Seminar Lichen FMIPA-UNMA

54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandeglang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Banten yang mempunyai wilayah pegunungan yang cukup luas. Gunung yang ada di Kabupaten Pandeglang ini meliputi Gunung Aseupan,Gunung Karang dan Gunung Pulosari (Akarsari) serta di bagian selatan yang umumnya pegunungan dengan ketinggian rendah seperti Gunung Payung (480 m), Gunung Honje (620 m), Gunung Tilu (562 m) dan Gunung Raksa (320 m) (Anonim, 2007). Gunung Pulosari merupakan gunung yang berada di kecamatan Pulosari dengan ketinggian 1.346 m di atas permukaan laut yang berbatasan dengan gunung Karang dan Gunung Aseupan. Di Gunung mempunyai keanekaragaman organisme yang sangat kompleks, baik flora maupun faunanya. Gunung karang mempunyai topografi yang berlembah-lembah, tebing yang curam dan memiliki banyak air terjun dari mata air yang ada di Gunung Pulosari. Lembah adalah wilayah bentang alam yang dikelilingi oleh pegunungan atau perbukitan yang luasnya dari beberapa kilometer persegi sampai mencapai ribuan kilometer persegi. Lembah dapat terbentuk dari FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR 1

Transcript of Seminar Lichen FMIPA-UNMA

Page 1: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pandeglang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Banten yang

mempunyai wilayah pegunungan yang cukup luas. Gunung yang ada di

Kabupaten Pandeglang ini meliputi Gunung Aseupan,Gunung Karang dan

Gunung Pulosari (Akarsari) serta di bagian selatan yang umumnya

pegunungan dengan ketinggian rendah seperti Gunung Payung (480 m),

Gunung Honje (620 m), Gunung Tilu (562 m) dan Gunung Raksa (320 m)

(Anonim, 2007).

Gunung Pulosari merupakan gunung yang berada di kecamatan

Pulosari dengan ketinggian 1.346 m di atas permukaan laut yang berbatasan

dengan gunung Karang dan Gunung Aseupan. Di Gunung mempunyai

keanekaragaman organisme yang sangat kompleks, baik flora maupun

faunanya. Gunung karang mempunyai topografi yang berlembah-lembah,

tebing yang curam dan memiliki banyak air terjun dari mata air yang ada di

Gunung Pulosari.

Lembah adalah wilayah bentang alam yang dikelilingi oleh

pegunungan atau perbukitan yang luasnya dari beberapa kilometer persegi

sampai mencapai ribuan kilometer persegi. Lembah dapat terbentuk dari

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

1

Page 2: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

beberapa proses geologis. Lembah gletser yang umumnya berbentuk-U

terbentuk puluhan ribu tahun yang lalu akibat erosi gletser. Selain berbentuk-

U, lembah juga dapat berbentuk-V. Lembah di Gunung Pulosari ada yang

curam dan ada juga yang datar. Lembah biasanya banyak di lewati oleh

aliran sungai karena letaknya di bagian kaki gunung yang mempunyai

ketinggian rendah. Maka dari itu, lembah lebih mempunyai aneka organisme

yang komplit baik yang mikro maupun yang makro. Di lembah juga banyak di

temukan tanaman cormophyta ataupun thallophyta seperti algae, fungi, lumut

maupun lumut kerak (lichen).

Lumut kerak atau lichen adalah organisme hasil simbiosis antara fungi

dan alga, sedemikian rupa sehingga dari hasil morfologi dan fisiologi lumut

kerak merupakan satu kesatuan (Tjitrosoepomo, 1981 dalam Istam).

Menurut Ahmadjian (1993), lumut kerak adalah hubungan simbiosis

antara fungi (mycoobiont) dan pasangan penghasil fotosintesis (photobiont),

yang terdiri dari alga atau cyanobacterium (ganggang hijau biru). Beberapa

lumut kerak semuanya terdidri dari tiga macam organisme. Hubungan

diantaranyapun bukan sebuah pencampuran yang sederhana.

Menurut Yurnaliza (2002), bahwa lumut kerak (lichen) merupakan

gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi

merupakan satu kesatuan. Lumut ini hidup secara epifit pada pohon-

pohonan, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu

cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang tinggi.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

2

Page 3: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

Lumut kerak tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam

pembentukan tanah. Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk

pada bagian pinggir batu. Dalam hidupnya, lumut kerak tidak memerlukan

syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka

waktu yang lama. Lumut kerak yang hidup pada batuan dapat menjadi kering

karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan

bisa hidup kembali. Lumut kerak mempunyai banyak manfaat diantaranya

bisa sebagai bahan makanan, obat herbal dan juga bisa dijadikan sebagai

bahan indikator lingkungan (Boonpragob, 2003).

Di kawasan lembah biasanya lumut kerak jenisnya sangat beragam,

maka untuk itu patutlah ada sebuah informasi mengenai kekayaan lumut

kerak di kawasan lembah Gunung Pulosari karena mengingat perannya yang

sangat penting bagi ekosistem sekitar dan juga manfaatnya. Maka sebab

latar belakang di atas itulah peneliti ingin melakukan sebuah penelitian yang

mendalam mengenai indeks-indeks keanekaragaman (biodiversitas) jenis

lumut kerak di kawasan lembah Gunung Pulosari.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana indeks keanekaragaman jenis lumut kerak (lichens) di

kawasan lembah Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang Provinsi

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

3

Page 4: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

Banten.

2. Jenis lumut kerak (lichens) apakah yang mendominasi di kawasan

lembah Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang - Banten.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui indeks biodiversitas lumut kerak di kawasan lembah

Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang - Banten.

2. Untuk mengetahui jenis lumut kerak yang mendominasi kawasan

lembah Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang serta bagaimana

interaksinya terhadap ekosistem sekitar.

D. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:

1. Sebagai sumber belajar untuk menambah pengetahuan dasar tentang

lumut kerak (lichens).

2. Memberikan informasi kepada masyarakat dan dunia ilmu

pengetahuan mengenai diversitas lumut kerak yang terdapat di

kawasan lembah Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang.

3. Untuk menjaga kelestarian keanekaragaman jenis lumut kerak yang

ada di Gunung Pulosari agar tetap lestari.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

4

Page 5: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Indeks Biodiversitas Jenis

1). Pengertian

Keanekaragaman hayati atau biodiversity merupakan ungkapan

pernyataan terdapatnya berbagai variasi bentuk, jumlah dan sifat yang

terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk hidup, yaitu tingkat

ekosistem, jenis dan genetika. Dalam menilai potensi keanekaragaman

hayati, seringkali yang lebih banyak menjadi pusat perhatian adalah

keanekaragaman jenis, karena paling mudah teramati, sementara

keanekaragaman genetik yang merupakan penyusunan jenis-jenis tersebut

secara umum lebih sulit dikenali.

Keanekaragaman adalah jumlah jenis yang terdapat dalam suatu

area. Indeks keanekaragaman adalah suatu penggambaran secara

matematik untuk mempermudah dalam menganalisis informasi tentang

jumlah individudan spesies organisme serta beberapa banyak jumlah jenis

yang ada dalam suatu area (Odum, 1971)

Menurut Desmukh (1992) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis

sebagai jumlah jenis dan jumlah individu dalam satu komunitas. Jadi

keanekaragaman jenis adalah menunjuk pada jumlah jenis dan jumlah

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

5

Page 6: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

individu setiap jenis. Keanekaragaman jenis adalah gabungan antara jumlah

jenis dan jumlah individu masing-masing jenis dalam komunitas. serta

menurut Soegianto (1994), keanekaragaman jenis adalah sebagai suatu

karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologisnya.

Sedangkan indeks keanekaragaman jenis adalah kekayaan jenis dalam

komunitas dan juga memperlihatkan keseimbangan dalam pembagian jumlah

individu tiap jenis (Odum, 1971).

Keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas dipengaruhi oleh

hubungan fungsional tingkat-tingkat tropik, misalnya jumlah perumputan atau

pemangsaan sangat mempengaruhi keanekaragaman dari komunitas yang

dimangsa. Komunitas dalam lingkungan yang mantap mempunyai jenis yang

lebih tinggi daripada komunitas yang dipengaruhi oleh gangguan-gangguan

musiman atau secara periodik oleh manusia atau alam (Odum, 1971). Pada

komunitas yang baru terbentuk keanekaragamannya cenderung rendah

karena organisme yang terbentuk baru sedikit dan tahap suksesi belum

begitu sempurna.

Odum (1971) menyatakan bahwa ada dua komponen

keanekaragaman jenis yaitu kekayaan jenis dan kesamarataan. Kekayaan

jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas. Kekayaan jenis dapat

dihitung dengan indeks jenis atau area yakni jumlah jenis per satuan area.

Kesamarataan atau akuitabilitas adalah pembagian individu yang merata

diantara jenis. Namun pada kenyataan setiap jenis itu mempunyai jumlah

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

6

Page 7: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

individu yang tidak sama. Satu jenis dapat diwakili oleh 100 hewan, yang lain

oleh 10 hewan dan ketiganya diwakili oleh 1 hewan. Kesamarataan menjadi

maksimum bila semua jenis mempunyai jumlah individu yang sama atau rata.

Cara sederhana mengukur keanekaragaman jenis adalah menghitung jumlah

jenis (S) atau species richnes (Soegianto 1994,dalam indriyanto, 2006).

2). Macam-macam Penentuan Indeks Biodiversitas

Untuk mengetahui indeks-indeks penting keanekaragaman jenis, maka

di gunukan beberapa parameter untuk mengetahuinya diantaranya adalah :

- Indeks Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman suatu komunitas organisme ditandai oleh banyaknya

spesies organisme yang membentuk suatu komunitas tersebut. Semakin

banyak jumlah spesies semakin tinggi biodiversitasnya. Keanekaragaman

lumut kerak ini dapat ditentukan dengan menggunakan teknik formulasi dari

Shanon dan weiner (1963). Indeks keanekaragaman menunjukkan kekayaan

jenis dalam komunitas dan juga memperlihatkan keseimbangan dalam

pembagian jumlah individu tiap jenis (Odum, 1994).

Untuk memprakirakan keanekaragaman spesies ada beberapa indeks

keanekaragaman yang dapat dipilih untuk dipakai dalam analisis komunitasa,

antara lain sebagai berikut (Odum, 1993; Soegianto, 1994; Indriyanto, 2006).

Indeks Shannon atau Shannon Index of Generaal Diversity (H)

∑−= PiPiH ln

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

7

Page 8: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

Keterangan :

H’ = indeks keanekaragaman

pi = n/N

n = nilai penting suatu jenis

N = total nilai penting seluruh jenis

Indeks keanekaragaman (H’) terdiri dari beberapa kriteria, yaitu

H’ > 3,0 = Menunjukkan keanekaragaman sangat tinggi

H’ >1,5 – 3,0 = Menunjukkan keanekaragaman tinggi

H’ 1,0 – 1,5 = Menunjukkan keanekaragaman sedang

H’ < 1 = Menunjukkan keanekaragaman rendah

Untuk menentukan ada tidaknya perbedaan parameter indeks

keanekaragaman komunitas lumut kerak pada dua area yang dipelajari data

diuji menggunakan t test.

- Indeks Kemerataan ( Equabilitas )

Indeks ini mengambarkan perataan penyebaran individu dari spesies

organisme komunitas (Suwasono Hedy, Metty Kurniati, 1994).

Kemerataan di hitung dengan menggunakan rumus indeks equabilitas

(J') dari Pielau ( 1996 ).

J = SLogH

Keterangan :

J = Indeks Perataan

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

8

Page 9: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

H = Indeks Keanekaragaman

S = Jumlah Individu

indeks keseragaman jenis ini digunakan untuk mengetahui

penyebaran jumlah individu pada tiap jenis organisme. Indeks keseragaman

jenis (E) berkisar antara nilai 0 sampai 1, semakin mendekati 0, semakin kesil

nilai keseragaman populasi. Artinya behwa penyebaran jumlah individu tiap

jenis tidak sama (ada kcenderungan satu jenis mendominasi) dan sebaliknya.

Semakin mendekati 1 maka penyebaran individu tiap jenis merata (tidak ada

jenis yang mendominasi).

- Indeks Kelimpahan (Dominasi)

Indeks dominasi (Index of Dominance) adalah parameter kuantitatif

yang menytakan tingkat terpusatnya dominasi (penguasaan) spesies dalam

suatu komunitas (Idriyanto, 2006). Penguasaan atau dominanansi spesies

dalam komunitas bias terpusat pada satu spesies, beberapa spesies, atau

pada banyak spesies yang dapat diprakirakan dari tinggi rendahnya dari

indeks dominasi (ID).

ID =

2

Nni

Keterangan :

ni = Nilai penting tiap spesies ke-i

N = Total nilai penting

Suatu spesies akan dikatakan dominan jika >5% dan dikatakan sub

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

9

Page 10: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

dominan jika 2%, Di > 5% (Suwasono Heddy, Mety Kurniati, 2008).

Indeks dominasi bekisar antara 0-1. semakin mendekati nilai 0 berarti

tidak ada jenis yang mendominasi, artinya tiap jenis menyebar merata,

semakin mendekati 1 berarti terdapat dominasi dari satu atau beberapa jenis.

- Kerapatan ( Densitas )

Menurut ( Odum, 1993 ) untuk mengukur suatu kerapatan (densitas)

(X) dapat digunakan rumus persamaan berikut :

X = ∑ nXn

Keterangan :

Xn = Jumlah Individu Spesies n = Jumlah Plot / Sampling

B. Lumut Kerak (Lichens)

1) Sejarah Singkat dan Terminologi

Orang yang petama membuat klasifikasi lumut kerak dengan tepat

adalah Erik Acharius (1757–1819). Oleh karena itu, dia dipandang sebagai

Bapak lichenologist. Penemuan berikutnya adalah penemuan dari Simon

Schwendener yang pertama kali mencetuskan bahwa lumut kerak merupakan

organisme yang mempunyai hubungan simbiosis antara alga atau ganggang

hijau biru dengan fungi baik ascomycotina maupun basidiomycotina yang

sebelumnya dianggap sebagai organisme tunggal (Nash, 1993). Bukti lebih

jauh mengenai lumut kerak di alam yaitu ketika Eugen Thomas

mempublikasikan hasil eksperimennya pada tahun 1939 yang meresintesis

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

10

Page 11: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

penelitiannya mengenai lumut kerak. Sehingga membangun perkembangan

pengetahuan mengenai lumut menjadi cukup maju.

Lumut kerak didefinisikan sebgai hubungan simbiosis organisme yang

biasanya disusun oleh pasangan fungi (mikobion) dan oleh satu atau lebih

fotobion yaitu yang alga hijau atau cyianobacterium (alga hijau biru) (Nash,

1993).

Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dari golongan

Ascomycotina atau Basidiomycotina (mikobion) dengan Chlorophyta atau

Cyanobacteria bersel satu (fikobion) (Campbell, 2003).

Lumut kerak (lichens) Adalah bentuk interaksi yang stabil saling

menguntungkan antara fungi (ascomycota, deuteromycota dan

basidiomycota) dengan mikroalga (Chlorophyta dan Xanthophyta) juga

Cyanobacteria, menghasilkan bentuk tubuh (thalus) makroskopik yang khas

dan jumlahnya sekitar 15.000 jenis.

Sedangkan menurut Polunin (1990) dalam Istam (2007), Lumut kerak

merupakan organisme ganda yang khas, yang dihsilkan oleh asosiasi erat

antara dua organisme, suatu cendawan dengan suatu alga atau tumbuhan

belah, dan oleh karenanya tergolong dalam kelompok yang berlainan.

Hidup bersama antara dua organisme yang berlainan jenis umumnya

disebut simbiosis. Masing-masing organisme itu sendiri simbion. Pada lumut

kerak, simbiosis antara alga dan cendawan terjadi penafsiran yang berbeda,

ada yang menafsirkan sebagai mutualisme, karena dipandang kedua-duanya

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

11

Page 12: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

dapat memperoleh keuntungan dari hidup bersama yaitu, alga memberikan

hasil-hasil fotosintesis terutama yang berupa karbohidrat kepada cendawan,

dan sebaliknya cendawan memberikan air dan mineral kepada alga. Dapat

juga hubungan antara alga dan cendawan pada lumut kerak sebagai

helotisme yaitu keuntungan timbale balik balik yang hanya bersifat

sementara, hanya pada permulaannya saja (Tjitrosoepomo, 1994).

Lumut kerak (lichens) merupakan simbiosis antara fungi dengan alga

yang menyatu membentuk morfologi dan fisiologi tersendiri. Lichens

mempunyai sifat sebagai berikut :

a) Hidup di pohon dan tanah, terutama pada tundra (padang lichens di

Kutub Utara) yang luasnya mencapai ribuan km dan merupakan

sumber makanan bagi rusa kutub.

b) Alga penyusun lichens disebut gonidium, umumnya yang bersel

tunggal soliter atau dapat pula yang berkoloni, dapat berupa : khusus

genus Chroococcus dan Nostocalga hijau biru), khusus genus

Cystococcus dan Tentropohlia alga hijau).

c) Jamur penyusun lichens yakni : ordo Discomycetales atau pun

Pyrenoimycetales dan Ascomycetes (umumnya), Kemungkinan juga

Basidiomycetes (Tjitrosoepomo, 2003) juga fungi imperfecti.

d) Ganggang (alga) memberi hasil fotosintesisnya (terutama karbohidrat)

kepada jamur. Jamur menyediakan air yang melarutkan zat organik

bagi ganggang.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

12

Page 13: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

e) Jika panas terik, lichens yang hidup di batu menjadi kering, namun

tidak mati; ketika hujan turun, tumbuh kembali.

f) Pertumbuhan thallus ini sangat lambat, dalam satu tahun jarang lebih

dari 1 cm. Tubuh buah baru tumbuh setelah pertumbuhan vegetatif

bertahun-tahun.

g) Habitus (perawakannya) serupa semak, merupakan vegetatif perintis

(seperti juga alga hijau biru), yakni lambat laun mampu

menghancurkan batu menjadi tanah.

Lumut kerak juga bisa sebagai bioindikator yang telah digunakan sejak

lama dengan cara membuat peta penyebaran lumut kerak. Sistem Skala

Polusi Lumut kerak Hawkssworth & Rose pada tahun 1970 menggunakan

ada atau tidak adanya spesies sensitif tertentu untuk mengetahui konsentrasi

sulfur dioksida dalam udara ambien. Begitu juga dibuat skala untuk zat-zat

pencemar udara yang lain (Bell ,2001 dalam Istam, 2007).

Lumut kerak tidak memiliki kutikula sehingga mengabsorpsi nutrien

dan air dari atmosfer (Bungartz). Hal ini menjelaskan mengapa lumut kerak

dapat menjadi bioindikator pencemaran udara. Perubahan lingkungan

menyebabkan lumut kerak berubah dalam keanekaragamannya,

morfologinya, fisiologinya, genetik, dan kemampuan mengakumulasi zat

pencemar udara (Barreno). Kesensitifannya ini memenuhi faktor-faktor

pemilihan bioindikator.

Pada tahun 1866, diketahui bahwa penyebab hilangnya komunitas

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

13

Page 14: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

lumut kerak di Jardin de Luxembourg dekat Paris disebabkan oleh sulfur

dioksida (Boonpragob, 2003). Kejadian ini dan kejadian-kejadian lain serupa

menyadarkan bahwa kerak memiliki potensi besar sebagai bioindikator.

Berdasarkan morfologinya, lumut kerak umumnya dibedakan menjadi

Crustose, Foliose, Squamulose, dan Fructicose. Fructicose merupakan lumut

kerak yang paling sensitif terhadap pencemaran udara dan merupakan jenis

lumut kerak yang akan pertama kali hilang ketika terpapar pada udara

tercemar. Sedangkan Crustose merupakan jenis lumut kerak yang paling

resisten terhadap pencemaran udara (Boonpragob, 2003).

2. Morfologi Lumut Kerak (lichen)

A). Morfologi Luar

Tubuh lichens dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai

kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu

kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau

merah dengan habitat yang bervariasi. Bagian tubuh yang memanjang

secara selluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus

atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichens.

Alga selalu berada pada bagian permukaan dari thallus. Berdasarkan

bentuknya lichens dibedakan atas empat bentuk yaitu :

a. Crustose

Lichens yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

14

Page 15: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah

untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya. Lichen Crustose yang

tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di

permukaan disebut endolitik, dan yang tumbuh terbenam pada jaringan

tumbuhan disebut endoploidik atau endoploidal sedangkan lichen yang

longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis disebut leprose.

b. Foliose

Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus

lobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Thallusnya

datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian

permukaan atas dan bawah berbeda. Lichens ini melekat pada batu, ranting

dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi

makanan.

c. Fruticose

Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk

seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-

daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara permukaan

atas dan bawah.

d. Squamulose

Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut

squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering

memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

15

Page 16: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

A. Crustose (Caloplaca luteominea) B. Foliose (Peltigera malacea)

C. Fruticose (Ramalina stenospora) D. Squamulose (C. carneola)

Gambar 1. Berbagai tipe lumut kerak

B). Morfologi dalam (Anatomi)

Struktur morfologi dalam diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini

mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu.

Korteks atas, berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa

jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin. Bagian

ini tebal dan berguna untuk perlindungan.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

16

Page 17: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

Gambar 2. Anatomi Lumut Kerak

• Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak

dibawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang

longgar.Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa,

Nostoc, Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat

fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ reproduksi.

• Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu

bagiantengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini

tersebar kesegala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal.

Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu

yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan

demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua

pembuluh.

• Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat

dan membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

17

Page 18: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa

sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis lichens tidak mempunyai

korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang

terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi. Dari potongan

melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines

coklat bercabang pada bagian bawah. Bagian tengah yang berwarna

putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur yang disebut medulla. Struktur

pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia dan lapisan coklat

di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari ascomycete yang

megandung spora jamur.

C). Struktur Vegetatif

Struktur tubuh lichens secara vegetatif terdiri dari :

• Soredia, terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah kulit.

Diameternya sekitar 25 – 100 mμ , sehingga soredia dapat dengan

mudahditerbangkan angin dan akan tumbuh pada kondisi yang sesuai

menjaditumbuhan licenes yang baru. Jadi pembiakan berlangsung

denganperantaraan soredia. Soredia itu sendiri merupakan kelompok

kecil sel-sel gangang yang sedang membelah dan diselubungi

benang-benang miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari

induknya. Soredia ini terdapat di dalam soralum.

• Isidia, berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat

pada kulit luar. Diamaternya 0,01 – 0,03 mμ dan tingginya antara 0,5 –

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

18

Page 19: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

3 mμ. Berdasarkan kemampuannya bergabung dengan thallus, maka

dalam media perkembangbiakan, isidia akan menambah luas

permukaan luarnya. Sebanyak 25 – 30 % dari spesies foliose dan

fructicose mempunyai isidia. Proses pembentukan isidia belum

diketahui, tetatpi dianggap sebagai faktor genetika.

• Lobula, merupakan pertumbuhan lanjutan dari tahllus lichens yang

sering dihasilkan di sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat

berkembang dengan baik pada jenis foliose, Genus Anaptycia,

Neproma, Parmelia dan Peltigera. Lobula sangat sukar dibedakan

dengan isidia.

• Rhizines, merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna

kehitam-hitaman yang muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah)

yang mengikat thallus ke bagian dalam. Ada dua jenis rhizines yaitu

bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak

bercanag terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia.

• Tomentum, memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan

merupakan lembaran serat dari rangkaian akar atau untaian yang

renggang. Biasanya muncul pada lapisan bawah seperti pada

Collemataceae, Peltigeraceae dan Stictaceae.

• Cilia, berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa

yang muncul di sepanjang sisi kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines

dan hanya berbeda pada cara tumbuh saja.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

19

Page 20: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

• Cyphellae dan Pseudocyphellae, berbentuk rongga bulat yang agak

besar serta terdapat pada korteks bawah dan hanya dijumpai pada

genus Sticta. Pseudocyphellae mempunyai ukuran yang lebih kecil

dari cyphellae yaitu sekittar 1 mμ dan terdapat pada korteks bawah

spesies Cetraria, Cetralia, Parmelia dan Pasudocyphellaria. Rongga ini

berfungsi sebagai alat pernafasan atau pertukaran udara.

• Cephalodia, merupakan pertumbuhan lanjutan dari thallus yang terdiri

dari alga-alga yangg berbedadari inangnya. Pada jenis peltigera

aphthosa, cephalodia mulai muncul ketika Nostoc jatuh pada

permukaan thallus dan terjaring oleh hifa cephalodia yang berisikan

Nostoc biru kehijauan. Jenis ini mampu menyediakan nitrogen thallus

seperti Peltigera, Lecanora, Stereocaulon, Lecidea dan beberapa jenis

crustose lain.

3. Klasifikasi Lumut Kerak

Lichens sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan

gabungan dari alga dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda.

Para ahli seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956),

berpendapat bahwa lichens dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam

kelompok jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo

Leocanorales dari Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan agar lichens

dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang berbeda dari alga dan

fungi. Lichens memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

20

Page 21: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

klasifikasinya secara umum adalah sebagai beriktu :

1) Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya

Menurut Tjitrosoepomo (1981), lumut kerak berdasarkan komponen

yang menyusunnya dapat dibedakan menjadi dua kelas, yaitu :

a). Kelas Ascolichens

Kelas Ascolichenes ini terbagi dalam dua kelompok :

• Pyrenomycetales, lumut kerak ini menghasilkan tubuh buah berupa

peritesium, yang berumur pendek dan dapat hidup bebas, tubuh buah

yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan

Verrucaria.

• Discomycetes. Lumut kerak ini membentuk tubuh buah berupa

apothecium yang berumur panjang membentuk tubuh buah berupa

apotesium. Apotesium pada lumut kerak ini berumut panjang, bersifat

seperti tulang rawan dan mempunyai askus yang berdinding tebal..

Contoh : Usnea dan Parmelia.

Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga dari

famili: Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin.

Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa

dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia,

Cladophora dll.

b). Basidiolichens

kebanyakan lumut kerak ini mempunyai talus yang berbentuk

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

21

Page 22: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

lembaran-lembaran. Pada tubuh buah terbentuk lapisan himenium yang

mengandung basidium, yang sangat menyerupai tubuh buah

Hymenomycetales, contohnya adalah Cora pavonia.

Fink (1961) dalam Januardania (1995), menambahkan selain kedua

golongan tersebut terdapat golongan tersendiri, yaitu Lichenes Imperfecti

(Deuterolichens). Golongan ini tidak membentuk spora fungi dan talus

tersusun dari hifa atau massa padat yang seringklali terlihat menyerupai

serbuk atau bubuk pada substrat yang ditumbuhinya.

2). Berdasarkan alga yang menyusun thalus

a). Homoimerus

Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga

mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae.

b). Heteromerous

Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen

jamur menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin

Chlorophyceae, contoh : Parmelia.

3). Berdasarkan type thallus dan kejadiannya

a). Crustose atau Crustaceous.

Merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di atas batu, tanah atau

kulit pohon. Seperti Rhizocarpon pada batu, Lecanora dan Graphis pada kulit

kayu. Lumut kerak tersebut terlihat sedikit berbeda antara bagian permukaan

atas dan bawah.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

22

Page 23: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

b). Fruticose atau filamentous

Lichen semak, seperti silinder rata atau seperti pita dengan beberapa

bagian menempel pada bagian dasar atau permukaan. Thallus bervariasi,

ada yang pendek dan panjang, rata, silindris atau seperti janggut atau

benang yang menggantung atau berdiri tegak. Bentuk yang seperti telinga

tipis yaitu Ramalina. Yang panjang menggantung seperti Usnea dan

Alectoria. Cladonia adalah tipe antara kedua bentuk itu.

4. Perkembangan Lumut Kerak

Perkembangbiakan lichens melalui tiga cara, yaitu :

a. Secara Vegetatif

• Fragmentasi

Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian

tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi

individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan

fragmen. Pada beberapa fruticose lichens, bagian tubuh yang lepas tadi,

dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichens yang

baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling

produktif untuk peningkatan jumlah individu.

• Isidia

Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing

mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika

kondisinya sesuai.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

23

Page 24: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

• Soredia

Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang

membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan

yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus,

soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichens

baru. Lichens yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.

b. Secara Aseksual

Metode reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan spora yang

sepenuhnya bergantung kepada pasangan jamurnya. Spora yang aseksual

disebut pycnidiospores. Pycnidiospores itu ukurannya kecil, spora yang tidak

motil, yang diproduksi dalam jumlah yang besar disebut pygnidia. Pygnidia

ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu celah

kecil yang terbuka yang disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari

hifa yang subur dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap

pycnidiospore menghasilkan satu hifa jamur. Jika bertemu dengan alga yang

sesuai terjadi perkembangan menjadi lichens yang baru.

c. Secara Seksual

Perkembangan seksual pada lichens hanya terbatas pada pembiakan

jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah

kelompok jamur yang membangun tubuh lichens.

5. Kegunaan Lumut Kerak

Lichens memiliki bermacam-macam kegunaan dan bahaya, antara

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

24

Page 25: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

lain:

a. Lichens sebagai bahan makanan

Thallus dari lichens belum digunakan sebagai sumber makanan

secara luas, karena lichens memiliki suatu asam yang rasanya pahit dan

dapat menimbulkan gatal-gatal, khususnya asam fumarprotocetraric. Asam ini

harus dibuang terlebh dahulu dengan merebusnya dalam soda. Contoh yang

bisa dimakan adalah Umbilicaria, Cladina stellaris, Lobaria linita.

b. Lichens sebagai obat-obatan

Lobaria pulmonaria digunakan untuk menyembuhkan penyakit paru-

paru karena Lobaria dapat membentuk lapisan tipis pada paru-paru. Selain

itu lichens juga digunakan sebagai ekspektoran dan obat liver. Senyawa

asam usnat (yang terdapat dalam ekstrak spesis Usnea) saat ini telah

digunakan pada salep antibiotik, deodoran dan herbal tincture. Diperkirakan

sekitar 50% dari semua spesies lichens memiliki sifat antibiotik.

c. Kegunaan lain dari lichen

Dari hasil ekstraksi Everina, Parmelia, dan Ramalina diperoleh minyak.

Beberapa di antaranya digunakan untuk sabun mandi dan parfum. Di Mesir

digunakan sebagai bahan pembungkus mummi dan campuran buat pipa

cangklong untuk merokok, khususnya Parmelia audina yang mengandung

asam lecanoric. Ekstrak lichens dapat juga dibuat sebagai bahan pewarna

untuk mencelup bahan tekstil dengan cara diekstrak dan difermentasi.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

25

Page 26: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

C. Faktor-faktor Lingkungan Gunung Pulosari

Menurut Azwar, Samodra dan Tarigan (1988), gunung api mempunyai

pengertian yang cukup kompleks, yaitu :

1. Merupakan bentuk timbulan dipermukaan bumi yang dibangun oleh

timbunan rempah gunung api.

2. Dapat diartikan sebagai jenis ataum kegiatan magma yang sedang

berlangsung.

3. Atau merupakan tempat munculnya batuan leleran dan rempah lepas

gunungapi yang berasal dari dalam bumi.

Di dalam ekosistem gunungapi, ada dua aspek penting yang

berpengaruh terhadap organisma yang berada di lingkungan gunungapi,

yaitu aspek yang berlaku sebgai pendukung (supports) semua kegiatan

organisma dan aspek yang berfungsi sebagai pembatas (constraint) (Azwar,

Samodra dan Tarigan, 1988). Dimana kedua faktor tersebut sangat

berpengaruh juga terhadap keanekaragaman spesies organisma yang

menempati wilayah pegunungan.

Gunung pulosari merupakan sebuah gunungapi yang masih aktif yang

terdapat di Desa Cilentung Kecamatan Pulosari Kabupaten Pandeglang

dengan ketinggian 1.346 m di atas permukaan laut yang sebagian

wilayahnya merupakan hutan produksi yang diawasi dan dikelola oleh pihak

Perhutani. Secara geografis Gunung Pulosari beratasan dengan Kecamatan

Mandalawangi pada daerah utara dan sebelah timur, sebelah selatan

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

26

Page 27: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

berbatasan dengan Kecamatan Cisata dan sebelah baratnya berbatasn

dengan Kecamatan Pulosari sendiri.

Gunung Pulosari ini sangatlah kaya akan keanekaragaman jenis fauna

dan floranya. Kehidupan ekosistem yang berada di dalamnya sangatlah

mempengaruhi antara faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor biotik meliputi

fauna dan flora seperti pohon-pohon tropis, paku-pakuan (pteridophyta),

lumut (bryophyta) dan faunanya seperti babi hutan, aneka jenis burung, kera

dan lain-lain. Sedangkan faktor abiotiknya adalah kelembapan, intensitas

cahaya, air, suhu, udara maupun keadaan tanah. Keadaan faktor lingkungan

itu sangatlah memberi peran terhadap kehidupan alam di kawasan

pegunungan. Jikalau kehidupan seperti itu ada sebuah intervensi manusia

yang sifatnya merugikan seperti galian-C, maka keanekaragamanpun flora

dan fauna akan terkikis dan terancam punah.

Gambar 3. Gunung Pulosari

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

27

Page 28: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

D. Ekosistem Lembah Gunung Pulosari

Lembah merupakan sepanjang batas wilayah dataran rendah diantara

cakupan pegununan, bukit, atau wilayah tinggi lainnya, biasanya lembah

sering mempunyai atau dilewati sungai. Lembah pada umumnya dibentuk

oleh erosi tanah baik oleh sungai maupun gletser tetapi juga bisa di bentuk

oleh gesekan geologi (Anonim, 2007).

Kawasan lembah mempunyai keanekaragaman flora yang cukup baik

itu terlihat dari banyaknya pohon-pohon serta tanaman thallus seperti lumut

maupun lumut kerak yang ditemukan disana. Dataran lembah ini sangatlah

subur, karena adanya aliran zat hara yang dibawa oleh aliran sungai ke

daerah lembah. Untuk itu, biasanya dataran rendah seperti ini banyak sekali

digunakan sebagai lahan pertanian.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

28

Page 29: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah metode yang digunakan untuk

mengungkap masalah yang diteliti, sehingga pelaksanaannya dan hasil

penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal-hal yang dibahas

dalam metode penelitian ini adalah:

A. Waktu dan Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan

April di kawasan lembah Gunung Pulosari, Desa Cilentung, Kecamatan

Pulosari, Kabupaten Pandeglang, Propvinsi Banten.

Penelitian ini di lakukan pada ketinggian ± 650 meter di atas

permukaan laut (dpl). Lembah ini di apit oleh Gunung Pulosari dan bukit

sekitar yang berbentuk huruf U yang tidak begitu curam. Di lembah ini ada

sebuah aliran sungai yang mengalir dari arah pegunungan, sehingga

keadaan ekosistem sangat stabil dan keadaan geografisnya sangat subur

sehingga sangat baik untuk dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman

spesies.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

29

Page 30: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis Lumut Kerak

(Lichen) yang hidup di lembah Gunung Pulosari sebelah barat dengan luas

daerah penelitian ± 1,5 Ha dan panjang lembah ± 1 km.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua jenis Lumut Kerak

(Lichens) yang berada di setiap kuadran di Lembah Gunung Pulosari

sebelah barat dengan luas daerah penelitian ± 1,5 Ha dan panjang lembah ±

1 km.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling menggunakan Purposive Sampling yang merupakan

suatu pengambilan sampel dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan

atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan

tertentu (Arikunto, 1993). Teknik ini menggunakan transek garis untuk

membantu sebaran spesies lumut kerak. Pengukuran dengan transek garis

menggunakan alat ukur berupa meteran berskala dengan panjang tertentu.

Cara ini dilakukan agar sampel yang dilalui meteran tersebut dapat diambil,

sehingga dapat diketahui jenis-jenis lumut keraknya. Berdasarkan

pertimbangan ketinggian untuk mendapatkan data yang diharapkan dapat

mewakili daerah penelitian maka, daerah yang akan diambil sampel adalah

pada bagian barat Gunung Pulosari, dengan dibuat garis tegak lurus garis

lembah dan dibuat jarak 250 meter, serta dibuat garis transek sebanyak 5

buah dengan jarak masing-masing garis transek adalah 50 meter. Jarak

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

30

Page 31: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

antara panjang sisi lembah adalah kurang lebih 30 meter, maka dapat dibuat

plot sebanyak 5 buah dengan ukuran 5 x 5 meter dengan jarak antar plot

sejauh 1 meter dengan prosedur sebagai berikut :

1. Memilih area lembah yang mudah dijangkau tanpa menggunakan alat

bantu.

2. Memasang transek garis tegak lurus garis lembah.

3. Mencatat jumlah jenis yang ditemukan pada saat pengambilan sampel

dilakukan.

Cara peletakan garis transek atau plot dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

31

Page 32: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

C. Variabel Penelitian

1. Variabel utama dalam penelitian ini adalah jenis lumut kerak (lichens)

dan jumlah individu setiap jenis yang ada di transek yang telah

ditentukan.

2. Variabel faktor pendukung adalah faktor lingkungan yaitu suhu udara

dan ketinggian tempat.

D. Alat dan Bahan

1. Alat-alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Buku panduan identifikasi spesies lumut kerak (lichen)

b) Kompas

c) Kamera

d) Tali rafia

e) Pisau

f) Alat tulis

g) Pita meter

2. Bahan

Komunitas jenis lumut kerak (lichens) di kawasan lembah Gunung

Pulosari Desa Cilentung, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang.

E. Metode Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengambilan data adalah

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

32

Page 33: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

sebagai berikut :

1. Menyiapkan semua peralatan yang akan digunakan.

2. Membersihkan dan mengecek apakah semua peralatan dapat

berfungsi dengan baik.

3. Mencatat faktor biotik pada area yang di tentukan yaitu jenis lumut

kerak yang terdapat pada plot-plot garis transek di lembah Gunung

Pulosari.

4. Pengambilan data dengan memetakan plot kuadran pada area sampel

dan melakukan pencatatan mengenai spesies lumut kerak yang

ditemukkan.

5. Mengambil jenis lumut kerak untuk dijadikan sampel dan dimasukkan

ke dalam kantong plastik.

6. Dokumentasi jenis lumut kerak pada area sampel yang ditemukan

pada plot.

7. Studi pustaka untuk mengidentifikasi jenis dengan acuan buku-buku

tentang identifikasi lumut kerak dengan kunci determinasi.

8. Membuat tabulasi data serta memasukkan data pada tabel identifikasi

seperti di bawah ini :

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

33

Page 34: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

Tabel 1. Tabel untuk keperluan identifikasi lumut kerak

Individu Nama Spesies No.

F. Analisis Data

Analisis data adalah cara pengolahan data yang diperoleh dari hasil

pengujian. Analisis data dilakukan dengan cara statistik agar hasil penelitian

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Analisis data bertujuan untuk

menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk

mengetahui indeks keanekaragaman jenis, maka digunakan rumus berikut ini

:

1. Keanekaragaman komunitas lumut kerak dapat dihitung dengan menggunakan rumus indeks diversitas dari Shannon (Odum:1993)

H = NniLog

Nni∑−

atau H = - pi Log pi

Keterangan :

ni = nilai kepentingan tiap jenis (jumlah individu tiap jenis)

N = nilai kepentingan total (jumlah total semua individu)

Pi = Peluang kepentingan untuk tiap jenis (ni/ N)

Setelah diperoleh indeks keanekaragaman di kelompokkan kedalam

kriteria tinggi, sedang dan rendah. Menurut Hardjosuwarno (1990) Kriteria

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

34

Page 35: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

tingkat Keanekaragaman yaitu :

(H ) > 3,0 = Menunjukan Keanekaragaman sangat tinggi

(H ) 1,6 – 3,0 = Menunjukan Keanekaragaman tinggi

(H ) 1,0 – 1,5 = Menunjukan Keanekaragaman sedang

(H ) < 1,0 = Menunjukan Keanekaragaman rendah

2. Indeks Perataan (Equitability Index)

J = MaxHH

= SLogH

Keterangan :

J = Indeks Perataan

H = Indeks Keanekaragaman

s = Jumlah Spesies

3. Indeks Kelimpahan (Dominasi Index)

2

=NniC

Keterangan :

ni = Jumlah Individu

N = Total nilai penting

4. Indeks Kerapatan ( Densitas )

X = ∑ nXn

Xn = Jumlah Individu Spesies n = Jumlah Plot / Samplig

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

35

Page 36: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diungkapkan mengenai keanekaragaman jenis

lumut kerak (lichen) dari hasil penelitian yang sudah dilakukan di kawasann

lembah Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten . Hasil dari

seluruh sampel penelitian antara lain didapatkan sebagai berikut :

A. Hasil Penelitian

1. Keanekaragaman Jenis Lumut Kerak di Lembah Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten

Dari hasil penelitain lumut kerak di lembah Gunung Pulosari

Kabupaten Pandelang Provinsi Banten didapatkan 14 spesies lumut kerak

yang terdiri dari 3 kelas, 7 ordo dan 8 suku (family). Jumlah total individu

spesies yang ditemukan adalah 379. Pengelompokan atau klasifikasi kelas

lumut kerak mengikuti acuan pada buku-buku mengenai identifikasi lumut

kerak antara lain Thomas H. Nash (1996) dan Vernon Ahmadjian (1993).

Hasil perhitungan statistik lumut kerak (lichen) diperoleh indeks

keanekaragam (H’) berkisar antara 3,16 sampai 3,47, indeks dominasi antara

0,0016 sampai 0.0023, indeks kemerataan antara 2,59 sampai 3,29 dan

indeks kerapatan berkisar antara 0,54 sampai 0,72.

Adapun jenis dan jumlah anggota spesies lumut kerak (lichen) di

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

36

Page 37: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

lembah Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Jenis lumut kerak yang ditemukan di lembah Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang pada bulan Maret sampai bulan April 2010.

Tabel 3. Indeks penting Jenis lumut kerak pada masing-masing individu.

No. Spesies Transek Jml H’ C’ J’ X’1 2 3 4 5

1. Caloplaca marina 5 0 0 1 2 8 3,65

0,0007 4,06 0.32

2. Crusta sp. 16

23

12

28

15 84 1,7

40,030

6 0,90 3.36

3. Flavoparmelia caperata 2 0 3 0 4 9 3,77

0,0005 3,97 0.36

4. Graphis scripta 6 12 8 4 2 32 2,4

90,006

9 1,65 1.28

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

No. Spesies Transek JumlahI II III IV V

1. Caloplaca marina 5 0 0 1 2 82. Crusta sp. 16 23 12 28 15 843. Flavoparmelia caperata 2 0 3 0 4 94. Graphis scripta 6 12 8 4 2 325. Hypogymnia physodes 4 7 3 6 4 246. Lobaria pulmonaria 0 2 6 4 6 187. Lepraria incana 1 1 13 5 9 298. Menegazzia subsimilis 2 5 2 1 4 149. Parmelia sulcata 0 2 3 6 3 1410. Parmotrema sp. 4 7 2 12 2 2711. Staurothele sp. 1 5 2 4 4 1612. Verrucaria sp. 15 21 8 12 16 7213. Xanthoparmelia 0 1 4 4 2 1114 Xanthoria elegans 11 4 5 1 0 21

Jumlah 978 978 978 978 978 978 H’ (Keanekaragaman) 3.47 3.16 3.26 3.17 3.26 C’ (Dominasi) 0.002

00.002

30.001

60.001

90.001

7 J’ (Kemerataan) 3.29 2.62 2.87 2.59 2.84 X’ (Kerapatan) 0.54 0.72 0.57 0.70 0.58

37

Page 38: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

5. Hypogymnia physodes 4 7 3 6 4 24 2,63

0,0052 1,91 0.96

6. Lobaria pulmonaria 0 2 6 4 6 18 2,83

0,0035 2,25 0.72

7. Lepraria incana 1 1 13 5 9 29 2,5

80,005

8 1,77 1.16

8. Menegazzia subsimilis 2 5 2 1 4 14 3,15

0,0019 2,74 0.56

9. Parmelia sulcata 0 2 3 6 3 14 2,94

0,0028 2,56 0.56

10. Parmotrema sp. 4 7 2 12 2 27 2,6

20,005

3 1,83 1.08

11. Staurothele sp. 1 5 2 4 4 16 2,94

0,0028 2,45 0.64

12. Verrucaria sp. 15

21 8 1

216 72 1,8

20,026

2 0,98 2.88

13. Xanthoparmelia 0 1 4 4 2 11 3,22

0,0016 3,10 0.44

14 Xanthoria elegans 11 4 5 1 0 21 2,7

60,004

0 2,09 0.84

Jumlah978

978

978

978

978

379 39.14

0,0978 32.26 15.16

Spesies yang dominan pada penelitian ini adalah Crusta sp. Sekitar 84

jenis dan Verrucaria sp sekitar 72 jenis. Sebenarnya golongan kelas

eurotimycetes ini tidak rata ditemukan disetiap plot penelitian, karena

golongan crustose ini mempunyai kemampuan tinggi untuk hidup dimanapun

maka perkembanganya akan menjadi lebih baik pada saat menemukan

tempat yang cocok. Sedangkan keberadaan yang terendah adalah spesies

Caloplaca marina dan Flavoparmelia caperata. Untuk melihat lebih jelas

komposisi keberadaan kelas lumut kerak yang ditemukan dapat dilihat pada

gambar di bawah ini :

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

38

Page 39: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

Eur55%

Pel4%

Lec41%

Eur48%

Pel24%

Lec28%

Eur48%

Pel3%

Lec49%

Eur31%

Pel7%

Lec62%

Eur50%

Pel2%

Lec48%

Transek I Transek II

Transek III Transek IV

Transek V Keterangan :

= Lecanoromycetes

= Eurotiomycetes

= Peltigerales

Gambar 5. Komposisi lumut kerak untuk tingkat kelas pada hasil pengamatan

Kelas lecanoromycetes mencapai komposisi tertinggi yaitu sekitar

48% sampai 62%, komposisi kedua yaitu kelas eurotiomycetes yang tidak

jauh beda komposisinya dengan lecanoromycetes yaitu sekitar 31% sampai

50% dan komposisi yang paling sedkit yaitu kelas peltigerales sekitar 2%

sampai 7%.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

39

Page 40: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

2. Faktor Biotik dan Abiotik Lembah Gunung Pulosari.

Faktor biotik merupakan faktor organisme yang hidup disekitar lumut

kerak yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi

keadaan perkembanganya. Adapun jenis biotik yang hidup disekitar lumut

kerak antara lain tumbuhan lumut (bryophyta), serangga dan beberapa

tumbuhan berkayu yang memiliki kanopi cukup rimbun yang dapat

menghalangi masuknya cahaya matahari kepermukaan tanah.

Beberapa keadaan faktor abiotik di lembah Gunung Pulosari

diantaranya adalah suhu udara yang relatif rendah yang berkisar antara 21 -

230 C, keadaan sekitar penelitian yang cukup lembab dan ada beberapa

tempat yang intesitas cahayanya kecil karena terhalang oleh daun

pepohonan. Ketinggian lembah pada saat penelitian yaitu ± 650 m di atas

permukaan laut. Faktor-faktor abiotik tersebut baik langsung maupun tidak

langsung dapat mempengaruhi juga keberadaan lumut kerak yang berada di

sekitar kawasan lembah Gunung Pulosari Kabupaten Pandglang Provinsi

Banten.

B. Pembahasan

Tingkat keanekaragaman lumut kerak di lembah Gunung Pulosari

Kabupaten Pandeglang tergolong dalam kategori tinggi sampai sangat tinggi

yaitu berkisar antara 2,65 sampai 3,91 untuk tiap plotnya dan berkisar antara

3,16 sampai 3,47 unutk tiap transeknya karena menurut Odum (1993), jika

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

40

Page 41: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

nilai H’ antara 1,6 – 3 maka termasuk kategori tinggi dan nilai H’ > 3 termasuk

kategori sangat tinggi. Hal tersebut disebabkan karena lumut kerak mampu

hidup tanpa memerlukan syarat hidup yang cukup tinggi sehingga lumut

kerak mampu hidup berkembang baik di daerah manapun, apalagi di wilyah

pegunungan yang tingkat polusinya hampir tidak ada atau cukup rendah.

Selain itu, menurut Beschel (1961), dalam Nash (1996), dalam suatu kondisi

ekstrimpun beberapa lumut kerak diduga mampu bertahan hidup sampai

1000 tahun dan berguna dalam melapukan permukaan batu.

Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang

tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya suatu

komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman rendah jika komunitas itu

disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang

dominan. Transek I memiliki nilai keanekaragaman yang paling tinggi yaitu

3,47 dan diikuti oleh transek III dan V yang memliki nilai keanekaragaman

3,26. Sedangkan transek terendah adalah transek II yaitu 3.16 dan transek IV

yaitu 3.17. Keanekaragman pada tiap transek ini perbedaannya tidak begitu

signifikan, karena kawasan pada lembah ini tidak berbeda jauh kondisi alam

sekitarnya sehingga komunitas lichen tersebar dengan merata. Lumut kerak

biasanya hidup secara epifit pada pohon atau tanaman lain, permukaan batu

atau di tempat lain manapun baik di kutub maupun di subkutub (Nash, 1996).

Karena lumut kerak mampu hidup di tempat manapun sehingga lumut kerak

mudah sekali dijumpai, apalagi di wilayah pegunungan yang mempunyai

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

41

Page 42: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

Transek I22%

Transek II

19%Transek III

20%

Transek IV

19%

Transek V

20% Transek I21%

Transek II

24%Transek

III17%

Transek IV

20%

Transek V

18%

Transek I24%

Transek II

18%Transek III

20%

Transek IV

18%

Transek V

20%Transek I

17%

Transek II

23%Transek III

18%

Transek IV

23%

Transek V

19%

banyak pohon yang bisa dijadikan substrat pada kulit kayu ataupun pada

permukaan batu. Lumut kerak bisa sangat baik berkembang pada wilayah

yang memliki oksigen tinggi, dan ini sangat cocok sekali di wilayah sekitar

pegunungan yang memliki kadar oksigen cukup tinggi. Persentase komposisi

lumut kerak di lembah Gunung Pulosari dapat dilihat pada gambar diagram di

bawah ini :

Indeks Keanekaragaman Indeks Dominasi

Indeks Kemerataan Indeks Kerapatan

Gambar 6. Beberapa nilai komposisi indeks (Keanekaragaman, Dominasi, Kemerataan dan Kerapatan spesies) pada tiap jalur transek.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

42

Page 43: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

Lumut kerak yang ditemukan terdapat 3 kelas yaitu kelas

Lecanoromycetes, Eurotiomycetes dan Peltigerales. Kelas yang

mendominasinya adalah kelas Lecanoromycetes. Pada indeks dominansi ini

untuk tiap transeknya tidak begitu jauh berbeda antara transek satu dengan

transek lainnya. Ini disebabkan karena wilyah lembah lebih cenderung sama

dalam hal kondisi topografi dan floranya. Lumut kerak yang ditemukan pada

pohon kebanyakan jenis foliose dan pada batu berjenis crustose. Beberapa

jenis lumut kerak dapat berkembang memasuki bagian dalam batu dan oleh

karena itu disebut bersifat endolitik. Pertumbuhannya pada permukaan

karang atau batuan besar diikuti oleh penghancuran dengan cepat bagian

batu di bawahnya. Banyak lumut kerak yang tumbuh subur dan berkembang

biak di habitat yang tak memungkinkan vegetasi lain hidup. Nilai Indeks

dominansi berbanding terbalik dengan nilai keseragaman. Kisaran nilai

indeks dominansi adalah 0 – 1, jika semakin mendekati 0 berarti tidak ada

jenis yang mendominasi dan sebaran antar jenis merata, jika mendekati 1

berarti ada jenis tertentu yang mendominasi. Dari kisaran yang diperoleh

menunjukkan bahwa sebaran jenis tiap individu pada tiap individu hampir

dikatakan rata, tetapi ada beberapa spesies yang cukup menonjol yaitu

crusta sp. dan verrucaria sp. Keadaan ini menunjukkan bahwa masih

tergolong stabilnya ekosistem di wilayah lembah Gunung Pulosari Kabupaten

Pandeglang Provinsi Banten.

Spesies crusta sp. adalah spesies yang paling banyak ditemukan.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

43

Page 44: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

Spesies ini merupakan kelompok crustose dengan talus berwarna putih pada

semua bagian talus. Talus yang berkembang pada bagian batang terlindung

oleh tumbuhan bawah berwarna lebih mencolok di atas substrat, daripada

talus yang tumbuh di bagian batang yang lebih tinggi. Warna talus yang

tumbuh pada bagian batang yang terbuka terhadap cahaya matahari terlihat

memucat atau memudar dan terkesan lebih tipis.

Spesies verrucaria sp. merupakan spesies kedua terbanyak yang

mendominasi tiap transek. verrucaria sp ini tergolong kedalam kelompok

crustose umumnya berwarna putih atau abu kehijau-hijauan pada sebagian

besar talus daan berwarna putih pada bagian pinggir talus. Warna putih

melingkari bagian pinggir talus tanpa terputus seperti cincin, sehingga terlihat

seperti batas talus. Pada talus yang ukurannya lebih besar warna putih tidak

jelas terlihat sehingga batas talus terlihat samar-samar. Talusnya sangat tipis

dibandingkan dengan lumut kerak lain yang menempel pada kulit kayu.

Koloni talus verrucaria sp. Lebih sering ditemukan tertindih oleh koloni jenis

lain. Tumpang tindih terjadi pada sebagian atau semua talus.

Individu spesies yang paling sedikit ditemukan adalah spesies

Caloplaca marina dan Flavoparmelia caperata serta Xanthoparmelia sp.

Caloplaca marina memliki talus berwarna kuning hingga orange dan

Caloplaca marina ini sering dijimpai pada permukaan batu yang keras. Lumut

kerak ini sebenarnya banyak ditemukan di wilayah pesisir pantai atau daerah

dataran cukup rendah. Flavoparmelia caperata merupakan bangsa dari

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

44

Page 45: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

Lecanorales ini memiliki tubuh buah hijau pucat, apabila terkena sinar

matahari talusnya akan terlihat keriput padahal sebelumnya terasa halus.

Lumut kerak ini menempel pada bagian bawah pohon seperti daun kecil.

Sedangkan Xanthoparmelia sp. golongan foliose yang memiliki warna talus

hijau keputih-putihan dengan sedikit warna hitam pada bagian tengahnya.

Batas talus lumut kerak ini cukup jelas dan biasanya ditemukan pada

permukaan batu dan kulit kayu pada pohon. Keberaradaan lumut kerak

Flavoparmelia caperata dan Xanthoparmelia sp. ini sering ditemukan di

wilayah yang memiliki pepohonan yang cukup banyak.

Banyaknya speises lumut kerak pada permukaan kayu menunjukkan

bahwa lumut kerak membutuhkan suatu keadaan yang kondisinya memiliki

cukup air dan penuh dengan unsur hara serta dengan kadar oksigen tinggi

dan juga daerahnya tanpa terkontaminasi polusi udara yang tinggi. Batu

sekitar lembah hasil letusan terdahulu juga menjadi suatu substrat yang

penting bagi lumut kerak. Karena lumut kerak mampu mendegradasi batuan

yang cukup keras dengan bantuan zat asamnya sehingga membuka peluang

bagi tumbuhan lain untuk hidup dan berkembang yang tadinya tidak

memungkinkan untuk hidup.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

45

Page 46: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat di lembah Gunung Pulosari

Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten didapatkan individu sebanyak 14

spesies lumut kerak yang terdiri dari 3 kelas, 7 ordo dan 8 suku (family).

Jumlah total individu spesies yang ditemukan adalah 379 individu. Nilai

keanekaramannya dari tinggi sampai sangat tinggi. Spesies yang paling

banyak ditemukan adalah golongan crustose yaitu crusta sp. dan verrucaria

sp. Spesies yang sedikit ditemukan adalah Caloplaca marina dan

Flavoparmelia caperata serta Xanthoparmelia sp.

B. Saran

1. Perlu kiranya melanjutkan penelitian selanjutnya untuk memperoleh

data yang lebih lengkap dan akurat mengenai jenis lumut kerak karena

melihat banyak sekali kajian harus diteliti kembali mengenai

keberadaan lumut kerak di lembah Gunung Pulosari Kabupaten

Pandeglang – Banten dan tidak menutup kemungkinan adanya

sebuah perubahan struktur ekosisitem yang telah ada.

2. Usaha pelestarian perlu mendapatkan perhatian yang cukup baik bagi

masyarakat sekitar maupun PEMDA setempat untuk selalu menjaga

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

46

Page 47: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

kelestarian keanekaragaman jenis di Gunung Pulosari agar tetap

lestari dan hendaknya masyarakat sekitar dapat memanfaatkan lumut

kerak sebagai sumber perekonomian tanpa harus merusak atau

mengganggu kelestarian jenisnya.

FMIPA-UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR

47

Page 48: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadjian, Vernon. 1993. The Lichen Symbiosis. John Wiley. New York.

Alzwar, Muzil, Samodra H. dan Tarigan, J.J. 1988. Pengantar Dasar Ilmu

Gunung Api. Nova. Bandung.

Anonim. 2008. Indek Shannon. http://www.wikipedia.com. Diakses tanggal 7

Maret 2010.

Anonim. 2008. Indeks diversitas. http:// www.irwantoshut.com. Diakses

tanggal 7 Maret 2010.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Rineka Cipta Putra. Jakarta.

Anonim. 2007. Capaian Pembangunan Kabupaten Pandeglang. http://

www.pandeglang.co.id. Diakses Tanggal 4 Maret 2010.

Boonpragob, Kansri. 2003. Using Lichen As Bioindicator Of Air Pollution.

Ramkhamhaeng University. Bangkok. http://www.infofile.pcd.go.th.

Diakses tanggal 4 Maret 2010.

Campbell, dkk. 2003. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Heddy Suwasono, Kurniati Metty, 1994. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Istam, C. Yeane. 2007. Respon Lumut Kerak Pada Vegetasi Pohon Sebagai

Indikator Pencemaran Udara Di Kebun Raya Bogor Dan Hutan Kota

Manggala Wana Bakti. Skripsi, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Tidak

Diterbitkan.

Page 49: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.

Januardania, Dadan. 1995. Jenis-Jenis Lumut Kerak Yang Berkembang

Pada Tegakan Pinus Dan Karet Di Kampus IPB Darmaga Bogor. Skripsi,

Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. Tidak Diterbitkan.

Leksono, S., Amin. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif.

Banyumedia. Malang.

Nash, Thomas H. 1996. Lichen Biology, Second Edition. Cambridge

University Press. New York.

Odum, E. P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi, Edisi Ketiga. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Sharnoff. S. D. 2002. Lichen Biology And The Environment The Special

Biology Of Lichens. http:/ www.lichen.com. Diakses Tanggal 3 Maret

2010.

_________________. Lichens And Wildlife. http://www.lichen.com. Diakses

Tanggal 3 Maret 2010.

_________________. Lichens And People. For a Bibliographical Database

of the Human Uses of Lichens. http://www.lichen.com.

Diakses Tanggal 3 Maret 2010.

Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi Bagi Populasi dan

49

Page 50: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

Komunitas. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Yurnaliza. 2002. Lichenes (Karakteristik, Klasifikasi Dan Kegunaan).

Universitas Sumatra Utara. http:www.digitallibrary.usu.ac.id. Diakses

tanggal 4 Maret 2010.

Page 51: Seminar Lichen FMIPA-UNMA
Page 52: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

ABSTRAK

Gunung pulosari merupakan sebuah gunung yang terdapat di Desa Cilentung Kecamatan Pulosari Kabupaten Pandeglang dengan ketinggian 1.346 m di atas permukaan laut yang memiliki beberapa lembah. Gunung Pulosari ini mengandung kekayaan alam flora dan fauna yang beranekaragam, salah satu diantaranya adalah keanekaragam lumut kerak (lichen). Lumut kerak mempunyai peranan penting baik dari segi ekologi maupun ekonomi. Informasi yang terbatas mengenai keanekaragaman lumut kerak di lembah Gunung Pulosari ini mendorong untuk dilakukan penelitian tentang keanekaragaman jenis lumut kerak. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keanekaragaman jenis lumut kerak di lembah Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2010 dengan pengambilan sampel dilakukan selama tiga hari. Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis lumut kerak di lembah Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan menggunakan transek garis untuk membantu pola sebaran lumut kerak. Variabel penelitian ini adalah keanekaragaman jenis lumut kerak, faktor lingkungan biotik dan abiotik di lembah Gunung Pulosari. Metode analisis data yang digunakan adalah rumus indeks keanekaragaman dari Shannon Wienner, rumus indeks dominansi dari Simpson, rumus kemerataan dari Pielau, dan rumus kerapatan ( Odum, 1971 ).

Hasil penelitian diperoleh total individu berjumlah 379 yang terbagi kedalam 3 kelas, 7 ordo, 8 familia dan 14 spesies. Indeks keanekaragaman (H’) lumut kerak berkisar antara 3.16 – 3.47. Indeks dominasi berkisar antara 0,0016 – 0,0023, indeks kemerataan berkisar antara 2,59 – 3,29 dan kerapatan berkisar antara 0,54 – 0,72.

Simpulan yang dapat diambil yaitu bahwa indeks keanekaragaman jenis lumut kerak di lembah Gunung Pulosari Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten berada pada tingkat tinggi sampai sangat tinggi. Oleh karena itu hendaknya usaha untuk melestarikan tetap mendapat perhatian yang cukup, agar kelestarian lumut kerak di Gunung Pulosari dapat dipertahankan yaitu dangan cara mengurangi segala bentuk usaha yang dapat merusak atau mengganggu lingkungan hutan baik flora maupun fauna yang berada di dalamnya.

Page 53: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

ABSTRACT

Pulosari mountain is a mount which there are in Cilentung Village, Subdistrict of Pulosari, District of Pandeglang with height 1.346 m above sea level owning some dale. This Pulosari mountain contain flora natural resources and fauna which heterogeneous, one of the among others is lichen diversity. Lichen have important role either from ecology and economics facet. Limited information about lichen diversity in the Pulosari valley push to be conducted research about lichen species diversity. Aim conducted this research is to know lichen species diversity in valley of Pulosari Mountain at Pandeglang District Province of Banten.

Research have conducted in March until April 2010 with intake of sample during three days. Population of research is all lichen species in Pulosari valley Sub-Province of Pandeglang. Sampling technique in this research is purposive sampling with using transek lines to assist lichen pattern distribution. The variable of research is lichen species diversity, environmental factor of abiotik and biotik in valley of Pulosari mountain. Analysis method of data used diversity index formula from Shannon Wienner, dominance index formula from Simpson, equitability index formula from Pielau, and density formula (Odum, 1971).

Result of research obtained of individual total amount to 379 which divided into 3 class, 7 ordo, 8 family and 14 species. Lichen Diversity index (H') approximate between 3.16 - 3.47. dominance Index approximate between 0,0016 - 0,0023, equitability index approximate between 2,59 - 3,29 and density approximate between 0,54 - 0,72.

Conclusion able to be obtained is that lichen species diversity index in Valley of Pulosari mountain at Pandeglang District Province of Banten reside on high until very high level. Therefore shall the effort to preserve remain to get attention which enough, so that continuity of lichen in Pulosari Mountain can be defended that is with of way of lessening all kind of effort able to destroy or bother good forest environment of fauna and flora residing in depth.

Page 54: Seminar Lichen FMIPA-UNMA

PENENTUAN INDEKS BIODIVERSITAS JENIS LUMUT KERAK (Lichen) DI LEMBAH GUNUNG PULOSARI

KABUPATEN PANDEGLANG - BANTEN

S E M I N A R

Disusun oleh :

Nama : AGUS KURNIAWAN

NIM : G.15.06.0028

DEPARTEMEN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATHLA'UL ANWAR2010