mendasar dalam Undang-undang Merek

Indonesia yang selalu menganut sistem deklaratif (Undang-undang Nomor

21 Tahun 1961 Tentang Merek). 7

Dalam sistem konstitutif, hak atas merek diperoleh melalui

pendaftaran artinya hak ekslusif atas suatu merek diberikan karena adanya

7 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, h. 362.

Page 49: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

38

pendaftaran. Pada sistem konstitutif pendaftaran merek mutlak dilakukan

sehingga merek yang tidak didaftar tidak akan mendapat perlindungan

hukum.8 Sedangkan sistem deklaratif (first to use principle) menitik beratan

pada pemakaian pertama. Siapa yang memakai pertama suatu merek maka

pemakai pertama merupakan yang berhak menurut hukum atas merek yang

bersangkutan. Jadi pemakaian oertama yang menciptakan haka ats merek,

bukan karena adanya pendaftaran.9

b. Lisensi

Lisensi merupakan institusi yang disediakan hokum dalam

rangka kemudahan bagi seseorang untuk mengeksploitasi secara ekonomis

suatu hak milik atas benda-benda tidak berwujud (intangible property) tanpa

yang bersangkutan harus kehilangan control eksklusif atas kepemilikan

bendanya.10 Dalam hak atas merek terdapat dua jenis hak eksklusif yang

dapat digunakan atau dieksploitasi oleh si pemilik hak atas merek, yaitu

menggunakan sendiri mereknya untuk perdagangan atau memberikan izin

kepada pihak lain untuk menggunakannya dalam kegiatan perdagangan

(Pasal 3 jo. Pasl 43 Ayat (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001). Cara

yang terakhir disebut dengan lisensi.

8 Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual Perlindungan dan Dimensi

Hukumnya di Indonesia, (Bnadung:alumni 2003), h. 331.

9 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, h.363.

10 Titon Slamet kurnia S.H., M.H., Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal di

Indonesia Pasca Perjanjian TRIPs, (Bandung: PT. Alumni,2011), h.169.

Page 50: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

39

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik merek terdaftar

kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pemberian hak

(bukan pengalihan hak) untuk menggunakan merek tersebut, baik untuk

seluruh atau sebagian jenis barang dan/atau jasa yang didaftarkan dalam

jangka waktu dans yarat tertentu (Pasal 1 angka 13 Undang-undang Nomor

15 Tahun 2001).11

Dalam lisensi merek, hubungan hukum antara licensor dan

licensee pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kontrak atau perjanjian.

Sehingga lisensi merek pada hakikatnya bersifat sukarela sesuai dengan asas

kebebasan berkontrak, hal ini sesuai dengan Pasal 21 perjanjian TRIP’s.12

suatu merek yang sangat baik akan memberikan goodwill kepada

perusahaan. Oleh karena itu, goodwill yang terkandung dalam merek

tersebut akan memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi jika mampu di

eksploitasi leih lanjut oleh pemiliknya tidak cukup hanya dengan

pengguanaan oleh dirinya sendiri tetapi juga dengan memberikan

kesempatan bagi pihak lain untuk menggunakan merek tersebut.

2. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum Represif adalah perlindungan yang

dilakukan untuk menyelesaikan atau menanggulangi suatu peristiwa

atau kejadian yang terjadi, yaitu berupa pelanggaran hak atas merek.

11 Titon Slamet kurnia, Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal di Indonesia Pasca

Perjanjian TRIPs, (Bandung: PT. Alumni,2011), h.169.

12 Titon Slamet kurnia., Perlindungan Hukum Terhadap Merek, h.171.

Page 51: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

40

Tentunya dengan demikian peranan lebih besar berada pada lembaga

peradilan dan aparat penegak hukum lainnya seperti kepolisian,

Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS), dan kejaksaan untuk

melakukan penindakan terhadap pelanggaran merek.13

Perlindungan secara represif dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Perlindungan melalui Hukum Perdata

Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap

orang atau badan hukum yang menggunakan mereknya; yang

mempunyai persamaan; baik pada pokoknya ataupun

keseluruhannya secara tanpa hak, berupa permohonan ganti rugi

dengan penghentian pemakaian merek tersebut (Pasal 76 ayat

(1) b Undang-undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek)

diajukan melalui Pengadilan Niaga.14

2) Perlindungan melalui Hukum Pidana

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

mengenai perbuatan-perbuatan yang dilarang berhubungan

dengan merek, diantaranya, diatur dalam Pasal 253-262

KUHP15.

13 Jisia Mamahit, Perlindungan Hukum Atas Merek Dalam Perdagangan Barang dan Jasa

“Lex Privatum,I,3 (Juli,2013), h.98

14 Muhammad Djumahadan R.Djubaedilah, Hak Milik Intelektual, (Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 2014), h.270

15 Muhammad Djumahadan R.Djubaedilah, Hak Milik Intelektual, h.272.

Page 52: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

41

Sanksi pidana diatur juga dalam Undang-undang No.15

Tahun 2001 Tentang Merek pada Pasal 90-95.Ketentuan Pasal

90 mengecam setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak

menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan

merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa

sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, diancam

dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling

banyak Rp.1.000.000.000,00, adapun menurut pasal 91 memuat

ketentuan bahwa setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa

hak menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan

merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa

sejenis yang diproduksi atau diperdagangkan, diancam dengan

pidana penjara paling lama 4 tahun penjara dan/atau denda

paling banyak Rp.800.000.000,00.

3) Perlindungan melalui Administrasi Negara

Apabila terjadi pelanggaran terhadap hak intelektual, negara

bisa juga menggunakan kekuasaannya untuk melindungi

pemilik hak yang sah. Penggunaan kekuasaan negara tersebut

melalui pabean, standar industry, kewenangan badan penyiaran,

dan kewenangana pengawas standar periklanan16.

16 Muhammad Djumahadan R.Djubaedilah, Hak Milik Intelektual, h.276

Page 53: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

42

BAB IV

ANALISA PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PUTUSAN

PENGADILAN NIAGA NOMOR 15/PDT.SUS-

Merek/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst

A. Duduk Perkara

Kasus merek antara PIERRE CARDIN yang beralamat di 59, rue

du Faubourg Saint-Honore, F-75008, Paris, Perancis. Dalam hal ini

memberikan kuasa kepada Ludiyanto, S.H., M.H., M.M., dan kawan-

kawan, Para Advokat yang beralamat di Jalan Hayam Wuruk Nomor 3 (i &

j) Jakarta Pusat, disebut sebagai Penggugat. Melawan ALEXANDER

SATRYO WIBOWO yang beralamat di Jalan Kayu Putih Utara B/10,

Jakarta Timur. Dalam hal ini memberi kuasa kepada P. Heru Tumbelaka,

S.H dan kawan-kawan Advokat yang beralamat di The East Building, Lantai

12, Jalan Lingkar Mega Kuningan, Kavling E.3.2 Nomor 1, Jakarta Selatan,

disebut sebagai Termohon dahulu Tergugat.

Bermula disaat Penggugat menggugat Tergugat melalui Pengadilan

Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang diakhiri dengan Amar

Putusan Nomor 15/PDT.SUS-Merek/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst yang

menyebutkan bahwa menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya dan

menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp.

731.000,- (Tujuh Ratus Tiga Puluh Satu Ribu Rupiah). Dengan adanya

Amar Putusan tersebut Penggugat merasa keberatan dan merasa kurang

Page 54: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

43

puas menerima hasil Putusan tersebut. Akhirnya melalui Kuasa Hukumnya,

pihak Penggugat/Pemohon Kasasi melakukan pengajuan ke Mahkamah

Agung Republik Indonesia dengan menggugat Tergugat/Termohon Kasasi

dengan maksud untuk menjelaskan dan menyatakan keberatan serta

ketidakpuasan terhadap Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Sebelumnya.

PIERRE CARDIN adalah nama seorang perancang busana

(designer) asal Perancis. Nama PIERRE CARDIN sangat terkenal

diberbagai kalangan masyarakat konsumen di berbagai negara.

Keterkenalan PIERRE CARDIN sebagai perancag busana sudah dimulai

sejak tahun 1950-an. PIERRE CARDIN/Penggugat tercatat sebagai

perancang busana pertama yang mengadakan Tour ke Jepang serta menjual

produknya pada tahun 1960-an. Merek dagang PIERRE CARDIN dan

merek dagang LOGO PIERRE CARDIN mulai digunakan sejak awal Maret

tahun 1974 untuk melindungi beberapa jenis barang dalam kelas : 3, 6, 5, 8,

9, 10. 11, 14, 16, 17, 18, 20, 21, 24, 25, 33. Untuk jenis barang dalam kelas

3 diantaranya kosmetik dan parfum.

Merek dagang PIERRE CARDIN dan merek dagang LOGO

PIERRE CARDIN telah didaftarkan, diperdagangkan dan dipromosikan di

beberapa negara diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Merek dagang

PIERRE CARDIN dan LOGO PIERRE CARDIN terdaftar pada Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual – Direktotrat Merek untuk berbagai jenis

barang, diantaranya jenis barang termasuk dalam kelas 3, 9, 10, 12, 16, 18,

Page 55: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

44

20, 21, 24, 23, 25, 30, 32, 33, 34. Merek dagang PIERRE CARDIN dan

LOGO PIERRE CARDIN atas nama Penggugat telah terdaftar dan masih

dalam proses permohonan pendaftaran pada kantor Direktorat Merek –

Ditjen HKI:

a. Merek Dagang PIERRE CARDIN kelas 3 di bawah Daftar

Nomor IDM000192198 yang diperpanjang dengan Nomor

R002008005130 tanggal 6 Februari 2009;

b. Permohonan pendaftaran Merek dagang PIERRE CARDIN

Agenda Nomor D00.2014.051659 kelas 3 tanggal 11 November

2014;

c. Permohonan pendaftaran Merek Dagang LOGO PIERRE

CARDIN Agenda Nomor D00.2014.051658 kelas 3 tanggal 11

November 2014;

ALEXANDER SATRYO WIBOWO/Tergugat telah mendaftarkan

mereknya kepada Tergugat II yang memiliki persamaan pada pokoknya

maupun keseluruhan dengan merek dagang PIERRE CARDIN dan LOGO

PIERRE CARDIN milik Penggugat, antara lain:

a. Merek Dagang (Merek Dagang PIERRE CARDIN Daftar

Nomor IDM000223196) tanggal 28 April 2010 untuk

melindungi jenis barang kelas 03, antara lain: kosmetik yaitu

minyak rambut, bedak cream, shampoo, sabun, parfum,

deodoran, bodu parfum dan body lotion.

Page 56: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

45

b. Merek Dagang (Merek Dagang PIERRE CARDIN + LOGO

Daftar Nomor IDM000234122) tanggal 22 Januari 2010 untuk

melindungi jenis barang yang tergolong dalam kelas 03, antara

lain: kosmetik, yaitu minyak rambut, bedak, cream, shampoo,

sabun, deodoran, kosmetik badan, lotion untuk keperluan

kosmetik dan parfum.

c. Merek Dagang (Merek Dagang PIERRE CARDIN + LOGO

PIERRE CARDIN Daftar Nomor IDM000028783) tanggal 31

Januari 2005 untuk melindungi jenis barang yang tergolong

dalam kelas 03, antara lain: kosmetik yaitu, minyak rambut,

bedak, cream, shampoo, sabun.

d. Merek Dagang (Merek Dagang PIERRE CARDIN + LOGO P

Daftar Nomor IDM000199948) tanggal 31 Maret 2009 untuk

melindungi jenis barang yang tergolong dalam kelas 03, antara

lain: "segala macam kosmetika, yaitu: Bedak untuk wanita dan

anak-anak, wangi-wangian/ minyak wangi, minyak rambut,

shampoo, minyak-minyak Sari kosmetika, kosmetika, kutek

kuku, cat rambut, lotion / rambut lotion kulit, kapas kecantikan,

deodoran stick dan hairspray rambut, parfum parfum, cairan eau

de cologne, pemerah pipi bahan cairan perapih rambut, celak

mata, penghitam alis, bahan-bahan pemelihara gigi, sediaan

sediaan untuk memutihkan dan mencuci, membersihkan

mengkilatkan, membuang lemak dan menggosok, sabun sabun,

Page 57: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

46

sabun mandi, sabun cuci, sabun cuci cair, sabun batangan, sabun

krim, sabun bubuk, minyak rambut, pasta gigi, maskara, politer,

kertas Amplas, tisu wangi basah, hio, dupa kemenyan, belau

cuci, shampoo, lipstik pemerah kuku, pensil alis, krim-krim

kulit, cream cream muka, kapas kecantikan, eyeshadow,

pemerah pipi,parfum, kertas tisu wangi basah, minyak Sari, kain

Amplas, kertas Amplas, bahan kikis, odol, pasta gigi perekat

untuk menempelkan rambut rambut palsu, bahan perekat untuk

keperluan kosmetik, lotion untuk dipakai setelah bercukur, batu

tawas, abu gunung berapi untuk pembersih saribuah badan,

bahan pewarna rambut dan jenggot, minyak bergamot, bahan

pewarna untuk keperluan hias rias, sediaan penghilang warna,

parfum, parfum cairan eau de cologne, bubuk wangi anti bau

badan, bahan cairan terapi rambut, permata, penghitam alis, batu

tawas, amoniak, sabun anti keringat, sabun gosok, sabun untuk

mencuci, sabun colek, sabun deterjen, aromatic, soda pemutih,

kapur pembersih, semir sepatu boot, kapas untuk keperluan

kosmetik, krim kosmetik, krim pemutih kulit, krim untuk kulit

hewan, sabun deodoran, deodoran untuk pemakaian pribadi, air

lavender, air Javel, sediaan rias muka, pelembut kain, minyak

untuk keperluan pembersih, tisu diresapi lotion kosmetik, sabun

yang mengandung obat, kayu wangi untuk kosmetik, bubuk

poles, ban bunga kering dengan rempah, pomade untuk

Page 58: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

47

keperluan kosmetik, lilin penggosok, air wangi, sediaan untuk

menghilangkan terak untuk keperluan rumah tangga, saprol, kain

penggosok, kulit kayu kwilaila untuk mencuci, pasta untuk

mengasah pisau cukur, batu apung, kantong-kantong pewangi

kain linen, serbuk halus berwarna merah jambu untuk

penggosok, cairan pembersih kaca depan mobil, bubuk kapur

halus, perekat untuk menempelkan rambut palsu, semprot

rambut kosmetika, kanji untuk keperluan mengkilapkan pakaian,

batu tripoli untuk menggosok, bedak talk untuk keperluan

kebersihan badan, kapas kosmetik, pembersih gigi, pemerah

gigi, deodoran stick".

Dengan adanya pendaftaran Merek PIERRE CARDIN milik

Tergugat yang melindungi jenis barang dalam kelas 03 yaitu kosmetik yaitu

minyak rambut, bedak, cream, shampoo, sabun, parfum, deodoran, bodu

parfum dan body lotion, Penggugat merasa sangat keberatan dikarenakan

adanya kesamaan antara merek milik Tergugat dengan merek milik

Penggugat. Terdapat persamaan pada pokoknya dan secara keseluruhan

antara kedua merek tersebut. Persamaan antara merek milik Penggugat

dengan merek Tergugat sebagai berikut :

a. Pengucapan :

Pengucapan pada Merek “PIERRE CARDIN” milik PIERRE

CARDIN Paris/Penggugat sama pada pokoknya dan keseluruhan

dengan Merek “PIERRE CARDIN” milik ALEXANDER

Page 59: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

48

SATRYO WIBOWO/Tergugat. Kata yang terkandung dalam

kedua merek tersebut apabila diucapkan sama persis dan tidak

ada perbedan. Penempatan huruf yang digunakan sama diawali

dengan huruf “P” dan diakhiri dengan huruf “N”.

b. Visual :

PIERRE CARDIN Paris PIERRE CARDIN Indonesia

Logo PIERRE CARDIN Paris dan PIERRE CARDIN Indonesia

juga terlihat memiliki persamaan dari segi bentuk logo merek

dimana sama-sama menyerupi huruf “P” yang memiliki

lengkungan dibagian atas.

c. Jenis barang yang dilindungi :

PIERRE CARDIN Paris Kosmetik dan parfum

PIERRE CARDIN Indonesia kosmetik yaitu minyak

rambut, bedak, cream,

shampoo, sabun, parfum,

deodoran, body parfum dan

body lotion.

Dengan adanya kriteria persamaan merek sesuai pasal 4 Undang-

undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek, adanya pendaftaran merek

yang dilakukan oleh Tergugat/ ALEXANDER SATRYO WIBOWO harus

Page 60: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

49

dibatalkan karena adanya itikad tidak baik yang dilakukan oleh Tergugat

dalam mendaftarkan mereknya.

B. Analisa Penulis Terhadap Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat

15/PDT.SUS-Merek/2015/PN.Niaga.Jkt.Pst.

Dalam melakukan analisa, penulis menggunakan Undang-undang

Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek dan Undang-undang Nomor 20 tahun

2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis. Adapun alasan penulis

menggunakan dua (2) undang-undang tersebut dikarenakan sengketa hak

merek PIERRE CARDIN ini diputus pada tahun 2015 sedangkan saat ini

telah disahkannya undang-undang merek dan indikasi geografis terbaru

yakni Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016.

1. Tentang Penggunaan Kata dalam Merek PIERRE CARDIN

Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam Memutuskan Perkara

Merek antara PIERRE CARDIN Paris dan PIERRE CARDIN Indonesia

menimbang, bahwa kata PIERRE CARDIN dan logo PIERRE CARDIN

yang bukan merupakan kata biasa maupun logo umum/ lazim digunakan

dalam pergaulan/ percakapan Bangsa Indonesia, akan tetapi haruslah di

pertimbangkan bahwa penggunaan kata dan logo tersebut dilandasai

iktikad tidak baik.

Menurut Penulis pertimbangan hakim mengenai kata dan logo

yang digunakan oleh PIERRE CARDIN Indonesia milik Tergugat sudah

tepat, dengan alasan memiliki iktikad tidak baik (bad faith), karena kata

Page 61: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

50

PIERRE CARDIN merupakan istilah asing dan juga nama seorang

perancang (designer) di Paris, Perancis. Tergugat menggunakan unsur

huruf dan kata yang sama persis pada Merek milik Tergugat yakni P-I-

E-R-R-E C-A-R-D-I-N. hal ini sesuai dengan Pasal 4 Undang-undang

No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek yakni ”Merek tidak dapat didaftar

atas dasar permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang beriktikad

tidak baik”. Adapun maksud dari pemohon yang berutikad tidak baik

adalah Pemohon yang mendaftarkan Mereknya secara layak dan jujur

tanpa ada niat apapun untuk membonceng,meniru atau menjiplak

ketenaran Merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat

kerugian pihak lain itu atau menimbulkan kondisi pesaingan curang,

mengecoh atau menyesatkan konsumen. Pernyataan Pasal 4 tersebut di

perkuat dengan penjelasan Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis Yang dimaksud

dengan "Pemohon yang beriktikad tidak baik" adalah Pemohon yang

patut diduga dalam mendaftarkan Mereknya memiliki niat untuk meniru,

menjiplak, atau mengikuti Merek pihak lain demi kepentingan usahanya

menimbulkan kondisi persaingan usaha tidak sehat, mengecoh, atau

menyesatkan konsumen. Jika kita merujuk kepada pasal 6 Ayat (3) huruf

(a) Undang-undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek yang

menyebutkan “permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jendral

apabila merek tersebut merupakan atau menyerupai nama orang terkenal,

foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas

Page 62: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

51

persetujuan tertulis dari yang berhak.” Dalam hal ini PIERRE CARDIN

milik Tergugat I tidak memiliki izin penggunaan merek dari PIERRE

CARDIN milik Penggugat yang dimana nama PIERRE CARDIN

merupakan nama designer terkenal dari PARIS.

2. Tentang Persamaan Merek PIERRE CARDIN

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim memperbandingkan

antara merek PIERRE CARDIN dan Logo PIERRE CARDIN milik

Penggugat (bukti P.3.a dan P.3.b) dengan merek Pierre Cardin milik

Tergugat I (bukti T.1-1 a s/d T.1-4) selanjutnya majelis hakim

berpendapat sebagai berikut:

a. Adanya persamaan bunyi antara merek PIERRE CARDIN milik

Penggugat dengan merek PIERRE CARDIN milik Tergugat I yang

sama sama berbunyi PIERRE CARDIN yang disusun dari dua suku

kata yaitu PIERRE dan CARDIN yang apabila dibaca mempunyai

persamaan bunyi dan sama sekali tidak mempunyai beda dengan

merek PIERRE CARDIN milik Penggugat;

b. Bahwa merek PIERRE CARDIN tersebut mempunyai persamaan

pada pokoknya pada persamaan bunyi ucapan dengan Merek

PIERRE CARDIN;

c. Bahwa adanya persamaan jenis barang yang dilindungi di dalam

pendaftaran merek PIERRE CARDIN atas nama Tergugat dengan

jenis barang yang dilindungi dengan merek PIERRE CARDIN milik

Page 63: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

52

Penggugat, yaitu sama-sama jenis barang kelas 3 (bukti P.3.a dan

P.3.b) dan termasuk dalam kategori kriteria barang sejenis;

d. Bahwa kemiripan logo PIERRE CARDIN milik Tergugat I dengan

logo PIERRE CARDIN milik Penggugat, dimana logo PIERRE

CARDIN milik Tergugat I adalah berupa huru P yang berada dalam

sebuah lingkaran sedangka logo PIERRE CARDIN milik

Penggugat adalah berupa huruf PC yang tidak berada di dalam

lingkaran;

Menimbang, bahwa dari uraian dan pertimbangan hukum tersebut

Majelis Hakim berpendapat bahwa merek dan logo PIERRE CARDIN

milik Penggugat mempunyai persamaan pada keseluruhannya atau

mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek dan logo milik

tergugat I daftar nomor : IDM 000223196 tertanggal 28 april 2010

Nomor IDM 00234122 tertanggal 22 Januari 2010, nomor IDM

000028783 tertanggal 31 Januari 2005 dan nomor IDM 0000199948

tertanggal 31 Maret 2009 untuk melindungi Kelas Barang 03.

Terhadap pertimbangan hakim tersebut, penulis sependapat dengan

pendapat hakim tentang persamaan merek dan logo serta persamaan jenis

barang yang dilindungi oleh kedua pihak. Dimana Merek PIERRE

CARDIN milik Penggugat dan Merek PIERRE CARDIN milik Tergugat

I memiliki persamaan kata. Merek PIERRE CARDIN milik Tergugat I

mempunyai persamaan keseluruhan suku kata dengan menggunakan

unsur huruf yang sama persis dengan merek milik Penggugat, yaitu “P-

Page 64: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

53

I-E-R-R-E C-A-R-D-I-N”, adanya pengucapan atau pelafalan yang

sama. Kedua Merek milik Penggugat dan Tergugat juga melindungi

jenis barang yang sama dalam kelas barang 03. Kesamaan yang dimiliki

merek PIERRE CARDIN milik Penggugat dan Merek PIERRE

CARDIN milik Tergugat dapat mengecoh masyarakat atau konsumen.

Mengenai logo PIERRE CARDIN penulis merasa ada kemiripan

logo antara PIERRE CARDIN milik Penggugat dan PIERRE CARDIN

milik Tergugat I. Jika dilihat logo dari PIERRE CARDIN milik Tergugat

I terdapat kesamaan yakni sama-sama menyerupai huruf P yang

memiliki lengkungan di dalamnya. Menurut penulis hal ini jelas

merupakan persamaan logo dari Merek PIERRE CARRDIN. Secara

sekilas logo merek milik Tergugat menyerupai logo Merek PIERRE

CARDIN milik Penggugat, sehingga dapat mengecoh dan menyesatkan

konsumen.

PIERRE CARDIN Paris PIERRE CARDIN Indonesia

Namun, penulis tidak sependapat dengan Majelis Hakim mengenai

“merek dan logo PIERRE CARDIN milik Penggugat memiliki

persamaan pada pokoknya dengan merek dan Logo PIERRE CARDIN

milik Tergugat I”. Menurut penulis hakim kurang tepat dalam menyusun

Page 65: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

54

suatu kalimat, sehingga menimbulkan arti yang berbeda. Pada faktanya

PIERRE CARDIN milik Tergugat yang memiliki persamaan pada

pokoknya karena Merek PIERRE CARDIN milik Penggugat merupakan

merek terkenal (wellknown marks) yang sudah lebih dulu didaftarkan dan

dikenal di berbagai negara berdasarkan bukti P-4h sampai dengan P-5d.

Berdasarkan Pasal 6 Ayat 1 poin b Undang-undang No. 15 Tahun 2001

Tentang merek yang berbunyi “mempunyai persamaan pada pokoknya

atau keseluruhan dengan Merek yang sudah terkenal milik pihak lain

untuk barang dan/atau sejenisnya.” Sesuai dengan Undang undang No.

15 Tahun 2001 Tentang Merek, merek PIERRE CARDIN milik Tergugat

I harus dibatalkan.

3. Tentang Keterkenalan PIERRE CARDIN Paris

Pada pertimbangan ketiga mengenai “Keterkenalan Merek

PIERRE CARDIN Paris” hakim menyatakan;

a. bahwa menurut majelis, keterkenalan merek yang dimaksud

bukanlah keterkenalan pada saat ini atau pada saat gugatan perkara

ini didaftarkan, melainkan keterkenalan merek PIERRE CARDIN

milik Penggugat pada saat merek PIERRE CARDIN milik Tergugat

I didaftarkan di Indonesia pada kantor Tergugat II incasu Direktorat

Merek, karenanya kiranya perlu dipertimbangkan terlebih dahulu,

kapan sebenarnya merek PIERRE CARDIN milik Tergugat I

pertama kali didaftarkan pada Tergugat II (Direktorat Merek) dan

Page 66: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

55

selanjutnya apakah pada saat itu merek PIERRE CARDIN milik

Penggugat sudah merupakan merek terkenal;

b. Bahwa namun demikian Penggugat tidak mengajukan bukti yang

dapat menjelaskan bahwa pada waktu itu/pada waktu sebelum tahun

1977, merek Penggugat aquo telah memiliki reputasi karena adanya

promosi yang dilakukan secara gencar dan besar-besaran

sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 6 Ayat (1) huruf b

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001, baik di negara-negara

tersebut maupun di Indonesia;

Mengenai pernyataan Hakim tentang keterkenalan merek

yang dimaksud bukanlah keterkenalan pada saat ini atau pada saat

gugatan perkara ini didaftarkan, penulis setuju dengan pernyataan

hakim namun, hakim kurang cermat dalam melihat bukti di

persidangan. Merek PIERRE CARDIN Paris terdaftar di negara asalnya

sejak tanggal 16 Februari 1967 dengan Nomor Daftar 332384. Merek

PIERRE CARDIN milik Penggugat juga telah mendaftarkan mereknya

di berbagai negara di luar batas regional sejak tahun 1970 , diantaranya:

Jerman, Hongaria, Liechtenstein, Swiss, Cekoslwakia, Yugoslavia,

Austria, Belgia, Spanyol, Italia, Luksemburg, Monako, Belanda,

Portugal, San Marino, Tunisia, Maroko dan Vietnam.

Dari pendaftaran yang dilakukan oleh pihak PIERRE

CARDIN Paris milik Penggugat, dapat dikatakan bahwa PIERRE

CARDIN milik Penggugat telah memenuhi kriteria merek terkenal

Page 67: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

56

sejak tahun 1970, sedangkan merek PIERRE CARDIN milik Tergugat

baru didaftarkan sejak 29 Juli 1977. Pendaftaran merek PIERRE

CARDIN di berbagai negara di dunia, secara yuridis sudah

membuktikan bahwa merek PIERRE CARDIN milik Penggugat

merupakan merek terkenal, karena merek yang telah didaftarkan di

berbagai negara otomatis telah dikenal oleh masyarakat internasional

tempat merek tersebut didaftarkkan dengan reputasinya yang tinggi.

4. Tentang Pendaftaran dengan Itikad Tidak Baik

Majelis hakim menimbang bahwa sebagaimana dinyatakan dalam

jawabannya dan didukung dengan bukti T.1-10a, T.1-10b, T1-10c, T.1-

10d, dan T.1-10e, ternayata didalam setiap produk merek PIERRE

CARDIN yang diproduksi Tergugat I selalu dicantumkan kata-kata

“Product by PT.Gudang Rejeki Utama – Jalan Kayu Putih Utara B/10

Jakata Indonesia” dan sebagian disertakan dengan tulisan Made in

Indonesia, hal mana dapat dimaknai sebagai suatu pendirian dan

komitmen yang serius dan Tergugat I untuk menginformasikan kepada

konsumennya bahwa produk yang di perdangangkan adalah produknya

sendiri incasu produk didalam negeri dan bukan PIERRE CARDIN dari

luar Indonesia atau milik orang lain, dan pada pihak lain sikap Tergugat

I tersebut sama sekali tidak memiliki potensi untuk menyesatkan maupun

membingungkan para konsumen seolah-olah barang-barang aquo adalah

barang-barang yang di produksi oleh Penggugat dan tidak pula ada niat-

niat tertentu untuk membonceng keterkenalan merek PIERRE CARDIN

Page 68: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

57

milik pihak lain termasuk Penggugat yang dapat mengakibatkan

kerugian bagi Penggugat.

Menurut Penulis dengan merek PIERRE CARDIN milik Tegugat I

memakai kata-kata “Product by PT.Gudang Rejeki Utama – Jalan Kayu

Putih Utara B/10 Jakata Indonesia” memberikan kesan mengecoh

konsumen seakan-akan merek PIERRE CARDIN milik Penggugat yang

sudah terkenal di produksi oleh Tergugat I. Menurut penjelasan Pasal 4

Undang-undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek “Pemohon yang

beritikad baik adalah Pemohon yang mendaftarkan Mereknya secara

layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk membonceng, meniru, atau

menjiplak ketenaran Merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang

berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi

persaingan curang, mengecoh atau menyesatkan konsumen. Contohnya

Merek dagang A yang sudah dikenal masyarakat secara umum sejak

bertahun-tahun ditiru demikian rupa sehingga memiliki persamaan pada

pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek dagang A tersebut. Dalam

contoh itu sudah terjadi itikad tidak baik dari peniru karena setidak

tidaknya patut diketahui unsur kesengajaannya dalam meniru Merek

Dagang yang sudah dikenal tersebut.” Dan jika kita melihat juga

Penjelasan Pasal 21 ayat (3) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016

Tentang Merek dan Indikasi Geografis “yang dimaksud dengan oemohon

yang beritikad tidak baik adalah pemohon yang patut diduga dalam

mendaftarkan mereknya memiliki niat untuk meniru, menjiplak, atau

Page 69: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

58

mengikuti Merek pihak lain demi kepentingan usahanya menimbulkan

kondisi persaingan usaha tidak sehat , mengecoh, atau menyesatkan

konsumen.” Maka dengan penjelasan dari Pasal 21 Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2016 dan penjelasan Pasal 4 Undang-undang Nomor

15 Tahun 2001 tersebut Merek PIERRE CARDIN milik Tergugat I

memiliki itikad tidak baik karena mempunyai niat untuk membonceng

nama dari PIERRE CARDIN milik Penggugat yang telah terkenal dan

menimbulkan kondisi mengecoh atau menyesatkan konsumen. Robert S

Smith pernah mengemukakan tentang teori jaminan perlindungan hukum

merek dan barang produksinya, suatu merek menyajikan fungsi

perlindungan sebagai investasi dari pemilik merek dengan itikad baik,

dan melayani konsumen dengan suatu tanda yang mudah dari sumber dan

kualitas barang produksi dari label merek itu. Jaminan keaslian barang

produksi dari pemilik merek yang beritikad baik merupakan suatu

promosi untuk menghilangkan keraguan dari konsumen. Dengan

demikian, perlindungan merek menjadi fungsi utama dan sekaligus

melindungi konsumen dari membeli barang palsu. Teori ini juga menjadi

dasar bahwa merek tidak boleh mempunyai niat untuk membonceng,

meniru serta menimbulkan kondisi mengecoh atau menyesatkan

konsumen. Teori ini juga mejadi dasar bahwa setiap orang yang inngin

mendaftarkan merek nya harus mempunyai itikad baik hal ini sesuai

dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan

Indikasi Geografis pasal 21 ayat (3) “Permohonan ditolak jika diajukan

Page 70: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

59

oleh pemohon yang beritikad tidak baik.” Dalam hal ini PIERRE

CARDIN milik Alexander Satryo yang menurut penulis mempunyai

itikad tidak baik.

Penulis menyimpulkan dari keempat poin pertimbangan Majelis

Hakim tersebut hakim kurang tepat mempertimbangkan kasus PIERRE

CARDIN milik Penggugat dan PIERRE CARDIN Tergugat I. Majelis

Hakim kurang teliti terhadap kasus putusan PIERRE CARDIN karena

PIERRE CARDIN milik Penggugat merupakan merek terkenal

(wellknown marks), terdapat persamaan keseluruhan antara PIERRE

CARDIN milik Tergugat I terhadap PIERRE CARDIN milik Penggugat

baik dari persamaan bunyi, persamaan huruf, dan persamaan logo. Merek

PIERRE CARDIN milik Penggugat merupakan merek terkenal karena

PIERRE CARDIN milik Penggugat telah melakukan promosi secara

besar-besaran, telah didaftarkan di berbagai negara.

Mengenai iktikad tidak baik PIERRE CARDIN milik Tergugat I

lah yang memiliki itikad tidak baik karena merek PIERRE CARDIN

milik Tergugat I memiliki kesamaan keseluruhan dan PIERRE CARDIN

milik Tergugat I mengecoh dan menyesatkan konsumen dengan

memakai kata-kata “Product by PT.Gudang Rejeki Utama – Jalan Kayu

Putih Utara B/10 Jakarta Indonesia.” Maka dari alasan-alasan hukum di

atas PIERRE CARDIN Paris lah yang berhak memiliki Merek PIERRE

CARDIN karena sesuai dengan teori hukum alam bahwa, pencipta

memiliki hak moral untuk menikmati hasil ciptaannya termasuk

Page 71: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

60

didalamnya keuntungan yang di hasilkan oleh keintelektualannya. Yang

seharusnya menikmati hasil ciptaan dari Merek PIERRE CARDIN

adalah PIERRE CARDIN Paris bukan PIERRE CARDIN milik

Alexander Satryo.

Page 72: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

60

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab I sampai

dengan bab IV diatas, pada akhirnya penulis menyimpulkan bahwa:

1. Perlindungan hukum terhadap merek PIERRE CARDIN

berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang

Merek dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek

dan Indikasi Geografis telah efektif dalam melakukan

perlindungan terhadap merek terkenal (wellknown marks). Selain

Undang-undang terdapat juga peraturan yang telah di ratifikasi

yang memuat tentang pengaturan merek terkenal yakni Pasal 6 bis

Ayat (1) Paris Convention, Pasal 6 Ayat (3) Perjanjian TRIP’s.

2. Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam

memutus perkara antara merek PIERRE CARDIN milik Penggugat

dengan PIERRE CARDIN milik Tergugat I tidak tepat. Majelis

Hakim tidak teliti dalam melihat dan mempertimbangkan bukti-

bukti yang ada di persidangan. Sehingga Hakim kurang tepat dalam

memutus perkara ini.

Page 73: SENGKETA ATAS HAK MEREK PIERRE CARDIN PERANCIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42208/1/MUCHTAR... · Terpadu dan Rahasia Dagang.2 ... keuntungan dagang yang

61

B. SARAN

Pada akhir penulisan ini, penulis memberikan beberapa saran

diantaranya sebagai berikut:

1. Dalam memberikan pertimbangannya hakim tidak boleh hanya

mengacu pada Undang-undang Nasional saja, tetapi seharusnya

hakim melihat Undang-undang atau perjanjian-perjanjian lain

seperti perjanjian Internasional yaitu Paris Convention dan

perjanjian TRIP’s dimana Indonesia telah meratifikasi perjanjian

Internasional tersebut dan dapat dijadikan pedoman. Hal ini

semata-mata untuk menghindari pandangan-pandangan negatif

atas perlindungan merek di Indonesia di mata dunia.

2. Penulis menyarankan adanya upaya untuk mengimplementasikan

ketentuan-ketentuan konvensi paris secara lebih baik dimasa

mendatang, Penulis juga menyarankan kepada Ditjen HKI agar

dilakukannya pengawasan terhadap merek terkenal agar tidak

terjadi lagi kasus-kasus plagiarisme merek.