Selanjutnya pengertian batas antara sistem dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00453-TI BAB...
-
Upload
vuongkhanh -
Category
Documents
-
view
224 -
download
4
Transcript of Selanjutnya pengertian batas antara sistem dengan ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00453-TI BAB...
56
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Dinamis
2.1.1. Konsep Dasar Sistem Dinamis
Menurut Aminullah dan Muhammadi (2001), sistem adalah keseluruhan
interaksi antar unsur dari sebuah objek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja
mencapai tujuan (gambar 2.1). Pengertian dari keseluruhan adalah lebih dari sekedar
penjumlahan atau susunan, namun terletak pada kekuatan yang dihasilkan oleh
keseluruhan dan kekuatan itu jauh lebih besar dari suatu penjumlahan atau susunan.
Sedangkan model adalah representasi dari sistem sebenarnya.
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.1 Sistem
57
Pada sistem hidup misalnya, tubuh manusia merupakan keseluruhan interaksi
dari otak, paru–paru, jantung, dan pencernaan melalui jaringan syaraf, kekuatannya
jauh lebih besar dibandingkan mayat manusia yang merupakan penjumlahan atau
susunan otak, paru – paru, jantung, dan pencernaan yang tidak interaktif.
Menurut Aminullah dan Muhammadi (2001), pengertian interaksi adalah
pengikat atau penghubung antar unsur yang memberi bentuk / struktur kepada objek,
membedakan dengan objek lain dan mempengaruhi perilaku dari objek. Contoh
interaksi pada sistem fisik adalah semen pengikat batu bata yang memberi bentuk
menjadi sebuah dinding. Jenis semen dan kombinasi adukan semen untuk sebuah
dinding bata tertentu akan membedakannya dengan dinding bata lain.
Unsur adalah benda, baik konkrit atau abstrak yang menyusun objek sistem.
Gangguan dari salah satu unsur akan mempengaruhi kerja unsur lain sehingga akan
mengganggu kinerja dari sistem secara keseluruhan. Unsur yang menyusun sistem ini
disebut juga bagian sistem atau sub-sistem. Contoh unsur pada sistem hidup adalah
apabila terjadi gangguan fungsi unsur jantung dalam sistem tubuh manusia,
menghambat aliran darah ke otak yang mengakibatkan kepala pusing dan akan
mengganggu pencernaan sehingga menimbulkan rasa mual yang pada akhirnya akan
mengganggu kerja tubuh secara keseluruhan.
Menurut Aminullah dan Muhammadi (2001), objek merupakan sistem yang
menjadi perhatian dalam batas tertentu yang ditetapkan sehingga dapat dibedakan
antara suatu sistem dengan lingkungan sistem. Semua yang berada di luar batas
sistem adalah lingkungan sistem. Contohnya adalah pada sistem tubuh manusia yang
58
sangat jelas batasnya adalah postur tubuh manusia yang hidup dalam lingkungan
kelompok, sedangkan kelompok akan kabur batasnya dalam lingkungan sosial.
Selanjutnya pengertian batas antara sistem dengan lingkungan sistem
memberikan 2 jenis sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup
adalah suatu sistem dengan batas yang dianggap tidak dapat ditembus oleh pengaruh
lingkungan. Sistem tertutup hanya ada dalam anggapan (untuk analisis), karena pada
kenyataannya sistem selalu berinteraksi dengan lingkungan sebagai sebuah sistem
yang dapat dikatakan terbuka. Contohnya adalah pada sistem tubuh manusia yang
rentan terhadap faktor di luar tubuh manusia seperti perubahan iklim yang
mengakibatkan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi sakit.
Pengertian tujuan adalah hasil dari suatu sistem yang teramati atau diinginkan.
Hasil yang teramati merupakan hasil yang telah dicapai oleh kerja sistem yaitu
keseluruhan interaksi antar unsur dalam batas lingkungan tertentu. Perumusan tujuan
dari sistem akan memudahkan menarik garis batas dari sistem yang menjadi
perhatian. Artinya benda, baik konkrit maupun abstrak, yang jelas menyebabkan
dan/atau menyumbang langsung kepada pencapaian tujuan dapat dikategorikan
sebagai unsur. Sebaliknya, benda yang mempengaruhi dan/atau menyumbang secara
tidak langsung dapat dikategorikan sebagai lingkungan. Contoh pada sistem non-fisik
adalah pada tujuan perusahaan yang ingin meningkatkan nilai penjualan. Untuk
meningkatkan nilai penjualan diperlukan strategi pemasaran yang didukung oleh
kesiapan produksi memenuhi permintaan pasar. Di sini tujuan secara tegas membatasi
objek hanya pada 2 unsur, yaitu unsur pemasaran dan unsur produksi.
59
Di dalam berpikir secara sistemik diperlukan kesadaran untuk mengapresiasi
dan memikirkan suatu kejadian sebagai sebuah sistem. Sebagai contoh, kejadian
pusing kepala dalam tubuh manusia merupakan keseluruhan interaksi dari otak, paru–
paru, jantung, dan pencernaan melalui jaringan syaraf. Pusing kepala karena kurang
aliran darah dari jantung ke otak dapat disebabkan penyempitan pembuluh darah di
jantung yang dapat membawa sesak napas pada paru-paru dan pusing yang berat juga
dapat disertai dengan mual yang mengganggu pencernaan.
Menurut Aminullah dan Muhammadi (2001), berdasarkan adanya pemahaman
tentang kejadian sistemik, ada lima langkah dalam menghasilkan bangunan pemikiran
(model) yang bersifat sistemik, yaitu :
1. Identifikasi proses menghasilkan kejadian nyata
Seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.2, identifikasi proses yaitu
mengungkapkan pemikiran tentang proses nyata (actual transformation)
yang menimbulkan kejadian nyata (actual state). Proses nyata merujuk
kepada objek, bukan proses yang dirasakan maupun subjektivitas. Satu
contoh pada sistem hidup, kejadian pusing kepala dalam tubuh manusia
disebabkan kurangnya aliran darah dari jantung ke otak. Ini objektif,
kebenarannya tidak diragukan lagi menurut ilmu kedokteran. Tetapi jika
dikatakan pusing disebabkan kurang makan, maka akan jadi perdebatan
karena orang yang melakukan puasa tidak pernah pusing. Jadi, pemikiran
bahwa pusing karena kurang makan itu subjektif pada kasus tertentu dan
bukan suatu pengetahuan yang diakui umum kebenarannya.
60
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.2 Identifikasi Proses Menghasilkan Kejadian Nyata
2. Identifikasi kejadian yang diinginkan
Dalam identifikasi kejadian yang diinginkan atau yang dituju (desired
state) merujuk kepada waktu mendatang (visi). Agar visi tidak dianggap
mimpi, ada kriteria yaitu visi harus layak (feasible) dan dapat diterima
(acceptable). Layak artinya dapat diantisipasi menjadi kenyataan,
sedangkan dapat diterima artinya dapat diantisipasi tidak akan
menimbulkan pertentangan (dapat dilihat pada gambar 2.3). Sebagai
contoh, tujuan dinding bata sebuah rumah adalah untuk memberikan batas
wilayah rumah. Ini adalah benar menurut konsep ilmu teknik sipil. Jika
keinginan tersebut di luar kelayakan yaitu memberikan perlindungan
terhadap gangguan pencurian akan menjadi kurang layak, karena
perlindungan terhadap pencurian tidak selalu ditentukan oleh dinding
rumah.
61
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.3 Identifikasi Kejadian Diinginkan
3. Identifikasi kesenjangan antara kenyataan dengan keinginan
Langkah ketiga adalah memikirkan tingkat kesenjangan antara kejadian
aktual dengan seharusnya (Dapat dilihat pada gambar 2.4). Kesenjangan
tersebut adalah masalah yang harus dipecahkan atau dalam bahasa
manajemen merupakan tugas (misi) yang harus diselesaikan. Perumusan
masalah ini secara konkrit, artinya bisa dinyatakan dalam ukuran
kuantitatif atau kualitatif. Misalnya seorang olahragawan ingin
mengangkat beban 250 kg dari kondisi sekarang 150 kg. Antara kekuatan
nyata dengan kekuatan yang diinginkan terdapat kesenjangan 100 kg yang
harus diatasi.
62
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.4 Identifikasi Kesenjangan antara Kenyataan dengan Keinginan
4. Identifikasi dinamika menutup kesenjangan
Pada tahap keempat, identifikasi mekanisme tentang dinamika variabel-
variabel untuk mengisi kesenjangan antara kejadian nyata dengan kejadian
yang diinginkan (dapat dilihat pada gambar 2.5). Dinamika tersebut adalah
aliran informasi tentang keputusan-keputusan yang telah bekerja dalam
sistem. Keputusan-keputusan tersebut pemikiran yang dihasilkan melalui
proses pembelajaran (learning), yang dapat bersifat reaktif maupun
kreatif. Sebagai contoh dikaitkan pada contoh di langkah ketiga, untuk
mewujudkan keputusan olahragawan tersebut ada tiga kemungkinan
bentuk pelaksanaannya, yaitu latihan olahraga sendiri, latihan disertai
lawan tanding, dan penyusunan latihan dengan lawan tanding yang
semakin kuat serta lomba dengan lawan-lawan nyata yang semakin
tangguh. Dalam sistem dinamis, proses perumusan suatu mekanisme pada
dasarnya adalah penyederhanaan kerumitan untuk menciptakan sebuah
63
konsep model. Ada 2 jenis kerumitan yang perlu disederhanakan, yaitu
kerumitan rinci (detail complexity) dan kerumitan perubahan (dynamic
complexity). Kerumitan rinci menyangkut ciri dan cara bekerja unsur-
unsur yang terlibat dalam sistem yang diamati dalam mengisi
kesenjangan. Kerumitan perubahan menyangkut proses dan kecepatan /
kelambatan waktu yang diperlukan sistem dalam mengisi kesenjangan.
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.5 Identifikasi Mekanisme Menutup Kesenjangan
5. Analisis Kebijakan
Langkah kelima adalah analisis kebijakan, yaitu menyusun alternatif
tindakan atau keputusan yang akan diambil untuk mempengaruhi proses
nyata sebuah sistem dalam menciptakan kejadian nyata (dapat dilihat pada
gambar 2.6). Keputusan tersebut dimaksudkan untuk mencapai kejadian
yang diinginkan. Alternatif tersebut dapat satu atau kombinasi intervensi
baik yang bersifat struktural atau fungsional. Struktural artinya
64
mempengaruhi mekanisme interaksi pada sistem, sedangkan intervensi
fungsional artinya mempengaruhi fungsi unsur dalam sistem. Misalnya
dikaitkan pada contoh yang sama, olahragawan tersebut memilih salah
satu jalan yaitu latihan olahraga sendiri. Untuk mempercepat daya angkat
olahragawan tersebut perlu merancang keputusan / tindakan intervensi
dalam mendukung latihan olahraga sendiri. Bentuk-bentuk intervensi
fungsional, misalnya diperlukan penyempurnaan ciri unsur tempat latihan,
sarana latihan, program latihan. Disamping itu diperlukan rancangan ulang
pengaturan cara dan waktu sesuai dengan tempat, saran dan program
latihan. Alternatif intervensi struktural yang mengubah mekanisme dalam
sistem, misalnya lomba langsung dengan lawan nyata, tanpa melalui
persiapan dengan lawan tanding.
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.6 Analisis Kebijakan
65
2.1.2. Diagram Simpal Kausal
Menurut Aminullah dan Muhammadi (2001), diagram simpal kausal adalah
pengungkapan tentang kejadian hubungan sebab-akibat ke dalam bahasa gambar
tertentu. Bahasa tersebut adalah panah yang saling mengait, di mana hulu panah
mengungkapkan sebab dan ujung panah mengungkapkan akibat.
Keduanya, baik unsur sebab maupun akibat, atau salah satu diantaranya harus
merujuk keadaan yang terukur, baik secara kualitatif untuk keadaan dirasakan
(perceived) maupun secara kuantitatif untuk keadaan nyata (actual). Harus diingat
logikanya adalah proses (rate) sebagai sebab yang menghasilkan keadaan (level)
sebagai akibat, ataupun sebaliknya. Setelah dapat dipahami mana unsur yang menjadi
sebab dan akibat, selanjutnya dapat diketahui jika hubungan tersebut searah, maka
tanda panah adalah positif (+), dan jika hubungan tersebut berlawanan arah, maka
tanda panah adalah negatif (-). Simpal yang bersifat positif mempunyai perilaku
percepatan atau perlambatan. Sebaliknya, simpal negatif mempunyai perilaku menuju
sasaran atas limit. Ada dua jenis sasaran, yaitu sasaran menuju eksplisit (>0) dan
sasaran menuju implisit (mendekati nol).
+ +
Lahir (+) Penduduk (-) Mati
+ -
Gambar 2.7 Contoh Simpal Berhubungan
66
Seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.7 di atas, ada sebuah simpal positif
yaitu hubungan antara kelahiran dengan penduduk, dimana semakin banyak kelahiran
bayi, semakin bertambah jumlah penduduk, di lain pihak semakin banyak jumlah
penduduk, semakin banyak kelahiran bayi. Sebaliknya juga ada simpal negatif yaitu
hubungan antara kematian dengan penduduk, dimana semakin banyak kematian bayi,
semakin berkurang jumlah penduduk. Di lain pihak, semakin banyak jumlah
penduduk semakin banyak kematian bayi.
2.1.3. Perilaku Dinamis dan Pola Pasar
Gabungan simpal-simpal umpan balik menjelaskan kompleksitas. Semakin
banyak simpal menggambar semakin banyak variabel (unsur) dan parameter (waktu)
yang berarti semakin rinci dan dinamis. Kompleksitas rinci dan dinamis ini dapat
disederhanakan ke dalam 4 tipe, yaitu : non-linieritas, pembelajaran, emergensi, dan
ko-evolusi (Aminullah dan Muhammadi, 2001).
1. Non-linieritas
Non-linieritas adalah perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas
proses pengubahan yang tidak berbanding lurus (dapat dilihat pada
gambar 2.8). Misalnya apabila masukan 1 unit, setelah diproses tidak
selalu menghasilkan keluaran tiga unit, tetapi kadang dihasilkan lima unit
(pada keadaan tumbuh cepat) dan juga bisa nol pada keadaan tunak. Di
sini non-linieritas merupakan kombinasi dari simpal positif dan simpal
negatif, dimana simpal negatif mengalami waktu tunda sehingga pada
67
awalnya simpal positif bekerja (keadaan tumbuh cepat, kemudian setelah
mengalami penundaan) maka simpal negatif yang dominan yaitu menuju
keadaan tunak. Bentuk lain dari non-linieritas adalah random, yaitu
penyederhanaan dari kompleksitas pengubahan yang tidak berpola,
terutama dilihat dalam jangka pendek. Kejadian random karena ada
tarikan yang tidak menentu dari faktor lingkungan terhadap variabel.
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.8 Non-linieritas
2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas
kemampuan sistem untuk menciptakan keluaran berdasarkan proses
sebelumnya. Proses tersebut adalah respon suatu unsur terhadap unsur
lainnya atau terhadap lingkungan. Misalnya dalam organisasi, butir-butir
keberhasilan masa lampau adalah kekuatan yang perlu ditingkatkan untuk
masa datang. Proses adaptasi penguatan terhadap masa lampau, untuk
masa datang tersebut adalah sebuah simpal positif. Hasil proses adaptasi
68
melalui penciptaan simpal positif ini dapat melebihi hasil pengalaman
sebelumnya, yang berarti ada proses pembelajaran menciptakan
pengalaman baru untuk adaptasi berikutnya (gambar 2.9).
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.9 Pembelajaran (umpan balik positif)
3. Emergensi
Emergensi adalah perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas
pemunculan realitas baru yang tidak terduga dalam sistem. Realitas baru
tersebut adalah hasil interaksi di dalam unsur atau menjadi realitas unsur
yang dapat mempengaruhi sistem dan tidak selalu mengendalikan sistem.
Proses pemunculan ide baru tersebut adalah suatu proses pembelajaran
atau sebuah simpal positif. Hasil proses pembelajaran ini dikendalikan
atau dibatasi oleh unsur lain sehingga membentuk simpal negatif (dapat
dilihat pada gambar 2.10).
69
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.10 Emergensi (umpan balik negatif)
4. Ko-evolusi
Ko-evolusi adalah perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas
perilaku mikro dapat mempengaruhi perilaku makro (biasanya
memerlukan waktu tunda). Setelah mencapai puncak, proses tersebut
menuju keadaan tunak, tetapi terus bergerak untuk mencapai puncak yang
lebih tinggi, sebagai hasil interaksi makro antar unsur dalam sistem.
Contohnya adalah persaingan bisnis (dapat dilihat pada gambar 2.11).
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.11 Ko-evolusi (umpan balik negatif berkelanjutan)
70
Dari hasil pengkajian oleh pakar empiris terhadap puluhan bahkan ratusan
kasus perilaku dinamis, dewasa ini telah dapat diidentifikasi beberapa pola dasar
perilaku dinamis hasil penyederhanaan kompleksitas dinamis, antara lain :
1. Pola Tindakan Koreksi dengan Penundaan
Dalam sistem ini terdapat empat unsur, yaitu: kejadian aktual, kejadian
diinginkan, kesenjangan, dan tindakan koreksi. Perbedaan antara kejadian
aktual dengan diinginkan adalah kesenjangan. Untuk memecahkan
masalah itu diperlukan tindakan koreksi. Tetapi di sini tindakan koreksi
itu mengalami penundaan waktu, artinya tindakan koreksi tidak langsung
menghasilkan perbaikan kejadian aktual, akibatnya masalah akan
meningkat, yang berakibat tindakan koreksi kedua lebih besar dari pada
pertama. Efek tindakan-tindakan koreksi kedua yang besar itu, akan
menurunkan maslah berikutnya, yang berakibat tindakan koreksi ketiga
menurun. Demikian seterusnya, sehingga perilaku kejadian aktual akan
turun naik atau berisolasi (dapat dilihat pada gambar 2.12).
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.12 Pola Koreksi dengan Penundaan
71
2. Pola Sasaran yang Berubah
Sistem ini mirip dengan sistem tindakan koreksi dengan penundaan.
Sasaran yang berubah adalah suatu keadaan dimana terdapat perbedaan
antara unjuk kerja yang ditargetkan dengan yang dicapai, yang selanjutnya
dilakukan tindakan perbaikan untuk meningkatkan atau menurunkan
sasaran. Dalam sistem ini juga terdapat unsur, yaitu: kejadian aktual,
kejadian diinginkan, kesenjangan, dan tindakan koreksi. Perbedaan antara
kejadian aktual dengan diinginkan adalah kesenjangan. Untuk
memecahkan masalah itu diperlukan tindakan koreksi. Tindakan koreksi
tidak dijamin selalu berhasil dan pengaruhnya baru nyata dirasakan setelah
beberapa waktu sehingga diperlukan kesabaran. Di samping itu, untuk
memecahkan masalah juga dilakukan pergeseran kejadian yang diinginkan
atau tujuan (dapat dilihat pada gambar 2.13).
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.13 Pola Sasaran yang Berubah
72
3. Pola Batas Keberhasilan
Dalam sistem ini terdapat empat unsur, yaitu: kejadian aktual, kejadian
diinginkan, kesenjangan, dan tindakan koreksi. Perbedaan antara kejadian
aktual dengan diinginkan adalah kesenjangan. Untuk memecahkan
masalah itu diperlukan tindakan koreksi. Pada suatu sistem yang
menggambarkan situasi batas keberhasilan, kegiatan pertumbuhan pada
awalnya membawa keberhasilan yang semakin meningkat. Namun,
dengan berjalannya waktu keberhasilan itu sendiri menyebabkan sistem
mencapai batas sehingga tingkat pertumbuhannya mulai diperlambat. Di
sini keberhasilan memicu munculnya mekanisme pembatasan, kemudian
menyebabkan keberhasilan itu menurun. Kecenderungan yang ditunjukkan
akan ditentukan oleh kegiatan pertumbuhan awal (dapat dilihat pada
gambar 2.14).
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.14 Pola Batas Keberhasilan
73
4. Pola Kesulitan Bersama
Kesulitan bersama adalah suatu kejadian yang melibatkan 2 pihak atau
lebih yang bersama-sama menggunakan sumber daya terbatas dan
mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya yang berakhir
dengan kesulitan bersama (dapat dilihat pada gambar 2.15). Dalam sistem
ini terdapat 2 komponen, dimana masing-masing komponen memiliki pola
batas pertumbuhan yang memiliki 4 unsur, yaitu: kejadian aktual, kejadian
diinginkan, kesenjangan, dan tindakan koreksi. Kedua komponen diikat
oleh kejadian yang sama diinginkan, jadi terjadi perlombaan menuju
tujuan yang sama. Pada tahap awal masalah dan tindakan koreksi adalah
besar, makin lama makin kecil menuju nol, sehingga unjuk kerja masing-
masing komponen juga mulanya besar, selanjutnya mengecil kemudian
nol dan bahkan dapat menjadi minus. Keadaan yang menunjukkan
penurunan hasil setelah perebutan ini disebut sebagai tragedi.
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.15 Pola Kesulitan Bersama
74
5. Pola Kemajuan dan Kekurangan Modal
Kemajuan dan kekurangan modal adalah keadaan ketidakseimbangan
antara peningkatan kebutuhan dengan kapasitas pertambahan modal untuk
memenuhi kebutuhan (dapat dilihat pada gambar 2.16). Dalam situasi
kemajuan dan kekurangan modal, akan terjadi pertumbuhan yang
mendekati batas yang dapat dieliminasi atau ditunda bila dibuat kapasitas
penanaman modal yang memadai. Sebagai hasil dari kebijakan atau
perlambatan dalam sistem, permintaan yang menurun akan membatasi
pertumbuhan lebih lanjut. Dalam sistem ini terdapat empat unsur yaitu:
kejadian aktual, kejadian diinginkan, kesenjangan, dan tindakan koreksi.
Pada unsur kejadian diinginkan (perencanaan modal) dikembangkan
menjadi sub-komponen tersendiri berdasarkan masalah yang telah terjadi.
Di samping itu, sub-komponen ini juga memiliki pola batas pertumbuhan,
sehingga mengakibatkan pertumbuhan komponen tidak diikuti oleh
pertumbuhan sub-komponen (kekurangan modal).
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.16 Pola Kemajuan dan Kekurangan Modal
75
6. Pola Pemindahan Beban
Pola ini adalah kombinasi dua pola tindakan koreksi. Pemindahan beban
adalah tindakan pemecahan gejala masalah secara cepat yang tanpa
disadari akan menimbulkan efek samping yang justru akan memperburuk
gejala masalah tersebut (dapat dilihat pada gambar 2.17). Dalam sistem ini
terdapat lima unsur, yaitu: kejadian aktual, kejadian diinginkan,
kesenjangan, dan dua unsur tindakan koreksi. Perbedaan antara kejadian
aktual dengan diinginkan adalah kesenjangan. Untuk memecahkan
masalah itu diperlukan tindakan koreksi. Tetapi di sini tindakan koreksi
yang pertama bersifat langsung, dan sebaliknya tindakan koreksi kedua
mengalami penundaan. Di samping itu, tindakan koreksi pertama akan
menjadi beban berkepanjangan.
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.17 Pola Pemindahan Beban
76
7. Pola Perbaikan yang Gagal
Pola ini adalah kombinasi dua pola tindakan koreksi. Perbaikan yang
gagal adalah suatu tindakan perbaikan cepat pada suatu gejala yang tanpa
disadari akan menimbulkan akibat lain yang akan memperburuk gejala
tersebut. Dalam sistem ini terdapat lima unsur, yaitu: kejadian aktual,
kejadian diinginkan, masalah, tindakan koreksi dan dampak. Perbedaan
antara kejadian aktual dengan diinginkan adalah masalah. Untuk
memecahkan masalah itu diperlukan tindakan koreksi. Tetapi di sini
tindakan koreksi adalah gagal memecahkan masalah, yang bahkan
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan, sehingga menambah
masalah. Dengan demikian, semakin besar upaya tindakan koreksi
semakin besar pula dampak yang ditimbulkan dan semakin bertambah
masalah (dapat dilihat pada gambar 2.18).
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.18 Pola Perbaikan yang Gagal
77
8. Pola Eskalasi/Percepatan
Pola ini adalah kombinasi 2 pola tindakan koreksi. Eskalasi adalah 2 pihak
terlibat dalam suatu persaingan untuk saling mengungguli satu sama lain.
Situasi ini menggambarkan keadaan dimana 2 pihak atau lebih terlibat
dalam situasi dimana masing-masing pihak saling bereaksi terhadap
tindakan pihak lain (gambar 2.19). Dalam sistem ini terdapat 4 unsur,
yaitu: kejadian aktual, kesenjangan, dan 2 unsur tindakan koreksi. Di sini
kejadian aktual pertama menjadi kejadian diinginkan pertama, sebaliknya
kejadian aktual kedua menjadi kejadian diinginkan pertama. Perbedaan
antara kejadian aktual dengan diinginkan adalah masalah. Untuk
memecahkan masalah itu diperlukan tindakan koreksi. Dengan demikian,
tindakan koreksi yang pertama dipengaruhi oleh kejadian aktual yang
pertama, sehingga terjadi peningkatan persaingan. Persaingan itu dapat
berhenti jika terjadi kelambatan respon antar satu dengan yang lain.
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.19 Pola Eskalasi/Percepatan
78
9. Pola Menang bagi yang Berhasil
Menang bagi yang berhasil adalah karena kecendrungan untuk lebih
banyak menempatkan sumber daya daripada pihak lain untuk terus
meningkatkan suksesnya (gambar 2.20). Dalam sistem ini terdapat 4
unsur, yaitu: kejadian aktual, kejadian diinginkan, kesenjangan, dan 2
tindakan koreksi. Di sini terjadi penggabungan sumber daya dalam satu
wadah yang berasal dari kejadian aktual masing-masing komponen. Hasil
penggabungan sumber daya ini dapat mengalami efek pelipatan dan
merupakan sasaran bersama dari masing-masing komponen. Perbedaan
antara kenyataan dengan sasaran adalah masalah. Untuk memecahkan
masalah itu diperlukan tindakan koreksi. Dalam hal ini, fraksi masalah
bagi masing-masing komponen adalah ditentukan oleh pangsa sumber
daya masing-masing. Semakin besar pangsa makin besar hasil. Tetapi,
komponen yang pangsanya kecil dapat menang jika berhasil menggarap
sasaran bersama sebanyak mungkin.
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.20 Pola Menang bagi yang Berhasil
79
2.1.4. Simulasi dan Perilaku Model
Simulasi adalah peniruan perilaku suatu gejala atau proses. Simulasi bertujuan
untuk memahami gejala atau proses tersebut, membuat analisis dan peramalan
perilaku gejala atau proses tersebut di masa depan (Muhammadi dan Soesilo, 2001).
Simulasi dilakukan melalui tahap-tahap seperti berikut :
1. Penyusunan konsep
Tahap pertama simulasi adalah penyusunan konsep. Gejala atau proses
yang akan ditirukan perlu dipahami, antara lain dengan jalan menentukan
unsur-unsur yang berperan dalam gejala atau proses tersebut. Unsur-unsur
tersebut saling berinteraksi, saling berhubungan dan saling
berketergantungan. Unsur-unsur tersebut bersatu dalam melakukan suatu
kegiatan. Dari unsur-unsur dan keterkaitannya, dapat disusun gagasan atau
konsep mengenai gejala atau proses yang akan disimulasikan.
2. Pembuatan model
Gagasan tersebut selanjutnya dirumuskan sebagai model yang berbentuk
uraian, gambar, atau rumus. Model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk
menirukan suatu gejala atau proses. Model dapat dikelompokkan menjadi
model kuantitatif, kualitatif dan model ikonik. Model kuantitatif adalah
model yang berbentuk rumus-rumus matematik, statistik, atau computer.
Model kualitatif adalah model yang berbentuk gambar, diagram, atau
matriks, yang menyatakan hubungan antar unsur. Model ikonik adalah
80
model yang mempunyai bentuk fisik sama dengan barang yang ditirukan,
meskipun skalanya dapat diperbesar atau diperkecil. Dengan model ikonik
dapat diadakan percobaan untuk mengetahui gejala proses yang ditirukan.
3. Simulasi
Selanjutnya, simulasi dapat dilakukan dengan menggunakan model yang
telah dibuat. Dalam model kuantitatif, simulasi dilakukan dengan
memasukkan data ke dalam model, di mana perhitungan dilakukan untuk
mengetahui perilaku gejala atau proses. Dalam model kualitatif, simulasi
dilakukan dengan menelusuri dan mengadakan analisis hubungan sebab
akibat antar unsur dengan memasukkan data atau informasi yang
dikumpulkan untuk mengetahui perilaku gejala atau proses. Dalam model
ikonik, simulasi dilakukan dengan mengadakan percobaan secara fisik
dengan menggunakan model tersebut untuk mengetahui perilaku model
dalam kondisi yang berbeda. Perilaku model itu dianggap menirukan
gejala atau proses yang diamati.
4. Validasi hasil simulasi
Akhirnya, dilakukan validasi untuk mengetahui kesesuaian antara hasil
simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Model dapat
dinyatakan baik apabila kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap
gejala atau proses yang ditirukan kecil.
81
Hasil simulasi tersebut selanjutnya digunakan untuk memahami perilaku
gejala atau proses serta mengetahui kecenderungannya di masa mendatang. Struktur
internal masalah dapat dipahami secara lebih rinci dengan memahami perilaku dan
kecenderungannya. Pemahaman ini berguna untuk memperoleh solusi terbaik
mengenai masalah yang dihadapi dalam manajemen dan memperkirakan
kecenderungan keadaan di masa mendatang. Tahap-tahap simulasi dapat dilihat pada
gambar 2.21.
Gejala Proses
Model
Penyusunan Konsep
Pembuatan Model
Simulasi
Validasi
Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001
Gambar 2.21 Tahap – tahap Simulasi Model
82
2.1.5. Struktur Umpan Balik
Bagian ini akan menguraikan berbagai jenis struktur umpan balik, yaitu :
1. Struktur Umpan Balik Positif
Memiliki ciri utama hubungan kausal yang saling memperbesar nilai-nilai
variabelnya. Hubungan variabel mengumpan balik terhadap dirinya
sendiri secara berkesinambungan untuk memperkuat pertumbuhan /
akselerasi (positive growth) pada dirinya sendiri ataupun penghancuran /
degradasi (negative growth) sebuah proses pertumbuhan.
• Struktur umpan balik positif bertipe pertumbuhan, mengandung 2
variabel utama, yaitu level (keadaan) dan rate (laju). Nilai
pertumbuhan pada level per satuan waktu ditentukan oleh nilai rate
Seperti yang ditunjukkan gambar 2.22, besarnya nilai rate ditentukan
oleh level. Selanjutnya nilai rate ini akan menentukan nilai level pada
periode selanjutnya, dengan demikian peningkatan rate akan
menyebabkan peningkatan level dan juga sebaliknya. Hal ini akan
berlangsung terus menerus.
LevelRate
+
+
Gambar 2.22 Struktur Umpan Balik Positif Akselerasi
83
• Struktur umpan balik positif bertipe degradasi terdiri dari 4 unsur
pokok yaitu tujuan (goal), keadaan awal (level), selisih antara goal dan
level, dan rate. Contoh kasusnya adalah dinamika pengurasan sumber
daya alam (SDA) yang tidak dapat diperbaharui. Seperti dapat dilihat
pada gambar 2.23, pengambilan persediaan SDA yang tidak disertai
perbaikan lingkungan akan mengakibatkan kerusakan lahan dan
semakin lama maka persediaan SDA akan menipis.
SDA Tak Terbaharukan Terkuras
Pengurasan SDA Tak Terbaharukan
+
+
Persediaan SDA Tak Terbaharukan
-
Gambar 2.23 Struktur Umpan Balik Positif Degradasi
2. Struktur Umpan Balik Negatif
Struktur umpan balik negatif adalah hubungan yang menghasilkan
pertumbuhan untuk mencapai tujuan, yang digambarkan dalam pola
peningkatan mencapai maksimum atau penurunan sampai mendekati nol.
Unjuk kerja sistem meliputi penyesuaian (adaptation) dan keseimbangan
(equilibrium), artinya sistem bersifat dinamis, berubah terhadap waktu,
dan dalam perubahan tersebut sistem menyesuaikan diri mencapai tujuan
84
dan kemantapan (keadaan dimana sistem tidak berubah dari keadaan itu).
Seperti dapat dilihat pada gambar 2.24, ada 4 unsur, yaitu tujuan, keadaan
awal, selisih antara tujuan dan keadaan awal, dan aksi. Kerja dari 4 unsur
ini adalah :
• Perbedaan antara level dengan goal menghasilkan selisih.
• Selisih mendorong pengambilan keputusan untuk mengoreksi
diskrepansi.
• Informasi keputusan untuk mengurangi diskrepansi diteruskan kepada
rate dan rate melakukan aksi untuk memperbaiki level menuju goal.
Keadaan AwalAksi
Diskrepansi Tujuan
Gambar 2.24 Struktur Umpan Balik Negatif
3. Struktur Umpan Balik Osilasi
Model berstruktur osilasi merupakan model dengan struktur umpan balik
negative yang mengandung fungsi kelambatan respon yang panjang. Di
samping itu, struktur ini juga menggambarkan keadaan dimana terdapat
saling ketergantungan antara kedua pihak disertai faktor kelambatan
(delay time).
85
2.1.6. Validitas Model
Menurut Aminullah (2001), validitas adalah salah satu kriteria penilaian
keobjektivan dari suatu pekerjaan ilmiah. Objektif ditunjukkan dengan sejauh mana
model dapat menirukan fakta. Fakta adalah kejadian yang teramati. Keserupaan (tidak
berarti harus sama) model dengan dunia nyata ditunjukkan dengan sejauh mana data
simulasi dan hasil simulasi dapat menirukan data statistik dan informasi aktual.
Teknik validasi dalam metode berpikir sistem adalah validasi struktur model, yaitu
sejauh mana keserupaan struktur model mendekati struktur nyata.
Dalam uji validitas, terdapat 2 uji validitas yaitu :
1. Uji Validitas Terstruktur
Ada 2 jenis validitas struktur yaitu :
• Validitas Konstruksi
Keyakinan terhadap konstruksi model valid secara ilmiah atau
diterima secara akademis. Validasi konstruksi terdiri dari 2 jenis yaitu
validasi konstruksi melalui teori dan melalui kritik teori. Melalui teori
berarti generalisasi struktur nyata yang ditunjukkan dengan sejauh
mana model yang diciptakan sesuai dengan aturan berpikir logis, harus
didukung dengan argumentasi teori ilmiah. Di lain pihak, meskipun
model teoritis sudah didukung oleh teori dan konsep yang relevan,
namun tidak dengan sendiri menjadi model valid menurut kritik teori.
Dinamika sistem nyata menyebabkan teori berubah dan berkembang
86
sehingga ada kemungkinan teori yang dipakai kurang relevan. Oleh
karena itu, dalam membangun model diperlukan kreativitas.
• Kestabilan Struktur
Keberlakuan atau kekuatan struktur dalam dimensi waktu dengan cara
menguji model terhadap perlakuan agregasi unsur dan disagregasi
sistem. Keduanya, baik model agregat yang umum maupun disagregat
yang rinci, apabila disimulasikan harus menghasilkan perilaku yang
serupa. Jika hasil simulasi mengakibatkan hasil yang tidak logis maka
berarti ada kesalahan di dalam model dan harus diperbaiki.
2. Uji Validitas Kinerja / Output Model
Validitas kinerja adalah aspek pelengkap dalam metode berpikir sistem.
Tujuannya adalah memperoleh keyakinan sejauh mana kinerja model
sesuai dengan kinerja sistem nyata sehingga memenuhi syarat sebagai
model ilmiah. Caranya adalah validasi kinerja model dengan data empiris
untuk melihat sejauh mana perilaku output model sesuai dengan perilaku
data empirik. Prosedurnya terdiri dari 2 langkah, yaitu mengeluarkan
output simulasi, kemudian dibandingkan dengan pola perilaku data
empiris dan melakukan uji statistik untuk melihat penyimpangan antara
output simulasi dengan data aktual.
87
2.1.7. Analisis Kebijakan
Menurut Aminullah (2001), analisis kebijakan adalah pekerjaan intelektual
memilah dan mengelompokkan tindakan untuk memperoleh pengetahuan tentang
cara-cara yang strategis dalam mempengaruhi sistem mencapai tujuan yang
diinginkan. Jadi, penguasaan terhadap metodologi sistem tertentu menunjukkan suatu
kemampuan analisis kebijakan dengan metode tertentu. Dewasa ini, metodologi
sistem dikelompokkan ke dalam 2 tipe, yaitu metode sistem keras untuk analisa
sistem diskrit dan metode sistem lunak untuk analisa sistem kontinu. Pada
kenyataannya, dunia konkrit dan abstrak adalah satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan maka sistem yang ideal adalah yang dapat menangani 2 kategori ini secara
berimbang. Salah satu sistem tersebut adalah metode sistem dinamis.
Salah satu aspek penting dalam proses analisis kebijakan dengan metode
sistem dinamis adalah simulasi model. Dengan menirukan perilaku sistem nyata
tersebut maka proses analisis akan lebih cepat, menyeluruh, hemat, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Menurut Aminullah (2001), ada 2 tahap simulasi model
untuk analisis kebijakan, yaitu :
1. Pengembangan kebijakan alternatif
Pengembangan kebijakan alternatif adalah suatu proses berpikir kreatif
yaitu menciptakan ide-ide baru tentang tindakan yang diperlukan dalam
rangka mempengaruhi sistem mencapai tujuan. Ada 2 teknik untuk
pengembangan ide kebijakan baru, yaitu :
88
• Model Tetap
Urutkan semua parameter dalam model dan sensitivitasnya. Pisahkan
parameter yang memiliki sensitivitas tinggi. Lakukan uji sensitivitas
untuk memperoleh parameter yang terpilih sehingga diperoleh
berbagai macam kombinasi parameter. Tafsirkan kombinasi parameter
ini ke dalam pernyataan kebijakan dalam dunia nyata dan kategorikan
dalam kelompok kebijakan lama dan baru. Lama artinya kebijakan
tersebut sudah pernah diterapkan. Baru artinya kebijakan tersebut
sama sekali baru dan belum pernah diterapkan.
• Model diubah
Perubahan model dapat dilakukan dengan 2 jalan yaitu perubahan
unsur dan/atau mekanisme dalam model yang berorientasi pada
pemecahan masalah dan perubahan struktur dasar dari model yang
berorientasi pada penciptaan sistem yang bernilai lebih.
Perubahan dengan menambah atau mengurangi unsur dan mekanisme
dalam model dilakukan secara kreatif. Caranya adalah :
Memotong mekanisme permasalahan tersebut
Memintas mekanisme permasalahan tersebut
Menambah unsur baru dengan mekanisme baru
89
Perubahan struktur dasar dari model dilakukan secara kontemplatif
dengan cara mengungkapkan sejauh mana kinerja sistem yang berlaku
masih cocok dengan lingkungan sistem.
2. Analisis kebijakan alternatif
Analisis kebijakan pada dasarnya adalah menemukan langkah strategis
untuk mempengaruhi sistem. Dalam rangka mempengaruhi sistem tersebut
ada 2 pilihan, yaitu sistemnya tetap atau berubah. Jika sistemnya tetap
maka analisis terhadap langkah-langkah yang diambil menghasilkan
alternatif langkah yang mempengaruhi fungsi dari unsur sistem atau
disebut kebijakan fungsional. Apabila sistem diubah maka analisis
terhadap langkah-langkah yang diambil menghasilkan alternatif langkah
yang menciptakan variasi struktur sistem yang berbeda dengan sistem
semula atau atau disebut juga kebijakan perubahan struktural.
2.1.8. Fungsi-Fungsi Penting Simulasi
Software yang digunakan pada penelitian ini adalah powersim constructor,
karena itu pada bagian ini akan dibahas fungsi-fungsi penting yang banyak digunakan
dalam software ini, antara lain :
1. Fungsi IF
Fungsi IF menggambarkan suatu kondisi dan digunakan untuk banyak
kepentingan, antara lain untuk menguji variabel-variabel lain. Fungsi ini
90
juga sering digabungkan dengan fungsi yang lain, misalnya PULSEIF,
PAUSEIF, STOPIF, dan lain-lain. Cara penulisan fungsi IF pada software
powersim adalah :
Aux IF = IF (Condition, Value1, Value2)
Condition = suatu logical value (true or false)
Value1 = angka sembarang (computational parameter)
Value2 = angka sembarang (computational parameter)
2. Fungsi GRAPH
Fungsi GRAPH banyak digunakan bila data berupa tabel atau data
menunjukkan hubungan yang non-linier.
Cara penulisan fungsi GRAPH pada software powersim adalah :
Aux GRAPH = GRAPH (X, X1, dx, Y(N))
X = variabel bebas (nilai bebas, merupakan sumbu-X, disebut juga
INPUT).
X1 = nilai pertama dari X (variabel bebas).
dx = pertambahan nilai dari X. Nilainya selalu positif.
Y(N) = vektor (sumbu-Y, disebut pula OUTPUT).
Selain itu, fungsi GRAPH sangat berguna jika kita tidak mengetahui
rumus matematik dari suatu fungsi, atau jika kita menggunakan data
statistik atau empiris untuk memperlihatkan hubungan antara 2 variabel.
91
3. Fungsi DELAY
Dalam sistem yang riil, sering terjadi delay misalnya dalam pengambilan
keputusan dalam hal transportasi, informasi, dan lain-lain. Secara umum
fungsi DELAY dalam software powersim dibagi menjadi 3, yaitu :
• Delay Material (DELAYMTR)
• Delay Informasi (DELAYINF)
• Delay Pipeline (DELAYPPL)
Contoh penulisan fungsi DELAY untuk mendefinisikan suatu output :
Aux OUTPUT = DELAYMTR (INPUT, DELAY_TIME, 1, INITIAL)
4. Fungsi STEP
Misalkan kita menabung Rp. 1.000.000,- secara kontinu setiap bulan
dimulai pada Januari 2009. Kemudian mulai April 2009, kita menambah
tabungan dengan Rp. 500.000,- untuk seterusnya, maka penambahan Rp.
500.000,- tersebut dapat dikatakan sebagai fungsi STEP.
Definisi tabungan sebelum menggunakan fungsi STEP :
Const TABUNGAN = 1.000.000
Setelah menggunakan fungsi STEP :
Aux TABUNGAN = 1.000.000 + STEP (500.000, 4)
Angka 500.000 menunjukkan besarnya nilai STEP, sedangkan angka 4
menyatakan kapan STEP itu dimulasi (4 berarti bulan ke-4, April).
92
5. Fungsi PULSE
Fungsi ini sebenarnya sama dengan fungsi STEP, perbedaannya adalah
penambahan nilai dilakukan secara periodik. Ambil contoh tabungan pada
fungsi STEP, penambahan Rp. 500.000,- dilakukan setiap 3 bulan sekali
mulai bulan April 2009. Hal ini berarti penambahan Rp. 500.000,-
dilakukan pada bulan April 2009, Juli 2009, Oktober 2009, dan
seterusnya. Cara penulisan fungsi PULSE pada software powersim yaitu :
Aux TABUNGAN = 1.000.000 + PULSE (500.000, 4, 3)
Angka 500.000 menunjukkan harga dari pulse itu sendiri, angka 4 pertama
menunjukkan waktu pertama pulse diberikan dan angka 3 adalah interval,
yaitu waktu antara pemberian pulse pertama dengan pemberian pulse
selanjutnya.
6. Fungsi TIMECYCLE
Fungsi TIMECYCLE digunakan untuk menguji siklus waktu atau interval
waktu. Cara penulisan fungsi TIMECYCLE pada software powersim :
Aux TIMECYCLE = TIMECYCLE (First, Interval)
First = waktu pertama untuk pengecekan.
Interval = waktu di antara pengecekan yang satu ke pengecekan
berikutnya.
93
2.2 Pareto Chart
Menurut Turner, dkk (2000), pareto chart adalah grafik batang yang
menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Pada dasarnya pareto
chart digunakan untuk :
1. Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah dan
penyebab masalah yang ada.
2. Memfokuskan perhatian pada masalah-masalah penting melalui
pembuatan ranking terhadap masalah atau penyebab dari masalah tersebut.
Langkah – langkah pembuatan pareto chart adalah sebagai berikut :
1. Langkah 1
Menentukan masalah yang akan diteliti, menentukan data yang diperlukan
beserta klasifikasinya dan menentukan metode pengumpulan data.
2. Langkah 2
Membuat ringkasan tabel yang mencatat frekuensi kejadian dari masalah
yang telah diteliti.
3. Langkah 3
Membuat daftar masalah secara berurut berdasarkan frekuensi kejadian
dari yang tertinggi sampai yang terendah, hitung frekuensi kumulatif,
persentase total kejadian, dan persentase total kejadian.
94
4. Langkah 4
Menggambar dua buah garis vertikal dan sebuah garis horizontal.
5. Langkah 5
Buat histogram pada pareto chart.
6. Langkah 6
Gambar kurva kumulatif dan cantumkan nilai kumulatif disebelah kanan
atas dari interval setiap masalah.
7. Langkah 7
Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab utama
dari masalah yang sedang terjadi itu.
2.3 Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab-akibat yang dikenal dengan istilah diagram tulang ikan
(fishbone diagram), diperkenalkan pertama kalinya oleh Prof. Kaoru Ishikawa
(Tokyo University) pada tahun 1953. Sering disebut juga sebagai Ishikawa diagram.
Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan
antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram
sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab itu.
95
Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas kerja
tersebut, maka akan selalu mendapatkan bahwa ada 5 faktor penyebab utama yang
perlu diperhatikan, yaitu :
1. Manusia (man)
2. Metode kerja (work method)
3. Mesin atau peralatan kerja lainnya (machine/equipment)
4. Bahan-bahan baku (raw materials)
5. Lingkungan kerja (work environment)
Pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan-
kebutuhan berikut :
1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah
2. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah
3. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut
Langkah-langkah dalam pembuatan diagram sebab-akibat dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama yang penting dan
mendesak untuk diselesaikan.
2. Tuliskan pernyataan masalah tersebut pada “kepala ikan” yang merupakan
akibat (effect). Tuliskan pada sisi sebelah kanan dari kertas (kepala ikan),
96
kemudian gambarkan “tulang belakang” dari kiri ke kanan dan tempatkan
pernyataan masalah itu dalam kotak.
3. Tuliskan faktor-faktor penyebab utama yang mempengaruhi masalah
kualitas sebagai “tulang besar”, juga tempatkan dalam kotak. Faktor-
faktor penyebab utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam
pengelompokan dari faktor-faktor manusia, mesin, peralatan, material,
metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran, dan lain-lain. Faktor-faktor
penyebab dapat dikembangkan melalui brainstorming.
4. Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebab-
penyebab utama (tulang-tulang besar) serta penyebab-penyebab sekunder
itu dinyatakan sebagi “tulang-tulang berukuran sedang”.
5. Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebab-
penyebab sekunder (tulang-tulang berukuran sedang), serta penyebab-
penyebab tersier itu dinyatakan sebagai “tulang-tulang berukuran kecil”.
6. Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktor-
faktor penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata
terhadap karakteristik kualitas.
7. Catatlah informasi yang perlu di dalam diagram sebab-akibat itu, seperti
judul, nama produk, proses, kelompok, daftar partisipan, tanggal, dll.
97
2.4 AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan Expert Choice 2000
AHP merupakan suatu alat pengambilan keputusan yang sederhana, yaitu
dengan memisahkan persoalan-persoalan yang rumit menjadi beberapa jenjang
yang sederhana, untuk kemudian diselesaikan satu persatu, dan pada akhirnya
kembali hirarki tersebut disusun menjadi satu kesatuan. Suatu proses
pengambilan keputusan dapat dianggap baik apabila konsisten, dan syarat agar
dapat dianggap konsisten adalah memiliki consistency ratio ≤ 0.1. Salah satu
tahap yang penting adalah menentukan derajat kepentingan, ada beberapa
tingkatan, yaitu :
Tabel 2.1 Derajat Kepentingan AHP
PREFERENCE LEVEL NUMERICAL VALUE
Equally Preferred 1
Equally to Moderately Preferred 2
Moderately Preferred 3
Moderately to Strongly Preferred 4
Strongly Preferred 5
Strongly to Very Strongly Preferred 6
Very Strongly Preferred 7
Very Strongly to Extremely Preferred 8
Extremely Preferred 9
98
Langkah-langkah menjalankan program Expert Choice 2000 :
1. Jalankan program ec2000.exe.
Klik File New untuk membuka file baru.
2. Buat nama file yang akan dibuat.
3. Setelah muncul window Goal Description, ketik tujuan utama
menggunakan PHA, dalam kasus ini supplier terbaik (Best supplier).
4. Masukkan nama supplier yang akan dibandingkan dengan mengklik icon
Add Alternative .
5. Masukkan semua nama supplier dengan cara yang sama pada langkah 4.
(supplier A, B, C, D, E)
6. Masukkan kriteria perbandingan dengan mengklik kanan Goal dan pilih
Insert Child of Current Node, dapat juga dengan menggunakan shortcut
Ctrl+H.
7. Ubahlah nama default dengan nama-nama kriteria yang sudah didata.
Setelah memasukkan nama yang pertama, kemudian enter untuk
memasukkan kriteria selanjutnya.
8. Masukkan nilai perbandingan terhadap setiap supplier, klik bagian jarak,
kemudian arahkan cursor ke tab , “Pairwise numerical
comparisons”.
9. Masukkan nilai perbandingan untuk masing-masing supplier, nilai yang
dimasukkan berdasarkan prioritas yang telah ditentukan sebelumnya.
99
Cursor angka yang berada di tengah digeser ke kiri apabila nilai yang
dimasukkan bernilai positif dan bilangan bulat, sedangkan digeser ke
arah kanan apabila nilai yang akan dimasukkan berupa pecahan.
10. Masukkan semua angka perbandingan tersebut.
11. Setelah semua nilai telah dimasukkan, kembali ke layar Model View
untuk memasukkan nilai perbandingan untuk kriteria lainnya. Simpan nilai
perbandingan terlebih dahulu dengan menekan Yes apabila muncul window
dengan pertanyaan record judgements.
12. Ulangi langkah 9 hingga 12 untuk memasukkan semua nilai untuk kriteria
yang lain.
13. Masukkan nilai perbandingan untuk setiap kriteria dengan cara yang sama
seperti langkah 9, hanya saja klik Goal untuk memasukkan nilai tersebut.
14. Ketika kembali ke layar utama,
Hasil pada kolom kanan layar menunjukkan nilai yang diperoleh oleh
setiap supplier, semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka prioritas
pertama dijatuhkan pada supplier tersebut.
15. Untuk melihat seberapa penting hubungan antarsupplier, dapar terlihat
pada layar dengan icon “Pairwise verbal comparisons” , di layar
tersebut akan ditunjukkan seberapa penting hubungan antarmobil.
16. Tab “Pairwise graphical comparisons”, yang berlambangkan garis
biru-merah menunjukkan grafik preferensi antarsupplier.
100
17. Gambar di bawah ini menunjukkan prioritas setiap supplier tergantung
kriteria yang dipilih. Untuk melihat layar tersebut, maka klik tab
“Priorities derived from pairwise comparison” berlambangkan
garis biru.
18. Apabila ingin menujukkan hasil perbandingan antarkriteria, klik
View Priorities Local.
19. Untuk memperlihatkan grafik secara menyeluruh, dari segi Performance,
Dynamic, Gradient dan Head to head, maka klik Sensitivity-
Graphs “Open Four Graphs”.