selulit
-
Upload
mayasyafiraa -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
description
Transcript of selulit
![Page 1: selulit](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073121/55cf9207550346f57b92e131/html5/thumbnails/1.jpg)
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Selulit
2.1.1. Definisi
Selulit merupakan masalah kosmetik yang kompleks yang terjadi pada
banyak wanita paskaremaja (Terranova dkk dalam Godoy, 2011). Selulit adalah
perubahan topografi pada kulit yang menampilkan gambaran seperti kulit jeruk
(peau d'orange) atau kasur dikarenakan perubahan metabolisme jaringan lemak
dan mikrosirkulasi yang disebabkan oleh gangguan darah, limfatik, juga ukuran
tubuh yang menyebabkan fibrosklerosis jaringan ikat sehingga menyebabkan
herniasi lemak subkutan ke dermis (Goldman, 2006; Misbah H. Khan 2009).
2.1.2. Epidemiologi
Selulit terjadi pada sekitar 85-95% wanita paskaremaja yang
memperlihatkan derajat selulit yang sama. Prevalensi tersebut terjadi pada wanita
di semua ras tapi paling sering terjadi pada wanita Kaukasian daripada wanita
Asia (Draelos dalam Avram, 2005). Selulit dilaporkan terjadi pada 65% wanita
yang berkisar antara umur 14 - 35 tahun (Goldman, 2006). Selulit jarang terlihat
pada laki-laki dan hampir dimana-mana terjadi pada wanita paskaremaja. Hal ini
dikarenakan perbedaan hormon (Draelos dkk; Pierard dkk dalam Avram 2005).
Selulit sering terlihat pada laki-laki yang kekurangan androgen seperti pada
sindrom Klineferter, hypogonadism, dan pada laki-laki yang menderita kanker
prostat dan mendapat terapi estrogen (Avram, 2005).
2.1.3. Etiologi
Kondisi selulit tidak spesifik terjadi pada wanita yang kelebihan berat
badan, walaupun peningkatan adipogenesis akan memperburuk kondisi ini. Selulit
merupakan masalah yang kompleks yang melibatkan sistem mikrosirkulasi dan
limfatik, juga kelebihan lemak subkutan yang menonjol ke dermis (Pereira;
Universitas Sumatera Utara
![Page 2: selulit](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073121/55cf9207550346f57b92e131/html5/thumbnails/2.jpg)
5
Gurreiro, 2011).
Faktor resiko selulit meliputi jenis kelamin dikarenakan hormon estrogen
pada wanita dapat menyebabkan perangsangan lipogenesis dan menghambat
lipolisis yang mengakibatkan hipertrofi adiposit. Faktor lain karena perbedaan
anatomi kulit pada pria yang memiliki dermis yang lebih tebal (Goldman dkk,
2006). Juga dijumpai perbedaan pada septa lobus lemak (septa: jaringan ikat yang
didalamnya terdapat lobus-lobus lemak) yang pada wanita persentasi septa
prependikular (tegak lurus) ke permukaan kulit lebih besar dari laki-laki. (Barel,
2009).
Gaya hidup, seperti terlalu banyak mengkonsumsi makanan tinggi
karbohidrat yang memprovokasi hiperinsulinemia dan lipogenesis yang
menyebabkan peningkatan kadar lemak dalam tubuh (Khan, 2009).
Posisi yang terus menerus seperti duduk atau berdiri terus-menerus dapat
menghalangi normal aliran darah menyebabkan perubahan mikrosirkulasi pada
area-area yang rentan terhadap selulit (Khan, 2009).
Kehamilan dimana akan meningkatkan hormon-hormon tertentu seperti
prolaktin dan insulin, dan meningkatkan volume cairan secara keseluruhan,
dimana kedua faktor ini mendukung terjadinya selulit dengan cara lipogenesis dan
retensi cairan (Khan, 2009). Prolaktin adalah hormon hipofisis anterior yang
merangsang dan mempertahankan laktasi pada mamalia postpartum. Insulin
adalah hormon protein utama pengatur bahan bakar, disekresikan ke dalam darah
sebagai respon terhadap meningkatnya kadar glukosa atau asam amino darah.
Insulin memacu penyimpanan glukosa dan asam amino, meningkatkan sintesa
protein dan lipid, serta menghambat lipolisis dan glukoneogenesis (Dorland,
1995).
2.1.4. Etiopatogenesis
Diantara faktor-faktor etiopatogenesis yang menyebabkan selulit,
termasuk diantaranya sirkulasi mikro, yang berasal dari stimulasi hormon jaringan
adiposa, dan mempengaruhi interstisial (Khan, 2009).
2.1.4.1. Sirkulasi Mikro
Yang dapat kita temukan pada sel adiposa adalah inti yang bergeser ke
Universitas Sumatera Utara
![Page 3: selulit](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073121/55cf9207550346f57b92e131/html5/thumbnails/3.jpg)
6
arah perifer, lobus lemak yang menempati hampir 90% dari sel, nukleus dan golgi
aparatus di posisi lateral, serat-serat periadiposit arghentophilic dan perikapiler,
diameter kapiler (4 mikrometer) yang mengalir ke dalam lobus adiposit. Karena
lipedema (edema pada lipid), sel-sel adiposit memecah dan mengalami perubahan,
hal ini menyebabkan perubahan jaringan makrovaskular. Karena demikian, pada
sel adiposa akan terjadi kekurangan nutrisi dan mengakibatkan terganggunya
distribusi dari sirkulasi mikro, dan menyebabkan hipertrofi adiposa. Hipertofi
adiposa menyebabkan Renault's network (dibentuk oleh periagentophilic,
perikapiler, dan serat periadiposa, yang akan mendukung terjadinya reaksi
hiperplastik dan hipertopi yang menghasilkan prokolagen). Serat prokolagen yang
baru tersebut nantinya akan menjadi serat kolagen yang akan mengubah adiposit
menjadi mikro dan makronodul. Makronodul dapat teraba ketika dipalpasi.
Pemotongan sagital pada kulit memperlihatkan bagaimana makronodul dan
fibrosis tertarik ke dermis dan menghasilkan gambaran kulit jeruk (peau d'orange)
pada permukaan kulit. Hiperplasia dan hipertropi perikapiler dan serat
argentophilic periadiposit adalah karakteristik gejala penyakit (Khan, 2009).
2.1.4.2. Pengaruh Hormon
Anatomi jaringan lemak termasuk dua lapisan yang dipisahkan oleh fasia
supefisial. Lapisan eksternal pada dermis (lapisan areolar) terdiri dari lapisan
vertikal lemak bulat yang besar (lobus). Lapisan dalam (lapisan pipih) tersusun
secara horizontal dengan sel-sel kecil dan lebih banyak pembuluh darah. Wanita
dan anak-anak cenderung memiliki lapisan areolar tebal. Perkembangan jaringan
lemak selama masa pubertas lebih banyak pada wanita dibanding dengan laki-
laki, hal ini dikarenakan pengaruh hormon estrogen dimana 17-β-estradiol
menstimulasi replikasi jaringan lemak. Metabolisme hormon ini stabil dan
bertahan terhadap lipolisis. Selain itu, estrogen akan bekerja pada α-2 ARS di
jaringan lemak untuk meningkatkan respon antilipolisis. Satu-satunya hormon
yang mempengaruhi lipolisis di jaringan lemak adalah katekolamin (epinefrin dan
norepinefrin, sebagai lipolisis) dan insulin (sebagai antilipolisis). Katekolamin
merangsang respon lipolisis. Regulasi lipolisis oleh katekolamin melibatkan
stimulasi adrenergik reseptor dari adenilat siklase melalui α-2 ARS (β1, β2, β-3-
Universitas Sumatera Utara
![Page 4: selulit](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073121/55cf9207550346f57b92e131/html5/thumbnails/4.jpg)
7
ARS) dan inhibisi oleh α-2 ARS (Khan, 2009).
Jaringan adiposa LPL berkorelasi langsung dengan ukuran sel lemak dan
afinitas terhadap β-AR. Katekolamin menginduksi lipolisis yang dihasilkan oleh
pelepasan LPL yang terlokalisir. Sel lemak perut menunjukan banyak β-AR
dengan ukuran sel yang lebih banyak pada wanita paskamenopause. Di sel gluteal
yang ukurannya lebih, banyak terdapat α-2 AR pada wanita paskamenopause yang
menerima terapi estrogen (Khan, 2009).
2.1.5. Patofisiologi
Terdapat perbedaan yang mencolok pada beberapa literatur mengenai
gambaran mikroanatomi dari selulit, dan patofisiologi dari selulit masih belum
jelas (Pereira; Guerreiro, 2011).
2.1.5.1. Perbedaan struktural dan architectural antara selulit dan lemak
normal
Adanya perubahan jaringan ikat diseluruh dermohypodermal junctions.
Menurut Rosenbaum, adanya pola difusi pada jaringan adiposa ke retikular dermis
yang berefek terhadap efek klinis seperti dimple pada kulit. Namun, Pierard tidak
menemukan adanya hubungan antara tingkatan tonjolan jaringan adiposa ke
retikular dermis dengan efek klinis atau keparahan selulit (Khan, 2009).
Pada selulit ditemukan ketebalan yang tidak merata pada jaringan ikat
septa. Ini terbukti, jika pada daerah suatu kulit dilakukan pencubitan (ditempat
area septa yang menebal) akan terlihat selulit (Khan, 2009).
2.1.5.2. Vaskularisasi Jaringan Selulit
Selulit terjadi berhubungan dengan keadaan vaskularisasi yang memburuk,
khususnya perubahan spingter prekapiler arteriol pada area selulit. Karena
endapan dari GAGs di dinding kapiler dermal dan di dalam substansi antara
kolagen dan jaringan serat elastin. GAGs bersifat hidrofilik, sehingga
menyebabkan peningkatan retensi cairan di dermis, adiposit, dan septa
intralobular sehingga menyebabkan edema, edema ini akan menyebabkan
kompresi pembuluh darah, hipoksia, capillary neoformation yang menyebabkan
microhemorrages (Pereira; Fatima, 2011).
2.1.5.3. Selulit dengan Perubahan Posinflamasi
Universitas Sumatera Utara
![Page 5: selulit](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073121/55cf9207550346f57b92e131/html5/thumbnails/5.jpg)
8
Kligman melaporkan adanya makrofag dan limfosit pada fibrosis septa
ketika dilakukan biopsi pada pasien selulit, yang bisa disebabkan inflamasi yang
menyebabkan atropi dermis. Namun tidak ditemukan adanya bukti inflamasi pada
pasien selulit (Khan, 2009).
2.1.6. Gejala Kinis
Terdapat gambaran kulit jeruk (peau d'orange) dengan cara visualisasi
atau mencubit pada daerah yang rentan seperti bokong, paha, lengan dan juga
perut. Penekanan yang dalam pada kulit menunjukan perbedaan pada mobilitas
jaringan lemak seperti adanya mikro/makronodul dan fibrosklerosis. Kadang
terdapat nyeri ketika dilakukan palpasi yang dalam. Adanya tempratur pada
permukaan kulit yang ireguler, dapat diobservasi dengan termografi. Adanya cold
spots ketika kita menyentuh kulit pada stadium lanjut. Pada pemeriksaan fisik kita
jumpai adanya venous statis dan edema (Barel, 2009).
Selain gambaran kulit jeruk pada kulit, dapat dilihat perubahan lain seperti
kulit jadi lebih sensitif, kram, gelisah pada malam hari, perubahan warna kulit,
kulit kering, ekimosis, edema, dan juga kelelahan (Goldman, 2006).
2.1.7. Stadium Penyakit
Nurnberger dan Muller juga membagi grade selulit berdasarkan temuan
klinis yang didapat:
• Stage 0: tidak terlihat dimple (gambaran seperti lesung pipit) ketika kulit dicubit
• Stage I: terlihat dimple ketika kulit dicubit, namun tidak terlihat kalau tidak
dicubit
• Stage II: terlihat dimple ketika posisi berdiri, namun tidak terlihat ketika
berbaring
• Stage III: perubahan kulit terlihat ketika posisi berdiri ataupun berbaring
(Knobloch,2009)
Sulit untuk mendeteksi selulit pada stadium awal, gambaran kulit jeruk
tidak selalu ada saat kulit dicubit. Gejala klinis lebih jelas terlihat pada stadium
lanjut seperti gambaran kulit jeruk yang permanen, area kulit tersebut lebih
dingin, dan kulit menjadi lebih sensitif (Barel, 2009).
Pada jaringan lemak yang normal, suplai pembuluh darah dan pembuluh
Universitas Sumatera Utara
![Page 6: selulit](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073121/55cf9207550346f57b92e131/html5/thumbnails/6.jpg)
9
limfa masih lancar sebagai penghantaran oksigen dan nutrisi dan membuang sisa
metabolisme (Barel, 2009).
Pada stadium 1 selulit, dinding pembuluh darah lebih permeabel sehingga
menyebabkan perembesan plasma darah dari pembuluh darah ke jaringan adiposa
dan terjadi edema disana. Selain itu mungkin adanya masalah dengan sirkulasi
limfatik sehingga menghambat akumulasi cairan. Pada stadium 2, agregasi sel
adiposa dan amplifikasi jaringan fibrillar pada interkoneksi kolagen sel adiposa
menghambat sirkulasi darah sehingga menyebabkan beberapa hemostasis
(berhentinya alian darah dari pembuluh darah). Di stadium 3, sel adiposa
beragregasi menjadi mikronodul (milimeter) yang dikelilingi oleh serat kolagen.
Pada stadium 4, mikronodul tadi sudah mengalami agregasi menjadi makronodul
(ukuran 2-20mm). Jaringan saraf disana mungkin mengalami penekanan oleh
nodul yang lebih besar, orang dengan selulit yang sudah parah akan sering
menderita nyeri karena kulit menjadi lebih sensitif (Barel, 2009).
2.1.8. Diagnosis
Diagnosis selulit dapat ditegakan dengan cara inspeksi keadaan umum
pasien, apakah terdapat perubahan posisi seperti skoliosis ataupun rotasi yang bisa
menyebabkan gangguan fungsional pada hepar dan ginjal, yang dalam hal estika
menyebabkan selulit. Menentukan Indeks Masa Tubuh pasien (Goldman, 2006).
Palpasi untuk menentukan edema dan elastisitas kulit (Goldman, 2006).
Diagnosis juga dapat dilihat dari gambaran histopatologi, memperlihatkan
gambaran fraktur jaringan adiposa dengan lepasnya trigliserida ke ruang
interselular dan adiposit. Menyebabkan septum terlihat menipis karena terhimpit
oleh lobus-lobus lemak (Brandi, 2001).
2.1.9. Penatalaksanaan
2.1.9.1.Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan itu sendiri dapat memperbaiki ataupun
memperburuk selulit. Pada orang dengan Indeks Masa Tubuh yang tinggi
mengalami penurunan berat badan yang signifikan dan berefek baik terhadap
keparahan selulitnya. Namun, selulit juga memburuk pada orang yang mengalami
dengan meningkatkan penyesuaian kulit/kelonggaran kulit (Khan, 2010).
Universitas Sumatera Utara
![Page 7: selulit](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073121/55cf9207550346f57b92e131/html5/thumbnails/7.jpg)
10
2.1.9.2. Metode Fisik Mekanik dan Panas
Dasar teknik pengobatan dengan memberikan tekanan mekanis (pijatan)
digunakan untuk pengobatan selulit dengan gangguan sirkulasi yang disebut
endermologi.Endermologi bekerja memobilisasi lemak dan meningkatkan aliran
limfatik. Namun tidak berefek banyak terhadap penurunan berat badan dan selulit.
Penurunan keparahan selulit terlihat pada orang yang mengalami penurunan berat
badan dan olahraga (Khan, 2010).
Subsisi adalah metode invasif yang digunakan untuk memperbaiki selulit.
Ini mengurangi pembentukan cekungan kulit dengan memutuskan septa yang
menahan lobus-lobus lemak. Setelah injeksi anestesi lokal dengan jarum ukuran
16 atau 18 dimasukkan ke dalam lemak subkutan dengan arah paralel epidermis
dan septa dipotong (Khan, 2010).
2.1.9.3 Farmakoterapi
Katekolamin seperti aminophilin. Aminophilin menstimulasi aktifitas β-2-
AR dan menyebabkan efek lipolitik lokal. Asam retinoat (retinol 0,3%) digunakan
secara topikal selama 6 bulan atau lebih. Obat ini berperan sebagai anti
adipogenesis dengan menghambat diferensiasi sel-sel lemak manusia (Barel,
2009).
Beberapa preparat lainnya juga terbukti memperbaiki keadaan selulit,
seperti ekstrak tumbuhan seperti teh hijau, anggur, ginkgo biloba, dan centela
asiatica dan xanthine (kafein). Obat pelangsing atau antiselulit ini menstimulasi
aliran darah perifer dan limfatik yang akhirnya menghambat fibrosklerosis lemak
yang dikelilingi matriks kolagen. Suplemen ini bisa digunakan sendiri atau
dikombinasi dengan pijat atau krim topikal. Penggunaan kedua obat yaitu oral dan
topikal memberikan hasil yang lebih baik karena bekerja sinergis dalam
memperbaiki gejala selulit (Barel, 2009).
Terapi carboxy adalah pengobatan karbon dioksida diinjeksikan ke dalam
jaringan subkutan. Pengobatan ini mempengaruhi sel-sel lemak dan sirkulasi.
Obat ini menunjukkan peningkatan elastisitas kulit hingga 55,5% bila
dikombinasikan dengan sedot lemak untuk pengobatan selulit pada paha lateral.
Mekanisme berhubungan dengan peningkatan hiperkapnia dalam aliran darah
Universitas Sumatera Utara
![Page 8: selulit](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073121/55cf9207550346f57b92e131/html5/thumbnails/8.jpg)
11
kapiler, penurunan konsumsi oksigen pada kulit. Efek ini menyebabkan efek
positif pada proses lipolitik oksidatif fisiologis (Khan dkk, 2010).
2.2. Indeks Masa Tubuh
Indeks massa tubuh (IMT) atau indeks Quetelet, ditemukan antara 1830
dan 1850 oleh seorang Belgia yang bernama Adolphe Quetelet ketika
mengembangkan "ilmu fisika sosial". IMT telah digunakan oleh World Health
Organization (WHO) sebagai standar untuk mencatat statistik obesitas sejak awal
1980-an (Garabed; Garrow dalam Olivia, 2011).
Indeks massa tubuh (IMT) adalah berat badan dalam kilogram (kg) dibagi
tinggi dalam meter kuadrat (m2) (Sugondo, 2006). IMT merupakan indikator yang
paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan
lebih dan obesitas pada orang dewasa. IMT dapat memperkirakan jumlah lemak
tubuh yang dapat dinilai dengan menimbang di bawah air (r2 =79%) dengan
kemudian melakukan koreksi terhadap umur dan jenis kelamin (Sugondo dalam
Manik, 2012).
Komposisi tubuh didefinisikan sebagai proporsi relatif dari jaringan lemak
dan jaringan bebas lemak dalam tubuh. Penilaian komposisi tubuh diperlukan
untuk berbagai alasan. Ada korelasi kuat antara obesitas dan peningkatan risiko
berbagai penyakit kronis (penyakit arteri koroner), diabetes, hipertensi, kanker
tertentu, hiperlipidemia. Menilai komposisi tubuh dapat membantu untuk
menetapkan berat badan yang optimal bagi kesehatan dan kinerja fisik (ACSM
dalam Olivia, 2012).
Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan menggunakan persamaan
berat badan dalam kilogram/kuadrat tinggi badan dalam meter. Untuk Asia
Pasifik, WHO mengklasifikasikan IMT menjadi:
Tabel 2.1 Klasifikasi IMT Berdasarkan WHO untuk Asia Pasifik
IMT (kg/m2) Kategori
<18.5 Underweight
18.5 – 22.9 Normoweight
23 – 24.9 Overweight
Universitas Sumatera Utara
![Page 9: selulit](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073121/55cf9207550346f57b92e131/html5/thumbnails/9.jpg)
12
> 25 Obese
Sumber : So; Choi dalam Olivia, 2012
Penggunaan IMT sebagai parameter dalam menentukan total lemak tubuh
seseorang memiliki beberapa keuntungan dan kekurangan dibanding cara yang
lain. Pengukuran IMT dapat memperkirakan total lemak tubuh dengan
perhitungan yang sederhana, cepat, dan murah dalam populasi tertentu.
Pengukuran IMT rutin dilakukan dan sering digunakan dalam studi-studi
epidemiologi. Namun kelemahannya, IMT tidak dapat menjelaskan tentang
distribusi lemak dalam tubuh seperti pada obesitas sentral maupun obesitas
abdominal maupun menggambarkan jaringan lemak viseral. Nilai IMT berbeda
dalam ras/etnis tertentu dan tidak membedakan antara laki-laki maupun
perempuan. Nilai IMT yang tinggi belum tentu karena jaringan lemak tapi dapat
juga karena jaringan otot (Thang et al.; Shakher et al. dalam Olivia, 2012).
2.2.1. Cara Mengukur Indeks Masa Tubuh
Berdasarkan metode pengukuran IMT menurut WHO 2011, untuk
menentukan indeks massa tubuh sampel maka dilakukan dengan cara: sampel
diukur terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan kemudian diukur tinggi
badannya dan dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini:
IMT = Berat Badan (kilogram)
Tinggi Badan (meter)2
Kemudian interpretasikan hasil IMT yang didapat ke dalam tabel klasifikasi IMT
menurut Asia Pasifik di atas (Manik, 2012).
2.3. Hubungan Antara Grading Selulit dengan Indeks Masa Tubuh
Selulit dapat terjadi pada orang dengan Indeks Masa Tubuh tinggi dan
rendah. Mirashed membandingkan secara klinis, grading selulit dengan MRI
diantara orang-orang yang memiliki Indeks Masa Tubuh berbeda-beda dan
menemukan beberapa korelasi yang positif. Orang dengan Indeks Masa Tubuh
lebih tinggi mempunyai struktur jaringan ikat yang lebih lemah sehingga
Universitas Sumatera Utara
![Page 10: selulit](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022073121/55cf9207550346f57b92e131/html5/thumbnails/10.jpg)
13
menyebabkan peningkatan pengeluaran lobus jaringan adiposa melewati
hipodermis. Jumlah pengeluaran lobus jaringan adiposa yang meninggi
menyebabkan dermis semakin menipis. Didapati jaringan adiposa yang lebih tebal
pada orang yang mengalami selulit Pada orang dengan Indeks Masa Tubuh lebih
rendah, menunjukan perbedaan ketebalan jaringan adiposa. Perbedaan yang
signifikan dijumpai dalam hal ketebalan kulit pada orang yang memiliki Indeks
Masa Tubuh lebih rendah (Khan, 2009).
Pada penelitian dr. Speron tahun 2006, dilakukan studi pada 29 wanita
yang terdaftar dalam program penurunan berat badan yang diawasi oleh medis.
Penurunan berat badan ini rata-rata berkisar 2,3 hingga 102 pons. Pada akhir
penelitian, 17 pasien menghasilkan tampilan yang baik di daerah selulit, selulit
terlihat lebih dangkal. Tapi 9 menunjukan hasil yang buruk. Pada beberapa orang
selulit memang tidak benar-benar hilang. Pasien yang mengalami penurunan berat
badan dalam jumlah besar terutama di daerah paha mengalami perbaikan yang
sangat besar, pasien ini merupakan pasien dengan IMT yang awalnya sangat
tinggi dan memiliki selulit yang terparah. Pasien yang selulitnya memburuk
awalnya memiliki IMT yang lebih rendah, kemudian mengalami penurunan berat
badan, namun persentasi lemak di paha tidak menurun (Roberts, 2006).
Universitas Sumatera Utara