Seminar tora kementan (yuti) new

49
PEMANFAATAN TANAH OBJEK REFORMA AGRARIA (TORA) untuk Perluasan Lahan Pertanian dan Kesejahteraan Petani Oleh: SYAHYUTI Kementerian Pertanian, Jakarta 13 Desember 2017

Transcript of Seminar tora kementan (yuti) new

Page 1: Seminar tora kementan (yuti)   new

PEMANFAATAN TANAH

OBJEK REFORMA AGRARIA (TORA)

untuk

Perluasan Lahan Pertanian dan Kesejahteraan

Petani

Oleh: SYAHYUTI

Kementerian Pertanian, Jakarta 13 Desember 2017

Page 2: Seminar tora kementan (yuti)   new

Materi:

4. Program TORA

5. Upaya mengoptimalkan TORA

untuk perluasan lahan dan kesejahteraan petani

2. Kebutuhan lahan untuk pembangunan pertanian

3. Kondisi dan ketersediaan lahan di Indonesia

1. Konsep reforma agraria

Page 3: Seminar tora kementan (yuti)   new

Satu,

Apa sih reforma agraria ?

Page 4: Seminar tora kementan (yuti)   new

Pasal 1 2 UU No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria:

Agraria adalah “Seluruh bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya....”.

Tap MPR No. IX tahun 2001 pasal 2:

“Pembaruan agraria mencakup suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia”.

4

Ada 2 aspek pembaruan

agraria, yakni:

1. Aspek penguasaan

dan pemilikan (=

landreform)

2. Aspek penggunaan

dan pemanfaatan

(=non landreform)

Reforma agraria =

aspek landreform +

aspek non-landreform

Page 5: Seminar tora kementan (yuti)   new

ASPEK LANDREFORM ASPEK NON-LANDREFORM

Objeknya Penataan ulang penguasaan dan

pemilikan tanah dan sumber daya agraria

lain

Perihal penggunaan dan pemanfatan tanah

dan sumber daya agraria lain.

Yang diatur Siapa menguasai tanah, apakah individu,

badan usaha, atau negara. Apakah

berupa hak milik, hak guna usaha, sewa,

bagi hasil, atau pinjam.

Apakah sebidang tanah tertentu lebih cocok

untuk ditanami padi, sawit, atau bikin pabrik.

Faktor-faktor

pembentuknya

Faktor tatanan hukum (negara dan adat),

tekanan demografis, kondisi ekonomi

(misal lapangan kerja non-pertanian),

dan lain-lain.

faktor geografi, topografi, kesuburan tanah,

infrastruktur yang ada, kondisi ekonomi

lokal-global, tekanan demografis,

ketersediaan teknologi, ketersediaan kredit,

keuntungan usaha pertanian, dan lain-lain

Masalah yang

dihadapi

Konflik penguasaan dan pemilikan

secara vertikal dan horizontal,

inkosistensi hukum, ketimpangan

penguasaan dan pemilikan, penguasaan

petani yang sempit, ketidaklengkapan

dan inkosistensi data.

Degradasi tanah, konflik penggunaan dan

pemanfaatan secara vertikal dan horizontal,

tanah sbg komoditas pasar, maraknya jual-

beli tanah. 5

Page 6: Seminar tora kementan (yuti)   new

ASPEK LANDREFORM ASPEK NON-LANDREFORM

Aktifitas RA yang

relevan

Penetapan objek tanah landreform,

penetapan petani penerima,

penetapan harga tanah dan cara

pembayaran, pendistribusian tanah

kepada penerima, perbaikan

penguasaan (misal perbaikan

sistem penyakapan), dan penertiban

tanah guntay (absentee)

Berbagai bentuk pengelolaan dan

pengusahaan tanah, penyediaan

infrastruktur pendukung, peningkatan

produktifitas tanah, perbaikan sistem

pajak tanah, pemberian kredit usahatani,

penyuluhan dan penelitian, penyediaan

pasar pertanian, serta pengembangan

organisasi petani. (= Tupoksi Kementan,

dan kementerian teknis lain)

Kelompok studi Land tenure. Yakni hak atas tanah

atau penguasaan tanah, atau tepatnya

tentang status hukum dari

penguasaan tanah (hak milik, gadai,

bagi hasil, sewa menyewa, dan juga

kedudukan buruh tani).

Land tenancy. Lebih kepada pendekatan

ekonomi, yaitu menyangkut tentang

penggarapan tanah dan seterusnya.

Kementerian terkait Kemen LHK, BPN Kementan, Kemen PUPR, Kemen LHK, dll

6

Page 7: Seminar tora kementan (yuti)   new

Swasembada pangan vs kesejahteraan petani:

Mencapai swasembada Mencapai kesejahteraan petani

Unit perhatian nasional Rumah tangga petani

Pencapaian Swasembada bisa dicapai

tanpa kesejahteraan petani,

asalkan total pertanaman

nasional cukup

Sejahtera bisa dicapai tanpa

swasembada, bila lahan per rumah

tangga cukup (mis 2 ha/RT)

Yang dibutuhkan Perluasan lahan (terutama

kedelai), lahan yang cukup

secara nasional,

ketersediaan teknologi, dan

dukungan untuk adopsi

teknologi.

Lahan yang cukup per RT, pola bagi

hasil yang adil, bantuan untuk

menekan biaya usahatani, harga jual

komoditas yang menarik

Bentuk dukungan Teknologi tinggi (benih

unggul, pupuk cukup, dst)

Lahan yang cukup per RT, dan teknologi

Pendekatan yg

bisa diaplikasikan

Farmer field school (FFS) Farmer Bussiness School (FBS)7

Page 8: Seminar tora kementan (yuti)   new

Kuadran II- Reforma agraria tanpa pembangunan

pertanian (= landreform tanpa aspek

non landreform)

- Lahan cukup per petani, secara

nasional kurang

- Bagi hasil menguntungkan penyakap

Kuadran IV

- Pembangunan pertanian dengan

landreform (lahan minimal 2 ha/RT

petani)

- Dukungan input cukup. Prasarana

baik, dan harga menarik

- Bagi hasil menguntungkan penyakap

Kuadran I

- Pembangunan pertanian lemah,

tanpa landrefrom

- Ketersediaan input dan prasarana

lemah

- Harga kurang menarik

- Bagi hasil merugikan penyakap

Kuadran III

- Pembangunan pertanian tanpa

landreform

- Lahan sec nasional cukup, namun

hanya 0,2 ha/RT

- Dukungan input, prasarana, dan

insentif harga

- Bagi hasil merugikan penyakap

Petani

sejahtera

Petani

tidak

sejahtera

Tidak

swasembada swasembada8

Page 9: Seminar tora kementan (yuti)   new
Page 10: Seminar tora kementan (yuti)   new

Gejala

“Delandreformisasi”:

Program landreform sudah diwacanakan sejak

1960-an, namun efektif nya rendah

Pada waktu yang bersamaan, berlangsung proses

sebaliknya, berupa ”delandreformisasi”

Delandreformisasi = suatu kondisi yang bergerak ke

arah yang berlawanan dari upaya-upaya

landreformisasi, berlawanan dengan tujuan ideal

reforma agraria. 10

Page 11: Seminar tora kementan (yuti)   new

Landreform Delandreformisasi

Proses panataan penguasaan dan pendistribusian lahan

kepada petani sehingga setiap petani memperoleh lahan

yang cukup untuk diusahakan dan mampu

mensejahterakan keluarganya.

Gejala yang berlawanan dengan ide landreform.

Lahan petani yang semula cukup menjadi terus

berkurang karena dijual, karena dibagi-bagi, atau

karena dialihfungsikan.

Landreform memimpikan petani memiliki akses pada

lahan yang mudah, menguasai lahan yang cukup untuk

keluarganya untuk mencapai kesejahteraan, dan

penataan ruang sedemikian sehingga kegiatan pertanian

mendapat dukungan secara skala ekonomi, infrastruktur,

dan kewilyahan.

Petani semakin terpisah dari lahan. Hanya

menguasai lahan yang semakin sempit, sehingga

tidak cukup untuk menafkahi keluarganya.

Bentuknya = pendaftaran tanah, ganti rugi lahan,

pendistibusian, pendaftaran calon penerima tanah, dan

lain-lain.

Bentuknya = penjualan lahan oleh petani,

fragmentasi lahan sehingga menjadi tidak

ekonomis, dan konversi lahan yang sulit

dikendalikan.

Terbatas pada ide, dibicarakan tiap hari Adalah fakta riel. Terjadi setiap hari, makin hari

makin cepat, makin luas, makin menguat.

Diwacanakan, dibuka secara luas, dan bahkan dijadikan

”jualan politik” para kontestan calon legislatif dan

eksekutif.

Tersembunyi, tidak diperhatikan, tidak disadari

oleh siapapun. Saya berani katakan, Saya adalah

orang pertama yang menulis hal ini, dan pertama

yang menggunakan konsep ”delandreformisasi”.

11

Page 12: Seminar tora kementan (yuti)   new

Landreform Delandreformisasi

Skalanya besar, menarik perhatian, dan

diberitakan media massa.

Skalanya kecil-kecil, terjadi di setiap wilayah desa

dan kota. Tidak ada yang merasa sedih, dan tidak

dianggap sebagai sebuah ketidakadilan karena

dijalankan secara sukarela oleh petani, dan legal

pula.

Diskenariokan dan direncanakan oleh

pemerintah dan kalangan cerdik pandai,

meski ga kesampaian.

Sesungguhnya juga tidak diharapkan bahkan oleh

petani sekalipun, namun tetap terjadi karena

tekanan hidup dan bujukan hidup konsumtif.

Dampak tidak berjalannya landreform =

akses petani padal lahan sulit,

penguasaan lahan makin sempit,

pemerintah terpaksa terus memberi

bantuan dan subsidi karena usahatani

per keluarga sempit dan tidak ekonomis,

kemiskinan, dan ketidakadilan.

Dampak delandreformisasi = terkendalanya

pengembangan agribisnis karena skala usaha

semakin tidak efisien, tenaga kerja usia muda

kurang tertarik di pertanian, pelepasan tanah

menyebabkan kemiskinan dan sulit akses ke

perbankan, petani terpaksa harus melakukan

diversifikasi bidang usaha yang serba tanggung,

serta perubahan sosiokultural yakni rusaknya

relasi dan keutuhan dalam keluarga.12

Page 13: Seminar tora kementan (yuti)   new

Dua,

Kebutuhan lahan untuk pertanian

Page 14: Seminar tora kementan (yuti)   new

Kebutuhan lahan untuk pertanian:

Komoditas Kebutuhan (juta

ha)

Ket.

Padi 14,98 Tahun 2025

Jagung 6,21

Kedelai 2,27 Tahun 2018 perlu

1,5 juta ha

Tebu 12,28

Sapi 0,21

TOTAL 32,76

Page 15: Seminar tora kementan (yuti)   new

ROADMAP CETAK SAWAH BARU Kementan 2016-2019

2. Persyaratan Calon Lokasi Sawah

a. Lahan clear and clean (status jelas & tidak sengketa)

b. Tersedia sumber air dan tenaga kerja (petani)

c. disusun Survei, Investigasi dan Desain (SID)

1. Target 2015-2019: 1,0 Juta Hektar

Lokasi di luar Pulau Jawa

Dikerjakan pola padat karya (melibatkan petani)

Cetak Sawah Baru (ribu hektar)

2016 2017 2018 2019

132

144

362

362

15

Page 16: Seminar tora kementan (yuti)   new

Tiga,

Kondisi dan ketersediaan lahan di Indonesia

Page 17: Seminar tora kementan (yuti)   new

Luas lahan Indonesia (dalam ha):

Luas Indonesia: 516.757.300 ha

LAUTAN DARATAN Potensi pertanian

325.748.300 191.009.000 95.810.000 lahan kering 70.590.000

lahan basah 5.230.000

rawa 19.990.000

Dimanfaatkan 61.110.000 Lokasi:

Cadangan 34.700.000 7.450.000 APL

6.790.000 HPK

Sumber: BPS (2013) dll 20.460.000 HP

Page 18: Seminar tora kementan (yuti)   new

Lahan berdasarkan penguasaan

(%):

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

70%

10%16%

4%

Lahan berdasarkan penggunaan (%):

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

4%4.60%

10.30%

66.20%

7.90%

1.40%5.60%

Page 19: Seminar tora kementan (yuti)   new

Luas dan jumlah Bidang Tanah Bersertipikat

Per Jenis Hak:

Luas (m2) Jumlah bidang

tanah (unit)

Hak milik 361.320.562.301 22.838.590

Hak guna usaha 336.896.121.067 10.368

Hak guna

bangunan

26.837.692.789 3.227.570

Hak pakai 3.690.708.486 250.411

Hak pengelolaan 761.398.580 3.504

Hak wakaf 35.418.112 36.345 -

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

45.0

50.0

Page 20: Seminar tora kementan (yuti)   new

Sumber: Statistik lahan pertanian 2009-2013 (Pusdatin 2014)

Page 21: Seminar tora kementan (yuti)   new

Lahan sawah: Lahan baku sawah

existing = 8,1 juta ha Potensi sawah = 8.3 juta

ha (rawa = 2,98 juta ha, non rawa 5,3 juta ha)

Lahan kering: Potensi = 22,4 juta ha Lahan kering semusim =

7,1 juta ha Lahan kering tahunan =

15,3 juta ha

Lahan gambut: Total = 21,5 juta ha Non forest = 9,4 juta ha Forest = 12,1 juta ha

Lahan rawa: Pasang surut = 20,2 juta ha

(yang potensial = 9,5 juta ha) Lebak = 13,3 juta ha (yang

sudah diusahakan 0,7 juta ha)

Padang penggembalaan (existing):

1973 = 8,8 juta ha 2003 = 2,4 juta ha

Page 22: Seminar tora kementan (yuti)   new

Potensi lahan gambut:-Total = 21 juta

ha

(sebagian

menyebut =

18,3 juta ha).

-Yang bisa

untuk

pertanian = 6

juta ha)

-Dalam hutan =

12 juta ha, di

luar hutan = 9,4

juta ha

Page 23: Seminar tora kementan (yuti)   new

Indonesia sesungguhnya tidak “kaya”

lahan:

23

Page 24: Seminar tora kementan (yuti)   new

Empat,

Program TORA

Page 25: Seminar tora kementan (yuti)   new

1. Membangun sistem pendaftaran tanah

publikasi positif

2. Reforma Agraria melalui redistribusi

tanah dan bantuan pemberdayaan

masyarakat

3. Pencadangan tanah bagi pembangunan

untuk kepentingan umum

4. Pencapaian proporsi kompetensi SDM

ideal bidang pertanahan untuk

mencapai kebutuhan minimum juru

ukur pertanahan

25

AGENDA 5 :Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia

Indonesia

“…. Peningkatan kesejahteraan masyarakat

dengan program “Indonesia Kerja” dan “

Indonesia Sejahtera” dengan mendorong land

reform dan program kepemilikan tanah seluas

9 Juta Hektar; program rumah kampung deret

atau rumah susun murah yang disubsidi serta

jaminan sosial untuk seluruh rakyat di Tahun

2019…”

NAWA CITA

(9 AGENDA PRIORITAS)ARAH KEBIJAKAN BIDANG PERTANAHAN

(RPJMN 2015-2019)

NAWACITA TERKAIT REFORMA AGRARIA

Page 26: Seminar tora kementan (yuti)   new
Page 27: Seminar tora kementan (yuti)   new

Kesepakatan 3 menteri tentang RA:

18 Desember 2015:

Mentan menemui Menteri LHK membahas kebutuhan lahan 2 juta ha

Menteri LHK: “ ...Oke. Tapi, sambil menghitung juga bagaimana pengelolaan risikonya. Terkait mitigasi perubahan iklimnya, kalau misalnya 350 ribu ha lahan untuk investasi sapi, berapa CH4 yang dihasilkan? ...”

Untuk investasi komoditas jagung, sapi, dan tebu.

Jagung dengan Perhutani di Jatim dan Jateng, tebu di Lampung dan Sultra , Sapi di Sultra, Kaltim, dan Kalteng

Akan dibentuk tim teknis yang beranggotakan Kementan, KLHK, serta Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN (“Tim Percepatan Pengadaan Lahan Pertanian”)

Page 28: Seminar tora kementan (yuti)   new

20 Desember 2015:

Tiga menteri sepakat membentuk “Tim Percepatan Pencadangan Lahan Investasi Industri Gula dan Sapi”

Pengadaan lahan seluas 2 juta hektare (ha): Tebu =1 juta ha

Jagung = 600.000 ha

Pembibitan sapi = 350.000 ha

Target akhir tahun 2015: rencana kerja tersusun

Akan menyisir HGU yang tidak sesuai peruntukan

Page 29: Seminar tora kementan (yuti)   new

13 Juli 2016:

Tiga menteri (Pertanian, LHK, dan BPN) dipanggil

Presiden

Kata Menteri LHK:

“Membahas masalah pertanian, ketersediaan lahan untuk

kesejahteraan masyarakat di samping untuk mengurangi

impor gula, jagung dan sapi”

Page 30: Seminar tora kementan (yuti)   new

24 Januari 2017:

Tim Percepatan Pencadangan Lahan untuk Investasi Pertanian (PPLIP).

Sesuai dengan Peraturan Menteri LHK No P81- 2016 tentang Kerja Sama Penggunaan dan Pemanfaatan Kawasan Hutan untuk Mendukung Ketahanan Pangan, pasal 5 ayat (2): “...pengembangan tanaman pangan dan ternak di wilayah tertentu

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan di Areal Kerja Perum Perhutani dapat dilakukan dengan skema kerja sama antara KPH atau Perum Perhutani dengan mitra kerja sama“.

Pasal 6 ayat (1): mitra kerja sama meliputi BUMN, BUMD, BUMS, atau koperasi.

Persetujuan harus dari Menteri LHK

PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) = di Sampit

PTPN X, XI, dan PT Wahyu Daya Mandiri = di Jawa Timur

Page 31: Seminar tora kementan (yuti)   new

24 Feb 2017:

Tim Percepatan Pencadangan Lahan untuk Investasi Pertanian (PPLIP)

Memberi waktu kepada 11 perusahaan untuk mengajukan permohonan izin pemanfaatan lahan Perhutani guna kegiatan investasi pertanian kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) hingga April 2017.

Perusahaan melengkapi persyaratan seperti kepastian lahan, proposal, peta, nota kesepahaman, jaminan 20% (bank garansi), dan kelayakan usaha.

Sesuai Permen LHK Nomor P.81/2016 tentang Kerjasama Penggunaan dan Pemanfaatan Kawasan Hutan untuk Mendukung Ketahanan Pangan.

Tebu 9 perusahaan, sapi 2 perusahaan, jJagung 0 perusahaan, karena tidak ada lahan yang sesuai.

Perhutani menyiapkan lahan seluas 67.000 ha (Jawa Barat-Banten 22.001 ha, Jawa Tengah 19.492 ha, dan Jawa Timur = 21.207 ha.)

Page 32: Seminar tora kementan (yuti)   new

Dalam UU 19 tahun 2013:

Tidak ada istilah “landreform”

Pasal 55-65: “konsolidasi dan jaminan luasan lahanpertanian”

Pemerintah menyediakan kemudahan dengan pemberianpaling luas 2 ha tanah negara bebas yang telahditetapkan sebagai kawasan pertanian kepada petani, yang telah digarap paling sedikit 5 tahun berturut-turut.

Pasal 59: hak penggarapan hanya diberikan dalambentuk hak sewa, izin pengusahaan, izin pengelolaan, atau izin pemanfaatan. (tidak termasuk hak pemilikan).

Page 33: Seminar tora kementan (yuti)   new

5 November 2014:

Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan judicial review atas UU 19-2013 :

‘Hak sewa’ (Ps 59) bertentangan dengan UUD 1945 (Ps 27 dan 28D ayat 1), merupakan praktik feodal Hindia Belanda.

Sehingga, Pasal 59: “Kemudahan bagi Petani untuk memperoleh lahan Pertanian diberikan dalam bentuk hak sewa, izin pengusahaan, izin pengelolaan, atau izin pemanfaatan” tidak memiliki hukum mengikat ( = dibatalkan).

Page 34: Seminar tora kementan (yuti)   new

34

REFORMA AGRARIA9 Juta Ha

REDISTRIBUSI TANAH4,5 Juta Ha

LEGALISASI ASET4,5 Juta Ha

Tanah

Transmigrasi

yang Belum

Bersertipikat

(0,6 Juta

Ha)

Sertipikasi

Tanah

(PRONA,

Lintas

Sektor)

(3,9 Juta

Ha)

HGU Habis

dan Tanah

Terlantar

(0,4 Juta

Ha)

Pelepasan

Kawasan

Hutan

(4,1 Juta

Ha)

@2 ha per RT =

4,5 juta RT

petani

Page 35: Seminar tora kementan (yuti)   new

Legalisasi aset:

Target sertifikasi = 3,9 juta ha

Realisasi 2010-2014 = 5.006.894 bidang

Sampai Agustus 2017 = 2.888,993 sertifikat, 245.097 bidang

Target sertifikasi 2017 = 5 juta sertifikat (sampai Oktober 2017 baru 2 juta, yang sudah dikukur 4 juta).

Target 2018 = 7 juta sertifikat

Target 2019 = 9 juta sertifikat

Page 36: Seminar tora kementan (yuti)   new

Redistribusi lahan:

Pernah disebutkan seluas 21,7 juta ha.

HGU dan tanah terlantar (0,4 juta ha), sedangkan tanah terlantar total 7,2 juta ha, potensi untuk pertanian 2,1 juta ha. Tahun 2012 = 13.000 bidang siap diredistribusi

Berasal dari bekas HGU, tanah terlantar, tanah negara, pelepasan kawasan hutan, hutan produksi untuk konversi

Untuk: buruh tani, petani gurem, masyarakat adat, nelayan, pemuda, dan perempuan

Pelepasan kawasan hutan (4,1 juta ha): berasal dari alokasi 20% perusahaan perkebunan dari pelepasan kawasan hutan, dan seluas 2,1 juta Ha dari HPK di kawasan hutan yang tidak produktif

Realisasi redistribusi:

1961-2013 = 2.337.096

bidang

2014 = 138.181 bidang

Tanah terlantar

teridentifikasi:

2010-2014 = 2.050.088

ha

Page 37: Seminar tora kementan (yuti)   new

Perhutanan sosial: Izin pemanfaatan hutan 35 tahun, bisa

diperpanjang

Direncanakan untuk 12,7 juta ha

Sampai 2019 ditargetkan 4,3 juta ha

Terdapat 25.683 desa berada dalam kawasan hutan

Terdiri dari: hutan desa 491.963 ha, hutan kemasyarakatan 244.404 ha, hutana tanaman rakyat 232.050 ha, kemitraan kehutanan 71.608 ha, hutan adat 8.746 ha, dan izin di areal Perhutani 4.675 ha

Periode Nov 2014 – Agustus 2017 telah dilakukan perhutanan sosial seluas 604.373 ha, untuk 239.341 KK

Peruntukan = koperasi, kelompok tani, Gapoktan

I Nov 2017:

Presiden menyerahkan SK perhutanan sosial di Kab Bekasi untuk 2.144 ha, di Jatim 2.827 ha.

4 Nov 2017:

Pemberian SK perhutanan sosial di Kab Boyolali seluas 1.890 ha, untuk 1.687 KK

Page 38: Seminar tora kementan (yuti)   new

IDENTIFIKASI OBYEK REFORMA AGRARIAHGU Habis dan Tanah Terlantar

(0,4 Juta Ha)

Pelepasan Kawasan Hutan

(4,1 Juta Ha)

Tanah Transmigrasi yg Belum

Bersertipikat (0,6 Juta Ha)

Legalisasi Aset(3,9 Juta Ha)

Potensi Ditetapkan TanahTerlantar (442.092 Ha)

Potensi HGU yang disampaikan daerah dari

Aceh, Kab Semarang, Kaltim, Sumbar, Pemalang, Banjar Negara, sumedang, garut, Solok, Kalsel, Jambi

(± 100.000 Ha)

Peta indikatif 4.385.395 ha

Catatan: harus ada pelepasan dari kawasan

hutan

Realisasi Legalisasi aset

2015 836.921 bdg (± 188.307

ha)Target Legalisasi aset 2016 1.050.073 bdg (± 236.266 ha)

± 227.293 Ha1. Sudah jadi kampung

belum ada sertipikat2. Sudah pelepasan

kawasan hutan tapi blm sertipikat HPL

3. Sudah jadi kampung, belum ada pelepasan

Penetapan (41.285 Ha)HGU Habis ( 1.163,94 Ha)Plasma untuk masyarakat

sekitar (12.317,79 Ha)Pelepasan Sebagian HGU

(4.000 Ha)

Transmigrasi 201511.044 bidang (± 22.088 ha)

Target 2016: 14.526 bdg(± 29.052 ha)

Redistribusi Tanah 201590.829 bdg (63.985 ha)

Target 2016: 175.000 bdg(± 123.280 ha)

Target 2017-2019303.907 bdg± 212.735 ha

Target 2017-201915.446.339 bdg± 3.475.426 ha

Target 2017-2019823.290 bdg± 548.860 ha

Asumsi:Transmigrasi: 1 KK memperoleh tanah seluas 2ha terdiri:

1ha (tanah usaha 1), 0,75 (tanah usaha 2) dan0,25 ha (rumah pekarangan) total 2 ha

Legalisasi aset : 0,225 ha/bdg (sesuai permohonan masuk KKP)Redistribusi Tanah Skema 3 : 0,7 ha/bdg (rata-rata realisasi 2015)Redistribusi Tanah Skema 4: 2 ha

Target 2017-2019± 2.050.000 bdg

4,1 juta ha

Page 39: Seminar tora kementan (yuti)   new
Page 40: Seminar tora kementan (yuti)   new

- 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000

ACEH

RIAU

SUMBAR

SUMSEL

BENGKULU

KALBAR

KALTIM

SULUT

SULTENG

SULSEL

MALUKU

PAPUA

POTENSI TORA DARI KAWASAN HUTAN

Page 41: Seminar tora kementan (yuti)   new
Page 42: Seminar tora kementan (yuti)   new

Kelompok kerja:

Pokja I: pelepasan kawasan hutan dan perhutanan sosial, diketuai KLHK

Pokja II: redistribusi dan legalisasi TORA, diketuai Kementrian ATR/BPN,

Pokja III: pemberdayaan ekonomi masyarakat, diketuai oleh Kementrian Desa PDTT.

Diskusi pada Pokja II:

KPA telah mengidentifikasi

sebanyak 621.656 ha

lahan, tersebar di 343

lokasi, pada 18 provinsi

dan 97 kabupaten/kota

Page 43: Seminar tora kementan (yuti)   new

Diskusi :

Page 44: Seminar tora kementan (yuti)   new

Agrarian Reform in the 21st Century?

de Janvry et al. (2001), The UN World Institute for

Development Economics Research (WIDER)

“Access to Land, Rural Poverty and Public

Action:

Betapa pentingnya akses atas tanah, kebijakan

land reform dan aksi‐aksi kolektif untuk

memerangi kemiskinan di pedesaan.

Pentingnya peran pasar dalam RA (market

assisted land reform).

Buku “Land Policies for Growth and Poverty

Reduction: World Bank Policy Research

Report”. buku pegangan The World Bank’s

Thematic Group on Land Policy and

Administration (The Land Thematic Group):

Pendekatan pasar ini memperoleh tantangan

dari IFAD (International

Fund for Agricultural Development), dalam buku

“IFAD Poverty Report 2001: The Challenge of

Ending Rural Poverty:

Pentingnya usaha pertanian skala kecil, dan

redistribusi tanah secara massal untuk mengurangi

kemiskinan di pedesaan secara drastis.

Artikel Griffin, Khan and Ickowitz, (2002) “Poverty

and Distribution of Land”. Journal of Agrarian

Change No. 2(3):

pentingnya land reform sebagai strategi

memerangi urban bias policies.

Bernstein (2002) “Land Reform: Taking A Long(er)

View”. Journal of Agrarian Change 2(4):

mengkritik pendekatan pasar maupun

neo‐populis

Page 45: Seminar tora kementan (yuti)   new

Ben Cousins (2007): "Land and agrarian reform in the 21st century: changing realities, changing arguments? “

Proponents of land reform are often concerned not only with issues of land and agriculture in relation to issues of national economic growth and development, poverty reduction and food security, but also in relation to questions of social justice and redressing historical legacies of dispossession and/or exploitation (the ‘land question’).

The economic bases of pro-poor land reform’ need reformulating in the rapidly conditions of the contemporary world.

Page 46: Seminar tora kementan (yuti)   new

Reforma agraria dan

HAM:

Hak atas tanah bukan hak universal dalam HAM, namun berhubungan dengan:

Hak untuk mempunyai milik

Hak atas rasa aman dan tenteram

Ahak bebasa atas ancaman ketakutan

Hak tidak dirampas miliknya secara sewenang-wenang

Hak hidup

Hak mempertahankan hidup dan menigkatkan taraf hidup

Hak berperan serta dalam pengambilan keputusan

Page 47: Seminar tora kementan (yuti)   new

Catatan penutup:

1. Realisasi TORA belum berjalan mulus. Apakah mencapai target sampai dengan tahun 2019 ?

2. Program TORA (legalisasi dan redistribusi) baru sebatas aspek LANDREFORM, sedangkan aspek NON LANDREFORM belum terlihat. Optimalisasi lahan TORA = membutuhkan penanganan aspek landreform + aspek non landreform

3. Untuk perluasan lahan pertanian: dimana lokasi lahan TORA, bagaimana topografis dan kesuburan nya, bagaimana prasarana ke lahan, dukungan irigasi, dll?

4. Untuk kesejahteraan petani: siapa KK yang memperoleh, berapa pembagian lahan per RT, kemampuan petani mengoptimalkan (bagaimana permodalan petani, prasarana, benih, dll), dukungan teknologi, pasar, dll?

Page 48: Seminar tora kementan (yuti)   new

5. Di luar TORA, masih tersimpan ribuan konflik agraria

yang juga membutuhkan perhatian. Sebagian bisa

diselesaikan dari Program TORA.

6. Agar berhasil, reforma agraria yang genuine perlu

dilakukan secara partisipatif sejak perencanaan,

pelaksanaan, hingga monev dan dampak. Bagaimana

keterlibatan petani, organisasi petani, dan kementerian

teknis?

7. Dalam Prolegnas 2015-1029: RUU Pertanahan dan

RUU Kehutanan harus bersinergi

Page 49: Seminar tora kementan (yuti)   new

49

http://webblogsyahyuti.blogspot.co.id/