Seminar Fix Ratih

download Seminar Fix Ratih

of 42

Transcript of Seminar Fix Ratih

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    1/42

    i

    SEMINAR

    PENGOLAHAN FENOL DALAM LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN

    METODE CONTACT DISCHARGE ELECTROLYSIS (CGDE)

    Disusun Oleh:

    RATIH TIEN SERATRI

    0906635715

    PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK 2012

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    2/42

    ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Makalah Seminar dengan Judul:

    DEGRADASI FENOL DALAM LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN

    METODE CONTACT GLOW DISCHARGE ELECTROLYSIS (CGDE)

    OLEH

    RATIH TIEN SERATRI

    0906635715

    dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik di

    Departemen Teknik Kimia FTUI dan telah disetujui untuk diajukan dalam sidang

    seminar.

    Depok, 19 Juni 2012

    Menyetujui,

    Dr. Ir. Nelson Saksono, M.T

    NIP. 196711081994031002

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    3/42

    iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dankarunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah seminar yang

    berjudul Degradasi Fenol dalam Limbah Cair Menggunakan Metode

    Contact Glow Discharge Electrolysis(CGDE)

    Makalah seminar ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

    akademis mata kuliah seminar dalam meraih gelar Sarjana Teknik di Departemen

    Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Selain itu makalah seminar

    ini juga merupakan proposal penelitian yang diajukan untuk penelitian pada

    semester terakhir untuk mata kuliah skripsi.

    Banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah seminar

    ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

    kepada:

    1. Prof. Dr. Ir. Widodo Wahyu Purwanto, DEA., selaku Ketua DepartemenTeknik Kimia Universitas Indonesia sekaligus sebagai Pembimbing

    Akademis.

    2. Dr. Ir. Nelson Saksono, M.T selaku pembimbing yang telah bersediamembimbing dan memberi arahan dalam menyelesaikan makalah ini.

    3. Prof. Dr. Ir. Mohammad Nasikin, M.Eng., selaku dosen mata kuliahMetode Penelitian, yang telah memberikan wawasan tentang penulisan

    karya tulis yang baik.

    4. Kedua orang tua, Nana, dan Awang yang selalu memberikan bantuan baikmoral maupun material.

    5. Yuni Elfany, sebagai partner kerja sekaligus teman berbagi yang telahbanyak memberikan banyak bantuan dan semangat dalam penyelesaian

    makalah seminar ini.

    6. Teman-teman satu research group, Bimo, Faishol, dan Anka yang selalumengingatkan agar makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu .

    7. Kak Krisna dan Kak Bagus yang telah banyak membantu ketika penulismengalami kesulitan.

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    4/42

    iv

    8. Egi, Titin, dan Dela yang setia menemani dan selalu memotivasi ketikapenulis mulai kehilangan semangat.

    9. Sahabat-sahabat dari kecil, Yayun, Desti, Ulfa yang selalu ada ketikapenulis membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah.

    10. Teman-teman bermain, Ical, Ryo, Arief, Eka, Nida, Novita, Silvia, Omi,Mira, Risfi, dan Dio yang banyak memberikan hiburan ketika penulis

    sedang jenuh.

    11. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dari makalah seminar ini.

    Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis terima dengan senang

    hati demi perbaikan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat dijadikan

    sebagai salah satu referensi ilmiah yang memberikan manfaat bagi banyak pihak,

    sekaligus bukan merupakan karya terakhir penulis.

    Depok, 19 Juni 2012

    Penulis

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    5/42

    v

    ABSTRAK

    Nama : Ratih Tien Seratri

    Program Studi : Teknik KimiaJudul : Degradasi Fenol dalam Limbah Cair Menggunakan

    Metode Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE)Pembimbing : Dr. Ir. Nelson Saksono, M.T.

    Berkembangnya sektor industri di Indonesia menyebabkan produksi limbah yang

    dihasilkan juga meningkat. Limbah tersebut tak jarang mengandung zat-zat

    berbahaya yang mengancam kesehatan manusia, salah satunya adalah fenol. Oleh

    karena itu dibutuhkan teknologi yang mampu mendegradasi fenol dengan

    konversi yang tinggi. Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) merupakan

    salah satu metode yang telah terbukti mampu mendegradasi berbagai macam

    limbah baik organik maupun anorganik melalui pembentukan radikal OH, yang

    diperoleh dari dekomposisi molekul-molekul H2O akibat serangan

    elektromagnetik. Pada penelitian ini akan dilakukan degradasi limbah fenol

    sintetik dengan beberapa variasi variabel yang berpengaruh seperti tegangan,

    panjang anoda, konsentrasi larutan elektrolit, serta keberadaan katalis. Dengan

    mengetahui pengaruh variabel-variabelnya, dapat diperoleh kondisi optimum

    dalam mendegradasi fenol sehingga ke depannya diharapkan dapat diperoleh

    suatu alat prototype yang mampu menghasilkan fenol dengan konversi yang

    tinggi.

    Kata kunci : fenol, limbah, CGDE, radikal OH.

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    6/42

    vi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

    ABSTRAK .............................................................................................................. v

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix

    BAB IPENDAHULUAN...................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 2

    1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

    1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 3

    1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 4

    BAB IITINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5

    2.1 Fenol ......................................................................................................... 5

    2.2 Pengolahan Limbah Fenol ........................................................................ 7

    2.2.1. Ozonasi .............................................................................................. 7

    2.2.2. Biodegradasi ...................................................................................... 8

    2.2.3. Fotokatalis ......................................................................................... 9

    2.3 Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) ...................................... 10

    2.4 Mekanisme reaksi radikal OH ................................................................ 11

    2.5 Reaksi Fenol dengan OH radikal ............................................................ 13

    2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja CGDE ............................... 14

    2.6.1 Efek Tegangan ................................................................................ 14

    2.6.2 PH awal larutan ............................................................................... 16

    2.6.3 Temperatur Operasi ......................................................................... 17

    2.6.4 Efek Katalis ..................................................................................... 18

    2.6.5 Larutan Elektrolit ............................................................................ 20

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    7/42

    vii

    BAB IIIMETODE PENELITIAN .................................................................... 21

    3.1 Tahapan Penelitian ................................................................................. 21

    3.2 Persiapan Alat ......................................................................................... 22

    3.3 Preparasi Bahan ...................................................................................... 24

    3.4 Profil Arus terhadap Tegangan pada Larutan Elektrolit......................... 24

    3.5 Penentuan Variabel Proses ..................................................................... 25

    3.6 Prosedur Penelitian ................................................................................. 25

    3.6.1 Pengaruh tegangan terhadap degradasi limbah fenol ..................... 25

    3.6.2 Pengaruh konsentrasi terhadap degradasi limbah fenol ................. 26

    3.6.3 Pengaruh konsentrasi awal limbah fenol terhadap degradasi fenol. 26

    3.6.4 Pengaruh kedalaman anoda terhadap degradasi fenol. ................... 27

    3.6.5 Pengaruh penambahan katalis terhadap degradasi limbah fenol..... 27

    3.6.6 Perhitungan konsentrasi H2O2 sebagai indikator radikal OH ......... 28

    3.7 Analisis Produk ...................................................................................... 28

    3.7.1 Fenol yang Terdegradasi ................................................................. 28

    3.7.2 Produktivitas Radikal OH ............................................................... 30

    3.7.3 Perhitungan Persen Degradasi Fenol dan Konsumsi Energi ........... 31

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    8/42

    viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Struktur Molekul Fenol ...................................................................... 5

    Gambar 2.2. Pengaruh pH awal terhadap penyisihan fenol dengan metode ozonasi

    ............................................................................................................ 8

    Gambar 2.3. Kurva hubungan arus dan tegangan selama proses CGDE .............. 11

    Gambar 2.4.Kurva hubungan antara arus listrik dan tegangan pada degradasi

    Naphtylamine ................................................................................... 14

    Gambar 2.5. Kurva efek tegangan terhadap pembentukan radikal OH pada grafik

    waktu terhadap konsentrasi radikal OH ......................................... 15

    Gambar 2.6. Kurva pengaruh pH awal pada laju degradasi eosin ........................ 16

    Gambar 2.7. Kurva hubungan pH terhadap waktu CGDE alizarin red S............. 17

    Gambar 2.8.Kurva perbandingan selektivitas OH radikal pada temperatur yang

    berbeda ............................................................................................. 18

    Gambar 3.1.Diagram Alir Penelitian.......21

    Gambar 3.2. Konfigurasi alat CGDE untuk pengolahan limbah fenol ................. 22

    Gambar 3.3. Reaktor CGDE ................................................................................. 23

    http://d/sem%2021%20june%202012%20(Repaired).docx%23_Toc328011823http://d/sem%2021%20june%202012%20(Repaired).docx%23_Toc328011823http://d/sem%2021%20june%202012%20(Repaired).docx%23_Toc328011823http://d/sem%2021%20june%202012%20(Repaired).docx%23_Toc328011823http://d/sem%2021%20june%202012%20(Repaired).docx%23_Toc328011823http://d/sem%2021%20june%202012%20(Repaired).docx%23_Toc328011823
  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    9/42

    ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Sifat fisika dan kimia fenol .................................................................... 5

    Tabel 2.2.Konsentrasi H2O2 sebagai indikator adanya OH radikal pada berbagai

    metode pengolahan limbah ................................................................... 13

    Tabel 2.3. Pengaruh PH terhadap Degradasi LimbahAlizarin Red S................... 16

    Tabel 2.4.Variasi katalis ion logam dan laju penghilangan warna pada dyes RB

    dan FG ................................................................................................. 19

    Tabel 2.5. Pengaruh komposisi elektrolit pada CGDE ......................................... 20

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    10/42

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangPerkembangan industri di Indonesia selain membawa dampak positif juga

    memberikan dampak negatif terhadap lingkungan seperti pencemaran limbah

    industri yang kerap kali mengandung polutan anorganik dan polutan organik.

    Salah satu polutan berbahaya yang sekarang ini menjadi perhatian masyarakat

    adalah fenol. Fenol dapat berasal dari industri migas, polimer, plastik, kertas,

    organik pestisida, pulp, dan industri kimia lainnya. Fenol (C6H5OH) merupakan

    senyawa organik yang memiliki tingkat toksisitas yang tinggi terhadap semua

    organisme, dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, melemahkan detak jantung,

    menurunkan tekanan darah, menyebabkan korosi pada kulit manusia bahkan

    dapat memicu kanker (karsinogen) yang berujung pada kematian. Bila mencemari

    perairan, fenol membuat rasa dan bau tidak sedap, bahkan pada nilai dan

    konsentrasi tertentu dapat menyebabkan kematian pada organisme di dalamnya.

    Dalam peraturan KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah

    Cair bagi Kegiatan Industri (BMLC), fenol dinyatakan aman pada konsentrasi 0,5-1 mg/L untuk ekosistem akuatik. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi

    (LEMIGAS) terhadap kandungan fenol di dalam air terproduksi dari beberapa

    kegiatan produksi migas di Indonesia menunjukkan bahwa kandungan fenol

    berkisar 20.50 mg/l. Mengingat besarnya bahaya yang ditimbulkan, maka

    diperlukan penanganan untuk mengurangi jumlahnya bahkan menghilangkannya.

    Hingga saat ini telah dikembangkan beberapa teknologi konvensional

    seperti bio-digestion, oksidasi Fenton, dan UV/H2O2 yang mampu mengurangi

    kadar fenol namun dengan efisiensi yang masih kecil dan memerlukan biaya yang

    besar (Liu, 2009). CGDE merupakan proses elektrokimia non-Faradaic yang

    dialiri arus searah (DC) yang cukup tinggi diantara larutan elektrolit dan dua

    anoda yang mampu membangkitkan plasma pada larutan. Plasma sendiri

    merupakan gas yang terionisasi akibat serangan elektromagnetik dan

    menghasilkan senyawa-senyawa reaktif seperti radikal OH, radikal H, dan aqueos

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    11/42

    2

    elektron (H2O+). Radikal OH ini merupakan oksidator yang paling kuat dan

    mampu mendegradasi berbagai limbah organik yang kompleks seperti dyes,

    alizarin red S, p-nitrotoluene dan aniline (Gao et al., 2002). Namun demikian,

    keberadaan radikal OH dalam reaktor sulit diukur karena waktu tinggal OH

    sangat singkat. Hal ini dikarenakan OH mudah bereaksi dengan sesamanya

    membentuk hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida ini lah yang menjadi

    indikator keberadaan OH dalam reaktor.

    Pada proses CGDE, produktivitas dan reaktivitas radikal OH dalam

    mendegradasi limbah dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti suasana larutan

    (asam/basa), jarak anoda, konsentrasi dan konduktivitas larutan elektrolit,

    tegangan, pengaruh penambahan katalis serta konsentrasi awal limbah. Pada

    kondisi asam, potensi oksidasi radikal OH sebesar 2,70 V, sedangkan pada

    kondisi basa sebesar 2,34 V (Gao, 2005). Potensial oksidasi yang lebih tinggi

    berarti reaktivitas OH untuk mendegradasi fenol lebih tinggi pada kondisi asam.

    Namun, pada kondisi basa kemungkinan OH yang diproduksi lebih banyak

    karena dengan adanya serangan elektron berenergi tinggi, molekul-molekul OH-

    akan terdisosiasi menjadi OH. Selain itu, produktivitas dari OH dapat

    ditingkatkan dengan penambahan katalis FeSO4, karena ion Fe2+

    mampu

    mendekomposisi H2O2 menjadi OH radikal (Gao et al., 2008).

    Pengolahan limbah fenol menggunakan metode CGDE diharapkan dapat

    mendegradasi fenol dengan konversi yang tinggi sehingga dapat memenuhi

    standar mutu yang ditetapkan. Konversi yang tinggi ini dapat diperoleh dengan

    mengetahui kondisi operasi yang optimum pada proses CGDE. Oleh karena itu

    perlu adanya penelitan lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel

    operasi terhadap degradasi fenol dan energi yang dikonsumsi selama prosesdegradasi berlangsung. Namun pada penelitian kali ini penulis akan memfokuskan

    pada proses yang berlangsung pada suasana asam.

    1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    Seberapa besar rentang tegangan yang dibutuhkan dimana plasma mulaiterbentuk pada larutan?

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    12/42

    3

    Bagaimana pengaruh variabel proses terhadap produksi radikal OH dandegradasi fenol?

    Seberapa besar energi yang dibutuhkan untuk mendegradasi fenol?1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mendegradasi limbah fenol agar mencapai

    baku mutu yang telah ditetapkan dan mempelajari pengaruh variabel-variabel

    terhadap degradasi fenol dengan metode CGDE. Tujuan tersebut dapat dicapai

    melalui tujuan-tujuan khusus, yaitu:

    1. Mendapatkan rentang tegangan pada saat plasma mulai terbentuk padalarutan.

    2. Mengetahui besar fenol yang mampu terdegradasi menggunakan reaktorCGDE dengan beberapa variabel yang divariasikan, yakni tegangan,

    konsentrasi larutan elektrolit, konsentrasi awal limbah fenol, kedalaman

    anoda, dan keberadaan katalis.

    3. Mengetahui produktivitas pembentukan radikal OH selama proses CGDEberlangsung.

    4. Mengetahui besarnya konsumsi energi selama proses CGDEberlangsung.

    1.4 Batasan MasalahPenelitian ini dibatasi dengan:

    1. Limbah fenol yang digunakan merupakan limbah sintesis yang dibuatdari larutan induk fenol berkadar 1000mg/L yang diencerkan dengan

    aquadest.

    2. Suasana larutan asam dan menggunakan larutan elektrolit Na2SO4 danH2SO4

    3. Katalis yang digunakan adalah FeSO44. Pengujian kadar fenol dengan menggunakan spektrofotometer secara

    aminoantipirin, sedangkan pengujian keberadaan H2O2 sebagai indikator

    adanya OH radikal menggunakan spektrofotometer dengan larutan KI.

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    13/42

    4

    1.5 Sistematika PenulisanSistematika penulisan dari seminar ini adalah sebagai berikut:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan

    masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika

    penulisan.

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

    Berisi tinjauan yang membahas tentang sifat dan bahaya fenol,

    metode yang telah dikembangkan untuk pengolahan limbah

    fenol, metode Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE)

    dan mekanisme kerjanya dalam mendegradasi limbah.

    BAB III : METODE PENELITIAN

    Berisi diagram alir penelitian, variabel penelitian, alat dan

    bahan, serta prosedur penelitian.

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    14/42

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini membahas tentang karakteristik fenol dan bahayanya, metode

    degradasi limbah fenol yang telah dikembangkan, metode Contact Glow

    Discharge Electrolysis (CGDE), mekanisme reaksi fenol dengan OH radikal, serta

    pengaruh variabel-variabel terhadap degradasi fenol.

    2.1 FenolSalah satu limbah buangan industri yang berbahaya bagi lingkungan dan

    organisme di sekitarnya adalah fenol. Fenol atau asam karbolat (C6H5OH)

    merupakan senyawa organik berbentuk kristal putih yang memiliki bau yang khas.

    Fenol mudah larut pada kebanyakan pelarut organik seperti hidrokarbon aromatik,

    alkohol, keton, eter, acid, dan hidrokarbon halogenasi, namun sukar larut pada

    pelarut alifatik. Pada suhu kamar, fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air,

    yakni sebesar 8,3 gram/100 mL, namun pada suhu lebih dari 68oC fenol akan

    melarut dengan sempurna pada air (Matthews and Mc.Evoy, 1992). Fenol

    memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+

    dari gugus

    hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O-

    yang

    mudah larut dalam air.

    Gambar 2. 1 Struktur Molekul Fenol

    Fenol memiliki beberapa sifat fisika dan kimia, adapun kedua sifat ini

    dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:

    Tabel 2.1. Sifat fisika dan kimia fenol (Chemtrec, 2011)

    Sifat Nilai

    Berat molekul, gr/mol 94,44

    Rumus molekul C6H5OH

    Titik lebur,o

    C 40,91

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    15/42

    6

    (lanjutan Tabel 2.1. Sifat fisika dan kimia fenol)

    Sifat Nilai

    Titik didih,oC 181,84

    Densitas, g/cm

    Vapour density3,24

    D 41 (cair) 1,0413

    Vapour pressure 35 mm hg @25 c

    Evaporation rate

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    16/42

    7

    Menyebabkan iritasi pada kulit namun mempunyai efek bius (anestetik lokal)sehingga tidak terasa sakit pada saat bersentuhan dengan kulit. Area kontak

    menjadi putih dan dapat menjadi luka bakar.

    Menyebabkan penyakit akut yang ditandai dengan kulit terkelupas, gangguanpada kornea mata, gangguan sistem pencernaan, rasa mual, gangguan

    pernapasan, kerusakan ginjal dan liver.

    Menyebabkan penyakit kronis yang ditandai dengan sakit kepala, nafsu makanberkurang, insomnia, dan penurunan berat badan.

    Iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan.

    2.2

    Pengolahan Limbah FenolMetode-metode yang selama ini telah dikembangkan untuk mendegradasi

    fenol antara lain :

    2.2.1. OzonasiOzonasi merupakan suatu metode penyisihan fenol dengan teknik oksidasi

    kimiawi yang menggunakan ozon sebagai oksidator. Ozon ini merupakan

    oksidator yang kuat setelah radikal OH, yang dapat dimanfaatkan untuk

    mendegradasi limbah-limbah anorganik (logam berat yang terlarut dalam air)

    maupun limbah organik. Pada proses ozonasi, ada beberapa variabel yang

    mempengaruhi hasil degradasi limbah fenol, diantaranya adalah laju sirkulasi

    limbah, pH awal, konsentrasi awal, volume awal, dan penambahan UV-C dan

    TiO2. Tidak seperti oksidator pada umumnya, ozon dapat bereaksi dengan 2 cara,

    yakni dengan reaksi langsung (direct selective reaction) yang terjadi pada

    suasana asam dan reaksi tidak langsung dengan pembentukan OH dari

    dekomposisi ozon yang berlangsung pada kondisi basa (Bismo et al., 2008).

    Pengaruh pH sangat signifikan pada proses degradasi fenol dalam limbah

    menggunakan teknik ozonasi. Pada suasana basa degradasi fenol akan semakin

    besar karena terjadi reaksi tidak langsung dimana ozon akan membentuk OH

    terlebih dahulu. Radikal OH ini akan bereaksi dengan ozon untuk mendegradasi

    fenol dengan kemampuan degradasi lebih besar dibandingkan jika ozon bekerja

    sendiri. Perkiraan mekanisme reaksi pada kondisi basa ditunjukkan pada

    persamaan (2.1), (2.2), (2.3), dan (2.4).

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    17/42

    8

    O3 + OH-

    HO2 (2.1)

    O3 + HO2 2O2 + OH (2.2)

    HO2*

    O2 + H2O (2.3)

    H2O2 + O2 OH-+OH + O2 (2.4)

    Sedangkan pada pH asam, ozon akan bereaksi secara non-selektif dengan

    senyawa organik, yang ditunjukkan pada persamaan (2.5)

    O3 + R ROx (2.5)

    Dimana R merupakan senyawa organik dan ROx merupakan produk hasil

    dari senyawa organik yang terjadi.

    Gambar 2.2 di bawah ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan

    oleh Bismo (2008) untuk penyisihan fenol pada berbagai macam pH:

    Gambar 2.2. Pengaruh pH awal terhadap penyisihan fenol dengan metode ozonasi

    (Bismo et al., 2008)

    2.2.2. BiodegradasiProses degradasi fenol dengan metode biodegradasi dilakukan dengan

    memanfaatkan kemampuan organisme melalui destabilisasi cincin aromatik fenol.

    Senyawa fenol mengalami oksidasi dengan bantuan enzim dioksigenase-cincin

    (ring-dioxigenase). Kemapuan degradasi oleh mikroba terhadap senyawa fenol

    dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis mikroba, proses aklimatisasi,

    senyawa toksik, dan toleransi mikroba terhadap senyawa toksik. Beberapa

    mikroba tercatat mampu mendegradasi fenol dengan baik, biasanya mikroba

    mereka hidup di lingkungan yang ekstrim. Karena kemampuannya hidup di

    lingkungan dengan kandungan pencemar yang tinggi, mikroba tersebut dipastikan

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    18/42

    9

    memiliki suatu mekanisme untuk menetralkan toksisitas atau mempunyai enzim

    yang tidak terdenaturasi oleh suasana fenol yang tinggi (Nursaadah et al., 2000).

    Ganggang eukaryot, Ochromonas danica, mampu tumbuh pada fenol sebagai

    satu-satunya sumber karbon. Ganggang ini mengoksidasi fenol dan

    memineralisasi fenol menjadi katekol melalui pembelahan meta. Contoh

    mikroorganisme yang telah terbukti mampu medegradasi beberapa senyawa

    aromatik seperti fenol, benzoat, benzene dan turunannya diantaranya adalah

    Pseudomonas sp. strain JS150 (Haigler et al., 1992) dan Rhodococcus opacus

    (Zaitsev et al., 1995).

    2.2.3. FotokatalisFotokatalis adalah proses transformasi kimia yang dibantu oleh adanya

    cahaya sebagai pemicu dan material katalis sebagai zat yang mempemercepat

    terjadinya transformasi kimia. Menurut IUPAC, fotokatalis adalah suatu reaksi

    katalitik yang melibatkan absorbsi cahaya oleh katalis atau substrat tertentu.

    Melalui metode katalitis, polutan organik diuraikan menjadi CO2 dan H2O

    menggunakan katalis dan cahaya. Katalis yang digunakan merupakan

    semikonduktor dan memiliki energi tertentu yang dapat menyerap cahaya dengan

    panjang gelombang tertentu pula, sehingga menghasilkan pasangan elektron

    (kutub negatif) dan hole (kutub positif) saat disinari cahaya.

    Dalam penelitian fotokatalitis, katalis yang sering digunakan adalah TiO2.

    Ketika diberikan cahaya, maka elektron pada katalis TiO2 akan tereksitasi

    menghasilkan elektron (e-) dan hole (h

    +). Kemudian (h

    +) akan mengoksidasi air

    menjadi radikal OH. Sementara itu, oksigen terlarut didalam air dapat menangkap

    elektron (e-) dan menghasilkan O2

    -yang akan bereaksi dengan fenol atau fenol

    intermediet, dengan reaksi pada persamaan (2.6), (2.7), dan (2.8) (Carmei et al.,

    2003):

    TiO2 + hv e-+ h

    +(2.6)

    e-+ O2 O2

    -(2.7)

    h+

    + OH-OH (2.8)

    Kemudian radikal OH akan mengoksidasi zat organik menjadi CO2 dan

    H2O. Slamet dkk (2005) melakukan penelitian terhadap degradasi fenol dengan

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    19/42

    10

    menggunakan katalis TiO2 dengan konversi sebesar 97,16% dengan waktu reaksi

    selama 5jam dan konsentrasi awal limbah fenol sebesar 40 mg/L.

    2.3

    Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE)Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) merupakan proses

    elektrokimia non-Faradaic yang dialiri tegangan searah (DC) yang cukup tinggi

    antara dua elektroda dan permukaan elektrolit yang melingkupinya sehingga

    menghasilkan plasma pada larutan (Sengupta and Singh, 1991). Plasma sendiri

    adalah gas yang terionisasi dalam suatu larutan akibat serangan elektromagnetik

    (Ceccato, 2009). Plasma terbentuk akibat adanya perbedaan muatan listrik yang

    sangat tinggi antara kedua elektroda, mengalir melalui gas dan menghamburkan

    energi yang dimiliki oleh gas tersebut sehingga membuat gas menjadi cukup

    panas. Hal ini akan membuat partikel dalam gas bertumbukan dengan partikel di

    sekitarnya serta mempengaruhi medan magnet di sekitarnya.

    Elektrolisis Faraday akan berkembang menjadi CGDE jika dilakukan pada

    tegangan yang tinggi pada media cair. CGDE mampu memproduksi beberapa

    spesies reaktif dalam jumlah banyak seperti OH radikal, H radikal, dan H2O2 yang

    bisa digunakan untuk mendegradasi limbah organik pada perairan (Gao et al.,

    2008). Radikal OH sebagai oksidator yang paling kuat telah terbukti mampu

    mendegradasi berbagai limbah organik yang kompleks seperti dyes, phenol, p-

    nitrotoluene dan aniline(Gao et al., 2002).

    Pada CGDE, larutan yang dihasilkan di katoda berasal dari zona reaksi

    utama yang terdiri dari plasma di sekitar anoda dan fasa liquid dekat dengan

    permukaan anolite. Di zona reaksi dengan plasma di sekitar anoda, molekul uap

    air terionisasi, teraktivasi, dan menyerang satu sama lain untuk memtuskan ikatan

    molekulnya yang kemudian menghasilkan radikal OH dan beberapa atom

    hidrogen. Sedangkan pada zona fasa liquid yang dekat dengan permukaan anolite,

    sebagian molekul H2O terurai menjadi H2, O2, dan H2O2 akibat serangan dari

    H2O+

    ( gas ) dari plasma anoda. Spesi-spesi reaktif OH, H, dan H2O+

    berdifusi

    melintasi lapisan plasma menuju aliran elektrolit kemudian bereaksi satu sama

    lain maupun bereaksi dengan substrat aktif pada larutan (Gao et al., 2002).

    Hubungan antara arus dengan tegangan yang diberikan selama proses

    CGDE berlangsung ditunjukan pada gambar 2.3.

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    20/42

    11

    Gambar 2. 3. Kurva hubungan arus dan tegangan selama proses CGDE (Sengupta et al., 1991)

    Pada zona A-B, proses yang terjadi merupakan proses elektrolisis Faraday

    dan belum terbentuk plasma pada larutan. Pada zona ini, arus yang dihasilkan

    sebanding dengan tegangan yang diberikan, semakin besar tegangan, semakin

    besar pula arus yang dihasilkan. Ketika tegangan dinaikkan, larutan akan

    mengalami transisi dari proses elektrolisis Faraday menjadi CGDE (B-C). Titik B

    merupakan breakdown dari proses elektrolisis Faraday menjadi CGDE. Tegangan

    yang dibutuhkan pada saat breakdown (Vb) merupakan tegangan kritis yang

    dibutuhkan untuk untuk membangkitkan plasma pada larutan. Seiring dengan

    kenaikan tegangan, lama kelamaan mulai terbentuk sebagian CGDE (C-D) dan

    akhirnya semua proses yang terjadi dalam sistem berubah menjadi CGDE (D-E).

    Mid-point voltage (Vd) pada titik D merupakan tegangan yang menghasilkan arus

    minimum untuk proses CGDE.

    2.4 Mekanisme reaksi radikal OHSelama proses CGDE berlangsung, banyak spesies reaktif yang dihasilkan

    seperti H2O2, OH, H, e-aq, H2O

    +. Akibat adanya perbedaan elektromagnetik yang

    tinggi antara kedua elektroda, elektron mengalir melalui gas H2O dan

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    21/42

    12

    menghamburkan energi pada gas tersebut sehingga gas tersebut menjadi panas.

    Partikel gas tersebut kemudian bertumbukan dengan partikel di sekitarnya dan

    terdisosiasi menjadi zat-zat reaktif. Mekanisme sederhana dari proses tersebut

    ditunjukkan pada pada persamaan berikut: (Gao et al., 2008).

    H2O gas H2O+gas + e-aq (2. 9)

    H2O gasOH + H (2.10)

    H2O+gas + H2OOH +H3O

    +(2.11)

    Radikal OH dari proses tersebut yang akan bereaksi menguraikan

    molekul-molekul polutan organik. Karena keraktifannya yang sangat tinggi,

    senyawa OH akan mudah bereaksi baik dengan senyawa lain maupun dengan

    sesamanya membentuk H2O2. Hal ini berdampak pada waktu tinggal radikal OH

    dalam reaktor yang sangat singkat, sehingga peluang terjadinya reaksi antara

    radikal OH dengan polutan sangat kecil.

    OH + OH H2O2 (2.13)

    OH + H2O2

    HO2 + H2O (2.14)

    OH + HO2 H2O + O2 (2.15)

    . Keberadaan senyawa logam seperti Mn2+

    , Cu2+

    , Co2+

    , Fe2+

    , dan Fe3+

    mengakibatkan H2O2 mudah terdekomposisi menjadi radikal OH. Oleh karena itu,

    penambahan senyawa tersebut dapat meningkatkan konversi degradasi limbah

    pada metode CGDE (Gao et al., 2003).

    Radikal OH sangat mudah bereaksi menjadi bentuk lain sehingga

    keberadaannya susah diukur. Oleh karena itu keberadaannya dapat diketahui

    dengan mengukur konsentrasi H2O2 yang terbentuk karena H2O2 merupakan

    senyawa kimia yang lebih stabil. (Jin, 2010).

    Tabel 2.2 menunjukkan bahwa pembentukan H2O2 (sebagai indikator

    terbentuknya radikal OH) paling tinggi diperoleh pada pengolahan menggunakan

    metode CGDE untuk kasus 4-nitropenol.

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    22/42

    13

    Tabel 2. 2. Konsentrasi H2O2 sebagai indikator adanya OH radikal pada berbagai metode

    pengolahan limbah (Saksono, 2010)

    Metode

    Pengolahan

    Larutan

    Limbah

    Perolehan

    Konsentrasi H2O2Sumber

    Ultra soundaryl-azo-

    naphthol dyes7.6 ppm (Gu Itekin, 2006)

    Ozonearyl-azo-

    naphthol dyes5 ppm (Gu Itekin, 2006)

    CGDE Deionized water 50 ppm (Kurahashi, 1997)

    CGDE 4-nitrophenol 1500 ppm (Liu, 2010)

    2.5 Reaksi Fenol dengan OH radikalDalam proses CGDE, spesi aktif OH radikal yang diproduksi selama

    reaksi CGDE berlangsung akan bereaksi dengan fenol, membentuk zat-zat

    intermediete berupa hydroquinone, benzoquinone, pyrochatecol, dan resorcinol

    dengan mekanisme yang kompleks (Sun et al., 1999). OH radikal akan bereaksi

    dengan fenol membentuk radikal dihydroxycyclohexadienyl C6H5(OH)2 dengan

    mekanisme seperti pada persamaan (2.16):

    C6H5OH + OHC6H5(OH)2 (2.16)

    Radikal dihydroxycyclohexadienyl akan terurai membentuk phenoxyl

    radical (C6H5O) yang merupakan zat intermediete yang dapat terbentuk dalam

    proses pembentukan radikal yang melibatkan fenol. Radikal phenoxyl bereaksi

    dengan radikal OH atau oksigen untuk membentuk hydroquinone dan

    pyrocatechol, atau produk lainnya dengan mekanisme pada persamaan (2.17):

    OH + C6H5O C6H4(OH)2 (2.17)

    Dengan adanya oksigen, dihydroxycyclohexadienyl )) akan

    mudah bereaksi dengan oksigen untuk membentuk oksigen adisi radikal, dan

    oksigen adisi radikal akan hancur pada proses orde pertama untuk membentuk

    dihydroxybenzenes.

    C6H4(OH)2 + O2C6H5(OH)2O2 C6H4(OH)2+ HO2 (2.18)

    Kemudian, OH radikal kembali menyerang dihydroxybenzenes sehingga

    membentuk )) yang kemudian bereaksi kembali dengan oksigen

    membentuktrihydroxybenzene )).

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    23/42

    14

    Produk oksidasi primer yang terbentuk selanjutnya akan teroksidasi

    membentuk produk sekunder seperti pyrogallol, 1,4-benzoquinone dan 1,2,4-

    tryhydroxybenzene. Produk intermediete yang terbentuk ini akan dengan mudah

    teroksidasi dibawah aksi radikal dan oksigen. Pembukaan cincin aromatik

    mengarah pada pembentukan senyawa dengan berat molekul rendah, terutama

    asam organik. Keberadaan produk intermediete dalam reaktor sangat singkat

    karena mudah teroksidasi kembali oleh OH. Produk intermediete dan asam

    organik yang terbentuk juga dioksidasi lanjut oleh OH, yang akhirnya

    membentuk produk akhir berupa CO2 dan H2O.

    2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja CGDELimbah organik dapat terdegradasi dengan metode CGDE karena

    memanfaatkan reaktivitas radikal OH. Produktivitas dari radikal OH ini

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut :

    2.6.1 Efek TeganganPada penelitian degradasi limbah 1-Naphtylamine, tegangan listrik yang

    digunakan adalah sebesar 600 V. Dari hasil penelitan ini, diperoleh kurva

    hubungan antara tegangan dan arus listrik yang terbagi menjadi dua zona

    elektrolisis yaitu zona elektrolisis konvensional faradaic dan elektrolisis normal

    non-faradaic, yang dijelaskan dalam kurva tegangan dengan arus berikut ini:

    Gambar 2.4. Kurva hubungan antara arus listrik dan tegangan pada degradasi Naphtylamine

    (Gao, et al 2006)

    Dari kurva hubungan arus listrik dan tegangan pada proses degradasi

    diatas, dapat dilihat pada tegangan dibawah 200 Volt terjadi peningkatan tegangan

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    24/42

    15

    listrik yang sebanding dengan peningkatan arus. Pada zona ini, berlangsung

    proses elektrolisis konvensional Faraday yang ditandai dengan terbentuknya

    gelembung-gelembung air disekitar anoda dan katoda akibat pemanasan dan

    perpindahan muatan. Ketika tegangan dinaikan diatas 200 Volt, kilatan kecil

    terjadi disekitar anoda. Pada tegangan antara 200-380 Volt, pembacaan terhadap

    arus listrik dan tegangan menjadi fluktuasi diikuti dengan lenyapnya kilatan

    cahaya. Pada tegangan 380-520 Volt, pada larutan terbentuk pijaran cahaya

    kemerah-merahan. Intensitas dari emisi cahaya meningkat seiring dengan

    meningkatnya tegangan, sedangkan arus listrik yang dibutuhkan kecil, tidak

    melebihi 300 mA. Arus yang dibutuhkan merupakan arus yang minimum dan

    stabil diikuti dengan adanya uap yang menyelubungi katoda sehingga efektif

    digunakan untuk degradasi limbah 1-Naphtylamine. Pada tegangan diatas 520

    Volt, arus meningkat kembali yang berarti energi yang dikonsumsi menjadi lebih

    besar dan dapat merusak katoda.

    Gambar 2. 5. Kurva efek tegangan terhadap pembentukan radikal OH pada grafik waktu

    terhadap konsentrasi radikal OH (Gao et al, 2008)

    Pada tegangan 380-520 Volt yang menghasilkan arus minimum untuk

    pembentukan plasma kemudian digunakan untuk mengetahui produktivitas

    radikal OH. Dari gambar 2.5 dapat dilihat bahwa produktivitas OH radikal

    meningkat dengan bertambahnya tegangan listrik. Hal ini terjadi karena dengan

    adanya perbedaan tegangan yang tinggi, energi untuk mengeksitasi elektron yang

    digunakan untuk menghasilkan radikal OH menjadi semakin tinggi.

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    25/42

    16

    2.6.2 PH awal larutanKondisi pH selama proses CGDE berlangsung memiliki peranan yang

    sangat penting dalam mendegradasi limbah organik. Setiap limbah organik

    memiliki kondisi optimum yang berbeda dalam proses degradasi.

    Gambar 2.6. Kurva pengaruh pH awal pada laju degradasi eosin (Gao et al., 2008)

    Dari gambar 2.6 diatas diperoleh suatu indikasi bahwa untuk degradasi

    limbah eosin, laju degradasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat

    keasaman larutan. Kemampuan oksidasi radikal hidroksil lebih kuat pada kondisi

    asam, karena potensial oksidasinya adalah 2.70 V, sedangkan pada pH 9.3

    potensial oksidasinya sebesar 2.34 V. Pada pH basa, OH radikal akan terdisosiasi

    menjadi kation hidrogen dan anion oksigen (Gao, 2005).

    Tabel 2.3. Pengaruh PH terhadap Degradasi LimbahAlizarin Red S( Gao et al., 2008 )

    Pada penelitian untuk limbah alizarin red S, kenaikan PH memberikan

    keuntungan terhadap deprotonisasi alizarin red S, molekul-molekul limbah

    menjadi lebih mudah dipecah ikatannya oleh spesies-spesies aktif. Dari tabel 2.3

    dapat dilihat bahwa pada PH 3-12, degradasi alizarin red S akan semakin

    meningkat seiring dengan meningkatnya PH. Namun pada pH diatas 12,

    degradasi menurun.

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    26/42

    17

    Pada gambar 2.7 di bawah ini, pada proses degradasi yang berlangsung

    selama 60 menit, terjadi penurunan pH pada menit ke 10-20, yang

    mengindikasikan limbah terdegradasi menjadi asam organik. Kemudian pH

    kembali naik setelah menit ke- 20. Kenaikan pH ini mengindikasikan bahwa

    asam-asam organik yang dihasilkan teroksidasi menjadi CO2, air dan garam-

    garam anorganik (Gao et al.2008).

    Gambar 2. 7. Kurva hubungan pH terhadap waktu CGDE alizarin red S (Gao et al, 2008)

    2.6.3 Temperatur OperasiTemperatur dari larutan meningkat dengan adanya pemanasan dari plasma

    itu sendiri. Peningkatan temperatur pada CGDE yang berlangsung akan menuju

    temperatur yang setimbang yaitu 75-850C. Temperatur sangat berpengaruh

    terhadap selektivitas dari OH radikal, semakin tinggi temperatur maka akan

    semakin kecil selektivitas dari OH radikal. Selektivitas OH radikal adalah jumlah

    OH radikal dalam 100 atom Oksigen. Pada kurva dibawah dapat dilihat perolehan

    selektivitas OH radikal pada temperatur yang berbeda.

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    27/42

    18

    Gambar 2. 8. Kurva perbandingan selektivitas OH radikal pada temperatur yang berbeda

    (Joshi, 2010)

    Pada temperatur tinggi, konstanta laju reaksi meningkat namun selektivitas

    radikal OH menurun. Pada temperatur 40-600C selektivitas maksimum yang

    dihasilkan adalah 48 OH/100 O atom. Sedangkan pada temperatur 70-800C

    diperoleh selektivitas OH radikal dengan kisaran rasio 12-16 OH/100 O atom.

    Pada temperatur yang tinggi, reaksi yang terjadi adalah dekomposisi hidrogen

    peroksida menjadi oksigen dan air. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai

    berikut (Joshi, 2010):

    T = 4060oC

    HOOHH + OOH H = 375 kJ/mole (2.19)

    HOOH2OH H = 214 kJ/mole (2.20)

    T = 7080oC

    H2O2 H2O + O2 H = -98.2 kJ/mole (2.21)

    2.6.4 Efek KatalisPenelitian mengenai pengaruh penambahan katalis ion logam terhadap

    degradasi limbah pada metode CGDE telah dilakukan, seperti pada pengolahan

    limbah dari dua jenis dyes yaitu weak acid brilliant red B (RB) dan weak acid

    flavine G (FG) (Gao et al., 2003). Pada kondisi asam, dengan potensial oksidasi

    radikal OH yang lebih besar, OH radikal sangat mudah bereaksi dengan

    sesamanya membentuk H2O2. Hal ini akan mengganggu reaksi antara fenol

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    28/42

    19

    dengan OH radikal. Keberadaan senyawa logam seperti Mn2+

    , Cu2+

    , Co2+

    , Fe2+

    ,

    dan Fe3+

    mengakibatkan H2O2 mudah terdekomposisi menjadi radikal OH. Oleh

    karena itu, penambahan senyawa tersebut dapat meningkatkan konversi degradasi

    limbah pada metode CGDE. Tabel 2.5 menunjukkan decoloration rate dyes

    (pewarna) dari beberapa katalis garam anorganik seperti MnSO4, CuSO4, CoSO4,

    Fe2(SO4)3, dan FeSO4 dengan konsentrasi limbah dan katalis yang dibuat sama,

    yaitu 16 mg/L untuk RB dan 16 mg/L untuk konsentrasi FG, serta 8.76 mg/L

    untuk katalis garam anorganik yang digunakan (Gao et al., 2002).

    Tabel 2.4. Variasi katalis ion logam dan laju penghilangan warna pada dyes RB dan FG

    (Gao et al, 2003)

    MediumDecoloration rate

    (%)

    a) RB

    Sodium sulfate+H2SO4

    Sodium sulfate+Co2+

    Sodium sulfate+Fe3+

    Sodium sulfate+Cu2+

    Sodium sulfate+Mn2+

    Sodium sulfate+Fe2+

    (b) FG

    Sodium sulfate+H2SO4

    Sodium sulfate+Co2+

    Sodium sulfate+Fe3+

    Sodium sulfate+Cu2+

    Sodium sulfate+Mn2+

    Sodium sulfate+Fe2+

    87.25

    93.56

    94.50

    89.21

    92.09

    94.99

    87.56

    93.85

    90.89

    88.65

    88.83

    95.55

    Berdasarkan tabel 2.4 penambahan katalis FeSO4 memiliki laju degradasi

    yang lebih tinggi dibandingkan katalis lainnya. Reaksi H2O2 dengan katalis FeSO4

    ditunjukkan pada persamaan (2.22) sampai (2.26).

    Fe2+

    + H2O2 Fe3+

    + OH-+ OH (2.22)

    Fe3+

    + H2O2 Fe2+

    + HO2 + H+

    (2.23)

    OH + H2O2 H2O + HO2 (2.24)

    HO2 + Fe2+

    HO2-+ Fe

    3+(2.25)

    HO2 + Fe3+

    H+

    + Fe2+

    + O2 (2.26)

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    29/42

    20

    2.6.5 Larutan ElektrolitElektrolit adalah suatu zat yang terlarut atau terurai kedalam bentuk ion-

    ion bermuatan elektrik yang dapat berfungsi sebagai konduktor. Elektrolit

    merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Elektrolit kuat identik

    dengan asam, basa, dan garam kuat. Larutan elektrolit memiliki peranan yang

    penting dalam proses CGDE, semakin tinggi konduktivitas larutan elektrolit,

    makin besar pula pijaran yang terbentuk selama proses CGDE berlangsung. Selain

    itu konduktivitas juga berpengaruh terhadap produksi OH radikal yang

    keberadaanya ditandai dengan adanya H2O2. Semakin besar konduktivitas,

    konsentrasi H2O2 yang dihasilkan semakin banyak. Tabel 2.5 menunjukkan

    besarnya konsentrasi H2O2 yang dihasilkan serta besarnya tegangan ketika arus

    minimum untuk beberapa jenis larutan elektrolit pada konduktivitas yang sama.

    Tabel 2. 5. Pengaruh komposisi elektrolit pada CGDE dengan konduktivitas yang sama yaitu 5

    mS/cm (Jin, 2010)

    Dari hasil penelitian tersebut larutan Na2SO4 menghasilkan H2O2 sebesar59.22 mg/L, relatif besar dibandingkan jenis elektrolit lainnya. Dengan

    penambahan H2SO4 konsentrasi H2O2 yang dihasilkan semakin besar, yaitu 63.85

    mg/L. Penambahan H2SO4 ini berfungsi untuk membuat suasana larutan menjadi

    asam. Oleh karena itu dalam penelitian ini, larutan elektrolit yang digunakan

    adalah Na2SO4 dan H2O2.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Asamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Basahttp://id.wikipedia.org/wiki/Garamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Garamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Basahttp://id.wikipedia.org/wiki/Asamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Elektrikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Zat&action=edit&redlink=1
  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    30/42

    21

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Tahapan PenelitianBerdasarkan tujuan yang telah dijabarkan sebelumnya, tahapan penelitian

    ini dapat dilihat dalam diagram alir di bawah ini :

    Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

    Mulai

    Preparasi alat Preparasi bahan

    peneltian

    Memperoleh

    Kurva I vs V

    Diperoleh rentangtegangan untuk

    pembentukan plasma

    Variasi variabel proses :

    Tegangan operasi yang diperoleh dari kurva I vs V

    Konsentrasi larutan elektrolit : 0.01; 0.02; 0.03 (M)

    Konsentrasi awal limbah : 50, 100, 150 (ppm)

    Kedalaman anoda: 0, 5, 10, dan 15 (mm)

    Mengukur kadar fenolterdegradasi dengan

    spektofotometri secara

    aminoantipirin

    Mengukur arus yang

    dihasilkan untukmemperoleh besarnya

    konsumsi energi

    Mengukur komposisi

    H2O2 menggunakanspektofotometri dengan

    KI

    Analisis produk,

    pembahasan, dan

    kesimpulan

    Gambar 3. 1. Diagram Alir Penelitian

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    31/42

    22

    Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari:

    1. Persiapan alat2. Persiapan bahan3. Profil arus terhadap tegangan pada larutan elektrolit untuk memperoleh

    rentang tegangan pembentukan plasma.

    4. Penentuan variabel proses yang digunakan untuk penelitian5. Pengujian dan analisis degradasi fenol dengan spektrofotometer secara

    aminoantipirin dan pembentukan radikal OH dengan spektrofotometer

    dengan KI.

    6. Pengukuran besarnya konsumsi energi yang dibutuhkan selama proses.3.2 Persiapan Alat

    Secara umum, reaktor CGDE yang digunakan untuk mendegradasi limbah

    fenol terdiri dari alat pembangkit plasma yang yang dihubungkan dengan sumber

    listrik dari PLN dan reaktor CGDE tempat terjadinya reaksi degradasi fenol itu

    sendiri. Skema reaktor dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah ini :

    25ON

    0.13

    Gambar 3.2. Konfigurasi alat CGDE untuk pengolahan limbah fenol

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    32/42

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    33/42

    24

    pendistribusian arus ke kedua elektroda dikontrol meggunakan slide regulator,

    travo, multitester, manual circuit breaker(MCB)dan diode bridge.

    3.3

    Preparasi BahanPada penelitian ini, limbah fenol yang digunakan berupa limbah sintetis

    dengan konsentrasi 50, 100, dan 150 ppm yang diperoleh dari larutan induk fenol

    dengan konsentrasi 1000 mg/L yang diencerkan dengan aquadest. Untuk

    meningkatkan konduktivitas dari larutan, maka ditambahkan larutan elektrolit

    Na2SO4. Larutan Na2SO4 dipilih karena berdasarkan penelitian yang dilakukan

    oleh Jin (2010), menghasilkan OH radikal lebih banyak dibanding elektrolit

    lainnya. Selain itu ditambahkan H2SO4 untuk pengaturan pH dan membuat

    suasana larutan menjadi asam. Larutan elektrolit Na2SO4 divariasikan pada

    konsentrasi 0.01; 0.02 dan 0.03 M. Selain itu, katalis FeSO4 dengan konsentrasi

    3.2 x 10-4

    mol/l ditambahkan agar OH radikal memiliki waktu tinggal yang lebih

    lama di dalam reaktor sehingga memperbesar peluang terjadinya kontak antara

    OH dengan fenol.

    3.4 Profil Arus terhadap Tegangan pada Larutan ElektrolitProfil arus terhadap tegangan diperlukan untuk mengetahui besar rentang

    tegangan untuk pembentukan plasma pada proses CGDE. Pada prosedur ini,

    larutan limbah belum dimasukkan ke dalam reaktor, melainkan hanya larutan

    elektrolit H2SO4 saja dengan variasi konsentrasi 0.01 ; 0.02 ; dan 0.03 M.

    Proses dijalankan dengan tegangan yang dinaikkan perlahan mulai dari 0hingga 1000 Volt dengan iterasi 10 Volt untuk masing-masing

    konsentrasi elektrolit.

    Selama pergantian tegangan, arus yang dihasilkan dicatat dan diplot kedalam kurva I-V untuk semua variasi konsentrasi elektrolit. Dari kurva

    tersebut, diperoleh rentang tegangan ketika plasma terbentuk pada

    larutan. Rentang tegangan ini kemudian digunakan pada prosedur

    selanjutnya yaitu proses degradasi fenol.

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    34/42

    25

    3.5 Penentuan Variabel ProsesDalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai

    berikut :

    a. Variabel kontrol/tetapjenis katalis : FeSO4konsentrasi katalis : 3.2 x 10-4 mol/l temperature operasi : 50-60oC.

    b. Variabel bebaskonsentrasi awal limbah fenol 50, 100, dan 150 (ppm)Jenis elektrolit : Na2SO4 dan H2SO4Konsentrasi elektrolit : 0.01; 0.02; dan 0.03 (M)Kedalaman anoda : 0, 5, 10 (mm) tegangan operasi

    c. Variabel terikatkonsentrasi fenol yang telah didegradasiarus yang dihasilkan untuk mengetahui konsumsi energi.Konsentrasi H2O2 sebagai indikator adanya radikal OH

    3.6 Prosedur PenelitianUntuk memperoleh kondisi optimum pada proses degradasi limbah fenol

    dengan metode CGDE, dilakukan pengujian terhadap pengaruh variabel-variabel

    operasi seperti tegangan, konsentrasi larutan elektrolit, konsentrasi awal limbah

    fenol, kedalaman anoda, dan keberadaan katalis.

    3.6.1Pengaruh tegangan terhadap degradasi limbah fenol Dari kurva I vs V, diperoleh rentang tegangan yang menghasilkan arus

    minimum yang stabil. Tegangan tersebut divariasikan agar diperoleh

    tegangan optimum untuk degradasi limbah fenol. Variabel-variabel yang

    lain dibuat tetap atau sebagai kontrol, yaitu konsentrasi elektrolit 0.01 M,

    kedalaman anoda 5 mm, dan konsentrasi awal limbah sebesar 50 ppm.

    Temperatur dijaga tetap pada rentang 50-60oC.

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    35/42

    26

    Data yang diambil adalah persen degradasi fenol dan arus yangdihasilkan. Pengambilan data dilakukan setiap 20 menit sekali selama 2

    jam, kemudian hasilnya diplot ke dalam kurva:

    a. persen degradasi fenol terhadapb. konsumsi energi terhadap waktu(perhitungan persen degradasi dan konsumsi energi dibahas pada sub bab

    perhitungan)

    3.6.2Pengaruh konsentrasi terhadap degradasi limbah fenol Pada bagian ini bertujuan mendapatkan konsentrasi efektif untuk

    degradasi fenol. Elektrolit divariasikan pada konsentrasi 0.01, 0.02, dan

    0.03 M. Variabel yang lain dibuat tetap, yaitu anoda dengan kedalaman 5

    mm, konsentrasi awal limbah 50 ppm, tegangan yang digunakan adalah

    tegangan yang menghasilkan persen degradasi tertinggi dari poin (a).

    Temperature dijaga pada rentang 50-60oC.

    Data yang diambil adalah konsentrasi fenol yang terdegradasi dan arusyang dihasilkan untuk 3 variasi konsentrasi elektrolit dengan waktu

    pengambilan data yang sama dengan poin (a). Data yang dihasilkan

    diplot ke dalam kurva:

    a. persen degradasi fenol terhadapb. konsumsi energi terhadap waktu

    3.6.3Pengaruh konsentrasi awal limbah fenol terhadap degradasi fenol. Pada bagian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi awal limbah

    yang paling efektif dalam proses CGDE. Pada poin (b) telah dilakukan

    pengujian pada larutan limbah dengan konsentrasi 50 ppm, sehinggapada bagian ini dilakukan uji terhadap konsentrasi awal limbah sebesar

    100 ppm dan 150 ppm. Variabel tetap yang digunakan adalah anoda

    dengan kedalaman 5 mm, tegangan dari poin (a), konsentrasi elektrolit

    yang menghasilkan degradasi terbesar dari poin (b), serta temperatur

    yang dijaga pada rentang 50-60oC.

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    36/42

    27

    Data yang diambil adalah konsentrasi fenol yang terdegradasi dan arusyang dihasilkan dengan waktu pengambilan data yang sama dengan poin-

    poin sebelumnya. Data yang dihasilkan diplot ke dalam kurva:

    a. persen degradasi fenol terhadapb. konsumsi energi terhadap waktu

    3.6.4Pengaruh kedalaman anoda terhadap degradasi fenol. Prosedur ini dilakukan untuk mendapatkan kedalaman anoda yang paling

    efektif dalam mendegradasi fenol. Pada prosedur sebelumnya telah

    dilakukan pengujian terhadap anoda pada kedalaman 5 mm, sehingga

    pada prosedur ini dilakukan untuk kedalaman 0 mm dan 10 mm. Variabel

    tetap yang digunakan adalah variabel-variabel operasi yang

    menghasilkan degradasi fenol tertinggi.

    Data dan waktu pengambilannya sama dengan prosedur-prosedursebelumnya, sehingga diperoleh kedalaman anoda yang efektif untuk

    mendegradasi fenol.

    3.6.5Pengaruh penambahan katalis terhadap degradasi limbah fenol.

    Prosedur ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan katalisterhadap degradasi fenol. Konsentrasi katalis FeSO4 yang digunakan

    adalah 3.2 x 10-4

    mol/L.

    Variabel tetap (tegangan, konsentrasi, jarak anoda, dan konsentrasi awallimbah) yang digunakan adalah yang menghasilkan degradasi fenol

    tertinggi dari prosedur-prosedur sebelumnya.

    Data yang diambil adalah konsentrasi fenol dan arus yang dihasilkanselama proses dengan waktu pengambilan sampel yang sama dneganprosedur-prosedur sebelumnya. Data yang dihasilkan diplot ke dalam

    kurva:

    a. Persen degradasi fenol terhadap waktu untuk proses dengan dan tanpakatalis

    b. Konsumsi energi terhadap waktu

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    37/42

    28

    3.6.6Perhitungan konsentrasi H2O2 sebagai indikator adanya radikal OH Prosedur ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi H2O2 sebagai

    indikator adanya OH radikal. Untuk mendapatkan konsentrasi H2O2,

    variabel tetap yang digunakan adalah variabel operasi yang menghasilkan

    degradasi fenol tertinggi pada prosedur (e). Namun, limbah fenol tidak

    dimasukkan ke dalam reaktor agar OH radikal tidak bereaksi dengan

    limbah itu sendiri.

    Data yang diambil adalah konsentrasi H2O2 yang diukur denganspektofotometer dengan KI, dengan waktu pengambilan sampel yang

    sama dengan prosedur-prosedur sebelumnya. Kemudian hasilnya diplot

    ke dalam kurva konsentrasi H2O2 terhadap waktu.

    3.7 Analisis ProdukPada penelitian ini, produk yang akan dianalisis adalah konsentrasi fenol

    yang terdegradasi, konsentrasi H2O2 sebagai indikator adanya OH radikal, serta

    konsumsi energi listrik selama proses degradasi berlangsung.

    3.7.1 Fenol yang TerdegradasiUntuk menghitung besanya fenol yang terdegradasi dilakukan dengan

    spektofotometer secara aminoantipirin mengacu pada SNI 06-6989.21-2004.

    Sampel yang diambil sebanyak 10 ml setiap selang waktu 20 menit selama 2 jam,

    dimulai dari menit ke-10. Peralatan yang digunakan pada analisis ini adalah

    sebagai berikut:

    1. Spektrofotometer UV/VIS2. Kuvet kaca3.

    Gelas ukur

    4. Labu ukur 100 mL, 1000 mL5. Erlenmeyer 200 mL6. Pipet 10 mL dan 100 mL7. Kaca arloji

    Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

    1. NH4OH2. K2HPO4

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    38/42

    29

    3. KH2PO44. 4-aminoantipirin5. K4Fe(CN)66.Aquadest

    Pengujian kadar fenol ini terdiri dari tiga tahap yaitu membuat larutan uji,

    membuat kurva kalibrasi, dan analisis limbah fenol.

    3.7.1.1 Membuat Larutan UjiLarutan-larutan uji yang dibutuhkan antara lain :

    1. Larutan ammonium hidroksida, NH4OH 0,5 N. Encerkan 3.5 mLNH4OH pekat dengan aquades sampai 100 mL.

    2. Larutan penyangga fosfat.Larutkan 20.9 g K2HPO4 dan 14.46 g KH2PO4 dalam 200 mL

    aquades, pH harus 6,8.

    3. Larutan 4-aminoantipirin.Larutkan 0.5 g kristal 4-aminoantipirin dalam 20 mL aquades, siapkan

    setiap akan melakukan analisis.

    4. Larutan Kalium ferisianida, K4Fe(CN)6.Larutkan 8 g kristal kalium ferisianida dalam 100 mL aquades, larutan

    ini mempunyai waktu simpan selama 1 minggu.

    3.7.1.2 Membuat Kurva KalibrasiUntuk mengetahui konsesntrasi fenol didalam suatu larutan, maka

    terlebih dahulu kita akan membuat kurva kalibrasinya. Apabila kadar fenol yang

    diperbolehkan adalah sebesar 1 mg/L buat kurva kalibrasi dengan tahapan sebagai

    berikut :1. Mengoptimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk

    penggunaan alat untuk pengujian fenol kadar tinggi.

    2. Mengambil sampel fenol sebanyak 10 ml kemudian diencerkan hingga90 mL aquadest. Kemudian larutan dimasukkan kedalam tabung

    erlenmeyer 200 ml. Pengukuran dilakukan secara duplo.

    3. Menambahkan 2,5 mL larutan NH4OH 0,5 N dan atur pH menjadi 7,9 0,1 dengan penambahan larutan penyangga fosfat.

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    39/42

    30

    4. Pindahkan larutan ke dalam erlenmeyer tambahkan 1 mL larutanaminoantipirin sambil diaduk.

    5. Menambahkan 1 mL larutan kalium ferisianida sambil diaduk,diamkan selama 15 menit.

    6. Memasukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca, dancatat absorbansinya pada panjang gelombang 500 nm.

    7. Apabila perbedaan hasil pengukuran secara duplo lebih besar dari 2%,periksa keadaan alat dan ulangi pekerjaan mulai tahap 1), apabila lebih

    kecil atau sama dengan 2% rata-ratakan hasilnya.

    8. Membuat kurva kalibrasi (konsentrasi vs absorbansi).3.7.1.3Prosedur Analisis Limbah Fenol

    Pengujian kadar fenol dalam air limbah yaitu 1 mg/L dengan tahapan

    sebagai berikut:

    1. Mengukur 100 mL contoh uji secara duplo dan masukkan ke dalamerlenmeyer.

    2. Menambahkan 2,5 mL larutan NH4OH 0,5N dan mengatur pH menjadi7,9 0,1 dengan penambahan larutan penyangga fosfat.

    3. Menambahkan 1 mL larutan aminoantipirin sambil diaduk.4. Menambahkan 1 mL larutan kalium ferisianida sambil diaduk, diamkan

    selama 15 menit.

    5. Memasukkan ke dalam kuvet pada peralatan spektrofotometer, baca dancatat absorbansinya pada panjang gelombang 500 nm.

    6. Mengeplotkan nilai absorbansi yang telah didapatkan ke dalam kurvakalibrasi yang telah dibuat, maka akan didapatkan nilai konsentrasi

    fenol akhir.

    3.7.2 Produktivitas Radikal OHRadikal OH merupakan senyawa yang sukar dideteksi karena sangat cepat

    bereaksi membentuk senyawa lain. Oleh karena itu, keberadaan radikal OH

    diketahui dengan mencari konsentrasi H2O2 sebagai indikator adanya radikal OH.

    Konsentrasi H2O2 dicari dengan menggunakan spektrofotometer. Prinsip yang

    digunakan adalah mereaksikan H2O2 dengan KI dalam medium asam yang

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    40/42

    31

    menghasilkan iodin dan akan melunturkan warna biru dari pada toluidin yang

    memilik absorbansi maksimum pada 628 nm. Prosedur pengujian konsentrasi

    H2O2 adalah sebagai berikut:

    1. Menambahkan sampel sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi2. Menambahkan 1 mL KI 2% ke dalam masing-masing sampel3. Menambahkan 1 mL HCl 2M4. Menambahkan 0,5 mL toluidine blue ke dalam masing-masing sampel5. Menambahkan 2 mL CH3COONa 2M ke dalam masing-masing sampel6. Mengaduk perlahan masing-masing sampel7. Mengukur absorbansi

    3.7.3 Perhitungan Persen Degradasi Fenol dan Konsumsi Energia. Persen degradasi

    Persen fenol yang terdegradasi dapat dicari dengan persamaan berikut:

    (3.1)

    dimana M1 merupakan konsentrasi awal fenol, sedangkan M2 adalah

    konsentrasi fenol yang telah terdegradasi (dalam ppm).

    b. Konsumsi energiKonsumsi energi adalah besarnya energi yang dibutuhkan untuk

    mendegradasi satu mol fenol tiap satu satuan waktu ( sekon ) yang

    dapat dicari menggunakan persamaan :

    (Joule) (3.2)

    Arus yang dihasilkan dan tegangan yang dibutuhkan diperoleh

    dari pembacaan multimeter/power digital. Namun, untuk perhitungan

    energi selama proses berlangsung, arus yang digunakan adalah arus

    rata-rata. Jadi, konsumsi energi dapat dirumuskan sebagai berikut :

    (3.3)

    Fenol yang terdegradasi merupakan konsentrasi awal fenol

    dikurangi konsentrasi fenol setelah terdegradasi (dalam mol).

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    41/42

    32

    DAFTAR PUSTAKA

    BISMO, S., KUSTININGSIH, I., JAYANUDIN, HARYANTO, F. & SAPTONO,

    H. J., 2008,Studi Awal Degradasi Fenol dengan Teknik Ozonasi di dalam

    Reaktor Anular, Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses.

    Universitas Diponegoro.

    CARMEI, F., YARRQIN, M., GANG, H. X., JUN, S. Y. P. X., BAI, L. F. &

    TAIYUAN 2003. Adsorption and photocatalytic degradation of phenol

    over TiO2/ACF. Trans.Nonferrous MEt. Soc. China, 13.

    CECCATO, P. 2009. Filamentary plasma discharge inside water : initiation and

    propagation of a plasma in a dense medium.

    GAO, J., DONGPING, M., XIAO, G., AIXIANG, W., YAN, F., JIANLIN, W. &

    WU, Y. 2008. Degradation of Anionic Dye Eosin by Glow Discharge

    Electrolysis Plasma. Plasma Science and Technology, 10 No. 4, 423-27.

    GAO, J., WANG, X., HU, Z., DENG, H., HOU, J., LU, X. & KANG, J. 2002.

    Plasma degradation of dyes in water with contact glow discharge

    electrolysis. Water Research, 37, 267272.

    GAO, J., YU, J., LI, Y., HE, X., BO, L., PU, L., YANG, W., LU, Q. & YANG, Z.

    2006. Decoloration of aqueous Brilliant Green by using glow discharge

    electrolysis.Journal of Hazardous Materials, B 137, 431-436.

    HAIGLER, B. E., PETTIGREW & SPAIN, J. C. 1992. Biodegradation of

    mixtures of subtitued benzenes by Pseudomonas sp. strain JS150 J.Appl.

    Environ. Microbiol., 58, 2237-2234.

    JIN, X., BAI, H., WANG, F., WANG, X., WANG, X. & REN, A. H. 2011.

    Plasma Degradation of Acid Orange 7 With Contact Glow Discharge

    Electrolysis. IEEE TRANSACTIONS ON PLASMA SCIENCE, 39 No.4,

    1099.

    JIN, X., WANG, X., YUE, J., CAI, Y. & ZHANG, H. 2010. The effect of

    electrolyte constituents on contact glow discharge electrolysis.

    Electrochimica Acta, 56, 925-928.

  • 7/31/2019 Seminar Fix Ratih

    42/42

    JOSHI, R. S. 2010. Polymer surface modification using novel underwater plasma

    (UWP) technique.BAM-Dissertationsreihe, 59.

    LIU, Y. 2009. Simultaneous oxidation of phenol and reduction of Cr(VI) induced

    by contact glow discharge electrolysis. Journal of Hazardous Materials,

    168, 992996.

    MATTHEWS, R. & MC.EVOY, S. R. 1992. Destruction of Phenol in Water with

    Sun and Photocatalysis. 6, 507-513.

    NURSAADAH, SANTOSA, D. A. & SUHARTONO, M. T. 2000. Karakterisasi

    Bakteri Pendegradasi Fenol Asal Danau Buntal Kalimantan Tengah.

    Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 3 No. 2, 24-31.

    SALONEN, M. S. 1995. Utilization of halogenated benzenes, fenol, and benzoat

    by Rhodococcus opacus GM-14.Appl. Environ. Microbiol, 61, 4191-4201.

    SENGUPTA, S. K. & SINGH, O. P. 1991. Contact glow discharge electrolysis: a

    study of its onset and location.J. Electroanal. Chem., 301, 189-197.

    SNI 06-6989.21-2004. Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara spektrofotometri.

    SUN, B., SATO, M. & CLEMENTS, J. S. 1999. Use of a pulsed high -voltage

    discharge for removal of organic compounds in aqueous solution. J. Phys.

    D: Appl. Phys, 32, 19081915.

    ZAITSEV, J. M., UOTILA, J. S., TSIKO, I. V., LOBANOK, A. G. &