SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI...

30
PENERBIT UNP PRESS PADANG Prosiding Seminar Nasional 70 Tahun Indonesia Merdeka (Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Menanggapi Persoalan Bangsa) ISBN 978-602-1178-15-7 Padang, 17 Oktober 2015

Transcript of SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI...

Page 1: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

PENERBIT UNP PRESS PADANG

ProsidingSeminar Nasional

70 Tahun Indonesia Merdeka (Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan

dalam Menanggapi Persoalan Bangsa)

ISBN 978-602-1178-15-7

Padang, 17 Oktober 2015

Asus
Typewritten text
Editor: Isnarmi Moeis
Asus
Typewritten text
Page 2: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

PROSIDINGSEMINAR NASIONAL

Tema: 70 TAHUN INDONESIA MERDEKA(Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan

dalam Menanggapi Persoalan Bangsa)Padang, 17 Oktober 2015

Page 3: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANO 19 TAHUN 2002

TENTANG HAK CIPTAPASAL 72

KETENTUAN PIDANA SANGSI PELANGGARAN

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan ataumemperbanyak suatu Ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipi-dana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dandenda paling sedikit Rp 1.000.000, 00 (satu juta rupiah), ataupidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda palingbanyak Rp 5.000.000.000, 00 (lima milyar rupiah)

2. Barang siapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan,memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatuCiptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau HakTerkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana denganpidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda palingbanyak Rp 500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah).

Page 4: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

PROSIDINGSEMINAR NASIONAL

Tema: 70 TAHUN INDONESIA MERDEKA(Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan

dalam Menanggapi Persoalan Bangsa)Padang, 17 Oktober 2015

UNP PRESS2015

Page 5: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

PROSIDINGSEMINAR NASIONALTema:70 TAHUN INDONESIA MERDEKA(Prospek dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraandalam Menanggapi Persoalan Bangsa)

ISBN:978-602-1178-15-7

PENERBITUNP Press

PENANGGUNG JAWABDr. Maria Montessori, M.Ed., M.SiDr. Fatmariza, M.Hum

EDITOR KEPALADr. Isnarmi Moeis, M.Pd, M.A

EDITOR PEMBANTUDr. Junaidi Indrawadi, S.Pd., M.PdAlia Azmi, S.IP., M.Si

EDITOR BAHASADr. Abdurahman, M.Pd.

Page 6: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita persembahkan ke hadirat Allah swt,karena atas karunia-Nya Prosiding Seminar Nasional PendidikanKewarganegaraan telah dapat diterbitkan. Seminar dengan tema“70 Tahun Indonesia Merdeka: Prospek dan TantanganPendidikan Kewarganegaraan dalam Menanggapi PersoalanBangsa,” telah dilaksanakan pada tanggal 17/18 Oktober 2015 diAula Fakultas Ilmu Pendidikan Lt. 4 Universitas Negeri Padang,yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Kewarganegara-an Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang, yang dihadirioleh 148 peserta.

Seminar nasional ini diselenggarakan sebagai bentukperhatian terhadap persoalan kebangsaan yang dihadapipemerintahan Presiden Joko Widodo berkaitan dengan nilai dankarakter bangsa seperti; sikap boros dan konsumtif, kekerasanterhadap anak dan perempuan, melemahnya nilai-nilai kesan-tunan terhadap pemimpin dan orang tua, kasus-kasus korupsi,dan semakin maraknya ideologi sekuler yang merongrongideologi Pancasila. Seminar ini merupakan media saling menukarinformasi dan pengalaman, ajang diskusi ilmiah, sumbang sarandalam mengatasi persoalan kebangsaan.

Prosiding ini memuat makalah seminar dari berbagai hasilpenelitian mengenai persoalan kebangsaan yang dibagi menjadiempat sub tema; pendidikan pembelajaran, sosial budaya dankemasyarakatan, politik hukum dan pemerintahan, filsafat danideologi negara. Makalah berjumlah 13 buah berasal dari dosenPPKn pada PTN dan PTS, guru PPKn dan alumni PPKn, baikyang berprofesi sebagai praktisi, politisi dan wiraswasta sertamahasiswa S1 dan S2.

Semoga penerbitan prosiding ini dapat digunakan sebagaibahan rujukan pembelajaran dalam membahas nilai-nilai dankarakter bangsa dalam pengembangan pendidikan kewarga-

Page 7: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

ii

negaraan di masa yang akan datang. Akhir kata kepada semuapihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.

Padang, November 2015Ketua Panitia Seminar danMubes Alumni Pkn

Dr. Junaidi Indrawadi, M.Pd

Page 8: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................iDAFTAR ISI ....................................................................................... iii1. PROSPEK DAN TANTANGAN PENDIDIKAN

PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn)DALAM MENGHADAPI PERSOALAN BANGSAUdin S. Winataputra.....................................................................1

2. PENILAIAN AFEKTIF PADA PEMBELAJARAN PPKnDI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERIKOTA PADANGMaria Montessori, Ambiyar.....................................................52

3. INTEGRASI PANCASILA SEBAGAI CHARACTERBUILDING DI LINGKUNGAN PENDIDIKANFORMALAkmal Sutja, Irzal Anderson ....................................................67

4. URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARANDALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAANPESERTA DIDIKSudirman ......................................................................................79

5. REDEFINISI KONSEP “KEWARGANEGARAAN”(CITIZENSHIP) DALAM PENDIDIKANKEWARGANEGARAAN DALAM UPAYAMENGHADAPI TANTANGAN BANGSAIsnarmi Moeis ............................................................................100

6. TANTANGAN PENDIDIKANKEWARGANEGARAAN DI MASA DEPAN (Ditinjaudari Prespektif Pembelajaran di Sekolah Tinggi IlmuKesehatan)Inge Angelia...............................................................................112

7. GENDER DAN PERTIMBANGAN MORAL (StrategiPengembangan Pembelajaran PPKn yang Bernilai)Fatmariza.....................................................................................119

Page 9: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

iv

8. PENDANAAN PARTAI POLITIK UNTUKPENDIDIKAN POLITIK (Studi Terhadap Partai X danPartai Y di Kota Padang)Al Rafni, Suryanef, dan Aina..................................................140

9. ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN KOTAPADANG DAN KAMPANYE PEMILU LEGISLATIF2014Nurman S., Al Rafni, dan Suryanef.......................................165

10. POLA RELASI KONSTITUEN DENGANPEREMPUAN ANGGOTA LEGISLATIF HASILPEMILU 2014 DI KOTA PADANGSuryanef, Al Rafni ....................................................................185

11. MENGENAL NAGARI SUMPUR SEBAGAI NAGARIPUSAKA DI SUMATERA BARATSusi Fitria Dewi.........................................................................202

12. MODEL INSERT PEMBELAJARAN NILAI-NILAIKEBANGSAAN DALAM MATA PELAJARANPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAHDASARAzwar Ananda, Junaidi Indrawadi........................................215

13. MODEL PERLINDUNGAN DESA/NAGARI ADAT DIINDONESIA (Kajian Dari Aspek Hukum dan HakAsasi Manusia)Akmal ..........................................................................................232

Page 10: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

119

GENDER DAN PERTIMBANGAN MORAL(Strategi Pengembangan Pembelajaran PPKn

yang Bernilai)Fatmariza

Prodi PPKn FIS Universitas negeri [email protected]

ABSTRACTThis article aims to describe gender and moral

judgement. Gender as a socio-cultural construction inreality undeniably has influences various aspects of humanlife, including in providing moral judgement. So far thestudy of moral judgement prioritizes the highest moralconsideration as a moral judgement based on moral justice.However, the study of moral judgement from genderperspective found that gender had a decisive role in aperson's moral judgement. This means that genderdifferences cause differences in moral judgment. The moraljudgment is known as the ethic of care. The second theory isa critique to the first theory who seems to ignore particularaspects of gender differences. Gilligan calls it the differencevoices, which means gender differences lead to differences ina person's moral judgment when making moral decision.Such differences can not be stratified by placing oneconsideration is higher than the other because each has areason and strength viewed from a gender perspective.Therefore, moral learning as a part of Civic Educationideally integrates gender perspective in learningdevelopment in order to enable the creation of a valuablelearning that puts morality as a reference in commonity life.Key Words: moral judgement, gender, learning, ethics ofcare, ethics of justice

PENDAHULUANPendidikan di sekolah memegang peranan penting dalam

mengembangkan nilai-nilai moral peserta didik untukmelahirkan manusia-manusia yang bermoral. Berbagai upaya

Page 11: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

120

telah dilakukan seperti meningkatkan keterampilan guru dalampembelajaran moral, perbaikan dan diversifikasi metodemengajar, serta pembaharuan kurikulum, dan materi pembela-jaran. Namun sejauh ini upaya tersebut tampaknya masih belumbanyak memberi kontribusi terhadap peningkatan moral pesertadidik khususnya, dan masyarakat pada umumnya karenaterdapat kecenderungan meningkatnya perilaku-perilaku tidakbermoral di dalam masyarakat, terutama perilaku yangmencerminkan menipisnya nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini dapatdilihat dari beberapa kutipan berita berikut ini:“Ribuan pengungsi hidup menderita di tenda-tendapenampungan.”“Bayi mungil sudah tak bernyawa ditemukan di tumpukansampah.”“Korban penggusuran tak tahu harus berbuat apa.”“Gaji tiga tahun tak dibayar, guru honorer justru dipecat ketikamenagih gajinya.”“Ratusan TKW disiksa dan ditipu calo.”

Peristiwa-peristiwa sebagaimana dikutip di atas hanyasebahagian kecil dari sekian banyak peristiwa atau permasalahankemanusiaan yang terjadi di dalam masyarakat yang diberitakanhampir setiap hari oleh media massa baik cetak maupunelektronik. Dilihat dari kuantitas, kualitas dan keberagamnnya,peristiwa tersebut cenderung semakin meningkat. Namun “siapapeduli?”. Kondisi ini sesungguhnya sangat bertentangan denganhakekat kemanusiaan manusia sebagai mahkluk moral, yaitumahkluk yang mempunyai hati nurani. Menurut Poespoprodjo(1999) hati nurani merupakan basis moralitas subyektif. Artinyadengan hati nurani manusia menentukan perbuatan yangdilakukan baik atau buruk baginya dan bagi orang lain. Bahkanmenurut Kohlberg (1974) orang yang sudah mempunyai tingkatperkembangan moral yang tinggi akan melihat masalah moraldari pandangan yang lebih tinggi dari pada kepentingan pribadi,undang-undang, dan norma. Ia mau mengorbankan dirinyauntuk kepentingan orang lain, dengan prinsip menyelamatkannyawa orang lain, dan membela hak-hak azasi manusia. Lebih

Page 12: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

121

dalam lagi Gilligan (1987) menyatakan bahwa moralitas tertinggiadalah moralitas tanpa kekerasan. Artinya manusia yangbermoral adalah manusia yang selalu peduli, punya rasa kasihsayang, dan tidak menyakiti manusia lain.

Selanjutnya dilihat dari sisi pelaku dalam berbagaiperistiwa yang terjadi, pelaku perbuatan tersebut berasal dariberbagai kalangan, baik dilihat dari segi usia, pekerjaan, jabatan,maupun pendidikan. Dengan kata lain, pelaku perbuatan jugaberasal dari kelompok orang dewasa dan berpendidikan.Kenyataan ini juga sangat bertentangan dengan teori perkem-bangan moral yang menyatakan bahwa usia dan pendidikansejalan dengan perkembangan moral. Artinya, semakin tinggiusia dan pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkatperkembangan moralnya.

Berkaitan dengan persoalan tersebut, sekolah atau lembagapendidikan sejauh ini merupakan lembaga yang masih dianggaprepresentatif untuk pengembangan nilai-nilai moral pesertadidik. Kurikulum 2013 semakin mempertegas pentingnyapenanaman nilai-nilai moral dalam setiap mata pelajaran yangtercermin dalam Kompetensi Inti (KI 1 dan KI 2). Hal ini jugasemakin mempertegas peran mata pelajaran PendidikanPancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sebagai mata pelajaranyang selama ini menjadi tumpuan pembelajaran nilai.Pendidikan moral diusahakan untuk mendidik manusia menjadimanusia yang menghargai, menghormati dan menjunjung tingginilai-nilai kemanusiaan, memandang manusia sebagai manusia,menghormati manusia sebagai manusia, serta memperlakukanmanusia sebagai manusia yang merupakan kewajiban manusiawidari setiap manusia. Pendidikan moral dapat dipandang sebagaipendidikan untuk membantu anak untuk (1) mengembangkanpersonal, kecakapan sosial, (2) mengembangkan atribut sosialseperti simpati, kebaikan hati, kejujuran, keadilan, toleransi,martabat manusia, (3) mengembangkan kemampuan mengambilkeputusan moral, dan (4) menemukan hakekat kehidupannya.

Dalam mengamati dan menelaah perkembangan moralyang terjadi pada individu, ada tiga sudut pandang atauperspektif yang dapat dipakai. Pertama, perkembangan moral

Page 13: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

122

dilihat dari sudut tingkah laku moral (moral behavior). Kedua,perkembangan moral dilihat dari sudut pernyataan moral (moralstatement), Ketiga, perkembangan moral dilihat dari sudutpertimbangan moral (moral judgement). Pertimbangan moral akandapat menunjukkan alasan yang mendasari perilaku moralseseorang. Penelitian ini mencoba untuk melihat perkembanganmoral dari sudut pandang pertimbangan moral. Hal ini merujukkepada pendapat Kohlberg yang menyatakan bahwa perbedaandalam kematangan moral adalah adalah pertimbangan-pertim-bangan yang diberikan seseorang. Artinya, kematangan moralseseorang akan dapat diukur dari pertimbangan moral yangdipakai dalam mengambil sebuah keputusan moral. Lebih jauhdikatakan bahwa memperhatikan pertimbangan mengapa suatuperbuatan itu salah, akan lebih memberi penjelasan daripadahanya memperhatikan tingkah laku seseorang, dan jugapernyataannya. Oleh karena itu, pertimbangan moral menjadipenting untuk digunakan dalam melihat kematangan moralseseorang.

Perilaku atau perbuatan seseorang pada dasarnya, pertamadiawali oleh adanya suatu rangsangan yang masuk pada inderamanusia. Kedua, dari rangsangan kemudian timbul pada dirimanusia rasa tertarik, ketiga, kemudian juga akan menimbulkankemauan/kehendak untuk berbuat. Keempat, kehendak ini dalamdiri manusia menimbulkan pertimbangan apakah yang akandilakukan itu perbuatan yang baik, ataukah yang tidak baik.Dalam tahapan perkembangan pertimbangan moral itu manusiaakan senantiasa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosialbudayanya. Oleh karena itu, perbedaan gender sebagai akibatkonstruksi sosial budaya juga akan berpengaruh terhadappertimbangan moral yang digunakan. Namun besar kecilnyapengaruh tersebut juga tergantung kepada masing-masingindividu, yang pada gilirannya juga akan mempengaruhi modelkeputusan moral atau perilaku moral yang diambil.

Sehubungan dengan itu, dalam membahas persoalanperkembangan moral cukup banyak teori yang biasa dipakaidiantaranya teori yang dikemukakan oleh Nourman J.Bull, JPiaget, John Dewey, dan Kohlberg (teoritis laki-laki), serta Carold

Page 14: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

123

Gilligan (teoritis perempuan) yang melihat perkembanganpertimbangan moral dari perspektif feminis. Namun teoriKohlberg sebagai teori yang lebih kemudian dan telah melaluiserangkaian penelitian yang cukup panjang dianggap lebihkomplit dan lebih sempurna dibandingkan dengan tiga teoriterdahulu dijadikan landasan dalam penelitian ini yang akandisandingkan dengan teori Carold Gilligan.

Tingkat perkembangan pertimbangan moral manusia tidakselalu sama. Ada manusia yang tingkat perkembangan moralnyasudah tinggi, namun ada juga yang masih rendah. Manusia yangtingkat perkembangan moralnya rendah akan mementingkandiri sendiri. Ia biasanya tidak menghiraukan apa yang sudahmenjadi konsensus masyarakat tentang baik dan buruk. Yangdipertimbangkan adalah konsekuensi perbuatannya ataskeselamatan bagi dirinya. Misalnya seseorang yang melihat adakorban tabrak lari, lebih memilih tidak menolong karena takutdituduh oleh masyarakat ia yang melakukannya. Sebaliknyaorang yang mempunyai tingkat perkembangan moral tinggi akanmelihat masalah moral dari pandangan yang lebih tinggi daripada kepentingan pribadi, undang-undang, norma. Ia maumengorbankan dirinya untuk kepentingan orang lain, denganprinsip menyelamatkan nyawa orang lain, demi hak azasimanusia.

METODE PENELITIANArtikel ini diangkat dari sebahagian temuan penelitian

yang berjudul “Pertimbangan Moral pada Remaja: Studi padaMahasiswa Prodi PPKn FIS UNP”. Penelitian ini dilakukandengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Hal inididasari atas kenyataan bahwa dalam memahami manusia tidakcukup hanya dengan mencari jawaban dari what dan how much,tetapi juga perlu memahami why dan how dalam konteksnya.Penelitian dilakukan terhadap 10 orang mahasiswa Prodi PPKnterdiri dari lima laki-laki dan lima perempuan dan sedangmengambil matakuliah Dasar Konsep Pendidikan Moral. Datadikumpulkan melalui analisis kasus, yang terdiri dari tiga buahkasus terkait dengan masalah-masalah kemanusiaan. Responden

Page 15: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

124

menyelesaikan analisis kasus dalam waktu dua minggu, dansemua berkas dikembalikan untuk kemudian dianalisis. Selanjut-nya dilakukan wawancara mendalam dan FGD untukmendalami hasil analisis awal. Data yang telah terkumpul,berupa uraian, pendapat dan pertimbangan-pertimbanganresponden tentang tiga buah kasus yang diberikan,dikelompokkan sesuai tema, kemudian di analisis denganmenggunakan teknik analisis isi dengan menggunakanperspektif gender.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil penelitian akan dipaparkan dalam beberapa

kelompok uraian yakni: menjelaskan latar belakang sosialekonomi subjek penelitian dalam kaitannya dengan petimbanganmoral, kategori pertimbangan moral, dimensi gender dalampertimbangan moral, dan pengembangan pembelajaran PPKnyang responsif gender.

Pertimbangan Moral dan Latar Sosial EkonomiLatar belakang sosial responden penting artinya dalam

menganalisis pertimbangan moral yang diberikan. Sebagaimanayang dibahas dalam bahagian di muka, aspek sosial dalamkehidupan seseorang akan mempengaruhi cara berpikir, bersikapdan berperilakunya secara moral. Untuk itu dapat dilihat profilresponden penelitian pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Profil Responden Laki-lakiResp Umur Anak ke Jml Sdr Pek Ayah Pek Ibu Stat Kel

1 19 3 2 LL,1pr Tani RT Utuh

2 20 2 1LL,2pr Swasta RT Utuh3 20 2 Pr3 Polisi RT Utuh4 20 8 2LL, 7pr - RT Utuh

Dari data Tabel 1 dapat diketahui bahwa responden rata-rata adalah anak ke dua dan ketiga, dan satu-satunya anak yangke delapan. Dilihat dari jumlah bersaudara, pada umunya

Page 16: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

125

responden adalah keluarga besar. Dilihat dari jenis kelamin,dominan adalah perempuan. Sebagaimana dikemukakan padabahagian terdahulu, kondisi ini akan berpengaruh terhadappembentukan pola pikir, sikap, dan tingkah laku respondentermasuk dalam pertimbangan moral. Di samping itu, denganpekerjaan ibu mereka yang seluruhnya adalah sebagai ibu rumahtangga, diasumsikan juga akan berperan relatif banyak dalammenenetukan karakter dan kepribadian anak-anaknya termasukanak laki-laki.

Tabel 2. Profil Responden PerempuanResp Umur Anak

keJml Sdr Pek

AyahPek Ibu Stat

Kel1 20 1 1LL,

1prSwasta RT Utuh

2 20 2 1pr - - -3 19 3 1LL,

Pr4Garim RT Utuh

4 20 3 3LL,1pr

PNS RT Utuh

5 20 5 2LL,2pr - RT Utuh

Data Tabel 2 menunjukkan bahwa pada umumnyaresponden adalah anak ke dua dan ketiga, namun ada satudiantaranya adalah anak kelima dan anak bungsu. Dilihat darijumlah mereka bersaudara hampir seimbang laki-laki danperempuan. Sama dengan responden laki-laki, ibu mereka adalahbekerja sebagai ibu rumah tangga. Artinya diasumsikan ibu akanmempunyai waktu dan pengaruh relatif banyak dalampembentukan karater anak-anak perempuan. Keadaan ini jugaakan berpengaruh terhadap pertimbangan moral yang diberikanoleh masing-masing responden dalam merespon kasus-kasusyang diberikan.

Di samping data pada tabel di atas, dapat dikemukakanbahwa pada umumnya responden hidup dalam keluarga yang

Page 17: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

126

relatif sederhana. Artinya, secara ekonomi mereka tidaktergolong dalam keluarga yang berkecukupan. Ada diantararesponden yang harus tinggal dengan kakak perempuan yangsudah dewasa, ada diantara mereka ibunya sudah meninggalketika mereka masih bayi, dan sampai sekarang diasuh olehkerabatnya. Selain itu ada pula responden yang tinggal denganorang lain.

Menurut sebahagian besar responden, kedua orang tuamereka demokratis dalam mendidik mereka, dan pendidikanagama merupakan suatu keharusan yang ditanamkan secaraketat kepada responden dalam keluarga. Selain itu, ada diantaramereka yang berasal dari sekolah agama (MTsN). Mengaji ataumembaca Al-Qur`an merupakan kewajiban bagi mereka di dalamkeluarga.

Pertimbangan Moral antara Etika Kepedulian dan Etika Hakdan keadilan

Sebelum menentukan sikap dan mengambil keputusantentang sesuatu secara moral, orang akan melalui tahapanpertimbangan moral. Yaitu mempertimbang-timbangkan apakahyang akan diperbuat itu sesuatu hal yang baik atau buruk, danmanusia dalam pertimbangan itu juga akan memperhitungkanakibat-akibat dari perbuatan yang akan dilakukan. Pertimbanganmoral dimaksud dapat diamati dari pertimbangan yangdiberikan dalam menghadapi kasus-kasus sebagaimana diurai-kan di bawah ini.

Menyikapi kasus pertama (Kisah Dua Saudara), dapatdikemukakan beberapa keputusan moral yang diambil olehresponden laki-laki diantaranya adalah: bekerja keras mencariuang dengan kerja apa saja asalkan halal, mencuri uang atauobat, tabah dan sabar, tidak berpikir untuk melanggar norma.Sementara responden perempuan menyatakan bahwa: sayaharus membeli obat, kerja apa saja jadi pembantupun mau,berusaha sampai dapat obat tersebut dengan berbagai cara tetapitidak melanggar norma agama,

Dilihat dari beberapa keputusan moral yang dikemukakanoleh responden tampak beberapa kesamaan antara responden

Page 18: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

127

laki-laki dengan responden perempuan. Akan tetapi faktor-faktoryang mejadi pertimbangan bagi mereka tampak agak sedikitberbeda seperti:1. Saya akan tetap membeli obat tersebut walau bagaimanapun

caranya, seperti meminjam uang kepada orang lain, bahkan maumenjadi pembantu rumah tangga. Saya melakukan hal itu karenademi kesembuhan adik saya. Seorang saudara merupakan hal yangsangat penting dan bergharga saya tak akan membiarkannya(Responden perempuan)

2. Mencoba mencari uang sebanyak-banyaknya agar dapat membeliobat adik saya. Karena bagaimanapun juga Ani adalah satu-satunyakeluarga saya yang masih hidup (responden perempuan)

3. Saya akan bekerja lebih keras lagi dan berusaha untuk mendapatkanuang sebanyak-banyaknya karena saya membutuhkan uang yangbanyak untuk membeli obat adik saya. Agar adik saya dapat kembalisembuh, dan saya dapat mandiri dan menunjukkan pada orang lainwalaupun miskin saya dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiritanpa harus mengemis atau meminta-minta (reponden laki-laki)

4. Saya mencoba untuk bersabar, bekerja sekuat tenaga untuk mencariuang guna membeli obat adik saya. Bekerja apa saja asalkan halal(responden laki-laki)

Dari empat pernyataan di atas dapat dilihat bahwaterdapat perbedaan penekanan laki-laki dan perempuan tentangmengapa ia mengambil keputusan, meskipun keputusannyasama. Perempuan lebih banyak mengambil sebuah keputusanyang selalu dikaitkan dengan relasinya dengan orang lain secaranyata seperti “demi kesembuhan adik saya” atau “Ani satu-satunya keluarga”. Sedangkan laki-laki lebih cenderungmengemukakan dirinya dalam posisi sebagai orang luar. Artinyalaki-laki tampil sebagai seorang yang mandiri, sementaraperempuan selalu mengikatkan dirinya dengan orang lain.

Kenyataan ini menurut Noddings (1986) karena perempuancenderung menjadi care, sebagai akibat dari sosialisasinya didalam keluarga dan masyarakat yang menekankan bahwa careadalah salah satu kekhasan perempuan. Hampir dalam semuamasyarakat dan kebudayaan ditemukan perbedaan peran yang

Page 19: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

128

diharapkan oleh masyarakat dari laki-laki dan perempuan.Karena adanya perbedaan secara biologis, maka peran-peranyang diharapkan masayarakat secara sosial juga berbeda.Perbedaan itu disosialisasikan melalui pemberian nama,permainan, pakaian, upacara-upacara, perlakuan, nilai, dsb.Dalam banyak budaya sejak dini anak perempuan dan anak laki-laki diperlakukan secara berbeda. Pada umumnya orang tua(masyarakat) kepada anak perempuan menanamkan perilakuseperi harus “manis”, lembut, patuh, pasif, mengabdi, mengalah.Sebaliknya anak laki-laki dididik untuk menjadi berani, mandiri,aktif, kuat, tidak tergantung, dll.

Menurut Mosser (1989) perbedaan laki-laki dan perempuanyang dititikberatkan kepada perilaku, harapan, status, danperanan laki-laki dan perempuan yang ditentukan oleh struktursosial budaya dimana ia berada. Sementara itu peranan gendertimbul sebagai akibat perbedaan persepsi masyarakat terhadaplaki-laki dan perempuan yang menentukan bagaimana seoranglaki-laki atau seorang perempuan berpikir, bertindak, danberperasaan. Artinya dalam kehidupan sosial manusia tidakhanya dipandang dari perbedaan bilogis saja, tetapi juga dariperannya sebagai laki-laki dan sebagai perempuan, dimanaperan tersebut “dibuat”, “ditentukan” oleh masyarakat yangdiwarnai oleh budaya, norma, dan nilai.

Sadli (1995) menyebutnya dengan identitas gender. Yaituperasaan subjektif tentang keberadaan dirinya sebagaiperempuan atau laki-laki, serta karakteristik yang dianggap khasperempuan dan laki-laki. Ini merupakan bahagian yang pentingdari konsep diri seseorang (self concept). Sehubungan dengan itupreferensi seseorang adalah untuk memilih perilaku dan sikapyang sesuai dengan kelompok gender tertentu, dan keinginanuntuk memilih perilaku yang konsisten dengan peran genderyang berlaku di dalam masyarakat.

Scanzoni dalam Soe`oed (1999) menyatakan bahwa laki-lakidiharapkan melakukan peran yang bersifat instrumental yaituberorientasi pada pekerjaan untuk nafkah (to work). Sedangkanperempuan harus menjalankan peran yang bersifat ekspresif,yaitu peran yang berorientasi pada emosi manusia serta

Page 20: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

129

hubungannya dengan orang lain. Oleh karena itu, perbedaan inidiasumsikan juga akan berpengaruh terhadap laki-laki danperempuan dalam memberikan pertimbangan moral. Secaralebih tegas Noddings menyatakan:

…women not only define themselves in a contaxt of humanrelatinship but also judge themselves in terms of their ability tocare. Women`s place in man`s life cycle has been that nurturer,caretaker, and helpmate, the weaver of those networks ofrelationships on which she in turn reliesSementara Gilligan (1987) dalam Kurtiness (1992)

mengajukan pendapat bahwa terdapat dua pendekatan terhadapmoralitas yang saling bertentangan antara etika kepedulian dantanggung jawab (ethics of care) dan etika mengenai hak dankeadilan (ethics of justice). Pertama, yang dipandang sebagaipendekatan yang khas wanita, sejalan dengan pengalamanmengenai diri sebagai bahagian dari suatu pertautan, sebagai“diri yang dipertautkan”: pertimbangan moralnya tertuju padarincian situasi kongkrit dan dibimbing oleh suatu kemauanuntuk memperkecil kerugian umum. Sedangkan yang kedua,orientasi terhadap keadilan yang lebih merupakan karakteristiklaki-laki merupakan ekspresi dari suatu yang otonom, bebas(tidak tergantung dari yang lain) dan “terindividuasi” sendiri,dan pertimbangan moralnya bertopang pada prinsip-prinsipyang merumuskan hak dan kewajiban tanpa merasa“berkeharusan” untuk memperhatikan keadaan atau kerugianyang tersirat di dalamnya. Gilligan mengemukakan tiga tahapanperkembangan moral yang pada umumnya ada pada perempuanyaitu:a. Orientasi untuk mempertahankan diri.

Transisi I: dari mementingkan diri sendiri menjadibertanggung jawab

b. Kebaikan sebagai pengorbanan diriTransisi II: dari kebaikan menuju kebenaran

c. Moralitas tanpa kekerasan

Perempuan memiliki konstruksi problem moral yangberbeda dalam melihat dilema moral dalam hal tanggung jawab

Page 21: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

130

yang bertentangan. Sehubungan dengan tahapan perkembanganmoral yang dikemukakan di atas, lebih jauh Gilligan menyatakanbahwa perkembangan penilaian moral perempuan terlihatberjalan dari perhatian pertama terhadap perjuangan untukhidup, menjadi berfokus pada kebaikan, dan akhirnya padapengertian prinsip anti kekerasan sebagai tuntunan yang palingsesuai untuk menyelesaikan konflik moral.

Selain itu, keputusan moral senantiasa baik laki-lakimaupun perempuan dalam pertimbangannya dilandasi olehnilai-nilai keagamaan. Hal ini tampak dari kata-kata “Asalkanhalal” “tidak dilarang agama” yang hampir mengikuti setiapkeputusan moral yang diambil. Ini menunjukkan bahwapengalaman dan pemahaman seseorang terhadap agamanyaakan turut memberi warna terhadap keputusan moral yang akandibuat. Dalam penelitian sebagaimana dikemukakan terdahulu,para responden merupakan orang-orang yang didik secara baikdengan agama di dalam keluarga. Sehingga sesuatu yang lazimbila agama menjadi salah satu faktor dalam pertimbangan untukmengambil keputusan moral.

Faktor ketiga yang dapat dilihat sebagai faktor penentupertimbangan moral dalam kasus ini adalah keterikatan yangrelatif kuat antar anggota keluarga. Hal ini dapat dipahamisebagai suatu bentuk refleksi dari masyarakat kita yang masihmenempatkan kekeluargaan sebagai sebuah nilai yangdijunjunjung tinggi. Artinya hubungan keluarga atau hubungankekerabatan dianggap sebagai salah satu hal yang perlu menjadipertimbangan dalam mengambil keputusan moral.

Bila kasus pertama menampilkan keterikatan respondendengan keluarganya, maka dalam kasus kedua ini ikatankekeluargaan tidak nyata, atau dengan kata lain kasus inimenyangkut hubungan antara manusia, yang secara relatif tentulebih longgar ikatannya dibanding dalam kasus pertama. Selainitu dalam kasus ini ada pertentangan antara hak dan kewajibanserta mempertahankan kedudukan sebagai orang yangmempunyai otoritas terhadap orang lain. Berikut dikutipkanpendapat responden tentang kasus tragedi Buyat:

Page 22: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

131

1. “Yang penting tidak mengganggu pkeselamatan penduduksetempat”

2. “Menemui para korban dan memberi fasilitaskesehatan…keselamatan masyarakat lebih penting daripadakepentingan apapun…”

3. “Kesehatan penduduk lebih penting dan sangat berharga daripadakekayaan negara…” (Ketiganya dari responden perempuan)

4. “Memperhatikan kesehatan, kesejahteraan dan kehidupan ekonomimasyarakat setempat “

5. “Saya akan mencabut izin perusahaan tambang tersebut, karenatelah membawa kerugian terhadap penduduk”

6. “Pemeriksaan ulang untuk bukti bahwa saya sebagi pejabat telahmelakukan kesalahan atau tidak…kalau memang kesalahan terletakpada diri saya maka saya akan memberikan bantuan pengobatandan harus bertanggung jawab atas kesembuhan mereka”(ketiganya pandangan responden laki-laki)

Tidak jauh berbeda dari kasus yang pertama, pertimbanganmoral yang diberikan laki dan perempuan relatif hampir sama,namun dalam faktor-faktor yang menjadi pertimbangan tampakbahwa laki-laki cenderung otonom, sementara perempuan lebihcare. Sehubungan dengan ini Kurtiness (1992) menyebutnyadengan dua bentuk moralitas, yaitu moralitas antara kewajibanyang sempurna dan moralitas dengan kewajiban tidak sempurna.Moralitas yang pertama adalah kewajiban-kewajiban yangbersifat negatif, yaitu kewajiban untuk meninggalkan atau tidakmelakukannya (misalnya, jangan membunuh, jangan menipu,dsb). Sedangkan moralitas kedua, ialah kewajiban positif, yangtidak menyatakan keharusan secara khusus untuk melakukantindakan tertentu, tetapi hanya merumuskan suatu ajaran sajauntuk membimbing perilaku (misalnya perbuatan bermurahhati)

Jadi, ajaran ini menggariskan suatu perangkat luasperbuatan yang diharapkan. Sebahagian di antaranya disadarioleh yang bersangkutan, dan di samping itu ia menerapkanberbagai aturan yang pragmatik sambil memperhatikan kondisiyang secara kongkrit dihadapi. Misalnya apa yang paling

Page 23: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

132

diutamakan oleh individu yang bersangkutan, situasi lokasi,berkaitan dengan ruang dan waktu, dan lainnya. Artinyamoralitas kedua ini lebih merupakan kepeduliaan dari seseorangterhadap yang lainnya, ketimbang karena ditentukan ataudiharuskan oleh aturan-aturan yang telah disepakati bersama.

Pengalaman dan pandangan yang relatif sama jugaditemukan dalam pertimbangan moral yang diberikanresponden dalam kasus ketiga, yaitu kasus tewasnya lebih daritiga ratus orang dalam kebakaran sebuah supermarket yangpintu utamanya dikunci ketika kebakaran mulai membesar. Halini dilakukan sebagai kebijakan penjaga keamanan yangdiperintahkan managernya agar tidak banyak pengunjung yangmembawa lari barang-barang sebelum dibayar

Beberapa pendapat responden sebagaimana dikutip dibawah ini:1. “Menyelamatkan orang atau pembeli yang harga nyawanya

tidak bisa dibeli.”2. “Bagi saya keselamatan nyawa manusia lebih penting dari

pada barang-barang yang ada meskipun saya akan rugikarenanya. Saya tidak tega melihat para pelanggan terbakardi dalam supermarket saya hanya demi uang dan kekayaan.”

3. “saya ambil keputusan menyelamatkan nyawa orang,meskipun saya harus dapat sanksi dipecat oleh perusahaan…daripada saya harus mengorbankan jiwa masyarakat…”(ketiganya pendapat responden permpuan)

4. “…jika masih ada yang membawa lari barang-barang yangbelum dibayar, saya yakin hanya sedikit dari pembeli yangmemiliki niat seburuk itu…lebih baik saya selamatkan orang-orang tersebut walaupun ada barang-barang yang harushilang… ini akan menjadi amal ibadah bagi saya.”

5. “…pengunjung segera menyelamatkan diri, karena nyawalebih berharga ketinbang barang-barang…biar bagaimanapunnyawa seseorang lebih utama diselamatkan.”

6. “Sebagai manager saya harus bertanggung jawab terhadapkeselamatan pengunjung, di samping menjaga agar tidakterjadi kerugian perusahaan. Nmun nyawa manusia lebihpenting…” (Ketiganya pendapat responden laki-laki)

Page 24: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

133

Berdasarkan hasil analisis terhadap ketujuh pertimbanganmoral di atas dapat ditarik satu benang merah bahwa laki-lakidan perempuan sama-sama menempatkan pertimbangannyabahwa menyelamatkan nyawa manusia jauh lebih pentingdaripada menyelamatkan barang-barang dan kekayaan.Meskipun demikian bila dianalisis lebih dalam dapat ditemukanbahwa perempuan cenderung menunjukkan rasa empati dankepedulian serta keterikatan yang relatif lebih kuat dibandingkanlaki-laki.

Sehubungan dengan itu, karakteristik yang diajukanGilligan (1987) menunjukkan bahwa etika kepedulian dantanggung jawab itu lebih merupakan suatu orientasi kepadakewajiban tidak sempurna, sedangkan etika hak dan keadilanlebih merupakan suatu orientasi kepada kewajiban sempurna.Maka tujuan utama dari etika kepedulian adalah keinginanuntuk mengurusi dan membantu orang lain untuk memikulkewajiban dan tanggung jawab, yang semua itu merupakansuatu kepedulian dan kasih sayang. Serta merupakan suatupertanggungjawaban untuk mengingatkan dan meringankanbeban orang lain.

Sebaliknya etika tentang hak dan keadilan terutamadilukiskan sebagai hal yang mengarahkan kepeduliannyaterhadap individu serta terhadap perlindungan hak-haknya.Dapat dikatakan bahwa hak semacam itu dianggap sebagai hakyang kebal yang secara mutlak berlaku untuk setiap orang, setiapsaat dimanapun ia berada, dianggap sebagai hak yang sesuaidengan kewajiban sempurna. Kedua pendekatan tentangmoralitas ini tidak saling bertentangan, hanya saja penekananterhadap salah satu saja menyebabkan terjadinya ketidak-seimbangan dalam perlaku moral. Seperti etika hak dan keadilantanpa kepedulian cenderung melahirkan kepututusan moralyang kurang manusiawi sebagaimana yang selama ini seringdilihat dan ditemukan dalam kehidupan masyarakat.

Dimensi Gender dalam Pertimbangan Moral

Page 25: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

134

Sebagaimana dikemukakan pada bahagian terdahuluperkembangan pertimbangan moral seseorang ditentukan olehkapasitas kedewasaan yang dicirikan oleh kemampuannyaberpikir, bersikap dan berperilaku secara otonom dan mandiri.Karena itu perkembangan moral seseorang akan sangattergantung kepada kemampuannya dalam mencapai kualitaskedewasaan sebagaimana tersebut di atas. Untuk itu masyarakatakan mensosialisasikan berbagai nilai agar setiap orang dapatmencapai kedewasaan sehingga mampu mengambil keputusanmoral yang baik. Akan tetapi hampir dalam semua masyarakatsosialisasi nilai terhadap laki-laki dan perempuan berbeda.Kapasitas kedewasaan yang menjadi syarat perkembangan moralyang lebih tinggi merupakan sesuatu nilai yang tidak pantas adapada perempuan.

Bila demikian, dan memakai ukuran perkembangan moralyang demikian maka wajar bila para teoritis moral (laki-laki)meletakkan perempuan hanya berada pada tahapan perkem-bangan moral yang relatif rendah. Karena memang perempuantidak didik atau diharapkan mempunyai kapasitas yangdiutuhkan dalam moralitas.

Oleh karena itu, pandangan Gilligan yang melihat ada sisilain dari orientasi moralitas perempuan perlu menjadi perhatiandan kajian. Karena dalam pandangannya dengan sosialisasi yangberbeda tentang nilai-nilai dalam masyarakat, maka perempuanmempunyai orientasi moral yang juga cenderung berbedadengan laki-laki, yang disebutnya dengan kepedulian atau care.

Dalam penelitian ini tidak ditemukan perbedaan yangterlalu tajam antara responden laki-laki dan respondenperempuan bila digunakan acuan pendapat Gilligan tersebut.Berdasarkan hasil analisis tentang latar belakang kehidupanresponden laki-laki diperoleh simpulan bahwa pada umumnyaresponden laki-laki hidup dengan relatif banyak saudaraperempuan, dan mereka lebih banyak diasuh oleh ibu dansaudara perempuannya. Karena itu, dapat dikatakan bahwaproses sosialisasi dalam keluarga akan sangat menentukan dalamperkembangan pertimbangan moral seseorang. Artinya bilaseorang disosialisasi dengan nilai-nilai yang sensitif gender maka

Page 26: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

135

ia akan menampilkan pertimbangan moral yang relatif seimbangantara etika kepedulian dan tanggung jawab, dan etika hak dankeadilan. Sebaliknya bila disosialisasikan dengan nilai-nilai yangbias gender maka pertimbangan moralnya hanya akan mengarahpada salah satu etik saja, sehingga tidak terdapat keseimbanganyang pada gilirannya dapat menimbulkan manusia-manusiayang egois dan individualis, atau manusia-manusia altruitis yangfatalis.

Berdasarkan data yang diperoleh, dan dengan mengguna-kan standar perkembangan moral dari Gilligan maka tingkatperkembangan moral responden laki-laki dapat dikategorikankepada tahapan kedua yaitu kebaikan sebagai pengorbanan diridari kebaikan menuju kebenaran. Karena pada umumnyaresponden laki-laki lebih mengedepankan kepentingan oranglain dibandingkan dengan kepentingan dirinya sendiri. Hal initampak dalam beberapa alasan pertimbangan yang dikemukakanseperti kutipan pernyataan berikut:1. “Memperhatikan kesehatan, kesejahteraan dan kehidupan ekonomi

masyarakat setempat.”2. “Saya akan mencabut izin perusahaan tambang tersebut, karena

telah membawa kerugian terhadap penduduk.”

Namun bila dilihat dari tahapan perkembangan moralKohlberg responden laki-laki sudah berada pada level ketiga,pada umumnya sudah berada dalam tahapan ke lima dankeenam. Pada umumnya mereka sudah berpikir secara otonom,dan melihat suatu perbuatan baik karena nilai-nilai yang relatifuniversal seperti hak azasi (hak hidup) manusia. Hal ini dapatdilihat dari kutipan berikut ini.1. “…pengunjung segera menyelamatkan diri, karena nyawa lebih

berharga ketinbang barang-barang…biar bagaimanapun nyawaseseorang lebih utama diselamatkan.”

2. “Sebagai manager saya harus bertanggung jawab terhadapkeselamatan pengunjung, di samping menjaga agar tidak terjadikerugian perusahaan. Nmun nyawa manusia lebih penting…”

Page 27: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

136

Sebaliknya responden perempuan dilihat dari tahapanperkembangan moral Gilligan sudah berada pada tahapan yangtertinggi, karena mereka telah menunjukkan kepedulian denganselalu menjauhkan diri dan orang lain dari kekerasan. Artinya,perempuan lebih memilih cara yang damai, tanpa kekerasandalam menyelesaikan konflik moral. Tapi bila dilihat daritahapan perkembangan moral Kohlberg reponden perempuanberada pada tahapan kedua karena masih terikat denganberbagai situasi dan orang lain dalam mengambil keputusanmoral.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaanperkembangan pertimbangan moral (tinggi-rendah) sangattergantung dari ukuran atau standar yang dipakai. BagiKohlberg, semakin dewasa seseorang, semakin otonom iabersikap dan berprilaku, dan semakin tinggi tingkat perkem-bangan moralnya. Sebaliknya, kondisi dan standar yangdemikian sulit dicapai oleh perempuan, karena secara sosialbudaya kapasitas kedewasaan yang otonom itu dianggap tidakpantas ada pada perempuan. Namun bila dipakai standarperkembangan moral dari Gilligan, ada kecenderunganperempuan lebih banyak bisa mencapai tahap perkembanganmoral yang tertinggi, karena kapasitas kepedulian (care) itu lebihbanyak disosialisasikan kepada perempuan.

Pengembangan Pembelajaran PPKn yang Sensitif GenderTidak dapat dimungkiri, masa depan dan nasib umat

manusia sangat tergantung pada jenis dan kualitas pendidikanyang diterima generasi pada saat sekarang. Jika kitamenghendaki masyarakat yang damai, aman, penuh persau-daraan, kebersamaan, saling memajukan dan meninggikanharkat kemanusiaan umat manusia, maka usaha-usaha ke arahitu harus dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan meliputieducation for knowing, educaton for doing, dan terpenting adalaheducation for becoming karena inilah yang dapat membentukmanusia menjadi manusia yang manusiawi.

Ini menyangkut pendidikan moral, mengembangkanpotensi moral sebagai kebutuhan dasar bagi mewujudkan

Page 28: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

137

kehidupan yang lebih aman, damai, tenteram bagi umatmanusia. Adalah kebutuhan umat manusia untuk merusahamendidik manusia (anak) menjadi manusia yang menghargai,menghormati, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.Memandang manusia sebagai manusia, menghargai danmenghormati manusia sebagai manusia, serta memperlakukanmanusia sebagai manusia merupakan kewajiban manusiawi darisetiap manusia.

Sehubungan dengan temuan penelitian dan hasil analisisdari dari beberapa kajian tentang perkembangan pertimbanganmoral, maka pendidikan moral, yang dalam hal ini adalah PPKnsemestinya mempertimbangkan aspek-aspek yang terkait denganpersoalan gender. Hal ini menyangkut dengan materi pembe-lajaran, sensitivitas dosen/guru yang mengajar, teori-teoriperkembangan moral yang menjadi rujukan atau acuan, sehinggateori-teori yang ada tidak saling dipertentangkan, akan tetapisedapat-dapatnya di persandingkan sehingga diperolehpendekatan yang lebih komprehensif, serta pengembangankasus-kasus/dilema moral yang mengandung isu-isu gender.

Sensitivitas gender dapat dimulai dari guru/dosen,dilanjutkan dengan materi pelajaran, metode, kasus-kasus sertaperlakuan terhadap peserta didik yang mencerminkan dan dapatmendorong tumbuhnya rasa saling menghargai tanpa adanyastereotip yang merugikan salah satu jenis kelamin. Dari hasilpenelitian juga dapat ditarik pelajaran bahwa jenis kelamin(biologis) tidak terlalu menentukan perbedaan perkembanganpertimbangan moral, tetapi pengaruh sosial relatif menentukanpertimbangan moral baik laki-laki maupun perempuan. Artinya,baik laki-laki maupun perempuan dapat menjadikan etikakepedulian dan tanggung jawab, dan etika hak dan kewajibansebagai pendekatan pengembangan moralitas yang lebihmanusiawi atau dalam pengertian yang lebih luas, moralitastanpa kekerasan semestinya sudah disosialisasikan sejak diniterutama melalui mata pelajaran PPKn.

Page 29: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

138

PENUTUPBerdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

pertimbangan moral yang diberikan dalam menghadapi kasus-kasus yang berisi dilema moral dalam penelitian ini di antaranyaadalah pemahaman terhadap nilai-nilai agama, nilai-nilai sosialbudaya, dan kebiasaan dalam keluarga. Dilihat dari dimensigender, perbedaan antar gender dalam pertimbangan moralnyata terlihat di mana perempuan cenderung lebih peduliterhadap orang lain dibandingkan dengan laki-laki. Hal inisebagai akibat sosialisasi gender yang bias baik di dalamkeluarga, sekolah maupun di masyarakat. Untuk itu perlu adakeseimbangan penggunaaan pendekatan pembelajaran moralantara etika kepedulian dan etika hak dan keadilan.Pembelajaran PPKn mempunyai kontribusi yang penting dalamhal ini, karena perlu upaya untuk meningkatkan sensitivitasgender dosen dan guru PPKn sehingga pembelajaran moral yangdiberikan dapat mengembangkan pertimbangan moral anakyang lebih adil dan peduli.

REFERENSIFaridah dan Fatmariza. 1994. Pertimbangan Moral Tentang Nilai-

Nilai Lingkungan Alam. Laporan Penelitian. PadangLemlit IKIP Padang

Gilligan, Carol. 1987. “Konsepsi mengenai diri dan moralitaspada wanita”. Dalam Psikologi Wanita. 1996. Jakarta:PKW-UI

Ihromi, TO. 1999. Sosiologi Keluarga. Jakarta: YOI

-----------. 1995. Kajian Wanita dalam Pembangunan. Jakarta: YOI

Kohlberg, Lawrence.1974. The Psychology of Moral Development,Essay on Moral Development, Vol I dan II. San Fransico:Harper Row Publisher

Kurtine, William dkk. 1992. Moralitas, Perilaku Moral, danPerkembangan Moral. Jakarta: UI Press

Page 30: SEMINAR NASIONAL - repository.unp.ac.idrepository.unp.ac.id/443/1/FATMIRIZA.pdf · URGENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER KEBANGSAAN ... semakin mempertegas peran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Kewarganegaraan FIS UNP 2015

139

Noddings, Nel. 1986. Caring, A Feminin Aproach to Ethics andMoral Education. California: University of Californiapress.

Perwandari, Kristi. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: UIPress

Pespoprodjo. 1999. Filsafat Moral. Bandung: Pustaka Grafika

Sadli, Saparinah. 1995. “Identitas Gender dan Peranan Gender”dalam Ihromi. Kajian Wanita dalam Pembangunan. Jakarta:YOI

Soe`oed, Diniarti. 1999. “Proses Sosialisasi” dalam Ihromi.Sosiologi Keluarga. Jakarta: YOI

https://www2.warwick.ac.uk:2006. J. S. Fleming. “Piaget,Kohlberg, Gilligan, and Others on Moral Development”.