SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL...

19
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Faculty of Educational Sciences Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SEMINAR NASIONAL “Arah, Model, Desain, dan Problematika Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri” Auditorium Utama Harun Nasution Kamis, 2 Mei 2019 SEMINAR NASIONAL ISSN: 2622-0121

Transcript of SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL...

Page 1: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Faculty of Educational Sciences Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SEMINAR NASIONAL“Arah, Model, Desain, dan Problematika Guru

dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri”

Auditorium Utama Harun NasutionKamis, 2 Mei 2019

SEMINAR NASIONAL

ISSN: 2622-0121

Page 2: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PROSIDING

Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah

“Arah, Model, Desain, dan Problematika

Pendidikan Guru dalam Menghadapi

Perkembangan Revolusi Industri”

FITK Press

Page 3: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

“Arah, Model, Desain, dan Problematika Pendidikan Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri”

Copyright © 2019

ISSN : 2622-0121

Edisi: Juni 2019

Pimpinan Redaksi: Ubaid Ridlo

Editor: Meiry Noor Fadilah Azkia Muharom Albantani

Yazid Hady Fatkhul Arifin

Reviewer : Dwi Nanto

Sujiyo Miranto Sita Ratnaningsih

Diterbitkan Oleh: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. H. Juanda no.95 Ciputat Timur, Tangerang Selatan

Telepon/fax. (021) 7443328 Website: www.fitk-uinjkt.ac.id @2019

Hak cipta dilindungi undang-undang dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk

dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

Page 4: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang

telah diberikan kepada kita semua, sehingga buku Prosiding Seminar Nasional Arah, Model,

Desain, dan Problematika Pendidikan Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi

Industri yang dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2019 di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Buku Prosiding ini memuat sejumlah artikel hasil penelitian dan kajian literatur yang

berkaitan dengan:

1) Kebijakan Pendidikan Guru di Era Revolusi 4.0

2) Problem Pendidikan Guru pasca Revolusi Industri

3) Model, Startegi, Metode, dan Media Pembelajaran Abad 21

4) Desain Kurikulum Pendidikan Guru (PPG dalam Jabatan dan PPG Pra Jabatan)

5) Evaluasi Pembelajaran di Era Revolusi Industri

6) Pembelajaran Bahasa di Era Revolusi Industri

7) Peluang dan Tantangan Lulusan LPTK Menghadapi Revolusi Industri

Dalam kesempatan ini kami sampaiakan terimakasih kepada:

1) Pimpinan Fakultas yang telah memfasilitasi semua kegiatan seminar nasional ini

2) Bapak/Ibu panitia seminar nasional yang telah meluangkan waktu, tenaga dan

pemikirannya demi suksesnya kegiatan ini

3) Bapak/Ibu dosen, guru, dan mahasiswa penyumbang artikel hasil penelitian dalam

kegiatan ini

Semoga buku prosiding ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, untuk kepentingan

peningkatan profesionalisme dan kecakapan guru di Era Revolusi 4.0. Disamping itu,

diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi upaya pembangunan bangsa dan negara. Saran

dan kritik membangun tetap kami tunggu demi kesempurnaan buku prosiding ini.

Tim Penyusun

Page 5: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SAMBUTAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL FITK 2019

Assalamu’alakum Wr. Wb.

Alhamdulillah was shalatu wa salamu ’ala rasulillah Muhammad Shallallhu ’alahi wa sallam.

Yang Kami mulyakan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr. Hj. Amani Lubis,

MA

Yang Terhormat Dekan Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan; Dr. Sururin, M. Ag

Yang Terhormat Prof. Dr. Dede Rosyada sebagai Keynote Speech, Prof. Dr. Dinn

Wahyudin, MA, Dr. Abd. Rozak, M.Si, Dr. Khaerudin, dan Direktur Pembelajaran

Kemenristek Dikti sebagai nara sumber.

Juga hadirin peserta seminar dan pengurus Sema, Dema, HMJ, dan HMPS yang berbahagia.

Ya Rabb.. lega rasanya hari ini tanggal 2 Mei 2019 acara ini bisa terlaksana bertepatan

dengan Hari Pendidikan Nasional RI. Seminar Nasional ini bertema:

”Arah, Model, Desain, dan Problematika Pendidikan Guru Dalam Menghadapi

Perkembangan Revolusi Industri.

Bapak, Ibu, dan hadirin yang Berbahagia

Guru merupakan komponen penting dalam proses pendidikan. Apapun kebijakan yang

disusun oleh pemerintah atau pihak berwenang tentang pendidikan, pada akhirnya guru yang

melaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran di sekolah. Seperti apapun sarana yang

dimiliki oleh sekolah/lembaga pendidikan, pada akhirnya guru yang mengelola

penggunaannya. Itulah sebabnya banyak orang menyebut guru sebagai man behind the gun

dalam proses pendidikan. Seiring dengan pemikiran itu, berbagai studi menunjukkan

kontribusi guru terhadap hasil belajar siswa di atas 50% (Hattie, 2008; Mourshed et.al,

2010; Pujiastuti dkk, 2012). Oleh karena itu, sangat tepat amanat pasal 24 Undang-undang

No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyebutkan pemerintah, pemerintah

provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan lembaga penyelenggara pendidikan wajib

memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun dalam

kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan satuan pendidikan anak usia

Page 6: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dini, jalur pendidikan formal, serta untuk menjamin keberlangsungan pendidikan dasar dan

menengah sesuai dengan tanggung jawabnya. Namun faktanya perkembangan revolusi

industri belum dipahami dan integrasikan dalam proses pembelajaran. Kebijakan-kebijakan

pendidikan guru di era revolusi Industri 4.0 masih banyak yang belum difahami guru.

Sehingga menjadi probematika lembaga pendidikan yang perlu menyiapkan guru memiliki

kompetensi sejalan peningkatan revolusi industri. Itulah sekilas dasar argumentasi

pengambilan tema seminar nasional ini.

Kami bersyukur bahwa gagasan kami ini mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat.

Dalam catatan divisi prosiding, Seminar Nasional ini diikuti oleh 120 orang peserta.

Presentasi Call for Paper 60an peserta. Peserta berasal dari berbagai kampus dan Madrasah

antara lain UIN ar-Raniry Banda Aceh, STAIN Gajah Putih Takengon Aceh Tengah, UIN

Jakarta, IIQ, UMJ, UIN Yogyakarta, Universitas Negeri Semarang, UIN Malang, YPI al-

Farisi Bandung, Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, SMAN 28 Tangerang, dan lain

sebagainya. (mohon maaf tidak bisa disebutkan satu persatu)

Atas terselenggaranya acara seminar ini, kami mengucapkan terima kasih atas dukungan

Bapak Ibu semua, terutama:

1. Panitia seminar, (Bu Meiry, Bu Dhian, Bu Lili, Pak Andri, Bu Tri, Bu Mida, Pak

Azki, Pak Yazid, dll), dekanat, dan rektorat

2. Nara sumber, moderator, para peserta seminar

3. Dan berbagai pihak yang tak telah membatu dengan tulus ikhlas

Akhir kata, jika ada yang kurang berkenan, mohon dimaafkan. Selamat mengikuti seminar

nasional dan rangkaian kegiatan pendukungnya. Semoga apa yang kita lakukan hari ini

adalah keberkahan untuk kemajuan kita di masa depan. Amin.

Nasrun Minallahi wa Fathun Qorib

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Page 7: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1-15 PENDIDIKAN GURU MENGHADAPI PERUBAHAN-PERUBAHAN FRAME OF THINKING SISWA ERA INDUSTRI 4.0 Prof. Dr. Dede Rosyada, MA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16-30 ANALISIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Sururin, Mutiara Citra Mahmuda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

31-35 GURU DAN LITERASI PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Fahriany UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

36-45 PENELUSURAN BUDAYA DALAM BERBAHASA: PERSPEKTIF BARU KOMUNIKASI DI ERA INDUSTRI 4.0 Alek UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN PHET COLORADO Fathiah Alatas1, Annisa Fitri Komariah1, Rudinanto2

1FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2SMAN 9 kota Tangerang Selatan

58-69 HUBUNGAN PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA BERDASARKAN GENDER Ilham Mahardika, Burhanudin Milama, Evi Sapinatul Bahriah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

70-76 PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKIDAH AKHLAK MELALUI MODEL MULTIDIMENSIONAL PADA SISWA Khaironi Agustini UIN Syarif Hidatullah Jakarta

77-89 PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK DIGITAL MENGGUNAKAN PIXTON DISERTAI QUIZ PADA KONSEP SISTEM GERAK Khilda Maulida Nur Hidayah, Baiq Hana Susanti, dan Eny Supriyati Rosyidatun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

90-106 PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBNTU MIND MAPPING: PENGARUHNYA TERHADAP RETENSI PADA KONSEP JAMUR Lailah Fauziah, Nengsih Juanengsih, Eny Supriyati Rosyidatun UIN Syarif Hidayatullah Jakarts

107-116 ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERTIPE PISA BERDASARKAN TEORI NOLTING Lia Kurniawati, Gema Aroysi, dan Moria Fatma UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

117-124 PENGGUNAAN COLLABORATIVE LEARNING PADA PENDIDIKAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Luki Yunita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

125-131 MENAKAR PENDIDIKAN GURU ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DARI KERANGKA TEORI ORGANISMIK Maftuhah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Page 8: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2 Mei 2019 “Arah, Model, Desain, dan Problematika Pendidikan Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri”

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ii

132-143 DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENGATASI HAMBATAN EPISTIMOLOGIS PADA KONSEP PROGRAM LINEAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Ines Setiawati Putri, Abdul Muin, dan Ramdani Miftah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

144-157 POMATE PERMAINAN ORIENTASI MOBILITAS UNTUK ANAK TUNA NETRA Mutuanisa Mahda Rena, Mutiara Zara, Ahsanah Maulida UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

158-172 PROBLEM PENDIDIKAN GURU PASCA REVOLUSI INDUSTRI (RANAH KOMPETENSI PENDIDIK PADA BIDANG LITERASI DIGITAL) Nafia Wafiqni1, Siti Nurani2

1UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Tanggerang Selatan

173-187 LULUSAN LPTK: ANALISIS RECIPROCAL ANTARA INSTITUTIONS, SOCIAL NETWORK, COGNITIVE FRAMES Nurochim1, Siti Ngaisah2

1UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2Universitas Indonesia

188-199 PENGEMBANGAN HYPERMEDIA BERBASIS WEB ONLINE PADA KONSEP SISTEM SIRKULASI Muhammad Nurul Fikri, Sujiyo Miranto, Dina Rahma Fadlilah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

200-212 DIGITAL LITERATURE UNTUK PENGAJARAN BAHASA ARAB Qurrotul A’yuni, Adinda Nadia dan Nuril Mufidah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

213-230 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN INFORMATION COMMUNICATION AND TECHNOLOGIES (ICT) DALAM PEMBELAJARAN PADA CALON GURU KIMIA Rahmawati Fauziah, Tonih Feronika, Dedi Irwandi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

231-240 PENGGUNAAN SELF-EFFICACY DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Siti Nuraeni, Tonih Feronika, Luki Yunita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

241-252 STRATEGI PENGEMBANGAN SEKOLAH BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MEMBENTUK GENERASI MUDA YANG PEDULI LINGKUNGAN Sujiyo Miranto UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

253-261 PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN PERGAULAN TEMAN SEBAYA TERHADAP KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA DI SMP BANGUN NUSANTARA TANGERANG Nur Malinah, Tri Harjawati, Jakiatin Nisa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

262-271 PENGARUH LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS KONTEKSTUAL TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA Widya Kusumaningrum, Tonih Feronika, Dedi Irwandi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

272-288 PENGARUH MODEL PROBLEM SOLVING PADA KONSEP SISTEM PERNAPASAN TERHADAP PEMAHAMAN PESERTA DIDIK TENTANG BAHAYA ROKOK Novia Nurhayati, Yanti Herlanti, Eny S. Rosydatun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 9: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2 Mei 2019 “Arah, Model, Desain, dan Problematika Pendidikan Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri”

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

iii

289-301 TANTANGAN MANAJEMEN INSTITUSI PENDIDIKAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Zahruddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

302-313 PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN PDEODE (PREDICT, DISCUSS, EXPLAIN, OBSERVE, DISCUSS, EXPLAIN) BERBANTUAN VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA KONSEP GERAK HARMONIK Nurafifah, Ai Nurlaela UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

314-322 BELAJAR BAHASA ARAB DENGAN METODE CLIL (CONTENT AND LANGUAGE INTEGRATED LEARNING): LAWATAN HALAQAH FAJRIYAH DI PESANTREN Mauidlotun Nisa’ UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

323-334 PENGARUH MEDIA STRIP STORY TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V MI EL-ZIYAN PADA MATA PELAJARAN Fidrayani, Qorihatul Fikriyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

335-364 GRAND DESIGN STRATEGI, MODEL DAN MEDIA PEMBELAJARAN DI ERA INDUSTRI 4.0 Reksiana Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta

Page 10: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Alek

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e-mail: [email protected]

Abstrak. Hubungan antara bahasa dan budaya laksana dua sisi mata uang yang saling melengkapi satu sama

lain. Di samping hubungan bahasa dan budaya, teknologi komunikasi berperan signifikan dalam mewarnai pola

komunikasi di era industri 4.0. Tulisan ini bermaksud menjelaskan tentang unsur-unsur budaya ketika

seseorang berbahasa atau menggunakan bahasanya. Ditinjau dari segi budaya, bahasa merupakan satu dari

unsur kebudayaan. Hubungan keduanya dapat bersifat subordinatif dan koordinaif. Bahasa memiliki fungsi

sebagai alat interaksi manusia di dalam kehidupan bermasyarakat. Karena bahasa digunakan di dalam

kehidupan bermasyarakat, penggunaan dan pemakaian harus mengikuti pola dan norma-norma yang dianut

oleh masyarakat pengguna bahasa itu sendiri. Seiring kemajuan jaman, di era industri 4.0 ini pun memiliki pola

dan budaya komunikasi tersendiri. Di era ini orang dapat berkomunikasi secara tatap muka meskipun berada

di tempat yang jauh. Pola berkomunikasi seperti ini merupakan dampak dari bergesernya budaya komunikasi

yang didukung keajuan teknologi. Selanjutnya sistem dan pola bertutur dan berbahasa berdasarkan norma

budaya disebut etika berbahasa. Sementara etika berbahasa erat kaitan dengan pemilihan kode bahasa, norma-

norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam masyarakat bahasa. Sebagai ikhtisar dari tulisan ini, dapat

disampaikan bahwa sublimasi budaya dalam berbahasa merupakan proses yang berdsifat alamiah. Kajian

tentang topik ini perlu dilakukan secara lebih mendalam, luas, dan kritis di masa akan dating dalam rangka

pegembangan ilmu dan pengetahuan kebahasaan.

Kata Kunci: Bahasa, Budaya, komunikasi, era industri 4.0.

Pendahuluan

Dalam komunikasi menggunakan bahasa, manusia hampir dapat dipastikan bahwa

ketika berbahasa, turut mengekspresikn budaya atau terkadang sering disebut budaya

berbahasa. Seiring perkembangan dan kemajuan jaman, bahasa pun turut mengalami

kemajuan, baik dari aspek cara penggunaan maupun cara mengekpresikan dalam

mengomunikasikan ide, pikiran, dan perasaan penuturnya. Keberagaman cara dan pole

ekspresi ini pula bahasa dapat dikatakan „unik.‟ Keunikan tersebut tampak dari pola

penggunaan dan pemakainnya. Ditinjau dari segi penggunaan, bahasa harus mengikuti

kaidahkaidah yang berlaku di dalam system bahasa itu. Sementara ditinjau dari

pemakaiannya, bahasa dikaji dari konteks di mana bahasa itu digunakan atau dituutrkan oleh

masyarakat pakai bahasa itu sendiri.

Secara terminologi „bahasa‟ dalam bahasa Inggris disebut language. Sementara dalam

bahasa Belanda disebut taal. Lain halnya dalam Jerman, disebut sprache, degankan dalam

bahasa Arab disebut lughatun. Keragaman dan keberbedaan istilah atau penamaan inilah

Page 11: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2 Mei 2019 “Arah, Model, Desain, dan Problematika Pendidikan Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri”

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

37

bahasa disebut dengan arbitrary (mana suka atau suka-suka). Selanjutnya bahasa memiliki

beberapa aspek sesuai dengan pemakainya, jika serasal dari wilayah atau teritori tertentu

sudha barang tentu memiliki pola atau budaya dalam menuturkan suatu kata atau bahkan

makna kata tertentu. Misalnya sebuah kata tertentu tidak serta merta dapat digunakan secara

serampangan tanpa memahami dengan benar kepada siapa kata atau frasa tertentu dapat

digunakan. Kehati-hatian dalam menggunakan kata atau frasa tertentu memiliki makna bahwa

ada unsur lain yang harus dipertimbangkan, seperti aspek budaya.

Menjelaskan unsur kebudayaan memiliki aspek yang sangat luas, sehingga merupakan

konsep bahasa tidaklah mudah didefinisikan apalagi menjadi sebuah definisi yang berterima

secara holistik. Berkenaan dengan hal tersebut, berikut diperikan beberapa definisi bahasa

menurut para ahli, di antaranya Alek dan Ahmad H.P. (2012, p. 3) bahasa adalah sistem

lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk

bekerja sama, berkomunikasi, berinteraksi, mengidentifikasi diri, dan membangun hubungan

yang harmonis. Chaer (2003, p. 30) menyebutkan bahasa adalah alat verbal untuk

komunikasi. Definisi Chaer ini berdasarkan pandangan Barber (1964, p. 21), Wardhaugh

(1997, p. 3), Trager (1949, p. 18), de Saussure (1996, p. 16), dan Bolinger (1975, p. 5),

yang kemudian, Badudu (1989, p. 3) dan Keraf (1984, p. 16) juga sepakat bahwa bahasa

adalah alat komunikasi.

Selanjutnya Chomsky (1957, p. 13) mengatakan bahasa adalah seperangkat kalimat

yang memiliki panjang yang terbatas, dan toap-tiap kalimat disusun dalam unsur-unsur

tertentu. Berbeda dengan Keraf (1997), bahasa merupakan sarana komunikasi di antara

anggota masyarakat penutur bahasa, berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap

manusia. Sementara itu, Koentjoroningrat mendefinisikan bahasa sebagai produk budaya.

Bahasa adalah wadah dan refleksi kebudayaan masyarakat penuturnya. Konsep budaya itu

sendiri hanya dimiliki oleh manusia, karena manusia memiliki akal budi dan dapat tumbuh

dan berkembang sesuai tantangan hidup yang dihadapinya.

Mencermarti beberapa pengertian bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa

merupakan sistem lambang bunyi, simbol, dan tanda-tanda yang bersifat arbitrer (arbitrary)

yang digunakan oleh manusia sebagai alat atau sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi

dengan sesamanya. Komunikasi itu terjadi dalam lingkungan kehidupan manusia sehari-hari

mulai dari keluarga, sekolah, tempat kerja, atau di mana saja tempat manusia itu beraktivitas.

Ditinjau dari kacamata budaya, bahasa termasuk satu dari aspek budaya. Karena ia

merupakan satu dari unsur budaya, maka bahasa memiliki peran dan fungsi sentral bagi

kelangsungan hidup manusia, terutama dalam konteks interaksi sosial. Sebuah bahasa dapat

bertahan dan berkembang di dalam masyarakat tertentu jika masyarakat pakai bahasa itu

sepakat menggunakan dan memakainya secara konsisten dalam berkomunikasi dan

Page 12: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2 Mei 2019 “Arah, Model, Desain, dan Problematika Pendidikan Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri”

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

38

berinteraksi antarsesama penuturnya. Jadi, kebertahanan sebuah bahasa sangat bergantung

pada kesepakan dan kesetiaan masyarakat pakai bahasa itu sendiri.

Pendapat lain dikemukakan oleh Brown dan Yule (1983: 1) bahasa tidak hanya

berfungsi sebagai media komunikasi melainkan sebagai sarana membangun hubungan

antarmitra tutur. Lebih jauh Brown dan Yule, bahasa disebut dengan istilah „transaksional‟

dan „interpersonal‟. Artinya, ada kebiasaan dan kebudayaan dalam menggunakan bahasa

sebagai media/alat berkomunikasi antarkomunitas bahasa.

Budaya merupakan sebuah terminologi yang sangat luas. Mengingat luasnya itulah,

kata budaya didefinisikan dengan bervariasi oleh masing-masing pakar. Pemahaman tentang

konsep budaya dimaksud di sini adalah bukan budaya dalam arti seni seperti musik, sastra

atau seni rupa. Istilah budaya di sini merupakan pengetahuan yang harus diketahui oleh

seseorang yang hidup dalam masyarakat tertentu. Goodenough (di dalam Wardhaugh, 1992,

p. 47) mendefinisikan: “…a society‟s culture consists of whatever it is one has to know or

believe in order to operate in a manner acceptable to its members, and to do so in any role

that they accept for any one of themselves” (budaya masyarakat terdiri atas apa saja yang

harus kita ketahui atau diyakini untuk digunakan dalam pola atau cara yang dapat diterima

oleh anggota penuturnya, dan digunakan dalam konteks atau peran apa pun sehingga mereka

menerima sebagai bagian dari anggota kelompoknya).

Di samping definisi dikemukakan ahli di atas, (Tylor, 1881) mengatakan bahwa

Culture is that complex whole which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and

any other capabilities, and habits acquired by man as a member of society. Berbeda dengan

Tylor, Wardhaugh (1992, p. 67) mendefiniskan “Culture is the „knowledge‟ how that person

must possess to get through the task of daily living.” (budaya adalah 'pengetahuan' bagaimana

seseorang seharusnya mengerjakan atau menyelesaikan tugas dalam kehidupan sehari-hari.)

Berbeda dengan Wardhaugh, kata „budaya‟ (dalam KBBI, 2005, p. 169) adalah pikiran, akal

budi, yang di dalamnya juga termasuk adat istiadat. Dengan demikian, budaya dapat diartikan

sebagai sesuatu yang dihasilkan dari pikiran atau pemikiran. Jika beberapa ahli berpendapat

bahwa bahasa dan pikiran memiliki hubungan timbal-balik, dapat dipahami bahwa pikiran di

sini dimaksudkan sebagai sebuah perwujudan budaya. Dari pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa budaya yang melingkupi sebuah bahasa dan ia memiliki andil yang

sangat besar dalam menentukan wajah dari bahasa itu.

Metode

Dalam makalah ini, penulis melakukan penelaahan secara teoretis tentang konsep-

konsep yang terkait erat dengan aspek kajian atau topik bahasan. Berdasarkan hasil

Page 13: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2 Mei 2019 “Arah, Model, Desain, dan Problematika Pendidikan Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri”

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

39

penelusuran dan pengkajian tersebut dilakukan pembahasan secara detail dan kritis teoretis

untuk menghasilkan simpulan dan selanjutnya diakhiri dengan saran dan implikasi dalam

pengembanga lmu dan pengetahuan terutama dalam aspek bahasa dan budaya berbahasa serta

kajian kebahasaan secara umum.

Pembahasan

Titik Singgung Bahasa dan Budaya

Banyak ahli dan peneliti bahasa sepakat bahwa bahasa dan budaya merupakan dua hal

yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Bahkan mereka sepakat bahwa bahasa adalah

produk budaya pemakai bahasa. Bahkan jauh sebelum kesepakatan para linguis itu muncul,

Sapir-Whorf sepakat bahwa antara bahasa dan budaya memiliki hubungan yang sangat erat

kaitan satu sama lainnya. Kedua pakar ini mengemukakan bahwa “jalan pikiran dan budaya

suatu masyarakat ditentukan atau dipengaruhi oleh struktur bahasanya” (Chaer, 2003, p. 61).

Senada dengan Sapir-Whorf, dan Piaget, merupakan pakar yang berkebangsaan

Perancis, berpendapat bahwa budaya (pikiran) akan membentuk bahasa seseorang. Dari hasil

pengkajian itulah cikal bakal lahirnya teori pertumbuhan kognisi oleh Piaget. Mencermati

pendapat sebelumnya Vigotsky, pakar yang berkebangsaan Rusia, mengatakan bahwa

perkembangan kemampuan bahasa seseorang lebih awal satu tahap kemudian mengalami

kemajuan dari segi pemikiran (budaya) yang selanjutnya kedua aspek tersebut bertemu

sehingga melahirkan apa yang disebut dengan istilah „bahasa berpikir.‟ Senada dengan Ahli

bahasa kenamaan Amerika Noam Chomsky bahwa pengkajian bahasa memiliki hubungan

yang berkaitan erat dengan budaya. Senada dengan Chomsky, Eric Lenneberg mendukung

teori yang dikemukakan oleh Chomsky dan Piaget di atas.

Merujuk pada pendapat para ahli dapat disarikan bahwa bahasa merupakan alat untuk

berkomunikasi di antara komunitas berbahasa. Sebagai alat, sudah barang tentu ada person

atayu komunikan yang menggunakan alat tersebut sehingga ia bermanfaat sebagai penyampai

informasi atau tujuan dari pengguna bahasa tersebut (komnuikasi). Dalam konteks ini

pengguna bahasa adalah manusia (terlepas ada tidaknya kajian yang mengatakan bahwa

bahasa pun digunakan oleh hewan) yang selanjutnya disebut sebagai penutur. Orang yang

mendengar atau yang menjadi mitratutur inilah yang dapat menimbulkan berbagai macam

perilaku atau interpretasi sebagai akibat keberbedaan pola pemikiran di antara para penutur

sehingga melahirkan kebiasaan atau budaya. Budaya dan kebiasaan ini akan berbeda satu sama

lainnya bergantung sungguh pada siapa dan di mana lingkungan masyarakat pakai bahasa itu

berada.

Page 14: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2 Mei 2019 “Arah, Model, Desain, dan Problematika Pendidikan Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri”

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

40

Pada waktu interaksi social terjadi, kita seringkali menemukan bahwa ketika seseorang

menyampaikan atau mengucapkan kata atau kalimat kepada kepada audien atau lawan bicara

seringkali terjadi kesalingtidakpahaman (miscommunication) antara satu dan lainnya.

Kegagalan dalam mengakap atau memahami pesan disampaikan oleh penutur ini dapat

diakibatkan oleh sejumlah sebab, di antaranya beda usia, beda tingkat pendidikan, beda

keluasan dan kedalaman pengetahuan yang dimiliki, beda unsur-unsur bahasa, beda

interpretasi tanda dan marka nonbahasa, beda pola gerakan anggota tubuh, kinestetik, dan

lain-lain. Selain itu, aspek budaya pun erat kaitannya dengan penggunaan dan pemakaian

bahasa. Sebagai contoh, penggunaan pilihan kata (diction), seperti dalam kata “Kamu” dan

“Kau” diucapkan berbeda dalam konteks budaya yang berbeda. Sebutan “Bapak” di negara

yang menggunakan bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggris relatif cenderung tidak

digunakan. Masyarakat penutur bahasa Inggris akan langsung menggunakan sebutan nama

diri/nama orang kepada mitratutur atau audien yang umurnya lebih tua sekalipun. Hal yang

biasa bagi masyarakat penutur bahasa Inggris ini tentu saja berbeda atau bahkan dianggap

tabu jika digunakan oleh penutur bahasa Indoensia atau Melayu.

Contoh seperti dikemukakan di atas akan dianggap kurang sopan atau lebih tabu lagi

jika dipakai komun dalam komunikasi masyarakat Aceh, yang sangat memerhatikan aspek

budaya atau adat istiadatnya dalam sangat menjunjung tinggi dan menghormati orang yang

berumur lebih tua dari penutur. Contoh lainnya dalam bahasa Inggris adalah pada

penggunaan kata „mati‟ yang hanya terdapat ada dua kata saja, yaitu die dan pass away.

Sementara itu, dalam bahasa Indonesia, kata mati memiliki beberapa kata yang bermakna

mirip atau kurang lebih sama dengan maksud kata „mati‟, misal meninggal dunia, wafat,

mangkat, tewas, punah, mampus, lenyap, dan sebagainya.

Pemilihan diksi yang tepat dan sesuai dengan tujuan dan kepentingan interaksi sosial

bergantung sungguh pada budaya yang dianut oleh komunitas pakai bahasa dan lingkungan

di mana bahasa itu dituturkan. Kondisi di atas sejalan dengan pendapat Sumarjan & Partana

(2002, p. 20) bahwa bahasa seringkali persepsikan sebagai entitas produk sosial atau produk

budaya, bahkan dianggap sebagai bagian yang tak dapat dipisahkan dari kebudayaan itu

sendiri. Bahasa sebagai sebuah produk sosial atau budaya, maka bahasa merupakan sarana

untuk menyampaikan dan mengomunikasikan pendapat atau aspirasi sosial, aktivitas, dan

perilaku suatu komunitas bahasa, wadah pemertahanan dan pelestarian budaya termasuk alat

bantu mutakhir sebagai wujud atau hasil pikiran cerdas manusia, berupa berbagai teknologi

canggih yang sekaligus sebagai peradaban seperti diskasikan di era revolusi industry 4.0 saat

ini.

Di samping hal tersebut di atas, bahasa dapat pula dianggap sebagai perwujudan

zamannya. Maksudnya, bahasa itu dalam suatu periode tertentu dapat dianggap

Page 15: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2 Mei 2019 “Arah, Model, Desain, dan Problematika Pendidikan Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri”

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

41

merepresentasikan apa yang terjadi dan berkembang dalam suatu masyarakat, dan bergantung

budaya yang dianut atau dijunjung oleh daerah atau masyarakat bahasa itu sendiri.

Masinambouw (dalam Crista, 2012, p. 1) membahas tentang hubungan antara bahasa

dan budaya, apakah bersifat subordinatif, ataukah bersifat koordinatif. Jika bersifat

subordinatif mana yang menjadi main sistem (sistem atasan) dan mana pula yang menjadi

subsistem (sistem bawahan). Kebanyakan ahli cenderung berkesimpulan bahwa

kebudayaanlah yang menjadi main sistem, sedangkan bahasa hanya merupakan subsistem.

Mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan yang bersifat koordinatif, maksudnya

hubungan kebahasaan dan kebudayaan itu seperti dua buah fenomena yang terkait erat,

seperti hubungan sisi satu dengan sisi yang lain pada sekeping uang logam (Silzer dalam

Crista, 2012, p. 1). Jadi, pendapat ini mengatakan kebahasaan dan kebudayaan merupakan

dua fenomena yang berbeda, tetapi hubungannya sangat erat sehingga tidak dapat dipisahkan,

sejalan dengan konsep Masinambouw. Hal kedua yang menarik dalam hubungan koordinatif

ini adalah adanya hipotesis yang sangat controversial, yaitu hipotesis dari dua pakar linguistik

ternama, yakni Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf. Hipotesis ini dikenal dengan nama

hipotesis Sapir dan Whorf. Hipotesis mereka adalah “bahasa bukan hanya menentukan corak

budaya, melainkan juga menentukan cara dan jalan pikiran manusia; dan oleh karena itu

memengaruhi pula tindak lakunya.

Bahasa dan budaya adalah dua bentuk hasil pemikiran manusia. Banyak ahli yang

mengemukakan teorinya mengenai kaitan antara bahasa dan budaya, satu di antaranya

Willem von Humboldt seorang filosof Jerman, mengatakan “language by its very nature

represents the spirit and national character of a people (bahasa adalah

repesentasi/perwujudan semangat alami dan karakter nasional masyarakat)”(Steinberg dkk.,

2001, p. 244). Tersirat maksud dari definisi yang dikemukakan oleh Humboldt di atas

bahwa setiap bahasa di dunia pasti merupakan perwujudan budaya dari masyarakat

penuturnya. Jadi, pandangan yang dimiliki oleh suatu masyarakat bahasa tertentu akan

tercermin atau terwujud dalam bahasanya. Dan ternyata pendapat Humboldt juga didukung

oleh para linguis ternama seperti Edward Sapir (1929) dan Alfred Korzybski (1933).

Sama halnya dengan apa yang dikemukakan oleh beberapa ahli dan pakar di atas,

Koentjaraningrat (1990, 120) menyarikan bahwa budaya memengaruhi perilaku berbahasa

seseorang atau komunitas bahasa. Makna budaya dalam konteks ini adalah dalam arti luas,

termasuk sifat dan sikap yang dimiliki oleh penutur itu sendiri. Untuk dapat memahami

secara lebih mendalam tentang hubungan antara budaya dan tindak tutur serta menelusuri

keragaman budaya yang ditampakkan dalam berbahasa, sehingga melahirkan pola tindak

tutur yang berbeda, Dalam budaya ke-Indonesiaan, pola tuturan seringkali disampaikan

secara taklangsung atau menggunakan bahasa isyarat atau kias, contoh, di antaranya;

Page 16: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2 Mei 2019 “Arah, Model, Desain, dan Problematika Pendidikan Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri”

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

42

masyarakat tutur bahasa Indonesia jika ada orang memuji, misalnya dengan mengatakan

“Bajumu bagus sekali!” maka yang dipuji akan menjawab pujian itu dengan nada menolak

merendah, misalnya dengan mengatakan “Ah, ini cuma baju murah kok” atau, “Wah rumah

saudara besar sekali,” yang dipuji menjawab “yah, beginilah namanya juga rumah di

kampung!” Akan tetapi sangat berbeda halnya dengan budaya berbahasa Inggris, tujuan dan

maksud penutur seringkali disampaikan secara langsung dan secara verbal, misalnya dalam

budaya Inggris, tentu akan dijawab dengan ungkapan “Terima kasih!” berikut contoh

penggalan percakapan antara dua orang Asing (Barat). Betty: Wow! you look so beautiful

today, Christine! (Wow! kamu kelihatan sangat cantik hari ini, Christine!). Lalu direspon

oleh mitratuturnya yang bernama Christine dengan kalimat: “Really? but I am not so

confident” (Sungguh? Tetapi aku kurang percaya diri). Selanjutnya masih banyak lagi

contoh-contoh lain yang semacam.

Pola Komuniksi di Era Industri 4.0

Hampir dapat dipastikan bahwa teknologi informasi merupakan elemen penting yang

menjadi tolok ukur bagi perkembangan peradaban umat manusia semenjak dahulu hingga

masa kini. Melalui kemajuna teknologi industry ini pula manusia dimanjkan dengan

kemudahan mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan dan

akselerasi tercapaianya tujuan dan cita-cita manusia. Di samping perubahan dan kemajuan

dalam aspek teknologi komunikasi di era industry 4.0 ini, hal yang mengalamai perubahan

dan kemajuan yang cukup fantastis adalah budaya dan proses komuinikasi. Budaya

komnuikasi dimaksudkan di sini adalah munculnya kecenderungan baru daklam

berkomunikasi antarteman sejawat, komunitas, dan bahkan komunikasi dalam keluarga. Kini

dalam sebuah kelaurga misalnya, tiap anggota keluarga sudah memiliki alat komunikasi,

seringkali dijumpai cara berkomunikasi antaranggota keluarga terkadang bersifat taklangsung

dibantu dengan SMS, dan terkadang budaya berkomunikasi tatap muka tidak mesti

dilakukan dalam satu tempat atau ruang, akan tetapi sudah bergeser dengan cara komunikasi

melalui teleconferen nirkabel. Proses komunikasi dimaksud di sini, mencakup pola-pola

penyampaian ide, pikiran, pendapat, dan inspirasi, waktu, jaringan, dan lainnya.

Kehadiran era digital di revolusi industry 4.0 sekaligus menjadi tantangan yang sangat

besar dalam budaya berkomunikasi, karena adanya perubahan secara fundamental, yaitu dari

pola komunikasi yang sebelumnya bersifat cenderung tradisional di era-era sebelumnya ke

pola atau sistem komunikasi yang bersifat interaktif (interactivity), multimedia (multimedia),

dan multikoneksi (hypertext). Hal ini berarti bahwa revolusi media komunikasi hadir tidak

hanya merubah pola komunikasi (communication landscape) melainkan yang jauh lebih

Page 17: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2 Mei 2019 “Arah, Model, Desain, dan Problematika Pendidikan Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri”

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

43

penting adalah terbukanya sistem atau pola komunikasi massa yang memberi ruang

takterbatas, lintas waktu, dan realtime bagi para penggunanya.

Saat ini adalah era industry 4.0, masa di mana peningkatan penggunaan dan keakraban

dengan media komunikasi dalam bentuk teknologi digital menjadi sebuah fenomen yang

menggejala, tumbuh laksana jamur di musim penghujan. Hal yang tidak kalah penting yang

turut serta mengalami perubahan dalam pemakaian dan penggunaanya adalah bahasa. Posisi

bahasa dapat dikaji dari berbagai aspek dan sudut pandang, teruama dari aspek pemakaian

dan penggunaan bahasa secara sosiolinguistik yang cnderung bersifat kualitatif dan tdiak

tertutup kemunkinan dalam bentuk kuantitatif.

Revolusi industri ketiga mengubah pola relasi dan komunikasi masyarakat

kontemporer ke era revolusi industri keempat atau dikenal dengan istilah industri 4.0, di

mana teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya sebagai sebuah peta

perjalanan (roadmap) dan strategi bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, kini

benar-benar memasuki era digital. (https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&as_sdt=

0%2C5&as_vis=1&q=pola+komunikasi+digital+era+industri+4.0&btnG=).

Hal lain yang perlu dikemukakan di dalam makalah ini berkaitan dengan revolusi

industri ke-4 ini adalah adalah kondisi otomatisasi komunikasi yang terjadi dalam semua lini

dan bidang serta konektivitas tanpa batas. Berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, yang

hanya memiliki skala, ruang lingkup, dan kompleksitas yang lebih sempit. Selanjutnya dalam

makalah ini akan dikemukaka sejumlah kemajuan pola dan budaya komunikasi dalam era

revolusi industri 4.0., yang mencakup: (1) dari audiensi ke pengguna (user); (2) dari media ke

isi; (3) dari media satu arah ke multimedia; (4) dari yang bersifat periodic ke real-time; (5)

dari yang sedikit ke berlebihan (abundance); (6) dari pola berbantuan editor ke pola

takberbantuan (social web-portals, mailing lists, e-bulletins, search engines, newsgroups,

forum and weblogs; (7) dari distribusi ke akses; (8) dari komunikasi satu arah ke interaktif;

(9) dari komunikasi yang linier ke hiperteks; dan (10) dari data ke pengetahuan. (Retrieved

from: https://medium.com/@jlori/the-10-new-paradigms-of-communication-in-the-

digital-age-7b7cc9cb4bfb).

Penutup

Bahasa tidak dapat dipisahkan dari keanekaragaman budaya. Ditinjau dari segi budaya, bahasa termasuk satu dari unsur atau aspek kebudayaan, Hubungan antara bahasa dan budaya laksana dua sisi mata uang yang saling melengkapi satu sama lainnya. Hubungan keduanya dapat bersifat subordinatif dan koordinaif. Bahasa memiliki fungsi sebagai alat interaksi manusia di dalam kehidupan bermasyarakat. Karena bahasa digunakan di dalam kehidupan bermasyarakat, penggunaan dan pemakaian harus mengikuti pola dan norma-norma yang

Page 18: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2 Mei 2019 “Arah, Model, Desain, dan Problematika Pendidikan Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri”

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

44

dianut oleh masyarakat pengguna bahasa itu sendiri. Selanjutnya sistem dan pola bertutur dan berbahasa berdasarkan norma-norma budaya disebut etika berbahasa atau tata cara berbahasa. Sementara etika berbahasa erat kaitan dengan pemilihan kode bahasa, norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam masyarakat bahasa. Hipotesis Sapir-Whorf adalah sebuah pernyataan dalam teori linguistik relativitas yang mengatakan bahwa ada hubungan kuat antara bahasa, budaya, dan pikiran seorang penutur.

Sebagai saran kepada pembaca, penulis sampaikan bahwa penelusuran budaya dalam bahasa menjadi tema yang selalu menarik untuk dikaji lebih lanjut, tajam, luas, dan kritis serta komprehensif sehingga pada akhirnya dapat melahirkan asumsi-asumsi, konsep-konsep, dan teori-teori baru mengenai hubungan keduanya pengembangan kompetensi dan performa bahasa.

Pola dan budaya komunikasi di era industry 4.0 saat ini telah merubah wajah komunikasi antarmasyarakat tutur bahasa dengan bantuan alat teknologi mutakhir yang sekaligus memberi kemudahan dan akselerasi tanpa batas, lintas ruang dan waktu serta real-time. Sebagai penutup makalah ini disampaikan saran kepada peneliti dan pemerhati kebahasaan dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan yang memberi nilai tambah bagi kemaslahatan kehidupan manusia diperlukan kearifan dan kebijaksanaan dalam memberdayakan berbagai produk mutakhir di era industri 4.0 menuju bangsa yang mandiri dan mampu bersaing dengan Negara-negara lainnya di masa akan dating.

Daftar Pustaka

Alek dan Ahmad H.P. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Erlangga. Anonim. (2009). Hubungan Bahasa dengan Budaya.

http://anaksastra.blogspot.com/2009/05/hubungan-bahasa-dengan-budaya.html. Diakses pada tanggal 11 Juni 201 7

Austin, J.L. 1992. How to Do Thing With Words. Harvard University Press: Cambridge, Mass. Chaer, Abdul. (2003). Psikolinguistik, Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. Chomsky, Noam (1957), Syntactic Structures, The Hague: Mouton Cohen, Y. et al. (2017) „Assembly system configuration through Industry 4.0 principles: the

expected change in the actual paradigms,‟ IFAC-PapersOnLine. Elsevier B.V., 50(1), pp. 14958–14963. doi: 10.1016/j.ifacol.2017.08.2550.

Crista, Janny. 2012. Bahasa dan Kebudayaan Sosiolinguistik. http://kedaiilmujani.blogspot.com/2012/05/bahasa-dan-kebudayaan-sosiolinguistik.html. Diakses pada Juni 2017.

Easton, M. (2013) The Industrial Revolution - Oxford Big Ideas Geography. Oxford. Available at: https://www.oup.com.au/__data/assets/pdf_file/0017/58031/Oxfords-Big-Ideas-Geography-History-9-ch5-Industrial-revolution.pdf.

Geertz. Clifford. (1973). The Interpretation of Cultures. New York: Bsic Books Inc. Kroeber, A.L., & Kluckhohn, C. (1952). Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions.

Harvard University Peabody Museum of American Archeology and Ethnology Papers 47. Herman, R.N. (2009). Antara Bahasa dan Budaya.

http://lidahtinta.wordpress.com/2009/05/30/antara-bahasa-dan-budaya/. Diakses pada Juni 2017.

Page 19: SEMINAR NASIONALrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46845...46-57 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH PADA KONSEP GERAK HARMONIK SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN

Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2 Mei 2019 “Arah, Model, Desain, dan Problematika Pendidikan Guru dalam Menghadapi Perkembangan Revolusi Industri”

Copyright © 2019| Seminar Nasional Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan | UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

45

Koentjananingrat. (1992). Bunga Rampai: Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hymes, Dell. 1972. Language in Culture and Society. New York: Harper and Row. https://univforum.org/en/article/10-new-paradigms-communication-digital%C2%A0age https://id.wikipedia.org/wiki/Komputasi_awan#Masalah_yang_dihadapi http://herw1n.wordpress.com/2012/10/08/memahami-saas-cloud-computing/ https://www.bernas.id/60821-kenali-ciri-revolusi-industri-40-dan-cari-peluangmu-di-sini.html https://www.artikelsiana.com/2019/01/Revolusi-industri-40-pengertian-ciri-dampak-tantangan-

industri-40.html https://www.artikelsiana.com/2019/01/Revolusi-industri-40-pengertian-ciri-dampak-tantangan-

industri-40.html Montgomery, Martin. (1995). Introduction to Language and Society Studies in Culture. London

and New York and Communication; 2nd Ed. Mursalin, Muhhamad. (2011). Bahasa Sebagai Alat Komunikasi dalam Interaksi Sosial.

http://mursalin90.blogspot.com/2011_10_01_archive.html. Diakses/Diunduh Tanggal 29 April 2019

Nababan. P.W.J. (1984). Sosiolingustik. Jakarta: Gramedia. Nasrullah, R. (2012). Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya Siber. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group. Nurohman, A. (2014). Signifikansi literasi informasi (information literacy) dalam dunia pendidikan

di era global. Jurnal Kependidikan, 2(1), 1-25. Putri, N. P. (2017). Eksistensi Bahasa Indonesia pada Generasi Millennial. Widyabastra: Jurnal

Ilmiah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(1), 45-49. Sapir-Whorf hypothesis (2001-2005). Diunduh Tanggal 29 April 2019 from Wikipedia, the free

encyclopedia Web site: http://www.reference.com/browse/wiki/ Sapir-Whorf_hypothesis.

Sapir-Whorf hypothesis: Politics and etiquette.(2001-2005). Diunduh Tanggal 29 April 2019 from Wikipedia, the free encyclopedia Web site: http://www.reference.com/browse/wiki/ Sapir-Whorf_hypothesis

Sumarsono dan Paina Partana. (2004). Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA (Lembaga Studi Agama, Budaya dan Perdamaian)

Suryadi. (2009). Hubungan Antara Bahasa dan Budaya. Universitas Sumatera Utara (makalah Seminar Nasional Budaya Etnik III, diselenggarakan oleh Univesitas Sumatera Utara, Medan 25 April 2009).

Thomas, Linda dan Shan Wareing. (2007). Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wardhaugh, R. (2002). An introduction to Sociolinguistics (Fourth Ed.). Oxford: Blackwell Publishers.

.