Seminar Agama

56
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inseminasi buatan adalah proses bantuan reproduksi di mana sperma disuntikkan dengan kateter ke dalam vagina atau rahim pada saat calon ibu mengalami ovulasi. Proses inseminasi buatan berlangsung singkat dan terasa seperti pemeriksaan papsmear. Dalam dua minggu, keberadaan janin sudah bisa dicek dengan tes kehamilan. Bila gagal, prosesnya bisa diulang beberapa kali sampai berhasil. Di dalam pengertian inseminasi ini ada beberapa macam Inseminasi buatan di antranya : inseminasi intravaginal, Inseminasi paraservikal, Inseminasi intraservikal, Inseminasi intrauterin, Inseminasi intraperitoneal. Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran darah orang lain. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma , operasi , syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah . Dalam hal ini, ada beberapa hukum yang mengatur mengenai donor darah seperti hukum menurut islam, hukum menurut ulama dan hukum menurut al quran dan al hadist. Obat bius adalah sejenis obat yang digunakan dalam proses pembedahan atau prosedur lain yang dilakukan oleh dokter. Kegunaan obat bius atau manfaat obat bius adalah untuk menghilangkan rasa nyeri sehingga mengurangi rasa sakit saat pasien sedang menjalani pembedahan. Di dalam melakukan 1

description

Seminar Agama Islam dalam bidang Keperawatan

Transcript of Seminar Agama

Page 1: Seminar Agama

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inseminasi buatan adalah proses bantuan reproduksi di mana sperma

disuntikkan dengan kateter ke dalam vagina atau rahim pada saat calon ibu mengalami

ovulasi. Proses inseminasi buatan berlangsung singkat dan terasa seperti pemeriksaan

papsmear. Dalam dua minggu, keberadaan janin sudah bisa dicek dengan tes kehamilan. Bila

gagal, prosesnya bisa diulang beberapa kali sampai berhasil. Di dalam pengertian inseminasi

ini ada beberapa macam Inseminasi buatan di antranya : inseminasi intravaginal, Inseminasi

paraservikal, Inseminasi intraservikal, Inseminasi intrauterin, Inseminasi intraperitoneal.

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu

orang ke sistem peredaran darah orang lain. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi

medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan

tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Dalam hal ini, ada beberapa hukum

yang mengatur mengenai donor darah seperti hukum menurut islam, hukum menurut ulama

dan hukum menurut al quran dan al hadist.

Obat bius adalah sejenis obat yang digunakan dalam proses pembedahan atau

prosedur lain yang dilakukan oleh dokter. Kegunaan obat bius atau manfaat obat bius adalah

untuk menghilangkan rasa nyeri sehingga mengurangi rasa sakit saat pasien sedang menjalani

pembedahan. Di dalam melakukan tindakan pembiusan ada beberapa sumber hukum islam

dan kesehatan yang menjelaskan tentang penggunaan obat bius.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa inseminasi buatan itu?

2. Apa macam macam inseminasi buatan?

3. Bagaimana cara kerja inseminasi buatan?

4. Apa manfaat inseminasi buatan?

5. Apa dampak inseminasi buatan?

6. Apa inseminasi buatan menurut hukum islam?

7. Apa teknik inseminasi buatan?

8. Apa kasus-kasus inseminasi buatan?

9. Apa permasalahan hukum inseminasi buatan?

10. Bagaimana analis inseminasi buatan menurut hukum islam?

1

Page 2: Seminar Agama

11. Bagaimana inseminasi buatan menurut kelompok?

12. Apa transfusi darah itu?

13. Bagaimana tranfusi darah menurut islam?

14. Bagaimana tranfusi darah menurut kelompok?

15. Apa obat bius itu?

16. Bagaimana definisi obat bius menurut sumber hukum?

17. Bagaimana penggunaan obat bius menurut islam?

18. Apa pendapat ahli kesehatan mengenai obat bius?

19. Apa pendapat kelompok mengenai obat bius?

20. Bagaimana dampak obat bius?

21. Apa euthanasia itu?

22. Bagaimana eutanasia menurut islam?

23. Bagaimana eutanasia menurut ulama`?

24. Bagaimana eutanasia menurut kelompok?

1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui apa inseminasi buatan itu

2. Mengetahui apa macam macam inseminasi buatan

3. Mengetahui bagaimana cara kerja inseminasi buatan

4. Mengetahui apa manfaat inseminasi buatan

5. Mengetahui apa dampak inseminasi buatan

6. Mengetahui apa inseminasi buatan menurut hukum islam

7. Mengetahui apa teknik inseminasi buatan

8. Mengetahui apa kasus-kasus inseminasi buatan

9. Mengetahui apa permasalahan hukum inseminasi buatan

10. Mengetahui bagaimana analis inseminasi buatan menurut hukum islam

11. Mengetahui bagaimana inseminasi buatan menurut kelompok

12. Mengetahui apa transfusi darah itu

13. Mengetahui bagaimana tranfusi darah menurut islam

14. Mengetahui bagaimana tranfusi darah menurut kelompok

15. Mengetahui apa obat bius itu

16. Mengetahui bagaimana definisi obat bius menurut sumber hukum

17. Mengetahui bagaimana penggunaan obat bius menurut islam

2

Page 3: Seminar Agama

18. Mengetahui apa pendapat ahli kesehatan mengenai obat bius

19. Mengetahui apa pendapat kelompok mengenai obat bius

20. Mengetahui bagaimana dampak obat bius

21. Mengetahui apa euthanasia itu

22. Mengetahui bagaimana eutanasia menurut islam

23. Mengetahui bagaimana eutanasia menurut ulama

24. Mengetahui bagaimana eutanasia menurut kelompok

3

Page 4: Seminar Agama

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Inseminasi Buatan

Inseminasi buatan adalah proses bantuan reproduksi di mana sperma disuntikkan

dengan kateter ke dalam vagina (intracervical insemination) atau rahim (intrauterine

insemination) pada saat calon ibu mengalami ovulasi. Proses inseminasi buatan berlangsung

singkat dan terasa seperti pemeriksaan papsmear. Dalam dua minggu, keberadaan janin

sudah bisa dicek dengan tes kehamilan. Bila gagal, prosesnya bisa diulang beberapa kali

sampai berhasil. (Umumnya bila setelah 3-6 siklus tidak juga berhasil, dokter akan

merekomendasikan metode bantuan reproduksi lainnya)

Untuk meningkatkan peluang keberhasilan–seperti halnya pada proses bayi tabung–calon

ibu yang akan menjalani inseminasi buatan dirangsang kesuburannya dengan hormon dan

obat-obatan lainnya. Pemberian rangsangan ini dimulai pada awal siklus menstruasi agar

pada saat ovulasi indung telur menghasilkan beberapa telur yang matang (dalam keadaan

normal, hanya satu telur yang dilepaskan per ovulasi). Sperma yang diinjeksi melalui kateter

juga diproses terlebih dahulu agar terseleksi dan terkonsentrasi, sehingga kualitasnya baik

dan jumlahnya cukup.

2.2 Macam macam Inseminasi Buatan

Inseminasi buatan : penaburan spermatozoa suami ke dalam saluran reproduksi istri.

Ada 5 macam inseminasi yaitu :

a. inseminasi intravaginal : spermatozoa disebarkan ke dalam liang vagina.

b. Inseminasi paraservikal : spermatozoa ditaburkan ke dalam puncak kubah vagina

yang disebut forniks. Bagian ini mengelilingi leher rahim sehingga sangat dekat

dengan mulut luar rahim (ostium uteri eksternum).

c. Inseminasi intraservikal : spermatozoa dimasukkan melalui mulut luar rahim dan

ditempatkan di saluran leher rahim (kanal serviks).

d. Inseminasi intrauterin : spermatozoa yang sudah terpilih dan tersaring dimasukkan

melalui mulut luar rahim dan ditempatkan jauh ke dalam, sehingga berada di dalam

rongga rahim dekat dengan mulut dalam saluran telur (ostium tuba internum).

e. Inseminasi intraperitoneal : spermatozoa yang sudah terpilih dan tersaring

dimasukkan melalui tembusan di puncak kubah vagina langsung ke dalam rongga

perut (rongga peritoneum).

4

Page 5: Seminar Agama

2.3 Cara Kerja Inseminasi Buatan

Tahap pertama, yaitu tahap induksi ovulasi.

Pada tahap ini dilakukan stimulasi pertumbuhan sel telur sebanyak mungkin yang

dilakukan dengan pemberian Follicle Stimulating Hormone (FSH). Saat ini, FSH telah

dimurnikan dan diperbanyak dengan teknologi rekombinasi DNA, misalnya nama dagang

Gonal-f®, sehingga dapat digunakan untuk membantu stimulasi pertumbuhan sel telur pada

perempuan yang kekurangan hormon FSH. Setelah dihasilkan cukup banyak sel telur,

diberikan hormon human Chorion Gonadotropin (hCG) untuk menstimulasi pelepasan sel

telur yang matang. Seperti halnya FSH, hCG juga telah diproduksi dengan teknologi

rekombinasi DNA, misalnya Ovidrel® yang dapat diinjeksikan langsung ke jaringan di

bawah kulit. Jika tidak terdapat sel telur yang matang, maturasi satu atau lebih sel telur dapat

dilakukan dengan menggunakan metode OS (Ovarian Stimulation).

Tahap kedua, yaitu tahap pengambilan sel telur.

Pada tahap ini, hasil pematangan sel telur dari ovarium diamati, misalnya dengan

menggunakan metode laparoskopi atau metode vaginal ultrasonik. Sel telur yang telah

matang akan diambil dari ovarium dengan menggunakan jarum yang runcing, kemudian

dipindahkan ke dalam cawan petri yang telah berisi medium pertumbuhan.

Tahap ketiga, yaitu fertilisasi sel telur.

Pada tahap ini, sel sperma motil yang telah diperoleh dari metodeswim-up

(Henkel dan Schill, 2003) dimasukkan ke dalam cawan Petri yang telah berisi sel telur,

kemudian disimpan di dalam inkubator. Pemeriksaan gamet dilakukan pada interval waktu

antara fertilisasi dan maturasi. Setelah terjadi fertilisasi, embrio dibiarkan di dalam inkubator

selama 3 – 5 hari.

Tahap keempat, yaitu transfer embrio.

Tahap ini merupakan tahap akhir, berupa pengembalian embrio hasil fertilisasi

yang telah mencapai tahap blastula. Embrio ditransplantasikan ke dalam rahim melalui

kateter Teflon tanpa pembiusan. Dengan cara ini pasien dapat kembali ke rumah segera

setelah transfer embrio. Untuk meningkatkan peluang terjadinya kehamilan, maka beberapa

embrio ditransplantasikan ke dalam rahim (Corabian, 1997).

2.4 Manfaat Inseminasi Buatan

5

Page 6: Seminar Agama

Inseminasi buatan dapat membantu dalam kasus ketidaksuburan disebabkan karena

suatu alasan. Oleh karena itu, pertama dan keuntungan utama dari metode ini adalah

membantu dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan hamil. Sperma digunakan untuk

inseminasi buatan adalah baik diperoleh dari pasangan laki-laki dari perempuan, atau dari

sebuah bank sperma. Sebelumnya teknik ini hanya digunakan bagi pasangan untuk memiliki

anak.

Proses inseminasi buatan digunakan dalam kasus pasangan laki-laki menderita

kelainan keturunan atau genetik. Sperma yang digunakan untuk proses ini dicuci dan diuji

untuk setiap gangguan genetik atau ketidakseimbangan. Oleh karena itu, ada kemungkinan

lebih rendah dari gangguan seperti yang lulus dari orang tua untuk anak. Inseminasi buatan

lebih dekat dengan metode alami reproduksi, dibandingkan dengan metode lain seperti

reproduksi dibantu Dalam Vitro Fertilization (IVF). Oleh karena itu, metode ini secara luas

diadopsi oleh pasangan.

Ketika berbicara tentang tingkat keberhasilan inseminasi buatan, kita kembali

menemukan bahwa proses ini memiliki tangan atas antara semua prosedur lainnya. Tingkat

keberhasilan inseminasi buatan setinggi 86%. Namun, perlu dicatat bahwa ada beberapa

faktor yang terlibat di sama. Demikian pula, ketika membandingkan inseminasi intrauterin

intracervical dan inseminasi, ditemukan bahwa tingkat keberhasilan inseminasi intrauterine

lebih tinggi, dan setinggi 80%.

Salah satu keuntungan lain dari inseminasi buatan adalah biaya. Jika anda melihat

pada biaya inseminasi buatan dan bahwa metode lain, Anda akan menemukan bahwa

inseminasi buatan lebih murah. Biaya rata-rata metode lain seperti fertilisasi in vitro (IVF)

lebih tinggi dari AI. Kedua, biaya inseminasi intracervical adalah lebih rendah daripada

inseminasi intrauterin. Di sisi lain, sebagaimana disebutkan di atas, ada efek samping relatif

tidak terkait dengan AI, yang membuatnya lebih menguntungkan.

Pada menyimpulkan di atas, kita dapat menyimpulkan dengan mengatakan bahwa

keuntungan dari inseminasi buatan meliputi efektivitas, biaya rendah dan pencegahan

gangguan genetik pada tingkat yang lebih besar.

3.1 Dampak Inseminasi Buatan

6

Page 7: Seminar Agama

Keberhasilan inseminasi buatan tergantung tenaga ahli di labolatorium, walaupun

prosedurnya sudah benar, bayi dari hasil inseminasi buatan dapat memiliki resiko cacat

bawaan lebih besar daripada dibandingkan pada bayi normal. Penyebab dari munculnya

cacat bawaan adalah kesalahan prosedur injeksi sperma ke dalam sel telur. Hal ini bisa terjadi

karena satu sel sperma yang dipilih untuk digunakan pada inseminasi buatan belum tentu

sehat, dengan cara ini resiko mendapatkan sel sperma yang secara genetik tidak sehat menjadi

cukup besar. Cacat bawaan yang paling sering muncul antara lain bibir sumbing, down

sindrom, terbukanya kanal tulang belakang, kegagalan jantung, ginjal, dan kelenjar pankreas.

3.2 Inseminasi Buatan Pada Manusia Menurut Tinjauan Hukum Islam

Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari istilah Inggris artificial insemination.

Dalam bahasa Arab disebut al-talqih al-shina’iy. Dalam bahasa Indonesia ada yang

menebutnya permainan buatan, pembuahan buatan,[15] atau penghamilan buatan.[16]

Batasannya dirumuskan dengan redaksi yang bermacam-macam. Drh.Djamalin

Djanah mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan inseminasi buatan ialah “Pekerjaan

memasukan mani (sperma atau semen) ke dalam rahim (kandungan) dengan menggunakan

alat khusus dengan maksud terjadi pembuahan”.[17]

3.3 Teknik Inseminasi Buatan

Secara umum dapat diambil pengertian bahwa inseminasi buatan adalah suatu cara atau

teknk memperoleh kehamilan tanpa melalui persetubuhan (coitus). Adapun tekniknya ada

dua cara, yaitu:

a. Fertilasi in Vitro (FIV)

Fertilasi in Vitro (In Vitro Fertilization) ialah usaha fertilasi yang dilakukan di luar tubuh, di

dalam cawan biakan (petri disk), dengan suasana yang mendekati ilmiah. Jika berhasil, pada

saat mencapai stadium morula, hasil fertilasi ditandur-alihkan ke endometrium rongga uterus.

Teknik ini biasanya dikenal dengan “bayi tabung” atau pembuahan di luar tubuh.

b. Tandur Alih Gamet Intra Tuba (TAGIT)

Tandur Alih Gamet Itra Tuba (Gamet Intra Fallopian Transfer) ialah usaha mempertemukan

sel benih (gamet), yaitu ovum dan sperma, dengan cara menyemprotkan campuran sel benih

itu memakai kanul tuba ke dalam ampulla. Metode ini bukan metode bayi tabung karena

pembuahan terjadi di saluran telur (tuba fallopi) si ibu sendiri.[18]

7

Page 8: Seminar Agama

Di luar negeri teknik TAGIT lebih berhasil disbanding dengan FIV. Perbandingannya cukup

mencolok yaitu 40:20.[19] Teknik yang terbaok dari keduanya tergantung pada keadaan

pemilik sperma dan ovum serta keadaan kandungan.

3.4 Kasus-kasus Inseminasi Buatan

Untuk memperoleh gambaran pelaksanaan inseminasi buatan, berikut ini dikemukakan

beberapa kasus:

Tanggal 25 Juli 1978 Ny. Lesley Brown melahirkan seorang anak, Louise Brown,

dengan hasil inseminasi buatan yang diusahakan oleh tim Dr. Patric Steptoe dirumah sakit

Oldham, Inggris, Sperma diambil dari suaminya sendiri.[20]

Di Indonesia, keberhasilan inseminasi buatan ditandai oleh lahirnya Akmal pada 25

Agustus 1987. Ia lahir dari pasangan suami isteri Linda Soekotjo, dengan teknik TAGIT.

Adapun dengan teknik FIV tim bayi tabung Indonesia yang diketahui oleh Dr. H.Enud J.

Surjana dari Fakultas Kedokteran UI menghasilkan kelahiran Dimas Aldila Akmal Sudiar

pada 2 Oktober 1988, dari pasangan suami-isteri Wiwik Juwari-Sudirman.[21]

Inseminasi buatan yang berasal dari sari sperma suami yang telah meninggal dan

ovum isterinya dapat dilihat dari kasus Mario Rios asal Chili dengan Elsa asal Argentina.[22]

Pengadilan Perancis akhirnya juga memutuskan bahwa janda muda Corinne Parpalaix boleh

menggunakan sperma suaminya yang telah meninggal.[23] Dan Kim Casali yang ditinggal

mati suaminya, Roberto, juga berhasil melahirkan Milo.[24]

Dengan inseminasi buatan, wanita yang tidak bersuami akhirnya juga dapat hamil dan

melahirkan dengan jasa Bank Sperma. Di antaranya adalah Dr. Afton Blake, seorang

psikolog.[25] Di Amerika Serikat cara semacam ini dilakukan sedikitnya 9% dari mereka

yang melakukan inseminasi buatan.

Pada 1 Oktober 1987 dunia digemparkan oleh lahirnya anak kembar tiga dari

neneknya sendiri pasangan Karen-Alcino ingin memperoleh ketrunan, tetapi setelah

dilakukan inseminasi buatan, Karen dinyatakan tidak baik untuk hamil. Akhirnya neneknya,

ibu Karen, Pat Anthony bersedia ditempati sperma dan ovum yang telah dibuahi itu.[26]

Contoh kasus di atas, jika diklasifikasi menurut bibit (sperma dan ovum) yang digunakan,

adalah sebagai berikut:

a. Antara sperma dari suami dan ovum dari isterinya yang kemudian ditanam

dalam rahim isterinya.

8

Page 9: Seminar Agama

b. Antara sperma yang telah dibekukan dalam Bank Sperma dari suaminya yang

meninggal dan ovum isterinya kemudian ditanam dalam rahim isterinya.

c. Antara sperma dari laki-laki yang tidak diketahui asalnya dan ovum wanita

yang tidak bersuami kemudian ditanam dalam rahim wanita itu.

d. Antara sperma suami dan ovum isteri kemudian ditanam dalam rahim orang

lain.

Klasifikasi lain yang contoh kasusnya belum ditemukan bisa saja ditambahkan dengan:

a. Antara sperma suami dan ovum wanita lain yang kemudian ditanamkam dalam

rahim isteri.

b. Antara sperma laki-laki lain dan ovum isteri ditanam dalam rahim isteri.

c. Antara sperma laki-lai lain dan ovum wanita lain kemudian ditanam dalam

rahim isteri.

d. Antara sperma suami dan ovum isteri kemudian ditanam dalam rahim isteri lain

(bila poligami).

4.1 Permasalahan Hukum Inseminasi Buatan

Permasalahn hokum akibat inseminasi buatan seperti tergambar di atas antara lain:

a. Masalah jumlah sel telur yang harus diambil, karena dalam proses

pembuahan in vitro, sel telur yang diambil lebih dari satu agar terhindar dari

kegagalan.

b. Masalah sel telur yang dibuahi itu jika tidak dimusnahkan akan dibekukan

yang suatu saat dapat dipergunakan lagi.

c. Masalah sperma yang dijadikan donor karena berbagai alsan.

d. Masalah ibu pengganti (surrogate motherhood) yang ditempati hasil

pembuahan sperma dan ovum orang lain.

4.2 Analisi Pelaksanaan Inseminasi Buatan menurut tinjauan Hukum Islam.

Pelaksanaan inseminasi buatan membawa dilemma terutama jika dilakukan dengan

hokum Islam. Menganalisis permasalahan tersebut, yang menyangkut hal-hal seperti:

a. Pengambilan Bibit

Yang dimaksud dengan pengambilan bibit di sini adalah pengambilan sel telur

(ovum pick up) dan pengambilan / pengeluaran sperma.

9

Page 10: Seminar Agama

1. Pengambilan Sel Telur (Ovum Pick Up = OPU)

Dalam inseminasi buatan ada dua cara untuk pengambilan sel telur, yaitu dengan

Laparoskopi dan USG (Ultrasonografu).[27] Dengan cara laparoskopi folikel akan tampak

jelas pada lapang pandangan laparoskopi kemudian indung telur dipegang dengan penjepit

dan dilakukan persiapan. Cairan folikel yang berisi sel telur ditampung dalam tabung. Cairan

tersebut diperiksa di bawah mikroskop untuk meyakinkan apakah sel telur ini sudah

ditemukan. Adapun cara USG, folikel yang tampak di layar ditusuk dengan jarum melalui

vagina kemudian dilakukan pengisapan folikel yang berisi sel telur seperti cara pengisapan

laparoskopi.

Yang perlu dianalisis pada pengambilan ovum tersebut adalah persoalan melihat

aurat sendiri.[28] Syafi’iyah dan Hanabilah dalam satu riwayat menyatakan bahwa semua

badan wanita merdeka adalah aurat[29] sedang menurut Hanafiyah dan Malikiyah

menyatakan bahwa semua bdan wanita adalah aurat kecuali wajah dan kedua telapak tangan.

[30] Aurat itu dilarang dibuka di hadapan laki-laki lain. Akan tetapi mereka sepakat kalau

karena dharurat seperti berobat, boleh dibuka.[31] Yusuf al-Qardhawy dalam kitabnya Al-

Halal wa al-Haram fi al-Islam[32] menyatakan bahwa dalam kondisi dharurat atau hajat,

memandang atau memegang aurat diperbolehkan dengan syarat keamanan dan nafsu birahi

terjaga.

Dalam praktek pengambilan sel telur seperti dijelaskan di atas, para dokter ahli

tidak lepas dari melihat bahkan meraba atau memasukkan sesuatu dalam aurat besar wanita.

Di samping itu para dokter sering juga berkhalwat dengan pasien ketika mendiagnosa

penyakit. Pelaksanaan tersebut jika diniati dengan baik, terjaga keamanan, dan tidak

merangsang sahwat dapat dikatagorikan sebagai hal yang dharurat. Islam

memperbolehkannya karena sesuai dengan kaidah ushul fiqh.[33]

المحظورات تبيح الضرورةKeadaan dharurat membolehkan sesuatu yang dilarang.

Demi mencegah fitnah dan godaan setan, maka sebaiknya sewaktu dokter memeriksa pasien

dihadiri orang ketiga dari keluarga maupun tenaga para medis, sesuai dengan kaidah ushul:

[34]

المصالح جلب أولىمن المفاسد درأMenghindari kesusahan lebih utamakan dari mengambil maslahat.

10

Page 11: Seminar Agama

Akan sangat baik jika dokter pemeriksa itu dari jenis kelamin yang sama. Sulit

dibayangkan jika dalam kondisi dharurat seperti itu masih diharamkan melihat aurat besar

wanita. Sebab, bagaimana dengan wanita yang akan melahirkan?

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa pengambilan sel telur

(ovum) dalam pelaksanaan inseminasi buatan dihalalkan karena pertimbangan dharurat.

Disamping kondisi itu, dokter pemeriksa pun harus tetap menjaga Etik Kedokteran.

2. Pengeluaran Sperma

Dibanding dengan pengambilan sel telur, pengeluaran dan pengambilan sperma

relative lebih mudah. Untuk memperboleh sperma dari laki-laki dapat dilakukan antara lain

dengan: (a) Istimna’ (manstrubasi, onani), (b) ‘Azl coitus interruptus: senggama terputus), (c)

Dihisap langsung dari pelir (testis), (d) Jima’ dengan memakai kondom, (e) Sperma yang

ditumpahkan ke dalam vagina yang dihisap dengan cepat dengan spuit, dan (f) Sperma mimpi

malam.[35]

Untuk keperluan inseminasi buatan, cara yang terbaik adalah mastrubasi (onani).

[36] Program Fertilisasi in Vitro (FIV) Fakultas Kedokteran UI juga menyaratkan agar

sperma untuk keperluan inseminasi buatan diambil atau dikeluarkan dengan cara masturbasi

dan dilakukan di Rumah Sakit. Pengeluaran sperma dengan cara ‘azl (senggama terputus)

tidak diperkenankan karena akan mengurangi jumlah sperma yang didapat.[37] Di dalam

teknik FIV hanya diperlukan antara 50.000-100.000 sperma motil sedang pada senggama

normal diperlukan 50 juta – 200 juta sperma.[38]

Yang menimbulkan persoalan dalam hokum Islam adalah bagai mana hokum onani

dalam kaitan dengan pelaksanaan inseminasi tersebut.

Al-Qur’an Surat 23:5, 24:30, 31, dan 70:29 Allah SWT memerintahkan agar

manusia menjaga kemaluannya kecuali kepada yang telah dihalalkan. Secara umum

Islam memandang bahwa melakukan onani tergolong perbuatan etis. Mengenai

hokum, fuqaha berbeda pendapat. Ada yang mengharamkan secara mutlak, ada yang

mengharamkan secara mutlak, ada yang mengharamkan pada hal-hal tertentu, ada

yang mewajibkan juga pada hal-hal tertentu, dan ada pula yang menghukumi makruh.

[39] Sayid Sabiq menyatakan bahwa Malikiyah, Syafi’iyah, dan Zaidiyah

menghukumi haram. Alasan yang dikemukakan adalah bahwa Allah SWT

memerintahkan menjaga kemaluan dalam segala keadaan kecuali kepada isteri atau

budak yang dimilikinya. Ahnaf berpendapat bahwa onani memang haram, tetapi kalau

karena tajut zina, maka hukumnya menjadi wajib. Kaidah ushul fiqh menyebutkan:

11

Page 12: Seminar Agama

واجب رين الضر أخف ارتكاب Mengambil yang lebih ringan dari suatu kemudharatan adalah wajib

Kalau karena alasan takut zina, atau kesehatan, sedangkan tidak memiliki isteri

atau amah (budak) dan tidak mampu kawin, maka menurut Hanabilah onani diperbolehkan.

Kalau tidak ada alasan yang senada dengan itu maka hukumnya haram. Ibn Hazim

berpendapat bahwa onani hukumnya makruh, tidak berdosa tetapi tidak etis. Di antara yang

memakruhkan onani itu jga Ibn Umar dan Atha’. Berbeda pendapat dengan pendapat diatas,

Ibn Abbas, Hasan dan sebagian besar Tabi’in menghukumi mubah. Al-Hasan justru

mengatakan bahwa orang-orang Islam dahulu melakukan onani pada masa peperangan.

Nujahid juga menyatakan bahwa orang Islam dahulu memberikan toleransi kepada para

pemudanya melakukan onani. Hukumnya mubah, baik buat laki-laki maupun perempuan.[40]

Ali Ahmad al-Jurjawy dalam kitabnya Hikmat al-Tasyri’ wa Falsafatuhu[41]setelah

menjelaskan kemadharatan onani mengharamkan perbuatan ini, kecuali kalau karena kuatnya

syahwad dan tidak sampai menimbulkan zina. Agaknya Yusuf al-Qardhawy juga sependapat

dengan Hanabilah mengenai hal ini,[42] al-Imam Taqiyuddin Abi Bakr Ibn Muhammad al-

Husainy[43] juga mengemukakan kebolehan onani yang dilakukan oleh isteriatau amah-nya

karena itu memang tempay kesenangannya:

عه استمتا محل نها أل جاز أوأمته امرأته بيد الرجل استمنى لوSeorang laki-laki dibolehkan mencari kenikmatan melalui tangan isteri atau hamba

sahayanya karena di sanalah (salah satu) dari tempat kesenangannya.

Memperhatikan pendapat-pendapat mengenai hokum onani di atas, maka dalam kaitan

dengan pengeluaran/pengambilan sperma untuk inseminasi buatan, boleh dilakukan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pengambilan sel telur (ovum) dan sperma untuk

keperluan inseminasi buatan – dengan illat hajah tertentu – dapat dibenarkan oleh hukum

Islam.

b. Penanaman Bibit (Embryo Transfer)

Setelah sel telur dan sperma didapat, proses inseminasi buatan seperti telah

disinggung pada uraian sebelumnya, dilakukan pencucian sperma dengan tujuan memisahkan

sperma yang motil dengan sperma yang tidak motil/mati. Sesudah itu antara sel telur dan

sperma dipertemukan. Jika dengan teknik in vitro, kedua calon bibit tersebut dipertemukan

dalam cawan petri, tetapi jika teknik TAGIT sperma langsung disemprotkan ke dalam rahim.

Untuk menghindari kemungkinan kegagalan, penanaman bibit biasanya lebih dari satu.

12

Page 13: Seminar Agama

Embrio yang tersisa kemudian disimpan beku atau dibuang. Yang menjadi persoalan dalam

kaitan dengan hukum Islam di sini adalah bagaimana hokum pembuangan embrio tersebut.

Apakah hal ini dapat digolongkan kepada pembunuhan?

Sebagai anlisis, patut dicatat bahwa embrio tersebut tidak berada dalam rahim

wanita. Kalau abortus diartikan sebagai keluarnya isi rahim ibu yang telah mengandung,

[44] maka pembicaraan ini tidak tergolong berada rahim waita.

c. Asal dan Tempat Penanaman Bibit

Sesuai dengan klasifikasi asal dan tempat penanaman bibit yang terdapat dalam

pembahasan diatas, berikut akan dianalisis menurut tinjauan hukum Islam.

1. Bibit dari suami - isteri dan ditanamkan pada isteri

Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa proses kejadian manusia, baik

menurut fuqaha maupun ahli kedokteran, dimulai dari pembuahan hasil pertemuan

sperma dan ovum. Secara alami, pertemuan sperma dan ovum itu melalui sanggama.

Maka dapat di pahami bahwa di antara manfaat sanggama adalah mempertemukan

sperma dengan ovum.[45] Dalam Islam, bersanggama hanya diperbolehkan setelah

didahului akad nikah yang sah.

2. Bibit dari Suami-isteri dan ditanamkan pada orang lain

Dalam kasus ini Lembaga Islam OKI menghukumi haram karena dikhawatirkan

percampuran nasab dan hilangnya keibuan serta halangan syara’ lainnya.

3. Sperma laki-laki lain dibuahkan dengan ovum wanita lain dan ditanamkan pada rahim

wanita yang tidak bersuami.

Di atas telah dinyatakan bahwa pembuahan hanya dihalalkan bagi orang yang

memiliki ikatan pernikahan yang sah.

4. Sperma suami yang dibuahkan dengan ovum wanita lain (donor) dan ditanam pada

rahim isteri.

Walaupun isteri sendiri yang dijadikan tempat penanaman embrio, tetapi karena

konsepsinya berasal dari pembuahan bibit yang tidak memiliki ikatan pernikahan yang

sah, maka inseminasi model ini juga tidak dapat dibenarkan.

5. Sperma laki-laki lain (donor) dibuahkan dengan ovum isteri dan ditanamkan pada

rahim isteri

Inseminasi model ini sama halnya dengan inseminasi model kelima, yaitu ovum dan

tempat penanaman bibit ada pada isteri sendiri namun karena sperma dari orang lain

maka diharamkan oleh Islam.

13

Page 14: Seminar Agama

6. Sperma laki-laki lain (donor) dibuahkan dengan ovum wanita lain (donor) dan

ditanamkan pada rahim isteri.

Bibit yang berasal dari donor yang tidak mempunyai ikatan pernikahan yang sah,

sebagaimana uraian terdahulu, tidak dapat dibenarkan oleh Islam. Akan tetapi jika

bibit berasal dari pasangan suami-isteri yang sah kemudian dititipkan kepada isteri,

maka ia hanya menjadi penitipan.

7. Bibit dari suami-isteri dan dititipkan kepada rahim isteri yang lain (karena poligami)

Kalau dapat dihindari adanya percecokkan di belakang hari, maka inseminasi model

ini dapat disamakan dengan model kedua dan ketujuh. Perbedaannya pada adanya

ikatan pernikahan karena poligami.

d. Status Anak Hasil Inseminasi Buatan

Berdasarkan pengertian di atas, berikut ini akan diuraikan status anak hasil inseminasi

buatan yang secara garis besar dibagi menjadi dua: pembuahan sperma dan ovum yang

memiliki ikatan menikah dan yang tidak memiliki ikatan nikah.

1. Anak hasil penanaman sperma ovum yang memiliki ikatan nikah.

Dalam hal ini penanaman embrio bisa terdapat dalam tiga kemungkinan. Pada rahim isteri

sendiri yang memiliki ovum (tidak poligami), pada isteri sendiri yang yidak memiliki ovum

(berpoligami), dan pada orang lain.

a. Pada isteri sendiri yang memiliki ovum.

Status anak untuk inseminasi jenis ini, seperti yang telah disinggung di atas, adalah

anak kandung, baik secara genetic maupun hayati.

b. Pada isteri sendiri yang tidak memiliki ovum

Kalau ditinjau secara lahiriah dan hayati, anak tersebut adalah anak milik ibu yang

melahirkan. Tetapi jika ditinjau secara hakiki, anak tersebut adalah anak yang

mempunyai bibit, karena wanita yang melahirkan itu hanya menerima titipan

embrio. Kalau ditinjau dari sisi ikatan pernikahan, di mana yang melahirkan itu

juga ada hubungan nikah, maka anak yang dilahirkan itu juga anaknya, kalau

dilihat dari asal bibit, anak yang dilahirkan itu menjadi anak tiri dan suami yang

mempunyai sperma. Kalau dilihat dari sisi ia melahirkan, anak tersebut menjadi

anak kandungnya.

c. Pada wanita lain yang tidak mempunyai ikatan nikah

14

Page 15: Seminar Agama

Sebagaimana pada poin (1.2), di atas, anak tersebut dapat diqiyaskan dengan anak

sesusuan karena wanita yang melahirkan ini hanya dititipi embrio hasil pertemuan

sperma dan ovum pasangan yang terikat akad nikah.[46]

2. Anak hasil pembuahan sperma dan ovum yang tidak memiliki ikatan nikah.

Yang tergolong pada model ini, sebagaimana uraian di atas, adalah:

a. Sperma suami yang sudah meninggal dengan ovum isteri dan ditanamkan pada

rahim isteri.

b. Sperma laki-laki lain dengan ovum wanita yang tidak bersuami dan ditanamkan

pada rahim wanita yang tidak bersuami tersebut.

c. Sperma suami dengan ovum wanita lain dan ditambahkan pada rahim isteri.

d. Sperma laki-laki lain dengan ovum isteri dan ditanamkan pada rahim isteri.

e. Sperma laki-laki lain dan ovum wanita lain (tidak ada ikatan nikah) dan

ditanamkan pada rahim isteri.

Secara umum, pembuahan sperma dan ovum pada semua jenis di atas dapat

dikatagorikan sebagai zina. Di antara dalil yang mengharamkan pembuahan sperma dan

ovum yang tidak memiliki ikatan nikah ialah Sabda Rasulullah S.a.w. yang berbunyi:

. وود د ابو اخرجه غيره زرع ماؤه يسقى أن األخر واليوم لله ب يؤمن المرئ اليحل

ار البز وحسنه ن حبا ابن والترمذىوصححه

Tidak halal (diharamkan) bagi seseoranng yang beriman kepada Allah swt dan

hari kemudian air (sperma)nya menyirami tanaman orang lain (rahim wanita lain).

(Hadis riwayat Abu Daut, Turmudzi dan dianggap sahih oleh Ibn Hibban, tapi dianggap

Hasan oleh al-Bazzar).[47]

4.3 Inseminasi Buatan Menurut Pendapat Kelompok

Menurut kelompok kami inseminasi buatan pada manusia diperbolehkan dengan

beberapa syarat, salah satunya yaitu dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah yaitu

sperma dari suami dan sel ovum dari istri ditanam pada rahim istri tersebut. Sedangkan pada

cara yang lain menurut kami tidak diperbolehkan, seperti diantaranya Bibit dari Suami-isteri

dan ditanamkan pada orang lain, Sperma laki-laki lain dibuahkan dengan ovum wanita lain

dan ditanamkan pada rahim wanita yang tidak bersuami, Sperma suami yang dibuahkan

dengan ovum wanita lain (donor) dan ditanam pada rahim isteri, Sperma laki-laki lain (donor)

15

Page 16: Seminar Agama

dibuahkan dengan ovum isteri dan ditanamkan pada rahim isteri, Sperma laki-laki lain

(donor) dibuahkan dengan ovum wanita lain (donor) dan ditanamkan pada rahim isteri, Bibit

dari suami-isteri dan dititipkan kepada rahim isteri yang lain (karena poligami)

2.12 Definisi Transfusi Darah

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu

orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis

seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak

berfungsinya organpembentuk sel darah merah.

Transfusi Darah Menurut Islam

a. Hakekat darah

• Darah adalah bagian dari badan (anggota badan)

• Memindahkan darah berarti memindahkan anggota badan

b. Ayat-ayat di Al-Qur’an mengenai darah

فال عاد وال باغ غير اضطر فمن الله لغير به أهل وما الخنزير ولحم والدم الميتة عليكم حرم إنما

رحيم غفور الله إن عليه إثم

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan

binatang yang disembelih dengan menyebut selain Alloh. Tetapi barang siapa dalam

keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula

melampaui batas maka tidak ada dosa baginya…….” (Al baqoroh : 173)

حيم ر غفور ه الل فإن ثم متجانفإل غير مخمصة في اضطر �فمن

“ Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi (daging hewan) yang

disembelih atas nama selain Allah…….”(Al Maidah : 3)

Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah berfirman:

إليه اضطررتم ما إال عليكم م حر ما لكم فصل وقد

“Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkannya

atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya” (Al-An’am : 119)

16

Page 17: Seminar Agama

4.4 Donor Darah Menurut Islam

1. Menurut pandangan ulama terdahulu

Pandangan Ulama terdahulu mengenai transfusi darah yakni memanfaatkan anggota

badan adalah haram baik dengan cara jual beli ataupun dengan cara lainnya.

Memanfaatkan anggota badan manusia tidak diperbolehkan. Ada yang beralasan karena :

1. Najis

2. Merendahkan, alasan kedua adalah alasan yang benar (Al-Fatwa Al-Hidayah)

“Tidak diperkenankan menjual rambut manusia ataupun memanfaatkannya. Karena

manusia itu terhormat bukan hina” (Al Murghinani)

Adapun tulang dan rambut manusia tidak boleh dijual, bukan karena najis atau suci,

tetapi karena menghormatinya. Menjualnya berati merendahkannya” (Al Kasani) Menjual air

susu wanita (BOLEH). Karena susu itu suci dan bermanfaat sehingga Alloh

memperbolehkkan untuk meminumnya walaupun tidak dalam keadaan terpaksa (Madzhab,

Maliki, Hambali dan Syafi’I) Menjual air susu (HARAM). Karena susu adalah bagian dari

anggota badan (Mazhab Hanafi) Ulama terdahulu sangat berhati hati dalam hal perlakuan

terhadap anggota badan manusia (manusia merupakan mahluk terhormat dalam pandangan

Islam) Pada saat itu belum terpikirkan perkembangan Ilmu kedokteran yang sepesat sekarang.

Menurut Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta

Hukum asal dalam pengobatan, hendaknya dengan menggunakan sesuatu yang

diperbolehkan menurut syari’at. Namun, jika tidak ada cara lain untuk menambahkan

daya tahan dan mengobati orang sakit kecuali dengan darah orang lain, dan ini

menjadi satu-satunya usaha menyelamatkan orang sakit atau lemah, sementara para

ahli memiliki dugaan kuat bahwa ini akan memberikan manfaat bagi pasien, maka

dalam kondisi seperti ini diperbolehkan untuk mengobati dengan darah orang lain.

2. Menurut ulama sekarang

a. Mengenai akibat hukum adanya hubungan kemahraman antara donor dan resipien

Menurut Ust. Subki Al-Bughury, adapun hubungan antara donor dan resipien,

adalah bahwa transfusi darah itu tidak membawa akibat hukum adanya hubungan

kemahraman antara donor dan resipien. Sebab faktor-faktor yang dapat menyebabkan

kemahraman sudah ditentukan oleh Islam sebagaimana tersebut dalam An-Nisa:23,

yaitu: Mahram karena adanya hubungan nasab. Misalnya hubungan antara anak dengan

17

Page 18: Seminar Agama

ibunya atau saudaranya sekandung, dsb. Karena adanya hubungan perkawinan misalnya

hubungan antara seorang dengan mertuanya atau anak tiri dan istrinya yang telah

disetubuhi dan sebagainya, dan mahram karena adanya hubungan persusuan, misalnya

hubungan antara seorang dengan wanita yang pernah menyusuinya atau dengan orang

yang sesusuan dan sebagainya.

Serta pada (an-Nisa:24) ditegaskan bahwa selain wanita-wanita yang tersebut pada

An-Nisa:23 di atas adalah halal dinikahi. Sebab tidak ada hubungan kemahraman. Maka

jelaslah bahwa transfusi darah tidak mengakibatkan hubungan kemahraman antara

pendonor dengan resipien. Karena itu perkawinan antara pendonor dengan resipien itu

diizinkan oleh hukum Islam.

b. Mengenai Hukum menerima transfusi darah dari non-muslim

Menurut ust. Ahmad sarwat pada hakikatnya tubuh orang kafir bukan benda najis.

Buktinya mereka tetap dibolehkan masuk ke dalam masjid-masjid mana pun di dunia ini,

kecuali masjid di tanah haram. Kalau tubuh orang kafir dikatakan najis, maka tidak

mungkin Abu Bakar minum dari satu gelas bersama dengan orang kafir. Kalau kita

belajar fiqih thaharah, maka kita akan masuk ke dalam salah satu bab yang membahas

hal ini, yaitu Bab Su'ur.

Di sana disebutkan bahwa su'ur adami (ludah manusia) hukumnya suci, termasuk

su'ur orang kafir. Maka hukum darah orang kafir yang dimasukkan ke dalam tubuh

seorang muslim tentu bukan termasuk benda najis. Ketika darah itu baru dikeluarkan dari

tubuh, saat itu darah itu memang najis. Dan kantung darah tentu tidak boleh dibawa

untuk shalat, karena kantung darah itu najis.

Namun begitu darah segar itu dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, maka darah itu

sudah tidak najis lagi. Dan darah orang kafir yang sudah masuk ke dalam tubuh seorang

muslim juga tidak najis. Sehingga hukumnya tetap boleh dan dibenarkan ketika seorang

muslim menerima transfusi darah dari donor yang tidak beragama Islam.

c. Donor darah pada bulan ramadhan

Menurut Asy Syaikh Utsaimin, tidak boleh bagi seseorang untuk menyedekahkan

darahnya yang sagat banyak dalam keadaan dia sedang berpuasa wajib, seperti puasa

pada bulan Ramadhan. Kecuali jika di sana ada keperluan yang darurat (mendesak),

maka dalam keadaan seperti ini boleh baginya untuk menyedekahkan darahnya untuk

menolak/mencegah darurat tadi. Dengan demikian dia berbuka dengan makan dan

minum. Lalu dia harus mengganti puasanya yang dia tinggalkan/berbuka.

18

Page 19: Seminar Agama

3. Syarat Donor dan Transfusi darah Menurut Islam

Syarat Donor dan Transfusi Darah adalah sebagai berikut :

a. Tidak menyebabkan kerusakan (kematian pada diri donor)

b. Memberikan manfaat (mencegah kerusakan/kematian) pada akseptor

c. Donor atau Tranfusi tidak boleh dilakukan bila menyebabkan kematian pada diri donor

(darah diambil terlalu banyak), meskipun memberikan manfaat kepada resipien.

d. Donor darah dapat mencegah bahaya yang sudah pasti (mencegah kerusakan/kematian

resipien)

e. Bahaya yang timbul akibat donor atau transfusi dapat di perkirakan

f. Perbedaan kerugian yang terjadi dan manfaat yang diperoleh jelas (manfaat lebih besar

dari kerugian)

g. Donor darah memberikan manfaat yang sangat besar dan termasuk mendonorkan

anggota badan yang dapat pulih kembali

h. Pendonor tidak akan mendapat kerugian/kerusakan yang berarti, bahkan mendapat

manfaat.

i. Tranfusi darah tidak sama dengan “memakan darah”

j. Kerusakan / kerugian akibat tranfusi dapat diperkirakan dan dicegah dengan adanya

kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.

5.1 Transfusi Darah Menurut Kelompok

Menurut kami, donor darah bisa di perbolehkan dan tidak di perbolehkan. Karena

tergantung pada niat an dan tujuan dari kegiatan tersebut. Alasan di perbolehkan,

apabila niat dan tujuannya untuk membantu dan menolong sesama manusia. Misalnya,

seseorang mengalami kekurangan darah setelah menjalani operasi sehingga harus

segera ditolong dengan transfusi darah dari orang lain untuk pemulihan kondisinya.

Alasan tidak diperbolehkan apabila, niat dan tujuan transfusi darah hanya untuk di

perjualbelikan dan untuk bahan percobaan sehingga merugikan recipient.

5.2 Definisi Obat Bius

Obat bius adalah sejenis obat yang digunakan dalam proses pembedahan atau prosedur

lain yang dilakukan oleh dokter. Kegunaan obat bius atau manfaat obat bius adalah

untuk menghilangkan rasa nyeri sehingga mengurangi rasa sakit saat pasien sedang

menjalani pembedahan.

Dari penjelasan tentang pengertian obat bius diatas kemudian didapat satu istilah yaitu

19

Page 20: Seminar Agama

Anestesi atau proses menghilangkan rasa nyeri pada saat pembedahan. Ada beberapa

tipe obat bius atau tindakan pembiusan yang dilakukan pada pasien, diantaranya:

1. Pembiusan total: hilangnya kesadaran total

2. Pembiusan lokal: hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada

sebagian kecil daerah tubuh).

3. Pembiusan regional: hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh

blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.

5.3 Definisi Obat Bius Menurut Sumber Hukum

Dalil Dalil

( 80الشعراء : ) يشفين فهو مرضت وإذا

Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, (As syu’ara :80)

Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra dari nabi saw bahwa ia besabda : " Tidaklah Allah

menurunkan suatu penyakit melainkan Dia menurunkan obat bagiya. " (HR : Bukhari )

Dan dalam riwyat Usamah bin Syarik : " Berobatlah wahai hamba Allah, karna Allah

tidak menimpakan suatu penyakit kecuali Dia pula menjadikan obat baginya, kecuali satu

peyakit, yaitu kematian. ( HR : Bukhari dan Ahmad )

Para Ulama

Dari kalangan madzhab Asy Syafi’iyah, Imam Nawawi Rahimahullah berkata,

“Seandainya dibutuhkan untuk mengkonsumsi sebagian narkotik untuk meredam rasa

sakit ketika mengamputasi tangan, maka ada dua pendapat di kalangan Syafi’iyah. Yang

tepat adalah dibolehkan.”

Al Khatib Asy Syarbini yang juga dari kalangan Syafi’iyah berkata, “Boleh

menggunakan sejenis narkotik dalam pengobatan ketika tidak didapati obat lainnya

walau nantinya menimbulkan efek memabukkan karena kondisi ini adalah kondisi

darurat.”

Kaedah yang digunakan dalam pembolehan ini adalah kaedah fiqih yang berbunyi,

المحظورات تبيح الضرورة“Keadaan darurat membolehkan sesuatu yang terlarang.”

Dari ulama Hanafiyah, Ibnu ‘Abidin berkata, “Al banj (obat bius) dan semacamnya dari

benda padat diharamkan jika dimaksudkan untuk mabuk-mabukkan dan itu ketika

dikonsumsi banyak. Dan beda halnya jika dikonsumsi sedikit seperti untuk pengobatan”.

20

Page 21: Seminar Agama

Dari ulama Syafi’iyah, Ar Romli berkata, “Selain dari minuman yang memabukkan yang

juga diharamkan yaitu benda padat seperti obat bius (al banj), opium, dan beberapa jenis

za’faron dan jawroh, juga ganja (hasyisy), maka tidak ada hukuman had (yang memiliki

ketentuan dalam syari’at) walau benda tersebut dicairkan. Karena benda ini tidak

membuat mabuk (seperti pada minuman keras, pen)”. Begitu pula Abu Robi’ Sulaiman

bin Muhammad bin ‘Umar –yang terkenal dengan Al Bajiromi- berkata, “Orang yang

mengkonsumsi obat bius dan ganja tidak dikenai hukuman had berbeda halnya dengan

peminum miras. Karena dampak mabuk pada narkoba tidak seperti miras. Dan tidak

mengapa jika dikonsumsi sedikit. Pecandu narkoba akan dikenai ta’zir (hukuman yang

tidak ada ketentuan pastinya dalam syari’at).”

5.4 Penggunaan Obat Bius Menurut Islam

Menggunakan obat yang dapat menghilangkan kesadaran untuk sementara waktu dalam

pengobatan luka atau bedah di perbolehkan, karna hilangnya kesadaran dalam keadaan ini

tidak sama dengan seorang yang hilang akal karena mabuk. Tapi ia masuk dalam keadaan

darurat dan darurat bertingkat dengan kadar daruratnya.

Adapun obat bius tidaklah demikian, karena yang memakainya tidaklah menikmatinya

dan tidak merasakan senang dengan obat bius tersebut. Demikian juga obat bius ini

menjadikan orang tidak sadar alias pingsan. Kalau khamr yang memabukkan tidaklah

menjadikiannya pingsan tapi justru dia menikmatinya, sehingga menjadikannya terus

menerus ketagihan terhadap minuman tersebut. (Syaikh Utsaimin, Syarh Bulughul maram,

Kairo, Dar Ibnu al Jauzi, 2008, hlm: 300)

6.1 Pendapat Ahli Kesehatan Mengenai Obat Bius

Menurut dr. Roys A. Pangayoman SpB FinaCS, spesialis bedah Rumah Sakit

Immanuel, Bandung, bius adalah sebuah tindakan yang diambil dokter untuk meredakan rasa

nyeri. Baik yang bersifat lokal atau hanya mematikan rasa pada area tertentu, hingga yang

menidurkan atau menghilangkan kesadaran seseorang. Oleh karena kebutuhan untuk

meredakan rasa nyeri ini sangat subyektif pada masing-masing orang, maka obat bius pun

diciptakan dengan berbagai cara kerja dan penggunaannya.

6.1 Pendapat Kelompok Mengenai Obat Bius

Menurut kami penggunaan obat bius tidak di larang bergantung dari alasan

penggunaannya. Apabila obat bius digunakan sebagai alat memabukkan sebagai Napza, maka

21

Page 22: Seminar Agama

obat bius dilarang karena hal itu mengharamkan. Akan tetapi apabila digunakan sebagai obat

pembius dalam hal pengobatan, obat bius diperbolehkan. Karena hal itu merupakan proses

dari tindakan untuk menolong pasien sebagai tindakan untuk mengurangi rasa sakit.

6.2 Dampak Penggunaan Obat Bius

Menggunakan obat bius memang sudah merupakan kebutuhan untuk tindakan medis

tertentu. Sebagaimana penggunaan obat-obatan, anestesi juga memiliki risiko tersendiri. Bius

lokal, efek samping biasanya merupakan reaksi alergi. Namun, pada anestesi regional dan

umum, Roys menggolongkan efek samping berdasarkan tingkat kejadian.

1.Cukup Sering

Dengan angka kejadian 1 : 100 pasien, prosedur anestesi dapat menyebabkan risiko efek

samping berupa mual, muntah, batuk kering, nyeri tenggorokan, pusing, penglihatan kabur,

nyeri kepala, pusing, penglihatan kabur, nyeri kepala, nyeri punggung, gatal-gatal, lebam di

area injeksi, dan hilang ingatan sementara.

2. Jarang

Pada angka kejadian 1 : 1000 pasien, anestesi dapat berisiko menyebabkan infeksi dada,

beser atau sulit kencing, nyeri otot, cedera pada gigi, bibir, dan lidah, perubahan mood atau

perilaku, dan mimpi buruk.

3. Sangat Jarang

Risiko yang sangat jarang terjadi dengan angka kejadian 1 : 10.000/ 200.000 pasien,

diantaranya dapat menyebabkan cedera mata, alergi obat yang serius, cedera saraf,

kelumpuhan, dan kematian.

Efek samping ini bisa permanen jika sampai menyebabkan komplikasi seperti cedera saraf

yang menyebabkan kelumpuhan. Atau, pada kasus infeksi dada disertai penyakit jantung,

memperbesar risiko komplikasi penyakit jantung lebih serius.

6.3 Definisi Euthanasia

Eutanasia (Bahasa Yunani: eu yang artinya "baik", dan thanatos yang berarti

kematian) adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang

dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya

dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.

22

Page 23: Seminar Agama

Aturan hukum mengenai masalah ini berbeda-beda di tiap negara dan seringkali

berubah seiring dengan perubahan norma-norma budaya maupun ketersediaan perawatan atau

tindakan medis. Di beberapa negara, eutanasia dianggap legal, sedangkan di negara-negara

lainnya dianggap melanggar hukum. Oleh karena sensitifnya isu ini, pembatasan dan

prosedur yang ketat selalu diterapkan tanpa memandang status hukumnya.

Sejak abad ke-19, eutanasia telah memicu timbulnya perdebatan dan pergerakan di

wilayah Amerika Utara dan di Eropa Pada tahun 1828 undang-undang anti eutanasia mulai

diberlakukan di negara bagian New York, yang pada beberapa tahun kemudian diberlakukan

pula oleh beberapa negara bagian.

Setelah masa Perang Saudara, beberapa advokat dan beberapa dokter mendukung

dilakukannya eutanasia secara sukarela.

Kelompok-kelompok pendukung eutanasia mulanya terbentuk di Inggris pada

tahun 1935 dan di Amerika pada tahun 1938 yang memberikan dukungannya pada

pelaksanaan eutanasia agresif, walaupun demikian perjuangan untuk melegalkan eutanasia

tidak berhasil digolkan di Amerika maupun Inggris.

Pada tahun 1937, eutanasia atas anjuran dokter dilegalkan di Swiss sepanjang pasien

yang bersangkutan tidak memperoleh keuntungan daripadanya.

Pada era yang sama, pengadilan Amerika menolak beberapa permohonan dari pasien yang

sakit parah dan beberapa orang tua yang memiliki anak cacat yang mengajukan permohonan

eutanasia kepada dokter sebagai bentuk "pembunuhan berdasarkan belas kasihan".

Pada tahun 1939, pasukan Nazi Jerman melakukan suatu tindakan kontroversial

dalam suatu "program" eutanasia terhadap anak-anak di bawah umur 3 tahun yang menderita

keterbelakangan mental, cacat tubuh, ataupun gangguan lainnya yang menjadikan hidup

mereka tak berguna. Program ini dikenal dengan nama Aksi T4 ("Action T4") yang kelak

diberlakukan juga terhadap anak-anak usia di atas 3 tahun dan para jompo / lansia

.

Eutanasia pada masa setelah perang dunia

Setelah dunia menyaksikan kekejaman Nazi dalam melakukan kejahatan eutanasia, pada

era tahun 1940 dan 1950 maka berkuranglah dukungan terhadap eutanasia, terlebih-lebih lagi

terhadap tindakan eutanasia yang dilakukan secara tidak sukarela ataupun karena disebabkan

oleh cacat genetika.

23

Page 24: Seminar Agama

Eutanasia menurut hukum di berbagai negara

Sejauh ini eutanasia diperkenankan yaitu dinegara Belanda, Belgia serta ditoleransi di

negara bagian Oregon di Amerika, Kolombia dan Swiss dan dibeberapa negara

dinyatakan sebagai kejahatan seperti di Spanyol, Jerman dan Denmark

Belanda

Pada tanggal 10 April 2001 Belanda menerbitkan undang-undang yang mengizinkan

eutanasia. Undang-undang ini dinyatakan efektif berlaku sejak tanggal 1 April 2002,

yang menjadikan Belanda menjadi negara pertama di dunia yang melegalisasi praktik

eutanasia.

Tetapi perlu ditekankan, bahwa dalam Kitab Hukum Pidana Belanda secara formal

euthanasia dan bunuh diri berbantuan masih dipertahankan sebagai perbuatan kriminal.

Sejak akhir tahun 1993, Belanda secara hukum mengatur kewajiban para dokter untuk

melapor semua kasus eutanasia dan bunuh diri berbantuan. Instansi kehakiman selalu

akan menilai betul tidaknya prosedurnya.

Pada tahun 2002, sebuah konvensi yang berusia 20 tahun telah dikodifikasi oleh

undang-undang belanda, dimana seorang dokter yang melakukan eutanasia pada suatu

kasus tertentu tidak akan dihukum.

1) Australia

Negara bagian Australia, Northern Territory, menjadi tempat pertama di dunia dengan

UU yang mengizinkan euthanasia dan bunuh diri berbantuan, meski reputasi ini tidak

bertahan lama. Pada tahun 1995 Northern Territory menerima UU yang disebut "Right of

the terminally ill bill" (UU tentang hak pasien terminal). Undang-undang baru ini

beberapa kali dipraktikkan, tetapi bulan Maret1997 ditiadakan oleh

keputusan Senat Australia, sehingga harus ditarik kembali.

2) Indonesia

Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan yang

melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu

pada Pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa "Barang

siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang

disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12

tahun". Juga demikian halnya nampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan

359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan

eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang

tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun.

24

Page 25: Seminar Agama

Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid Anfasal Moeloek

dalam suatu pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo Selasa 5 Oktober

2004  menyatakan bahwa : Eutanasia atau "pembunuhan tanpa penderitaan" hingga saat

ini belum dapat diterima dalam nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat

Indonesia. "Euthanasia hingga saat ini tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh bangsa

dan melanggar hukum positif yang masih berlaku yakni KUHP.

3) China

Di China, eutanasia saat ini tidak diperkenankan secara hukum. Eutansia diketahui

terjadi pertama kalinya pada tahun 1986, dimana seorang yang bernama "Wang

Mingcheng" meminta seorang dokter untuk melakukan eutanasia terhadap ibunya yang

sakit. Akhirnya polisi menangkapnya juga si dokter yang melaksanakan permintaannya,

namun 6 tahun kemudian Pengadilan tertinggi rakyat (Supreme People's Court)

menyatakan mereka tidak bersalah. Pada tahun 2003, Wang Mingcheng menderita

penyakit kanker perut yang tidak ada kemungkinan untuk disembuhkan lagi dan ia

meminta untuk dilakukannya eutanasia atas dirinya namun ditolak oleh rumah sakit yang

merawatnya. Akhirnya ia meninggal dunia dalam kesakitan.

4) Korea

Belum ada suatu aturan hukum yang tegas yang mengatur tentang eutanasia di Korea,

namun telah ada sebuah preseden hukum (yurisprudensi)yang di Korea dikenal

dengan "Kasus rumah sakit Boramae" dimana dua orang dokter yang didakwa

mengizinkan dihentikannya penanganan medis pada seorang pasien yang menderita

sirosis hati (liver cirrhosis) atas desakan keluarganya. Polisi kemudian menyerahkan

berkas perkara tersebut kepada jaksa penuntut dengan diberi catatan bahwa dokter

tersebut seharusnya dinayatakan tidak bersalah. Namun kasus ini tidak menunjukkan

relevansi yang nyata dengan mercy killing dalam arti kata eutanasia aktif.

Pada akhirnya pengadilan memutuskan bahwa " pada kasus tertentu dari penghentian

penanganan medis (hospital treatment) termasuk tindakan eutanasia pasif, dapat

diperkenankan apabila pasien terminal meminta penghentian dari perawatan medis

terhadap dirinya.

A. EUTHANASIA MENURUT AGAMA ISLAM

  Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut merupakan

anugerah Allah kepada manusia. Hanya Allah yang dapat menentukan kapan seseorang lahir

dan kapan ia mati (QS 22: 66).

25

Page 26: Seminar Agama

QS 2:243

Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum Islam meskipun tidak ada teks

dalam Al Quran maupun Hadis yang secara eksplisit melarang bunuh diri. Kendati demikian,

ada sebuah ayat yang menyiratkan hal tersebut, "Dan belanjakanlah (hartamu) di jalan Allah,

dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,

karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS 2: 195),

Dalam ayat lain disebutkan, "Janganlah engkau membunuh dirimu sendiri," (QS 4:

29), yang makna langsungnya adalah "Janganlah kamu saling berbunuhan."

Dalam Islam segala upaya atau perbuatan yang berakibat matinya seseorang, baik

disengaja atau tidak sengaja, tidak dapat dibenarkan, kecuali dengan tiga alasan, sebagaimana

disebutkan dalam hadis, "Tidak halal membunuh seorang muslim, kecuali karena salah satu

dari tiga alasan, yaitu; pezina mukhsan/sudah berkeluarga, maka ia harus dirajam (sampai

26

Page 27: Seminar Agama

mati); seseorang yang membunuh seorang muslim lainnya dengan sengaja, maka ia harus

dibunuh juga; dan seorang yang keluar dari Islam.”

Kemudian ia memerangi Allah dan Rasul-Nya, maka ia harus dibunuh, disalib, dan

diasingkan dari tempat kediamannya.” (HR. Abu Dawud dan an- Nasa'i dari Aisyah binti Abu

Bakar RA). Segala perbuatan yang berakibat kematian orang lain dimasukkan dalam kategori

perbuatan jarimah/tindak pidana, yang mendapat sanksi hukum. Dengan demikian, eutanasia

karena termasuk salah satu dari jarimah, dilarang oleh agama dan merupakan tindakan yang

diancam dengan hukuman pidana dan seorang Muslim (dokter) yang membunuh seorang

Muslim lainnya (pasien) disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri.

Menurut Dr. Yusuf Qardhawi, MA, (qatl ar-rahmah): tindakan memudahkan kematian

seseorang dengan sengaja tanpa meresakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan

meringankan penderitaan si sakit. Oleh karena itu, euthanasia sering disebut juga dengan

mercy killing (mati dengan tenang)

Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait tahun 1981, dinyatakan

bahwa tidak ada suatu alasan yang membenarkan dilakukannya eutanasia ataupun

pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam alasan apapun juga.

,Eutanasia positif

Yang dimaksud taisir al-maut al-fa'al (eutanasia positif) ialah tindakan memudahkan

kematian si sakit—karena kasih sayang—yang dilakukan oleh dokter dengan

mempergunakan instrumen (alat).

Memudahkan proses kematian secara aktif (eutanasia positif) adalah tidak

diperkenankan oleh syara'. Sebab dalam tindakan ini seorang dokter melakukan suatu

tindakan aktif dengan tujuan membunuh si sakit dan mempercepat kematiannya melalui

pemberian obat secara overdosis dan ini termasuk pembunuhan yang haram hukumnya,

bahkan termasuk dosa besar yang membinasakan.

Perbuatan demikian itu adalah termasuk dalam kategori pembunuhan meskipun yang

mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit dan untuk meringankan penderitaannya.

Karena bagaimanapun si dokter tidaklah lebih pengasih dan penyayang daripada Yang

Menciptakannya.

Karena itu serahkanlah urusan tersebut kepada Allah Ta'ala, karena Dia-lah yang

memberi kehidupan

27

Page 28: Seminar Agama

kepada manusia dan yang mencabutnya apabila telah tiba ajal yang telah ditetapkan-Nya.

Allah Ta’ala berfirman

yang artinya, “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk

membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS.Al-An’am 151)

Adapun jika itu atas permintaan si pasien, maka si pasien itu telah menanggung dosa

yang sangat besar karena dia telah membunuh dirinya atau menyuruh orang lain membunuh

dirinya. Sementara dokter dan pihak keluarga yang rela dengan hal itu semuanya

mendapatkan dosa karena telah meridhai bahkan bekerja sama dalam perbuatan dosa.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya

Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisaa` : 29)

Eutanasia negatif

Eutanasia negatif disebut dengan taisir al-maut al-munfa'il. Pada eutanasia negatif

tidak dipergunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan si sakit,

tetapi ia hanya dibiarkan tanpa diberi pengobatan untuk memperpanjang hayatnya. Hal ini

didasarkan pada keyakinan dokter bahwa pengobatan yang dilakukan itu tidak ada gunanya

dan tidak memberikan harapan kepada si sakit, sesuai dengan sunnatullah (hukum Allah

terhadap alam semesta) dan hukum sebab-akibat.

Di antara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama syara' ialah bahwa

mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut jumhur fuqaha dan

imam-imam mazhab. Bahkan menurut mereka, mengobati atau berobat ini hanya berkisar

pada hukum mubah. Dalam hal ini hanya segolongan kecil yang mewajibkannya seperti yang

dikatakan oleh sahabat-sahabatImam Syafi'i dan Imam Ahmad sebagaimana dikemukakan

oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah, dan sebagian ulama lagi

menganggapnya mustahab (sunnah). Karenanya, hukum euthanasia pasif ini kembalinya

kepada hukum berobat itu sendiri. Apakah berobat itu hukumnya wajib, sunnah, atau mubah.

28

Page 29: Seminar Agama

Jika kita katakan berobat hukumnya wajib, maka berarti menghentikan pengobatan

(euthanasia pasif) hukumnya adalah haram.

Jika kita katakan berobat itu hukumnya sunnah, maka maka berarti menghentikan

pengobatan (euthanasia pasif) hukumnya adalah makruh. Dan jika kita katakan berobat itu

hukumnya mubah (boleh), maka maka berarti menghentikan pengobatan (euthanasia pasif)

hukumnya adalah mubah. Dan telah kami jelaskan pada artikel sebelumnya bahwa berobat

hukumnya adalah sunnah.

Maka jika berobat hukumnya sunnah, maka berarti menghentikan pengobatan adalah

hal yang mubah. Karenanya euthanasia pasif ini hukumnya adalah tidak diharamkan jika

memang sudah dipastikan (atau dugaan besar) si pasien sudah tidak bisa sembuh dan

hidupnya dia hanya akan menambah penderitaannya. Jika si dokter melakukannya maka

insya Allah dia tidak mendapatkan hukuman di akhirat. Hanya saja untuk pelaksanaan

euthanasia pasif ini tetap disyaratkan harus adanya izin dari pasien, atau walinya, atau atau

washi-nya (washi adalah orang yang ditunjuk untuk mengawasi dan mengurus pasien). Jika

pasien tidak mempunyai wali atau washi, maka yang dimintai izin adalah pemerintah.

Wallahu Ta’ala A’lam bishshawab.

Ini hukumnya di akhirat.

Adapun hukum pidana di dunia, maka hukumnya dikembalikan kepada keluarga di pasien.

Dan dalam hal ini keluarga pasien mempunyai 3 opsi:

a.    Memaafkan si dokter dan membebaskannya dari semua tuntutan dan ganti rugi.

b.    Meminta ganti rugi (diyat) kepada si dokter. Dan diyat untuk pembunuhan dengan

sengaja adalah 100 ekor onta atau yang senilai dengannya berupa emas dan perak atau 1000

dinar atau 12.000 dirham menurut pendapat mayoritas ulama. Sementara 1 dinar setara

dengan 4,25 gr emas.

c.    Menuntut si dokter dengan hukuman mati (qishash). Hanya saja perlu diingatkan bahwa

masalah qishash mempunyai beberapa hukum dan masalah tersendiri, yang rinciannya bisa

dilihat dalam buku-buku fiqhi.

Ketiga opsi ini terambil dari firman Allah Ta’ala yang artinya, “Hai orang-orang yang

beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang

merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka

barangsiapa yang mendapat suatu pema’afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema’afkan)

mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada

yang memberi ma’af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu

29

Page 30: Seminar Agama

keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah

itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.” (QS Al-Baqarah : 178)

B. EUTHANASIA MENURUT PANDANGAN ULAMA

1. Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma`ruf Amin mengatakan

bahwa MUI telah lama mengeluarkan fatwa yang mengharamkan dilakukannya tindakan

Euthanasia (tindakan mematikan orang untuk meringankan penderitaan sekarat).

KH MA`ruf Amin di Jakarta mengatakan bahwa euthanasia, menurut fatwa tidak

diperkenankan, karena itu kan melakukan pembunuhan. Euthanasia dalam keadaan aktif

maupun dalam keadaan pasif, menurut fatwa MUI, tidak diperkenankan karena berarti

melakukan pembunuhan atau menghilangkan nyawa orang lain. Euthanasia boleh

dilakukan dalam kondisi pasif yang sangat khusus. Kondisi pasif tersebut, dimana

seseorang yang tergantung oleh alat penunjang kehidupan tetapi ternyata alat tersebut

lebih dibutuhkan oleh orang lain atau pasien lain yang memiliki tingkat peluang hidupnya

lebih besar, dan pasien tersebut keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Sedangkan, kondisi aktif adalah kondisi orang yang tidak akan mati bila hanya

dicabut alat medis perawatan, tetapi memang harus dimatikan. Mengenai dalil atau dasar

fatwa MUI tentang pelarangan "euthanasia", dia menjelaskan bahwa dalilnya secara

umum yaitu tindakan membunuh orang dan karena faktor keputus-asaan yang tidak

diperbolehkan dalam Islam.

30

Page 31: Seminar Agama

Dasar pelarangan euthanasia memang tidak terdapat secara spesifik dalam Al Quran

maupun Sunnah Nabi. Hak untuk mematikan seseorang ada pada Allah SWT. Ketua

komisi fatwa MUI mengatakan, MUI akan menjelaskan dan mengeluarkan fatwa

pelarangan euthanasia tersebut, apabila Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atau institusi

lainnya menanyakan kepada MUI.

2. Menurut Nahdatul Ulama (NU)

Para ulama berpengaruh daripada pertubuhan Nahdatul Ulama (NU) berkata

euthanasia,suatu tindakan yang mereka definsikan sebagai perbuatan mencabut nyawa

seseorang dengan sengaja untuk menamatkan penderitaan seseorang pesakit yang hampir

mati, adalah haram.

Pengharaman atas euthanasia adalah beberapa keputusan yang dibuat oleh para ulama

pada akhir Kongres ke-28 NU. Keputusan yang dibuat oleh para ulama biasanya dianggap

setara dengan fatwa dan dipatuhi oleh pemerintah Indonesia dan berjuta-juta umat Islam

yang menggunakannya sebagai panduan keagamaan

3. Euthanasia menurut pendapat kelompok

Euthanasia merupakan suatu tindakan pembunuhan/ bunuh diri secara sengaja dan

terencana dengan tujuan menghilangkan penderitaan seseorang dari penyakit yang diderita

baik permintaan sendiri maupun keluarga. Tindakan ini mencerminkan bahwa seseorang

tidak menghargai kesempatan hidup yang diberikan oleh Allah SWT dan tidak percaya

dengan ketetapan takdir yang sudah ditentukan Allah SWT atas hidup dan matinya. Padahal

agama islam mengajarkan bahwa seseorang yang menderita penyakit diwajibkan untuk

berusaha mengobati penyakit yang diderita dan tidak boleh berputus asa. Selain itu, jika kita

melakukan tindakan euthanasia, berarti kita telah melakukan dosa besar.

31

Page 32: Seminar Agama

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Inseminasi buatan adalah proses bantuan reproduksi di mana sperma disuntikkan

dengan kateter ke dalam vagina (intracervical insemination) atau rahim

(intrauterine insemination) pada saat calon ibu mengalami ovulasi.

2. inseminasi intravaginal, Inseminasi paraservikal, Inseminasi intraservikal,

Inseminasi intrauterin, Inseminasi intraperitoneal.

3. Tahap pertama, yaitu tahap induksi ovulasi, Tahap kedua, yaitu tahap

pengambilan sel telur, Tahap ketiga, yaitu fertilisasi sel telur, Tahap keempat,

yaitu transfer embrio.

4. Inseminasi buatan dapat membantu dalam kasus ketidaksuburan disebabkan

karena suatu alasan. Oleh karena itu, pertama dan keuntungan utama dari metode

ini adalah membantu dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan hamil.

5. Keberhasilan inseminasi buatan tergantung tenaga ahli di labolatorium, walaupun

prosedurnya sudah benar, bayi dari hasil inseminasi buatan dapat memiliki resiko

cacat bawaan lebih besar daripada dibandingkan pada bayi normal. Penyebab dari

munculnya cacat bawaan adalah kesalahan prosedur injeksi sperma ke dalam sel

telur. Hal ini bisa terjadi karena satu sel sperma yang dipilih untuk digunakan

pada inseminasi buatan belum tentu sehat, dengan cara ini resiko mendapatkan sel

sperma yang secara genetik tidak sehat menjadi cukup besar. Cacat bawaan yang

paling sering muncul antara lain bibir sumbing, down sindrom, terbukanya kanal

tulang belakang, kegagalan jantung, ginjal, dan kelenjar pankreas.

6. Batasannya dirumuskan dengan redaksi yang bermacam-macam. Drh.Djamalin

Djanah mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan inseminasi buatan ialah

“Pekerjaan memasukan mani (sperma atau semen) ke dalam rahim (kandungan)

dengan menggunakan alat khusus dengan maksud terjadi pembuahan”.[17]

7. Teknik Inseminasi Buatan: Fertilasi in Vitro (FIV)

8. Kasus-kasus Inseminasi Buatan : Untuk memperoleh gambaran pelaksanaan

inseminasi buatan, berikut ini dikemukakan beberapa kasus: Tanggal 25 Juli 1978

Ny. Lesley Brown melahirkan seorang anak, Louise Brown, dengan hasil

inseminasi buatan yang diusahakan oleh tim Dr. Patric Steptoe dirumah sakit

Oldham, Inggris, Sperma diambil dari suaminya sendiri. Di Indonesia,

keberhasilan inseminasi buatan ditandai oleh lahirnya Akmal pada 25 Agustus

32

Page 33: Seminar Agama

1987. Ia lahir dari pasangan suami isteri Linda Soekotjo, dengan teknik TAGIT.

Adapun dengan teknik FIV tim bayi tabung Indonesia yang diketahui oleh Dr.

H.Enud J. Surjana dari Fakultas Kedokteran UI menghasilkan kelahiran Dimas

Aldila Akmal Sudiar pada 2 Oktober 1988, dari pasangan suami-isteri Wiwik

Juwari-Sudirman.

9. Permasalahn hokum akibat inseminasi buatan seperti tergambar di atas antara lain:

a. Masalah jumlah sel telur yang harus diambil, karena dalam proses pembuahan

in vitro, sel telur yang diambil lebih dari satu agar terhindar dari kegagalan.

b. Masalah sel telur yang dibuahi itu jika tidak dimusnahkan akan dibekukan

yang suatu saat dapat dipergunakan lagi.

c. Masalah sperma yang dijadikan donor karena berbagai alasan.

d. Masalah ibu pengganti (surrogate motherhood) yang ditempati hasil

pembuahan sperma dan ovum orang lain.

10. Pelaksanaan inseminasi buatan membawa dilemma terutama jika dilakukan

dengan hokum Islam. Menganalisis permasalahan tersebut, yang menyangkut hal-

hal seperti: Pengambilan Bibit dan Pengambilan Sel Telur (Ovum Pick Up =

OPU), Penanaman Bibit (Embryo Transfer), Asal dan Tempat Penanaman Bibit.

11. Menurut kelompok kami inseminasi buatan pada manusia diperbolehkan dengan

beberapa syarat, salah satunya yaitu dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah

yaitu sperma dari suami dan sel ovum dari istri ditanam pada rahim istri tersebut.

Sedangkan pada cara yang lain menurut kami tidak diperbolehkan, seperti

diantaranya Bibit dari Suami-isteri dan ditanamkan pada orang lain, Sperma laki-

laki lain dibuahkan dengan ovum wanita lain dan ditanamkan pada rahim wanita

yang tidak bersuami, Sperma suami yang dibuahkan dengan ovum wanita lain

(donor) dan ditanam pada rahim isteri, Sperma laki-laki lain (donor) dibuahkan

dengan ovum isteri dan ditanamkan pada rahim isteri, Sperma laki-laki lain

(donor) dibuahkan dengan ovum wanita lain (donor) dan ditanamkan pada rahim

isteri, Bibit dari suami-isteri dan dititipkan kepada rahim isteri yang lain (karena

poligami)

12. Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari

satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan

dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar

disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organpembentuk sel

darah merah.

33

Page 34: Seminar Agama

13. Transfusi Darah Menurut Islam

a. Hakekat darah:

• Darah adalah bagian dari badan (anggota badan)

• Memindahkan darah berarti memindahkan anggota badan

b. Ayat-ayat di Al-Qur’an mengenai darah:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi,

dan binatang yang disembelih dengan menyebut selain Alloh. Tetapi barang siapa

dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan

tidak pula melampaui batas maka tidak ada dosa baginya…….” (Al baqoroh :

173)14. Menurut kami, donor darah bisa di perbolehkan dan tidak di perbolehkan. Karena

tergantung pada niat an dan tujuan dari kegiatan tersebut. Alasan di perbolehkan,

apabila niat dan tujuannya untuk membantu dan menolong sesama manusia.

Misalnya, seseorang mengalami kekurangan darah setelah menjalani operasi

sehingga harus segera ditolong dengan transfusi darah dari orang lain untuk

pemulihan kondisinya. Alasan tidak diperbolehkan apabila, niat dan tujuan

transfusi darah hanya untuk di perjualbelikan dan untuk bahan percobaan sehingga

merugikan recipient.

15. Obat bius adalah sejenis obat yang digunakan dalam proses pembedahan atau

prosedur lain yang dilakukan oleh dokter.

16. Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra dari nabi saw bahwa ia besabda : " Tidaklah

Allah menurunkan suatu penyakit melainkan Dia menurunkan obat bagiya. "

(HR : Bukhari ) Dan dalam riwyat Usamah bin Syarik : " Berobatlah wahai hamba

Allah, karna Allah tidak menimpakan suatu penyakit kecuali Dia pula menjadikan

obat baginya, kecuali satu peyakit, yaitu kematian. ( HR : Bukhari dan Ahmad )

17. Menggunakan obat yang dapat menghilangkan kesadaran untuk sementara waktu

dalam pengobatan luka atau bedah di perbolehkan, karna hilangnya kesadaran

dalam keadaan ini tidak sama dengan seorang yang hilang akal karena mabuk.

Tapi ia masuk dalam keadaan darurat dan darurat bertingkat dengan kadar

daruratnya.

18. Menurut dr. Roys A. Pangayoman SpB FinaCS, spesialis bedah Rumah Sakit

Immanuel, Bandung, bius adalah sebuah tindakan yang diambil dokter untuk

meredakan rasa nyeri. Baik yang bersifat lokal atau hanya mematikan rasa pada

area tertentu, hingga yang menidurkan atau menghilangkan kesadaran seseorang.

34

Page 35: Seminar Agama

Oleh karena kebutuhan untuk meredakan rasa nyeri ini sangat subyektif pada

masing-masing orang, maka obat bius pun diciptakan dengan berbagai cara kerja

dan penggunaannya.

19. penggunaan obat bius tidak di larang bergantung dari alasan penggunaannya.

Apabila obat bius digunakan sebagai alat memabukkan sebagai Napza, maka obat

bius dilarang karena hal itu mengharamkan. Akan tetapi apabila digunakan

sebagai obat pembius dalam hal pengobatan, obat bius diperbolehkan. Karena hal

itu merupakan proses dari tindakan untuk menolong pasien sebagai tindakan untuk

mengurangi rasa sakit.

20. Menggunakan obat bius memang sudah merupakan kebutuhan untuk tindakan

medis tertentu. Sebagaimana penggunaan obat-obatan, anestesi juga memiliki

risiko tersendiri. Bius lokal, efek samping biasanya merupakan reaksi alergi.

Namun, pada anestesi regional dan umum, Roys menggolongkan efek samping

berdasarkan tingkat kejadian.

21. praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap

tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal,

biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.

22. Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut

merupakan anugerah Allah kepada manusia. Hanya Allah yang dapat menentukan

kapan seseorang lahir dan kapan ia mati, bunuh diri diharamkan dalam hukum

Islam meskipun tidak ada teks dalam Al Quran maupun Hadis yang secara

eksplisit melarang bunuh diri. Kendati demikian, ada sebuah ayat yang

menyiratkan hal tersebut, "Dan belanjakanlah (hartamu) di jalan Allah, dan

janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat

baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

23. Para ulama berpengaruh daripada pertubuhan Nahdatul Ulama (NU) berkata

euthanasia,suatu tindakan yang mereka definsikan sebagai perbuatan mencabut

nyawa seseorang dengan sengaja untuk menamatkan penderitaan seseorang

pesakit yang hampir mati, adalah haram.

24. Euthanasia merupakan suatu tindakan pembunuhan/ bunuh diri secara sengaja dan

terencana dengan tujuan menghilangkan penderitaan seseorang dari penyakit yang

diderita baik permintaan sendiri maupun keluarga. Tindakan ini mencerminkan

bahwa seseorang tidak menghargai kesempatan hidup yang diberikan oleh Allah

SWT dan tidak percaya dengan ketetapan takdir yang sudah ditentukan Allah

35

Page 36: Seminar Agama

SWT atas hidup dan matinya. Padahal agama islam mengajarkan bahwa seseorang

yang menderita penyakit diwajibkan untuk berusaha mengobati penyakit yang

diderita dan tidak boleh berputus asa. Selain itu, jika kita melakukan tindakan

euthanasia, berarti kita telah melakukan dosa besar.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini, kami selaku penulis sangat menyadari bahwa makalah

yang kami buat ini masih sangat kurang dan terbatas akan informasi yang ada,

sehingga kami sangat mengharapkan saran yang membangun dari para pembaca.

Semoga dengan adanya makalah ini, dapat membantu dan bermanfaat bagi para

pembaca. Selamat membaca…

36