SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA

12
70 SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA Linda Ernawatiˡ, Aliza Tresna 2 , Indrya A.R 3 Fakultas Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani E-mail: [email protected] Kata Kunci: Self Compassion, wanita, penyintas kanker payudara ABSTRAK Menerima kenyataan memiliki penyakit kanker payudara bukan suatu hal yang mudah untuk dihadapi, begitupun dengan segala proses pengobatan yang harus dijalani. Hal ini dapat menimbulkan dampak psikologis, salah satunya pada ketidakstabilan emosi para penyintas kanker payudara yang bisa menurunkan daya tahan tubuhnya (Smart, 2010). Oleh karena itu dibutuhkan penerimaan serta kasih sayang pada diri atau Self compassion sehingga para penyintas kanker dapat menerima kondisinya, mengelola kondisi emosi, serta mampu bertahan untuk menuntaskan proses pengobatannya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran self compassion pada penyintas kanker payudara. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kuantitatif. Data didapat dari 50 penyintas kanker dengan teknik accidental sampling menggunakan data demografi dan kuesioner Self Compassion. Diperoleh hasil mayoritas subjek berada pada periode dewasa madya (40 - 60 tahun) dan dewasa awal (20-40 tahun), dengan status sudah menikah dan memiliki anak, tingkat pendidikan pada jenjang SMA dan sebagai ibu rumah tangga. Dari 62% subjek termasuk kategori rendah dan 38% kategori tinggi. Hasil penelitian ditemukan bahwa semakin tinggi tingkat usia wanita penyintas kanker payudara tidak menunjukkan self compassion yang tinggi, wanita dengan status menikah menunjukkan self compassion rendah, semakin banyak jumlah anak self compassion berada pada kategori rendah, dan mayoritas subjek dengan pendidikan menengah ke bawah menunjukkan self compassion yang rendah.

Transcript of SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA

Page 1: SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA

70

SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER

PAYUDARA

Linda Ernawatiˡ, Aliza Tresna2 , Indrya A.R3

Fakultas Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani

E-mail: [email protected]

Kata Kunci:

Self Compassion,

wanita, penyintas

kanker payudara

ABSTRAK

Menerima kenyataan memiliki penyakit kanker payudara bukan suatu hal

yang mudah untuk dihadapi, begitupun dengan segala proses pengobatan

yang harus dijalani. Hal ini dapat menimbulkan dampak psikologis, salah

satunya pada ketidakstabilan emosi para penyintas kanker payudara yang

bisa menurunkan daya tahan tubuhnya (Smart, 2010). Oleh karena itu

dibutuhkan penerimaan serta kasih sayang pada diri atau Self compassion

sehingga para penyintas kanker dapat menerima kondisinya, mengelola

kondisi emosi, serta mampu bertahan untuk menuntaskan proses

pengobatannya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran

self compassion pada penyintas kanker payudara. Jenis penelitian yang

digunakan yaitu penelitian deskriptif kuantitatif. Data didapat dari 50

penyintas kanker dengan teknik accidental sampling menggunakan data

demografi dan kuesioner Self Compassion. Diperoleh hasil mayoritas

subjek berada pada periode dewasa madya (40 - 60 tahun) dan dewasa

awal (20-40 tahun), dengan status sudah menikah dan memiliki anak,

tingkat pendidikan pada jenjang SMA dan sebagai ibu rumah tangga. Dari

62% subjek termasuk kategori rendah dan 38% kategori tinggi. Hasil

penelitian ditemukan bahwa semakin tinggi tingkat usia wanita penyintas

kanker payudara tidak menunjukkan self compassion yang tinggi, wanita

dengan status menikah menunjukkan self compassion rendah, semakin

banyak jumlah anak self compassion berada pada kategori rendah, dan

mayoritas subjek dengan pendidikan menengah ke bawah menunjukkan

self compassion yang rendah.

Page 2: SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA

71

I. PENDAHULUAN

Saat ini kanker merupakan salah satu

masalah kesehatan terpenting di dunia

(Alizadeh et al., 2018). Kanker payudara

menjadi salah satu penyakit yang memiliki

prevalensi tinggi di Indonesia setelah

kanker rahim (Linda Anggorowati, 2013).

Di antara semua jenis kanker, kanker

payudara adalah yang paling sering

didiagnosis di kalangan wanita (DeSantis

dan Jemal, 2014). Jenis penyakit ini

termasuk penyakit berbahaya dan

membutuhkan proses pengobatan yang

berlangsung lama. Faktanya, deteksi

kanker dapat dikaitkan dengan lebih

banyak gangguan emosional dan fisik (Al-

Azri dan Al-Moundhri, 2009; Hack dan

Degner, 2004). Terdapat perbedaan dalam

menyikapi penyakit kanker yang diderita

dan pengobatan yang dijalani. Penting

bagi seseorang yang mengidap penyakit

kronis salah satunya adalah kanker

payudara untuk lebih memahami diri dan

tidak menghakimi diri akan penyakit yang

diderita atau disebut dengan istilah self

compassion. Self compassion pada wanita

penderita kanker payudara dianggap

sebagai kemampuan untuk bersikap baik

terhadap diri sendiri dan menerima saat

menderita penyakit yang menjadi sumber

internal untuk mempengaruhi proses

coping wanita (Raes, 2011). Bukti

menunjukkan bahwa self compassion

masih terkait dengan kesehatan psikologis,

dan sebagai sumber internal yang dapat

membantu seorang wanita saat mengalami

banyak perubahan fisik ketika ia tiba-tiba

terpapar deteksi kanker (Leary dan Hoyle,

2009). Mungkin perubahan citra tubuh

yang begitu cepat akan sangat

memperburuk kemampuan seorang wanita

untuk mengatasi perubahan fisik yang

parah dan berbagai penderitaan (Raes,

2011).

Self compassion memiliki keterkaitan

dengan kesehatan dan kondisi psikologis.

Individu dengan self compassion memiliki

kondisi kesehatan fisik yang lebih baik

(Dunne et al.,2016) termasuk lebih

rendahnya stress yang dirasakan (Allen

dan Leary, 2010; Sirois et al., 2015b).

Berdasarkan hasil penelitian, self

compassion dapat memberikan kekuatan

emosional dan ketahanan agar individu

pulih lebih cepat dari rasa kecewa atau

frustrasi, sehingga bisa mengakui

kekurangan yang dimilikinya, memaafkan

diri serta berusaha untuk meraih potensi

yang dimilikinya (Neff dan Germer,

2011).

Perbedaan gender mempengaruhi

tingkat self compassion seseorang, dimana

laki-laki ditemukan memiliki self

compassion yang lebih tinggi daripada

perempuan (Yarnell et al., 2019).

Perempuan dianggap lebih kritis terhadap

diri mereka sendiri dan lebih sering

menilai diri negative daripada laki-laki.

Dijelaskan pula terkait gender dimana

perempuan lebih sering merenung secara

berulang-ulang, mengganggu dan

merupakan cara berpikir yang tidak dapat

terkendali. Memikirkan hal-hal di masa

lalu dapat mengarahkan munculnya

depresi sedangkan memikirkan peristiwa

di masa depan dapat menimbulkan

kecemasan (NEFF, 2003). Dengan kondisi

psikologis wanita tersebut, penelitian ini

bermaksud untuk melihat bagaimana

kondisi Self Compassion pada wanita

penyintas kanker.

Tinjauan Teoritis

Self compassion memiliki tiga

komponen utama yang masing-masing

bermanfaat untuk mengurangi stress

(NEFF, 2003). Self-Kindness merespon

rasa penolakan, kekecewaan yang

dirasakan dengan memberikan pengertian,

Page 3: SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA

72

sabar, dan menerima. Hal ini dapat

mereduksi emosi negative dan

menafsirkan kembali hal-hal yang memicu

stress dengan memberikan dukungan pada

diri sendiri. Common Humanity mengacu

pada pengakuan bahwa tidak ada orang

yang sempurna, berbuat salah, dan

mengalami kegagalan. Dengan ini,

individu menyayangi dirinya dengan tidak

merasa sendiri karena pengalaman

kegagalan dan tetap bertahan, tetapi

menyadari bahwa itu menjadi bagian dari

pengalaman manusia. Menilai peristiwa

sulit dari perspektif ini kemungkinan besar

akan mengurangi persepsi ancaman yang

berkontribusi pada stres, serta mengurangi

hambatan untuk mencari bantuan pada

saat dibutuhkan (Allen dan Leary, 2010;

Sirois et al., 2015b). Mindfullness dapat

membantu mengurangi stres dengan

meminimalkan perenungan atas aspek

negatif dari suatu peristiwa. Secara

bersama-sama ketiga komponen ini

membantu mengurangi stres dengan

meningkatkan pengaturan diri dan emosi

negative dapat dihasilkan dari kegagalan

dan peristiwa tidak terduga (Neff et al.,

2007a).

Berdasarkan hasil penelitian dari Neff

& Vonk (2009) bahwa self compasssion

terasosiasi secara signifikan dengan

tingkat usia. Latar belakang

keterhubungan ini dianalisis oleh Neff

berdasarkan teori perkembangan Erikson.

Orang-orang yang telah mencapai tahapan

integrity akan lebih menerima kondisi

yang terjadi kepadanya sehingga dapat

memiliki level self compassion lebih

tinggi (Neff, 2011). Tahapan

perkembangan integrity dicirikan dengan

seseorang yang dapat melakukan

penerimaan diri dengan positif.

Hasil penelitian pada negara

Thailand, Taiwan, dan Amerika Serikat

menunjukkan bahwa perbedaan latar

budaya mengakibatkan adanya perbedaan

derajat self compassion. Markus &

Kitayama (1991) dalam Neff (2011),

orang-orang di Asia yang memiliki budaya

collectivistic dikatakan memiliki self-

concept interdependent yang menekankan

pada hubungan dengan orang lain, peduli

kepada orang lain, dan keselarasan dengan

orang lain (social conformity) dalam

bertingkah laku, sedangkan individu

dengan budaya Barat yang individualistic

memiliki self-concept independent yang

menekankan pada kemandirian,

kebutuhan pribadi, dan keunikan individu

dalam bertingkah laku. Karena self

compassion menekankan pada kesadaran

akan common humanity dan keterkaitan

dengan orang lain, dapat diasumsikan

bahwa self compassion lebih sesuai pada

budaya yang menekankan interdependent

daripada independent. Meskipun terlihat

Negara Asia yang merupakan budaya

collectivist dan bergantung dengan orang

lain, namun masyarakat dengan Budaya

Asia lebih mengkritik diri sendiri

dibandingkan masyarakat dengan Budaya

Barat sehingga derajat self compassion

tidak lebih tinggi dari budaya barat.

Perempuan dianggap lebih memiliki

rasa interdependensi mengenai diri dan

lebih empatik daripada laki-laki. Hal ini

menyebabkan perempuan diharapkan

lebih memiliki self compassion daripada

laki-laki. Akan tetapi, pada penelitian

yang lain diketahui bahwa perempuan

cenderung lebih suka mengkritik diri

sendiri dan memiliki coping yang lebih

berupa perenungan jika dibandingkan

dengan laki-laki. Hal ini menyebabkan

perempuan mungkin memiliki self

compassion yang lebih rendah daripada

laki-laki. (Neff, 2011)

Page 4: SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA

73

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif kuantitatif yang dilakukan pada

wanita penyintas kanker payudara yang

sedang menjalani proses pengobatan.

Sampel penelitian diperoleh dengan teknik

accidental sampling pada salah satu rumah

sakit di Kota Bandung. Data diperoleh dari

data demografi dan kuesioner self

compassion pada penyintas kanker yang

diukur dengan menggunakan alat ukur self

compassion dari Neff (2003) yang telah

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

oleh Missiliani, R. Perhitungan nilai

reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach

dan diperoleh nilai sebesar 0.832. Uji

validitas dilakukan dengan menggunakan

Pearson Product Moment dan

membandingkan nilai korelasi yang

diperoleh dengan kriteria dari Freidenders

dan Kaplan (Friedenberg, 1995), diperoleh

26 item valid dengan nilai validitas

berkisar dari 0.552 - 0.772. Data

demografi yang diambil meliputi : usia

subjek, lama menderita, status pernikahan,

jumlah anak, tingkat pendidikan, dan jenis

pekerjaan.

Analisis data menggunakan bantuan

software SPSS versi 20. Hasil pengolahan

data disajikan dalam bentuk prosentase

untuk menggambarkan kategori self

compassion serta crosstab dari kategori

dan data demografi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi kategorisasi tingkat self compassion

Rentang Kategori Frekuensi Persentase

X ≤ 3.55 Rendah 31 62%

3.56 ≤ X Tinggi 19 38%

Ditunjukkan bahwa tingkat kategori self

compassion pada wanita penyintas kanker

payudara sebagian besar berada pada

kategori rendah, artinya wanita penyintas

kanker payudara kurang memahami dan

bersikap baik pada diri saat menghadapi

penyakit kanker yang diderita

Tabel 2. Data Demografi

Kategori

Kategori

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Remaja 4 8 Tidak

Sekolah

1 2

Dewasa Awal 14 28 SD 10 20

Dewasa Madya 25 50 SMP 8 16

Dewasa Akhir 7 14 SMA 20 40

Total 50 100 D3 – S1 9 18

Belum Menikah 3 6 S2 1 2

Page 5: SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA

74

Sudah Menikah 41 82 S3 1 2

Janda 6 12 Total 50 100

Total 50 12 IRT 32 64

Belum/tidak

punya anak 4 8 Buruh

3 6

1 Anak 14 28 Karyawan

Swasta

4 8

2 Anak 23 46 Wiraswasta 2 4

3 Anak 5 10 Pelajar 3 6

4 Anak 3 6 Pengajar 3 6

>4 Anak 1 2 Pensiunan 2 4

Total 50 100 Tenaga

Medis

1 2

Total 50 100

Tabel ini menggambarkan data demografi

dari responden, yaitu sebagian besar

berada pada kategori dewasa madya

dengan kisaran usia 40 – 60 tahun (50%).

Status pernikahan mayoritas sudah

menikah (80%), pada umumnya memiliki

2 anak (46%). Dengan tingkat pendidikan

mayoritas SMA (40%), SD (20%), D3-S1

(18%), dan SMP (16%). Pada umumnya

mayoritas pekerjaan atau aktifitas sebagai

Ibu Rumah Tangga (64%).

Tabel 3. Crosstabulation usia dan tingkat self compassion

Kategori Usia

Kategori Self

Compassion Total

Rendah Tinggi

Remaja 2 2 4

Dewasa Awal 9 5 14

Dewasa Madya 15 10 25

Dewasa Akhir 5 2 7

Total 31 19 50

Secara umum, subjek pada penelitian ini

mayoritas berada pada kategori dewasa

madya. Ditunjukkan bahwa dari

keseluruhan kategori usia dewasa lebih

banyak menunjukkan tingkat self

compassion rendah.

Tabel 4. Crosstabulation status pernikahan dan tingkat self compassion

Status

Pernikahan

Kategori Self

Compassion Total

Rendah Tinggi

Belum Menikah 1 2 3

Sudah Menikah 28 13 41

Page 6: SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA

75

Janda 2 4 6

Total 31 19 50

Dari tabel di atas, ditunjukkan bahwa

wanita dengan status sudah menikah lebih

banyak menunjukkan tingkat self

compassion yang rendah. Sedangkan

wanita yang belum menikah dan wanita

dengan status janda lebih banyak

menunjukkan tingkat self compassion

yang tinggi.

Tabel 5. Crosstabulation jumlah anak dan tingkat self compassion

Jumlah Anak

Kategori Self

Compassion Total

Rendah Tinggi

Belum/tidak

punya anak 2 2 4

1 Anak 8 6 14

2 Anak 14 9 23

3 Anak 5 0 5

4 Anak 1 2 3

>4 Anak 1 0 1

Total 31 19 50

Secara umum, pada subjek penelitian

wanita penyintas kanker didapatkan hasil

bahwa semakin banyak jumlah anak

menunjukkan tingkat self compassion

yang rendah.

Tabel 6. Crosstabulation tingkat pendidikan dan tingkat self compassion

Tingkat

Pendidikan

Kategori Self

Compassion Total

Rendah Tinggi

Tidak Sekolah 0 1 1

SD 8 2 10

SMP 6 2 8

SMA 12 8 20

D3 – S1 3 6 9

S2 1 0 1

S3 1 0 1

Total 31 19 50

Dari kategori tingkat pendidikan,

didapatkan hasil bahwa secara umum

hampir keseluruhan tingkat pendidikan

menunjukkan tingkat self compassion

yang rendah. Hanya pada tingkat

pendidikan D3-S1 dan status tidak

sekolah yang menunjukkan lebih banyak

pada self compassion yang tinggi.

Page 7: SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA

76

Jenis Pekerjaan

Kategori Self

Compassion Total

Rendah Tinggi

IRT 23 9 32

Buruh 2 1 3

Karyawan

Swasta 1 3 4

Wiraswasta 0 2 2

Pelajar 1 2 3

Pengajar 1 2 3

Pensiunan 2 0 2

Tenaga Medis 1 0 1

Total 31 19 50

Dari tabel di atas diperoleh data bahwa

wanita penyintas kanker dengan status

IRT (tidak bekerja) mayoritas

menunjukkan tingkat self compassion

rendah. Dengan kata lain, wanita yang

bekerja dan beraktivitas sebagai pelajar

cenderung memiliki self compassion

tinggi.

Pembahasan

Pada umumnya wanita memiliki

perhatian yang tinggi terhadap citra

tubuhnya, termasuk pada organ feminin

yang dimiliki, salah satunya adalah

payudara. Ketika terjadi permasalahan

yang serius pada organ tersebut atau

mengalami kanker payudara tentunya akan

membuat wanita membutuhkan waktu

untuk bisa menerima, selain karena faktor

resikonya yang berat, penyakit ini pun

dapat menyebabkan kematian. Wanita

dianggap lebih rentan dari sisi emosi dan

lebih banyak berpikir negatif terhadap

sesuatu. Pada wanita yang mengalami

kanker payudara hal ini dianggap dapat

melemahkan kondisi fisik maupun

psikologis yang dimiliki sehingga

memungkinkan ia menunjukkan coping

yang kurang sesuai dan kurang dapat

bertahan pada situasi ini. Dampaknya

pengobatan yang dijalani menjadi tidak

optimal. Penelitian ini, bertujuan untuk

melihat kondisi self compassion pada

wanita penyintas kanker payudara.

Berdasarkan hasil penelitian ini, 62%

wanita penyintas kanker payudara

menunjukkan kondisi self compassion

yang rendah. Hal ini sejalan dengan

penelitian Yarnel et al., (2015) dan

pernyataan Neff (2011) yang menyatakan

bahwa wanita lebih sedikit memiliki rasa

kasihan terhadap diri sendiri atau self

compassion dibandingkan dengan laki-

laki. Dalam penelitian Copeland et al.,

(2011) dijelaskan bahwa wanita

dimungkinkan lebih dipengaruhi oleh

faktor emosi seperti kecemasan dan

depresi yang lebih tinggi sehingga

mengurangi kemampuan atau potensi

sebenarnya dalam melihat situasi kondisi

yang dialami serta ketangguhannya dalam

menghadapi kenyataan yang sebenarnya.

Tabel 7. Crosstabulation jenis pekerjaan dan tingkat self compassion

Page 8: SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA

77

Dari data demografi yang diperoleh

mengenai tingkat usia, wanita penyintas

kanker payudara tidak menunjukkan hasil

yang sejalan dengan penelitian dari Neff &

Vonk (2009) dimana self compassion

terasosiasi secara signifikan dengan

tingkat usia. Dalam penelitian ini

diperoleh data bahwa subjek yang berada

pada tingkat usia yang lebih dewasa

mayoritas menunjukkan kategori self

compassion yang rendah. Artinya pada

tingkat dewasa madya, terutama dewasa

akhir yang semestinya telah mencapai

tahapan integrity menunjukkan belum

dapat menerima kondisi yang terjadi dan

belum sepenuhnya dapat melakukan

penerimaan diri dengan positif.

Hasil lain dalam penelitian ini

diperoleh bahwa mayoritas responden

berada pada tingkat pendidikan SD, SMP,

dan SMA, serta berdasarkan kategori

pekerjaan diperoleh data sebanyak 64%

merupakan Ibu Rumah Tangga. Tingkat

pendidikan cukup berperan dalam hal

mengubah perspektif atau pandangan

seseorang terhadap sesuatu hal serta

bagaimana seseorang bertindak atau

menyikapi sesuatu berdasarkan

pemahaman yang ia miliki. Hal ini

memungkinkan menjadi salah satu hal

yang membuat para wanita penyintas

kanker payudara lebih berfokus pada

penderitaan yang dialami, kurang dapat

melihat sisi positif atau peluang yang ada

guna proses penyembuhannya. Begitupun

dnegan jenis pekerjaan yang dimiliki.

Dapat diasumsikan bahwa wanita yang

bekerja mayoritas menunjukkan self

compassion yang tinggi. Dimana ia

cenderung memiliki area sosial yang lebih

luas yang memungkinkan ia memperoleh

lebih banyak dukungan selain dari

keluarga baik itu berupa perhatian, sumber

informasi guna penguatan diri dan

penerimaan terhadap penyakit yang

dideritanya.

Status pernikahan dan jumlah anak

yang dimiliki juga menjadi perhatian

dalam penelitian ini. Wanita penyintas

kanker dengan status menikah dan dengan

jumlah anak yang semakin banyak,

menunjukkan self compassion yang

rendah. Wanita pada umumnya lebih

banyak memperhatikan kondisi orang lain

daripada dirinya sendiri. Status pernikahan

dan jumlah anak yang dimiliki

memungkinkan menjadi salah satu pemicu

untuk mengkritik dirinya sendiri, lebih

mengkhawatirkan kondisi dan keutuhan

keluarganya sehingga lebih sulit menerima

penyakit yang dideritanya.

IV. KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar wanita dalam penelitian ini

menunjukkan tingkat self compassion

rendah. Data ini menyiratkan bahwa

wanita penyintas kanker membutuhkan

pelatihan mindfulness untuk dapat

membantu mengurangi stres dengan

meminimalkan perenungan atas aspek

negatif dari penyakit yang dideritanya.

Selain itu para wanita penyintas kanker

dapat mengikuti atau tergabung dalam

suatu komunitas guna mengembangkan

perspektif yang dimiliki mengenai

penyakit kanker. Dengan ini

memungkinkan mereka lebih menyayangi

dirinya dan tidak merasa sendiri, dapat

berbagi pengalaman untuk terus bertahan

menjalani proses penyembuhan dan

menerima kondisi yang dialami adalah

bagian dari hidupnya.

V. DAFTAR PUSTAKA

Alizadeh, S., Khanahmadi, S., Vedadhir,

A., & Barjasteh, S. (2018). The

relationship between resilience with self-

Page 9: SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA

78

compassion, social support and sense of

belonging in women with breast cancer.

Asian Pacific Journal of Cancer

Prevention, 19(9), 2469–2474.

https://doi.org/10.22034/APJCP.2018.19.

9.2469

Astuti, L. H. T. 2015. Hubungan Self

Compassion dengan Mental Health pada

Individu Penyintas Gagal Ginjal Kronis.

Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang.

Bernard, L., K., & Curry, J. F. 2011. Self-

compassion : Conseptualization,

correlates & interventions. Review of

Geneal Psychology, 15, Nov.4, 289-303.

Gillbert P. & Procter S. 2006.

Compassionate Mind Training for People

with High Shame and Self-Criticism:

Overview and Pilot Study of a Group

Therapy Approach. Clin. Psychol.

Psychother. 13, 353–379

Gillbert, P & Irons, C. 2004. A pilot

exploration of the use of compassionate

images in a group of self-critical people.

Memory 12(4), 507-516.

Hermawan, I. 2015. Studi Deskriptif

Mengenai Derajat Self Compassion Pada

ODHA di Panti Rehabilitasi “X” di Kota

Bandung. Skripsi. Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha : Bandung

Hidayati, D. S. 2015. Self Compassion and

Loneliness. Jurnal Ilmiah Psikologi

Terapan 3(1) 154-164.

L’Estrange, K., Timulak, K., Kinsella, L.,

& D’Atom, P. 2016. Experiences of

Changes in Self-Compassion Following

Mindfulness-Based Intervention with a

Cancer Population. Mindfulness 7:734–

744

Linda Anggorowati. (2013). Faktor Risiko

Kanker Payudara Wanita. KEMAS: Jurnal

Kesehatan Masyarakat, 8(2), 121–126.

https://doi.org/10.15294/kemas.v8i2.2635

Mariva. I. S. 2018. Studi Deskriptif

Mengenai Adversity Quetient Pada

Penyintas Kanker Payudara di Priangan

Cancer Care. Skripsi. Universitas

Jenderal achmad Yani.

Missiliani, R. 2014. Self compassion and

compassion for other pada Mahasiswa

Fakultas Psikologi UK. Laporan

Penelitian tidak diterbitkan. Bandung:

UK.

Magnus, C., Kowalski, K., & Mchugh, T.,

. 2010. The role of self compassion in

women self determined motives to exercise

and exercise related outcomes. Self and

Identity, 9: 363-382

Neff, K. D. 2003. Development and

validation of a scale to measureself-

compassion. Self and Identity, 2, 223-250.

NEFF, K. (2003). Self-Compassion: An

Alternative Conceptualization of a

Healthy Attitude Toward Oneself. Self and

Identity.

https://doi.org/10.1080/15298860309032

Neff, K. D. 2003. Self-compassion scale

(long). Retrieved from

http://www.selfcompassion.org/selfcomp

assion-scales-for-researchers.html

Neff, K. D. & Germer, C. 2017. Self-

Compassion and Psychological

Wellbeing. In J. Doty (Ed.) Oxford

Handbook of Compassion Science, Chap.

27. Oxford University Press.

Neff, K. D. & Germer, C. 2013. Self-

Compassion in Clinical Practice. Journal

of clinical psychology

:insession,vol.69(8),856–8.

Page 10: SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA

79

Neff, K. D. 2012. The Science of Self

Compassion. Compassion and Wisdom in

Psychoterapy, 79-92. New York:

Guildford Press.

Neff, K. D. & Pommier E. 2013. The

relationship between Self Compassion and

other-focused concern among collage

undergraduates, community adults, and

practicing meditators. Self and Identity 12

(2), 160-176.

Neff, K., Kirkpatrick, K. L., & Rude, S. S.

2007. Self-compassion and adaptive

psychological functioning. Journal of

Research in Personality, 41, 139-154.

Neff, K.. & Vonk, R. 2009. Self-

compassion Versus Global Self-Esteem:

Two Different Ways of Relating to Oneself.

Journal of Personality 77:1

Oetami, F. 2014. Analisis Dampak

Psikologis Pengobatan Kanker Payudara

di RS DR. Wahidin Sudirohsodo Kota

Makassar. Makassar. Universitas

Hasanuddin

Sherman, K. A. & Przezdziecki, A. 2016.

My Changed Body: Background,

development and acceptability of a self

compassion based writing activity for

female survivors of breast cancer. Elsevier

Irreland

Siregar, Ade Rahmawati. 2014.

Gambaran Kualitas Hidup Pada Wanita

Dewasa Awal Penderita Kanker

Payudara. Jurnal Psikologi 2014, Vol 9,

No. 3, hal 82-88.

Septhon, S. & Spiengel, D. 2003.

Circaudian Disruption in Cancer: A

Neuroendocrine-Immune Pathway from

Stress to Disease. Brain, Behavior and

Immunity, 17,321-328.

Terry, M. L., & Leary, M. R. (2011).

Self-compassion, self-regulation, and

health. Self and Identity, 10(3), 352–362.

https://doi.org/10.1080/15298868.2011.5

58404

William, J. G., Stark, S. K., Foster, E. E.

2008. The relationship among self-

compassion, motivation, and

procrastination. American Journal of

Psychological Research. Vol. 4, No. 1 :37-

44.

Yarnell, L. M., Neff, K. D., Davidson, O.

A., & Mullarkey, M. (2019). Gender

Differences in Self-Compassion:

Examining the Role of Gender Role

Orientation. Mindfulness, 10(6), 1136–

1152. https://doi.org/10.1007/s12671-

018-1066-1

Page 11: SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA

80

Page 12: SELF COMPASSION PADA PENYINTAS KANKER PAYUDARA

81