Seminar bahasa fitri 2

19
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE DALAM PEMBELAJARAN MENEMUKAN KALIMAT SIMPLEKS DAN KALIMAT KOMPLEKS PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 01 KENDAL Oleh: Dwi Umi Safitri F. A Mahasiswa PBSI FPBS IKIP PGRI Semarang E-Mail: [email protected] Abstrak Abstrack

Transcript of Seminar bahasa fitri 2

Page 1: Seminar bahasa fitri 2

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE

DALAM PEMBELAJARAN MENEMUKAN KALIMAT SIMPLEKS DAN

KALIMAT KOMPLEKS PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 01

KENDAL

Oleh: Dwi Umi Safitri F. A

Mahasiswa PBSI FPBS IKIP PGRI Semarang

E-Mail: [email protected]

Abstrak

Abstrack

Page 2: Seminar bahasa fitri 2

PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum KTSP yang

sebelumnya sudah diterapkan pada dunia pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini

mulai diterapkan disekolah-sekolah percontohan pada tahun ajaran 2013. Kurikulum

2013 menekankan pada keseimbangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sebagai

bagian dari Kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya keseimbangan kompetensi

sikap, pengetahuan, dan keterampilan, kemampuan berbahasa yang dituntut tersebut

dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan: dimulai dengan meningkatkan

pengetahuan tentang jenis, kaidah dan konteks suatu teks, dilanjutkan dengan

keterampilan menyajikan suatu teks tulis dan lisan baik terencana maupun spontan,

dan bermuara pada pembentukan sikap kesantunan dan kejelian berbahasa serta sikap

penghargaan terhadap Bahasa Indonesia sebagai warisan budaya bangsa.

Selain itu, Kurikulum 2013 menggunakan konsep berbasis teks dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa

hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah

kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk

kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu

penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk

bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi

penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir

manusia. Sehubungan dengan prinsip-prinsip itu, perlu disadari bahwa setiap teks

memiliki struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda. Sementara itu, struktur teks

merupakan cerminan struktur berpikir. Dengan demikian, makin banyak jenis teks

yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya

dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Hanya dengan cara itu, siswa kemudian

dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi,

mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis

secara memadai.

Teks dapat diperinci ke dalam berbagai jenis, seperti deskripsi, penceritaan

(recount), prosedur, laporan, eksplanasi, eksposisi, diskusi, surat, iklan, catatan

Page 3: Seminar bahasa fitri 2

harian, negosiasi, pantun, dongeng, anekdot, dan fiksi sejarah. Semua jenis teks itu

dapat dikelompokkan ke dalam teks cerita, teks faktual, dan teks tanggapan. Dua

kelompok yang disebut terakhir itu merupakan teks nonsastra yang masing-masing

dapat dibagi lebih lanjut menjadi teks laporan dan teks prosedural serta teks

transaksional dan teks ekspositori. Sementara itu, teks cerita merupakan jenis teks

sastra yang dapat diperinci menjadi teks cerita naratif dan teks cerita nonnaratif.

Sesuai dengan Kurikulum 2013, buku siswa kelas X memuat lima pelajaran yang

terdiri atas dua jenis teks faktual, yaitu laporan hasil observasi dan prosedur

kompleks; dua jenis teks tanggapan, yaitu teks negosiasi dan teks eksposisi; dan satu

jenis teks cerita, yaitu teks anekdot.

Jenis-jenis teks tersebut dapat dibedakan atas dasar tujuan (yang tidak lain

adalah fungsi sosial teks), struktur teks (tata organisasi), dan ciri-ciri kebahasaan teks-

teks tersebut. Sesuai dengan prinsip tersebut, teks yang berbeda tentu memiliki fungsi

yang berbeda, struktur teks yang berbeda, dan ciri-ciri kebahasaan yang berbeda.

Dengan demikian, pembelajaran bahasa berbasis teks merupakan pembelajaran yang

memungkinkan siswa untuk menguasai dan menggunakan jenis-jenis teks tersebut di

masyarakat.

Berkaitan dengan jenis-jenis teks diatas, pada pemebelajaran 1 yaitu Gemar

Meneroka Alam Semesta khususnya mengenai Teks Laporan Hasil Observasi

terdapat materi mengenai kalimat simpleks dan kompleks. Pembelajaran itu sesuai

dengan KD. 3.1 Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan hasil observasi,

prosedur kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan dan KD. 4.1

Menginterpretasi makna teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks,

dan negosiasi baik secara lisan maupun tulisan. Kalimat simpleks adalah kalimat

yang hanya terdiri dari satu verba utama yang menggambarkan aksi, peristiwa, atau

keadaan. Sedangkan kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri dari dua verba

utama atau lebih yang menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan.

Saat proses pembelajaran, banyak siswa yang belum mampu memahami

materi tersebut. Hal itu karena ada beberapa siswa yang tidak konsentrasi, bermain

dengan teman sebangku, tidak adanya minat, dan pembelajaran yang membosankan.

Page 4: Seminar bahasa fitri 2

Pemilihan model atau metode pembelajaran yang kurang tepat dapat membuat proses

pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan. Untuk itu, pemilihan model atau metode

yang sesuai dengan materi sangat diperlukan agar pembelajaran berjalan dengan

menarik dan tidak bosan.

Penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples merupakan suatu

alternative dan dirasa sangat tepat untuk melengkapi dan meningkatkan pemahaman

siswa. Model pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu pendekatan

group investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik.

Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran

kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan

lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada invidu. (Muslimin Ibrahin,

2000:3)

Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu contoh pembelajaran

yang menggunakan media. Menurut Suyatno (2009:73), Examples Non Examples

merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram atau table

sesuai materi ajar dan tujuannya. Sajian gambar ditempel atau memakai OHP, dengan

petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu diskusi kelompok tentang sajian

gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan

refleksi. Selanjutnya, Slavin dan Chitimah (2007:1) dijelaskan bahwa Examples Non

Examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-

contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi

dasar.

Penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples dalam

pembelajaran menemukan kalimat simpleks dan kalimat kompleks diharapkan dapat

membuat siswa lebih paham mengenai materi yang diajarkan. Selain itu, adanya

penggunaan model ini mampu mengoptimalkan pembelajaran sehingga sesuai dengan

tujuannya.

Tujuan penelitian ini yaitu (1) mendeskripsikan kondisi pembelajaran yang

terjadi, (2) mendeskripsikan model pembelajaran Examples Non Examples, (3)

Page 5: Seminar bahasa fitri 2

mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples dalam

pembelajaran menemukan kalimat simpleks dan kalimat kompleks, dan (4)

menghasilkan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif dengan menggunakan

model pembelajaran Examples Non Examples.

LANDASAN TEORI

Kalimat adalah suatu bentuk linguistic, yang tidak termasuk ke dalam suatu

bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield,

1995). Di sisi lain, Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil

dari ekspresi lengkap. Pendapat lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana

(1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bentuk bahasa yang terkecil,

yang mengucapkan suatu pikiran yang lengkap. Sementara ituy, Ramlan (1996)

mengatakan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda

panjang yang disertai nada akhir turun naik.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat

adalah satuan gramatikal atau satuan bahasa terkecil yang berupa klausa atau

rangkaian kata, yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.

Menurut kompleksitasnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat simpleks dan kalimat

kompleks.

Kalimat simpleks ialah kalimat yang hanya terdiri atas satu struktur dengan satu

verba utama, seperti terlihat pada contoh (a) dan (b), sedangkan kalimat kompleks

adalah kalimat yang terdiri atas dua struktur atau lebih dengan dua verba atau lebih,

seperti terlihat pada contoh (c) dan (d).

(a) Tumbuh-tumbuhan tergolong ke dalam makhluk hidup.

(b) Tumbuh-tumbuhan [[yang ditanam di kebun itu]] tergolong ke dalam

makhluk hidup.

(c) Yang pertama sering disebut makhluk hidup dan yang kedua disebut makhluk

mati.

(d) Tanaman kacang itu akan tumbuh subur apabila petaninya rajin

menyiramnya.

Page 6: Seminar bahasa fitri 2

Seperti yang terlihat pada contoh (a) dan (b), verba utama itu adalah

tergolong. Verba ditanam, yang terletak pada bagian yang diletakkan di dalam tanda

[[ ... ]], bukan verba utama. Pada dasarnya, bagian yang diletakkan di dalam tanda

[[ ... ]] dapat dibuang dan hanya merupakan penjelas nomina yang ada di depannya.

Amatilah dengan cermat. Ternyata kalimat kompleks merupakan rangkaian dua

kalimat atau lebih dengan konjungsi sebagai alat perangkainya. Pada contoh (c),

konjungsi yang digunakan adalah dan, sedangkan pada contoh (d), konjungsi yang

digunakan adalah apabila.

1. Kalimat simpleks: kalimat yang hanya terdiri atas satu verba utama yang

menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. Kalimat simpleks (yang

sesungguhnya sama dengan kalimat tunggal) hanya mengandung satu struktur:

subjek^predikator^(pelengkap)^(keterangan). Unsur yang diletakkan di dalam

kurung belum tentu ada dalam kalimat. Pada contoh berikut ini yang dimaksud

verba utama adalah menulis. Verba tinggal pada unsur subjek dianggap bukan

verba utama. Kalimat tersebut mempunyai satu struktur, yaitu

subjek^predikator^keterangan cara.

Pak guru yang tinggal di rumah dinas itu mengajar dengan baik.

subjek predikator keterangan cara

2. Kalimat kompleks: kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi, peristiwa, atau

keadaan sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama dalam lebih dari satu

struktur. Struktur yang satu dan struktur yang lain biasanya dihubungkan oleh

konjungsi, tetapi sering pula hubungan itu hanya ditunjukkan oleh tanda koma

atau titik koma, bahkan tidak ditunjukkan oleh tanda baca apa pun. Kalimat

kompleks dibagi menjadi dua jenis, yaitu kalimat kompleks parataktik dan

kalimat kompleks hipotaktik.

a. Kalimat kompleks parataktik: kalimat kompleks yang terdiri atas dua

struktur atau lebih yang dinyatakan dengan hubungan konjungtif sejajar

dengan makna, antara lain dan, tetapi, dan atau. Contoh berikut ini

Page 7: Seminar bahasa fitri 2

mengandung dua verba utama, yaitu masing-masing disebut, dalam dua

struktur yang dirangkaikan oleh konjungsi dan. Contoh tersebut mempunyai

dua struktur (yang kebetulan sama), yaitu masing-masing

subjek^predikator^pelengkap. Struktur 1 dan struktur 2 berhubungan secara

sejajar dengan konjungsi dan.

Struktur 1

Yang pertama disebut makhluk hidup

subjek predikator pelengkap

Struktur 2

dan yang kedua disebut makhluk mati.

kata perangkai:

konjungsi

subjek predikator pelengkap

b. Kalimat kompleks hipotaktik: kalimat kompleks yang dapat dinyatakan

dengan hubungan konjungtif tidak sejajar dengan makna, antara lain apabila,

jika, karena, dan ketika. Pada contoh berikut ini, struktur 1 dan struktur 2

dirangkaikan dengan konjungsi apabila. Kedua struktur itu berhubungan

secara tidak sejajar. Struktur 2 menjadi syarat berlangsungnya kejadian pada

struktur 1.

Struktur 1

Tanaman kacang itu akan tumbuh subur

subjek predikator pelengkap

Struktur 2

apabila petaninya rajin menyiram -nya.

kata perangkai:

konjungsi

subjek predikator pelengkap

Page 8: Seminar bahasa fitri 2

Model pembelajaran Examples Non Examples yaitu suatu model pembelajaran

kooperatif yang menggunakan media gambar atau contoh-contoh untuk menuju

pemahaman yang lebih mengenai materi yang diajarkan. Pembelajaran ini melatih

siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat

penting sebagai bekal siswa dalam kehidupan dimasyarakat kelak. Oleh sebab itu,

sebelum melakukan pembelajaran kooperatif guru perlu membekali siswa dengan

kemampuan berkomunikasi. Adapun kelebihan dari model pembelajaran Examples

Non Examples anatara lain siswa lebih berpikir kritis dalam menganalisis gambar

qatau contoh-contoh yang relevan dengan KD, siswa mengetahui aplikasi dari materi

berupa contoh gambar yang relevan dengan KD, dan siswa diberi kesempatan

mengemukakan pendapatnya mengenai analisis gambar atau contoh-contoh yang

relevan dengan KD. Sedangkan kelemahannya anataralain tidak semua materi dapat

disajikan dalam bentuk gambar dan memerlukan banyak waktu selama proses

pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan peneliti yaitu metode observasi. Menurut

Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Sugiyono (2011:203) mengemukakan bahwa,

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis. Sedangkan menurut Heru mengatakan bahwa

observasi adalah studi yang sengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana,

terarah pada suatu tujuan guna mengamati dan mencakup fenomena satu atau

skelompok orang dalam kompleks kehidupan sehari-hari. Menurut Rahardjo &

Gudnanto (2011:47) menyatakan bahwa observasi adalah kegiatan pengamatan

(secara inderali) yang direncanakan, sistematis, dan hasilnya dicatat dan dimaknai

(diinterprestasikan) dalam rangka memperoleh pemahaman tentang objek yang

diamati.

Jadi, dapat disimpulakn bahwa observasi atau pengamatan adalah suatu

kegiatan mengamati perilaku siswa secara nampak dan hasilnya di catat serta

diinterpretasikan guna memperoleh pemahaman tentang objek yang diamati.

Page 9: Seminar bahasa fitri 2

Peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas X di SMA N 1 Kendal.

Observasi dilakukan saat peneliti mengikuti kegiatan PPL2 di SMA tersebut. Peneliti

melakukan penelitian diempat kelas, antaralain kelas X IPA1, IPA3, IPA5, dan IPS1.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis kegiatan pembelajaran menemukan kalimat simpleks dan kompleks

Saat proses pembelajaran mengenai kalimat simpleks dan kompleks, siswa

mengikuti pembelajaran dengan baik, tetapi ada beberapa siswa yang tidak

konsentrasi selama proses pembelajaran. Ada yang mengobrol dengan teman

sebangku, keluyuran, dan siswa juga merasa bosan dengan materi yang diberikan.

Saat siswa mencari dan membuat contoh antonim dan sinonim kata, verba dan

nomina tidak merasa kesulitan. Siswa mampu membuat dengan benar dan tepat.

Meskipun ada beberapa siswa yang kurang tepat menjawab soal yang diberikan.

Sedangkan saat guru meminta siswa untuk mencari contoh kalimat simpleks

dan kalimat kompleks, siswa merasa kurang memahi mengenai materi tersebut.

Sehingga siswa tidak mampu mengerjakan dengan benar dan tepat. Padahal, guru

sudah menjelaskan materi itu sampai berulang-ulang. Namun, tetap saja siswa merasa

kesulitan dan bahkan mereka merasa bosan dengan pembelajaran tersebut. Saat itu,

guru menjelaskan materi ajar melalui metode ceramah. Bisa saja, penggunaan model,

metode, media, dan teknik yang tidak tepat dapat membuat proses pembelajaran tidak

berjalan sesuai dengan tujuan. Guru dituntut agar mampu memilih dan memakai

model, metode, media, dan teknik yang sesuai dengan materi ajar. Guru perlu

melakukan kombinasi dan variasi mengenai materi yang akan diberikan kepada

siswa.

Kesalahan-kesalahan yang terjadi saat pembelajaran mencari kalimat simpleks

dan kalimat kompleks anatara lain, (1) siswa bingung membedakan antara kalimat

simpleks dan kalimat kompleks. Sebenarnya, kalimat simpleks dan kalimat kompleks

merupakan perubahan penyebutan dari kalimat tunggal dan kalimat majemuk. (2)

siswa terbolak-balik dalam menentukan kalimat yang termasuk kalimat simpleks dan

kalimat kompleks.

Page 10: Seminar bahasa fitri 2

Adanya fenomena tersebut, peneliti mencoba menggunakan model

pembelajaran Examples Non Examples dengan tujuan untuk membuat proses

pembelajaran menjadi menarik dan materi yang diberikan mampu dipahami siswa.

Analisis penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples dalam

pembelajaran menemukan kalimat simpleks dan kalimat kompleks

Berdasarkan kondisi kegiatan pembelajaran dalam menemukan kalimat

simpleks dan kalimat kompleks belum maksimal, peneliti menggunakan model

pembelajaran Examples Non Examples agar siswa menjadi lebih paham mengenai

materi yang diajarkan. Adapun langkah-langkah model pembelajaran Examples Non

Examples, anataralain:

Jadi, saat memberikan materi tersebut guru mempunyai dua contoh teks yang

berbeda dan dijelaskan dengan penuh pemahaman kepada siswa. Dua teks tersebut

yaitu teks laporan dan teks prosedur. Tentunya dua teks tersebut berbeda dari segi

struktur penulisan dan isinya. Sehingga, adanya perbedaan tersebut mempermudah

guru dalam menjelaskan mengenai materi yang diajarkan. Karena dengan adanya

contoh-contoh, siswa lebih mudah memahami mengenai materi yang diberikan guru.

Cara yang digunakan guru yaitu mengambil contoh kalimat simpleks dan

kompleks dalam sebuah teks yang termasuk teks laporan observasi. Kemudian

dijelaskan satu persatu dan diberikan alasan mengapa kalimat itu termasuk kalimat

dan kalimat kompleks. Setelah siswa mampu memahami penjelasan guru, siswa

disuruh untuk mencari kalimat simpleks dan kompleks pada teks tersebut. Kegiatan

tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa

mengenai materi yang diberikan. Selain itu, guru juga ingin mengetahui penggunaan

model pembelajaran Examples Non Examples tepat atau tidak.

Berikut adalah teks laporan MAKHLUK DI BUMI INI yang digunakan guru saat

memberikan materi pembelajaran kalimat simpleks dan kalimat kompleks.

MAKHLUK DI BUMI INI

Page 11: Seminar bahasa fitri 2

1. Benda di dunia dapat dikelompokkan atas persamaan dan perbedaannya.

Dengan pengelompokan, benda-benda itu lebih mudah dipelajari.

2. Semua benda di dunia ini dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu

benda hidup dan benda mati. Yang pertama sering disebut makhluk hidup dan

yang kedua disebut makhluk mati. Benda hidup mempunyai ciri-ciri umum,

seperti bergerak, bernapas, tumbuh, dan mempunyai keturunan. Benda hidup

juga membutuhkan makanan. Benda mati dibedakan dari benda hidup karena

benda mati tidak mempunyai ciri-ciri umum tersebut. Kera, tumbuh-

tumbuhan, ikan, dan bunga adalah contoh benda hidup. Sementara itu, kaca,

air, plastik, baja, dan oksigen adalah contoh benda mati.

3. Benda hidup dapat dikelompokkan lagi menjadi binatang dan tumbuh-

tumbuhan. Pengelompokan itu dilakukan karena keduanya berbeda dalam

beberapa hal. Tumbuh-tumbuhan tidak dapat bergerak dari satu tempat ke

tempat lain. Tumbuh-tumbuhan tidak mempunyai otak, jantung, paru-paru,

dan darah, tetapi hidup. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat melakukan

sesuatu yang sangat penting yang tidak dapat dilakukan oleh binatang.

Tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan makanan sendiri, sedangkan binatang

tidak. Rumput, gandum, dan tanaman keras adalah jenis tumbuh-tumbuhan.

Namun, tidak semua tumbuh-tumbuhan mempunyai bunga. Oleh karena itu,

tumbuh-tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi tumbuh-tumbuhan berbunga

dan tumbuh-tumbuhan tidak berbunga. Mawar, jagung, dan tanaman buah

mempunyai bunga, tetapi jamur, lumut, dan pakis tidak.

4. Selanjutnya, binatang dapat dibagi menjadi vertebrata dan invertebrata.

Vertebrata bertulang belakang meliputi manusia, burung, anjing, katak, dan

lain-lain, sedangkan invertebrata tidak bertulang belakang meliputi ubur-ubur,

kupu-kupu, dan laba-laba. Terdapat lima kelompok vertebrata, yaitu mamalia,

burung, amfibia, reptilia, dan ikan.

(Diadaptasi dari Learning English through General

Science, 1984: 29)

Page 12: Seminar bahasa fitri 2

Hasil analisis penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples dalam

pembelajaran menemukan kalimat simpleks dan kalimat kompleks

Model pembelajaran Examples Non Examples yang digunakan untuk

menemukan kalimat simpleks dan kompleks ternyata tepat. Hal itu dibuktikan dengan

hasil jawaban siswa yang benar dan tepat. Siswa tidak merasa kesulitan lagi dalam

menentukan kalimat simpleks dan kompleks. Meskipun ada beberapa siswa yang

kurang tepat menjawab. Tetapi, dengan penggunaan model tersebut pemahaman

siswa menjadi lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang sebelumnya.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Pembelajaran mengenai kalimat simpleks dan kompleks bukanlah

pembelajaran baru untuk siswa kelas X. Hanya saja, dua kalimat tersebut merupakan

penyebutan lain dari kalimat tunggal dan majemuk. Pemilihan model pembelajaran

Examples Non Examples sudah tepat karena mampu membuat pemahaman siswa

menjadi lebih baik. Siswa tidak merasa kesulitan lagi dalam menemukan kalimat

simpleks dan kompleks.

SARAN

Sebagai calon guru, hendaknya mampu menentukan model, metode, atau

media yang sesuai dengan materi yang akan diberikan. Karena pemilihan yang tidak

tepat dapat membuat hasil belajar yang kurang maksimal. Selain itu, guru harus

mampu menciptakan suasana belajar-mengajar yang menarik dan kreatif. Agar

pembelajaran tidak membosankan dan berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, M.D., dkk. 1984. Model-model Mengajar. Abndung: CV Diponegoro.

Hamdani. 2011. Strategi belajar mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan

Akademik. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.

Page 13: Seminar bahasa fitri 2

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

http://www.papantulisku.com/2010/01/model-pembelajaran-examples-non.html