Seminar Perfect

download Seminar Perfect

of 100

Transcript of Seminar Perfect

BAB I PENGANTAR Indonesia yang dikenal dengan wilayahnya yang luas masih memiliki beberapa masalah. Diantaranya adalah masalah pembangunan kota dan

perencanaannya. Menurut Sondang P. Siagian dalam bukunya yang berjudul Administrasi Pembangunan (2009), menjelaskan bahwa arti pembangunan ini memiliki paling tidak, tujuh ide pokok. Pertama; pembangunan merupakan suatu proses. Berarti pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap di satu pihak bersifat independen akan tetapi di pihak lain merupakan bagian dari sesuatu yang bersifat tanpa akhir. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan pentahapan tersebut, seperti berdasarkan jangka waktu, biaya, atau hasil tertentu yang diharapkan akan diperoleh. Kedua: pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai sesuatu untuk dilaksanakan. Dengan kata lain, jika dalam rangka kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara terdapat kegiatan yang terlihat seperti pembangunan, akan tetapii tidak ditetapkan secara sadar dan hanya terjadi secara sporadic atau incidental, kegiatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pembangunan. Ketiga: Pembangunan dilakukan secara terrencana, baik dalam arti jangka panjang, jangka sedang, ataupun jangka pendek, dan seperti dimaklumi merencanakan berarti mengambil keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan dilakukan pada jangka waktu tertentu di masa depan. Keempat: rencana

1

pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan perubahan. Pertumbuhan dimaksudkan sebagai peningkatan kemampuan suatu Negara bangsa untuk berkembang dan tidak sekedar mampu mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, dan eksistensinya. Perubahan mengandung makna bahwa suatu Negara bangsa harus bersikap antisipatif dan proaktif dalam menghadapai tuntutan situasi yang berbeda dari jangka waktu ke jangka waktu yang lain, terlepas apakah situasi yang berbeda itu dapat diprediksikan sebelumnya atau tidak. Kelima; pembangunan mengarah pada modernitas. Modernitas di sini diartikan antara lain sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik dari pada sebelumnya, cara berpikir yang rasional dan system budaya yang kuat tetapi fleksibel. Keenam: modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan per definisi bersifat multidimensional. Artinya, modernitas tersebut mencakup seluruh segi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang diterapkan dalam bidang politik, ekonomi, social budaya, serta pertahanan dan keamanan. Ketujuh: semua hal yang telah disinggung di atas, ditujukan kepada usaha pembinaan bangsa sehingga Negara bangsa yang bersangkutan semakin kukuh fondasinya dan semakin mantap keberadaannya sehingga menjadi Negara bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Sedangkan penerapan pembangunan kota di Indonesia, pada umumnya kotakota ini berkembang seperti tak terkendali dan terrencana dengan matang, sehingga yang terjadi, masyarakat Indonesia hanya bisa mengagumi kondisi kota-kota di luar negeri, khususnya kota-kota yang sedang maju, dengan negaranya yang sedang maju

2

pula. Kota-kota yang berhasil, minimal dapat membebaskan diri dari persoalan pembangunan fisik, sosial, dan ekonomi. Secara sosial dan ekonomi, masyarakat kota memiliki pendapatan yang cukup, tidak ada gelandangan yang berkeliaran secara mencolok, terpenuhi kebutuhan afeksi, estetika, aktualisasi, dan kebutuhan transenden masyarakatnya, sehingga kota secara keseluruhan nyaman dihuni secara humanis, dan tampaknya, berdasarkan imajinasi tersebut, terlihat sangat mudah memiliki kota yang menarik secara fisik, sosial dan ekonomi. Tetapi pada kenyataannya tidak semudah mengimajinasikannya. Sebagaimana disebutkan oleh Suara Merdeka,Rabu 6 Oktober 2010, yang terjadi di Kota Semarang dengan pembangunan Kampus Universitas Diponegoro ( Undip ) di Tembalang, yang mengakibatkan dipindahkannya kampus yang semula terletak di Pleburan, direlokasi ke Tembalang. Universitas Diponegoro ( Undip ) Merupakan salah satu Universitas Negeri terbesar di Jawa Tengah, dengan didukung oleh sumber daya manusianya yang handal dan terampil serta dilengkapi dengan fasilitas yang cukup memadai. Dalam perkembangannya Undip cukup pesat, terlihat dari pembangunan fasilitas-fasilitas serta gedung-gedung baru sebagai penunjang dan pelengkap aktivitas kampus. Hingga saat ini Undip telah memiliki 10 fakultas dan beberapa program pasca sarjana. Setiap tahun Undip menerima kurang lebih 6000-8000 mahasiswa baru dari 10 fakultas tersebut. Pada tahun akademik 2003/2004 ini tercatat mahasiswa Undip berjumlah 36.183 orang yang terdiri dari 18.755 orang dari fakultas eksak dan 17.428 orang dari fakultas non eksak( sumber : Biro Administrasi Undip). Dengan

3

adanya jumlah mahasiswa yang cukup besar ini, pihak Undip pada tahun 2010 ini memindahkan kampus bagi S1 yang semula di Pleburan ke kampus Tembalang. Hal ini agar semua aktivitas terintegrasi di pusat Universitas, yaitu tembalang. Selain itu, kampus pleburan saat ini juga dikhususkan sebagai kampus pascasarjana. Akan tetapi, pembangunan Kampus Undip Tembalang ini terlihat belum memiliki perencanaan yang matang, dengan bukti baru berjalan beberapa bulan, keadaan ini ternyata banyak dikeluhkan oleh mahasiswa, dosen, maupun masyarakat Semarang sendiri. Memang benar, jika pembangunan ini tujuan utamanya adalah memberikan manfaat, namun yang terjadi justru terdapat beberapa dampak negatif bermunculan, diantaranya adalah lokasi menuju ke kampus yang semakin jauh, lokasi kampus yang masih terlihat gersang dan belum tertata dengan sempurna, sulitnya mencari rumah kos yang dikarenakan banyaknya permintaan kos, namun jumlah kos yang tersedia tidak mencukupi lagi, akhirnya menyebabkan naiknya tarif rumah kos. Selain itu juga ada permasalahan lain yang rumit dan akan menjadi sorotan dalam pembahasan makalah ini, yaitu masalah kemacetan lalu lintas di Tembalang. Kemacatan ini ditandai dengan telah ramainya jalan-jalan mulai patung kuda ngesrep sampai kampus Undip dan Banjarsari oleh mahasiswa Undip yang berangkat atau pulang kuliah. Hal tersebut sangat berbeda dari sebelumnya, mahasiswa Undip yang terbaru adalah angkatan 2009, namun mulai September 2010 mahasiswa yang terbaru adalah angkatan 2010. Jumlah mahasiswa Undip jelas bertambah, karena jumlah mahasiswa baru lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya.

4

Peningkatan jumlah mahasiswa Undip di Tembalang, diiringi dengan jumlah kendaraan yang juga semakin banyak, baik motor maupun mobil. Pada saat siang hari pukul 11.30 sampai 13.30 waktu istirahat dan pukul 16.00 hingga malam pukul 20.00 terjadi kemacetan di beberapa titik,yaitu kolong tol dekat gerbang tol Tembalang dan kemacetan ini bisa mencapai gerbang kedua Undip dekat gedung serba guna (GSG) Undip. Banyak persimpangan di Tembalang Undip, mulai dari patung Kuda Ngesrep terdapat 4 persimpangan yang rawan terjadi kemacetan, yaitu persimpangan di bawah tol Tembalang, tempat keluar masuknya mobil dari tol, persimpangan ke arah Poltekes Semarang, persimpangan dekat Masjid Pangeran Diponegoro, dan persimpangan di dekat Masjid Kampus Undip. Hal ini membuat Tembalang semakin rawan macet. Selain macet, risiko lain yang dapat terjadi adalah kecelakaan, dimana kendaraan yang sangat ramai dan dengan jarak yang saling berdekatan, dapat saja bersenggolan jika melakukan rem mendadak. Dari beberapa fakta di atas, dapat dijelaskan bahwa perencanaan pembangunan kampus Undip Tembalang ini dirasa kurang matang, karena penyusunan perencanaannya tidak tepat, yang disebabkan kurangnya informasi mengenai dampak pembangunannya, Perencanaan mengikuti paradigma yang ternyata tidak sesuai dengan kondisi dan perkembangan saat ini, selain itu perencanaan pembangunannya pun dirasa terlalu cepat. Hal ini dapat dilihat dari

5

banyaknya fasilitas-fasilitas kampus yang belum seratus persen selesai, namun sudah digunakan untuk aktivitas perkuliahan. Untuk itu, seharusnya perencanaan pembangunan di Undip tersebut mendasarkan pada prinsip partisipatif, yaitu mengikutsertakan seluruh warga Undip dan masyarakat sekitar daerah Tembalang, guna membahas masalah dampak, dan Prinsip kesinambungan, dimana perencanaan tidak hanya berhenti pada satu tahap tetapi harus berlanjut sehingga menjamin adanya kemajuan terus-menerus dalam kesejahteraan, dan jangan sampai terjadi kemunduran. Selain itu, perncanaan pembangunan harus menerapkan Prinsip holistic, yang berarti masalah dalam perencanaan dan pelaksanaannya tidak dapat hanya dilihat dari satu sisi (atau sektor) tetapi harus dilihat dari berbagai aspek, dan dalam keutuhan konsep secara keseluruhan. Melihat semua risiko yang muncul akibat pembangunan kampus Undip Tembalang ini terbukti tidak hanya meresahkan mahasiswa dan dosen Undip, namun juga masyarakat Tembalang dan sekitarnya pun ikut merasakan dampaknya. Perencanaan pembangunan kampus Undip Tembalang ini sangat terlihat belum matang, dengan bukti masih banyaknya pengaruh negatif yang ditimbulkan. Oleh karena itu, penulis memilih tema ANALISIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG, guna mengetahui sebab-sebab perencanaan ini terlihat belum matang dan mengetahui pula solusi mengatasi masalah tersebut.

6

BAB II RELEVANSI Judul Penelitian ini adalah : Analisis Perencanaan Pembangunan Kampus Undip Tembalang Buku 1 JUDUL NAMA PENGARANG TAHUN PENERBIT JUMLAH BAB JUMLAH HALAMAN : Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan : Sudharto P. Hadi : 2001 : Gadjah Mada University Press : 5 bab : 143 halaman

Buku pertama adalah karangan Prof. Sudharto P. Hadi, salah satu pengajar di Fisip Undip. Buku Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan ini membahas tentang beberapa pengertian mengenai Perencanaan. Dimana makna perencanaan sangat tergantung pada paradigma yang dianut. Menurut Davidoff dan rainer (1962), Robinson (1972) Faludi (1973) dari perspektif paradigma rasional memberikan batasan tentang perencanaan sebagai suatu proses untuk menentukan masa depan melalui suatu urutan pilihan. Sedangkan menurut Friedman (1987: 38) teori perencanaan didefinisikan sebagai cara-cara untuk menghubungkan antara dunia ilmiah dengan pengetahuan teknis untuk diimplementasikan dalam dunia publik. Sedangkan pembangunan memiliki makna ganda. Tipe pembangunan yang pertama lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dimana fokusnya adalah pada

7

masalah kuantitatif dari produksi dan penggunaan sumber daya. Tipe kedua, pembangunan yang lebih memperhatikan pada perubahan dan pendistribusian barabg-barang dan peningkatan hubungan sosial. Tipe yang kedua lebih berorientasi pada pembangunan sosial dimana fokusnya pada kualitatif dan pendistribusian perubahan dalam struktur dari masyarakat yang diukur dari berkurangnya diskriminasi dan eksploitasi serta meningkatnya kesempatan yang sama dan distribusi yang seimbang dari keuntungan dari pembangunan pada seluruh masyarakat. Sedangkan konsep yang terdapat dalam buku ini adalah konsep pembangunan berkelanjutan. Munculnya konsep pembangunan diawali pada tahun 1980-an oleh World Comission on Environment and Development, yang mendefinisikan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dalam buku ini juga menjelaskan tentang teori perencanaan. Klasifikasi teori perencanaan sangat bervariasi, Friedman (1987) mengembangkan empat kategori yakni teori reformasi sosial, analisis kebijakan, pembelajaran sosial, dan mobilisasi. Hudson (1979) membagi teori perencanaan ke dalam lima kategori yang meliputi sinoptik, incremental, transaktif, advokasi dan radikal. Walker (1984:20) mengajukan tiga kategori meliputi incremental, komprehensif, dan structural. Faludi secara implisit mengkategorikan perencanaan ke dalam dua kategori yang meliputi komprehensif, incremental, dan perencanaan positif. Diantara kategori tersebut ada

8

beberapa kesamaan. Kategori Hudson tentang transaktif dan radikal sejenis dengan kategori Friedman tentang pembelajaran sosial dan mobilisasi sosial. Selain itu juga terdapat teori tentang strategi pusat pertumbuhan dan perwilayahan pembangunan di dalam perencanaan pembangunan wilayah agar lebih optimal . Pusat pertumbuhan dalam arti geografis berarti pembangunan dari pusat ke pinggiran. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Franciscois Perroux (1950) yang memandang pusat pertumbuhan itu direfleksikan dalam kegiatan industri yang memiliki jaringan ke hilir dan hulu. Boudeville (1972) memperluas konsep Perroux dalam artian geografis. Ia memperkenalkan konsep aglomerasi di beberapa daerah yang potensial sebagai mesin pertumbuhan. Konsep ini memikat Negara-negara berkembang dalam melaksanakan perencanaan pembangunan agar lebih efisien. Buku ini memberikan penjelasan mengenai variabel, yaitu syarat-syarat pembangunan berwawasan lingkungan, dimana pembangunan ini sangat berkaitan erat dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Untuk menciptakan perencanaan pembangunan agar lebih optimal, maka buku ini menyarankan adanya strategi pusat pertumbuhan dan perwilayahan pembangunan. Selain itu, variabel lain yang mempengaruhi pada buku ini adalah Pengambilan keputusan yang merupakan bagian dari perencanaan. Bagaimana keputusan diambil, siapa yang terlibat sangat tergantung pada visi dan orientasi para perencana. Keputusan yang menyangkut banyak orang memiliki jaringanketerkaitan dan implikasi yang luas. Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan banyak orang dalam suatu organisasi akan rumit karena pihak-pihak yang terlibat sangat

9

banyak dan beragam, cakupannya sangat luas, serta konsekwensi suatu keputusan akan berdampak luas dan multi dimensi. Untuk itu, bagaimana sebuah keputusan diambil, bukan semata-mata persoalan teknis tetapi menyangkut aspek nilai. Sedangkan Indikator pembangunan yang berhubungan dengan pembangunan berwawasan lingkungan, menghendaki syarat-syarat seperti berikut : 1. Pembangunan itu sarat dengan nilai, dalam arti bahwa ia harus diorientasikan untuk mencapai tujuan ekologis, sosial dan ekonomi. 2. Pembangunan itu membutuhkan perencanaan dan pengawasan yang seksama pada semua tingkat 3. Pembangunan itu menghendaki pertumbuhan kualitatif setiap individu dan masyarakat 4. Pembangunan membutuhkan pengertian dan dukungan semua pihak bagi terselenggaranya keputusan yang demokratis 5. Pembangunan membutuhkan suasana yang terbuka, jujur, dan semua yang terlibat senantiasa memperoleh informasi yang aktual. Dari beberapa cuplikan buku karangan karangan Prof. Sudharto P. Hadi, ini menunjukkan kaitan dalam menganalisis Perencanaan Pembangunan Kampus Undip Tembalang yang menuai bermacam-macam masalah, sehingga buku ini sangat tepat digunakan sebagai salah satu bahan acuan, karena buku tersebut membahas mengenai berbagai teori, konsep dan indikator dalam melakukan perencanaan pembangunan.

10

Buku 2 JUDUL NAMA PENGARANG TAHUN PENERBIT JUMLAH BAB JUMLAH HALAMAN : Manajemen Tata Ruang : Budi Supriyatno : 2009 : CV. Media Brilian : 10 bab : 144 halaman

Buku yang berjudul Manajemen Tata Ruang ini memberikan pengertian Tata Ruang sebagai suatu proses kegiatan dalam rangka menata atau menyusun bentuk struktur dan pola pemanfaatan ruang secara efisiensi dan efektif. Sedangkan definisi Manajemen Tata Ruang adalah kemampuan untuk mengelola tata ruang yang kegiatannya meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan agar lebih efektif dan efisien dalam rangka mendorong pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk ketersediaan variabelnya, Manajemen tata ruang di kawasan perkotaan cenderung mengalami permasalahan yang sangat serius dampak dari arus urbanisasi yang semakin meningkat, selain itu permasalahan lain yang muncul adalah tingginya alih guna lahan terutama dari lahan pertanian maupun kawasan terbuka hijau menjadi perumahan dan kawasan industri yang memberikan dampak terhadap rendahnya kualitas lingkungan hidup. Selain itu, terdapat pula variabel lain, yaitu dimana dalam rangka menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan manajemen ruang perlu dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan tata

11

ruang . pengawasan tersebut dimaksudkan untuk menjamin terlaksananya peraturan perundang-undangan, terselenggaranya upaya pemberdayaan seluruh pemangku kepentingan, dan terjadinya pelaksanaan penataan ruang. pengawasan ini terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Sedangkan Indikator yang terdapat dalam buku ini adalah adanya beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan penataan ruang,. Ketentuan tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Pembagian wewenang antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan penataan ruang untuk memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan. 2. Pengaturan penataan ruang yang dilakukan melalui penetapan peraturan perundang-undangan termasuk pedoman bidang penataan ruang sebagai acuan penyelenggaraan penataan ruang. 3. Pembinaan penataan ruang melalui berbagai kegiatan untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan penataan ruang. 4. Pelaksanaan penataan ruang yang mencakup perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang kepada semua tingkat pemerintah. 5. Pengawasan penataan ruang yang mencakup pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan penataan ruang.

12

6. Hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang untuk menjamin keterlibatan masyarakat. 7. Penyelesaian sengketa, baik sengketa antar daerah maupun antar pemangku kepentingan lain secara bermartabat. 8. Penyidikan yang mengatur tentang penyidik pegawai negeri sipil beserta wewenang dan mekanisme tindakan yang dilakukan. 9. Ketentuan sanksi administratif dan sanksi pidana sebagai dasar untuk penegakan hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang. Untuk konsepnya, di dalam buku ini membahas mengenai Pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan melalui pengembangan kawasan secara terpadu. Pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan konsep standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, konsep standar kualitas lingkungan, dan konsep daya dukung serta daya tampung lingkungan hidup. Buku ini juga menjelaskan bahwa Manajemen Tata Ruang di Indonesia ini sangat memprihatinkan, dimana perencanaan tata ruang atau penataan kotanya belum teratur, yang dihinggapi oleh kasus-kasus kemacetan, seperti yang terjadi di sepanjang kawasan Kampus Undip Tembalang ini. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa manajemen tata ruang termasuk di dalamnya perencanaan dan penataan ruang belum mampu menjawab tantangan perkembangan jaman. Pembangunan yang tidak mengacu tata ruang akan terjadi benturan kepentingan yang sulit dipecahkan khususnya dalam pelaksanaan kegiatan sektoral. Namun demikian, manajemen tata ruang di kawasan perkotaan cenderung

13

mengalami permasalahan yang sangat serius dampak dari arus urbanisasi yang semakin meningkat, seperti Kota Semarang yang termasuk Kota besar di Jawa Tengah yang memiliki Undip sebagai Universitas terbesar Jawa Tengah. Secara otomatis, penduduk Jawa Tengah banyak yang melakukan Urbanisasi ke Semarang guna menempuh pendidikan di Universitas ternama ini, sehingga membuat Semarang menjadi semakin padat, terlebih aktivitas perkuliahan ini terpusat di daerah Tembalang. Sementara di sisi lain, daya dukung lingkungan dan social yang ada mengalami penurunan sehingga tidak dapat mengimbangi kebutuhan akibat tekanan penduduk yang semakin meningkat. Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik yang berada di perkotaan telah mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan seperti tingginya polusi udara, dan meningkatnya kerawanan social seperti kriminalitas dan krisis social, serta menurunnya produktivitas masyarakat akibat stress karena terbatasnya ruang public yang tersedia untuk interaksi social. Untuk itu, dalam rangka menciptakan ruang yang nyaman, produktif, berkelanjutan, berwawasan manusiawi dan lingkungan hidup, perlu memperhatikan secara serius terhadap keberadaan konsep ruang terbuka, yang pada umumnya diperuntukkan terutama bagi lalu lintas dan sirkulasi pejalan kaki. Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta didukung oleh daya tampung teknologi yang sesuai akan meningkatkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan subsistem. Seiring dengan maksud tersebut, pelaksanaan pembangunan yang dilakukan baik oleh pemerintah,

14

pemerintah daerah, maupun masyarakat, baik pada tingkatan pusat maupun pada tingkatan daerah, termasuk juga pembangunan yang dilakukan Undip ini harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang oleh siapapun tidak boleh bertentangan dengan rencana tata ruang. Buku 3 JUDUL Paradigma NAMA PENGARANG TAHUN PENERBIT JUMLAH BAB JUMLAH HALAMAN : Paulus Hariyono : 2010 : Pustaka Pelajar : 9 bab : 272 halaman : Perencanaan Pembangunan Kota dan Perubahan

Buku ketiga adalah buku yang berjudul Perencanaan Pembangunan Kota dan Perubahan Paradigma. Buku ini salah satunya membahas tentang pengertian perencanaan pembangunan. Kata perencanaan dapat dilihat dari berbagai sudut disiplin ilmu, Conyers dan Hill (1984:3), ahli perencana kota menyebutkan bahwa perencanaan merupakan sebuah proses yang berkelanjutan yang menghasilkan keputusan-keputusan, atau pilihan-pilihan tentang alternatif cara penggunaan sumber daya-sumber daya yang memungkinkan, dengan tujuan untuk mencapai suatu bagian dari tujuan dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Sedangkan arti pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang lebih baik bagi masyarakat, dan dilakukan

15

dengan norma-norma atau nilai-nilai tertentu. Selain itu, yang dimaksud pengertian kota adalah suatu hasil pembangunan fisik, sosial, dan ekonomi yang digunakan untuk aktivitas dan kebutuhan suatu masyarakat yang hidup secara nonagraris di lokasi tertentu yang relatif padat penduduknya. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembangunan kota adalah upaya mengenali potensi kota, dan mengenali kota lain sebagai referensi untuk menentukan wajah kota, kemudian mengenali sumber daya yang ada dan menggerakkannya, dan diimplementasikan secara bertahap biasanya dengan prioritas tertentu, dengan tujuan dan nilai tertentu di masa depan untuk memperoleh perbaikan di bidang fisik, sosial, dan ekonomi pada umumnya. Untuk indikatornya, buku ini menjelaskan tentang sebelum dibuat rencana untuk pembangunan fisik kota harus diadakan dulu penelitian pertanahan kota untuk mendapat informasi mengenai penggunaan tanah, tanah yang tidak digunakan, tanah yang penggunaannya kurang benar, dan sebagainya. Penelitian yang harus dilakukan biasanya mengenai (Jayadinata, 1992) : 1. Keadaan fisiografi kota 2. Penggunaan tanah dalam kota 3. Tanah yang tidak digunakan 4. Mutu struktur atau bangunan dan lingkungan 5. Biaya dan keuntungan dari penggunaan tanah 6. Nilai tanah dalam kota

16

7. Keindahan dalam kota sikap dan harapan penduduk berhubungan dengan tata guna tanah. Selain itu, pada konsepnya, terdapat penjelasan mengenai Ekologi sosial yang mendasarkan pada teori yang memiliki asumsi bahwa manusia memiliki dua taraf, yaitu taraf biotik dan taraf sosial. Taraf biotik adalah yang alamiah yang merupakan dasar masyarakat dan merupakan subsosial yang berlaku asas kompetitif dan ketergantungan, sehingga masyarakat berkembang dengan pola tertentu. Sedangkan taraf sosial berhubungan dengan susunan sosio-kultural dalam masyarakat yang diatur oleh komunikasi, persetujuan (consensus), nilai-nilai, norma-norma dan berkaitan dengan sistem sosial. Ekologi sosial dapat dirumuskan sebagai studi mengenai komunitas, struktur, fungsi, dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, sehingga mampu menjelaskan perkembangan dan morfologi kota pada suatu kurun waktu tertentu. Pengertian ekologi sosial dikembangkan dalam kehidupan kota. Kota memiliki komunitas yang terdiri dari penduduk, tempat tinggal dan sarana. Karena kompetisi, unsur-unsur tersebut mengalami proses perubahan dengan terjadinya proses segregasi, invasi, dan suksesi, sehingga daerah alamiah dalam kota terdapat zona-zona tertentu. Untuk bagian teori, buku ini menyajikan beberapa teori mengenai perencanaan pembangunan kota. Teori penting yang disusun oleh Burgess dari hasil risetnya di Kota Chicago. Teori lingkaran tersebut dikenal dengan Teori Lingkaran Konsentris, yaitu aktivitas kota terbentuk berlapis-lapis melingkar dengan susunan

17

tertentu. Di sisi lain, Teori Lingkaran Konsentris mendapatkan perhatian bagi perencana kota. Dengan mempergunakan teori ini, pekerjaan perencanaan kota menjadi lebih mudah. Teori Burgess mendapat kritikan dari Hoyt dan Harris & Ullman. Hoyt memberikan Teori Sektor yang menyatakan bahwa struktur kota bukan merupakan lingkaran-lingkaran konsentris, melainkan sector-sektor terpisah dari dalam kota ke luar. Gejala ini bertitik tolak dari anggapan bahwa industri mengambil peranan yang lebih penting. Kegiatan industri meluas di sepanjang jalan dari pusat kota ke luar. Sedangakan Harris dan Ullman mengemukakan Teori Inti Ganda. Teori ini menegaskan bahwa sesungguhnya kota sering kali mempunyai inti dan sering pula terletak dekat pusat-pusat yang lain Buku karangan Paulus Hariyono ini juga menjelaskan perencanaan di dunia ketiga, dimana perencanaan lebih diapresiasi sebagai perencanaan fisik dan perencanaan pembangunan ekonomi. Perencanaan sosial dan lingkungan sering kali kurang mendapatkan perhatian yang cukup. Keadaan ini sangatlah cocok dengan yang terjadi di Kota Semarang, dimana perencanaan kampus Undip hanya terfokus pada perencanaan fisiknya saja, tanpa disertai dengan perencanaan lingkungannya. Padahal antara perencanaan yang satu dengan yang lain itu saling berhubungan. Dan jika salah satunya tidak diperhatikan, akibatnya sering terjadi ketimpangan hasilhasil pembangunan. Selanjutnya, manusia tidak memperhatikan masalah etika dalam beraktivitas. Sebagaimana disebutkan Koentjaraningrat, bahwa persoalan etika di bidang administrasi sebagai sikap mental menerabas. Sikap mental ini dapat

18

berupa korupsi, kolusi dan nepotisme serta perilaku yang tidak mendukung budaya modernisasi dengan diabaikannya sikap disiplin dan transparansi. Terbukti bahwa sikap mental tidak disiplin mampu menggerogoti hasil-hasil pembangunan fisik dan ekonomi. Bahaya kebanjiran dan lingkungan hidup di kota besar di Indonesia terjadi, karena perilaku serakah membangun setiap tempat tanpa memperhitungkan dampaknya, seperti pembangunan gedung atau perumahan yang berakibat negatif, ataupun orang-orang berlomba-lomba memiliki kendaraan pribadi karena budaya gengsi dan lingkungan yang tidak memungkinkan terbentuknya kondisi yang aman dan nyaman untuk melakukan perjalanan menggunakan kendaraan umum. Uraian-uraian di atas menunjukkan bahwa perencanaan di Negara Dunia Ketiga umumnya belum ada regulasi yang mengatur segala sesuatunya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. kepekaan masyarakat untuk membaca titik kritis yang harus diperhatikan sangat kurang. Atau dengan kata lain, mereka tidak membaca tanda-tanda akan terjadi suatu hal yang tidak diinginkan, hal ini terjadi karena konsep perencanaan pada masyarakat Dunia Ketiga masih rendah, lebih-lebih lagi implementasinya. Selain penjelasan tentang perencanaan, terdapat juga pengertian tentang pembangunan, yaitu suatu proses perubahan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang lebih baik bagi masyarakat, dan dilakukan dengan norma-norma atau nilai-nilai tertentu. Dalam melakukan pembangunan membutuhkan proses secara bertahap dan memiliki tujuan tertentu.

19

Sedangkan maksud dari perencanaan pembangunan kota adalah upaya mengenali potensi kota, dan mengenali kota lain sebagai referensi untuk menentukan wajah kota, kemudian mengenali sumber daya yang ada dan menggerakkannya, dan mengimplementasikan secara bertahap biasanya dengan prioritas tertentu di masa depan untuk memperoleh perbaikan di bidang fisik, sosial, dan ekonomi pada umumnya. Dari beberapa pengertian dan konsep perencanaan dan pembangunan dalam buku ini yang tentunya sangat berkaitan erat dengan pembahasan mengenai Analisis Perencanaan Pembangunan Kampus Undip Tembalang yang menuai banyak masalah, maka semakin jelas bahwa buku ini layak untuk dijadikan referensi dalam kelancaran penelitian ini. Buku 4 JUDUL NAMA PENGARANG TAHUN PENERBIT JUMLAH BAB JUMLAH HALAMAN : Perencanaan Pembangunan : Bintoro Tjokroamidjojo : 1987 : CV Haji Masagung : 4 bab : 225 halaman

Buku yang berjudul Perencanaan Pembangunan ini, memberikan gambaran yang agar menyeluruh mengenai perencanaan pembangunan. Pendekatannya dimulai dari uraian yang bersifat umum mengenai arti dan fungsi rencana, berbagai macam rencana, prinsip-prinsip dan cara-cara yang berkenaan dengan perencanaan

20

pembangunan, kemudian aspek pelaksanaan rencana antara lain perencanaan operasional tahunan dan perencanaan proyek-proyek, serta keterlibatan masyarakat luas dalam perencanaan dan permasalahannya. Buku ini memberikan definisi mengenai perencanaan, yaitu suatu pengarahan menggunakan sumber-sumber pembanguanan (termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif. Sedangkan arti perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efektif dan efisien. Untuk variabelnya, buku ini menjelaskan beberapa hal, yaitu permasalahanpermasalahan pembangunan yang dikaitkan dengan sumber daya yang tersedia, tujuan serta sasaran rencana yang ingin dicapai, kebijaksanaan dan cara untuk mencapai tujuan, penterjemahan dalam program-program yang konkrit, serta jangka waktu pencapaian tujuan. Sedangkan pada bagian indicator, di dalam buku ini terdapat cirri-ciri dan rujuan dari perencanaan pembangunan, yaitu : 1. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap. 2. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan per kapita, 3. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi,

21

4. Perluasan kesempatan kerja, 5. Usaha pemerataan pembangunan 6. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan, 7. Usaha agar kemampuan membangun secara bertahap lebih didasarkan pada kemampuan nasional. dan 8. Usaha secara terus-menerus menjaga stabilitas ekonomi. Untuk bagian konsepnya, buku ini memberikan penjelasan tentang Kebijaksanaan Dasar Pembangunan. Dimana kegiatan pertama yang utama dalam pekerjaan perencanaan adalah perumusan kebijaksanaan dasar pembangunan. Kebijaksanaan pembangunan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang perkembangan yang hendak ditempuh. Seringkali hal ini juga disebut sebagai perumusan atau penentuan strategi pembangunan, yaitu penetapan tujuan dan cara yang terbaik mencapai tujuan itu berdasar sumber daya dan dana yang ada serta mampu dikerahkan. Selain itu, buku ini juga membahas tentang tahap-tahap dalam melakukan perencanaan pembangunan, karena perencaanaan merupakan suatu proses kegiatan usaha yang terus menerus dan menyeluruh dari penyusunan suatu rencana, penyusunan program kegiatan, pelaksanaan, serta pengawasan dan evaluasi pelaksanaannya, sehingga perencanaan pembangunan ini membutuhkan tahapan

yang harus dilakukan agar pembangunan tersebut berhasil terlaksana. Sebagaimana perencanaan pembangunan kampus Undip yang perlu ditinjau kembali

22

perencanaannya, apakah sudah sesuai dengan tahapan perencanaan pembangunan yang ada, agar dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin.

Buku 5 JUDUL NAMA PENGARANG TAHUN PENERBIT JUMLAH BAB JUMLAH HALAMAN : Perencanaan Pembangunan Wilayah : Robinson Tarigan : 2009 : Bumi Aksara : 10 bab : 274 halaman

Buku ini membahas masalah pengertian perencanaan wilayah, yaitu mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor nuncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor prmbatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut, serta menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan. Selain itu, Robinson Tarigan di dalam buku ini juga memberikan penjelasan salah satu model yang banyak digunakan dalam perencanaan wilayah adalah model gravitasi. Model ini dapat membantu perencana wilayah untuk memperkirakan daya tarik suatu lokasi dibandingkan dengan lokasi lain di sekitarnya. Sedangkan indikator yang dimuat dalam buku ini adalah tentang perlunya campur tangan pemerintah dalam mengatur penggunaan lahan, yaitu :

23

1. Perlu tersedianya lahan untuk kepentingan umum. 2. Adanya faktor eksternalitas 3. Informasi yang tidak sempurna 4. Daya beli masyarakat yang tidak merata, dan 5. Perbedaan penilaian masyarakat antara manfaat jangka pendek dengan manfaat jangka panjang. Sedangkan untuk variabelnya, buku ini memberikan penjelasan mengenai Permasalahan yang terkandung dalam perencanaan wilayah utamanya penentuan kegiatan apa dan dimana lokasinya urutan langkah-langkah dan kelompok permasalahan dalam perencanaan wilayah, yang sangat cocok digunakan sebagai pedoman di dalam perencanaan pembangunan Kampus Undip Tembalang. Permasalahan yang terkandung dalam perencanaan wilayah utamanya penentuan kegiatan apa dan dimana lokasinya, dapat dikelompokkan dalam kelompok permasalahan mikro, makro, sistem transportasi atau penyediaan prasarana, dan sistem pembiayaan pembangunan di daerah. Pengelompokan permasalahan perencanaan wilayah ini dapat digunakan dalam menganalisis beberapa hal yang dapat menimbulkan kegagalan dalam perencanaan pembangunan kampus Undip. Untuk itu, Whitehead mengemukakan beberapa alasan mengapa pemerintah perlu campur tangan dalam mengatur penggunaan lahan, yaitu perlu tersedianya lahan untuk kepentingan umum, adanya faktor eksternalitas, informasi yang tidak sempurna, daya beli masyarakat yang tidak merata, dan perbedaan

24

penilaian masyarakat antara manfaat jangka pendek dengan manfaat jangka panjang. Di sisi lain, buku ini juga membahas berbagai regulasi dalam perencanaan tata ruang perkotaan, sebagai panduan dalam perencanaan pembangunan Kampus Undip Tembalang. BAB III RINGKASAN 1. Buku 1. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (World Commission on Environment and Development atau WCED) mendefinisikan bahwa Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri. Paradigma pembangunan berkelanjutan muncul pertama kali pada tahun 1980 ketika the Union for the Conservation of Nature, menerbitkan strategi pelestarian dunia dengan judul The World Conservation Strategy. Dalam laporan itulah untuk pertama kalinya tampil istilah sustainable development. Selanjutnya konsep tersebut menjadi istilah yang dipakai diseluruh dunia, terutama setelah

diterbitkannya laporan dari the World Commission on Environment and Development (UN, 1987), yang dibentuk oleh PBB. Dr. Emil An Salim (1990) dalam makalahnya berjudul sustainable konsep

Development:

Indonesian

Perspective

menyebutkan

bahwa

pembangunan berkelanjutan menempatkan pembangunan dalam perspektif jangka

25

panjang. Konsep tersebut menuntut adanya solidaritas antar generasi. Dalam konteks Indonesia, pembangunan berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan juga mengeliminasi kerusakan sumber daya alam dan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan secara implisit juga mengandung arti untuk memaksimalkan keuntungan pembangunan dengan tetap menjaga kualitas sumber daya alam. Sedangkan menurut Rees dan Roseland (1991) ada alasan historis kenapa penekanan pembangunan diletakkan pada pertumbuhan. Bertolak dari pemikiran tersebut, Rees dan Roseland merumuskan pembangunan berkelanjutan yang diaplikasikan ke dalam pembangunan perkotaan. Konsep pembangunan ini berhubungan dengan pembangunan berwawasan lingkungan, yang menghendaki syarat-syarat seperti berikut : 1. Pembangunan itu sarat dengan nilai, dalam arti bahwa ia harus diorientasikan untuk mencapai tujuan ekologis, sosial dan ekonomi. 2. Pembangunan itu membutuhkan perencanaan dan pengawasan yang seksama pada semua tingkat 3. Pembangunan itu menghendaki pertumbuhan kualitatif setiap individu dan masyarakat 4. Pembangunan membutuhkan pengertian dan dukungan semua pihak bagi terselenggaranya keputusan yang demokratis 5. Pembangunan membutuhkan suasana yang terbuka, jujur, dan semua yang terlibat senantiasa memperoleh informasi yang aktual.

26

Apa yang diuraikan di atas sejalan dengan gagasan Jacobs dkk (1986) dalam bukunya Sustainable and Equitable Development yang mengajukan empat prinsip untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Keempat prinsip itu meliputi: pemenuhan kebutuhan dasar, pemeliharaan lingkungan, keadilan sosial, dan kesempatan untuk menentukan nasib sendiri. Makna perencanaan sangat tergantung pada paradigma yang dianut. Menurut Davidoff dan rainer (1962), Robinson (1972) Faludi (1973) dari perspektif paradigma rasional memberikan batasan tentang perencanaan sebagai suatu proses untuk menentukan masa depan melalui suatu urutan pilihan. Sedangkan menurut Friedman (1987: 38) teori perencanaan didefinisikan sebagai cara-cara untuk menghubungkan antara dunia ilmiah dengan pengetahuan teknis untuk

diimplementasikan dalam dunia publik. Sedangkan pembangunan memiliki makna ganda. Tipe pembangunan yang pertama lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dimana fokusnya adalah pada masalah kuantitatif dari produksi dan penggunaan sumber daya. Tipe kedua, pembangunan yang lebih memperhatikan pada perubahan dan pendistribusian barabg-barang dan peningkatan hubungan sosial. Tipe yang kedua lebih berorientasi pada pembangunan sosial dimana fokusnya pada kualitatif dan pendistribusian perubahan dalam struktur dari masyarakat yang diukur dari berkurangnya diskriminasi dan eksploitasi serta meningkatnya kesempatan yang sama dan distribusi yang seimbang dari keuntungan dari pembangunan pada seluruh masyarakat.

27

Teori Perencanaan Klasifikasi teori perencanaan sangat bervariasi, Friedman(1987)

mengembangkan empat kategori yakni teori reformasi sosial, analisis kebijakan, pembelajaran sosial, dan mobilisasi. Hudson (1979) membagi teori perencanaan ke dalam lima kategori yang meliputi sinoptik, incremental, transaktif, advokasi dan radikal. Walker (1984:20) mengajukan tiga kategori meliputi incremental, komprehensif, dan struktural. Faludi secara implisit mengkategorikan perencanaan ke dalam dua kategori yang meliputi komprehensif, incremental, dan perencanaan positif. Diantara kategori tersebut ada beberapa kesamaan. Kategori Hudson tentang transaktif dan radikal sejenis dengan kategori Friedman tentang pembelajaran sosial dan mobilisasi sosial. Perencanaan sinoptik Perencanaan sinoptik merupakan tradisi yang dominan dimana melihat perencanaan sebagai suatu yang ilmiah rasional dan non politis. Rasional ilmiah menunjuk pada metode yang dipergunakan yang mendasar pada pemilihan cara yang terbaik untuk mencapai tujuan dengan memilih jawaban yang benar yang mendasarkan pada kajian dari konsekwensi dari alternatif solusi. Perencanaan sinoptik juga disebut sebagai perencanaan yang menyeluruh yang ditandai dengan tujuan yang jelas, evaluasi yang eksplisit dan jangkauan yang komprehensif. Model ini melihat perencanaan sebagai sebuah proses pengambilan keputusan yang rasional berkaitan dengan tujuan-tujuan dan cara-cara yang berdasarkan pada sumber-sumber yang tersedia.

28

Menurut Dalton (1986:147) jika perencanaan rasional komprehensif diterapkan untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, rasionalitasnya tergantung pada analisis teknis dan asumsi bahwa pengetahuan dapat membantu manusia melakukan control terhadap lingkungan mereka. Menurut Dalton (1979), jika rasional komprehensif diterapkan pada organisasi akan menghasilkan birokrasi yang sentralistis, spesialis, situasi yang tidak manusiawi, sangat proseduril, banyak diskresi, kurang mengakomodasi banyak kepentingan dan distorsi komunikasi. Namun demikian, perencanaan sinoptik dipandang gagal dalam mengkonsepsikan iklim sosial, ekonomis, dan politis karena model ini mengabaikan issu-issu sosial yang berkembang di masyarakat. Perencanaan inkremental Sedangkan Perencanaan inkremental muncul sebagai respon terhadap perencanaan komprehensif (sinoptik). Menurut Karl Pooper, salah seorang proponen pendekatan ini, mengatakan bahwa adalah mudah untuk melakukan sentralisasi kekuasaan tetapi tidak mungkin untuk melakukan sentralisasi pengetahuan yang terbagi oleh banyak individu. Pendekatan ini berpendapat bahwa dalam kenyataan, pengambilan keputusan dilakukan dalam langkah-langkah incremental. Pendekatan ini menuntut pengambilan keputusan dengan hanya mengembangkan beberapa strategi yang paling mungkin. Beberapa kritik terhadap teori ini diajukan, pertama, pendekatan incremental dipandang sebagai sesuatu yang sulit dilakukan, kecuali dalam suatu setting dimana persaingan bebas berlaku.seluruh proses dari pengambilan keputusan didominasi

29

oleh kepentingan dari pihak yang paling berkuasa. Selain itu, pendekatan ini dipandang sebagai konservatif, karena hanya memberikan perhatian terhadap penyesuaian-penyesuaian yang marginal dari kebijakan yang sekarang ini berlaku. Perencanaan transaktif dan pembelajaran sosial Kunci dari gagasan perencanaan ini adalah evolusi dan desentralisasi yang membantu orang-orang untuk memperoleh akses yang lebih dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Para penganut teori ini percaya bahwa melalui dialog, perencana dapat menjembatani teori dengan praktek untuk membawa perubahan sosial. Dengan kata lain, menurut Burchel (1998:5) pendekatan transaktif merupakan suatu media untuk mengeliminasi kontradiksi antara apa yang kita ketahui dengan bagaimana kita harus melakukan. Perencanaan advokasi Menurut Davidoff (1965:332), perencana seharusnya mampu untuk terlibat dalam proses politik sebagai advokat dari kepentingan Pemerintah maupun berbagai kelompok atau individu yang memiliki kepentingan terhadap kebijakan yang diajukan. Tujuan utama dari pendekatan advokasi adalah untuk mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dengan mengakomodasi gagasan , kebutuhan, dan kepentingan masyarakat. Pendekatan ini dapat diterapkan untuk mengatasi masalah masyarakat kelas bawah yang tersingkir oleh perencanaan pembangunan. Namun demikian, pendekatan advokasi hanya memiliki pengaruh yang kecil pada struktur yang sedang berjalan. Pendekatan ini tidak dapat menawarkan strategi potensial yang mungkin dapat menimbulkan perubahan.

30

Perencanaan radikal Pada pendekatan ini, perencanaan dipandang sebagai aktivitas politik yang mencoba untuk merubah status quo.Friedman memberi label strategi ini sebagai mobilisasi sosial karena ia berangkat dari aksi kolektif dari bawah. Teori radikal merupakan teori anarki yang dalam versi yang dimodivikasi dari dunia natural yang diperingati pada abad Renaisan. Pada pokoknya, teori anarki percaya bahwa jika manusia tunduk pada hokum-hukum alam, ia akan mampu hidup damai dengan sesamanya. Menurut Ritter (1980:3), gagasan anarki mencari kombinasi dari pengembangan individu yang paling besar dengan kesatuan komunitas yang paling besar. Tujuannya adalah sebuah masyarakat dengan orang-orang dari berbagai asal bersatu dalam ikatan kelompok yang kuat. Secara umum, peranan perencana pada pendekatan radikal adalah sebagai pengorganisasi masyarakat, advokat, dan penerjemah data, perwakilan dalamproses pengambilan keputusan yang kooperatif. Dari teori radikal, ada dua aspek penting yang perlu dicermati. Pertama gagasan tentang desentralisasi, organisasi skala kecil, dan kerja sama saling menguntungkan. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan merupakan bagian dari perencanaan. Bagaimana keputusan diambil, siapa yang terlibat sangat tergantung pada visi dan orientasi para perencana. Keputusan yang menyangkut banyak orang memiliki jaringanketerkaitan dan implikasi yang luas. Pengambilan keputusan yang berkaitan dengan banyak orang dalam suatu organisasi akan rumit karena pihak-pihak yang terlibat sangat

31

banyak dan beragam, cakupannya sangat luas, serta konsekwensi suatu keputusan akan berdampak luas dan multi dimensi. Untuk itu, bagaimana sebuah keputusan diambil, bukan semata-mata persoalan teknis tetapi menyangkut aspek nilai. Di dalam perencanaan pembangunan wilayah agar lebih optimal, maka membutuhkan strategi pusat pertumbuhan dan perwilayahan pembangunan. Pusat pertumbuhan dalam arti geografis berarti pembangunan dari pusat ke pinggiran. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Franciscois Perroux (1950) yang memandang pusat pertumbuhan itu direfleksikan dalam kegiatan industri yang memiliki jaringan ke hilir dan hulu. Boudeville (1972) memperluas konsep Perroux dalam artian geografis. Ia memperkenalkan konsep aglomerasi di beberapa daerah yang potensial sebagai mesin pertumbuhan. Konsep ini memikat Negara-negara berkembang dalam melaksanakan perencanaan pembangunan agar lebih efisien. Dalam skala kota, menurut Rencana Tata Ruang tahun 1975-2000, sebuah contoh di Semarang dimana daerahnya dibagi menjadi beberapa wilayah sebagai berikut : a. Wilayah Pembangunan I: meliputi Semarang Tengah, Timur, Selatan, Barat, Ngaliyan, dan Tugu dengan cirri kegiatan dominan perdagangan dan pemerintahan. b. Wilayah Pembangunan II: meliputi Tugu, sebagian Kecamatan Pedurungan, Genuk dengan dominan aktivitas industry c. Wilayah Pembangunan III: meliputi sebagian Kecamatan Genuk,

Banyumanik, Pedurungan dan Ngaliyan dengan cirri kegiatan jasa, pendidikan dan pemukiman.

32

d. Wilayuah Pembangunan IV: meliputi Kecamatan Tugu, Ngaliyan, Mijen, dan Gunungpati dengan ciri kegiatan agraris (pertanian terpadu). Namun sebenarnya, penataan ruang kota yang memisahkan antara tempat konsumsi (pemukiman) dengan tempat produksi (tempat kerja, sekolah, pusat perbelanjaan), ini banyak menyebabkan kemacetan lalu lintas dan tingginya pencemaran udara yang terjadi karena meningkatnya intensitas pergerakan penduduk kota dari satu zona ke zona lain di kota. Pemisahan ini mengharuskan orang untuk commute dari rumah ke tempat-tempat produksi. Persoalan kemacetan konon bisa diatasi dengan konsep kota mandiri dan kota satelit, yang sekarang menjadi mode di kota-kota besar. Pembangunan kota baru dilengkapi dengan sekolah mulai dari TK, SD, sampai SMA, shopping mall, dan arena bermain. Contoh Kasus Jalur Three in one di Jakarta Di Jakarta, three ini one diberlakukan sebagai upaya mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya. Konsep ini dimaksudkan sebagai alat untuk membuat orang enggan mengendarai kendaraan pribadi dan mendorong penggunaan kendaraan umum. Akan tetapi, konsep tersebut ternyata memiliki kelemahan, dimana para Jockey menawarkan jasa menjadi penumpang bayaran dalam rangka memenuhi formalitas jumlah penumpang. Belakangan, agaknya menjadi salah kaprah tentang definisi jalur three in one. Di mata pengendara mobil di Jakarta, jalur three in one hanya berlaku kalau kendaraan masuk dari setiap ruas mulut jalan, sedangkan kendaraan yang masuk di tengah ruas tidak diberlakukan ketentuan three in one.

33

2. Buku 2. Manajemen Tata Ruang Tata ruang dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan, Tata ruang diartikan sebagai wujud struktur ruang dan pola ruang. Menurut Budi Supriyatno, dalam bukunya yang berjudul Manajemen Tata Ruang, mendefinisikan Tata Ruang sebagai suatu proses kegiatan dalam rangka menata atau menyusun bentuk struktur dan pola pemanfaatan ruang secara efisiensi dan efektif. Sedangkan definisi Manajemen Tata Ruang adalah kemampuan untuk mengelola tata ruang yang kegiatannya meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan agar lebih efektif dan efisien dalam rangka mendorong pelaksanaan pembangunan nasional. Manajemen tata ruang di kawasan perkotaan cenderung mengalami permasalahan yang sangat serius dampak dari arus urbanisasi yang semakin meningkat, selain itu permasalahan lain yang muncul adalah tingginya alih guna lahan terutama dari lahan pertanian maupun kawasan terbuka hijau menjadi perumahan dan kawasan industri yang memberikan dampak terhadap rendahnya kualitas lingkungan hidup. Untuk menangani permasalahan ini, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya atau manajemennya secara bijaksana, berdaya guna dan berhasil guna. Namun demikian seharusnya sistem manajemen wilayah tersebut berpedoman pada kaidah manajemen tata ruang manusiawi dan meningkatkan lingkungan hidup.

34

Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dengan yang lain, dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang, sehingga diharapkan depat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang serta tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang. Dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan penataan ruang, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan. Ketentuan tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Pembagian wewenang antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan penataan ruang untuk memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan. 2. Pengaturan penataan ruang yang dilakukan melalui penetapan peraturan perundang-undangan termasuk pedoman bidang penataan ruang sebagai acuan penyelenggaraan penataan ruang. 3. Pembinaan penataan ruang melalui berbagai kegiatan untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan penataan ruang. 4. Pelaksanaan penataan ruang yang mencakup perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang kepada semua tingkat pemerintah.

35

5. Pengawasan penataan ruang yang mencakup pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan penataan ruang. 6. Hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang untuk menjamin keterlibatan masyarakat. 7. Penyelesaian sengketa, baik sengketa antar daerah maupun antar pemangku kepentingan lain secara bermartabat. 8. Penyidikan yang mengatur tentang penyidik pegawai negeri sipil beserta wewenang dan mekanisme tindakan yang dilakukan. 9. Ketentuan sanksi administratif dan sanksi pidana sebagai dasar untuk penegakan hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang. Dalam pelaksanaan pembangunan, tata ruang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Dalam pada itu, manajemen tata ruang harus dilakukan serius baik oleh pemerintah, maupun warga masyarakat. Agar pelaksanaan manajemen tata ruang bisa berjalan dengan baik harus diselenggarakan berdasarkan sebelas asas berikut ini: 1. Kepastian hukum, 2. Tertib penyelenggaraan negara, 3. Kepentingan umum, 4. Keterbukaan, 5. Proposionalitas, 6. Profesionalitas, 7. Akuntabilitas,

36

8. Keterpaduan, 9. Keserasian, 10. Keberlanjutan, 11. Keberdayagunaan dan keberhasilan. Penataan ruang seyogyanya mengarah pada peningkatan dan memperkaya mutu kehidupan bagi warga negaranya yang semakin bertambah besar jumlahnya, sehingga membutuhkan sandang, pangan, papan atau tempat berteduh, air bersih, pekerjaan, pendidikan dan layanan kesehatan, serta lingkungan fisik dan sosial untuk tempat hidup dan menghindari semakin parahnya bencana akibat perubahan iklim untuk masa kini dan masa depan. Dalam rangka mencapai tujuan ini, penting sekali bahwa semua Negara menyusun strategi manajemen tata ruang dengan peraturan perundangan yang diperlukan dan anggaran hendaknya mencukupi, antara lain tiga unsur penting, yakni kebijakan penduduk nasional secara menyeluruh, kebijakan pembangunan yang seimbang, dan kebijakan untuk perbaikan wilayah perkotaan dan pedesaan yang efektif. Penyelenggaraan manajemen ruang di Indonesia seharusnya mengarah pada tujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Berdasarkan pemikiran tersebut dan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional manajemen tata ruang harus mampu: a. Mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan,

37

b. Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, c. Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Gambar. Tujuan Manajemen Tata Ruang :

AMAN NYAMAN PRODUKTIF BERKELANJUTAN

Tujuan manajemen Tata Ruang

Mewujudkan Harmonis lingkungan allam & lingkungan buatan

Mewujudkan Keterpaduan penggunaan SDA & SD buatan dengan memperhatikan SDM

Mewujudkan Fungsi & Pencegahan Dampak Negatif

Paradigma dan kemampuan untuk menyusun tata ruang dan melaksanakan kebijakan serta strategi manajemen tata ruang terpadu sangat menentukan penataan

38

ruang yang baik. Pola umum yang pasti mengenai perubahan tata ruang dan penyebaran sistem pemukiman perkotaan belum begitu jelas, sebagian diwarnai historis dan tata ruang, sebagian lagi terpengarung hubungan internasional. Pola yang menunjukan pada proses dimana fungsi kota dan penduduk cenderung pada pemustan tata ruang selama tahap-tahap awal pembangunan. Proses pembangunan terus dilakukan sampai ketimpangan pendapat antara daerah dan berbagai kepincangan pembangunan mulai berkurang. Penataan ruang di Indonesia didasari lima klasifikasi yaitu, berdasarkan sistem, pertama terdiri atas : sistem wilayah dimaksud pada jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah. Kedua : sistem internal perkotaan adalah penataan ruang berdasarkan sistem internal perkotaan merupakan pendekatan dalam penataan ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan di kawasan perkotaan. Berdasar fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya. Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri dari Penataan Ruang Wilayah Nasional, Penataan Ruang Wilayah Provinsi, Penataan Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. Penataan berdasarkan kegiatan kawasan : Penataan Ruang Kawasan Perkotaan dan Penataan Ruang Kawasan Pedesaan. Penataan berdasarkan nilai strategis kawasan, terbagi dalam kabupaten/kota. penataan wilayah nasional, provinsi dan

39

Gambar. Klasifikasi Penataan Ruang :

Sistem Fungsi Utama Kawasan

Klasifikasi Penataan Ruang

Wilayah Administratif Kegiatan Kawasan Nilai Strategis

Untuk

mengurangi

ketimpangan-ketimpangan

yang

timbul

dalam

perencanaan pembangunan, keharusan memilih antara efisien dan keadilan dapat diperkecil dengan cara memperluas landasan sumber daya alam untuk perencanaan pembangunan dan keterpaduan dalam tata ruang horizontal. Kaitannya dengan hal tersebut, maka manajemen tata ruang diselenggarakan dengan memperhatikan : a. Kondisi fisik wilayah yang rentan terhadap bencana b. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan c. Kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan, dan geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi. Sedangkan dalam kaitannya terhadap penyelenggaraan penataan ruang dalam mendorong pertumbuhan pembangunan nasional, maka di Negara Indonesia, pemerintah memiliki kewenangan yang sangat signifikan sebagai berikut :

40

a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional. Penataan ruang harus dilakukan secara tegas sesuai peraturan yang ada. c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional. d. Kerjasama penataan ruang antar Negara dan pemfasilitasan kerjasama penataan ruang antar provinsi. Kewenangan pemerintah dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional mencakup aspek yang terkait dengan nilai strategis yang menjadi dasar penetapan kawasan strategis. Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang, pemerintah berwenang menyusun dan menetapkan pedoman bidang penataan ruang. yang dimaksud dengan pedoman bidang penataan ruang adalah mencakup pula norma, standar, dan manual dalam bidang penataan ruang. Pemerintah melakukan pembinaan penataan ruang kepada pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan masyarakat. Pembinaan penataan ruang tersebut di atas dilaksanakan melalui : a. Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang b. Sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi pedoman bidang penataan ruang.

41

c. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang. d. Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah dan masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. e. Penelitian dan pengembangan f. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang. g. Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat. h. Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat. Perencanaan tata ruang pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar terwujudnya alokasi ruang yang nyaman, produktif, dan berkelanjutan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan keseimbangan antar wilayah. Pengembangan infrastruktur merupakan kebutuhan turunan sebagai

konsekuensi logis dari perencanaan tata ruang, dimana infrastruktur merupakan unsur pembentuk struktur ruang wilayah. Dengan demikian, rencana tata ruang yang ada dapat diwujudkan dalam bentuk pemanfaatan ruang yang sesuai dengan karakteristik wilayah yang ada. Dalam hal ini, infrastruktur juga dapat berfungsi sebagai alat dalam pengendalian pemanfaatan ruang, agar tidak terjadi

penyalahgunaan lahan maupun pengembangan yang tidak sesuai dengan rencana. Dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dilakukan perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis, perumusan program sektoral dalam rangka

42

perwujudan struktur ruang, pola ruang wilayah dan kawasan strategis, serta pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan strategis. Pelaksanaan pembangunan dilaksanakan melalui pengembangan kawasan secara terpadu. Pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, standar kualitas lingkungan, dan daya dukung serta daya tampung lingkungan hidup. Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dapat diberikan insentif atau disinsentif oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Penerapan insentif dan aturan disinsentif secara terpisah dilakukan untuk perizinan skala kecil sesuai dengan peraturan-peraturan zonasi, sedangkan peraturan insentif dan disinsentif secara bersamaan diberikan untuk perizinan skala besar, karena dalam skala besar dimungkinkan adanya pemanfaatan ruang yang didorong pengembangannya secara bersamaan. Dalam rangka menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan manajemen ruang perlu dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan tata ruang. pengawasan tersebut dimaksudkan untuk menjamin terlaksananya peraturan perundang-undangan, terselenggaranya upaya

pemberdayaan seluruh pemangku kepentingan, dan terjadinya pelaksanaan penataan ruang. pengawasan ini terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan mengamati dan memeriksa kesaksian antara penyelenggaraan penataan ruang dengan ketentuan peraturan

43

perundang-undangan. Apabila hasil pemantauan dan evaluasi terbukti terjadi penyimpangan administratif dalam penyelenggaraan penataan ruang, Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota mengambil langkah-langkah penyelesaian sesuai dengan kewenangannya. 3. Buku 3 Perencanaan Pembangunan Kota dan Perubahan Paradigma Conyers dan Hill (1983:3), ahli perencana kota menyebutkan bahwa perencanaan merupakan sebuah proses yang berkelanjutan yang menghasilkan keputusan-keputusan, atau pilihan-pilihan, tentang alternatif cara penggunaan sumber daya-sumber daya yang memungkinkan, dengan tujuan untuk mencapai suatu bagian dari tujuan dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Pengertian yang diberikan Conyers dan Hill juga menunjukkan elemen-elemen dasar dari perencanaan kota. Elemen dasar itu adalah sebagai berikut : 1. Merencana berarti membuat suatu pilihan Ada dua alasan mengapa perencanaan adalah suatu pilihan. Pertama, bahwa tidak ada jaminan bahwa suatu perencanaan dapat memberikan kepuasan semua pihak secara mutlak. Tidak mungkin sebuah perencanaan dapat menampung semua kebutuhan dan keinginan semua orang. Kedua, perencanaan merupakan proses yang didasarkan prioritas. Suatu proses dimaksudkan bahwa prioritas itu ditentukan berdasarkan pertimbangan dari suatu sudut tertentu. Minimal prioritas itu dapat dipahami oleh berbagai macam pihak, karena itu public hearing sangat penting dalam proses pengambilan prioritas. Selain untuk pemahaman, public hearing sangat penting untuk membentuk partisipasi dari masyarakat.

44

2. Perencanaan berarti mengalokasikan sumber daya yang ada Sumber daya disini menunjuk pada segala sesuatu yang dapat

dipertimbangkan dalam menentukan pengambilan keputusan dan memiliki potensi untuk mencapai tujuan. Pengertian ini tidak hanya sumber daya alam, tetapi juga sumber daya manusia, prasarana, dan kemampuan finansial. Perencanaan menghasilkan suatu keputusan tentang bagaimana

mendayagunakan dengan sebaik-baiknya sebuah sumber daya yang paling memungkinkan. Konsekuensinya, kuantitas dan kualitas sumber daya itu memiliki arti penting dalam proses pemilihan diantara sumber daya-sumber daya yang ada. Di lain pihak, terdapat kenyataan bahwa hampir selalu terbatas kuantitas dan kualitas suatu sumber daya yang ada. Itulah sebabnya yang menjadi alasan mendasar bahwa perencanaan merupakan suatu keputusan dengan cara memberikan prioritas. Karena perencanaan berkaitan dengan pengalokasian sumber daya, maka komponen penting dari proses perencanaan adalah pengumpulan dan analisis informasi sumber dayasumber daya yang ada. Hal ini berarti juga berkaitan dengan bagaimana proses pengumpulan informasi dilakukan, yaitu mengenai kuantitas dan kualitas informasi dapat diperoleh sebelum pengambilan keputusan. 3. Perencanaan berarti mencapai tujuan Perencanaan sebagai upaya untuk mencapai tujuan biasanya juga melahirkan persoalan proses perumusan tujuan itu sendiri. Rumusan tujuan sering kali tidak dapat ditentukan dengan baik dan layak. Dalam banyak kasus, perencana sering

45

memberikan target untuk mencapai tujuan secara berlebihan, bahkan pada saat tertentu satu dari beberapa tujuan tidak konsisten antara satu dengan yang lain. 4. Perencanaan untuk masa yang akan datang Ada dua hal yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan waktu yang akan datang. Pertama, persoalan untuk melakukan prediksi secara tepat, seperti apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, khususnya hasil pilihan yang diambil dari berbagai alternatif yang mungkin, yang akan menentukan pilihan mana yang harus diambil. Kedua adalah masalah penjadwalan aktivitas pada masa yang akan datang. Perencanaan berkaitan tidak hanya dengan keputusan yang akan dilakukan, tetapi juga penentuan tahap-tahap dan cara-cara dari ragam kegiatan yang ditentukan itu dapat direalisasi secara logis, efektif dan efisien. Perencanaan dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat operasional

perencanaan, yaitu perencanaan yang didasarkan pada aspek yang dilibatkan di dalamnya, seperti pada perencanaan pembangunan nasional komprehensif. Perencanaan tingkat operasional melibatkan aspek yang terbatas, dengan sasaran yang lebih jelas dan pasti. Perencanaan tingkat operasional ada tiga jenis, yaitu : a. Perencanaan Proyek Perencanaan proyek biasanya memiliki lokasi geografis yang telah ditentukan dan kegiatan itu dijalankan dalam masa waktu tertentu. Termasuk dalam perencanaan proyek yang nyata adalah sesuatu yang dapat diidentifikasi secara fisik, seperti perencanaan proyek pembuatan jalan, terminal angkutan darat, sekolah, dan rumah sakit.

46

b. Perencanaan Sektoral Perencanaan sektoral dimaksudkan perencanaan untuk bagian atau sector dari suatu pembangunan Negara. Biasanya dimungkinkan identifikasi sejumlah fungsi sektor yang berbeda yang biasanya berkaitan dengan pembagian bidang kerja di pemerintahan ke dalam kementrian, departemen, divisi atau unit organisasi yang lain. c. Perencanaan Kawasan Terintegrasi Perencanaan ini melibatkan semua sektor dan jenis-jenis kegiatan dalam suatu kawasan geografis. Perencanaan kawasan terintegrasi dalam praktiknya mencakup bidang permasalahan tertentu. Sebagai contoh, dalam suatu area dengan persoalan tertentu atau kemungkinan dikembangkan suatu potensi tertentu. Beberapa persoalan itu terjadi dalam suatu area yang sama. Selanjutnya, aneka macam perencanaan itu secara bersama-sama menghasilkan perencanaan nasional. Sedangkan arti pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang lebih baik bagi masyarakat, dan dilakukan dengan norma-norma atau nilai-nilai tertentu. Selain itu, yang dimaksud pengertian kota adalah suatu hasil pembangunan fisik, sosial, dan ekonomi yang digunakan untuk aktivitas dan kebutuhan suatu masyarakat yang hidup secara nonagraris di lokasi tertentu yang relatif padat penduduknya. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembangunan kota adalah upaya mengenali potensi kota, dan

47

mengenali kota lain sebagai referensi untuk menentukan wajah kota, kemudian mengenali sumber daya yang ada dan menggerakkannya, dan diimplementasikan secara bertahap biasanya dengan prioritas tertentu, dengan tujuan dan nilai tertentu di masa depan untuk memperoleh perbaikan di bidang fisik, sosial, dan ekonomi pada umumnya. Ekologi sosial mendasarkan pada teori yang memiliki asumsi bahwa manusia memiliki dua taraf, yaitu taraf biotik dan taraf sosial. Taraf biotik adalah yang alamiah yang merupakan dasar masyarakat dan merupakan subsosial yang berlaku asas kompetitif dan ketergantungan, sehingga masyarakat berkembang dengan pola tertentu. Sedangkan taraf sosial berhubungan dengan susunan sosio-kultural dalam masyarakat yang diatur oleh komunikasi, persetujuan (consensus), nilai-nilai, normanorma dan berkaitan dengan sistem sosial. Ekologi sosial dapat dirumuskan sebagai studi mengenai komunitas, struktur, fungsi, dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, sehingga mampu menjelaskan perkembangan dan morfologi kota pada suatu kurun waktu tertentu. Pengertian ekologi sosial dikembangkan dalam kehidupan kota. Kota memiliki komunitas yang terdiri dari penduduk, tempat tinggal dan sarana. Karena kompetisi, unsur-unsur tersebut mengalami proses perubahan dengan terjadinya proses segregasi, invasi, dan suksesi, sehingga daerah alamiah dalam kota terdapat zona-zona tertentu. Sehubungan dengan terbentuknya lingkaran-lingkaran tersebut, ada teori penting yang disusun oleh Burgess dari hasil risetnya di Kota Chicago. Teori

48

lingkaran tersebut dikenal dengan Teori Lingkaran Konsentris, yaitu aktivitas kota terbentuk berlapis-lapis melingkar dengan susunan tertentu, sebagaimana lingkaran di bawah ini :

1. Daerah pusat perdagangan yang terletak di pusat kota, seperti took-toko, kantor-kantor, hotel-hotel, teater, bioskop dan gedung-gedung bertingkat. Dalam proses kompetisi, aktivitas komersial di dalam gedung-gedung perkantoran menang dibandingkan dengan fungsi tempat tinggal, karena aktivitas komersial memiliki dana yang kuat untuk membeli tanah dan membayar pajak. 2. Lingkaran transisi yang melingkari daerah pusat perdagangan. Di zona ini terdapat slum, tempat tinggal golongan migrant yang kemampuan ekonominya rendah. Lingkungan tidak sehat dan terjadi bayak kejahatan. Keadaan yang buruk dalam lingkungan transisi tidak disebabkan oleh penghuninya, melainkan oleh invasi dari daerah pusat perdagangan.

49

3. Lingkaran perumahan kaum buruh adalah lingkaran konsentris yang ketiga. Di daerah ini merupakan pemukiman penduduk yang kurang mampu yang berasal dari lingkaran transisi. 4. Lingkaran perumahan yang lebih baik untuk golongan menengah seperti pegawai dan pengusaha. Tingkat kesejahteraannya lebih tinggi dari pada daerah perumahan kaum buruh. Zona ini terdapat pusat pertokoan, gedunggedung bioskop, perumahan flat, dan sebagainya. 5. Lingkaran kelima adalah lingkaran pemukiman penduduk yang melakukan commuter (pulang-balik) bekerja di pusat kota. Zona ini terletak paling luar dan memiliki dua bagian. Bagian dalam lingkaran berbatasan dengan daerah orang-orang yang perumahannya lebih baik, sedangkan bagian luar tidak tentu bentuknya, seperti kota-kota kecil yang hanya untuk tidur, kota-kota satelit dan desa-desa kecil. Teori Lingkaran Konsentris mendapatkan perhatian bagi perencana kota. Dengan mempergunakan teori ini, pekerjaan perencanaan kota menjadi lebih mudah. Teori Burgess mendapat kritikan dari Hoyt dan Harris & Ullman. Hoyt memberikan Teori Sektor yang menyatakanbahwa struktur kota bukan merupakan lingkaranlingkaran konsentris, melainkan sector-sektor terpisah dari dalam kota ke luar. Gejala ini bertitik tolak dari anggapan bahwa industri mengambil peranan yang lebih penting. Kegiatan industri meluas di sepanjang jalan dari pusat kota ke luar.

50

Keterangan : 1. Pusat kegiatan bisnis 2. Daerah industri 3. Daerah permukiman kelas bawah 4. Daerah permukiman kelas menengah 5. Daerah permukiman kelas atas. Sedangakan Harris dan Ullman mengemukakan Teori Inti Ganda. Teori ini menegaskan bahwa sesungguhnya kota sering kali mempunyai inti dan sering pula terletak dekat pusat-pusat yang lain.

51

Keterangan : 1. Daerah pusat kegiatan 2. Daerah industri 3. Daerah pemukiman kelas bawah 4. Daerah permukiman kelas menengah 5. Daerah permukiman kelas atas 6. Daerah industri berat 7. Daerah pusat bisnis luar kota 8. Pemukiman pinggiran kota 9. Industri pinggiran kota Perncanaan fisik kota sering disebut juga dengan perencanaan tata ruang kota (Jayadinata, 1992). Perencanaan fisik menunjukkan suatu perencanaan dari sesuatu yang telah ada dan mungkin yang akan datang ada. Rencana itu merupakan representasi unsur-unsur dan struktur-struktur fisik yang dapat dilihat secara geografis atau secara tata ruang. Sebelum dibuat rencana untuk pembangunan fisik kota harus diadakan dulu penelitian pertanahan kota untuk mendapat informasi mengenai penggunaan tanah, tanah yang tidak digunakan, tanah yang penggunaannya kurang benar, dan sebagainya. Penelitian yang harus dilakukan biasanya mengenai (Jayadinata, 1992) : 1. Keadaan fisiografi kota 2. Penggunaan tanah dalam kota 3. Tanah yang tidak digunakan

52

4. Mutu struktur atau bangunan dan lingkungan 5. Biaya dan keuntungan dari penggunaan tanah 6. Nilai tanah dalam kota 7. Keindahan dalam kota sikap dan harapan penduduk berhubungan dengan tata guna tanah. Sebelum ditentukan perencanaan pembangunan fisik kota, terlebih dahulu dilakukan perencanaan tata ruang berupa tata guna lahan atau tata ruang atau penataan spasial. Steigenga (Jayadinata, 1992;5) pernah menulis bahwa sering terjadi kekacauan antara istilah perencanaan dan tata ruang. Tata ruang menyangkut pengaturan geografis. Perencanaan dapat merupakan perencanaan nasional, regional, ataupun lokal. Perencanaan nasional lebih memiliki tekanan ekonomi. Sedangkan perencanaan regiona, selain memiliki tekanan pada perencanaan ekonomi, juga memiliki ekanan perencanaan fisik. Tetapi perencanaan lokal lebih menekankan perencanaan fisik. Sedangkan perencanaan fisik memiliki tekanan pada rencana tata ruang. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk kota dan perubahan sistem kepercayaan, berubah pula konsep susunan tata ruang kota. Kota dicoba ditata secara rasional. Dalam lingkup perencanaan kota modern, ada beberapa hal yang menjadi perhatian : 1. Luasan suatu kota 2. Pembagian tata ruang yang sesuai dengan tujuan kota dikembangkan

53

3. Susunan bagian dari kota, seperti pembagian kota secara geografis dan hierarkis. 4. Prasarana yang diperlukan oleh kota untuk mencapai bagian-bagian dari kota 5. Hubungan antara bagian kota dengan pusat kota 6. Susunan bagian kota dalam suatu kota 7. Kekhasan suatu kota 8. Hubungan sosial penduduk kota Dalam perencanaan kota yang telah ada, jika terjadi penurunan kualitas fisik dari suatu bagian kota akibat dari berbagai perubahan sosial ekonomi, bagian kota yang merosot dalam taraf yang ringan harus diperbaiki dengan rehabilitasi. Bila terdapat pemerosotan kota yang parah, perlu dilakukan pemugaran kota. Pengertian perencanaan kota umumnya cenderung mengacu pada aspek fisik kota, yaitu kota sebagai wadah aktivitas sosial ekonomi penduduk kota. Tetapi pengertian perencanaan pembangunan kota dapat mengacu pada aspek fisik, sosial dan ekonomi. Ada kondisi timbal balik antara aspek fisik perencanaan dengan aspek sosial ekonomi penduduknya. Aspek fisik perencanaan kota akan mempengaruhi aktivitas sosial-ekonomi penduduknya, sebagai misal, pembangunan jalan lingkar kota Yogyakarta mendorong persebaran penduduk di sepanjang jalan lingkar itu. Penduduk dalam batas-batas tertentu akan mampu menyesuaikan dengan prasarana yang terbangun.

54

Rencana kota untuk keseluruhan kota disebut rencana umum, yaitu rencana kerangka atau rencana struktur yang tidak terikat akan waktu. Rencana mengenai suatu bagian tertentu yang dilakukan secara terperinci disebut rencana lokal yang berjangka pendek. Rencana pembangunan yang terdiri atas rencana struktur dan rencana lokal baru dilakukan mulai tahun 1970. Dalam rencana struktur terdapat tiga macam rencana lokal, yaitu rencana distrik yang merupakan rencana komprehensif, rencana kawasan tindakan yang digunakan untuk perbaikan perkembangan dan pemugaran dan rencana khusus yang berisi aspek-aspek khusus dalam rencana struktur. Dalam perencanaan komprehensif suatu kota, perancangan kota memiliki suatu makna yang khusus, yang membedakannya dengan aspek proses perencanaan kota. Branch(1996:201) menyebutkan perancangan kota berkaitan dengan tanggapan indrawi manusia terhadap lingkungan fisik kota, yaitu penampilan visual, kualitas estetika, dan karakter spasial. Pada skala kawasan, perancangan kota meliputi situasi dan perkembangan lingkungan suatu bangunan atau sekumpulan gedung, suatu taman atau plaza, boulevard atau jalur pejalan kaki, tiang lampu atau pemberhentian bus, atau elemen lain yang sering digunakan masyarakat. Pada skala kota, Lynch (1960:194) menyebutkan bahwa perancangan kota berkaitan dengan elemen visual utama yang meliputi tengaran, pemusatan, kawasan, jejalur dan tepian. Konsep-konsep yang dikemukakan parateoritisi dan praktisi terkemuka tersebut telah diterapkan dalam banyak rencana tata guna lahan kota. Perancangan kota haruslah menunjang elemen-elemen visual utama kota dengan

55

meningkatkan kualitas estetika, derajat kepentingan sebagai titik acuan pemandangan kota, dan kesadaran akan kebanggaan warga kota. Fisik lingkungan yang baik akan membentuk pemetaan kognisi yang baik yang berkesan bagi manusia. Perubahan paradigma sistem politik di Indonesia membawa perubahan paradigma perencanaan pembangunan kota. Dengan digulirkannya sistem

pemerintahan otonomi daerah, perubahan masa Orde Baru ke Era Reformasi ikut mengubah paradigma pembangunan komprehensif ke paradigma pembangunan strategik. Perencanaan komprehensif biasanya memiliki lingkup nasional, regional, bisa juga lokal, untuk jangka panjang, dilakukan berdasarkan standar yang telah ditentukan, penyertaan stakeholder minim, pemerintah memiliki peran sebagai regulator, pemanfaatan ruang bersifat terpisah. Perencanaan komprehensif biasanya menyangkut lebih banyak aspek pembangunan dan mencakup kawasan yang lebih luas dibandingkan dengan perencanaan yang bersifat strategik. Beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam perencanaan komprehensif adalah tata guna lahan, arah perkembangan kota, sektor perkembangan ekonomi, pertumbuhan dan perkembangan penduduk, kepadatan penduduk, potensi penduduk, potensi alam, sarana dan prasarana kota maupun struktur kota. Sedangkan perencanaan strategik bersifat global, untuk jangka pendek dilakukan berdasarkan permintaan dan kebutuhan pasar yang mendesak, dengan menyertakan stakeholder secara maksimal, bersifat dinamis, dan hasilnya dapat

56

dirasakan dalam waktu dekat, selain itu, pemerintah berperan sebagai mediatorfasilitator yang bersifat fleksibel terhadap perubahan. Studi Kasus Permasalahan Kota Batam Kota batam semula merupakan pusat logistik bagi pangkalan pencarian minyak lepas pantai. Ketika Pertamina mengalami keterpurukan manajemen, Batam direncanakan sebagai pintu gerbang Internasional bagi Indonesia. Lokasinya yang dekat dengan perairan internasional yang sibuk (Singapura), batam diharapkan dapat menjadi kota internasional, sehingga dibuat kebijakan yang membebaskan beberapa pajak tertentu untuk menarik investor. Upaya yang dilakukan untuk mendudukkan Batam sebagai Bandar Internasional berhasil dilakukan dengan meningkatnya investasi dan pembangunan berbagai macam industri dan jasa di Batam. Namun beberapa permasalahan muncul, seperti: kegiatan yang terpusat di beberapa tempat yang berakibat lahirnya kesenjangan hasil pembangunan antara daerah pusat dan daerah penyangga, jumlah tenaga kerja tidak terampil meledak, berakibat melahirkan pengangguran, kriminalitas, dan prostitusi, serta penyediaan perumahan penduduk yang belum memadai, khususnya bagi buruh, berakibat pertumbuhan rumah liar. Permasalahan di atas diatasi dengan merumuskan Strategi Pembangunan Kota Batam yang sesuai dengan konteks potensi, permasalahan, dan cita-cita yang ingin dicapai, yaitu terwujudnya Batam sebagai Bandar Dunia yang Madani. Strategi dasar pembangunan kota Batam meliputi : 1) menciptakan, menjaga, memupuk dan mengoptimalkan manfaat dan kesempatan yang ada dari keunggulan

57

dan potensi lokal yang dimiliki Batam dan pendayagunaan usaha ekonomi menengah dan kecil; 2) menangkap isu globalisasi agar dapat meningkatkan daya saing Batam di pasar dunia;3) menciptakan peluang-peluang ekonomi di bidang industri, perdagangan, pariwisata, kelautan, dan alih kapal;4) meningkatkan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan;5) meningkatkan pelayanan publik yang kondusif;6) pemerataan pendidikan, lapangan kerja dan pembangunan;7) pembinaan penduduk yang berstatus pengangguran, kriminal dan melakukan prostitusi. 4. Buku 4 Perencanaan Pembangunan Perencanaan dalam arti yang seluas-luasnya adalah suatu proses

mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut Albert Weterston, menyebutkan bahwa perencanaan pembangunan adalah melihat ke depan dengan mengambil pilihan berbagai alternatif dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan tersebut dengan terus mengikuti agar pelaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan. Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa arti perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efektif dan efisien. Sedangkan berbagai macam rencana dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu :

58

a. Rencana yang sering dilaksanakan oleh Negara-negara pada umumnya Rencana di waktu perang Perencanaan anti siklus Perencanaan perspektif Perencanaan proyek demi proyek Perencanaan investasi sektor public Perencanaan komprehensif Perencanaan regional secara fisik Perencanaan pembangunan

b. Perencanaan dari segi ketat atau kurang ketatnya, perlu atau kurang perlunya suatu rencana Planning by perspective. Di sini, perencanaan hanya memberikan gambaran tentang prospek perkembangan keadaan masa depan, kemungkinan perkembangan masa depan. Seringkali rencana in hanya merupakan suatu studi proyeksi keadaan. Planning by inducemen. Perencanaan di sini bersifat mendorong atau mempengaruhi melalui berbagai kebijaksanaan serta penggunaan mekanisme pasar kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Planning by direction. Perencanaan ini lebih ketat, ada tujuan yang jelas dan tegas, pelaksanaan yang ketat untuk mencapai tujuan itu dan pengarahannya secara lebih sadar.

59

Complete control planning. Dalam perencanaan ini diliputi segi kehidupan yang luas dengan menetapkan secara tegas pola investasi, produksi, distribusi, dan konsumsi.

c. Luas atau kurang luasnya wilayah yang diliputi oleh suatu rencana Perencanaan kota misalnya adalah suatu perencanaan yang hanya meliputi suatu wilayah kota. Perencanaan regional meliputi suatu wilayah yang lebih luas, mungkin suatu daerah administrative tertentu tetapi mungkin juga meliputi beberapa daerah administrati, atau suatu wilayah yang kini sedang dikembangkan pemikirannya disebut sebagai wilayah pembangunan.sedangkan perencanaan yang lebih luas adalah perencanaan nasional. Perencanaan ini meliputi sektor public/ pemerintah maupun sektor masyarakat. d. Perencanaan dari segi jangka waktu rencana Terdapat beberapa mcM rencana, jika dilihat dari jangka waktunya, yaitu rencana jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. e. Dalam perencanaan komprehensif dimana diusahakan penyerasian antara perencanaan menyeluruh, perencanaan sektoral dan perencanaan proyekproyek dapat pula dikemukakan dua macam perencanaan dilihat dari segi cara perumusannya. Pertama dapat dilakukan denga forward planning atau planning from above. Cara perencanaan ini dimulai dari penyusunan rencana menyeluruh dan kemudian membaginya dalam rencana-rencana sektor dan selanjutnya dalam rencana-rencana proyek.

60

Cara kedua disebut sebagai backward planning atau planning from below. Di sini, rencana kegiatan investasi pemerintah maupun non pemerintah disusun terlebih dahulu dan baru diserasikan dengan kerangka makronya. Walaupun rencana pengembangan banyak dilakukan di Negara-negara baru berkembang, namun terdapat banyak kelemahan yang dihadapai. Berbagai kelemahan tersebut adalah : 1. perencanaan pembangunan di Negara baru berkembang seringkali lebih merupakan dokumen politik mengenai cita-cita pembangunan yang dikehendaki, tetapi bukan merupakan cetak biru dari kegiatan-kegiatan yang mungkin dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembangunan tertentu. 2. Jika mungkin dirumuskan suatu rencana teknis yang cukup baik, maka kelemahannya adalah seringkali kurang mendapat dukungan politik yang diperlukan. 3. Kurangnya hubungan antara penyusunan rencana dan para penyusunnya dengan pelaksanaan rencana dan para pelaksananya. 4. Banyak kelemahan yang terjadi dalam bidang pemilihan berbagai alternatif yang merupakan trade off (menguntungkan bagi yang satu, merugikan bagi yang lainnya). 5. Kurangnya data statistic, informasi, hasil-hasil riset, dan survey untuk mendasari suatu perencanaan yang baik. 6. Kurangnya penguasaan terhadap teknik-teknik perencanaan.

61

7. Perencanaan seringkali masih ditekankan pada usaha perumusan suatu rencana, padahal perencanaan juga harus berorientasi kepada

pelaksanaannya. 8. Masalah kemampuan administtrasi pemerintah untuk melaksanakan rencana pembangunan. Seringkali terdapat kesalahpahaman seakan-akan perencanaan berarti kegiatan penyusunan rencana saja. Sedangkan perencanaan adalah suatu proses kegiatan usaha yang terus-menerus dan menyeluruh dari penyusunan suatu rencana hingga evaluasi. Secara lebih terperinci, dapat dikemukakan tahap-tahap dalam suatu proses perencanaan, sebagai berikut : a. Penyusunan rencana Penyusunan rencana ini terdiri dari unsure-unsur : Tinjauan keadaan : dapat berupa tinjauan sebelum memulai suatu rencana atau tinjauan tentang pelaksanaan rencana sebelumnya. Dengan kegiatan inni, diusahakan dapat dilakukan dan diidentifikasi masalah-masalah pokok yang masih dihadapi, seberapa jauh kemajuan telah dicapai untuk menjamin kontinuitaskegiatan-kegiatan usaha, hambatan-hambatan, dan pitensi, serta prospek yang masih bisa dikembangkan. Perkiraan keadaan masa yang akan dilalui rencana. Dalam hal ini, diperlukan data-data statistic, berbagai hasil penelitian dan teknik-teknik proyeksi. Penetapan tujuan rencana dan pemilihan cara-cara pencapaian tujuan rencana tersebut, seringkali nilai-nilai politik, sosial masyarakat memainkan peranan

62

yang cukup penting. Secara teknis, hal ini didasarkan kepada tinjauan keadaan dan perkiraan tentang masa yang akan dilalui rencana. Identifikasi kebijaksanaan atau kegiatan usaha yang perlu dilakukan dalam rencana. Tahap persetujuan rencana. Proses pengambilan keputusan di sini mungkin bertingkat-tingkat, dari putusan di tingkat teknis, kemudian memasuki wilayah proses politik. b. Penyusunan program rencana Pada tahap ini, dilakukan perumusan yng lebih terperinci mengenai tujuan atau sasaran dalam jangka waktu tertentu, suatu perincian jadwal kegiatan, jumlah dan jadwal kegiatan serta penentuan lembaga atau kerja sama antar lembaga mana yang akan melakukan program-program pembangunan. Selain itu juga seringkali dipakai suatu program kegiatan dan pembiayaan yang konkrit dari program-program atau proyek-proyek pembangunan tersebut dalam project plan yang dituangkan dalam project form. Bahkan ini menjadi alat rencana, alat pembiayaan, alat pelaksanaan, dan alat evaluasi rencana yang penting. c. Pelaksanaan rencana Perlu dibedakan antara tahap eksplorasi, konstruksi, dan tahap operasi. Hal ini perlu dipertimbangkan karena sifat kegiatan usahanya

63

berbeda. Dalam tahap pelaksanaan operasi perlu dipertimbangkan kegiatankegiatan pemeliharaan. Kebijaksanaan-kebijaksanaanpun perlu diikuti implikasi

pelaksanaannya, bahkan secara terus-menerus memerlukan penyesuaianpenyesuaian. d. Pengawasan atas pelaksanaan rencana Tujuan dari pengawasan adalah : 1. Mengusahakan agar pelaksanaan rencana berjalan sesuai dengan rencananya. 2. Apabila terdapat penyimpangan maka perlu diketahui seberapa jauh penyimpagan tersebut dan apa sebabnya. 3. Dilakukan tindakan korektif terhadap adanya penyimpangan-

penyimpangan. e. Evaluasi Evaluasi ini membantu kegiatan pengawasan. Dalam hal ini dilakukan suatu evaluasi atau tinjauan yang berjalan secara terus-menerus, seringkali disebut sebagai current review. Evaluasi juga dilakukan sebagai pendukung tahap penyusunan rencana yaitu evaluasi tentang situasi sebelum rencana dimulai dan evaluasi tentang pelaksanaan rencana sebelumnya.

64

Dari hasil-hasil evaluasi ini, dapat dilakukan perbaikan terhadap perencanaan selanjutnya atau penyesuaian yang diperlukan dalam

(pelaksanaan) perencanaan itu sendiri. Hambatan dalam pelaksanaan pembangunan sebelumnya, timbulnya

program-program baru yang dianggap urgent atau prioritas dilihat dari kerangka situasi keadaan yang baru. Tinjauan ini diperlukan untuk mengetahui apa yang sudah dapat terlaksana dan yang belum maupun permasalahan-permasalahan lainnya, dipakai untuk perencanaan selanjutnya dan untuk mengambil tindakan-tindakan korektif dalam pelaksanaannya. Pekerjaan tinjauan kebijaksanaan dan program dilakukan dengan mencatat kemajuan pelaksanaan apa yang telah dicapai atas rencana kebijaksanaan dan program. Kemudian mengidentifikasikan permasalahan dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan program, terutama yang mengakibatkan tidak dapat

direalisasikannya secara baik. Tinjauan dapat pula memberikan arah pemecahan terhadap masalah-masalah tersebut. Terdapat tiga macam tinjauan dalam perencanaan pembangunan ini, yaitu : tinjauan keadaan untuk memulai suatu rencana, tinjauan mengenai pelaksanaan rencana, dan yang ketiga tinjauan yang dilakukan terus menerus atau concurrent review. Selain itu, terdapat salah satu kegiatan penting dalam perencanaan pembangunan, yaitu perencanaan program-program dan proyek-proyek. Perencanaan

65

proyek merupakan batu bata dari seluruh tembok rencana. Baik atau buruknya suatu rencana tergantung pada perencanaan proyek-proyeknya. Proyek dapat berarti pembangunan sesuatu hal baru misalnya pendirian pabrik, pembuatan jembatan, gedung sekolah, dan sebagainya. Tetapi juga dapat bersifat perluasan, misalnya perluasan kapasitas pabrik, tambahan peralatan laboratorium, serta rehabilitasi atau pembaharuan. Di dalam perencanaan proyek-proyek, tahapannya hampir sama dengan pentahapan pada perencanaan pada umumnya, yaitu : a. Tahap pertama adalah perencanaan yang meliputi identifikasi perlunya suatu proyek berdasar penelaahan keadaan secara obyektif, serta hasil survey dan feasibility study. Kemudian disusul dengan perumusan rencana proyek atau disebut juga sebagai analisa proyek. Disusul dengan persetujuan rencana proyek. b. Penyusun