SELASA, 16 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Alur … filemengapa banyak RUU sampai sekarang...

1
K ELAYAKAN sebuah rancangan undang- undang (RUU) un- tuk masuk program legislasi nasional (Prolegnas) baru bisa diketahui, saat DPR bertemu dengan mitra kerja. Di tahap inilah proses legislasi harus dirombak. Hal tersebut dikemukakan Ronald Rofiandri, Direktur Monitoring, Advokasi, dan Jar- ingan, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) kepada Media Indonesia, di Ja- karta, kemarin. “RUU itu baru bisa diketahui barangnya pada saat meka- nisme penjadwalan. Sehingga RUU tanpa naskah akademik leluasa masuk Prolegnas,” ungkapnya. Bukan itu saja, menurut Ro- nald, banyak juga RUU dengan judul yang sama dalam daftar urut Prolegnas. PSHK mene- mukan sejumlah RUU dengan judul yang sama dan RUU yang memiliki kemiripan substansi dalam Prolegnas periode 2005- 2009 (lihat gras). “Jika mekanisme ini masih diterapkan, peluang masuknya RUU dengan judul dan substansi yang mirip, akan terus terjadi. Apalagi RUU usulan pemerintah jauh lebih tertutup,” tegasnya. Selama ini usulan RUU ber- asal dari DPR dan pemerintah. Kepala Badan Pembinaan Hu- kum Nasional (BPHN) Kemen- terian Hukum dan HAM (Ke- menkum dan HAM) Wicipto Setiadi mengungkapkan, se- bagian besar RUU yang men- jadi prioritas Prolegnas tahun ini baru sekadar judul tanpa rancangan yang jelas. Di antara RUU yang masih berupa judul saja, ungkap Wicipto, adalah RUU Desa dan RUU mengenai Pemilihan Umum Kepala Daerah. RUU Desa sebelumnya ada- lah inisiatif DPR. Namun, ke- mudian menjadi usulan pe- merintah karena usulan DPR dinilai belum lengkap. Kedua RUU itu adalah peca- han dari Undang-Undang No- mor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. “Sampai sekarang, saya belum melihat itu sudah ada naskah akademik atau RUU-nya.” Minimnya naskah akademik itu menjadi salah satu penyebab mengapa banyak RUU sampai sekarang terkatung-katung. Un- tuk itulah, pihaknya berencana memperketat seleksi RUU yang diusulkan dalam Prolegnas mulai 2011, khususnya usulan- usulan RUU yang berasal dari inisiatif pemerintah. Ada empat syarat yang akan diverikasi dengan memasti- kan adanya rancangan naskah akademik, draf rancangan, dokumentasi pembahasan de- ngan kementerian terkait, dan proses harmonisasi. Wicipto berharap pola seleksi RUU dengan empat syarat baru itu juga dilakukan oleh kala- ngan DPR. “Secara resmi, be- lum. Tapi kalau di forum-forum lain, saya sering mengatakan selektif tidak hanya di peme- rintah, tapi di DPR juga.” Selain merombak proses seleksi RUU yang masuk ke Prolegnas, ia juga mengingat- kan DPR untuk bersikap reali- stis dalam menentukan target Prolegnas. Idealnya, cukup dibahas 30 RUU setiap tahun. “Sebelas komisi dikali dua RUU, jadi 22 RUU. Kemudian ada Badan Legislasi dan alat kelengkapan lainnya, dihitung semuanya dua RUU. Nah, 30 RUU itu ideal,” jelasnya. Hingga kini, baru 14 yang selesai dibahas. Dari 70 RUU itu, sebanyak 32 RUU meru- pakan inisiatif pemerintah. Wicipto beralasan, sebagian besar RUU itu adalah warisan dari Prolegnas tahun sebelum- nya, seperti RUU KUHAP dan RUU KUHP. Pihaknya berniat menyortir kembali dengan me- kanisme yang baru. Secara terpisah, pakar hu- kum tata negara Irman Putra Sidin mengatakan kualitas UU menjadi parameter kinerja leg- islasi. Jika UU dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, pembuat UU terbukti mampu memproyeksikan masalah di masa mendatang. (Ant/P-4) [email protected] STATUS Rey Harun sebagai ketua tim investigasi kasus suap di Mahkamah Konstitusi (MK) mengundang pertanyaan. Tak terkecuali, Bambang Wi- djojanto yang tercatat sebagai anggota tim. Pasalnya, Refly merupakan salah satu yang terperiksa. “Ibaratnya, Rey kan orang yang dipersoalkan tulisannya di koran. Tapi, lalu ditunjuk se- bagai bagian dari tim. Sekarang tinggal bagaimana caranya agar tidak terjadi konik ke- pentingan,” papar Bambang di Gedung MK, Jakarta, kemarin. Bambang berharap, prose- dur standar operasional (SOP) akan menjadi senjata untuk meminimalisasi potensi konik kepentingan yang ada. Salah satu penekanannya ada pada mekanisme komunikasi tim dan pola pemeriksaan saksi. Salah satu SOP yang telah disepakati, tim tidak boleh berhubungan dengan saksi, sendirian. Harus ada satu orang anggota tim yang mendam- pingi. “Memeriksa juga tidak boleh hanya dilakukan dua orang. SOP ini meminimalisasi potensi konik kepentingan tadi.” Ia juga meyakinkan, meski- pun posisi Rey adalah ketua tim investigasi, kedudukannya tersebut tidak akan mendomi- nasi keputusan tim. Hal ini, juga tertuang dalam SOP. “Dia (Refly) itu pemimpin yang mengorganisasi saja, tapi bukan top manager. Pengambi- lan keputusan itu tetap bersa- ma-sama,” tegasnya. Waktu tersisa yang dimiliki tim hanya tiga minggu lagi. Diakui Bambang, proses identi- kasi, komunikasi, hingga me- lakukan investigasi pada saksi akan menjadi periode sulit. Tim investigasi yang berang- gotakan Bambang Widjojanto, Adnan Buyung Nasution, Sal- di Isra, Bambang Harimurti, dan Rey ini memiliki waktu hingga 8 Desember 2010 untuk membuktikan suap di lingku- ngan MK. Secara terpisah, Ketua MK Mahfud MD menyatakan pem- bentukan tim investigasi suap MK adalah bukti tanggung jawab MK. “Kalau memang salah, katakan salah. Dan se- baliknya, jika benar, katakan benar.” (MJ/Ant/P-4) HIBAH 24 pesawat jet tempur F-16 A/B dari Amerika Serikat, dinilai sebagai solusi darurat untuk memenuhi kebutuhan dirgantara nasional. Penilaian itu dikemukakan pengamat militer Universitas Indonesia Andi Widjojanto, yang ditemui di sela-sela diskusi dalam semi- nar persiapan ASEAN Defence Minister’s Meetings (ADMM) 2011 di Kementerian Perta- hanan, Jakarta, kemarin. “Hibah menjadi salah satu cara darurat untuk mengatasi defisit kapabilitas dirgantara nasional. Ini pilihan yang be- nar-benar darurat,” ujarnya. Hibah jet tempur F-16 tipe A/B tersebut merupakan bagian dari kerja sama perta- hanan yang ditawarkan peme- rintahan Presiden AS Barack Obama. Adapun generasi jet tempur di atas F-16 yakni F-35, menu- rut Andi, sulit untuk dibeli pe- merintah karena keterbatasan anggaran. “Tidak akan terkejar, F-35 yang paling murah har- ganya sekitar US$120 juta. Se- lain itu, Indonesia tidak masuk konsorsium negara yang mem- produksi F-35. Karena itu, kalau seandainya hari ini kita pesan F-35, datangnya bisa pada 2033 atau 2034,” paparnya. Karena itu, F-16 bekas yang diretrot bisa memenuhi kebu- tuhan darurat karena teknolog- inya sedikit berada di bawah F-35. Jika tetap ingin membeli pesawat tempur yang baru, Andi menyarankan agar pe- merintah tidak berkiblat pada AS. Pemerintah masih memi- liki beberapa alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut seperti pesawat Sukhoi dari Rusia. Satu hal, menurut Panglima TNI Laksamana Agus Suhar- tono, pemerintah saat ini masih menimbang-nimbang apa- kah akan menerima hibah 24 pesawat jet tempur F-16 tipe A/B atau membeli pesawat jet tempur F-16 varian terbaru. “Pertimbangan ini dilakukan secara hati-hati karena jumlah anggaran yang harus dikelu- arkan untuk melakukan revi- talisasi pesawat bekas dengan membeli yang baru setara,” ujar Agus. Pada kesempatan itu, ang- gota Dewan Pengarah Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhan- nas) Dorodjatun Kuntjoro-Jakti mengingatkan, militer ASEAN harus mewaspadai bahaya pe- rang dunia maya dan perang bawah laut di masa menda- tang. Pasalnya, pertahanan di masa datang akan lebih dipengaruhi transformasi lingkungan yang dipacu perkembangan teknolo- gi informasi. “Dulu kita boleh berbicara kekuatan militer dunia tidak akan jalan jika tidak didukung kekuatan udara. Sekarang ti- dak perlu kekuatan udara, tidak bisa jika tidak dukung cyberspace. Saat cyberspace-nya diacak, kekuatan udara itu ti- dak akan ada artinya, ratusan pesawat terbang tidak akan mengudara.” (NJ/P-3) 4 | Politik & HAM SELASA, 16 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Banyak RUU di daftar tunggu. Daripada bingung, DPR bisa tiru cara pemerintah untuk selektif memilih. Edy Asrina Putra Alur Prolegnas Harus Dirombak RUU usulan pemerintah jauh lebih tertutup.” Ronald Rofiandri Direktur Monitoring PSHK MANUVER F16: Pesawat F16 TNI-AU melakukan atraksi udara saat peringatan HUT ke-64 TNI di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (7/4). Refly Mestinya Jadi Terperiksa Hibah F-16 Solusi Darurat Alutsista MI/RAMDANI DINAMIKA PPP Berniat Gandeng PBB Untuk 2014 KETUA Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Persatuan Pemba- ngunan (PPP) Ahmad Muqowam menyatakan akan menggandeng Partai Bulan Bintang (PBB) yang notabene sama-sama partai berasaskan Islam untuk bekerja sama. Upaya tersebut dilakukan agar perolehan suara PPP pada Pemilu 2014 bisa memenuhi ketentuan minimal jumlah kursi di DPR. “Tanpa memenuhi ketentuan tersebut, dipastikan PPP tak bisa ikut Pemilu 2019, kecuali dengan cara lain,” ucap Ketua Bidang Politik DPP PPP itu saat membuka Rapat Koordinasi Wilayah PPP Kalsel di Banjarmasin, Minggu (14/11) malam. Disadari Muqowam, dinamika politik partainya belakangan ini kurang menggembirakan. Contoh pada Pemilu 2009, dari semua provinsi di Indonesia, perolehan suara PPP yang hampir mencapai 15% cuma di Kalimantan Selatan dan Gorontalo. “Oleh sebab itu, DPP sekarang akan mencoba melakukan penjajakan kebijakan politik agar PPP bisa ikut Pemilu 2019. Namun kerja sama di tingkat pusat tak akan jalan tanpa diikuti kepengurusan dan kader partai sampai ke tingkat paling bawah,” pungkasnya. (Ant/P-4) MA masih Proses Laporan Panda MAHKAMAH Agung (MA) masih memproses laporan ang- gota Komisi III DPR Panda Nababan, terkait penetapan status tersangka dirinya, dalam kasus cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom. “Masih belum ada keputusan. Karena jika berdasarkan aturannya, ada tenggat 90 hari,” ujar Patra M Zein, kuasa hukum Panda, saat dihubungi tadi malam. Panda mengadukan lima hakim Pengadilan Tipikor ke MA dan Komisi Yudisial atas dugaan manipulasi fakta persidangan Pengadilan Tipikor. Kelima hakim itu adalah Nani Indrawati, Herdi Agustin, Acmad Linoh, Slamet Subagio, dan Soaldi. Saat ini mereka telah diperiksa oleh Tim Badan Pengawas (Bawas) MA. Terkait dengan kasus cek pelawat ini, Pengadilan Negeri Ja- karta Pusat kemarin menolak permohonan praperadilan delapan mantan anggota DPR Fraksi PDIP terhadap Komisi Pemberan- tasan Korupsi (KPK). Mereka adalah Max Moein, Poltak Sitorus, Matheos Pormes, Jeffrey Tongas Lumban Batu, Soetanto Pranoto, Muhammad Iqbal, Ni Luh Mariani Tirtasari, dan Enggelina Pati- sina. (*/Ant/P-4)

Transcript of SELASA, 16 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Alur … filemengapa banyak RUU sampai sekarang...

KELAYAKAN sebuah rancangan undang-undang (RUU) un-tuk masuk program

legislasi nasional (Prolegnas) baru bisa diketahui, saat DPR bertemu dengan mitra kerja. Di tahap inilah proses legislasi harus dirombak.

Hal tersebut dikemukakan Ronald Rofiandri, Direktur Monitoring, Advokasi, dan Jar-ingan, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) kepada Media Indonesia, di Ja-karta, kemarin.

“RUU itu baru bisa diketahui barangnya pada saat meka-nisme penjadwalan. Sehingga RUU tanpa naskah akademik leluasa masuk Prolegnas,” ungkapnya.

Bukan itu saja, menurut Ro-nald, banyak juga RUU dengan judul yang sama dalam daftar urut Prolegnas. PSHK mene-mukan sejumlah RUU dengan judul yang sama dan RUU yang memiliki kemiripan substansi dalam Prolegnas periode 2005-2009 (lihat grafi s).

“Jika mekanisme ini masih diterapkan, peluang masuknya RUU dengan judul dan substansi yang mirip, akan terus terjadi. Apalagi RUU usulan pemerintah jauh lebih tertutup,” tegasnya.

Selama ini usulan RUU ber-asal dari DPR dan pemerintah. Kepala Badan Pembinaan Hu-kum Nasional (BPHN) Kemen-terian Hukum dan HAM (Ke-menkum dan HAM) Wicipto Setiadi mengungkapkan, se-

bagian besar RUU yang men-jadi prioritas Prolegnas tahun ini baru sekadar judul tanpa rancangan yang jelas.

Di antara RUU yang masih berupa judul saja, ungkap Wicipto, adalah RUU Desa dan RUU mengenai Pemilihan Umum Kepala Daerah.

RUU Desa sebelumnya ada-lah inisiatif DPR. Namun, ke-mudian menjadi usulan pe-merintah karena usulan DPR dinilai belum lengkap.

Kedua RUU itu adalah peca-han dari Undang-Undang No-mor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. “Sampai sekarang, saya belum melihat itu sudah ada naskah akademik atau RUU-nya.”

Minimnya naskah akademik itu menjadi salah satu penyebab mengapa banyak RUU sampai sekarang terkatung-katung. Un-tuk itulah, pihaknya berencana memperketat seleksi RUU yang diusulkan dalam Prolegnas mulai 2011, khususnya usulan-usulan RUU yang berasal dari inisiatif pemerintah.

Ada empat syarat yang akan diverifi kasi dengan memasti-kan adanya rancangan naskah

akademik, draf rancangan, dokumentasi pembahasan de-ngan kementerian terkait, dan proses harmonisasi.

Wicipto berharap pola seleksi RUU dengan empat syarat baru itu juga dilakukan oleh kala-ngan DPR. “Secara resmi, be-lum. Tapi kalau di forum-forum lain, saya sering mengatakan selektif tidak hanya di peme-rintah, tapi di DPR juga.”

Selain merombak proses seleksi RUU yang masuk ke Prolegnas, ia juga mengingat-kan DPR untuk bersikap reali-stis dalam menentukan target Prolegnas. Idealnya, cukup dibahas 30 RUU setiap tahun.

“Sebelas komisi dikali dua RUU, jadi 22 RUU. Kemudian ada Badan Legislasi dan alat kelengkapan lainnya, dihitung semuanya dua RUU. Nah, 30 RUU itu ideal,” jelasnya.

Hingga kini, baru 14 yang selesai dibahas. Dari 70 RUU itu, sebanyak 32 RUU meru-pakan inisiatif pemerintah. Wicipto beralasan, sebagian besar RUU itu adalah warisan dari Prolegnas tahun sebelum-nya, seperti RUU KUHAP dan RUU KUHP. Pihaknya berniat menyortir kembali dengan me-kanisme yang baru.

Secara terpisah, pakar hu-kum tata negara Irman Putra Sidin mengatakan kualitas UU menjadi parameter kinerja leg-islasi. Jika UU dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, pembuat UU terbukti mampu memproyeksikan masalah di masa mendatang. (Ant/P-4)

[email protected]

STATUS Refl y Harun sebagai ketua tim investigasi kasus suap di Mahkamah Konstitusi (MK) mengundang pertanyaan. Tak terkecuali, Bambang Wi-djojanto yang tercatat sebagai anggota tim. Pasalnya, Refly merupakan salah satu yang terperiksa.

“Ibaratnya, Refl y kan orang yang dipersoalkan tulisannya di koran. Tapi, lalu ditunjuk se-bagai bagian dari tim. Sekarang tinggal bagaimana caranya agar tidak terjadi konfl ik ke-pentingan,” papar Bambang di Gedung MK, Jakarta, kemarin.

Bambang berharap, prose-dur standar operasional (SOP) akan menjadi senjata untuk meminimalisasi potensi konfl ik kepentingan yang ada. Salah satu penekanannya ada pada mekanisme komunikasi tim dan pola pemeriksaan saksi.

Salah satu SOP yang telah disepakati, tim tidak boleh berhubungan dengan saksi, sendirian. Harus ada satu orang anggota tim yang mendam-pingi.

“Memeriksa juga tidak boleh hanya dilakukan dua orang. SOP ini meminimalisasi potensi

konfl ik kepentingan tadi.”Ia juga meyakinkan, meski-

pun posisi Refl y adalah ketua tim investigasi, kedudukannya tersebut tidak akan mendomi-nasi keputusan tim. Hal ini, juga tertuang dalam SOP.

“Dia (Refly) itu pemimpin yang mengorganisasi saja, tapi bukan top manager. Pengambi-lan keputusan itu tetap bersa-ma-sama,” tegasnya.

Waktu tersisa yang dimiliki tim hanya tiga minggu lagi. Diakui Bambang, proses identi-fi kasi, komunikasi, hingga me-lakukan investigasi pada saksi

akan menjadi periode sulit. Tim investigasi yang berang-

gotakan Bambang Widjojanto, Adnan Buyung Nasution, Sal-di Isra, Bambang Harimurti, dan Refl y ini memiliki waktu hingga 8 Desember 2010 untuk membuktikan suap di lingku-ngan MK.

Secara terpisah, Ketua MK Mahfud MD menyatakan pem-bentukan tim investigasi suap MK adalah bukti tanggung jawab MK. “Kalau memang salah, katakan salah. Dan se-baliknya, jika benar, katakan benar.” (MJ/Ant/P-4)

HIBAH 24 pesawat jet tempur F-16 A/B dari Amerika Serikat, dinilai sebagai solusi darurat untuk memenuhi kebutuhan dirgantara nasional. Penilaian itu dikemukakan pengamat militer Universitas Indonesia Andi Widjojanto, yang ditemui di sela-sela diskusi dalam semi-nar persiapan ASEAN Defence Minister’s Meetings (ADMM) 2011 di Kementerian Perta-hanan, Jakarta, kemarin.

“Hibah menjadi salah satu cara darurat untuk mengatasi defisit kapabilitas dirgantara nasional. Ini pilihan yang be-nar-benar darurat,” ujarnya.

Hibah jet tempur F-16 tipe A/B tersebut merupakan bagian dari kerja sama perta-hanan yang ditawarkan peme-rintahan Presiden AS Barack Obama.

Adapun generasi jet tempur di atas F-16 yakni F-35, menu-rut Andi, sulit untuk dibeli pe-merintah karena keterbatasan anggaran. “Tidak akan terkejar, F-35 yang paling murah har-ganya sekitar US$120 juta. Se-lain itu, Indonesia tidak masuk konsorsium negara yang mem-produksi F-35. Karena itu, kalau seandainya hari ini kita pesan F-35, datangnya bisa pada 2033 atau 2034,” paparnya.

Karena itu, F-16 bekas yang

diretrofi t bisa memenuhi kebu-tuhan darurat karena teknolog-inya sedikit berada di bawah F-35. Jika tetap ingin membeli pesawat tempur yang baru, Andi menyarankan agar pe-merintah tidak berkiblat pada

AS. Pemerintah masih memi-liki beberapa alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut seperti pesawat Sukhoi dari Rusia.

Satu hal, menurut Panglima TNI Laksamana Agus Suhar-

tono, pemerintah saat ini masih menimbang-nimbang apa-kah akan menerima hibah 24 pesawat jet tempur F-16 tipe A/B atau membeli pesawat jet tempur F-16 varian terbaru. “Pertimbangan ini dilakukan secara hati-hati karena jumlah anggaran yang harus dikelu-arkan untuk melakukan revi-talisasi pesawat bekas dengan membeli yang baru setara,” ujar Agus.

Pada kesempatan itu, ang-gota Dewan Pengarah Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhan-nas) Dorodjatun Kuntjoro-Jakti mengingatkan, militer ASEAN harus mewaspadai bahaya pe-rang dunia maya dan perang bawah laut di masa menda-tang.

Pasalnya, pertahanan di masa datang akan lebih dipengaruhi transformasi lingkungan yang dipacu perkembangan teknolo-gi informasi.

“Dulu kita boleh berbicara kekuatan militer dunia tidak akan jalan jika tidak didukung kekuatan udara. Sekarang ti-dak perlu kekuatan udara, tidak bisa jika tidak dukung cyberspace. Saat cyberspace-nya diacak, kekuatan udara itu ti-dak akan ada artinya, ratusan pesawat terbang tidak akan mengudara.” (NJ/P-3)

4 | Politik & HAM SELASA, 16 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Banyak RUU di daftar tunggu. Daripada bingung, DPR bisa tiru cara pemerintah untuk selektif memilih.

Edy Asrina Putra

Alur ProlegnasHarus Dirombak

RUU usulan pemerintah jauh lebih tertutup.”

Ronald Rofiandri Direktur Monitoring PSHK

MANUVER F16: Pesawat F16 TNI-AU melakukan atraksi udara saat peringatan HUT ke-64 TNI di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (7/4).

Refly Mestinya Jadi Terperiksa

Hibah F-16 Solusi Darurat Alutsista

MI/RAMDANI

DINAMIKA

PPP Berniat Gandeng PBB Untuk 2014KETUA Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Persatuan Pemba-ngunan (PPP) Ahmad Muqowam menyatakan akan menggandeng Partai Bulan Bintang (PBB) yang notabene sama-sama partai berasaskan Islam untuk bekerja sama.

Upaya tersebut dilakukan agar perolehan suara PPP pada Pemilu 2014 bisa memenuhi ketentuan minimal jumlah kursi di DPR.

“Tanpa memenuhi ketentuan tersebut, dipastikan PPP tak bisa ikut Pemilu 2019, kecuali dengan cara lain,” ucap Ketua Bidang Politik DPP PPP itu saat membuka Rapat Koordinasi Wilayah PPP Kalsel di Banjarmasin, Minggu (14/11) malam.

Disadari Muqowam, dinamika politik partainya belakangan ini kurang menggembirakan. Contoh pada Pemilu 2009, dari semua provinsi di Indonesia, perolehan suara PPP yang hampir mencapai 15% cuma di Kalimantan Selatan dan Gorontalo.

“Oleh sebab itu, DPP sekarang akan mencoba melakukan penjajakan kebijakan politik agar PPP bisa ikut Pemilu 2019. Namun kerja sama di tingkat pusat tak akan jalan tanpa diikuti kepengurusan dan kader partai sampai ke tingkat paling bawah,” pungkasnya. (Ant/P-4)

MA masih Proses Laporan PandaMAHKAMAH Agung (MA) masih memproses laporan ang-gota Komisi III DPR Panda Nababan, terkait penetapan status tersangka dirinya, dalam kasus cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom.“Masih belum ada keputusan. Karena jika berdasarkan aturannya, ada tenggat 90 hari,” ujar Patra M Zein, kuasa hukum Panda, saat dihubungi tadi malam.

Panda mengadukan lima hakim Pengadilan Tipikor ke MA dan Komisi Yudisial atas dugaan manipulasi fakta persidangan Pengadilan Tipikor. Kelima hakim itu adalah Nani Indrawati, Herdi Agustin, Acmad Linoh, Slamet Subagio, dan Sofi aldi. Saat ini mereka telah diperiksa oleh Tim Badan Pengawas (Bawas) MA.

Terkait dengan kasus cek pelawat ini, Pengadilan Negeri Ja-karta Pusat kemarin menolak permohonan praperadilan delapan mantan anggota DPR Fraksi PDIP terhadap Komisi Pemberan-tasan Korupsi (KPK). Mereka adalah Max Moein, Poltak Sitorus, Matheos Pormes, Jeffrey Tongas Lumban Batu, Soetanto Pranoto, Muhammad Iqbal, Ni Luh Mariani Tirtasari, dan Enggelina Pati-sina. (*/Ant/P-4)