SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012,...

30
PENERAPAN PENDEKATAN GENERIK DAN METODE IQRA’ DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DAPAT MENUMBUHKEMBANGKAN KARAKTER MURID Oleh: Ahmad Abu Hamid Dosen Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk memberikan informasi, tukar pendapat, dan tukar pengalaman dengan peserta seminar, mengenai penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika yang dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan karakter murid. Pendekatan generik merupakan suatu langkah-langkah mengajar yang dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan pemahaman murid tentang fisika dan kemampuan generik yang dipunyai murid, misalnya: kemampuan metodologi, konseptualisasi, pemahaman konsep, aplikasi konsep, tatanilai, dan dimensi sosial murid. Sedangkan yang dimaksud dengan metode IQRA’ merupakan cara mengajar yang melibatkan kegiatan-kegiatan: pengamatan terhadap gejala atau fenomena alam, pengukuran besaran- besaran fisis yang ada dalam fenomena alam yang diamati (pengumpulan data), analisis data, serta pemikiran yang kritis dan penalaran yang rasional untuk menemukan konsep, prinsip, teori, aturan, azas, atau hukum-hukum dalam fisika; kemudian kegiatan pembahasan (yaitu: klarifikasi antara temuan dengan teori-teori yang ada), penarikan kesimpulan, penerapan kesimpulan ke dalam kehidupan sehari-hari, dan komunikasi hasil kepada fihak-fihak yang terkait. Karakter atau watak atau jiwa atau thobi’ah murid merupakan sifat dan perilaku murid dalam menjalani hidup keseharian. Suharto menyatakan, bahwa pembangunan jiwa tidak kalah pentingnya dengan pembangunan lainnya, sesuai dengan lagu kebangsaan kita: bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya (Kompas, 21 Agustus 1976). Menurut R. Slamet Iman Santoso, jiwa diartikan sebagai pandai, jujur, 1

Transcript of SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012,...

Page 1: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

PENERAPAN PENDEKATAN GENERIK DAN METODE IQRA’ DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

DAPAT MENUMBUHKEMBANGKAN KARAKTER MURID

Oleh:Ahmad Abu Hamid

Dosen Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY

ABSTRAK

Kajian ini bertujuan untuk memberikan informasi, tukar pendapat, dan tukar pengalaman dengan peserta seminar, mengenai penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika yang dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan karakter murid. Pendekatan generik merupakan suatu langkah-langkah mengajar yang dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan pemahaman murid tentang fisika dan kemampuan generik yang dipunyai murid, misalnya: kemampuan metodologi, konseptualisasi, pemahaman konsep, aplikasi konsep, tatanilai, dan dimensi sosial murid. Sedangkan yang dimaksud dengan metode IQRA’ merupakan cara mengajar yang melibatkan kegiatan-kegiatan: pengamatan terhadap gejala atau fenomena alam, pengukuran besaran-besaran fisis yang ada dalam fenomena alam yang diamati (pengumpulan data), analisis data, serta pemikiran yang kritis dan penalaran yang rasional untuk menemukan konsep, prinsip, teori, aturan, azas, atau hukum-hukum dalam fisika; kemudian kegiatan pembahasan (yaitu: klarifikasi antara temuan dengan teori-teori yang ada), penarikan kesimpulan, penerapan kesimpulan ke dalam kehidupan sehari-hari, dan komunikasi hasil kepada fihak-fihak yang terkait.

Karakter atau watak atau jiwa atau thobi’ah murid merupakan sifat dan perilaku murid dalam menjalani hidup keseharian. Suharto menyatakan, bahwa pembangunan jiwa tidak kalah pentingnya dengan pembangunan lainnya, sesuai dengan lagu kebangsaan kita: bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya (Kompas, 21 Agustus 1976). Menurut R. Slamet Iman Santoso, jiwa diartikan sebagai pandai, jujur, dan disiplin. Jika jiwa manusia itu baik dan bersih, maka manusia itu disebut manusia yang berwatak baik (R. Slamet Iman Santoso, 1981, 126-128). Dengan demikian, pembinaan watak adalah tugas utama pendidikan di Indonesia. Pendidikan fisika atau pembelajaran fisika yang menerapkan pendekatan generik dan metode IQRA’ menurut pengalaman yang ada dapat menumbuhkembangkan karakter murid.

Kata-kata kunci:Pendekatan Generik, Metode IQRA’, Pembelajaran Fisika, dan Karakter Murid.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang MasalahPembelajaran fisika di sekolah pada saat ini kurang mendidik, dalam arti kegiatan

pembelajaran fisika kurang peduli terhadap proses yang dilakukan murid, psikomotorik

1

Page 2: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

atau keterampilan motorik murid, dan afektif atau sikap atau tatanilai yang dimiliki murid. Pembelajaran fisika pada saat ini lebih perhatian kepada produk pembelajaran, yaitu: pengetahuan. Apa sebabnya sampai terjadi hal yang sepertin itu ? Hal ini disebabkan antara lain: karena Ujian Nasional (Unas) untuk murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan murid Madrasah Tsanawiyah (MTs) serta murid Sekolah Menegah Atas (SMA) dan murid Madrasah Aliyah (MA) maupun Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) untuk murid Sekolah Dasar (SD) dan murid Madrasah Ibtidaiyah (MI) masih bersifat hafalan (dalam ranah kognitif saja). Walaupun sudah ada upaya-upaya yang dilakukan sekolah untuk menilai ranah psikomotorik dan ranah afektif dengan mengadakan ujian praktek atau ujian praktikum. Penilaian pada ujian praktek ini diragukan, karena penilaian difokuskan pada laporan hasil praktikum, bukan pada ranah psikomotorik dan ranah afektif murid. Penilaian tidak difokuskan kepada bagaimana murid melakukan praktikum dan bagaimana sikap murid dalam melaksanakan praktikum? Tegasnya, penilaian tidak difokuskan kepada bagaimana keterampilan mengamati dan keterampilan mengukur atau mengumpulkan data serta bagaimana sikap murid dalam mengamati dan mengukur, misalnya: sikap hati-hati, teliti, disiplin, dan objektif (jujur) dalam pengamatan dan pengukuran yang dilakukan pada saat praktikum.

Efek belajar secara hafalan adalah timbulnya kelompok orang yang terdiri atas orang-orang yang emosional dan mudah percaya pada hasutan-hasutan dari luar. Dalam pendidikan sistem hafalan tidak dijelaskan mengenai logika dan pemikiran ke depan dari pengetahuan yang diajarkan; sehingga murid-murid cenderung menjadi robot, menerima kata orang lain tanpa kritik dan tanpa mempersoalkan dari mana datangnya pendapat itu (Soedjito Sosrodihardjo, Kedaulatan Rakyat, Sabtu Pon, 10 Mei 2008: 17). Oleh sebab itu, perlu adanya perubahan atau pergeseran pada bagian terkecil (fraksis) pendidikan yaitu: pembelajaran (Djohar, 2002: 2).

Pendidikan sebaiknya memfokuskan perhatiannya kepada interaksi, interpenetrasi, dan konvergensi dari proses pembelajaran dan penelitian. Kegiatan-kegiatan discovery (menemukan), aplikasi, integrasi, dan pembelajaran; semuanya merupakan scolarships (ilmu) dari empat bentuk inquiry, (yang diambil ke dalam bahasa Indonesia secara bebas sebagai inkuairi), yaitu: interaksi, interpenetrasi, konvergensi, serta pembelajaran atau penelitian yang saling kait mengait dalam proses belajar. Sekolah harus dipandang sebagai komunitas inkuairi. Dalam komunitas inkuairi guru, murid, laboran, dan teknisi harus berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, bukan sebagai perseorangan, tetapi sebagai kolega yang semuanya terlibat dalam kegiatan penelitian, pembelajaran, dan pencarian sampai ke penemuan ilmu. Untuk itu diperlukan: scolarship of discovery, scholarship of integration, scholarship of application, and creating values yang dikembangkan melalui jejaring academicians, businessment, and government agencies (Boyer, 1990: 12 dan Kirp at.all, 2003: 21).

2. Permasalahan

Permasalahan yang ingin dicari jalan keluarnya dalam kajian ini adalah:a. apakah penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ dalam pembelajaran

fisika dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan karakter atau watak murid ?

2

Page 3: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

b. bagaimanakah langkah-langkah penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika yang dapat untuk menumbuhkembangkan karakter murid ?

3. Urgensi Masalah

Jika secara teoritis memang benar, bahwa penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan karakter murid, maka sebaiknya para guru fisika di sekolah dapat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar fisika dengan sebaik-baiknya. Dalam arti, guru fisika sebaiknya dapat merencanakan dan melaksanakan penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ sesuai dengan langkah-langkahnya serta melakukan evaluasi hasil belajar sesuai dengan proses dan prosedurnya.

Jika sistem pendidikan di Indonesia menghendaki lain, misalnya: hanya berorientasi pada kelulusan 100% saja, maka sebaiknya guru-guru fisika di sekolah tidak memaksakan diri untuk menerapkan model pengajaran latihan menemukan atau latihan penelitian, pendekatan generik, dan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika. Karena apa? Karena akan mengakibatkan benturan antara idealisme dan kenyataan yang mengakibatkan munculnya sakit hati berkepanjangan.

B. PEMBAHASAN

1. Model Pengajaran

Menurut Udin S. Winataputra, model pengajaran atau model belajar-mengajar merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar-mengajar. Dengan demikian aktivitas pengajaran atau aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis (Udin S. Winataputra, dkk., 1993: 34). Joyce, Bruce att.all., membagi model-model pengajaran menjadi empat, yaitu:1. kelompok model pengajaran memproses informasi,2. kelompok model pengajaran sosial,3. kelompok model pengajaran personal, dan4. kelompok model pengajaran sistem perilaku (Bruce Joyce att.all., 2009: 31).

Menurut Joyce, Bruce att.all., tiap-tiap model pengajaran mempunyai enam ciri pokok, yaitu: adanya1. struktur pengajaran atau sintaks,2. sistem sosial,3. peran / tugas guru atau prinsip reaksi,4. sistem pendukung,5. dampak instruksional atau dampak pembelajaran, serta 6. dampak pengiring (Bruce Joyce att.all., 2009: 117).

3

Page 4: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

Struktur pengajaran atau sintaks untuk tiap-tiap model pengajaran berbeda-beda. Namun secara umum dapat diartikan sebagai fase-fase atau langkah-langkah untuk memotivasi murid agar dapat giat belajar, giat bekerja, dan menentukan sikap untuk mencari, dan menemukan konsep, prinsip, teori, azas, aturan, dan atau hukum-hukum suatu ilmu pengetahuan.

Sistem sosial pada tiap-tiap model pengajaran tidak sama. Namun secara umum sistem sosial dapat diartikan sebagai sistem pengorganisasian kegiatan atau interaksi antara guru dan murid serta murid dengan murid. Ini berarti, interaksi antara murid dengan murid dan interaksi antara guru dan murid harus diorganisasikan secara baik agar kegiatan belajar mengajar menjadi kondusif dan bermakna.

Tugas / peran guru atau prinsip reaksi pada masing-masing model pengajaran juga berbeda-beda. Secara umum peran guru dapat diartikan sebagai berbagai kegiatan yang mendukung proses belajar murid, memotivasi kegiatan belajar murid, memberikan bantuan belajar kepada murid, serta upaya untuk memusatkan perhatian para murid. Jadi tugas guru adalah mendorong dan membantu murid dalam kegiatan belajar untuk mencari dan menemukan konsep.

Sistem pendukung pada tiap-tiap model pengajaran berbeda satu dengan lainnya. Secara umum sistem pendukung diartikan sebagai sarana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan belajar murid dan kegiatan mengajar guru, misalnya: alat ukur, bahan percobaan, perangkat percobaan, lembar kegiatan murid, serta media belajar mengajar lainnya. Sistem pendukung ini sebaiknya direncanakan, difungsikan, dan diorganisir secara rapi, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan.

Dampak instruksional atau efek pembelajaran pada tiap-tiap model pengajaran berbeda-beda. Secara umum dampak instruksional dapat diartikan sebagai akibat adanya proses belajar murid dan proses mengajar guru. Dampak instruksional ini sudah ditetapkan terlebih dulu dalam tujuan pengajaran. Jadi dampak instruksional merupakan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan pengajaran ini meliputi ranah kognitif, afektif, psikomotorik, serta ranah iman dan taqwa. Boleh dikatakan, bahwa, tujuan pengajaran merupakan cipta, rasa, karsa, dan karya murid, atau merupakan akliyah, imaniyah, amaliyah, dan akhlakulkarimah murid, atau dapat diartikan sebagai sifat dan perilaku murid (karakter, jiwa dan watak atau thobi’ah murid).

Dampak pengiring atau efek pengiring pada tiap-tiap model pengajaran berbeda-beda. Secara umum dampak pengiring dapat diartikan sebagai efek yang mengiringi pencapaian tujuan pengajaran apabila kondisi pengajaran (proses belajar mengajar) kondusif. Dampak pengiring ini misalnya: sikap disiplin, hati-hati, teliti, dan objektif dalam proses pengamatan, serta keterampilan-keterampilan motorik dan keterampilan-keterampilan berffikir dalam proses pengukuran (pengumpulan data), analisis data, dan merumuskan temuan yang diperoleh oleh murid. Oleh sebab itu, dampak pengiring harus diupayakan muncul dalam setiap pelaksanaan proses belajar mengajar atau dapat pula ditulis dalam tujuan pengajaran.

4

Page 5: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

2. Pendekatan Generik

Pendekatan mengajar didasarkan pada sendi-sendi filosofis, mempunyai prinsip-prinsip dalam kegiatannya, dan juga mempunyai komponen-komponen dalam kegiatannya (Elaine B. Johson, 2003: vii). Pendekatan generik atau Generic Approach merupakan langkah-langkah pembelajaran fisika yang dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, serta iman dan taqwa murid. Di samping itu, juga dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan kemampuan generik yang dipunyai murid. Pendekatan generik dikembangkan atas dasar pendapat Benny Suprapto Brotosiswoyo yang menyatakan, bahwa ada sejumlah kemampuan generik fisika yang dapat ditumbuh-kembangkan melalui pembelajaran fisika, yaitu:

a. pengamatan langsung maupun tak langsung,b. kesadaran tentang skala besaran (sense of scale),c. memahami bahasa simbolik matematis,d. memahami kerangka logika taat azas (logical self consistency) dari hukum alam,e. memahami inferensi logis,f. memahami hukum sebab akibat (causality),g. merumuskan pemodelan matematis, sertah. membangun konsep (Benny Suprapto Brotosiswoyo, 2000: 1-19).

Kedelapan kemampuan generik, kemampuan dasar, atau kemampuan umum fisika yang dimiliki murid tersebut, kemudian dikelompokkan menjadi kemampuan: metodologi, konseptualisasi, pemahaman konsep, aplikasi konsep, tatanilai, dan dimensi sosial.

Adapun kemampuan-kemampuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:a. kemampuan metodologi.

Kemampuan metodologi meliputi kemampuan: (1) mengamati, (2) mengukur, dan (3) bernalar, misalnya: menggolong-golongkan dan mengklasifikasi. Kemampuan mengamati dan mengukur dapat dilakukan dengan langsung atau tak langsung. Misalnya: mengamati dan mengukur muatan elektron dan massa elektron dapat dilakukan secara tidak langsung. Sedangkan mengamati dan mengukur massa benda, volume benda, dan selang waktu dapat dilakukan secara langsung.

b. kemampuan konseptualisasi.Kemampuan konseptualisasi meliputi kemampuan menggunakan: (1) bahasa

simbolik matematis untuk menarik kesimpulan, (2) inferensi logis untuk menarik kesimpulan, (3) fikiran yang logis dan penalaran yang rasional untuk menarik kesimpulan, serta (4) logika taat azas untuk menarik kesimpulan. Kemampuan konseptualisasi erat kaitannya dengan kemampuan berfikir dan bernalar.

c. kemampuan pemahaman konsep.Kemampuan pemahaman konsep meliputi kemampuan pemahaman terhadap: (1)

konsep, prinsip, teori, aturan, azas, dan atau hukum-hukum fisika, (2) hukum sebab akibat, (3) hubungan korelasional antar besaran-besaran fisis, (4) model matematis, (5) informasi ilmiah, serta (6) makna hubungan besaran-besaran fisis. Kemampuan

5

Page 6: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

pemahaman konsep erat kaitannya dengan kemampuan berfikir dan bernalar atau kemampuan pada ranah kognitif murid.

d. kemampuan aplikasi konsep.Kemampuan aplikasi konsep meliputi kemampuan menggunakan: (1) konsep,

prinsip, teori, aturan, azas, dan atau hukum-hukum fisika, (2) hukum sebab akibat, (3) hubungan korelasional antar besaran-besaran fisis, (4) model matematis, (5) informasi ilmiah, serta (6) makna hubungan besaran-besaran fisis ke dalam kehidupan sehari-hari, teknologi, dan industri. Kemampuan aplikasi konsep sangat erat dengan kreativitas dan kemampuan inovasi murid.

e. kemampuan tatanilai.Kemampuan tatanilai meliputi sebagian dari ranah afektif, yaitu: jujur, teliti, hati-

hati, tekun, sabar, disiplin, rasional, objektif, kritis, inovatif, rasa ingin tahu, serta sadar bahwa keteraturan alam ini adalah ciptaan Alloh Tuhan Yang Maha Kuasa, Allohlah desainer alam dan yang maha kuasa atas segala ciptaan-Nya. Kemampuan ini erat kaitannya dengan ranah iman dan taqwa murid.

f. kemampuan dimensi sosial.Kemampuan terakhir adalah kemampuan dimensi sosial yang meliputi rasa

empati, simpati, kerja sama, manajemen konflik, dan toleran yang dimiliki oleh setiap murid. Kemampuan ini erat kaitannya dengan rasa kerjasama dan rasa toleransi dalam hidup keseharian.

Semua kemampuan generik ini dimiliki oleh murid SD/MI, SMP/MTs, dan murid SMA/MA, maupun murid SMK/MAK. Oleh sebab itu, perlu diterapkan pendekatan generik dalam pembelajaran fisika di sekolah agar kemampuan generik yang dimiliki murid dapat ditumbuhkembangkan. Kemampuan generik inilah sebagai modal dasar watak, jiwa, sifat, dan perilaku murid yang akan dewasa menjadi generasi penerus kita.

Menurut Ulit E. V. att.all., pendekatan mengajar mempunyai tiga basis utama, yaitu:

a. philosophical basis (principle / law),b. psylogical basis (mind and mental processes),c. pedagogical basis (art of teaching) (Ulit, E.V. at.all., 1995: 134).

Pendekatan generik juga mempunyai basis filosofis, psikologis, dan basis pedagogis. Ketiga basis ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. basis filosofis.Basis filosofis dari pendekatan generik melahirkan prinsip atau hukum dalam

proses belajar mengajar. Karena apa ? Karena pendekatan generik merupakan langkah-langkah mengajar yang dapat digunakan untuk mengembangkan pemahaman murid tentang fisika dan mengembangkan kemampuan generik yang dimiliki murid. Lebih dari itu, pendekatan generik juga dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan ranah iman dan taqwa murid. Oleh sebab itu, basis filosofis pendekatan generik melahirkan prinsip,

6

Page 7: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

bahwa pendekatan generik dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan ranah kognitif, afektif, psikomotorik, serta ranah iman dan taqwa murid. Pada akhirnya, pendekatan generik dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan karakter atau watak atau jiwa murid.b. basis psikologis.

Basis psikologis pendekatan generik didasarkan pada proses perkembangan mental dan proses perkembangan fikiran murid dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian pendekatan generik berpijak pada teori belajar dan teori perkembangan mental anak. Tidak semua teori belajar dan teori perkembangan mental anak dapat digunakan dalam pendekatan generik. Namun hanya sebagian kecil saja, misalnya: teori belajar Piaget, teori belajar Bruner, serta teori belajar Gagne.

Teori belajar Piaget digunakan sebagai basis psikologis pendekatan generik karena teori perkembangan intelektual murid sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget. Menurut Udin S. Winataputra dkk., teori perkembangan intelektual atau perkembangan kognitif Piaget terbagi menjadi empat fase, yaitu: sensori motor, pra operasional, operasional konkret, dan operasional formal. Teori ini sangat cocok dengan aspek perkembangan intelektual atau aspek perkembangan kognitif murid yang mempengaruhi kegiatan belajar murid. Teori belajar Piaget meliputi:

a. aspek struktur yang menyangkut hubungan antara tindakan fisik, tindakan mental, dan perkembangan berfikir logis murid,

b. aspek isi yang ada kaitannya dengan jalan fikiran dan pola perilaku murid dalam menemukan struktur konsep dan konsepsi,

c. aspek fungsi yang berkaitan erat dengan cara yang digunakan seseorang untuk membuat kemajuan intelektual atau kognitif murid (Udin S. Winatapotra, dkk., 1993: 151-152).

Jerome S. Bruner dalam Udin S. Winataputra dkk., menjelaskan, bahwa kegiatan belajar sebaiknya dengan proses menemukan sendiri (discovery learning). Jadi, selama kegiatan belajar berlangsung hendaknya murid dibiarkan mencari dan menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajari (Udin S. Winataputra dkk., 1993: 154-155). Karena pendekatan generik berupaya untuk menumbuhkembangkan kemampuan generik atau kemampuan dasar murid melalui latihan menggunakan alat, bahan, dan perangkat percobaan, serta melalui latihan menemukan dan atau latihan penelitian; maka teori belajar Bruner digunakan sebagai basis psikologis pendekatan generik.

Robert M. Gagne dalam Udin S. Winataputra dkk., menjelaskan, bahwa dalam mengajar sebaiknya selalu mengetahui tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (Udin S. Winataputra dkk., 1993: 157). Untuk merumuskan tujuan pengajaran dapat digunakan taksonomi Bloom dalam ranah kognitif, afektif, dan atau ranah psikomotorik atau taksonomi Klopfer yang telah memetakan tingkah laku murid sebagai hasil kegiatan pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Teori belajar Gagne digunakan sebagai basis psikologis pendekatan generik, karena pendekatan generik beroeirentasi pada tujuan pembelajaran yang sangat mempengaruhi hasil pembelajaran dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar. Kemudian hasil evaluasi hasil

7

Page 8: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

belajar dianalisis yang menghasilkan rencana tindak lanjut pembelajaran, yaitu: program pengayaan dan program perbaikan. Dengan demikian, teori belajar Gagne sangat diperlukan dalam penerapan pendekatan generik dalam pembelajaran fisika.

c. basis pedagogis.Basis pedagogis dalam pendekatan generik memunculkan seninya mengajar

fisika. Karena, pendekatan generik didasarkan pada periode atau waktu pembelajaran yang tidak “ajeg”, dalam arti waktu pembelajaran mengikuti irama kemampuan murid. Jika murid sangat pandai, terampil, dan disiplin (serius) dalam melaksanakan pembelajaran, maka waktu yang diperlukan sangat singkat. Jika murid kurang pandai, kurang terampil, dan kurang disiplin dalam melaksanakan pembelajaran, maka waktu yang diperlukan cukup lama. Dari sinilah munculnya seni-mengajar, bagaimana caranya membimbing, membombong, dan memotivasi murid agar giat belajar mencari dan menemukan konsep yang dipelajarinya.

Untuk mengatasi tidak adanya kesamaan waktu yang diperlukan murid untuk mengikuti pelaksanaan pembelajaran, maka murid dikelompokkan dalam satu kelompok eksperimen. Dalam satu kelompok eksperimen ada tiga murid yang terdiri dari murid yang sangat pandai, pandai, dan murid yang kurang pandai. Jadi dalam satu kelompok ada kerjasama yang erat untuk melaksanakan kegiatan belajar mencari dan menemukan konsep dengan dirinya sendiri. Kerjasama yang erat dan akrab ini dapat menumbuhkembangkan rasa empati, simpati, manajemen konflik, dan rasa toleransi yang sangat diperlukan dalam pembinaan watak atau karakter murid. Oleh sebab itu, basis pedagogis dalam pendekatan generik sangat diperlukan penerapan pendekatan generik dalam pembelajaran fisika yang mendidik murid.

3. Metode IQRA’

Metode IQRA’ atau IQRA’ Methode dibangun berdasarkan pendapat-pendapat Achmad Baiquni yang ditulis dalam buku yang berjudul “Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi” dan Muslim yang ditulis dalam makalah yang berjudul “Peranan Paradigma Fisika dalam Reformasi Pendidikan Fisika yang Berkualitas” serta berlandaskan pada Firman Alloh SWT dalam Al Qur’an surah Al ‘Alaq ayat 1 sampai 5, surah Al Anbiya ayat 30, surah Yunus ayat 101, surah An Nahl ayat 11 sampai 12, surah Ali Imron ayat 190 sampai 191, surah Al Ghosyiyah ayat 17 sampai 20, serta surah Al Qomar ayat 49.

Menurut Achmad Baiquni, unsur pertama dalam kegiatan fisika yang penting adalah observasi atau pengamatan terhadap bagian alam yang ingin kita ketahui sifat dan kelakuannya pada kondisi tertentu. Unsur penting yang kedua dalam pengembangan fisika adalah pengukuran. Kuantifikasi dilakukan semaksimal mungkin, sebab, segala sesuatu akan menjadi kabur dalam fisika jika hanya dinyatakan secara kualitatif saja. Besaran-besaran yang dapat diukur itu dinamakan besaran fisis. Unsur penting yang ketiga dalam pengembangan fisika adalah analisis terhadap data yang terkumpul dari berbagai pengukuran atas besaran-besaran fisis, yang dilakukan melalui proses pemikiran yang kritis, yang kemudian dilanjutkan dengan evaluasi hasil-hasilnya dengan penalaran

8

Page 9: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

yang sehat untuk mencapai kesimpulan. Unsur penting yang keempat dalam pengembangan fisika adalah peranan fikiran yang kritis dan penalaran yang rasional untuk mengungkapkan kelakuan alam semesta (Achmad Baiquni, 1994 : 18-24).

Menurut Muslim, fisika mempunyai visi (cita-cita) untuk membongkar, mengungkap, dan mendokumentasikan rahasia alam semesta secara ilmiah dalam bentuk aturan, hukum-hukum, dan azas-azas fisika. Hasil-hasil temuan dalam fisika dimanfaatkan untuk meningkatkan iman dan taqwa ummat manusia kepada Alloh SWT, serta meningkatkan kesejahteraan manusia. Dalam upaya mencapai visinya, fisika menggunakan metode ilmiah yang kemudian disebut sebagai metode fisika yang memuat tiga unsur kegiatan terpadu dan membentuk daur, yaitu: (1) empirico, ialah pengamatan terhadap gejala alam dan data yang menyertainya atau kegiatan empiris yang ditandai dengan kegiatan pengukuran besaran-besaran fisis yang diobservasi, (2) logico, ialah penalaran untuk menjelaskan hasil pengamatan dan pengukuran, dan (3) verificatio, ialah pengujian mengenai ramalan hasil pengamatan dan pengukuran dengan realita alam (Muslim, 1998 : 2).

Dengan demikian, metode fisika merupakan kegiatan mencari dan menemukan konsep, prinsip, azas, aturan, dan atau hukum-hukum fisika yang dilandasi oleh kesadaran inderawi, akali, dan kesadaran ruhani yang melahirkan kegiatan-kegiatan pengamatan, pengukuran (pengumpulan data), analisis data, menemukan, pembahasan (klarifikasi temuan yang diperoleh dengan teori atau referensi yang ada), menyimpulkan, mengaplikasikan konsep ke dalam kehidupan sehari-hari, teknologi, dan industri, serta menguji kembali kesimpulan yang diperoleh dengan realitas alam, kemudian mengkomunikasikan hasil kepada fihak-fihak yang terkait. Kegiatan yang terakhir dalam metode fisika adalah mematenkan hasil temuannya. Dalam setiap kegiatan ada efek pengiringnya (nurturant effect) yang menyertainya. Efek pengiring ini kemudian dikenal sebagai tatanilai atau watak atau jiwa atau karakter, misalnya: pandai, jujur (objektif), disiplin, teliti, hati-hati, sabar, tekun, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, rasa ingin tahu, kerjasama yang proaktif, peduli, toleran, serta sadar bahwa keteraturan alam merupakan ciptaan Alloh SWT.

Dasar agama dari metode IQRA’ ialah surah Al ‘Alaq ayat 1 sampai ayat 5, yang artinya: bacalah, atas nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah. Yang mengajar dengan kalam. Dia mengajar manusia sesuatu yang tidak diketahui. Ayat-ayat ini menyuruh manusia untuk mengamati, membaca alam, menganalisisnya, dan merumuskan kesimpulan. Akhirnya, kesimpulan-kesimpulan inilah yang dapat dimanfaatkan manusia.

Surah Al Anbiya’ ayat 30 yang artinya: tidaklah orang-orang kafir itu mengetahui bahwa langit (ruang alam) dan bumi (materi alam) itu keduanya dahulu sesuatu yang padu, kemudian Kami (Tuhan) pisahkan keduanya. Menurut Achmad Baiquni, keterpaduan ruang alam dan materi alam ini hanya dapat kita fahami jika keduanya berada di satu titik; singularitas fisis yang merupakan volum yang berisi seluruh materi. Sedangkan pemisahannya terjadi dalam suatu ledakan dahsyat yang melontarkan materi ke seluruh penjuru ruang alam yang berekspansi dengan cepat sehingga tercipta alam

9

Page 10: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

semesta ini (Achmad Baiquni, 1994 : 15). Dengan demikian, manusia disuruh berfikir serta bernalar dan hasilnya adalah big bang theory (teori ledakan dahsyat).

Surah Yunus ayat 101 yang artinya: katakanlah wahai Muhammad, periksalah dengan nadzor dam intidzor apa-apa yang ada di langit dan di bumi. Ayat ini juga memerintahkan kepada manusia untuk mengamati alam semesta baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dalam surah Anhl ayat 11 dan ayat 12 yang artinya: Dia (Tuhan) menumbuhkan bagimu (dalam sepetak tanah) dengan air hujan, tetumbuhan, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan, sesungguhnya yang demikian itu merupakan data bagi kaum yang menggunakan fikirannya, dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari serta bulan, untukmu, dan bintang-bintang itu ditundukkan dengan perintah-Nya, sesungguhnya pada gejala-gejala itu terdapat data bagi orang-orang yang menggunakan akalnya. Surah Anahl ayat 11 dan 12 ini tegas-tegas memerintahkan kepada manusia untuk melakukan pengamatan dan pengukuran (pengumpulan data) atas dasar kemampuan fikiran dan akal budinya.

Surah Ali Imron ayat 190 dan 191 yang artinya: sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda kekuasaan Alloh bagi ulul albab, yakni orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri, sambil duduk, dan dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata “ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan itu semua dengan sia-sia, maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari adzab neraka”. Ini berarti Tuhan telah menyuruh manusia untuk berfikir, bernalar, dan berakal selama hidup, mengamati, mengukur agar diperoleh data tentang alam semesta imi. Data ini kemudian dianalisis dan kemudian diperoleh temuan, kemudian temuan dibahas dan akhirnya diperoleh kesimpulan. Pada ujungnya kesimpulan ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk kesejahteraan manusia. Akhirnya hasil-hasil ini perlu dikomunikasikan kepada fihak-fihak yang terkait dan selanjutnya untuk dipatenkan.

Surah Al Ghosyiyah ayat 17 sampai ayat 20 yang artinya: apakah mereka tidak melakukan nadzor dan memperhatikan onta, bagaimana onta diciptakan, dan langit, bagaimana langit diangkat, dan gunung-gunung, bagaimana gunung-gunung ditegakkan, dan bumi, bagaimana bumi dibentangkan. Ayat-ayat ini telah memerintahkan kepada manusia untuk mengamati proses kejadian bagaimana onta diciptakan, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung ditegakkan, dan bagaimana bumi dibentangkan, dan bagaimana pula kejadian seluruh alam semesta ini. Alloh SWT telah memerintahkan manusia untuk mengamati semesta alam dengan kesadaran inderawi, akli, dan ruhaninya. Artinya manusia disuruh mengamati dan mengukur besaran-besaran fisis yang ada di alam dengan kesadaran penuh, pemikiran yang kritis, dan kemudian dilanjutkan dengan evaluasi hasil-hasilnya dengan penalaran yang sehat untuk mencapai kesimpulan yang rasional. Kesimpulan-kesimpulan ini merupakan hukum-hukum alam yang tak alin dan tak bukan adalah aturan-aturan Alloh yang dikenakan pada alam atau lebih dikenal sebagai sunatulloh.

Surah Al Qomar ayat 49 yang artinya: sesungguhnya Kami (Tuhan) menciptakan segala sesuatu dengan ukuran. Alloh telah memerintahkan kepada manusia untuk

10

Page 11: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

melakukan pengukuran terhadap besaran-besaran yang terlibat dalam gejala, fenomena, dan fakta alam. Karena apa ? Karena sesuatu yang diciptakan Alloh itu selalu dengan ukuran yang perlu diukur, dikuantifikasikan dengan angka-angka, perlu diukur dengan menggunakan alat ukur yang standar.

Dasar agama, pendapat Achmad Baiquni, dan pendapat Muslim ini digunakan sebagai landasan untuk menemukan metode mengajar fisika yang baru yaitu: metode IQRA’ (IQRA’ Methode). Metode IQRA’ didasarkan pada tiga kesadaran manusia, yaitu: kesadaran inderawi, akali, dan kesadaran ruhani. Ketiga kesadaran ini digunakan sebagai landasan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut:

a. observasi atau pengamatan terhadap bagian alam yang ingin kita ketahui sifat dan perilakunya pada kondisi tertentu,

b. pengukuran (yaitu: kuantifikasi besaran-besaran fisis dengan menggunakan alat ukur standar) terhadap besaran-besaran fisis yang dapat diukur,

c. analisis data yang terkumpul dari pengukuran,d. pemikiran yang kritis dan penalaran yang rasional untuk menemukan konsep,

prinsip, teori, azas, aturan, dan atau hukum-hukum alam,e. pemikiran yang kritis dan penalaran yang rasional untuk membahas atau

mengklarifikasi temuan dengan teori-teori atau refensi yang ada,f. pemikiran yang kritis dan penalaran yang rasional untuk merumuskan kesimpulan

yang berupa hukum alam yang dikenal sebagai sunatulloh,g. pemikiran yang kritis, penalaran yang rasional, dan penerapan kesimpulan dalam

karya yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari masyarakat,h. sikap proaktif dalam mengkomunikasikan hasil dan buah karyanya kepada fihak-

fihak yang terkait, sertai. sikap proaktif untuk mencari peluang dan kesempatan utnuk mematenkan hasil

dan karyanya, dan yang terakhir adalahj. pemikiran yang kritis dan penalaran yang rasional untuk menumbuhkan

kesadaran, bahwa alam semesta, keteraturan alam, dan keindahan alam adalah ciptaan Alloh SWT. Maha tahu Alloh atas segala ciptaan-Nya. Manusia hanya mempelajari dan meneliti gejala alam dan merumuskan sunatulloh ke dalam hukum alam yang dapat difahaminya. Kesemuanya ini bermuara kepada ranah iman dan taqwa murid.

4. Penerapan Pendekatan Genarik dan Metode IQRA’ dalam Pembelajaran Fisika

Penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ telah dikembangkan, difikirkan, direnungkan, dan diujicobakan sampai saat ini. Ujicoba dilaksanakan di sekolah, madrasah, dan diperguruan tinggi. Ujicoba yang pernah dilaksanakan antara lain:

a. di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Magelang dan Yogyakarta pada tahun 2002 sampai tahun 2003. Di MAN I Yogyakarta, SMAN I Mlati, dan SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta pada tahun 2002, serta di MAN Purworejo pada tahun 2005.

b. di jurusan pendidikan fisika FMIPA UNY dari tahun 2005 sampai saat ini (tahun 2012) pada matakuliah kajian fisika sekolah.

11

Page 12: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

Ujicoba tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai media pembelajaran, misalnya: dengan menggunakan modul, paket belajar, dan menggunakan perangkat percobaan.

Ujicoba penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ yang intensif dilaksanakan di kurusan pendidikan fisika FMIPA UNY dari tahun 2005 samapai saat ini, pada matakuliah Kajian Fisika Sekolah Lanjut. Pada tahun 2005 ujicoba dilaksanakan dengan menyediakan perangkat percobaan kepada mahasiswa. Kemudian mahasiswa melakukan percobaan tanpa ada pedoman praktikum. Mahasiswa dengan kemandirian dan kreativitasnya mencoba menemukan judul percobaan, tujuan percobaan, langkah-langkah percobaan, data yang diamati dan diukur untuk dikumpulkan dalam tabulasi data, analisis data, merumuskan kesimpulan, serta penerapan hasil ke dalam kehidupan sehari-hari. Hasil ujicoba menunjukkan, bahwa mahasiswa masih ragu dalam melaksanakan percobaan, masih ragu atas hasil percobaannya, dan belum dapat menemukan konsep seperti yang diharapkan. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diuji dengan menggunakan black box examination. Hasil ujian menunjukkan, hanya ada empat (4) mahasiswa dari 62 mahasiswa yang benar dalam mengerjakan black box examination. Hasil yang sangat minim dan kurang memuaskan.

Pada tahun 2006 ujicoba dilaksanakan dengan menyediakan perangkat percobaan dan judul percobaan kepada mahasiswa. Kemudian mahasiswa melaksanakan percobaan tanpa ada pedoman praktikumnya. Mahasiswa dengan kemandiriannya dan kreativitasnya mencoba menemukan tujuan percobaan, langkah-langkah percobaan, data yang diamati dan diukur, analisis data, kesimpulan, serta penerapan kesimpulan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil ujicoba menunjukkan, mahasiswa masih ragu-ragu dalam melaksanakan percobaan, ragu-ragu atas hasil percobaannya, tetapi sudah dapat menemukan konsep yang diharapkan walaupun dipandang dari jumlah masih sedikit. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diuji dengan menggunakan tes kognitif dan black box examination. Hasil ujian menunjukkan hanya ada enam (6) mahasiswa dari 59 mahasiswa yang benar dalam mengerjakan black box examination dan ada 54 mahasiswa yang lulus tes kognitif. Hasil yang sangat minim dalam tes keterampilan dan tes sikap mahasiswa.

Pada tahun 2007 ujicoba dilaksanakan dengan menyediakan perangkat percobaan, judul percobaan, dan tujuan percobaan kepada mahasiswa. Kemudian mahasiswa melaksanakan percobaan tanpa menggunakan pedoman praktikum. Mahasiswa dengan kemandirian dan kreativitasnya mencoba menemukan tujuan percobaan, langkah-langkah percobaan, data yang diamati dan diukur, analisis data, kesimpulan, dan penerapan hasil dalam kehidupan sehari-hari. Hasil ujicoba menunjukkan, mahasiswa masih ragu dalam melakukan percobaan tetapi sudah dapat menemukan konsep seperti yang diharapkan. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diuji dengan menggunakan tes kognitif. Hasil ujian menunjukkan, 56 mahasiswa dari 63 mahasiswalulus dalam ujian tes kognitif. Keterampilan dan afektif mahaiswa dinilai pada saat mahasiswa melaksanakan percobaan. Kemudian nilai afektif, psikomotorik, dan nilai tes kognitif dirata-rata yang menghasilkan nilai akhir setiap mahasiswa. Hasil nilai akhir ini cukup menggembirakan, karena sebagian besar mahasiswa lulus dalam matakuliah Kajian Fisika Sekolah.

12

Page 13: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

Ujicoba pada tahun 2008 dilaksanakan dengan menyediakan perangkat percobaan dan pedoman praktikum Kajian Fisika Sekolah kepada mahasiswa. Pedoman praktikum berisi judul percobaan, alat dan bahan percobaan, tujuan percobaan dalam ranah kognitif, afektif, psikomotorik, serta ranah iman dan taqwa. Pedoman percobaan juga berisi lembar kegiatan mahasiswa untuk menemukan konsep, prinsip, teori, azas, aturan, atau hukum fisika. Mahasiswa juga diharuskan membuat laporan praktikum yang berisi: tabulasi data, analisis data yang berisi perhitungan data, pembuatan grafik, perumusan temuan; pembahasan dan rumusan kesimpulan, serta penerapan hasil dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik dilaksanakan dengan penilaian pada kemampuan metodologi, konseptualisasi, pemahaman konsep, aplikasi konsep, tatanilai, dan dimensi sosial pada saat mahasiswa melaksanakan percobaan. Dari sejumlah 68 mahasiswa, 80 % telah mencapai nilai standar kelulusan yaitu: 75 atau 7,5 pada kemampuan metodologi, konseptualisasi, pemahaman konsep, aplikasi konsep, tatanilai, dan dimensi sosial mahasiswa. Hasil ujicoba yang sudah lumayan.

Ujicoba pada tahun 2009 dilaksanakan dengan fasilitas dan isi yang sama dengan ujicoba tahun 2008. Hanya saja penelitian ini mengutamakan perbedaan prestasi belajar pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik antara mahasiswa reguler dan non reguler. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dengan taraf signifikansi 5 % dan derajat kebebasan 74 antara prestasi belajar mahasiswa reguler dan non reguler pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam matakuliah Kajian Fisika Sekolah yang telah menerapkan pendekatan generik dan metode IQRA’.

Ujicoba pada tahun 2010 dilaksanakan sama dengan ujicoba pada tahun 2008 dan tahun 2009 hanya ubahannya yang berbeda, yaitu menyangkut hasil belajar, kemandirian, dan kreativitas mahasiswa. Hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari 64 mahasiswa, sudah 75 % mencapai ketuntasan belajar yaitu: 75 atau 7,5. Nilai kemandirian mahasiswa sudah mencapai rata-rata 70 dan nilai kreativitasnya sudah mencapai rata-rata 75. Hasil yang cukup menggembirakan.

Dapat disampaikan, bahwa hasil ujicoba penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika dari tahun 2002 sampai 2010 adalah:

a. dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan kemampuan generik murid, yaitu: kemampuan metodologi, konseptualisasi, pemahaman konsep, aplikasi konsep, tatanilai, dan dimensi sosial peserta didik,

b. dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan ranah iman dan taqwa peserta didik,

c. dapat untuk meningkatkan kemandirian dan kreativitas peserta didik, d. dapat untuk menumbuhkembangkan efek pengiring pembelajaran, seperti sikap:

teliti, hati-hati, jujur (objektif), disiplin, toleran, dan rasa ingin tahu, sertae. dapat untuk menumbuhkembangkan ranah iman dan taqwa peserta didik.

Menurut Ahmad Abu Hamid, ranah iman dibagi menjadi empat aspek, yaitu:a. aspek mengagumi (admining), yaitu: mengungkapkan rasa kagum terhadap

keteraturan alam dan keindahan alam semesta ini, menyayangi sesama, menjaga

13

Page 14: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

kelestarian alam, membiasakan hidup bersih, hemat energi, dan bersyukur atas nikmat yang diberikan Alloh kepada dirinya,

b. meyakini (believing) yaitu: meyakini bahwa Alloh itu Tuhan kita yang maha esa (mengesakan Alloh), menyadari dirinya sebagai hamba Alloh, dan tidak menyekutukan Alloh,

c. mentaati (obeying) yaitu: mentaati perintah-perintah Alloh, menjauhi apa yang dilarang Alloh, melakukan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kebaikan dan menjauhi barang yang munkar),memohon ampunan kepada Alloh, dan mengendalikan hawa nafsu, serta

d. menyelaraskan diri (synchronizing) yaitu: berbudi pekerti luhur, meluhurkan asma Alloh, dan menyelaraskan diri pada 99 sifat utama Alloh (Ahmad Abu Hamid, 2011: 8).

Lebih lanjut Ahmad Abu Hamid menyatakan, bahwa ranah taqwa ada empat aspek pula, yaitu:

a. aspek niat (wellingness), yaitu: tekad dalam hati seseorang untuk melaksanakan sesuatu yang baik dengan jujur dan benar,

b. aspek taat (obedience) yaitu: rasa tunduk dan patuh hanya kepada Alloh, Nabi utusan Alloh, dan rosul-Nya semata,

c. aspek syukur (thankfull) yaitu: rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Alloh SWT kepada dirinya, serta

d. aspek mencari ridlo Alloh SWT (looking for blessed) yaitu: hanya mencari izin Alloh semata (Ahmad Abu Hamid, 2011: 9).

Penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ juga dapat menumbuhkembangkan akal budi murid. Akal budi murid merupakan gabungan antara kemampuan intelektual dan kejernihan hati. Dengan demikian akal budi seseorang merupakan puncak kognitif, afektif, dan psikomotorik manusia. Dapat dikatakan pula sebagai puncak cipta, rasa, karsa, dan karya seseorang. Dapat diartikan pula sebagai puncak akliyah, imaniyah, amaliyah, dan akhlakul karimah seseorang. Demikianlah manfaat penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika yang berlandaskan kepada tiga kesadaran manusia, yaitu: kesadaran inderawi, akali, dan kesadaran ruhani.

5. Karakter Murid

Karakter atau watak atau sifat dan perilaku atau thobi’ah atau jiwa murid perlu ditumbuhkembangkan melalui pendidikan dan pengajaran. Oleh sebab itu, tugas utama pendidikan dan pengajaran adalah pembinaan watak murid. Harian Kompas memuat pidato Presiden Kedua Republik Indonesia, Soeharto, yang menyatakan, bahwa pembangunan jiwa tidak kalah pentingnya dengan pembangunan lainnya (Kompas, 21 Agustus 1976, tahun XXI, nomor 47). Menurut R. Slamet Iman Santoso, arti jiwa menurut pengertian yang sederhana adalah manusia yang pandai, jujur, dan disiplin. Pandai tidak hanya mengenai kemampuan abstrak intelektual saja, tetapi juga diartikan sebagai kemampuan untuk bertahan hidup. Jujur merupakan sifat manusia yang menunjukkan antara apa yang ia katakan sesuai dengan apa yang ia perbuat. Bila sesuai, orang itu jujur, bila tidak sesuai orang itu pendusta. Artinya, janjinya akan dilaksanakan,

14

Page 15: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

sekalipun tidak dicatat dengan akte notaris. Disiplin berarti patuh kepada peraturan yang berlaku dalam masyarakat. Peraturan itu berwujud undang-undang, dapat kebiasaan, atau tatacara pergaulan lainnya. Demikianlah makna jiwa secara sederhana (R. Slamet Iman Santoso, 1981: 125-127).

Pusat Kurikulum Depdiknas menyatakan, bahwa kurikulum disusun untuk mencetak tamatan yang kompeten, cerdas dalam membangun integritas sosial, serta mewujudkan karakter nasional (Puskur Depdiknas, 2007: 1). Karakter nasional merupakan sifat dan perilaku yang harus ditunjukkan oleh semua lulusan, baik pada jenjang pendidikan manapun, maupun jenis pendidikan apapun di Indonesia. Karakter nasional itu antara lain: disiplin, jujur (objektif), membiasakan hidup bersih dan sehat, hemat energi, serta peduli lingkungan.

Dengan demikian, penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan karakter murid atau peserta didik. Namun kita sadari bahwa pembinaan karakter itu tidak dapat berdiri sendiri. Tetapi hasil karya dari suatu sistem atau individu. Sebagai contoh:

Beberapa waktu yang lalu terdengar kabar burung, bahwa disuatu kabupaten dan kota pada saat ujian sekolah, memboyong tutor-tutor bimbingan belajar untuk mengerjakan soal-soal ujian sekolah. Kemudian jawabannya disampaikan melalui pesan singkat (diSMS-kan) kepada peserta ujian sekolah di seluruh kabupaten dan kota tersebut. Walhasil, nilai ujian sekolah dapat baik semua.

Beberapa waktu yang lalu juga ada kabar burung, bahwa di suatu sekolah ada rekayasa nilai raport semester 3, 4, dan 5 serta nilai ujian sekolah (USEK) yang disebut sebagai nilai internal sekolah yang bobotnya 40 % untuk menentukan kelulusan murid yang sifat penilaiannya pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Rekayasa ini sedemikian rapinya dan kreatornya malah dari dinas pendidikan nasional kabupaten kota. Sehingga nanti hasil ujian nasional (UN atau UNAS) yang merupakan uji eksternal dengan bobot 60 % dalam menentukan kelulusan yang sifat penilaiannya hanya pada ranah kognitif saja, mendapat nilai berapapun murid pasti lulus atau tamat belajar.

Dengan demikian, sistem sangat berpengaruh terhadap pendidikan karakter murid, apalagi pembinaan karakter guru. Guru harus merekayasa nilai raport semester 3, 4, dan 5 serta merekayasa nilai USEK. Hal yang tidak mudah dilaksanakan guru dan harus terjaga serta terjamin kerahasiaannya, agar murid tidak tahu, apalagi orang tua murid, sama sekali tidak tahu menahu. Nah kalau sudah demikian, siapa yang salah ? Gurunya, para pejabatnya, atau muridnya ? Semua berpulang kepada kejujuran (objektivitas) kelompok atau sistem atau kejujuran individual. Guru tetap saja sebagai pejuang tanpa tanda jasa dan malahan pejuang yang suka merekayasa nilai internal sekolah.

Misalnya, guru tidak mau merekayasa nilai raport semester 3, 4, dan 5 serta nilai USEK, apa yang terjadi ? Dapat-dapat guru tersebut di PHK (pemutusan hubnungan kerja) atau dipindahkan ke tempat terpencil dan kering kerontang. Atau dapat pula dicaci maki oleh atasannya atau oleh pejabat yang berkompeten terhadap kelulusan 100 % siswa

15

Page 16: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

sekolah. Inilah dilema pendidikan karakter bangsa, menyakitkan, membingungkan, dan membenamkan ke dalam kubangan lumpur tak tentu ujung pangkalnya.

Oleh sebab itu, H. Suyanto yang menjabat sebagai guru besar UNY dan Plt Dirjen Pendidikan Dasar Kemdikbud. menganalisis, bahwa ujian nasional merupakan ujian kejujuran bangsa (Kedaulatan Rakyat, Senin Kliwon, 16-04-12: hal. 1 dan 7). Demikian pula pendapat H. Mardi Ahmad sebagai ketua dewan sekolah SMAN I Kasihan Bantul, bahwa ujian nasional (UN) harus utamakan kejujuran (Kedaulatan Rakyat, Senin Legi, 02-04-12: hal 4). Demikian pula harapan Sutrisno guru SMAN 1 Tanjung Sari Gunungkidul yang menyatakan, bahwa hendaknya ujian nasional (UN) beretika dan minim kecurangan (Kedaulatan Rakyat, senin Pon, 09-04-12: hal 10). Dengan cuplikan berita-berita ini jelaslah para pejabat, para guru, dan stake holders sekolah menghendaki suatu kejujuran dalam pelaksanaan UNAS, tidak merekayasa nilai internal sekolah yang merupakan pelanggaran etika dan dekat dengan tindak kecurangan. Mudah-mudahan pembinaan: kepandaian, kejujuran, dan kedisiplinan murid yang merupakan beban tugas mulia para guru, yang nantinya akan dapat diganti dengan pahala dan ridlo dari Alloh SWT. Allohumma aaamiin. Semoga guru-guru yang menolak atau keberatan melakukan rekayasa nilai internal murid mendapat perlindungan dan memperoleh pahala yang berlipat dari Alloh Tuhan Yang Maha Kuasa. Allohumma aaamiin.

C. PENUTUP

1. Simpulan

Hasil pembahasan menunjukkan bahwa:a. penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika

dapat menumbuhkembangkan karakter atau watak murid, lebih dari itu, dapat pula digunakan untuk menumbuhkembangkan kemampuan generik murid serta ranah iman dan taqwa murid;

b. langkah-langkah penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika adalah sebagai berikut:

(1). Tahap perencanaan.(a). tugas guru. Guru mempersiapkan kelas, perpustakaan, atau laboratorium sebagai ajang proses mengajar guru dan proses belajar murid. Guru merumuskan tujuan pembelajaran pada ranah kognitif, afektif, psikomotorik, serta ranah iman dan taqwa. Kemudian guru menentukan materi pelajaran dan pengalaman belajar yang harus dilalui murid, menyiapkan alat, bahan, dan perangkat percobaan atau objek pembelajaran, mencoba alat, bahan, dan perangkat percobaan sampai berhasil dengan menggunakan lembar kegiatan murid (LKM), menulis laporan percobaan sampai tuntas, serta menyiapkan instrumen evaluasi hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, psikomotorik, serta ranah iman dan taqwa. Kata sederhananya, guru harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan lembar kegiatan murid (LKM) serta instrumen evaluasinya.

(b). tugas murid. Murid mempersiapkan dirinya, jasmani dan ruhaninya untuk melaksanakan kegiatan belajar.

16

Page 17: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

(2). Tahap pelaksanaan.(a). tugas guru. Dalam tahap pelaksanaan pembelajaran, guru fisika seharusnya berfungsi sebagai fasilitator, pembombong, pembimbing, pengarah, motivator, dan dinamisator untuk mencari dan menemukan konsep-konsep fisika; sebagai evaluator, menjawab semua pertanyaan murid yang berhubungan dengan materi pelajaran dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari; membetulkan perangkat percobaan yang rusak, serta menjaga kondisi pembelajaran tetap dinamis, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Oleh sebab itu, guru sangat sibuk untuk melaksanakan pembelajaran fisika yang menerapkan pendekatan generik dan metode IQRA’, apalagi jika jumlah siswa per kelas ada 40 murid. Dapat dibayangkan, ada 40/3 = 13 kelompok percobaan yang harus dibimbing dan diamati kognitif, afektif, psikomotorik, serta iman dan taqwanya. Belum lagi jika ada perangkat percobaan atau alat ukur yang rusak tidak dapat digunakan. Bagaimana menggantinya, dan sejumlah masalah lagi yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran fisika.

(b). tugas murid. Tugas murid adalah melakukan IQRA’, yaitu: mengamati gejala alam yang ada dalam percobaan, mengukur besaran fisis yang terlibat dalam gejala alam tersebut, menganalisis (menggunakan pemikiran yang kritis dan penalaran yang objektif) untuk mencari hubungan antar ubahan yang terukur atau menganalisis data, dan menemukan konsep. Kemudian murid melakukan pemikiran yang kritis dan penalaran yang objektif guna membahas temuan (mengklarifikasi temuan dengan teori yang ada) untuk memperoleh kesimpulan, menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: melalui latihan soal-soal, serta mengkomunikasikan kepada fihak-fihak yang terkait, misalnya: dengan cara diskusi kelas atau pembuatan laporan percobaan. Dengan demikian, murid menjalani pengalaman belajarnya dengan dinamis, kreatif, inovatif, dan senang hati.

(3). tahap evaluasi.(a). tugas guru. Pada hakikatnya, evaluasi pada ranah afektif dan psikomotorik dilaksanakan pada saat murid sedang melaksakan pembelajaran atau sedang melaksanakan percobaan. Ranah afektif yang dinilai antara lain: kehati-hatian, ketelitian, kedisiplinan, kerjasama, sikap toleran, dan sikap ingin tahu. Sedangkan ranah psikomotorik yang dinilai antara lain: keterampilan mengamati, keterampilan mengukur, serta keterampilan menggunakan alat, bahan, dan perangkat percobaan. Ranah kognitif murid dapat dievaluasi dari segi: perumusan masalah, perumusan hipotesis, temuan, pembahasan, dan rumusan kesimpulannya. Ranah iman dan taqwa disesuaikan dengan materi pelajaran yang dijadikan topik pembelajaran dengan aspek-aspek iman dan taqwa.

(b). tugas murid. Dalam proses evaluasi hasil belajar, tugas murid adalah menampilkan semua kemampuannya yang diperoleh dari proses belajarnya.

(4). tahap refleksi. Dalam tahap refleksi guru dan murid bersama-sama mendiskusikan proses pembelajaran dan hasilnya. Diskusi ini diharapkan diperoleh rencana tindak lanjut dari pembelajaran yang telah dilaksanakan, misalnya: program pengayaan dan program perbaikan. Murid yang kurang dari nilai standar kelulusan dimasukkan dalam program

17

Page 18: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

perbaikan dan murid yang nilainya lebih tinggi dari standar kelulusan dimasukkan dalam program pengayaan. Dengan demikian, murid dan guru dapat menentukan arah pembelajarannya sendiri dengan sebaik-baiknya.

2. Saran-Saran

Sudah selayaknya guru-guru fisika di sekolah atau madrasah dan mahasiswa calon guru fisika untuk memahami, menelaah, menghayati, dan meneliti tentang:

a. model mengajar latihan menemukan atau latihan penelitian,b. penerapan pendekatan generik dalam pembelajaran fisika,c. penerapan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika, d. penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika,e. cara-cara mengevaluasi ranah kognitif, afektif, psikomotorik, serta ranah iman

dan taqwa, sertaf. meneliti kelemahan dan kekurangan penerapan pendekatan generik dan metode

IQRA’ dalam pembelajaran fisika.

3. Rekomendasi

Dengan uraian singkat ini, diharapkan bapak dan ibu guru fisika di sekolah serta mahasiswa calon guru fisika dapat melaksanakan konsep-konsep pendekatan generik dan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika. Karena apa ? Karena, penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan kemampuan generik, kemandirian, kreativitas, karakter, serta ranah iman dan taqwa murid.

Penerapan pendekatan generik dan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika dapat dimulai dengan pembuatan RPP dan LKM yang urut dan benar, yaitu: difokuskan dalam kegiatan mencari dan menemukan konsep, prinsip, teori, azas, aturan, dan atau hukum-hukum fisika melalui kerja ilmiah dan membudayakan sikap ilmiah. Kemudian RPP dan LKM digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran di kelas, laboratorium, atau di luar kelas dan atau laboratorium, serta digunakan sebagai pedoman pelaksanaan proses dan prosedur evaluasi hasil belajar. Setelah hasil evaluasi belajar dianalisis, kemudian setelah itu, dilaksanakan program tindak lanjut yang berupa program pengayaan dan program perbaikan.

Setelah bapak dan ibu guru fisika serta mahasiswa calon guru fisika menerapkan pendekatan generik dan metode IQRA’ dalam pembelajaran fisika sudah selesai dan tuntas, maka bapak dan ibu guru serta mahasiswa calon guru fisika dapat mengimbaskannya kepada fihak lain. Karena apa ? Karena, apabila telah ditemukan kemampuan generik suatu ilmu, misalnya: Biologi, Kimia, atau Sejarah, maka pembelajaran yang menggunakan pendekatan generik dan metode IQRA’ dapat dilaksanakan. Mudah-mudahan konsep ini dapat tumbuh dan berkembang, sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu yang namanya Pendidikan Fisika. Allohumma aaamiin.

18

Page 19: SEMINAS 2-6-2012seminar.uny.ac.id/semnasmipa/sites/seminar.uny.ac.id... · Web viewSutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012,

DAFTAR PUSTAKA

1. Achmad Baiquni, 1994, Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

2. Ahmad Abu Hamid, 2011, Pembelajaran Fisika di Sekolah: apa dan bagaimana pendekatan generik dan metode IQRA’ dilaksanakan dalam pembelajaran fisika, Yogyakarta: Pusat Pengembangan Instruksional Sains (P2IS) FMIPA UNY.

3. . . . . ., 2008, Pengembangan Profesi Guru Fisika, Diktat Kuliah, Yogyakarta: Jurdik Fisika FMIPA UNY.

4. Ari Ginanjar Agustian, 2005, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Penerbit Arga.

5. Benny Suprapto Brotosiswojo, 2000, Hakikat Pembelajaran MIPA (Fisika) di Perguruan Tinggi, Bahan Ajar PEKERTI / AA, Jakarta: PAU – PPAI.

6. Boyer, E.L., 1990, Scholarship Reconsidered Priorities of The Professoriate, a Report for The Cornegie Foundation for The Advencement Teaching.

7. Djohar, 2002, Penyamaan Visi dan Misi Pembelajaran MIPA di SD, SLTP, dan SMU di Yogyakarta, Makalah, Yogyakarta: Yayasan Anak Bangsa Mandiri (YABM).

8. Johson Elain B., 2003, Contextual Teaching and Learning, California: Corwin Press Inc.

9. Joyce, Bruce, Marsha Weil, and Emily Calhoun, 2009, Models of Teaching, Model-Model Pengajaran, Edisi Kedelapan, Penerjemah: Achmad Fawaid dan Atoilla Mirza, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

10. Kirp, D.I., at. all., 2003, The Marketing of Higher Education, Cambride: Harvard University Press.

11. Mahmud Yunus, 1978, Tafsir Al Qur’an Karim, Cetakan Kedelapanbelas, Jakarta: Bidakarya Agung.

12. Mardi Ahmad, 2012, UN Harus Utamakan Kejujuran, Kedaulatan Rakyat, Senin Legi, 2 April 2012, halaman 4.

13. Muslim, 1998, Paradigma Fisika dalam Reformasi Pendidikan Fisika yang Berkualitas, Makalah, Yogyakarta: Jurdik Fisika FPMIPA IKIP Yogyakarta.

14. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2007, Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu SMP / MTs, Jakarta: Puskur.

15. R. Slamet Iman Santoso, 1981, Pembinaan Watak Tugas Utama Pendidikan, Edisi II, Jakarta: Universitas Indonesia.

16. Soedjito Sosrodihardjo, 2008, Efek Belajar Secara Hafalan, Kedaulatan Rakyat, Sabtu Pon, 10 Mei 2008, halaman 17.

17. Sutrisno, 2012, UN yang Beretika dan Minim Kecurangan, Kedaulatan Rakyat, Senin Pon, 9 April 2012, halaman 10.

18. Suyanto, 2012, Kejujuran Ujian Nasional, Analisis di Kedaulatan Rakyat, Senin Kliwon, 16 April 2012, halaman 1 dan 7.

19. Udin S. Winataputra dkk., 1993/1994, Strategi Belajar Mengajar IPA, Jakarta: Proyek Penataran Guru SLTP setara D III.

20. Ulit, E.V., att.all.,1995, Teaching The Elementary School Subject, Manila: Book Store.

Catatan. Artikel Kajian disampaikan dan dibahas dalam seminar nasional penelitian, pendidikan, dan penerapan MIPA pada tanggal 2 Juni 2012 yang diselenggarakan oleh: FMIPA UNY.

19