SELINTAS TENTANG FILSAFAT ILMU Oleh : Muhammad · PDF fileSELINTAS TENTANG FILSAFAT ILMU Oleh...
Transcript of SELINTAS TENTANG FILSAFAT ILMU Oleh : Muhammad · PDF fileSELINTAS TENTANG FILSAFAT ILMU Oleh...
SELINTAS TENTANG FILSAFAT ILMU
Oleh : Muhammad Afifuddin, S.HI
A. Pengantar
Sampai saat ini, sejarah tentang ilmu adalah sebuah pencapaian
sukses yang luar biasa. Karena ilmu melambangkan proses kumulatif
peningkatan pengetahuan yang kemudian mengalir arus penemuan-
penemuan yang berguna bagi kehidupan manusia.i Walaupun
dikemudian hari kemenangan tersebut menyisakan kecemasan-
kecemasan dikalangan filsuf sendiri berkenaan dengan kemajuan pesat
ilmu pengetahuan yang pada awalnya berada dalam jalur untuk
kesejahteraan manusia kemudian pada perkembangan selanjutnya
cenderung menyengsarakan.ii Ilmu yang merupakan suatu
perwujudan kebudayaan manusiawi yang mengacu kepada aktifitas,
metode, dan pengetahuan serta mempunyai berbagai dimensi dan
sebuah struktur tertentu, iii
Niscaya menjadi tugas bersama bagaimana kemudian
mengendalikan ilmu ini supaya nantinya manusia akan bisa tetap
hidup. Karena ilmu yang bebas nilai cenderung akan menerobos
semua sekat yang ada, yang bisa menyebabkan ketimpangan.
Meskipun pada awalnya filsafat merupakan cara (baca: metode)
untuk menemukan ilmuiv yang asalnya tidak ada menjadi ada, sering
direduksi hanya menjadi sebuah perdebatan-perdebatan pada tataran
idea yang begitu melangit dan tak mau lagi turun ke bumi. v
Akan tetapi bukan berarti bahwa filsafat itu tidak banyak
sumbangsihnya terhadap perkembangan manusia, hampir semua
perubahan-perubahan peradaban selalu disertai dengan dialektika
filsafat didalamnya.vi Tidak jarang dialektika tersebut menyebabkan
perseteruan bahkan sampai kepada pertumpahan darah.vii
B. Pengertian
Dunia filosofis merupakan dunia yang penuh dengan perdebatan
panjang, tidak jarang karena masalah pemahaman saja bisa
memunculkan perdebatan sengit sampai beberapa dekade. Mungkin
saja sebuah teori bisa tepat untuk saat ini akan tetapi kemudian
menjadi basi pada masa yang lain. Bisa saja sebuah teori akan
termentahkan dan memunculkan perdebatan secara langsung melalui
wadah yang bernama bahasa dengan berbagai media yang menjadi
kendaraanya. Kemudian yang terjadi adalah klaim kebenaran menjadi
bagian yang tak terpisahkan dalam proses tersebut dengan berbagai
pembuktian dan proses kreatif.viii
Filsafat secara bahasa berasal dari bahasa Yunani Philosophia, Philos
artinya suka atau kecenderungan terhadap sesuatu, sedangkan Sophia
artinya kebijaksanaan.ix
Terdapat beberapa macam definisi filsafat yang telah
diklasifikasikan berdasarkan watak dan fungsinya :
1. Filsafat adalah merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara
tidak kritis.
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tingi.
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran secara
menyeluruh.
4. Filsafat adalah analsis logis dari bahasa serta penjelasan tentang
arti kata dan konsep.
5. Filsafat adalah sekumpulan problem yang langsung, yang
mendapat perhatian dari manusia yang dicarikan jawabannya
oleh ahli-ahli filsafat.x
Dalam catatan sejarahxi filsafat dimulai oleh Thales sebagai filsafat
jagat raya yang selanjutnya berkembang kearah kosmologis, yang
kemudian menjurus kepada filsafat spekulatif pada Plato dan
metafisika pada Aristoteles.
Setelah peralihan zaman romawi kuno, filsuf romawi kuno Marcus
Tullius Cicero secara sangat singkat mendefinisikan filsafat sebagai
“the Art of life” (pengetahuan tentang hidup).xii
Dalam abad-abad selanjutnya filsafat berkembang melalui dua
jalur, yakni filsafat alam (natural philosophy) dan moral philoshopy yang
menyangkut etika, politik, dan psikologi yang selanjutnya berkembang
menjadi mental dan moral philosophy.xiii
Pada zaman Yunani kuno tidak terdapat pemilahan antara ilmu
dengan filsafat
C. Filsafat Ilmu
Perbincangan mengenai filsafat ilmu mulai merebak pada awal
keduapuluhxiv namun Francis Bacon dapat dikatakan sebagai peletak
dasar filsafat ilmu dalam khazanah bidang filsafat secara umum.xv
Filsafat ilmu sebagaimana ilmu-ilmu yang lain juga memiliki objek
material dan formal, objek material meliputi adalah ilmu pengetahuan
itu sendiri. Sedangkan objek formalnya adalah hakikat ilmu
pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap
problem mendasar ilmu pengetahuan.
Sebagai suatu disiplin, filsafat ilmu berusaha menjelaskan unsur-
unsur yang terlibat dalam proses penelitian ilmiah yaitu prosedur-
prosedur pengamatan, pola argument, metode penyajian dan
perhitungan, perandaian-perandaian metafisik, mengevaluasi dasar-
dasar validitasnya berdasarkan sudut pandang logika formal,
metodologi praktis dan metafisika.xvi
Terdapat beberapa definisi tentang filsafat ilmu diantaranya Robert
Ackerman yang menyatakan filsafat ilmu adalah tinjauan kritis
terhadap pendapat-pendapat ilmiah dibandingkan dengan pendapat-
pendapat masa lampau yang telah dibuktikan.xvii
Secara ringkas dapat dipahami bahwa filsafat ilmu adalah segenap
refleksi terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu pengetahuan maupun hubungan ilmu
dengan segala segi dari kehidupan manusia.xviii
D. Tujuan Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu sebagai cabang khusus filsafat yang membicarakan
tentang sejarah perkembangan ilmu, metode-metode ilmiah, sikap etis
yang harus dikembangkan ilmuwan secara umum mengandung
tujuan sebagai berikut :
1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah,
sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
2. Filsafat merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik
asumsi, dan metode keilmuan.
3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode
keilmuan. Setiap metode ilmiah harus dapat
dipertanggungjawabkan secara logis-rasional.xix
E. Implikasi mempelajari Filsafat Ilmu
Bagi seorang yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan
pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam
maupun ilmu sosial supaya ilmuan memiliki pijakan yang kuat, yang
nantinya terjadi saling menyapa antara ilmu, dan bahkan
memungkinkan terjadinya kerjasama yang harmonis untuk
memecahkan masalah-masalah kemanusiaan.
Menyadarkan seorang ilmuwa agar tidak terjebak kepada pola
piker “menara gading” yakni hanya berpikir dalam bidangnya tanpa
mengaitkannya dengan kenyataan yang ada diluar dirinya. Padahal
setiap aktifitas keilmuwan nyaris tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan sosial-kemasyarakatan.
Endnote
*Penulis merupakan pengajar di Pondok Pesantren Anwar Futuhiyyah i Jerome R. Ravetz,The Philosophy of Science, Oxford University Press, 1982, Terj. Saut
Pasaribu, Filsafat Ilmu, Sejarah dan ruang lingkup, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009, hal. 3.
Teks asli dalam halaman tersebut terdapat pernyataan bahwa kemenangan ilmu
terhadap kebodohan dan takhayul, kalimat ini tidak penulis sebutkan, karena menurut
penulis, ilmu adalah sebuah pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Sedangkan
pengetahuan itu bias berasal dari apapun, bahkan dari takhayul sekalipun. ii Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan beberapa alasan, pertama dosa anak-anak
renaissance yang memisahkan antara aktivitas ilmiah dan dengan nilai-nilai keagamaan
dimasa lalu menjadikan ilmu bergerak tanpa kendali dan cenderung kering dari rambu-
rambu normative. Kedua orientasi akademik yang bergeser dari wilayah keilmuan ke
wilayah pasar yang cenderung profit oriented. Lihat Drs. Rizal Muntasir, M.Hum dkk,
Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007, hal V. iii The Liang Gie, Pengantar Filasafat Ilmu, Yogyakarta, Liberty Yogyakarta, 2007, hal VII. iv Yang tujuan awal ilmu itu untuk kemaslahatan manusia v Filsafat dengan sendirinya terdikotomi pada hal-hal praksis yang dicoba untuk
diideakan, sehingga muncul banyak kajian-kajian filosofis yang terhadap hal-hal empiris
yang mungkin saja kemunculan empiris tersebut adalah sebuah kecelakaan sejarah.
Meskipun sesungguhnya latar belakang ber-pikir-filsafat sangat terkait erat dengan idea-
logi yang terdapat dibelakangnya. vi Seperti rasionalisme, liberalism, kapitalisme, bahkan humanisme. Kebangkitan
humanism yang paling awal ditandai dengan lahirnya gagasan mengenai kebebasan
manusia untuk menentukan nasibnya sendiri yang dikemukakan oleh Eramus. Lihat
Abu Hatsin, MA, Ph.D dalam Islam dan Humanisme, aktualisasi humanisme Islam di tengah
krisis humanisme universal, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007, hal V. vii Tentunya dunia tidak akan lupa bagaimana kemudian komunisme bisa menyebabkan
kehancuran demikian dahsyat. Bagaimana kemudian revolusi industri menyebabkan
sikap-sikap kolonialis dalam peradaban. viii Inyiak Ridwan Munir, Hermeneutika Filosofis Hans-georg Gadamer, Yogyakarta, Ar Ruzz
Media, 2008, hal 5 ix Drs. Rizal Muntasir, M.Hum dkk, Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007, x Ibid, hal 2-3 xi Baca : Konvensional, karena sejarah akan selalu berkembang dan berubah dalam
perspektifnya selama ditemukan bukti-bukti yang baru mengenai sejarah tersebut. xii The Liang Gie, Pengantar Filasafat Ilmu, Yogyakarta, Liberty Yogyakarta, 2007, hal 9 xiii Ibid xiv Kembali bahwa ini adalah pendapat konvensional. Karena bisa saja jauh sebelum itu
Al Ghazali (1058 M), telah meletakan dasar-dasar filsafat ilmu, walaupun belum
tersistematis dalam karyanya Tahaful al Falasifah. Walaupun harus diakui muculnya hal
karya tersebut tidak bersih sama sekali dari unsur politik. Lihat Yudian Wahyudi. P.hD.
Ushul Fikih versus Hermeneutika membaca Islam dari Kanada dan Amerika. Yogyakarta,
Nawasea Press. 2007, hal 9 xv Drs. Rizal Muntasir, M.Hum dkk, Op-cit, hal 43 xvi
Jerome R. Ravetz,The Philosophy of Science, Oxford University Press, 1982, Terj. Saut
Pasaribu, Filsafat Ilmu, Sejarah dan ruang lingkup, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009, hal 85 xvii The Liang Gie, Pengantar Filasafat Ilmu, Yogyakarta, Liberty Yogyakarta, 2007, hal 57
lihat juga Drs. Rizal Muntasir, M.Hum dkk, hal 49 xviii The Liang Gie, hal 61 xix Drs. Rizal Muntasir, M.Hum dkk, hal 51-52, dalam bahasa ringkasnya tujuan filsafat
ilmu adalah untuk menghindari arogansi intelektual.