Selama imbal hasil masih berada di atas suku bunga acuan ......wan Hendrayana. Dia mem-prediksi,...

1
PORTOFOLIO Kontan Senin, 20 Mei 2019 nOBLIGASI nSAHAM Selama imbal hasil masih berada di atas suku bunga acuan, SBN akan tetap laris. Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama Mau Laris, Lelang SUN Perlu Pemanis Pelaku pasar menilai penawaran imbal hasil obligasi kurang menarik lagi JAKARTA. Di tengah kecamuk perang dagang antara Ameri- ka Serikat (AS) dan China yang kembali memanas, pe- merintah dinilai harus mem- percantik tawaran imbal hasil surat berharga negara (SBN). Tujuannya, demi menarik in- vestor asing tetap masuk ke pasar obligasi domestik. Pelaku pasar modal Anil Kumar mengamati, di tengah semakin memanasnya perang dagang AS dan China, investor asing cenderung beralih ke aset safe haven dan mening- galkan instrumen investasi di negara yang lebih berisiko. Termasuk di Indonesia. "Karena menghadapi kondi- si ketidakpastian global, ta- waran imbal hasil di lelang SBN selanjutnya harus lebih tinggi dari yield acuan saat ini jika ingin minat investor tetap tinggi," kata Anil, Jumat (17/5). Bagaimana pun, pemerintah tetap membutuhkan suntikan dana asing dan mencapai tar- get penerbitan SBN yang sete- ngah lagi. Memang, berkat strategi front loading, penerbitan SBN pemerintah hingga Mei sudah cukup besar. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pe- ngelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuang- an, per 15 Mei 2019 realisasi penerbitan SBN mencapai 51,88% atau senilai Rp 428,34 triliun dari target Rp 825,7 tri- liun di tahun ini. Tapi, ada potensi penawar- an SBN tidak laris bila yield yang ditawarkan rendah. Pe- nyerapan SBN yang rendah bisa berpengaruh ke harga surat utang pemerintah di pa- sar sekunder. Anil melihat, pasar obligasi masih dipengaruhi sentimen ketidakpastian geopolitik hingga defisit transaksi berja- lan. Untuk mendapat dana, opsi pemerintah, antara lain, menaikkan imbal hasil SBN agar menarik investor, mela- kukan pinjaman bilateral, atau memperlambat pengeluaran. Suku bunga tetap Anil menghitung, saat ini obligasi perlu pemanis. "Baik- nya pemerintah menaikkan kupon 40-50 basis poin di atas posisi yield atau imbal hasil SBN saat ini," kata dia. Pandangan lain disampai- kan Head of Investment Re- search Infovesta Utama Wa- wan Hendrayana. Dia mem- prediksi, penerbitan SBN ke depan masih akan laris diburu selama suku bunga acuan ti- dak beranjak naik. Pasalnya, larisnya penerbit- an SBN tergantung dari imbal hasil yang ditawarkan. "Sela- ma imbal hasil masih berada di atas suku bunga acuan, SBN akan tetap laris, meski sentimen perang dagang kem- bali melanda, karena kebu- tuhan akan investasi di surat utang akan tetap ada," kata Wawan, Jumat (17/5). Jika pelaku pasar kompak optimistis suku bunga acuan Bank Indonesia bisa turun, maka penjualan SBN akan tambah laris. Terutama di te- ngah harga SBN yang kini se- dang murah setelah yield cenderung bergerak naik. Na- mun, sebaliknya jika pasar berekspektasi suku bunga di dalam negeri berpotensi naik, maka mereka akan menunda pembelian surat utang. Hingga saat ini, BI masih mempertahankan bunga 6%. Proyeksi Wawan, BI belum akan menaikkan bunga lagi. Tetapi, potensi penurunan suku bunga masih tertahan karena mempertimbangkan defisit neraca dan pelemahan rupiah. Karena itu, proyeksi dia, bunga acuan BI cende- rung tetap. Sepanjang yield berada di atas deposito, penyerapan SBN masih akan baik di tahun ini. Ditambah, dukungan dari semakin berkembangnya dan kelolaan institusi non-bank yang harus menginvestasikan dana di surat utang . n Danielisa Putriadita Prediksi Rupiah Melihat Efek Keputusan Trump JAKARTA. Peluang penguatan kurs rupiah terha- dap dollar AS terbuka pada perdagangan hari ini (20/5). Namun, peluang tersebut lebih karena fak- tor teknikal, bukan fundamental. Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Si- regar menyampaikan, rupiah sebenarnya sudah sangat undervalued akibat pelemahan pekan lalu. Jadi, wajar jika rupiah menguat sementara. "Pa- iring USD/IDR sudah di area overbought, sehingga secara teknikal koreksi bagi dollar AS sangat mungkin terjadi," ungkap dia, Jumat (17/5). Pelaku pasar sejatinya masih fokus pada sejum- lah sentimen eksternal. Salah satunya, keputusan Presiden AS Donald Trump menunda kenaikan bea impor di sektor otomotif, yang mampu sedikit meredakan ketegangan perang dagang antara AS dan beberapa negara. Di sisi lain, pelaku pasar tengah mencermati aksi China yang menjual obligasi AS belakangan ini. Pa- dahal, selama ini China dikenal sebagai pemegang US Treasury terbesar. "Pasar mengamati, apakah penjualan obligasi ini akibat memburuknya hubung- an kedua negara atau bukan," terang Deddy. Ekonom Bank Permata Josua Permata menam- bahkan, rupiah memang sempat bertahan akhir pekan lalu karena keputusan Bank Indonesia mempertahankan bunga di level 6%. Namun, po- tensi pelemahan rupiah masih ada. Apalagi, akhir Mei diperkirakan menjadi puncak kebutuhan valas di Indonesia, mengingat musim pembagian dividen serta peningkatan belanja konsumsi masyarakat ataupun pemerintah jelang Lebaran. Maka dari itu, Josua memprediksikan, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.400-Rp 14.500 per dollar AS Senin ini. Sedangkan Deddy melihat pe- luang rupiah menguat dan bergerak dengan kisar- an Rp 14.430-Rp 14.450 per dollar AS. Jumat lalu (17/5), kurs rupiah di pasar spot me- nguat tipis 0,01% ke level Rp 14.450 per dollar AS. Namun, sepanjang pekan lalu, kurs rupiah terko- reksi sekitar 0,85%. Dimas Andi Shadewo , Saham Pilihan Oleh: Angelo Michel Periode: 20-24 Mei 2019 Belum ada indikasi IHSG akan rebound dan kembali bullish. Jika penurunan berlanjut, ada support big player lagi di 5.697- 5.621. Jika support tersebut masih ditembus ke bawah, penurunan akan berlanjut lebih jauh. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Garuda Indonesia (GIAA) Astra Agro Lestari (AALI) Selamat Sempurna (SMSM) Saham pilihan di atas adalah yang masih dijaga oleh Market Maker menurut analisis volume. Signal panah yang muncul berasal dari indikator momentum terpilih yang menangkap momentum harga untuk prediksi pendakian sejauh >= 5% dalam 5 hari. Informasi di atas seharusnya digunakan hanya oleh investor yang memahami resiko dalam trading saham. Penulis tidak bertanggung jawab atas kerugian apa pun yang disebabkan oleh penggunaan dari ulasan ini. Satu kelompok big player melakukan aksi beli. Target pendakian ada di 11.675. Support di 10.000 menjadi petunjuk bearish jika ditembus ke bawah. Dua kelompok big player telah melakukan aksi beli. Target pendakian ada di 840 Support di 396 menjadi petunjuk bearish jika ditembus ke bawah. Semua kelompok big player telah melakukan aksi beli. Target pendakian ada di 1.720 Support di 1.560 menjadi petunjuk bearish jika ditem- bus ke bawah.

Transcript of Selama imbal hasil masih berada di atas suku bunga acuan ......wan Hendrayana. Dia mem-prediksi,...

Page 1: Selama imbal hasil masih berada di atas suku bunga acuan ......wan Hendrayana. Dia mem-prediksi, penerbitan SBN ke depan masih akan laris diburu selama suku bunga acuan ti-dak beranjak

PORTOFOLIO �Kontan Senin, 20 Mei 2019

nObLIgasI nsaham

Selama imbal hasil masih berada di atas suku bunga acuan, SBN akan tetap laris.Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama

Mau Laris, Lelang SUN Perlu PemanisPelaku pasar menilai penawaran imbal hasil obligasi kurang menarik lagi

JAKARTA. Di tengah kecamuk perang dagang antara Ameri-ka Serikat (AS) dan China yang kembali memanas, pe-merintah dinilai harus mem-percantik tawaran imbal hasil surat berharga negara (SBN). Tujuannya, demi menarik in-vestor asing tetap masuk ke pasar obligasi domestik.

Pelaku pasar modal Anil Kumar mengamati, di tengah semakin memanasnya perang dagang AS dan China, investor asing cenderung beralih ke aset safe haven dan mening-galkan instrumen investasi di negara yang lebih berisiko. Termasuk di Indonesia.

"Karena menghadapi kondi-si ketidakpastian global, ta-waran imbal hasil di lelang SBN selanjutnya harus lebih tinggi dari yield acuan saat ini jika ingin minat investor tetap tinggi," kata Anil, Jumat (17/5). Bagaimana pun, pemerintah tetap membutuhkan suntikan dana asing dan mencapai tar-get penerbitan SBN yang sete-ngah lagi.

Memang, berkat strategi front loading, penerbitan SBN pemerintah hingga Mei sudah cukup besar. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pe-ngelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuang-an, per 15 Mei 2019 realisasi penerbitan SBN mencapai 51,88% atau senilai Rp 428,34 triliun dari target Rp 825,7 tri-liun di tahun ini.

Tapi, ada potensi penawar-an SBN tidak laris bila yield yang ditawarkan rendah. Pe-nyerapan SBN yang rendah bisa berpengaruh ke harga surat utang pemerintah di pa-sar sekunder.

Anil melihat, pasar obligasi

masih dipengaruhi sentimen ketidakpastian geopolitik hingga defisit transaksi berja-lan. Untuk mendapat dana, opsi pemerintah, antara lain, menaikkan imbal hasil SBN agar menarik investor, mela-kukan pinjaman bilateral, atau memperlambat pengeluaran.

Suku bunga tetapAnil menghitung, saat ini

obligasi perlu pemanis. "Baik-nya pemerintah menaikkan kupon 40-50 basis poin di atas posisi yield atau imbal hasil SBN saat ini," kata dia.

Pandangan lain disampai-kan Head of Investment Re-search Infovesta Utama Wa-wan Hendrayana. Dia mem-prediksi, penerbitan SBN ke

depan masih akan laris diburu selama suku bunga acuan ti-dak beranjak naik.

Pasalnya, larisnya penerbit-an SBN tergantung dari imbal hasil yang ditawarkan. "Sela-ma imbal hasil masih berada di atas suku bunga acuan, SBN akan tetap laris, meski sentimen perang dagang kem-bali melanda, karena kebu-tuhan akan investasi di surat utang akan tetap ada," kata Wawan, Jumat (17/5).

Jika pelaku pasar kompak optimistis suku bunga acuan Bank Indonesia bisa turun, maka penjualan SBN akan tambah laris. Terutama di te-ngah harga SBN yang kini se-dang murah setelah yield cenderung bergerak naik. Na-mun, sebaliknya jika pasar

berekspektasi suku bunga di dalam negeri berpotensi naik, maka mereka akan menunda pembelian surat utang.

Hingga saat ini, BI masih mempertahankan bunga 6%. Proyeksi Wawan, BI belum akan menaikkan bunga lagi. Tetapi, potensi penurunan suku bunga masih tertahan karena mempertimbangkan defisit neraca dan pelemahan rupiah. Karena itu, proyeksi dia, bunga acuan BI cende-rung tetap.

Sepanjang yield berada di atas deposito, penyerapan SBN masih akan baik di tahun ini. Ditambah, dukungan dari semakin berkembangnya dan kelolaan institusi non-bank yang harus menginvestasikan dana di surat utang . n

Danielisa Putriadita

Prediksi Rupiah

Melihat Efek Keputusan Trump

JAKARTA. Peluang penguatan kurs rupiah terha-dap dollar AS terbuka pada perdagangan hari ini (20/5). Namun, peluang tersebut lebih karena fak-tor teknikal, bukan fundamental.

Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Si-regar menyampaikan, rupiah sebenarnya sudah sangat undervalued akibat pelemahan pekan lalu. Jadi, wajar jika rupiah menguat sementara. "Pa-iring USD/IDR sudah di area overbought, sehingga secara teknikal koreksi bagi dollar AS sangat mungkin terjadi," ungkap dia, Jumat (17/5).

Pelaku pasar sejatinya masih fokus pada sejum-lah sentimen eksternal. Salah satunya, keputusan Presiden AS Donald Trump menunda kenaikan bea impor di sektor otomotif, yang mampu sedikit meredakan ketegangan perang dagang antara AS dan beberapa negara.

Di sisi lain, pelaku pasar tengah mencermati aksi China yang menjual obligasi AS belakangan ini. Pa-dahal, selama ini China dikenal sebagai pemegang US Treasury terbesar. "Pasar mengamati, apakah penjualan obligasi ini akibat memburuknya hubung-an kedua negara atau bukan," terang Deddy.

Ekonom Bank Permata Josua Permata menam-bahkan, rupiah memang sempat bertahan akhir pekan lalu karena keputusan Bank Indonesia mempertahankan bunga di level 6%. Namun, po-tensi pelemahan rupiah masih ada. Apalagi, akhir Mei diperkirakan menjadi puncak kebutuhan valas di Indonesia, mengingat musim pembagian dividen serta peningkatan belanja konsumsi masyarakat ataupun pemerintah jelang Lebaran.

Maka dari itu, Josua memprediksikan, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.400-Rp 14.500 per dollar AS Senin ini. Sedangkan Deddy melihat pe-luang rupiah menguat dan bergerak dengan kisar-an Rp 14.430-Rp 14.450 per dollar AS.

Jumat lalu (17/5), kurs rupiah di pasar spot me-nguat tipis 0,01% ke level Rp 14.450 per dollar AS. Namun, sepanjang pekan lalu, kurs rupiah terko-reksi sekitar 0,85%.

Dimas Andi Shadewo

,

Saham PilihanOleh: Angelo MichelPeriode: 20-24 Mei 2019

Belum ada indikasi IHSG akan rebound dan kembali bullish. Jika penurunan berlanjut, ada support big player lagi di 5.697-5.621.Jika support tersebut masih ditembus ke bawah, penurunan akan berlanjut lebih jauh.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Garuda Indonesia (GIAA)

Astra Agro Lestari (AALI)

Selamat Sempurna (SMSM)

Saham pilihan di atas adalah yang masih dijaga oleh Market Maker menurut analisis volume. Signal panah yang muncul berasal dari indikator momentum terpilih yang menangkap momentum harga untuk prediksi pendakian sejauh >= 5% dalam 5 hari. Informasi di atas seharusnya digunakan hanya oleh investor yang memahami resiko

dalam trading saham. Penulis tidak bertanggung jawab atas kerugian apa pun yang disebabkan oleh penggunaan dari ulasan ini.

Satu kelompok big player melakukan aksi beli. Target pendakian ada di 11.675.Support di 10.000 menjadi petunjuk bearish jika ditembus ke bawah.

Dua kelompok big player telah melakukan aksi beli.Target pendakian ada di 840Support di 396 menjadi petunjuk bearish jika ditembus ke bawah.

Semua kelompok big player telah melakukan aksi beli.Target pendakian ada di 1.720Support di 1.560 menjadi petunjuk bearish jika ditem-bus ke bawah.