Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2013

5
STUDI KASUS Prediksi dan Tantangan Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2013 Jakarta (29/10/2012) - Sektor pertanian nampaknya masih menjadi primadona perekonomian di Indonesia, meskipun telah terjadi transformasi struktur ekonomi, dimana perekonomian negara lebih ditopang pada sektor industri dan jasa. Selain dibutuhkan sebagai penyedia pangan nasional, sektor pertanian juga menyerap sebagian besar tenaga kerja. Pertanyaannya bagaimana situasi sektor pertanian pada tahun 2013? Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, pertanian, perikanan dan kehutanan. Hingga saat ini sektor pertanian menyumbang penyerapan tenaga kerja baru setiap tahunnya dan masih menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar angkatan kerja di Indonesia. Bahkan kebutuhan akan pangan nasional, masih menumpukan harapan kepada sektor pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka tetap (ATAP) produksi padi tahun 2011 sebesar 65,78 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau turun 0,71 juta ton (1,07%) dibandingkan produksi tahun 2010. Penurunan produksi terjadi di Pulau Jawa, yaitu sebesar 1,97 juta ton. Namun, di luar Pulau Jawa justru terjadi peningkatan sebesar 1,26 juta ton. Sementara itu, angka ramalan (ARAM) I tahun 2012 memperkirakan adanya peningkatan produksi sebesar 2,84 juta ton (4,31%) dibandingkan tahun 2011, menjadi sebesar 68,62 juta ton GKG. Kenaikan tersebut diperkirakan terjadi di Pulau Jawa sebesar 1,59 juta ton dan di luar Pulau Jawa sebesar 1,25 juta ton, yang disebabkan oleh adanya peningkatan luas panen sebesar 237.297 Ha (1,8%) dan produktivitas sebesar 1,23 kuintal/Ha (2,47%). Mencermati terjadinya penurunan produksi padi di tahun 2011 yang mencapai 1,07%, target kenaikan angka produksi tahun 2012 sebesar 4,31% dinilai terlalu optimis. Hal itu didasarkan kenyataan bahwa sampai bulan Oktober 2012 di berbagai daerah belum turun hujan dan menyebabkan kekeringan waduk serta irigasi, sehingga sekitar 80.000 Ha sawah mengalami puso. Sementara itu, produksi padi

description

pertanian

Transcript of Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2013

Page 1: Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2013

STUDI KASUS

Prediksi dan Tantangan Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2013

Jakarta (29/10/2012) - Sektor pertanian nampaknya masih menjadi primadona perekonomian di Indonesia, meskipun telah terjadi transformasi struktur ekonomi, dimana perekonomian negara lebih ditopang pada sektor industri dan jasa. Selain dibutuhkan sebagai penyedia pangan nasional, sektor pertanian juga menyerap sebagian besar tenaga kerja. Pertanyaannya bagaimana situasi sektor pertanian pada tahun 2013?

Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, pertanian, perikanan dan kehutanan. Hingga saat ini sektor pertanian  menyumbang penyerapan tenaga kerja baru setiap tahunnya dan masih menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar angkatan kerja di Indonesia. Bahkan kebutuhan akan pangan nasional, masih menumpukan harapan kepada sektor pertanian.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka tetap (ATAP) produksi padi tahun 2011 sebesar 65,78 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau turun 0,71 juta ton (1,07%) dibandingkan produksi tahun 2010. Penurunan produksi terjadi di Pulau Jawa, yaitu sebesar 1,97 juta ton. Namun, di luar Pulau Jawa justru terjadi peningkatan sebesar 1,26 juta ton. Sementara itu, angka ramalan (ARAM) I tahun 2012 memperkirakan adanya peningkatan produksi sebesar 2,84 juta ton (4,31%) dibandingkan tahun 2011, menjadi sebesar 68,62 juta ton GKG. Kenaikan tersebut diperkirakan terjadi di Pulau Jawa sebesar 1,59 juta ton dan di luar Pulau Jawa sebesar 1,25 juta ton, yang disebabkan oleh adanya peningkatan luas panen sebesar 237.297 Ha (1,8%) dan produktivitas sebesar 1,23 kuintal/Ha (2,47%).

Mencermati terjadinya penurunan produksi padi di tahun 2011 yang mencapai 1,07%, target kenaikan angka produksi tahun 2012 sebesar 4,31% dinilai terlalu optimis. Hal itu didasarkan kenyataan bahwa sampai bulan Oktober 2012 di berbagai daerah belum turun hujan dan menyebabkan kekeringan waduk serta irigasi, sehingga sekitar 80.000 Ha sawah mengalami puso. Sementara itu, produksi padi Januari-Apil 2012 yang diklaim Kementan dan BPS mengalami kenaikan 4,7% dari tahun sebelumnya, juga diragukan keakuratan datanya karena Bulog sebagai pihak yang menyerap beras petani memperkirakan produksi padi pada periode tersebut hanya naik sebesar 1,3%. Di sisi lain, data peningkatan luas panen pada tahun 2012 dari BPS juga diragukan, karena data faktual tentang ketersediaan lahan pertanian tidak jelas dan laju alih fungsi lahan tidak terkendali.

Salah satu indikator yang menunjukkan masih kurangnya produksi beras dalam negeri, yakni adanya impor beras dan kenaikan harga beras. Hingga bulan Agustus 2012, jumlah impor beras sudah mencapai 1.033.794,255 ton. Sementara itu, rata-rata harga beras September 2012 naik 0,22% dibanding Agustus 2012 dan naik 7,98% dibandingkan September 2011. Pada komoditas jagung, data BPS menunjukkan ATAP produksi jagung tahun 2011 sebesar 17,64 juta ton pipilan kering atau turun sebanyak 684,39 ribu ton (3,73%) dibandingkan tahun 2010. Penurunan produksi tersebut terjadi di Pulau Jawa sebesar 477,290 ton dan di luar Pulau Jawa sebesar 207.100 ton. Data ARAM I tahun 2012 memperkirakan produksi jagung meningkat sebesar 18,95 juta ton pipilan kering atau 1,30 juta ton (7,38%) dibandingkan tahun 2011. Peningkatan

Page 2: Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2013

produksi diperkirakan terjadi di Pulau Jawa sebesar 0,80 juta ton dan di luar Pulau Jawa sebesar 0,51 juta ton, yang disebabkan oleh peningkatan luas panen seluas 132,78 ribu Ha (3,44%) dan produktivitas sebesar 1,74 kuintal/Ha (3,81%).

Pada komoditas kedelai, data BPS menunjukkan ATAP produksi kedelai tahun 2011 sebesar 851.290 ton biji kering atau turun sebesar 55.740 ton (6,15%) dibandingkan tahun 2010. Penurunan produksi terjadi di Pulau Jawa sebesar 59.090 ton, namun sebaliknya di luar Pulau Jawa meningkat sebesar 3.350 ton. Sementara itu, pada ARAM I tahun 2012 produksi kedelai diperkirakan sebesar 779.740 ton biji kering atau turun 71.550 ton (8,4%) dibanding tahun 2011. Penurunan produksi diperkirakan terjadi di Pulau Jawa sebesar 41.770 ton dan di luar Pulau Jawa sebesar 29.780 ton, yang diperkirakan sebagai akibat penurunan luas panen sekitar 55.560 Ha (8,93%) meskipun ada peningkatan produktivitas sebesar 0,8 kuintal/Ha (0,58%).

Tantangan yang diperkirakan akan dihadapi oleh sektor pertanian pada tahun 2013, pertama, musim kemarau tahun 2012 di beberapa daerah diperkirakan masih akan berlangsung hingga bulan November. Sementara itu, pada tahun 2013 diperkirakan ada pengaruh El Nino yang menyebabkan kekeringan akan terus berlanjut. Hal ini merupakan siklus dua tahun setelah La Nina. Kemarau panjang yang akan terjadi dapat menggeser musim tanam, sehingga akan mempengaruhi produksi. Kedua, diperkirakan masih akan terjadi permasalahan pada ketersediaan benih padi dan komoditas pertanian. Hal ini didasarkan pada kejadian di tahun 2010 dan 2011, dimana selalu terjadi keterlambatan pengadaan benih padi, sehingga menyebabkan ketergantungan pada produsen benih impor.

Dalam menyikapi kondisi sektor pertanian di tahun 2012 dan perkiraan tantangan yang akan dihadapi di tahun 2013, hal-hal yang dapat dilakukan, antara lain meningkatkan pengetahuan dan teknologi pertanian, terutama terkait perubahan cuaca dengan mengintensifkan pelaksanaan program Sekolah Lapang-Iklim bagi petani, menambah jumlah penyuluh pertanian sebagai pihak yang mendampingi petani melakukan penanaman, dan meningkatkan jumlah anggaran pertanian secara signifikan, terutama anggaran yang digunakan untuk membangun sarana dan prasarana irigasi.(*)

http://www.bin.go.id/wawasan/detil/155/3/29/10/2012/prediksi-dan-tantangan-sektor-pertanian-indonesia-tahun-2013

Pemuda, Desa, dan Masa Depan Pertanian

OPINI | 23 January 2012 | 09:54 Dibaca: 390   Komentar: 8   Nihil

Sejarah bangsa ini tidak lepas dari kiprah sosok pemuda, perjuangan memperebutkan kemerdekaan hingga mempertahankan kemerdekaan merupakan bukti eksistensi pemuda. Lengser keprabon Presiden Soeharto pun diwarnai pendudukan Gedung DPR/MPR oleh puluhan ribu pemuda, aksi-aksi protes terhadap kebijakan pemerintah di masa kini pun juga banyak melibatkan pemuda, maka sosok pemuda tidak boleh dipandang sebelah mata.

Lantas bagaimana peran pemuda (desa) terhadap pertanian? Perkembangan zaman yang menyebabkan pembangunan disana-sini tak pelak menimbulkan residu-residu pembangunan berupa masyarakat yang termarjinalkan secara sosial maupun ekonomi. Para petani yang tadinya

Page 3: Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2013

memiliki sawah banyak yang menjualnya karena adanya alih fungsi sawah (150.000 hektar/tahun) menjadi infrastriktur jalan maupun industri, adanya land grabbing serta himpitan ekonomi membuat makin banyak petani yang lahannya makin sempit bahkan tidak memiliki lahan yang selanjutnya kemiskinan pun menghinggapi mereka yang banyak bekerja di sektor pertanian, per Maret 2010 (BPS) penduduk miskin di desa mencapai 64,2% dari total 31,02 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia.

Para pemuda tani pun enggan untuk terjun ke sawah (jika pun ada jumlahnya minim), hal ini dikarenakan hasil dari sawah kurang menjanjikan di mata mereka, dan pertanian hasilnya tidak dapat dinikmati langsung, butuh waktu untuk menunggu. Belum lagi kondisi desanya yang jauh dari infrastruktur memadai, membuat mereka hengkang dari desanya. Seperti yang saya amati di salah satu desa di kawasan tengah Jawa Tengah, yang mana tenaga-tenaga di ladang kalangan usia 40 tahun ke atas, dan menurut penuturan tokoh masyarakat setempat banyak pemuda dan warga yang merantau, bahkan saking lamanya rumah-rumah yang ditinggalkan dibiarkan roboh dimakan usia.

Seorang sosiolog dari Belanda Ben White dalam kuliah umumnya pernah berkata bahwa tahun 1970 an di Kulonprogo, DIY apabila ada pemuda yang membutuhkan pekerjaan tinggal menghubungi Pak Kades untuk menggarap sawah. Hal ini tentu sudah berbeda dengan masa kini, jumlah sawah di Jawa yang kiat menyusut dan juga kecenderungan pemuda memilih mengadu nasib ke luar desanya menyebabkan desa kian ditinggalkan pemuda, yang ada adalah para orang-orang tua yang masih setia mengayunkan cangkul di lahannya sembari menunggu “pensiun” tiba. Tentu hal ini merupakan persoalan sosial, jika tidak ada pemuda yang terjun ke sawah, lantas siapa yang akan menjadi generasi penerus dari petani-petani tua tersebut?

Salah satu hal yang sederhana yang perlu dilakukan adalah menanamkan pada diri anak-anak kecil yang kelak jadi pemuda untuk mencintai dan menggeluti dunia pertanian. Sangat jarang ditemui orang tua yang menginginkan anaknya jadi petani, sehingga dari kecil hingga pendidikan tinggi bahkan mencari pekerjaan pun “didikte” orang tua untuk menjadi yang lebih dari sekedar petani, termasuk bagi orang tua yang petani sekalipun.. Lulusan SMA yang mempunyai minat di pertanian masih kalah banyak dibandingkan dengan minat ke program studi yang lainnya. Sekolah-sekolah kejuruan dengan basis pertanian pun juga sepi peminat. Hal ini sungguh ironis mengingat sejak kecil di SD ditanamkan bahwa Indonesia adalah negara agraris. Sudah seharusnya pemerintah mendorong agar sektor pertanian khususnya petani kecil yang identik dengan penguasaan lahan yang sempit. Kegiatan land reform ala SBY pada 2010 seluas 142.159 hektare di 389 desa yang tersebar di 21 provinsi perlu dikembangkan, agar petani-petani yang tadinya tidak punya lahan menjadi punya lahan. Insentif berupa keringan pajak bagi tanah sawah perlu dilakukan, beasiswa-beasiswa bagi pemuda yang minat ke pertanian dan bekerja di pertanian perlu digalakan. Perlu juga mengembangkan lembaga seperti Joglo Tani di Sleman yang mendidik pemuda tentang pertanian guna mampu bertani di daerah asalnya. Ini semua merupakan upaya guna menjaga identitas Indonesia sebagai negara agraris dan agar kelak desa tetap ada petaninya.

http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/01/23/pemuda-desa-dan-masa-depan-pertanian-429573.html

Page 4: Sektor Pertanian Indonesia Tahun 2013