Self Potential

2
Zona alterasi berikutnya yaitu argilik lanjut yang dicirikan oleh kehadiran silika dan mineral lempung yang cukup masif . Batuan induk (host rock) alterasi ini yaitu lava dasit dan sebagian lava andesit. Kenampakan singkapan alterasi argilik lanjut di lapangan yaitu batuan berwarna abu - putih kecoklatan, berkomposisi silika dan mineral lempung yang lebih masif yang diketahui dari tergoresnya batuan ketika digerus dengan paku. Pada batuan seringkali dijumpai stockwork berupa sulfida dan urat kuarsa yang berukuran panjang 5 – 25 cm dengan lebar 0.5 – 2 cm. Terdapat pula kehadiran mineral sulfur, enargit yang berwarna kehitaman, mineral lempung jarosit yang berwarna oranye, alunit yang berwarna putih susu, dan hematit yang cukup segar. Selanjutnya yaitu alterasi argilik terbentuk pada kisaran temperatur 150-200°C dengan kondisi pH berkisar 3-5. Batuan teralterasi argilik umumnya berwarna putih kecoklatan dengan komposisi penyusun mineral yang relatif lunak. Warna putih menunjukkan kehadiran mineral lempung, biasanya kaolin, sedangkan warna kecoklatan menandakan intensitas proses pelapukan pada alterasi tersebut. Mineral sulfida seperti pirit telah banyak teroksidasi menjadi hematit yang berwarna kuning kecoklatan. Urat dengan panjang mulai dari 10 cm hingga 3 m, dan dengan ketebalan 2 mm – 10 cm, umumnya memiliki orientasi berarah timurlaut – baratdaya. Batuan asal yang mengalami alterasi argilik ini adalah lava dasit dan lava andesit. Zona alterasi propilitik merupakan zona terluar dari setiap sistem alterasi hidrotermal. Alterasi propilitik dicirikan oleh melimpahnya kehadiran klorit dan epidot. Alterasi propilitik terbentuk pada temperatur 100-250° C dengan salinitas yang beragam, pH mendekati netral dan terbentuk pada daerah dengan permeabilitas yang rendah. Batuan induk teralterasi propilitik pada daerah penelitian adalah lava andesit yang dicirikan dengan tekstur faneritik hingga faneroporfiritik, memiliki fenokris berukuran 0.5 – 5 mm, massa dasar < 0.03-0.1mm, holokristalin, tersusun atas hornblenda, piroksen, sedikit kuarsa, epidot, klorit dan mineral opak. Pengamatan mineral bijih pada beberapa sampel menunjukan kehadiran pirit, hematit, magnetit dan sedikit galena. Berdasarkan beberapa analisa paragenesa mineral logam, baik berdasarkan suhu pembentukan dan bentuk kontak antar mineral, dapat diketahui bagaimana urutan pembentukan seluruh mineral logam dan kisaran suhu pembentukan mineralisasi pada daerah penelitian. Urutan mineralisasi bila diurutkan dari yang pertama terbentuk hingga yang paling akhir yaitu : magnetit (Fe 2 O 3 ) – enargit

description

daerah kebon sari magelang

Transcript of Self Potential

Zona alterasi berikutnya yaitu argilik lanjut yang dicirikan oleh kehadiran silika dan mineral lempung yang cukup masif . Batuan induk (host rock) alterasi ini yaitu lava dasit dan sebagian lava andesit. Kenampakan singkapan alterasi argilik lanjut di lapangan yaitu batuan berwarna abu - putih kecoklatan, berkomposisi silika dan mineral lempung yang lebih masif yang diketahui dari tergoresnya batuan ketika digerus dengan paku. Pada batuan seringkali dijumpai stockwork berupa sulfida dan urat kuarsa yang berukuran panjang 5 25 cm dengan lebar 0.5 2 cm. Terdapat pula kehadiran mineral sulfur, enargit yang berwarna kehitaman, mineral lempung jarosit yang berwarna oranye, alunit yang berwarna putih susu, dan hematit yang cukup segar.Selanjutnya yaitu alterasi argilik terbentuk pada kisaran temperatur 150-200C dengan kondisi pH berkisar 3-5. Batuan teralterasi argilik umumnya berwarna putih kecoklatan dengan komposisi penyusun mineral yang relatif lunak. Warna putih menunjukkan kehadiran mineral lempung, biasanya kaolin, sedangkan warna kecoklatan menandakan intensitas proses pelapukan pada alterasi tersebut. Mineral sulfida seperti pirit telah banyak teroksidasi menjadi hematit yang berwarna kuning kecoklatan. Urat dengan panjang mulai dari 10 cm hingga 3 m, dan dengan ketebalan 2 mm 10 cm, umumnya memiliki orientasi berarah timurlaut baratdaya. Batuan asal yang mengalami alterasi argilik ini adalah lava dasit dan lava andesit.Zona alterasi propilitik merupakan zona terluar dari setiap sistem alterasi hidrotermal. Alterasi propilitik dicirikan oleh melimpahnya kehadiran klorit dan epidot. Alterasi propilitik terbentuk pada temperatur 100-250 C dengan salinitas yang beragam, pH mendekati netral dan terbentuk pada daerah dengan permeabilitas yang rendah. Batuan induk teralterasi propilitik pada daerah penelitian adalah lava andesit yang dicirikan dengan tekstur faneritik hingga faneroporfiritik, memiliki fenokris berukuran 0.5 5 mm, massa dasar < 0.03-0.1mm, holokristalin, tersusun atas hornblenda, piroksen, sedikit kuarsa, epidot, klorit dan mineral opak. Pengamatan mineral bijih pada beberapa sampel menunjukan kehadiran pirit, hematit, magnetit dan sedikit galena.Berdasarkan beberapa analisa paragenesa mineral logam, baik berdasarkan suhu pembentukan dan bentuk kontak antar mineral, dapat diketahui bagaimana urutan pembentukan seluruh mineral logam dan kisaran suhu pembentukan mineralisasi pada daerah penelitian. Urutan mineralisasi bila diurutkan dari yang pertama terbentuk hingga yang paling akhir yaitu : magnetit (Fe2O3) enargit (CuAsS) kalkopirit (CuFeS2) galena (PbS) - pirit (FeS2) emas (Au) digenit (Cu9S5) hematit (Fe2O3).

Waktu : 31 Mei 2015 9 Juni 2015 Lokasi : Desa Kebon Sari, Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah.

Peralatan pengambilan data: Digital Voltmeter Elektroda Porouspot Kabel capit buaya Meteran Cangkul Cairan Copper Sulphate ( CuSO4)