Sel Jukstaglomerular
-
Upload
rusmanshiddiq -
Category
Documents
-
view
93 -
download
5
Transcript of Sel Jukstaglomerular
1. Histologi dan fungsi sel jukstaglomerular?
Sel jukstaglomerular merupakan sel-sel otot polos tunika media arteriol aferen di polus
vaskular berdiferensiasi menjadi sel-sel epiteloid yang sangat termodufikasi dengan granul
sitoplasma. Sel-sel jukstaglomerular pada arteriol eferen dan sel-sel makula densa pada
tubulus kontortus distal bersama-sama membentuk aparatus jukstaglomerular. Aparatus
glomerular berperan penting untuk mempertahankan tekanan darah normal.
Sel-sel jukstaglomerular memantau perubahan tekanan darah sistemik dengan berespon
terhadap peregangan dinding arteriol aferen.Penurunan tekanan darah sistemik
merangsang sel-sel jukstaglomerular melepaskan hormon renin ke dalam sirkulasi darah.
Renin mengubah angiotensinogen protein plasma menjadi angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II oleh enzim yang terdapat di sel endotel paru. Angiotensin II
adalah hormon aktif dan vasokonstriktor kuat yang mula-mula berakibat konstriksi arterial
sehingga meningkatkan tekanan darah sistemik. Selain itu angiotensin II merangsang
pembebasan hormon aldoteron dari korteks adrenal.
2. Antibiotik profilaksis?
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik digunakan bagi pasien yang belum terkena infeksi,
tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk mendapatkannya, atau bila terkena infeksi
dapat menimbulkan dampak buruk bagi pasien. Penggunaan antibiotik di rumah sakit,
sekitar 30-50 % untuk tujuan profilaksis bedah. Profilaksis bedah merupakan pemberian
antibiotik sebelum adanya tanda-tanda dan gejala suatu infeksi dengan tujuan mencegah
terjadinya manifestasi klinik infeksi.
Selama 24 jam pertama, infeksi tergantung pada jumlah koloni bakteri yang ada. Pada dua
jam pertama mekanisme pertahanan tubuh bekerja untuk menurunkan jumlah bakteri.
Empat jam berikutnya, jumlah bakteri konstan karena terjadi keseimbangan antara bakteri
yang bermultiplikasi dan bakteri yang dibunuh oleh sistem pertahanan tubuh. Enam jam
pertama ini disebut sebagai periode emas (Golden Period), setelah itu bakteri
bermultiplikasi secara eksponen. Antibiotik menurunkan pertumbuhan bakteri secara
geometrik dan menunda reproduksi bakteri. Profilaksis antibiotik diberikan untuk
memperlama `Golden Period’.
Pedoman untuk Memilih Antibiotik Profilaksis
Obat-obatan profilaksis harus diarahkan terhadap organisme yang mempunyai
kemungkinan terbesar dapat menyebabkan infeksi, tetapi tidak harus membunuh atau
melemahkan seluruh patogen. Untuk sebagian besar tindakan, sefalosporin generasi
pertama atau kedua yang tidak mahal, seperti sefazolin, mempunyai half-life yang cukup
panjang dan aktif terhadap stafilokoki dan streptokoki, efektif apabila diberikan secara
intravena (IV) 30 menit sebelum pembedahan. Kecuali pada apendektomi, di mana
sefoksitin (Mefoxin) atau sefotetan (Cefotan) lebih baik karena lebih aktif dari pada
sefazolin terhadap organisme anaerobik dalam usus.
Stafilokoki metisilin-resisten (Methicilin Resistant Staphylococcus Aureus/MRSA)
adalah patogen pascabedah yang penting, di mana vankomisin dapat digunakan, tetapi
penggunaan rutin untuk profilaksis harus dihindari karena hal ini dapat merangsang
timbulnya organisme-organisme resistan. Juga, sefalosporin generasi ketiga dan keempat
(misalnya sefotaksim atau sefepime) tidak dapat digunakan sebagai profilaksis
pembedahan rutin karena:
- Kurang aktifnya sefazolin terhadap stafilokoki, serta mahal.
- Spektrum aktivitasnya mencakup organisme yang jarang ditemukan dalam
pembedahan elektif: dan
- Penggunaan luas dapat menimbulkan resistensi.
Jumlah dosis
Dosis tunggal IV antibiotik yang diberikan dalam 30 menit atau kurang sebelum insisi
kulit akan memberikan konsentrasi dalam jaringan yang memadai sepanjang pembedahan.
(Apabila vankomisin digunakan, sekurang-kurangnya dibutuhkan satu jam). Jelaslah
konsep infusi “tugas jaga” antibiotik profilaksis tidak dapat diterima karena penundaan
pembedahan dapat terjadi sehingga menyebabkan konsentrasi dalam jaringan menjadi
kurang efektif apabila pembedahan belum dimulai. Apabila pembedahan diperpanjang
(lebih dari 4 jam) kehilangan darah hebat terjadi atau antibiotik dengan half-life pendek,
seperti sefoksitin digunakan, satu atau lebih dosis tambahan harus diberikan selama
tindakan tersebut.