Peran Kondisi Pemangku Kepentingan Dalam Keberhasilan Proyek
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN … · 2020. 4. 2. · P2P kepada Ditjen P2P dan...
Transcript of SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN … · 2020. 4. 2. · P2P kepada Ditjen P2P dan...
LAPORAN KINERJA
2019
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
i |
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat dan rakhmatNya sehingga Laporan Kinerja
Sekretariat Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tahun 2019 dapat disusun.
Untuk mewujudkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja lnslansi
Pemerintah, Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja lnstansi Pemerintah (SAKIP), dan Permen
PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) maka sebagai
salah satu entitas Akuntabilitas Kinerja, Sekretariat Ditjen P2P
telah menyusun dan menyajikan Laporan Kinerja atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan
penggunaan anggaran yang telah dialokasikan.
Laporan kinerja Sekretariat Ditjen P2P merupakan laporan tingkat pencapaian kinerja selama
tahun 2019 berdasarkan indikator dan anggaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian
Kinerja, yang bersumber dari Rencana Aksi Kegiatan dengan merujuk pada sasaran yang
ditetapkan dalam Rencana Aksi Program dan Renstra serta memperhatikan tugas pokok dan
fungsi Sekretariat Ditjen P2P.
Kami menyadari Laporan Kinerja ini jauh dari sempurna namun demikian dengan adanya
laporan kinerja ini kami berharap dapat memperoleh umpan balik untuk peningkatan kinerja
Sekretariat Ditjen P2P melalui perbaikan penerapan fungsi-fungsi manajemen secara benar
dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang cukup dalam penyusunan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi dimasa yang akan datang.
Akhirnya, semoga informasi yang disajikan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 21 Januari 2020 Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
dr. Achmad Yurianto
NIP 196203112014101001
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
ii |
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun
2019 merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja Sekretaris Ditjen
P2P kepada Ditjen P2P dan seluruh pemangku kepentingan, baik yang terkait langsung
maupun tidak langsung. Laporan Kinerja Sekretaris Ditjen P2P menjabarkan capaian kinerja
yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Sekretaris Ditjen P2P, mengacu pada Rencana Aksi
Kegiatan. Dari 21 Indikator Kinerja yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2019 yang
dijanjikan oleh Sekretaris Ditjen P2P kepada Dirjen P2P, terdapat 11 indikator yang capaian
kinerjanya melebihi 100% yakni:
1. Persentase Satker Program P2P yang memperoleh penilaian SAKIP dengan hasil minimal
AA tercapai 100% dari target 85%, dengan capaian kinerja 117,6%.
2. Persentase Satker Pusat dan Daerah yang ditingkatkan sarana/prasarananya untuk
memenuhi standar tercapai 98% dari target 69% dengan kinerja 142%.
3. Persentase anggaran tanpa blokir pada DIPA induk tercapai 95,1% dari target 80%,
dengan capaian kinerja 119%.
4. Persentase laporan program Ditjen P2P terverifikasi disampaikan tepat waktu tercapai
100% dari target 90%, dengan capaian kinerja 111%.
5. Persentase Satker Program P2P yang menerapkan manajemen pengelolaan data dan
informasi tercapai 92,2% dari target 90%, dengan capaian kinerja 103,2%.
6. Jumlah UPT yang diusulkan dan difasilitasi memperoleh predikat Wilayah Bebas Korupsi
(WBK) tercapai 22 satker dari target 10 satker, dengan capaian kinerja 220%.
7. Jumlah media informasi Program P2P tercapai 88 media dari target 80 media, dengan
capaian kinerja 110%.
8. Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki aset tanah milik Kemenkes tercapai 91,5%
dari target 69%, dengan capaian kinerja 132,6%.
9. Persentase Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki gedung milik Kemenkes tercapai
100% dari target 69%, dengan capaian kinerja 145%.
10. Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki alat kesehatan penunjang tercapai 100% dari
target 69%, dengan capaian kinerja 145%.
11. Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki fasilitas pendukung perkantoran tercapai
100% dari target 69%, dengan capaian kinerja 145%.
Sedangkan indikator yang mencapai target 100% sebanyak 10 indikator yakni:
12. Persentase layanan administrasi kepegawaian tercapai 100% dari target 100%, dengan
capaian kinerja 100%.
13. Persentase layanan ketatausahaan dan gaji tercapai 100% dari target 100%, dengan
capaian kinerja 100%.
14. Persentase layanan kerumahtanggaan, pengelolaan BMN dan ULP tercapai 100% dari
target 100%, dengan capaian kinerja 100%.
15. Presentase Satker yang menyusun Laporan Keuangan yang tepat waktu sesuai dengan
ketentuan tercapai 100% dari target 100%, dengan capaian kinerja 100%.
16. Persentase Satker yang menyusun Laporan Realisasi Penggunaan PNBP yang sesuai
dengan aturan yang berlaku tercapai 100% dari target 100%, dengan capaian kinerja
100%.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
iii |
17. Persentase Satker yang menyusun dokumen perbendaharaan sesuai ketentuan yang
berlaku tercapai 100% dari target 100%, dengan capaian kinerja 100%.
18. Persentase UPT yang kinerja klasifikasinya sesuai standar tercapai 100% dari target 100%,
dengan capaian kinerja 100%.
19. Jumlah rancangan peraturan perundangan-undangan Program P2P yang disusun tercapai
25 rancangan dari target 25 rancangan, dengan capaian kinerja 100%.
20. Persentase perundang-undangan Program P2P yang disosialisasikan tercapai 100% dari
target 100%, dengan capaian kinerja 100%.
21. Persentase pengaduan masyarakat yang ditangani tercapai 100% dari target 100%,
dengan capaian kinerja 100%.
Untuk kinerja keuangan pada tahun 2019, berdasarkan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran
Negara (SPAN), realisasi anggaran semua jenis belanja mencapai 92,6% atau sebesar Rp.
190.521.629.157 dari total pagu sebesar Rp. 205.757.696.000.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
iv |
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
IKHTISAR EKSEKUTIF ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. v
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................... 1
B. ISU STRATEGIS ........................................................................................ 2
C. VISI DAN MISI ............................................................................................. 3
D. TUGAS POKOK DAN FUNGSI .................................................................. 3
E. SUMBER DAYA MANUSIA ....................................................................... 4
F. MAKSUD DAN TUJUAN ............................................................................ 7
G. SISTEMATIKA PENULISAN ...................................................................... 8
BAB II. PERENCANAAN KINERJA ................................................................................ 9
A. PERENCANAAN KINERJA......................................................................... 9
B. PERJANJIAN KINERJA ............................................................................. 13
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................................... 14
A. CAPAIAN KINERJA .................................................................................... 15
B. REALISASI ANGGARAN ............................................................................ 93
BAB IV. PENUTUP .......................................................................................................... 98
BAB VI. LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
v |
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Kinerja Sasaran Dukungan Manajemen Tahun 2015 – 2019 ..... 11
Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya pada Program P2P tahun 2019 .................................................... 13
Tabel 3.1 Target dan Capaian Indikator Kegiatan Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program P2P tahun 2017 – 2019 15
Tabel 3.2 Daftar Nilai Evaluasi SAKIP Lingkungan Ditjen P2P Tahun 2018 ............. 18
Tabel 3.3 Layanan Ketatausahaan dan Gaji Tahun 2019 .......................................... 37
Tabel 3.4 Target dan Realisasi Layanan Kerumahtanggan, Pengelolaan BMN Tahun
2019 ............................................................................................................ 40
Tabel 3.5 Pengadaan Barang dan Jasa Tahun 2019 ................................................. 42
Tabel 3.6 Laporan Realisasi Anggaran Ditjen P2P Tahun 2017-2019 ....................... 47
Tabel 3.7 Daftar Satker UPT yang Diusulkan dan Difasilitasi untuk Memperoleh
Predikat WBK Tahun 2019 ......................................................................... 61
Tabel 3.8 Media KIE Satker Pusat Ditjen P2P Tahun 2019 ....................................... 77
Tabel 3.9 Kantor Induk dan Wilker UPT yang Memiliki Tanah Kemenkes Tahun 2019 82
Tabel 3.10 Kantor Induk dan Wilker UPT yang Memiliki Gedung Kemenkes Tahun
2019 ............................................................................................................ 86
Tabel 3.11 Pagu dan realisasi anggaran Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya pada Program P2P tahun 2019 .............................. 93
Tabel 3.12 Pagu dan realisasi anggaran per komponen Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Setdtjen P2P tahun 2019 ......... 93
Tabel 3.13 Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ........................................................... 96
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
vi |
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Distribusi Pegawai Setditjen P2P Berdasarkan Bagian Tahun 2019 4
Grafik 1.2 Distribusi Pegawai Setditjen P2P Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun
2019 .................................................................................................... 5
Grafik 1.3 Distribusi Pegawai Setditjen P2P Berdasarkan Pendidikan Tahun
2019 .................................................................................................... 5
Grafik 1.4 Distribusi Pegawai Setditjen P2P Berdasarkan Kelompok Umur
Tahun 2019 ......................................................................................... 6
Grafik 1.5 Distribusi Pegawai Setditjen P2P Berdasarkan Jabatan Tahun 2019 6
Grafik 1.7 Distribusi Pegawai Setditjen P2P Berdasarkan JFT Tahun 2019 ..... 7
Grafik 3.1 Target dan Realisasi Persentase Satker Program P2P yang
memperoleh penilaian SAKIP dengan hasil minimal AA Tahun 2015 –
2019 ................................................................................................... 18
Grafik 3.2 Target dan Realisasi Persentase Satker Pusat dan Daerah yang
ditingkatkan sarana/prasarananya untuk memenuhi standar tahun
2015 – 2019 ....................................................................................... 23
Grafik 3.3 Target dan Realisasi Persentase Anggaran Tanpa Blokir pada DIPA
Induk tahun 2015-2019 ....................................................................... 25
Grafik 3.4 Target Dan Realisasi Persentase Laporan Program Ditjen P2P
Terverifikasi Disampaikan Tepat Waktu Tahun 2015-2019 ............... 28
Grafik 3.5 Target dan Realisasi Persentase Satker Program P2P yang
menerapkan manajemen pengelolaan data dan informasi tahun 2015-
2019 .................................................................................................... 30
Grafik 3.6 Target dan Realisasi Persentase Layanan Kepegawaian Tahun 2014-
2019 .................................................................................................... 32
Grafik 3.7 Layanan Kepegawaian Tahun 2019................................................... 33
Grafik 3.8 Layanan Mutasi Pegawai Tahun 2019 ............................................... 33
Grafik 3.9 Layanan Pengelolaan Jabatan Fungsional Tahun 2019 ................... 34
Grafik 3.10 Target dan Realisasi Layanan Ketatausahaan dan Gaji Tahun 2015-
2019 .................................................................................................... 37
Grafik 3.11 Layanan Ketatausahaan Tahun 2019 ................................................ 38
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
vii |
Grafik 3.12 Target dan Realisasi Layanan Kerumahtanggaan, Pengelolaan BMN
dan ULP Tahun 2015-2019 ................................................................ 41
Grafik 3.13 Target dan Realisasi Persentase Satker Yang Menyusun Laporan
Keuangan Tepat Waktu Sesuai Ketentuan Tahun 2017-2019 .......... 46
Grafik 3.14 Target dan Realisasi Persentase Satker Yang Menyusun Laporan
Realisasi Penggunaan PNBP Yang Sesuai Dengan Aturan Yang
Berlaku Tahun 2015-2019 .................................................................. 49
Grafik 3.15 Penerimaan PNBP Tahun 2016-2019 ................................................ 50
Grafik 3.16 Penggunaan PNBP Tahun 2016-2019 ............................................... 50
Grafik 3.17 Persentase Satker Yang Menyusun Dokumen Perbendaharaan
Sesuai Ketentuan Yang Berlaku Tahun 2015-2019........................... 53
Grafik 3.18 Persentase Konsistensi Realisasi Penarikan Dana atas Rencana
Penarikan Dana pada Ditjen P2P Tahun 2015-2019 ......................... 53
Grafik 3.19 Nilai Klasifikasi KKP Tahun 2019 ....................................................... 56
Grafik 3.20 Persentase UPT Yang Kinerja Klasifikasinya Sesuai Standar Tahun
2015-2018 ........................................................................................... 56
Grafik 3.21 Nilai Klasifikasi KKP Kelas I Tahun 2018 ........................................... 57
Grafik 3.22 Nilai Klasifikasi KKP Kelas II Tahun 2018 .......................................... 57
Grafik 3.23 Nilai Klasifikasi KKP Kelas III Tahun 2018 ......................................... 58
Grafik 3.24 Nilai Klasifikasi B/BTKLPP Tahun 2018 ............................................. 58
Grafik 3.25 Target dan Realisasi Jumlah UPT Yang Diusulkan Dan Difasilitasi
Memperoleh Predikat WBK Tahun 2015-2019 .................................. 63
Grafik 3.26 Jumlah Rancangan Peraturan Perundang-Undangan yang disusun
Tahun 2015-2019................................................................................ 68
Grafik 3.27 Persentase Peraturan Perundang-Undangan Program P2P yang
disosialisasikan Tahun 2014-2019 ..................................................... 71
Grafik 3.28 Target dan Realisasi Persentase Pengaduan Masyarakat yang
ditangani tahun 2015-2019 ................................................................. 74
Grafik 3.29 Target dan Realisasi Jumlah Media Informasi Ditjen P2P yang
diterbitkan Tahun 2015-2019 ............................................................ 79
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
viii |
Grafik 3.30 Target dan Realisasi Persentase UPT yang memiliki tanah milik
Kemenkes Tahun 2015-2019 ............................................................ 82
Grafik 3.31 Target dan Realisasi Persentase UPT yang memiliki gedung milik
Kemenkes Tahun 2015-2019 ............................................................. 86
Grafik 3.32 Target dan Realisasi Persentase UPT yang memiliki Alat Kesehatan
Penunjang Tupoksi Tahun 2015-2019 ............................................... 90
Grafik 3.33 Target dan Realisasi Persentase UPT yang memiliki Fasilitas
Pendukung Perkantoran Tahun 2015-2019 ....................................... 91
Grafik 3.34 Distribusi Pagu dan Realisasi Anggaran Per Output Tahun 2019..... 95
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
1 |
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan
kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta
kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya.
Pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 diarahkan untuk mendukung Program
Indonesia Sehat dengan meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Sasaran yang akan dicapai dalam Program Indonesia Sehat pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMN) periode 2015-2019 adalah: 1) meningkatnya status kesehatan
dan gizi ibu dan anak; 2) meningkatnya pengendalian penyakit; 3) meningkatnya akses dan
mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan
perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu
Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan
tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem
kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan melalui Pendekatan Keluarga dan
Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) sebagai dasar penyesuaian Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yang lebih baik dalam upaya mewujudkan masyarakat dengan derajat
kesehatan setinggi-tingginya. Kementerian Kesehatan menjabarkan program dan kegiatan
dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan dan Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) menyusun Rencana Aksi Program (RAP)
yang memuat Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK).
Untuk mencapai target IKP Pencegahan dan Pengendalian Penyakit diperlukan dukungan
teknis dan dukungan manajemen. Dukungan teknis dan manajemen menjadi faktor
penunjang yang penting bagi pelaksanaan program kesehatan. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 64
tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, disebutkan bahwa
Sekretariat Direktorat Jenderal merupakan salah satu unit organisasi eselon II di
lingkungan Ditjen P2P yang mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dukungan
manajemen dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal.
Sekretariat Ditjen P2P menyusun IKK tahun 2015-2019 melalui Rencana Aksi Kegiatan
(RAK) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dengan tujuan antara lain 1) Meningkatnya
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
2 |
kualitas satker dalam penilaian SAKIP dengan hasil AA di enam satker pusat dan lima
puluh sembilan satker UPT Ditjen P2P pada akhir tahun 2019 dan 2) Meningkatnya minimal
80% sarana dan prasarana di enam (6) satker pusat dan lima puluh sembilan (59) satker
UPT pada akhir tahun 2019.
B. ISU STRATEGIS
Perencanaan Pembangunan Kesehatan hendaknya dirumuskan secara transparan,
responsif, efisien, efektif, akuntabel, terukur, berkeadilan dan berwawasan lingkungan.
Transparan artinya membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang benar, jujur dan tidak diskrimatif. Responsif yang dimaksud adalah dapat
mengantisipasi berbagai potensi, masalah dan perubahan yang terjadi. Efisien adalah
pencapaian keluaran tertentu dengan masukan terendah atau masukan terendah dengan
keluaran maksimal. Efektif merupakan kemampuan mencapai target dengan sumber daya
yang dimiliki, dengan cara atau proses yang paling optimal. Akuntabel yaitu setiap kegiatan
dan hasil akhir dari perencanaan pembangunan daerah harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi negara, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Partisipatif
merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses tahapan perencanaan
pembangunan dan bersifat inklusif terhadap kelompok masyarakat rentan termarginalkan,
melalui jalur khusus komunikasi untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat yang
tidak memiliki akses dalam pengambilan kebijakan. Terukur artinya penetapan target
kinerja yang akan dicapai dan cara-cara untuk mencapainya. Berkeadilan merupakan
keseimbangan antar wilayah, sektor, pendapatan,gender dan usia. Berwawasan
lingkungan yaitu mewujudkan kehidupan adil dan makmur tanpa harus menimbulkan
kerusakan lingkungan yang berkelanjutan dalam mengoptimalkan manfaat sumber daya
alam dan sumber daya manusia, dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan
kemampuan sumber daya alam yang menopangnya.
Peningkatan perencanaan pembangunan kesehatan yang lebih baik masih menjadi
tantangan dan upaya peningkatan terus dilakukan Ditjen P2P. Penyusunan perencanaan
yang transparan telah dilakukan melalui aplikasi e renggar dan usulan perencanaan
program dan kegiatan telah dilakukan secara bottom up. Perencanaan berbasis kinerja
mulai dilakukan meskipun masih terbatas pada hasil kinerja keuangan. Pemanfaatan data
terintegrasi antara sistem perencanaan, penganggaran dan monitoring evaluasi masih
belum optimal dilakukan. Penyerapan anggaran belum berkorelasi langsung pada
pencapaian kinerja, beberapa output tercapai maksimal dengan anggaran yang sangat
minimal dan sebaliknya capaian kinerja rendah tetapi realisasi anggaran tinggi. Hasil
monitoring evaluasi dan penilaian efisiensi sumber daya tahun sebelumnya belum
sepenuhnya dimanfaatkan pada perencanaan tahun berikutnya. Tantangan lainnya adalah
masih minimnya satker pada Ditjen P2P yang memperoleh sertifikat WBK dan belum
semua satker memenuhi syarat untuk diusulkan sebagai satker WBK karena masih
ditemukan kerugian negara dan masih ada temuan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
3 |
C. VISI DAN MISI
Visi dan Misi Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 mengikuti Visi dan Misi Presiden
Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini
dilaksanakan melalui 7 misi pembangunan yaitu:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Kementerian Kesehatan mempunyai peran dan berkonstribusi dalam tercapainya seluruh
Nawa Cita terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Terdapat dua
tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1) meningkatnya status
kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan
perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.
Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum siklus
kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja,
maternal, dan kelompok lansia.
D. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 64 tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Sekretariat Direktorat Jenderal
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan
administrasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran dan pengelolaan data
dan informasi;
b. Pengelolaan urusan keuangan dan barang milik negara;
c. Penyiapan koordinasi dan pelaksanaan urusan hukum, organisasi, tata laksana, dan
hubungan masyarakat;
d. Pelaksanaan urusan kepegawaian, ketatausahaan, kerumahtanggaan, arsip,
dokumentasi dan layanan pengadaan; dan
e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
4 |
Sekretariat Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit terdiri dari 4
bagian yakni:
a. Bagian Program dan Informasi, yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
koordinasi dan penyusunan rencana, program, anggaran, pengelolaan data dan
informasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
b. Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat, yang mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi dan pelaksanaan urusan hukum, organisasi dan
tata laksana dan hubungan masyarakat.
c. Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara, yang mempunyai tugas melaksanakan
urusan keuangan dan pengelolaan barang milik negara.
d. Bagian Kepegawaian dan Umum, yang mempunyai tugas melaksanakan urusan
kepegawaian, pengelolaan layanan pengadaan barang/jasa, kerumahtanggaan,
kearsipan, dan dokumentasi.
E. SUMBER DAYA MANUSIA
Berdasarkan data Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMKA), pada tahun 2019
jumlah pegawai Sekretariat Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
sebanyak 165 orang. Berikut distribusi pegawai Sekretariat Ditjen P2P tahun 2019:
1. Distribusi Pegawai Setditjen Berdasarkan Bagian
Jumlah pegawai Sekretariat Ditjen P2P tersebar pada 4 Bagian, yaitu Bagian Program
dan Informasi sebanyak 25 orang (15%), Bagian Kepegawaian dan Umum sebanyak 88
orang (53%), Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara 29 orang (17.4%) dan Bagian
Hukum Organisasi dan Hubungan Masyarakat sebanyak 22 orang (13.2%) seperti
dalam grafik berikut ini:
GRAFIK 1.1 DISTRIBUSI PEGAWAI BERDASARKAN BAGIAN TAHUN 2019
Bagian Hukormas; 22
Bagian Program dan Informasi; 25
Bagian Kepegawaian dan
Umum; 88
Bagian Keuangan dan BMN; 29
Sumber: Bagian Kepegawaian dan Umum
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
5 |
2. Distribusi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah pegawai perempuan lebih banyak dari jumlah
pegawai laki-laki. Adapun jumlah pegawai perempuan sebanyak 53.3% dan jumlah
pegawai laki-laki sebanyak 46.7%, sesuai grafik berikut ini:
GRAFIK 1.3
DISTRIBUSI PEGAWAI BERDASARKAN JENIS KELAMIN
TAHUN 2019
Laki-laki; 77; 47%
Perempuan; 88; 53%
Sumber: Bagian Kepegawaian dan Umum
3. Distribusi Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Pegawai Sekretariat Ditjen P2P memiliki latar belakang Pendidikan yang beragam. Latar
belakang Pendidikan terbanyak di Ditjen P2P adalah Pendidikan S1 sebanyak 71 orang.
Pendidikan lainnya yaitu S2 sebanyak 51 orang, SMA sebanyak 16 orang, DIV
sebanyak 1 orang, SMP sebanyak 3 orang dan SD sebanyak 2 orang.
GRAFIK 1.3
DISTRIBUSI PEGAWAI SETDITJEN P2P BERDASARKAN PENDIDIKAN
TAHUN 2019
0
10
20
30
40
50
60
70
80
S2 S1/DIV DIII SMA SMP SD
51
72
2116
3 2
Sumber data : Bagian Kepegawaian dan Umum
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
6 |
4. Distribusi Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur
Distribusi pegawai Setditjen P2P yang mempunyai kelompok umur terbanyak yaitu pada
kelompok umur 36-40 tahun (38 orang) sedangkan kelompok umur paling sedikit yaitu
pada kelompok umur 26-30 tahun (9 orang).
GRAFIK 1.4
DISTRIBUSI PEGAWAI BERDASARKAN KELOMPOK UMUR
TAHUN 2019
9
18
38
33
26
23
18
0 5 10 15 20 25 30 35 40
26-30
31-35
36-40
41-45
46-50
51-55
56-60
Sumber data : Bagian Kepegawaian dan Umum
5. Distribusi Pegawai Berdasarkan Jabatan
Pegawai Setditjen P2P berdasarkan jabatan terbagi menjadi jabatan pelaksana,
jabatan struktural, dan jabatan fungsional tertentu.
GRAFIK 1.5
DISTRIBUSI PEGAWAI BERDASARKAN JABATAN
TAHUN 2019
Jabatan Fungsional
Tertentu (JFT); 15 orang; 9%
Jabatan Pelaksana (JP);
134; 81%
Jabatan Struktural (JS); 16 orang, 10%
JFT JP JS
Sumber data : Bagian Kepegawaian dan Umum
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
7 |
Berdasarkan grafik di atas, maka jabatan paling banyak di Sekretariat Ditjen P2P
adalah jabatan pelaksana sebanyak 134 orang, jabatan struktural sebanyak 16 orang,
dan jabatan fungsional tertentu sebanyak 15 orang. Adapun jumlah Jabatan
Fungsional Tertentu (JFT) yang berada di Sekretariat Ditjen P2P dapat dilihat pada
grafik di bawah ini:
GRAFIK 1.6
DISTRIBUSI PEGAWAI BERDASARKAN JFT
TAHUN 2019
0 1 2 3 4
Analis Kebijakan Ahli Pertama
Analis Kepegawaian Ahli Madya
Analis Kepegawaian Ahli Pertama
Analis Kepegawaian Mahir
Dokter Ahli Muda
Dokter Gigi Ahli Muda
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Ahli Muda
Perancang Peraturan Perundang-undangan Ahli Muda
Perawat Ahli Muda
Perawat Penyelia
Perencana Ahli Muda
1
1
1
1
1
1
4
1
1
2
1
Sumber data : Bagian Kepegawaian dan Umum
F. MAKSUD DAN TUJUAN
Penyusunan Laporan Kinerja merupakan wujud melaksanakan Perpres No. 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Permenpan dan RB Nomor
53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata
Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Tujuan penyusunan Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal P2P adalah untuk:
1. Memberikan informasi kinerja Sesditjen P2P selama tahun 2019 yang telah ditetapkan
dalam dokumen perjanjian kinerja.
2. Sebagai bentuk pertanggung jawaban Sesditjen P2P dalam mencapai sasaran/tujuan
strategis instansi.
3. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi Sesditjen P2P untuk meningkatkan
kinerjanya.
4. Sebagai salah satu upaya mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan
dan akuntabel serta berorientasi pada hasil yang merupakan salah satu agenda penting
dalam reformasi pemerintah.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
8 |
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit terdiri dari:
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek
strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issue) yang sedang dihadapi
organisasi.
2. Bab II Perencanaan Kinerja
Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Kementerian Kesehatan Tahun
2019.
3. Bab III Akuntabilitas Kinerja
a. Capaian Kinerja Organisasi
Sub bab ini menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja
sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi.
b. Realisasi Anggaran
Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan dan telah
digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian
Kinerja.
4. Bab IV Penutup
Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di
masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
9 |
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan Kinerja merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin
dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun secara sistematis dan
berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada
atau yang mungkin timbul. Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
(SAKIP), perencanaan kinerja instansi pemerintah terdiri atas tiga instrumen yaitu
Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan perencanaan 5 tahunan, Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) dan Perjanjian Kinerja (PK) yang merupakan perencanaan tahunan.
Perencanaan 5 tahunan Ditjen P2P mengacu kepada dokumen Rencana Aksi Program
Ditjen P2P Tahun 2015-2019 yang telah direvisi pada tahun 2017. RAP Ditjen P2P telah
mengacu pada Renstra Kementerian Kesehatan yang telah direvisi dengan nomor
HK.01.07/MENKES/422/2017.
I. RAP Ditjen P2P Tahun 2015-2019
Sasaran strategis Renstra revisi Kementerian Kesehatan tersebut kemudian diturunkan
dalam RAP revisi tahun 2015-2019 dengan penyesuaian pada tugas pokok dan fungsi
Ditjen P2P. Sasaran tersebut adalah menurunnya penyakit menular, penyakit tidak
menular serta meningkatnya kesehatan jiwa, yang ditandai dengan Indikator Kinerja
Program (IKP) yakni:
1. Persentase Cakupan Keberhasilan pengobatan pasien TB/Succes Rate (SR)
sebesar 90%.
2. Prevalensi HIV sebesar <0,5 persen.
3. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi Malaria sebanyak 300 kabupaten/kota.
4. Jumlah provinsi dengan eliminasi Kusta sebanyak 34 provinsi.
5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi Filariasis sebanyak 35 Kabupaten/Kota.
6. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu
sebesar 40%.
7. Kab/Kota yang mampu melaksanakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan
kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar 100%.
8. Persentase kab/kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
minimal 50 persen sekolah sebesar 50%.
9. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas yang menyelenggarakan upaya
kesehatan jiwa sebanyak 280 kab/kota.
10. Persentase respon terhadap signal SKD KLB dan bencana di wilayah layanan
B/BTKLPP sebesar 90%.
11. Persentase Teknologi Tepat Guna P2P yang dihasilkan B/BTKLPP meningkat
50% dari jumlah TTG tahun 2014.
12. Persentase pelabuhan/ bandara/PLBD yang melaksanakan penanggulangan
kedaruratan kesehatan masyarakat sebesar 100%.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
10 |
II. RAK Sekretariat Ditjen P2P Tahun 2015-2019
Sesuai dengan tugas pokok Setditjen P2P yakni melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, maka telah disusun Rencana Aksi Kegiatan Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program P2P. Rencana
Aksi Kegiatan Setditjen P2P juga telah mengalami revisi pada tahun 2018. Sasaran
Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal P2P adalah meningkatnya dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program pencegahan dan
pengendalian penyakit yang ditandai dengan:
1. Persentase Satker Program P2P yang memperoleh penilaian SAKIP dengan hasil
minimal AA sebesar 85%.
Untuk mencapai indikator tersebut maka ditetapkan indikator pendukung sebagai
berikut:
a. Persentase anggaran tanpa blokir pada DIPA induk sebesar 80%.
b. Persentase laporan program Ditjen P2P terverifikasi disampaikan tepat waktu
sebesar 90%.
c. Persentase Satker Program P2P yang menerapkan manajemen pengelolaan
data dan informasi sebesar 90%.
d. Persentase layanan administrasi kepegawaian sebesar 100%.
e. Persentase layanan ketatausahaan dan gaji sebesar 100%.
f. Persentase layanan kerumahtanggaan, pengelolaan BMN dan ULP sebesar
100%.
g. Presentase Satker yang menyusun Laporan Keuangan yang tepat waktu sesuai
dengan ketentuan sebesar 100%.
h. Persentase Satker yang menyusun Laporan Realisasi Penggunaan PNBP yang
sesuai dengan aturan yang berlaku sebesar 100%.
i. Persentase Satker yang menyusun dokumen perbendaharaan sesuai ketentuan
yang berlaku sebesar 100%.
j. Persentase UPT yang kinerja klasifikasinya sesuai standar sebesar 100%.
k. Jumlah UPT yang diusulkan dan difasilitasi memperoleh predikat Wilayah
Bebas Korupsi (WBK) sebesar 10 UPT.
l. Jumlah rancangan peraturan perundangan-undangan Program P2P yang
disusun sebanyak 25 rancangan.
m. Persentase perundang-undangan Program P2P yang disosialisasikan sebesar
100%.
n. Persentase pengaduan masyarakat yang ditangani sebesar 70%.
o. Jumlah media informasi Program P2P sebanyak 80 media.
2. Persentase Satker Pusat dan Daerah yang ditingkatkan sarana/prasarananya
untuk memenuhi standar sebesar 69% dengan indikator pendukung sebagai
berikut:
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
11 |
a. Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki aset tanah milik Kemenkes
sebesar 69%.
b. Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki gedung milik Kemenkes sebesar
69%.
c. Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki alat kesehatan penunjang
tupoksi sebesar 69%.
d. Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki fasilitas pendukung perkantoran
sebesar 69%.
Secara lengkap Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan Dukungan Manajemen Tahun 2015-
2019 disajikan dalam tabel berikut ini:
TABEL 2.1 INDIKATOR KINERJA SASARAN KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN
TAHUN 2015 – 2019
SASARAN INDIKATOR TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya
Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan
Tugas Teknis
Lainnya Pada
Program P2P
1. Persentase Satker
Program P2P yang
memperoleh penilaian
SAKIP dengan hasil
minimal AA
35 40 55 70 85
2. Persentase Satker Pusat
dan Daerah yang
ditingkatkan
sarana/prasarananya
untuk memenuhi standar
50 55 60 64 69
3. Persentase anggaran
tanpa blokir pada DIPA
induk
80 80 80 80 80
4. Persentase laporan
program Ditjen P2P
terverifikasi
disampaikan tepat waktu
90 90 90 90 90
5. Persentase Satker
Program P2P yang
menerapkan manajemen
pengelolaan data dan
informasi
50 60 70 80 90
6.
Persentase layanan
administrasi kepegawaian
100 100 100 100 100
7. Persentase layanan
ketatausahaan dan gaji
100 100 100 100 100
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
12 |
SASARAN INDIKATOR TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
8. Persentase layanan
kerumahtanggaan,
pengelolaan BMN dan ULP
100 100 100 100 100
9. Presentase Satker yang
menyusun Laporan
Keuangan yang tepat
waktu sesuai dengan
ketentuan
100 100 100 100 100
10. Persentase Satker yang
menyusun Laporan
Realisasi Penggunaan
PNBP yang sesuai dengan
aturan yang berlaku
100 100 100 100 100
11. Persentase Satker yang
menyusun dokumen
perbendaharaan sesuai
ketentuan yang berlaku
100 100 100 100 100
12. Persentase UPT yang
kinerja klasifikasinya
sesuai standar
60 70 80 90 100
13. Jumlah UPT yang
diusulkan dan difasilitasi
memperoleh predikat
Wilayah Bebas Korupsi
6 10 10 10 10
14. Jumlah rancangan
peraturan perundangan-
undangan Program P2P
yang disusun
25 25 25 25 25
15. Persentase perundang-
undangan Program P2P
yang disosialisasikan
100 100 100 100 100
16. Persentase pengaduan
masyarakat yang ditangani
60 70 80 90 100
17. Jumlah media informasi
Program P2P
8 8 10 10 80
18. Persentase Satuan Kerja
UPT yang memiliki aset
tanah milik Kemenkes
50 55 60 64 69
19. Persentase Satuan Kerja
UPT yang memiliki gedung
milik Kemenkes
50 55 60 64 69
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
13 |
SASARAN INDIKATOR TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
20. Persentase Satuan Kerja
UPT yang memiliki alat
kesehatan penunjang
50 55 60 64 69
21. Persentase Satuan Kerja
UPT yang memiliki fasilitas
pendukung perkantoran
50 55 60 64 69
Sumber data : Rencana Aksi Kegiatan Revisi Tahun 2015-2019
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
merupakan dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja Sekretaris
Ditjen P2P dengan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit untuk
mewujudkan target-target kinerja sasaran Setditjen P2P pada akhir Tahun 2019.
Perjanjian Kinerja merupakan wujud akuntabilitas terhadap capaian anggaran dan telah
mendapat persetujuan anggaran. Perjanjian Kinerja Ditjen P2P Tahun 2019 telah disusun,
didokumentasikan dan ditetapkan setelah ditetapkannya DIPA dan RKA-KL Tahun 2019.
Target-target kinerja sasaran kegiatan yang ingin dicapai Setditjen P2P dalam dokumen
Perjanjian Kinerja Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
TABEL 2.2 PERJANJIAN KINERJA
DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA PADA PROGRAM P2P
TAHUN 2019
NO INDIKATOR TARGET
1 Persentase Satker Program P2P yang memperoleh penilaian SAKIP dengan hasil minimal AA
85%
2 Persentase Satker Pusat dan Daerah yang ditingkatkan sarana/prasarananya untuk memenuhi standar
69%
3 Persentase anggaran tanpa blokir pada DIPA induk 80%
4 Persentase laporan program Ditjen P2P terverifikasi disampaikan tepat waktu
90%
5 Persentase Satker Program P2P yang menerapkan manajemen pengelolaan data dan informasi
90%
6 Persentase layanan administrasi kepegawaian 100%
7 Persentase layanan ketatausahaan dan gaji 100%
8 Persentase layanan kerumahtanggaan, pengelolaan BMN dan ULP
100%
9 Presentase Satker yang menyusun Laporan Keuangan yang tepat waktu sesuai dengan ketentuan
100%
10 Persentase Satker yang menyusun Laporan Realisasi Penggunaan PNBP yang sesuai dengan aturan yang berlaku
100%
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
14 |
NO INDIKATOR TARGET
11 Persentase Satker yang menyusun dokumen perbendaharaan sesuai ketentuan yang berlaku
100%
12 Persentase UPT yang kinerja klasifikasinya sesuai standar 90%
13 Jumlah UPT yang diusulkan dan difasilitasi memperoleh predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK)
10
14 Jumlah rancangan peraturan perundangan-undangan Program P2P yang disusun
25
15 Persentase perundang-undangan Program P2P yang disosialisasikan
100%
16 Persentase pengaduan masyarakat yang ditangani 100%
17 Jumlah media informasi Program P2P 80
18 Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki aset tanah milik Kemenkes
69%
19 Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki gedung milik Kemenkes
69%
20 Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki alat kesehatan penunjang
69%
21 Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki fasilitas pendukung perkantoran
69%
Sumber data : Perjanjian Kinerja Setditjen P2P Tahun 2019
Pada Perjanjian Kinerja kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
lainnya pada program P2P dialokasikan anggaran sebesar Rp. 228.782.278.000.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
15 |
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA
Dalam mengukur kinerja kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya pada tahun 2019 terdapat beberapa indikator yang tertuang dalam dokumen
Rencana Aksi Kegiatan Setditjen P2P tahun 2019. Berikut adalah target dan capaian
indikator kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya tahun 2019:
TABEL 3.1
TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA
TAHUN 2018 – 2019
NO INDIKATOR 2018 2019
TARGET CAPAIAAN KINERJA TARGET CAPAIAN KINERJA
1 Persentase Satker Program P2P yang memperoleh penilaian SAKIP dengan hasil minimal AA
70% (46
satker)
98.5% (65 satker)
141% 85% (56
satker)
100% (66 satker)
117.6%
2 Persentase Satker Pusat dan Daerah yang ditingkatkan sarana/prasarananya untuk memenuhi standar
64% (42
satker)
98% (60 satker)
153% 69% (45
satker)
98% (60 satker)
142%
3 Persentase anggaran tanpa blokir pada DIPA induk
80% 95,1% 119% 80% 95,1% 119%
4 Persentase laporan program Ditjen P2P terverifikasi disampaikan tepat waktu
90% 100% 111% 90% 100% 111%
5 Persentase Satker Program P2P yang menerapkan manajemen pengelolaan data dan informasi
80% (79
satker)
80% (79 satker)
100%
90% (89
satker)
92,9 (92 satker)
103,2%
6 Persentase layanan administrasi kepegawaian
100% 100% 100% 100% 100% 100%
7 Persentase layanan ketatausahaan dan gaji
100% 100% 100% 100% 100% 100%
8 Persentase layanan kerumahtanggaan, pengelolaan BMN dan ULP
100% 100% 100% 100% 100% 100%
9 Presentase Satker yang menyusun Laporan
100% (99
100% (99 satker)
100% 100% (99
100% (99 satker)
100%
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
16 |
NO INDIKATOR 2018 2019
TARGET CAPAIAAN KINERJA TARGET CAPAIAN KINERJA
Keuangan yang tepat waktu sesuai dengan ketentuan
satker) satker
10 Persentase Satker yang menyusun Laporan Realisasi Penggunaan PNBP yang sesuai dengan aturan yang berlaku
100% (59
satker)
100% (59 satker)
100% 100% (59
satker)
100% (99 satker)
100%
11 Persentase Satker yang menyusun dokumen perbendaharaan sesuai ketentuan yang berlaku
100% (99
satker)
100% (99 satker)
100% 100% (99
satker)
100% (99 satker)
100%
12 Persentase UPT yang kinerja klasifikasinya sesuai standar
90% 53
( satker)
100% (59 satker)
111% 100% (59
satker)
100% (59 satker)
100%
13 Jumlah UPT yang diusulkan dan difasilitasi memperoleh predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK)
10 satker
23 satker 230% 10 22 220%
14 Jumlah rancangan peraturan perundangan-undangan Program P2P yang disusun
25 31 124% 25 25 100%
15 Persentase perundang-undangan Program P2P yang disosialisasikan
100% 100% 100% 100% 100% 100%
16 Persentase pengaduan masyarakat yang ditangani
90% 100% 111% 100%
100% 100%
17 Jumlah media informasi Program P2P
10 media
10 media 100% 80 media
88 media 110%
18 Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki aset tanah milik Kemenkes
64% (38
satker)
91% (54 satker)
142% 69% 91,5% (54 satker)
132,6%
19 Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki gedung milik Kemenkes
64% (38
satker)
100% (59 satker)
156% 69% 100% (59 satker)
145%
20 Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki alat kesehatan penunjang
64% (38
satker)
100% (59 satker)
156% 69% 100% (59 satker)
145%
22 Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki fasilitas pendukung perkantoran
64% (38
satker)
100% (59 satker)
156% 69% 100% (59 satker)
145%
Rata–rata capaian 124,3% 113%
Dari 21 indikator diatas diperoleh nilai rata-rata capaian kinerja kegiatan dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit tahun 2019 sebesar 113%, bila dibandingkan dengan rata-rata
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
17 |
capaian tahun 2018 yakni sebesar 124,3%, maka terjadi penurunan capaian sebesar 11,3%
pada tahun 2019.
Gambaran pencapaian indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Persentase Satker Program P2P yang memperoleh penilaian SAKIP dengan hasil
minimal AA sebesar 85%
a. Pengertian
Satuan Kerja Program P2P adalah Satuan Kerja yang melaksanakan Program
P2P di lingkungan Ditjen P2P yang terdiri dari Satker Pusat sebanyak 6 satker
yakni Sekretariat Ditjen P2P, Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
(SKK), Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik (P2PTVZ), Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Langsung (P2PML), Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular (P2PTM), Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan
Jiwa dan Napza (P2PMKJN), serta Satker Unit Pelaksana Teknis (UPT) sebanyak
59 satker yang terdiri dari KKP yang berjumlah 49 KKP dan BTKLPP yang
berjumlah 10 BTKLPP.
Penilaian SAKIP merupakan kegiatan dari SAKIP yang berpedoman pada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2013 tentang Perubahan Lampiran Permenpan dan RB no 25
Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
b. Definisi Operasional
Persentase Satker Program P2P yang memperoleh penilaian SAKIP dengan hasil
minimal AA adalah jumlah satker Program P2P yang memperoleh penilaian SAKIP
dengan hasil minimal AA dalam kurun waktu satu tahun.
c. Rumus/Cara perhitungan
Jumlah satker Program P2P yang memperoleh penilaian SAKIP
dengan hasil minimal AA tahun sebelumnya X 100%
Jumlah seluruh satker Program P2P yang diberikan penilaian
d. Capaian Indikator
Capaian indikator Persentase Satker Program P2P yang memperoleh penilaian
SAKIP dengan hasil minimal AA diperoleh dari penilaian SAKIP tahun 2018 yang
dilaksanakan pada bulan April tahun 2019 adalah sebesar 100% dari target 85%
sehingga capaian kinerja sebesar 117,6%. Sebanyak 65 entitas satker Unit
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
18 |
Pelaksana Teknis dan 1 entitas unit organisasi Ditjen P2P telah memperoleh nilai
SAKIP sangat memuaskan (AA).
GRAFIK 3.1
TARGET DAN REALISASI
PERSENTASE SATKER PROGRAM P2P YANG MEMPEROLEH
PENILAIAN SAKIP DENGAN HASIL MINIMAL AA
TAHUN 2015-2019
Sumber data : Bagian Program dan Informasi
Pada grafik diatas terlihat bahwa capaian indikator selama tahun 2015-2019 telah
melebihi target yang ditetapkan, meskipun demikian terjadi penurunan capaian dari
tahun 2015 sebanyak 92,3% satker yang memperoleh nilai AA, menurun menjadi
90,9% satker pada tahun 2016, dan terus meningkat pada tahun 2017-2019 menjadi
98,5% satker memperoleh nilai AA. Pada evaluasi SAKIP tahun 2018 yang
dilaksanakan pada tahun 2019, sebanyak 66 satker Ditjen P2P mengikuti evaluasi
dengan hasil semua satker memperoleh nilai AA (100%). Secara lengkap berikut
nilai evaluasi SAKIP tahun 2019 pada semua Satker di Ditjen P2P:
TABEL 3.2
DAFTAR NILAI EVALUASI SAKIP LINGKUNGAN DITJEN P2P
TAHUN 2018
NO SATUAN KERJA NILAI PREDIKAT KATEGORI
1 KKP Kelas I Surabaya 98,75 AA Sangat Memuaskan
2 BBTKLPP Yogyakarta 98,71 AA Sangat Memuaskan
3 KKP Kelas I Tanjung Priok 98,38 AA Sangat Memuaskan
4 BBTKLPP Jakarta 98,03 AA Sangat Memuaskan
5 BBTKLPP Banjar Baru 97,97 AA Sangat Memuaskan
6 KKP Kelas II Bandung 97,75 AA Sangat Memuaskan
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
19 |
NO SATUAN KERJA NILAI PREDIKAT KATEGORI
7 KKP Kelas II Tg. Balai Karimun 97,75 AA Sangat Memuaskan
8 KKP Kelas II Pekanbaru 97,75 AA Sangat Memuaskan
9 KKP Kelas I Makasar 97,73 AA Sangat Memuaskan
10 BTKLPP Kelas I Batam 97,69 AA Sangat Memuaskan
11 KKP Kelas III Sampit 97,61 AA Sangat Memuaskan
12 KKP Kelas III Palangkaraya 97,5 AA Sangat Memuaskan
13 BBTKLPP Surabaya 97,5 AA Sangat Memuaskan
14 KKP Kelas II Samarinda 97,38 AA Sangat Memuaskan
15 KKP Kelas II Banjarmasin 97,25 AA Sangat Memuaskan
16 KKP Kelas II Balikpapan 97,19 AA Sangat Memuaskan
17 KKP Kelas II Tanjung Pinang 97 AA Sangat Memuaskan
18 KKP Kelas III Biak 96,97 AA Sangat Memuaskan
19 KKP Kelas II Semarang 96,95 AA Sangat Memuaskan
20 KKP Kelas IV Yogyakarta 96,84 AA Sangat Memuaskan
21 Setditjen P2P 96,75 AA Sangat Memuaskan
22 KKP Kelas I Denpasar 96,75 AA Sangat Memuaskan
23 KKP Kelas III Banda Aceh 96,63 AA Sangat Memuaskan
24 KKP Kelas III Tembilahan 96,5 AA Sangat Memuaskan
25 BTKLPP Kelas I Medan 96,5 AA Sangat Memuaskan
26 KKP Kelas II Mataram 96,49 AA Sangat Memuaskan
27 KKP Kelas III Jambi 96,46 AA Sangat Memuaskan
28 KKP Kelas I Soekarno Hatta 96,25 AA Sangat Memuaskan
29 KKP Kelas III Poso 96,19 AA Sangat Memuaskan
30 KKP Kelas I Batam 96,13 AA Sangat Memuaskan
31 BTKLPP Kelas I Palembang 96,06 AA Sangat Memuaskan
32 KKP Kelas II Dumai 96,05 AA Sangat Memuaskan
33 KKP Kelas III Kupang 96,01 AA Sangat Memuaskan
34 BTKLPP Kelas I Makasar 95,94 AA Sangat Memuaskan
35 KKP Kelas III Manokwari 95,64 AA Sangat Memuaskan
36 Dit P2MKJN 95,63 AA Sangat Memuaskan
37 KKP Kelas II Cilacap 95,58 AA Sangat Memuaskan
38 Ditjen P2P 95,56 AA Sangat Memuaskan
39 KKP Kelas II Jayapura 95,48 AA Sangat Memuaskan
40 KKP Kelas I Medan 95,38 AA Sangat Memuaskan
41 BBTKL Kelas I Manado 95,36 AA Sangat Memuaskan
42 KKP Kelas III Merauke 95,3 AA Sangat Memuaskan
43 KKP Kelas III Ternate 95,29 AA Sangat Memuaskan
44 KKP Kelas II Probolinggo 95,22 AA Sangat Memuaskan
45 KKP Kelas II Kendari 95 AA Sangat Memuaskan
46 KKP Kelas II Padang 94,9 AA Sangat Memuaskan
47 Dit. P2PTM 94,86 AA Sangat Memuaskan
48 KKP Kelas III Pangkal Pinang 94,79 AA Sangat Memuaskan
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
20 |
NO SATUAN KERJA NILAI PREDIKAT KATEGORI
49 KKP Kelas II Banten 94,45 AA Sangat Memuaskan
50 Dit P2PTVZ 94,41 AA Sangat Memuaskan
51 KKP Kelas II Pontianak 94,35 AA Sangat Memuaskan
52 BTKLPP Kelas II Ambon 93,89 AA Sangat Memuaskan
53 KKP Kelas III Sabang 93,69 AA Sangat Memuaskan
54 KKP Kelas III Bitung 93,57 AA Sangat Memuaskan
55 KKP Kelas II Tarakan 93,44 AA Sangat Memuaskan
56 Dit. P2PML 93,41 AA Sangat Memuaskan
57 KKP Kelas II Palembang 93,35 AA Sangat Memuaskan
58 KKP Kelas III Palu 93,23 AA Sangat Memuaskan
59 KKP Kelas II Panjang 93,19 AA Sangat Memuaskan
60 KKP Kelas II Ambon 93 AA Sangat Memuaskan
61 KKP Kelas III Sorong 92,65 AA Sangat Memuaskan
62 KKP Kelas II Manado 92,34 AA Sangat Memuaskan
63 KKP Kelas III Bengkulu 92,25 AA Sangat Memuaskan
64 Dit. SKK 91,63 AA Sangat Memuaskan
65 KKP Kelas III Lhoksemawe 91,44 AA Sangat Memuaskan
66 KKP Kelas III Gorontalo 90,75 AA Sangat Memuaskan
Sumber data : Bagian Program dan Informasi
Dari tabel diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Satker yang memperoleh nilai SAKIP tertinggi adalah KKP Kelas I Surabaya (nilai
98,75) sedangkan dengan nilai terendah adalah KKP Kelas III Gorontalo (nilai
90,75)
2. Semua satker UPT pada Ditjen P2P memperoleh nilai AA pada evaluasi SAKIP
tahun 2018 (100%).
3. Ditjen P2P memperoleh nilai 96,56 dengan rincian nilai perencanaan kinerja 29,08,
nilai pengukuran kinerja 24,69, nilai pelaporan kinerja 14,17, nilai evaluasi kinerja
10,00, dan nilai capaian kinerja 17,63. Bila dibandingkan dengan nilai SAKIP tahun
2017 maka nilai SAKIP 2018 naik sebesar 0,38.
Meskipun indikator Persentase Satker Program P2P yang memperoleh penilaian
SAKIP dengan hasil minimal AA telah melebihi target yang ditetapkan tetapi dari hasil
penilaian tim APIP ditemukan beberapa permasalahan yang harus ditindaklanjuti oleh
satker pada Ditjen P2P antara lain:
1. Target jangka menengah dalam Renstra belum dimonitor pencapaiannya sampai
dengan tahun berjalan.
2. Dokumen Rencana Aksi belum direviu secara berkala.
3. Target kinerja belum ditetapkan dengan baik.
4. Sasaran belum berorientasi hasil.
5. Target kinerja belum ditetapkan dengan baik.
6. Indikator kinerja sasaran dan hasil program (outcome) belum memenuhi kriteria
indikator kinerja yang baik.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
21 |
7. Ukuran keberhasilan tujuan (outcome)/Hasil program belum memenuhi kriteria
ukuran keberhasilan yang baik.
8. Rencana Aksi belum dimanfaatkan dalam pengarahan dan pengorganisasian
kegiatan.
9. Indikator Kinerja Utama belum direviu secara berkala.
10. Target kinerja eselon III dan IV belum dimonitor pencapaiannya.
11. Hasil pengukuran (capaian) kinerja mulai dari setingkat eselon IV keatas belum
dikaitkan dengan (dimanfaatkan sebagai dasar pemberian) reward dan
punishment.
12. Pengumpulan data kinerja belum dapat diandalkan.
13. Belum terdapat mekanisme pengumpulan data kinerja.
14. Pengukuran kinerja atas Rencana Aksi belum digunakan untuk pengendalian dan
pemantauan kinerja secara berkala.
15. Laporan Kinerja belum menyajikan pembandingan data kinerja yang memadai
antara realisasi tahun ini dengan realisasi tahun sebelumnya dan pembandingan
lain yang diperlukan.
16. Informasi yang disajikan belum digunakan dalam perbaikan perencanaan.
17. Informasi Kinerja dalam Laporan Kinerja belum dapat diandalkan.
18. Informasi yang disajikan belum digunakan untuk menilai dan memperbaiki
pelaksanaan program dan kegiatan organisasi.
19. Laporan Kinerja belum menyajikan informasi tentang analisis efisiensi penggunaan
sumber daya.
20. Hasil evaluasi program belum ditindaklanjuti untuk perbaikan pelaksanaan
program di masa yang akan datang.
21. Hasil evaluasi Rencana Aksi belum ditindaklanjuti dalam bentuk langkah-langkah
nyata.
22. Hasil evaluasi belum disampaikan dan dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
23. Evaluasi program belum memberikan rekomendasi-rekomendasi peningkatan
kinerja yang dapat dilaksanakan.
24. Evaluasi program belum dilaksanakan dalam rangka menilai keberhasilan
program.
25. Kinerja Manajemen Internal belum optimal.
26. Capaian kinerja tahun evaluasi tidak lebih baik dari tahun sebelumnya
27. Kinerja/Penghargaan lainnya belum optimal.
28. Target belum dapat dicapai.
29. Masih ada temuan Kerugian Negara sampai periode SAKIP.
30. Kinerja Perencanaan Pengganggaran belum optimal.
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Indikator Persentase Satker Program P2P yang memperoleh penilaian SAKIP
dengan hasil minimal AA telah melebihi dari target yang ditetapkan. Hal ini
dipengaruhi beberapa faktor antara lain adanya pendampingan secara kontinyu
Ditjen P2P mulai dari penyusunan indikator, penyusunan Rencana Operasional
Kegiatan (ROK), pengukuran capaian kinerja dan evaluasi kinerja. Pada Desember
2018 dilakukan penandatanganan bersama Perjanjian Kinerja Tahun 2019 Satker
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
22 |
Pusat dan UPT Ditjen P2P. Selain itu adanya desk awal kepada seluruh satker untuk
mengecek kelengkapan dokumen-dokumen SAKIP dan self assesment sebelum
dilakukan evaluasi SAKIP oleh tim APIP.
f. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
Penandatangan bersama Perjanjian Kinerja Satker Pusat, UPT dan dekonsentrasi.
Melakukan bimbingan teknis penyelenggaraan SAKIP di UPT.
Memfasilitasi pertemuan persiapan evaluasi SAKIP yang melibatkan kantor pusat
dan UPT dilingkungan Ditjen P2P. Dalam pertemuan dilakukan desk persiapan
evaluasi SAKIP termasuk pengecekan kesiapan dokumen oleh Bagian Program
dan Informasi Ditjen P2P.
Melakukan pemantauan terhadap penyampaian dan pengiriman Laporan Kinerja
dan Perjanjian Kinerja Tahun.
g. Kendala/masalah yang dihadapi
Dokumen Rencana Aksi Kegiatan satker belum direviu secara berkala.
Indikator Kinerja Kegiatan belum direviu secara berkala, Indikator Kinerja Program
belum direviu bulanan meskipun telah dilakukan secara triwulanan.
Kinerja internal manajemen belum maksimal dimana belum ada satker Ditjen P2P
yang mendapatkan predikat WBBM dari Kemenpan, belum ada satker Ditjen P2P
yang mendapatkan predikat WBK dari Kemenpan dan masih minimnya satker
Ditjen P2P yang yang mendapatkan predikat WBK dari Kemenkes.
h. Pemecahan Masalah
Ditjen P2P telah memfasilitasi pendampingan penyusunan target indikator dengan
melibatkan semua bidang/seksi pada Satker KKP dan BTKLPP.
Ditjen P2P memfasilitasi penetapan indikator kinerja untuk Satker KKP dan
BTKLPP pada dokumen RAP P2P sehingga ada keseragaman Indikator Kinerja
Kegiatan (IKK) dan menjadi pedoman UPT dalam menetapkan IKK UPT.
Ditjen P2P telah melakukan sosialisasi, pembinaan, penguatan dan pra
assessment WBK kepada 23 UPT yang meliputi komponen pengungkit dan
komponen hasil. Komponen Pengungkit terdiri dari komponen Manajemen
Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan
Akuntabilitas Kinerja, Penguatan Pengawasan, dan Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik yang diharapkan dapat menghasilkan komponen hasil yaitu
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN serta peningkatan kualitas pelayanan
publik.
2. Persentase Satker Pusat dan Daerah yang ditingkatkan sarana/prasarananya
untuk memenuhi standar sebesar 69%
a. Pengertian
Sarana/prasarana yang memenuhi standar adalah semua peralatan dan
perlengkapan yang bertujuan untuk menunjang terlaksananya tupoksi pada Satker
Pusat dan Daerah, dimana sarana/prasarana tersebut memenuhi standar yang
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
23 |
berlaku sesuai aturan yang berlaku. Satker Pusat sebanyak 6 Satker sedangkan
satker daerah (UPT) sebanyak 59 satker.
b. Definisi operasional
Satker Pusat dan Daerah yang membeli sarana/prasarana berupa tanah, gedung,
peralatan kesehatan penunjang tupoksi, peralatan penunjang perkantoran sejak
tahun 2015.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah satker Pusat dan Daerah yang ditingkatkan
sarana/prasarananya sejak tahun 2015 X 100%
Jumlah seluruh satker Pusat dan Daerah
d. Capaian indikator
Pada tahun 2019, pencapaian indikator Persentase Satker Pusat dan Daerah yang
ditingkatkan sarana/prasarananya untuk memenuhi standar telah mencapai target
yakni sebesar 98% dari terget 69% yang ditargetkan dengan capaian kinerja sebesar
156%. Selama tahun 2015-2019, capaian indikator ini telah melebihi dari target yang
telah ditetapkan.
GRAFIK 3.2
TARGET DAN REALISASI
PERSENTASE SATKER PUSAT DAN DAERAH YANG DITINGKATKAN
SARANA/PRASARANANYA UNTUK MEMENUHI STANDAR
TAHUN 2015-2019
Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
Sampai tahun 2019, capaian satker pusat dan daerah yang memiliki tanah Kemenkes
sebanyak 54 satker dari 59 satker (91,5%), 59 satker UPT telah memiliki gedung milik
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
24 |
Kemenkes (100%), 59 satker UPT telah memiliki alat kesehatan penunjang (100%)
dan fasilitas pendukung perkantoran (100%), sehingga capaian indikator Persentase
Satker Pusat dan Daerah yang ditingkatkan sarana/prasarananya untuk memenuhi
standar tercapai sebesar 98%.
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Capaian indikator ini telah melebihi dari target yang telah ditetapkan didukung oleh
adanya perencanaan tahunan dari setiap kantor Pusat dan Daerah untuk
meningkatkan sarana/prasarana untuk memenuhi standar seperti pembelian tanah,
gedung, peralatan kesehatan dan peralatan penunjang perkantoran. Selain itu
dengan diterbitkannya Petunjuk Penyusunan Perencanaan Direktorat Jenderal P2P
yang memberikan petunjuk untuk penganggaran pembangunan gedung, pengadaan
lahan, alat kesehatan dan sarana parasarana kantor dengan memperhatikan
kesesuaian dengan indikator yang akan dicapai.
f. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
Penyediaan alokasi anggaran untuk pembelian tanah, gedung, peralatan
kesehatan dan peralatan penunjang perkantoran.
Melakukan kordinasi dengan UPT terkait penghapusan alat yang rusak guna
penyusunan perencanaan pembelian alat yang baru pada anggaran berikutnya.
Melakukan kordinasi dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan terkait
permohonan tanah dan bangunan untuk UPT Ditjen P2P.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Keterbatasan anggaran untuk pembelian tanah, gedung, peralatan kesehatan
penunjung tupoksi dan peralatan pendukung perkantoran.
Satker belum secara aktif mengusulkan permohonan penghapusan alat sehingga
berdampak pada penundaan pengalokasiaan anggaran untuk pembelian alat baru.
h. Pemecahan Masalah
Mengirimkan surat kepada Kementerian Keuangan melalui Sekretaris Jenderal
Kemenkes untuk mendapatkan informasi tanah idle.
Berkoordinasi dengan satker UPT agar melakukan mediasi kepada berbagai pihak
terkait untuk mencari informasi berkenaan dengan tanah idle yang berada di
wilayah tersebut untuk dialihfungsikan menjadi milik Kemenkes sebagai kantor
induk UPT.
Melakukan kordinasi dan pendampingan pada satker untuk mengusulkan
penghapusan alat yang rusak.
3. Persentase anggaran tanpa blokir pada DIPA induk sebesar 80%
a. Pengertian
Persentase anggaran tanpa blokir pada DIPA induk adalah jumlah anggaran tanpa catatan halaman IV atau blokir dalam DIPA a w a l induk Ditjen P2P dari seluruh anggaran pada DIPA induk Ditjen P2P.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
25 |
b. Definisi operasional
Jumlah anggaran selain yang diberikan catatan pada halaman IV DIPA Induk
pada pada penerbitan DIPA awal.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah anggaran yang tidak di blokir
X 100% Jumlah seluruh anggaran pada DIPA induk
d. Capaian indikator
Pagu anggaran pada DIPA induk Ditjen P2P pada tahun 2019 sebesar Rp.
2.641.905.147.000 sedangkan anggaran yang tidak diblokir sebesar Rp.
2.512.556.219.000 sehingga diperoleh capaian sebesar 95,1% dengan kinerja
sebesar 118,9%. Blokir anggaran pada DIPA awal tahun 2019 sebesar Rp
129.348.926.000, berada pada 38 Satker Program P2P yakni 6 satker Kantor Pusat,
27 satker KKP dan 5 sakter B/BTKLPP. Grafik dibawah ini menunjukkan target dan
realisasi indikator persentase anggaran tanpa blokir pada DIPA induk pada tahun
2015 -2019.
GRAFIK 3.3 TARGET DAN REALISASI
PERSENTASE ANGGARAN TANPA BLOKIR PADA DIPA INDUK TAHUN 2015-2019
Sumber data : Bagian Program dan Informasi
Pada grafik diatas terlihat bahwa capaian persentase anggaran tanpa blokir pada
DIPA induk selama tahun 2015-2019 telah melebihi dari target yang telah
ditetapkan yakni sebesar 96,08% pada tahun 2015, meningkat menjadi 96.09%
pada tahun 2016, menurun menjadi 82,05% pada tahun 2017 dan meningkat lagi
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
26 |
menjadi 93,2% pada tahun 2018 dan 95,1% pada tahun 2019. Nilai blokir paling
banyak pada penganggaran kegiatan dimana belum tersedianya RKBMN dan belanja
modal untuk pengadaan kendaraan jabatan. Selain itu, penyediaan data dukung
belum lengkap seperti dasar hukum pengalokasian belanja modal tanah, risalah
lelang untuk kendaraan operasional.
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Meskipun masih ada anggaran yang diblokir pada DIPA awal tahun 2019 yakni
sebesar Rp. 129.348.926.000 atau sebesar 4,8%, tetapi bila dibandingkan dengan
persentase anggaran yang tidak diblokir masih mencapai target yang ditetapkan.
Keberhasilan capaian indikator ini dipengaruhi karena sebagian besar satker telah
memenuhi data dukung yang menjadi persyaratan dalam reviu dan adanya
pendampingan Ditjen P2P dalam penyiapan rekomendasi eselon I.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Desk perencanaan oleh semua program dengan seluruh satker baik pagu
indikatif maupun pagu defenitif.
Sosialisasi Standar Biaya Masukan (SBM) dan Standar Biaya Keluaran (SBK)
tahun 2019.
Melaksanakan Rapat Kordinasi Teknis Perencanaan yang melibatkan semua
satker.
Penyusunan dan sosialisasi Petunjuk Perencanaan (Jukren) tahun 2019.
Asistensi perencanaan program dan anggaran.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Kebijakan pemerintah tentang langkah penghematan dan pemotongan belanja
kementerian/lembaga dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara tahun anggaran 2019 sehingga beberapa kegiatan yang telah
direncanakan tidak bisa dilaksanakan.
Penyediaan data dukung dan rekomendasi khususnya untuk pengadaan tanah,
gedung dan kendaraan operasional belum optimal.
Penyediaan data dukung khususnya rekomendasi RKBMN terhadap sewa rumah
dinas jabatan belum dapat dipenuhi karena harus diusulkan 2 tahun sebelumnya
sementara sewa rumah dinas jabatan disesuaikan dengan rotasi kepala satker.
h. Pemecahan Masalah
Melakukan penghematan dan pemotongan belanja khususnya pada kegiatan
yang non Prioritas Nasional sehingga kegiatan Prioritas Nasional tetap dapat
dilaksanakan.
Pendampingan teknis dalam penyusunan RKAKL.
Menyampaikan surat edaran terhadap penyiapan data dukung untuk setiap
belanja yang memerlukan data dukung.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
27 |
4. Persentase laporan program Ditjen P2P terverifikasi disampaikan tepat waktu
sebesar 90%
a. Pengertian
Laporan Program P2P adalah gambaran proses kemajuan pelaksanaan dan
pencapaian program pencegahan dan pengendalian penyakit yang disusun dalam
bentuk laporan yang disajikan kepada pimpinan dan disampaikan kepada lintas
program maupun lintas sektor sesuai dengan peruntukannya.
b. Definisi operasional
Laporan program Ditjen P2P secara periodik bulanan/triwulanan/semesteran/tahunan
yang terverifikasi dan disampaikan tepat waktu.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah laporan rutin ditahun berjalan yang terverifikasi dan
disampaikan tepat waktu X 100%
Jumlah laporan rutin ditahun yang sama
d. Capaian indikator
Jumlah laporan rutin yang disusun pada tahun 2019 meliputi 2 laporan tahunan,
4 laporan triwulanan dan 2 laporan bulanan. Seluruhnya telah dilaporkan dan
disusun sesuai periodisasi pelaporannya. Laporan rutin Ditjen P2P tahun 2019
adalah sebagai berikut:
Laporan Tahunan terdiri dari Laporan Tahunan Ditjen P2P dan Laporan
Tahunan Setditjen P2P. Laporan Tahunan Ditjen P2P dan Laporan Tahunan
Setditjen P2P disampaikan kepada pimpinan pada bulan Februari Tahun 2019.
Jumlah laporan tahunan sebanyak 2 laporan.
Laporan triwulanan yang terdiri dari:
1. Laporan Rencana Aksi Janji Presiden Program P2P sebanyak 3
laporan yakni laporan B06, B09 dan B12. Laporan Rencana Aksi Janji
Presiden disampaikan kepada Kantor Sekretariat Presiden (KSP) melalu
Biro Perencanaan dan Anggaran pada check point bulan keenam (B06),
bulan kesembilan (B09) dan bulan kedua belas (B12). Laporan Rencana
Aksi Janji Presiden melaporkan capaian untuk 4 tematik yakni tematik
kesehatan, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, cegah
tangkal stunting dan perbatasan, jumlah laporan sebanyak 3 laporan.
2. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN).
Laporan Pelaksanaan Kegiatan PHLN triwulanan disampaikan kepada Biro
Perencanaan dan Anggaran setiap awal triwulan. Jumlah laporan
pelaksanaan kegiatan PHLN sebanyak 4 laporan.
3. Laporan Matriks Sandingan Renstra, Renja, RKP dan RKAKL),
disampaikan kepada Bappenas melalui Biro Perencanaan dan Anggaran
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
28 |
setiap triwulan setelah periode triwulan berakhir. Jumlah laporan matriks
sandingan sebanyak 4 laporan.
Laporan bulanan yang terdiri dari:
1. Laporan eMonev DJA, diinput melalui aplikasi eMonev SMART DJA setelah
periode bulanan berakhir. Jumlah laporan eMonev DJA sebanyak 24
laporan yang terdiri dari 12 laporan eMonev DJA Ditjen P2P dan 12 laporan
Setditjen P2P.
2. Laporan eMonev Bappenas, diinput melalui aplikasi eMonev Bappenas
setelah periode bulanan berakhir. Jumlah laporan eMonev Bappenas
sebanyak 24 laporan yang terdiri dari 12 laporan eMonev Bappenas Ditjen
P2P dan 12 laporan Setditjen P2P.
3. Laporan Pelaksanaan Kegiatan PHLN bulanan disampaikan kepada Biro
Perencanaan dan Anggaran pada setiap awal bulan. Jumlah laporan PHLN
sebanyak 12 laporan.
Seluruh laporan tersebut telah disusun dan disampaikan kepada lintas program dan
lintas sektor sesuai peruntukkannya dan dari target 90% telah tercapai 100%
sehingga persentase kinerja capaian indikator sebesar 111,11% seperti terlihat dalam
grafik dibawah ini:
GRAFIK 3.4 TARGET DAN REALISASI
PERSENTASE LAPORAN PROGRAM DITJEN P2P TERVERIFIKASI DISAMPAIKAN TEPAT WAKTU
TAHUN 2015-2019
Sumber data : Bagian Program dan Informasi
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Indikator ini telah mencapai target yang telah ditetapkan salah satunya disebabkan
oleh adanya kordinasi yang rutin antara Kantor Pusat dengan Kantor Daerah untuk
mengingatkan pengisian dan penyusunan laporan baik melalui SMS, group Whats
App maupun pertemuan-pertemuan kordinasi.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
29 |
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Membuat surat permintaan laporan dan surat edaran dari pimpinan kepada
satker terkait kewajiban penyampaian pelaporan rutin.
Penguatan tim penyusun laporan baik di Dinas Kesehatan maupun UPT Ditjen
P2P melalui bimbingan teknis.
Memfasilitasi pertemuan kordinasi melalui kegiatan penyusunan laporan program
dan pertemuan pemutakhiran data.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Pemahaman satker dalam mengisi eMonev DJA belum optimal sehingga ada
beberapa pengisian yang salah yang mengakibatkan adanya anomali data.
Perbedaan cut off date pelaporan PHLN antara mitra dan satker pengelola
dana hibah dengan Ditjen P2P menyebabkan rendahnya realisasi anggaran
setiap bulannya. Ditjen P2P harus menyampaikan laporan pada tanggal 8
bulannya sedangkan cut off date laporan keuangan mitra dan satker pada
tanggal 15 setiap bulannya.
Periode pelaporan kegiatan prioritas pantauan KSP hanya 7 hari setiap
triwulannya mulai dari penyiapan data, penyusunan laporan dan pengisian
dalam Sistem Pemantauan (Sispan)
h. Pemecahan Masalah
Melakukan bimbingan teknis kepada satker terkait pengisian eMonev Bappenas
dan eMonev DJA.
Melakukan kordinasi rutin dengan mitra dan satker pengelola hibah setiap bulan
melalui WA group, telepon dan email. Update realisasi anggaran dilakukan pada
bulan berikutnya.
Laporan Ditjen P2P dijadikan sebagai bahan evaluasi kinerja satker dan bahan
penyusunan perencanaan tahun berikutnya.
5. Persentase Satker Program P2P yang menerapkan manajemen pengelolaan data
dan informasi sebesar 90%
a. Pengertian
Penerapan manajemen pengelolaan data dan informasi adalah serangkaian
kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data informasi
yang didukung dengan perangkat aplikasi data yang mutakhir dan terpublikasi.
b. Definisi operasional
Yang dimaksud dengan persentase satker yang menerapkan pengelolaan data
dan informasi adalah satuan kerja kantor pusat, kantor daerah (UPT) dan
dekonsentrasi yang telah menerapkan aplikasi data yang mutakhir dan
terpublikasi sekurang - kurangnya pada aplikasi eMonev DJA dan eMonev
Bappenas. Pada tahun 2018, telah dikembangkan satu aplikasi pemantauan
capaian perjanjian kinerja yakni e performance, sehingga sejak tahun 2019, e
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
30 |
performance dihitung sebagai indikator manajemen pengelolaan data dan
informasi.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah satker kantor pusat, kantor daerah (UPT) dan dekonsentrasi
yang telah melaksanakan sekurang-kurangnya 3 penerapan
aplikasi manajemen pengelolaan data dan informasi X 100%
Jumlah seluruh satker kantor pusat, kantor daerah (UPT) dan
dekonsentrasi di tahun yang sama
d. Capaian indikator
Capaian indikator Persentase Satker Program P2P yang menerapkan
manajemen pengelolaan data dan informasi meningkat dari tahun 2015-2019,
dengan capaian tertinggi capaian pada tahun 2017 (100%) dan menurun pada
tahun 2018 dan 2019. Penurunan capaian tahun 2018 terkait dengan
diterapkannya aplikasi baru yakni e performance untuk semua satker pada Ditjen
P2P.
GRAFIK 3.5
TARGET DAN REALISASI
PERSENTASE SATKER PROGRAM P2P YANG MENERAPKAN
MANAJEMEN PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI
TAHUN 2015 - 2019
Sumber data : Bagian Program dan Informasi
Pada tahun 2018, dari target 79 satker terdapat 79 satker (100%) yang telah
menginput capaian kinerja pada aplikasi e performance sedangkan 20 satker
belum menginput. Capaian meningkat pada tahun 2019, dari target 90% telah
tercapai 92,9% dengan kinerja 103,2%. Sebanyak 92 satker telah menginput
sedangkan 7 satker belum menginput e performance.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
31 |
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Indikator Persentase Satker Program P2P yang menerapkan manajemen
pengelolaan data dan informasi telah melebihi dari target yang telah ditetapkan,
karena dipengaruhi beberapa faktor antara lain adanya kordinasi yang rutin antara
Kantor Pusat dan Kantor Daerah dalam menerapkan manajeman pengelolaan data
dan infomasi baik melalui email, WA group, sms maupun dalam pertemuan
kordinasi. Selain itu, absensi dan capaian dalam aplikasi dijadikan sebagai bahan
evaluasi kinerja satker pada pertemuan – pertemuan besar yang melibatkan
pimpinan satker dan unit utama.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Melakukan pertemuan sosialisasi pengisian eMonev Bappenas generasi III dan e
performance kepada seluruh satker pusat dan daerah.
Asistensi dan pendampingan intensif kepada tim data dan informasi satuan kerja.
Melakukan pemantauan pengisian e monev DJA, e monev Bappenas dan e
performance setiap bulan.
Menyampaikan absensi dan progress capaian satker dalam pertemuan Rapat
Kordinasi Teknis (Rakordit) ataupun pertemuan-pertemuan yang mengundang
Kepala Satker.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Keterbatasan jumlah dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola data
dan informasi.
Tidak adanya penunjukkan petugas khusus untuk menginput data dalam aplikasi
e monev DJA, emonev Bappenas dan e performance di Dinas Kesehatan
Provinsi menyebabkan penginputan tidak berjalan optimal.
h. Pemecahan Masalah
Membangun sistem aliran data dan informasi baik melalui online maupun offline.
Melakukan asistensi dan pendampingan yang berkesinambungan terhadap
pemanfaatan aplikasi online.
6. Persentase layanan administrasi kepegawaian sebesar 100%
a. Pengertian
Layanan administrasi kepegawaian adalah seluruh kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan kepegawaian Ditjen P2P yang terlaksana baik teknis ketatausahaan,
analisis kebutuhan dan perencanaan pegawai, mutasi pegawai, pengisian jabatan
dan pengelolaan jabatan fungsional, ketatausahaan kepegawaian, disiplin dan
pengendalian kepegawaian.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
32 |
b. Definisi operasional
Persentase terselenggaranya layanan administrasi kepegawaian yang meliputi
urusan analisis kebutuhan dan perencanaan pegawai, mutasi pegawai, pengisian
jabatan dan pengelolaan jabatan fungsional, ketatausahaan kepegawaian, disiplin
dan pengendalian kepegawaian.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah layanan administrasi kepegawaian yang terlaksana X 100%
Jumlah layanan administrasi kepegawaian yang diusulkan
d. Capaian indikator
Target indikator persentase layanan administrasi kepegawaian di tahun 2019 sebesar
100% dengan realisasi sebanyak 100%. Bila dibandingkan dengan capaian empat
tahun sebelumnya, maka capaian tahun 2014-2019 telah mencapai target.
GRAFIK 3.6
TARGET DAN REALISASI
PERSENTASE LAYANAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2015 – 2019
Tahun2014
Tahun2015
Tahun2016
Tahun2017
Tahun2018
Tahun2019
TARGET 100% 100% 100% 100% 100% 100%
CAPAIAN 100% 100% 100% 100% 100% 100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Sumber data : Bagian Kepegawaian dan Umum
Layanan kepegawaian yang dihasilkan terdiri dari pengelolaan jabatan fungsional,
pengisian jabatan, mutasi pegawai dan analisa kebutuhan dan perencanaan pegawai.
Rincian layanan kepegawaian yang dihasilkan terlihat pada grafik dibawah ini:
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
33 |
GRAFIK 3.7
LAYANAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2019
65
3053
25285
65
3053
25285
Analisis Kebutuhan dan Perencanaan Pegawai
Mutasi Pegawai Pengisian Jabatan Pengelolaan Jabatan Fungsional
Jumlah Yang Diusulkan Jumlah Yang Terlaksana
Sumber data : Bagian Kepegawaian dan Umum
Pada layanan mutasi pegawai, Setditjen P2P telah melaksanakan dan memproses
layanan mutasi pegawai sebanyak 3053 layanan dengan rincian perpindahan pegawai
sebanyak 66 layanan, kartu pegawai sebanyak 3 layanan, kartu istri dan kartu suami
sebanyak 62 layanan, cuti sebanyak 556 layanan, kenaikan pangkat reguler sebanyak
1209 layanan, kenaikan pangkat fungsional sebanyak 110 layanan, penghargaan
pegawai sebanyak 255 layanan, pencantuman gelar sebanyak 81 layanan, ujian dinas
sebanyak 49 layanan, ujian penyesuaian ijazah 14 layanan, pensiun pegawai sebanyak
82 layanan, tugas belajar sebanyak 25 layanan, ijin belajar sebanyak 113 usulan,
kenaikan gaji berkala sebanyak 216 usulan, pengangkatan/pemindahan pemindahan
jabatan pelaksana sebanyak 121 usulan dan pembinaan kedisiplinan sebanyak 91
penjatuhan hukuman disiplin. Secara lengkap terdistribusi pada grafik berikut ini:
GRAFIK 3.8
LAYANAN MUTASI PEGAWAI TAHUN 2019
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300
Perpindahan Pegawai
Karpeg
Karis/ Karsu
Cuti
Kenaikan Pangkat Fungsional
Kenaikan Pangkat Reguler
Penghargaan
Pencantuman Gelar
Ujian Dinas
Ujian Penyesuaian Ijazah
Pensiun
Tugas Belajar
Izin Belajar
Kenaikan Gaji Berkala
Pengangkatan/ Pemindahan Dalam Jabatan Pelaksana
Pembinaan Kedisiplinan
66
3
62
556
110
1209
255
81
49
14
82
25
113
216
121
91
Sumber data : Bagian Kepegawaian dan Umum
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
34 |
Pada layanan analisis kebutuhan dan perencanaan pegawai, seluruh satker di
lingkungan Ditjen P2P (65 satker) telah menyusun formulir perencanaan
pegawai/bezetting dan telah terverifikasi seluruhnya oleh Setditjen P2P. Pada layanan
pengisian jabatan, telah dilakukan pelantikan jabatan fungsional di lingkungan Ditjen
P2P sebanyak 25 orang pejabat fungsional pada tanggal 18 November 2019 dengan
rincian 1 orang Analis Kebijakan Ahli Pertama, 2 orang Epidemiolog Kesehatan Ahli
Madya, 1 orang Analis Kepegawaian Mahir, 13 orang Epidemiolog Kesehatan Ahli
Muda, 4 orang Epidemiolog Kesehatan Ahli Pertama dan 4 orang Pengelola Pengadaan
Barang/ Jasa Ahli Muda. Pada layanan pengelolaan jabatan fungsional, satker di
lingkungan Ditjen P2P telah melaksanakan dan memproses layanan jabatan fungsional
sebanyak 285 usulan dengan rincian pengangkatan pertama dan alih jabatan fungsional
sebanyak 52 usulan, pengangkatan kembali sebanyak 57 usulan, pembebasan
sementara sebanyak 35 usulan, pemberhentian dari jabatan fungsional sebanyak 7
usulan, penerbitan Penetapan Angka Kredit/PAK jabatan fungsional entomolog
kesehatan sebanyak 41, penerbitan Penetapan Angka Kredit/PAK jabatan fungsional
epidemiolog kesehatan sebanyak 81, dan penerbitan Penetapan Angka Kredit/PAK
jabatan fungsional psikolog klinis sebanyak 12. Secara lengkap terdistribusi pada grafik
berikut:
GRAFIK 3.9
LAYANAN PENGELOLAAN JABATAN FUNGSIONAL TAHUN 2019
12
81
41
7
35
57
52
0 20 40 60 80 100
PAK Psikolog Klinis
PAK Epidemiolog Kesehatan
PAK Entomolog Kesehatan
Pemberhentian
Pembebasan Sementara
Pengangkatan Kembali
Pengangkatan Pertama dan AlihJabatan
Sumber data : Bagian Kepegawaian dan Umum
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Keberhasilan layanan administrasi kepegawaian dipengaruhi oleh faktor antara lain:
1) Ketersediaan Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi dalam
pengelolaan kepegawaian.
2) Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang memadai untuk melaksanakan
layanan administrasi kepegawaian.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
35 |
3) Proses layanan administrasi kepegawaian didukung oleh sistem teknologi
informasi. Biro Kepegawaian dan Badan Kepegawaian Negara (BKN) telah
mengembangkan beberapa sistem informasi terintegrasi yang mendukung
pelaksanaan layanan administrasi kepegawaian yaitu Aplikasi Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian (SIMKA), Aplikasi Sistem Informasi Layanan
Kepegawaian (SILK), dan Aplikasi Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian
(SAPK) BKN.
4) Terjalinnya kerjasama dan koordinasi antar pihak terkait dalam penguatan
layanan bidang kepegawaian, misalnya dengan adanya pertemuan/rapat
bulanan serta pemanfaatan media sosial dalam menjaring berbagai informasi
dan diskusi permasalahan kepegawaian. Adapun pihak yang terlibat yaitu
seluruh satker di lingkungan Ditjen P2P, Biro Kepegawaian, BPPSDMK, BKN,
dan pihak terkait lainnya.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Sosialisasi kebijakan kepegawaian melalui pertemuan/rapat koordinasi teknis
dengan melibatkan lintas sektor/lintas program terkait dan seluruh satker di
lingkungan Ditjen P2P.
Gambar 3.1.
Pertemuan Penataan dan Pembinaan Pegawai di Lingkungan Ditjen P2P
Bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi serta penyelesaian permasalahan
kepegawaian kepada satker di lingkungan Ditjen P2P.
Koordinasi dan konsolidasi dalam penguatan layanan bidang kepegawaian
dengan lintas sektor/lintas program terkait seperti Biro Kepegawaian, Inspektorat
Jenderal, Badan PPSDM Kesehatan, BKN dan Kementerian Menpan.
Peningkatan kompetensi pengelola kepegawaian melalui kegiatan pendidikan
dan pelatihan fungsional dan teknis kepegawaian.
Melakukan penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang
kepegawaian.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
36 |
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Informasi layanan administrasi pegawai belum tersosialisasi secara maksimal ke
seluruh pegawai.
Tingka kompetensi pengelola kepegawaian masih kurang.
Seringnya terjadi pergantian Pengelola Kepegawaian di UPT.
Pengelola kepegawaian di UPT mempunyai beban tugas yang beragam sehingga
tidak bisa fokus untuk mengelola administrasi kepegawaian.
Sarana prasarana penunjang berupa koneksi internet yang kurang memadai
untuk menunjang layanan kepegawaian secara optimal.
h. Pemecahan Masalah
Percepatan penyampaian informasi layanan kepegawaian melalui media
informasi, media cetak dan media elektronik.
Pemenuhan kebutuhan JFT analis kepegawaian melalui inpassing untuk
meningkatkan profesionalitas pengelola kepegawaian.
Penambahan dan peningkatan sarana prasarana penunjang dalam layanan
bidang kepegawaian.
Peningkatan kompetensi pengelola kepegawaian melalui pendidikan/ pelatihan.
7. Persentase layanan ketatausahaan dan gaji sebesar 100%
a. Pengertian
Layanan ketatausahaan dan gaji adalah kegiatan yang berkaitan dengan tata
persuratan dan kearsipan, administrasi belanja pegawai, penyelenggaraan
ketatausahaan dan gaji, pelaksanaan kordinasi ketatausahaan dan gaji.
b. Definisi operasional
Persentase terselenggaranya layanan ketatausahaan dan gaji adalah persentase
perbandingan antara capaian kinerja layanan ketatausahaan dan gaji yang
direalisasikan dengan capaian kinerja layanan ketatausahaan dan kerumahtanggaan
yang direncanakan.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah layanan ketatausahaan dan gaji yang dilaksanakan
dalam satu tahun X 100%
Jumlah layanan ketatausahaan dan gaji yang direncanakan
dalam satu tahun
d. Capaian indikator
Persentase layanan ketatausahaan dan gaji pada tahun 2019 ditargetkan 100%
dengan capaian sebesar 100% sehingga pencapaian kinerja sebesar 100%. Adapun
rincian menurut jenis layanan adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
37 |
TABEL 3.3
LAYANAN KETATAUSAHAAN DAN GAJI TAHUN 2019
No Uraian Kegiatan Target Realisasi Capaian (%)
1 Layanan ketatausahaan, terdiri dari surat menyurat dan pengarsipan
12 layanan
12 layanan
100
2 Pembayaran gaji dan tunjangan kinerja
12 layanan
12 layanan
100
Sumber data : Bagian Kepegawaian dan Umum
Selama tahun 2015 – 2019, indikator ini telah mencapai target yang telah ditetapkan
selama 5 tahun, seperti dalam grafik berikut ini:
GRAFIK 3.10
TARGET DAN REALISASI
LAYANAN KETATAUSAHAAN DAN GAJI TAHUN 2015-2019
Sumber data : Bagian Kepegawaian dan Umum
Layanan ketatausahaan terdiri dari surat menyurat dan layanan kearsipan. Pada
layanan kearsipan, Ditjen P2P telah memindahkan arsip ke Record Centre Arsip
Kemenkes sebanyak 339 box. Pada grafik dibawah ini, menunjukkan dari 5
Direktorat, Direktorat PPML telah melaksanakan pemindahan arsip inaktif paling
banyak dalam record centre arsip Ditjen P2P yakni sebanyak 870 box termasuk arsip
keuangan dan arsip Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Pada layanan surat
menyurat tahun 2019, telah difasilitasi sebayak 9738 surat masuk dan 10.793 surat
keluar.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
38 |
GRAFIK 3.11
LAYANAN KETATAUSAHAAN TAHUN 2019
Sumber data : Bagian Kepegawaian dan Umum
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Keberhasilan layanan ketatausahaan dan gaji telah mencapai target didukung oleh
adanya komitmen Gerakan Nasional Sadar dan Tertib Arsip sehingga arsip Ditjen
mulai tertata pada ruang arsip. Selain itu adanya kordinasi rutin dengan satuan kerja
di lingkungan Ditjen P2P dalam pengurusan surat masuk, surat keluar dan
kerarsipan.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Meningkatkan administrasi tata naskah dinas.
Meningkatkan kualitas pengelolaan kearsipan.
Meningkatkan kualitas pengelolaan pembayaran gaji dan tunjangan kinerja.
Meningkatkan kualitas kerumahtanggaan.
Meningkatkan kualitas pemeliharaan sarana dan prasarana.
Meningkatkan pemberian dukungan kualitas layanan.
Melaksanakan pembinaan tata persuratan dan kearsipan di lingkungan Satuan
Kerja Ditjen P2P secara kontinyu dan berkelanjutan.
Komitmen Gerakan Nasional Sadar dan Tertib Arsip.
Peningkatan kordinasi dengan satuan kerja di lingkungan Ditjen P2P.
Diseminasi tata naskah dinas dan kearsipan.
Pembinaan tata persuratan dan kearsipan di lingkungan Ditjen P2P yang
berkelanjutan.
Melakukan pendampingan pengelolaan dan penataan arsip.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
39 |
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Terbatasnya Sumber Daya Manusia dalam bidang persuratan dan kearsipan,
pengelolaan gaji dan tunjangan, bidang teknis untuk mendukung sarana dan
prasarana.
Sarana dan prasarana pendukung kearsipan belum sesuai standar
h. Pemecahan Masalah
Penambahan SDM pegawai dalam bidang persuratan dan kearsipan serta
bidang teknis untuk mendukung sarana dan prasarana.
Meningkatkan sistem persuratan dan kearsipan yang terintegrasi, efektif dan
efisien.
Koordinasi dan konsolidasi dalam penguatan layanan bidang ketatausahaan dan
gaji.
8. Persentase layanan kerumahtanggaan, pengelolaan BMN dan ULP sebesar 100%
a. Pengertian
1. Layanan kerumahtanggaan adalah kegiatan melakukan urusan
kerumahtanggaan meliputi penyediaan kebutuhan perkantoran, ruang rapat,
penyediaan jamuan rapat, langganan daya dan jasa seperti air, listrik, dan
telepon, melakukan urusan keamanan dan kebersihan, angkutan dan
penyediaan fasilitas kantor.
2. Pengelolaan BMN merupakan rangkaian kegiatan perencanaan BMN (RKBMN),
penggunaan, pemanfataan, penilaian sampai dengan penghapusan BMN dan
tindak lanjutnya berupa pemindahtanganan yang seluruh kegiatannya
ditatausahakan serta dilakukan dengan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian.
3. Layanan Unit Layanan Pengadaan (ULP) adalah Layanan Penyelesaian
pemilihan penyedia Barang dan Jasa yang diproses Unit Layanan Pengadaan
Ditjen P2P sampai diperoleh penyedia barang/jasa dalam kurun waktu 1 tahun,
yang diajukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen Satker Pusat dan UPT di
lingkungan Ditjen P2P, tidak termasuk pengadaan barang dan jasa yang gagal
lelang/batal karena permintaan Kuasa Pengguna Anggaran.
b. Definisi operasional
1. Persentase layanan kerumahtanggaan adalah persentase perbandingan antara
capaian kinerja yang direncanakan dengan capaian kinerja yang
direalisasikan subbag rumah tangga.
2. Persentase pengelolaan BMN adalah jumlah laporan BMN tepat waktu dan taat
pada peraturan negara dibandingkan dengan jumlah seluruh laporan BMN.
3. Persentase layanan Unit Layanan Pengadaan (ULP) adalah jumlah penyelesaian
proses pemilihan penyedia Barang dan Jasa yang diproses Unit Layanan
Pengadaan Ditjen P2P sampai ditetapkan penyedia barang dan jasa dibagi
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
40 |
Jumlah semua pengadaan barang dan jasa yang diajukan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Satker Pusat dan UPT di lingkungan Ditjen P2P kepada Kepala
Unit Layanan Pengadaan (ULP) dalam kurun waktu 1 tahun.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah layanan kerumahtanggaan, pengelolaan BMN dan ULP
yang dilaksanakan dalam satu tahun X 100%
Jumlah layanan kerumahtanggaan, pengelolaan BMN dan ULP
yang direncanakan dalam satu tahun
d. Capaian indikator
Pada tahun 2019, dari 12 layanan kerumahtanggaan telah tercapai 12 layanan
(100%) sehingga capaian kinerja sebesar 100%. Layanan tersebut meliputi
penyediaan kebutuhan sehari-hari perkantoran, pemeliharaan sarana dan prasarana
kantor, ruang rapat, konsumsi rapat, langganan daya dan jasa (listrik, telepon, air),
keamanan, kebersihan, angkutan pegawai dan penyediaan fasilitas kantor.
Pada pengelolaan BMN, untuk mendapatkan laporan keuangan BMN yang tepat
waktu dan taat dengan peraturan keuangan negara yang berlaku merupakan capaian
indikator yang harus diraih. Target l aporan BMN tahun 2019 sebanyak 2
la p o ra n untuk tingkat Eselon I (Ditjen P2P) dan tingkat Eselon II (Sekretariat
Ditjen P2P) dan telah tercapai 100%
Pada layanan ULP, target jumlah paket pengadaan barang dan jasa pada tahun 2019
sebanyak 154 paket dan jumlah paket yang telah ditetapkan penyedia sebanyak 154
sehingga persentase paket yang selesai di proses sebesar 100%. Adapun paket
pengadaan meliputi pengadaan barang, jasa konstruksi, konstruksi, jasa lainnya dan
paket meeting. Target dan capaian secara lengkap dalam tabel dibawah ini:
TABEL 3.4
TARGET DAN REALISASI
LAYANAN KERUMAHTANGGAAN, PENGELOLAAN BMN TAHUN 2019
Layanan Target Realisasi Capaian
Layanan Kerumahtanggaan
- Kebutuhan perkantoran
- Rapat
- Jasa listrik, telepon, air
- Keamanan
- Kebersihan
- Pemeliharaan
12 Bulan
12 Bulan
12 Bulan
12 Bulan
12 Bulan
12 Bulan
12 Bulan
12 Bulan
12 Bulan
12 Bulan
12 Bulan
12 Bulan
12 Bulan
12 Bulan
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Laporan BMN
- Laporan BMN Ditjen P2P
- Laporan BMN Setditjen P2P
2 laporan
2 laporan
2 laporan
2 laporan
100%
100%
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
41 |
Layanan Target Realisasi Capaian
Layanan Pengadaan Barang dan Jasa:
- Barang
- Jasa konsultansi
- Konstruksi
- Jasa Lainnya
- Paket Meeting
145 paket
44 paket
2 paket
2 paket
16 paket
81 paket
145 paket
44 paket
2 paket
2 paket
16 paket
81 paket
100%
100%
100%
100%
100%
Sumber data : Bagian Kepegawaian dan Umum, Bagian Keuangan dan BMN
Bila dibandingkan dengan capaian tahun 2015 - 2019, maka indikator layanan
kerumahtanggaan pengelolaan BMN dan ULP yang dilaksanakan telah mencapai
target setiap tahunnya seperti yang terlihat dalam grafik dibawah ini:
GRAFIK 3.12
TARGET DAN REALISASI
LAYANAN KERUMAHTANGGAAN, PENGELOLAAN BMN DAN ULP
TAHUN 2015 – 2019
Sumber data : Bagian Kepegawaian dan Umum, Bagian Keuangan dan BMN
Proses layanan pengadaan barang jasa di Ditjen P2P, terdiri dari 3 Pokja dan masing
masing pokja melaksanakan berdasarkan SK Kepala ULP dengan pembagian tugas
antara lain 1) Pokja I membidangi Direktorat P2PML dan P2PMKJN, Pokja II
membidangi Direktorat P2PTZ dan Sekretariat Direktorat P2P, Pokja III membidangi
Direktorat P2PTM dan Direktorat Surkarkes. Hasil pengadaan barang dan jasa tahun
2019 adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
42 |
TABEL 3.5
PENGADAAN BARANG DAN JASA TAHUN 2019
NoJenis Pengadaan
Jumlah
Paket% Paket Nilai Pagu % Nilai Pagu Nilai Kontrak
% dari Nilai
Pagu
297,209,230,127 93.14
Paket Meeting 81
1
2
3
4
5
Total 145 100% 319,109,573,290 100
55.86 35,880,572,188 11.24 30,735,181,020
91.15
1.37 5,006,000,000 1.57
85.66
45,113,161,141 93.31
Barang 44
4,714,183,881 94.17
Konsultan 2 0.68 2,230,706,000 0.70 2,033,283,000
Konstruksi 2
Jasa Lainnya 16 11.72 48,350,124,102 15.15
30.34 227,642,171,000 71.34 214,613,421,085 94.28
Sumber data : Bagian Kepegawaian dan Umum
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Indikator Persentase layanan ULP telah mencapai target karena didukung oleh
adanya pokja dengan tupoksi khusus untuk menangani pengadaan barang tanpa
dibebankan tugas lainnya.
Indikator persentase pengelolaan BMN telah mencapai target didukung oleh
terpeliharanya dokumen sumber BMN, adanya rekonsiliasi internal antara
petugas SAIBA dan SIMAK-BMN sehingga apabila ditemukan kesalahan dapat
langsung dilakukan koreksi dan tersimpannya arsip dengan rapi.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
1. Layanan Kerumahtanggaan
Kordinasi teknis pemeliharaan satuan kerja pusat di lingkungan Ditjen P2P
dengan Biro Umum Kemenkes.
Penyusunan Norma Standar Kriteria dan Prosedur Kerumahtanggaan.
Pelatihan Tenaga Satuan Pengaman Kantor dan peningkatan kompetensi
supir dan petugas kebersiahan.
2. Pengelolaan BMN
Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan BMN pada
satker Kantor Daerah, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan. Tujuan dari
kegiatan ini untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan, identifikasi dan
permasalahan serta antisipasi/upaya pemecahan terkait pengelolaan BMN.
Bimbingan Teknis SIMAK untuk membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi satker Kantor Daerah dan Dekonsentrasi di lingkungan Ditjen P2P
terkait penatausahaan BMN dalam Aplikasi SIMAK-BMN.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
43 |
Pembinaan dan Penyelesaian Masalah Pengelolaan BMN Kantor
Daerah/Dekon/TP untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi
satker Kantor Daerah, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan di lingkungan
Ditjen P2P terkait pengelolaan BMN meliputi penatausahaan, pemanfaatan,
penghapusan, pemusnahan, dan rumah negara.
3. Layanan Pengadaan Barang dan Jasa
Melakukan koordinasi kegiatan pengadaan barang/jasa di lingkungan
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Melakukan proses percepatan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Meningkatkan kualitas pengadaan barang dan jasa.
Pengembangan dan pembinaan Sumber Daya Manusia pengelola
pengadaan barang dan jasa.
Melakukan penyusunan modul pelaporan dan diterbitkannya aplikasi
Semppurna.
Merencanakan dan mengevaluasi kegiatan layanan pengadaan barang dan
jasa di lingkungan Ditjen P2P.
Melakukan Sosialisasi Rencana Umum Pengadaan (RUP) dan tata cara
pengisian dalam aplikasi LPSE.
Melakukan pembinaan satker/konsultasi satker ke pusat.
Membantu proses dalam penerbitan SK perubahan ULP satker di
Lingkungan Ditjen P2P.
Memproses User ID Pokja, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat
Pengeluaran (PP).
Melakukan kajian ulang paket.
Membantu pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di 7 Satker Pusat yang
belum memiliki ULP yaitu yaitu KKP Dumai, KKP Sabang, KKP Tanjung
Pinang. KKP Tarakan, KKP Ambon, KKP Banda Aceng dan KKP Padang.
Melakukan evaluasi kemajuan proses pengadaaan barang dan jasa Tahun
2019 di Lingkungan Ditjen P2P
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
1. Layanan Kerumahtanggaan
Kendala dalam layanan kerumahtanggan adalah terbatasnya kompetensi
Sumber Daya Manusia dalam bidang teknis kerumahtanggaan.
2. Pengelolaan BMN
Ketidakpatuhan satker terhadap kebijakan pelaporan dan penatausahaan
BMN yang menyebabkan terhambatnya proses pengelolaan BMN seperti
satker yang tidak melaporkan adanya hibah kepada unit utama.
Ketidaksesuaian perencanaan posisi akun dengan realisasi seperti adanya
pembelian barang yang tercatat pada posisi akun berbeda dengan
perencanaannya.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
44 |
Sumber Daya Manusia yang tidak memadai di subbag pengelolaan BMN
dengan satker yang dikelola.
Sarana internet yang tidak menunjang proses pengelolaan BMN
Sulitnya koordinasi antar satker dengan unit utama dan dengan unit utama
lainnya.
3. Layanan Pengadaan Barang dan Jasa
SDM bersertifikat fungsional tertentu terkait pengadaan barang dan jasa
masih terbatas.
Pengadaan konstruksi memerlukan tenaga teknis dari luar Satker/instansi
kesehatan, sehingga waktu pengadaannya tergantung pada kesiapan
tenaga teknis dari luar, dan untuk dana hibah penyedia yang terpilih dalam
proses pengadaan tidak sepenuhnya dapat persetujuan LFA.
Pengisian RUP 2019 beberapa satker masih terkendala penggunaan aplikasi
baru Sirup Versi 2 dan masih mengalami masalah di server LKPP.
Lelang gagal yang disebabkan karena identifikasi penyedia dalam RUP tidak
cermat, spesifikasi tidak jelas, tidak ada penyedia yang memasukkan
penawaran.
h. Pemecahan Masalah
1. Layanan Kerumahtanggaan
Untuk mengatasi kendala terbatasnya kompetensi Sumber Daya Manusia dalam
bidang teknis kerumahtanggaan dengan melakukan pelatihan maupun on the job
training.
2. Pengelolaan BMN
Membina satker untuk mengikuti kegiatan seminar, workshop atau pelatihan
untuk menambah wawasan mengenai pengelolaan BMN yang baik dan
benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penambahan SDM yang memiliki kemampuan yang baik dalam bekerja
sama untuk membuat organisasi lebih baik.
Peningkatan sarana internet yang lebih baik lagi seperti penambahan kuota
untuk memperlancar jaringan.
Meningkatkan komunikasi antar satker sehingga informasi yang ada dapat
diketahui dengan cepat.
3. Layanan Pengadaan Barang dan Jasa
Penambahan SDM yang bersertifikat di Satker Pusat dan UPT, dialokasikan
anggaran untuk pelatihan sertifikasi pengadaan barang dan jasa.
Meningkatkan pengetahuan pengelola pengadaan barang/jasa melalui
kegiatan sosialisasi, bimbingan teknis, pertemuan dan pelatihan dengan
narasumber dari LKPP, Itjen, Biro Keuangan dan lainnya.
Penyusunan Pedoman /SOP Pengadaan Barang dan Jasa.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
45 |
Melakukan bimbingan teknis PBJ dari Pusat ke Satker UPT yang
membutuhkan dengan kerjasama tim LPSE Kemenkes.
Sosialisasi melibatkan KPA dan PPK agar berperan aktif dalam kegiatan
kajian ulang
Meningkatkan Koordinasi dan kerjasama antara KPA, PPK dan ULP dalam
Pengadaan Barang dan Jasa.
9. Presentase Satker yang menyusun Laporan Keuangan yang tepat waktu sesuai
dengan ketentuan sebesar 100%
a. Pengertian
Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pemerintah atas
pelaksanaan APBN berupa laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan saldo anggaran lebih, dan catatan
atas laporan keuangan. Laporan keuangan disusun sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pusat. Laporan keuangan yang dimaksud harus berkualitas dengan memenuhi
karakteritik kualitatif yaitu laporan keuangan yang disusun harus memenuhi unsur-
unsur relevan, andal, dapat dibandingkan dengan laporan keuangan sebelumnya,
dan dapat dipahami oleh pengguna. Laporan keuangan merupakan hasil kompilasi
laporan keuangan dari 59 Satker UPT, 34 Satker dekonsentrasi, 6 Satker Kantor
Pusat yang disusun dan disampaikan melalui aplikasi E Rekon secara tepat waktu
yakni sesuai perioditas penyampaian seperti yang tertuang dalam PMK
222/PMK.05/2019 dan mengikuti peraturan yang berlaku terkait laporan keuangan
antara lain:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 270/PMK.05/2014 tentang Penerapan SAP
Berbasis Akrual pada Pemerintah Pusat;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.05/2015 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2019 tentang Pedoman
Akuntansi dan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
46 |
b. Definisi operasional
Definisi indikator penyusunan laporan keuangan adalah tersusunnya laporan
keuangan tingkat Eselon 1 yang berkualitas dengan memenuhi karakteritik kualitatif
yakni laporan keuangan yang disusun sudah memenuhi unsur-unsur antara lain
relevan, andal, dapat dibandingkan dengan laporan keuangan sebelumnya dan dapat
dipahami oleh pengguna. Laporan Keuangan tersebut disusun secara berjenjang
mulai dari tingkat satker, wilayah dan eselon-1. Laporan keuangan yang disampaikan
terdiri dari LRA (Laporan Realisasi Anggaran), Laporan Operasional (LO), Laporan
Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca, dan CaLK (Catatan atas Laporan Keuangan) yang
disusun secara teratur, tepat waktu, akuntabel dan paripurna. Laporan diperoleh dari
kegiatan verifikasi akuntansi yang meliputi laporan bulanan/triwulanan (dilampirkan
hasil rekonsiliasi dengan KPPN setempat masing-masing satker), laporan keuangan
semester dan laporan keuangan Ditjen P2P tahunan baik unaudited maupun audited.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah satker yang melaporkan Laporan Keuangan tepat waktu X 100%
Jumlah seluruh satker yang melaporkan Laporan Keuangan
d. Capaian indikator
Pada tahun 2017 tercatat seluruh satker Ditjen P2P yakni 99 Satker yang terdiri dari 6
satker kantor Pusat, 59 satker UPT, 34 satker Dekonsentrasi telah menyampaikan
Laporan Keuangan secara tepat waktu dan sesuai peraturan yang berlaku tercapai
100% sesuai target. Capaian yang sama terjadi di tahun 2018 dan 2019 dengan
jumlah Satker tetap sebanyak 99 satker dan seluruhnya menyampaikan Laporan
Keuangan secara tepat waktu dan sesuai peraturan yang berlaku dan tercapai 100%
sesuai target, sehingga dari target 100% telah tercapai 100%.
GRAFIK 3.13 TARGET DAN REALISASI
PERSENTASE SATKER YANG MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN TEPAT WAKTU SESUAI DENGAN KETENTUAN TAHUN 2017 – 2019
Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
47 |
Adapun gambaran Laporan Realisasi Anggaran Ditjen P2P tahun 2017 – 2019
adalah sebagai berikut:
TABEL 3.6
LAPORAN REALISASI ANGGARAN DITJEN P2P
TAHUN 2017-2019
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
1 Kantor Pusat (KP) 1.899.973.588.000 1.790.798.199.892 94,25 2.007.875.808.000 1.815.852.498.668 90,44 1.875.262.797.000 1.781.426.538.495 95,00
2 Kantor Daerah/UPT (KD) 1.014.715.392.000 927.813.433.788 91,44 1.167.332.266.000 1.078.263.061.081 92,37 1.075.075.374.000 1.024.551.785.689 95,30
3 Dekonsentrasi (DK) 200.814.968.000 178.749.674.062 89,01 203.363.915.000 178.363.546.700 87,71 365.298.745.000 318.794.113.632 87,27
3.115.503.948.000 2.897.361.307.742 93,00 3.378.571.989.000 3.072.479.106.449 90,94 3.315.636.916.000 3.124.772.437.816 94,24
TA 2017 TA 2018 TA 2019KewenanganNo
Jumlah Total
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
1 Belanja Pegawai 496.103.646.000 441.124.029.244 88,92 552.073.305.000 506.963.212.420 91,83 559.279.769.000 538.984.726.173 96,37
2 Belanja Barang 2.319.319.906.000 2.191.099.189.668 94,47 2.478.459.110.000 2.252.798.615.719 90,90 2.402.819.920.000 2.248.808.599.011 93,59
3 Belanja Modal 300.080.396.000 265.138.088.830 88,36 348.039.574.000 312.717.278.310 89,85 353.537.227.000 336.979.112.632 95,32
3.115.503.948.000 2.897.361.307.742 93,00 3.378.571.989.000 3.072.479.106.449 90,94 3.315.636.916.000 3.124.772.437.816 94,24
No KewenanganTA 2017 TA 2018 TA 2019
Jumlah Total Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Berdasarkan data grafik dan tabel di atas dapat dikatakan bahwa target indikator
Persentase Satker yang menyusun laporan keuangan tepat waktu sesuai ketentuan
telah tercapai selama 3 tahun berturut-turut hal ini ditunjukan pula dengan opini atas
hasil pemeriksaan Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan oleh BPK selama 5
tahun berturut-turut adalah WTP. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
Implementasi Rekonsiliasi dalam penyampaian Laporan Keuangan Bulanan
antara satuan kerja dengan kementerian Keuangan (KPPN) yang dilakukan
berbasis Web melalui aplikasi e-rekon-LK sehingga mempermudah dalam
monitoring penyampaian laporan bulanan sampai dengan jenjang diatasnya.
Komitmen semua stakeholder yang terlibat dalam Laporan Keuangan dari tingkat
manajemen sampai dengan pihak operator.
Pembinaan atau peningkatan kemampuan petugas penyusun Laporan Keuangan
terus dilakukan secara terus-menerus baik yang diadakan oleh pihak eksternal
(KPPN) atau internal Ditjen P2P.
Sarana prasarana pendukung penyusunan laporan keuangan semakin lebih baik
dan meningkat (Pengolah data dan Akses Internet).
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Monitoring data dan Evaluasi satker UPT Vertikal dan Dekonsentrasi.
Melakukan verifikasi, Konsolidasi LK TA 2019 dan Koordinasi Penyusunan LK
Audited TA 2018.
Koordinasi Penyusunan LK Lintas Sektor/Program.
Pertemuan Rekonsiliasi dan Reviu Laporan Keuangan UAPPA E-1 Ditjen P2P
(Satker Kantor Pusat, UPT dan Dekonsentrasi) TA 2018 dan Semester I TA 2019.
Supervisi Berbasis SAIBA & Asistensi Penyusunan LK.
Rekonsiliasi dan Koordinasi Penyusunan Realisasi PNBP Bulanan/Triwulanan
Satker UPT terpilih.
Koordinasi Lintas Sektor/Lintas Program terkait Pelaporan PNBP Ditjen P2P.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
48 |
Pertemuan Laporan Keuangan Triwulan III Komprehensif Ditjen P2P TA 2019.
Pertemuan Tindak Lanjut Peningkatan Kapasitas Petugas Penyusun Laporan
Keuangan di Lingkungan E-1.
Penyusunan Juknis PNBP Ditjen P2P.
Bimbingan dan Asistensi Permasalahan Pengelolaan/Pelaporan PNBP.
Rekonsiliasi dan Koordinasi Hibah Langsung E-1.
Verifikasi dan Rekonsiliasi Laporan Keuangan Satker Sesditjen.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Belum adanya kebijakan terkait proses likuidasi satker inaktif.
Update Aplikasi SAIBA dan SIMAK-BMN keluar di akhir-akhir periode pelaporan.
Penatausahaan BMN hasil dropping Kantor Pusat ke daerah masih belum
selesai.
Penggunaan akun terkait transfer masuk transfer keluar.
Adanya kebijakan rerevaluasi atas hasil pemeriksaan LK TA 2018 oleh BPK yang
harus dilakukan kembali pada tahun 2019.
Kemampuan SDM penyusun laporan keuangan masih perlu ditingkatkan lagi.
h. Pemecahan Masalah
Menunggu proses pembahasan kebijakan terkait likuidasi satker inaktif antara
Kemenkeu dan Kemenkes.
Mempercepat proses penghibahan BMN.
Mengadakan kegiatan peningkatan kapasitas petugas penyusun laporan
Keuangan
Berkoordinasi dengan seluruh satker di lingkungan Ditjen P2P terkait Rerevaluasi
dan memastikannya untuk dimasukan dalam aplikasi SIMAK-BMN dan
Selanjutnya di upload dalam e-rekon-LK melalui aplikasi SAIBA.
Berkoordinasi dengan seluruh stakeholder (Direktorat SKK, Direktorat Farmalkes,
Puskes haji, dan Satker-satker terkait) untuk penggunaan akun pada transfer
masuk-transfer keluar.
Melakukan monitoring secara ketat proses rekonsiliasi bulanan antara satker
dengan KPPN pada aplikasi e-rekon-LK.
10. Persentase Satker yang menyusun Laporan Realisasi Penggunaan PNBP yang
sesuai dengan aturan yang berlaku sebesar 100%
a. Pengertian
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan Pemerintah
Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. PNBP dimaksud terdiri dari
penerimaan fungsional dan penerimaan umum. Penerimaan fungsional diperoleh
melalui kegiatan fungsional kekarantinaan di KKP dan jasa pemeriksaan di BBTKLPP
yang tarif menganut PP tarif Nomor 21/2013 sedangkan penerimaan umum diperoleh
melalui kegiatan diluar kegiatan fungsional di KKP dan BBTKL yang menyebabkan
penerimaan Negara. Laporan realisasi penerimaan dan penggunaan PNBP yang
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
49 |
sesuai peraturan adalah laporan penerima penerimaan dan penggunaan bersumber
PNBP yang disusun dan disampaikan kepada Eselon 1 Ditjen P2P secara
bulanan/triwulanan dan sesuai dengan PP No 1 tahun 2004 tentang tata cara
penyampaian rencana dan pelaporan realisasi PNBP.
b. Definisi operasional
Jumlah satker UPT yang menyusun dan menyampaikan laporan realisasi
penggunaan PNBP dibagi dengan jumlah seluruh satker UPT. Jumlah Satker UPT
yang menyusun dan menyampaikan laporan realisasi PNBP sebanyak 49 KKP dan
10 BBTKLPP.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah satker UPT yang menyusun dan menyampaikan
Laporan Realisasi Penggunaan PNBP X 100%
Jumlah seluruh satker UPT
d. Capaian indikator
Pada tahun 2019 dari 59 satker di Ditjen P2P, seluruh satker telah menyusun dan
menyampaikan laporan target penerimaan dan pagu penggunaan PNBP secara tepat
waktu dan sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga capaian kinerja sebesar
100% (59 satker). Bila dibandingkan capaian tahun 2015 - 2019, capaian terendah
pada tahun 2015 yakni 96,6%, kemudian capaian meningkat menjadi 100% (59
satker) pada tahun 2016 – 2019 seperti yang terlihat dalam grafik dibawah ini:
GRAFIK 3.14 PERSENTASE SATKER YANG MENYUSUN LAPORAN REALISASI
PENGGUNAAN PNBP YANG SESUAI DENGAN ATURAN YANG BERLAKU TAHUN 2015 - 2019
Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
50 |
Target penerimaan PNBP meningkat dari tahun 2017-2019 dan dapat dicapai
melebihi dari target yang ditetapkan meskipun terjadi penurunan realisasi penerimaan
dari 187,37% pada tahun 2017, menurun menjadi 167,84% dan menjadi 132,40%,
seperti terlihat dalam tabel dibawah ini:
GRAFIK 3.15 PENERIMAAN PNBP TAHUN 2016-2019
Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
Sedangkan pada penggunaan PNBP, realisasi penggunaan meningkat dari 85,7%
pada tahun 2017 menjadi 91,22% pada tahun 2018 dan 95,06% pada tahun 2019,
seperti terlihat dalam tabel berikut ini.
GRAFIK 3.16
PENGGUNAAN PNBP TAHUN 2016-2019
Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
51 |
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Indikator ini telah mencapai target karena didukung oleh beberapa faktor antara lan:
Adanya komunikasi yang intens dengan Satker UPT.
Adanya konsultasi dan koordinasi yang rutin dan intensif dengan berbagai pihak
terkait antara lain Biro Keuangan dan BMN serta Direktorat PNBP Kementerian
Keuangan.
Adanya evaluasi dan tindak lanjut permasalahan secara komprehensif atas
laporan PNBP bulanan.
Kegiatan telah didukung dengan aplikasi (SIMPONI, T-PNBP, OMSPAN, E
Rekon)
Sarana prasarana penunjang sudah memadai (pengolah data, Akses Internet)
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Melakukan monitoring realisasi penerimaan dan penggunaan PNBP secara
bulanan dan triwulanan Tahun 2019.
Melakukan rapat kordinasi dengan Satker UPT di wilayah Jakarta dalam
menyusun Laporan Penerimaan dan penggunaan PNBP.
Melakukan konsultasi dan koordinasi laporan PNBP dengan Biro Keuangan dan
BMN, DJA dan DAPK.
Menyusun Petunjuk Teknis PNBP.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Masih di perlukan verifikasi manual antara petugas PNBP dan Petugas Laporan
Keuangan Meskipun aplikasi yang digunakan dalam realisasi penerimaan dan
penggunaan PNBP sdh ada (OMSPAN, SIMPONI, E REKON)
Belum tersedianya SOP Pengelolaan PNBP dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan, dan pengawasan sehingga satker UPT memiliki
persepsi yang berbeda-beda dalam menyelesaikan permasalahan PNBP.
Belum tersedianya anggaran pertemuan untuk koordinasi dan konsolidasi laporan
PNBP antara Eselon 1 dengan Satker UPT.
h. Pemecahan Masalah
Membuat draft Juknis SOP pengelolaan PNBP.
Melakukan monitoring secara ketat untuk laporan realisasi bulanan dan
triwulanan.
Melakukan pembinaan dan sosialisasi terkait peraturan-peraturan baru yang
terkait dengan PNBP
Mengusulkan anggaran yang proporsional untuk kegiatan pertemuan dan
pembinaan pada tahun 2019.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
52 |
11. Persentase Satker yang menyusun dokumen perbendaharaan sesuai ketentuan
yang berlaku sebesar 100%
a. Pengertian
LPJ adalah laporan yang dibuat oleh bendahara atas uang yang dikelolanya sebagai
pertanggungjawaban pengelolaan uang. Dasar hukum penyusunan Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara (LPJ) mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan
Nomor. 230 tahun 2016 tentang perubahan atas PMK No.162 tahun 2013 tentang
kedudukan dan tanggungjawab bendahara pada satuan kerja pengelola Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Selain itu juga berpedoman pada Peraturan Dirjen
Perbendaharaan Nomor PER-3/PB/2014 tentang petunjuk teknis penatausahaan,
pembukuan, dan pertanggungjawaban bendahara pada satuan kerja pengelola
anggaran pendapatan dan belanja negara. Penyusunan LPJ Bendahara yang
berisifat transparan adalah data yang dikelola oleh bendahara harus disajikan dengan
sebenar-benarnya sesuai dengan kondisi real dan dilaporkan ke pihak-pihak lainnya
seperti KPPN, KPA, PPK dan pegawai satker terkait. Penyusunan LPJ Bendahara
juga harus terkomputerisasi karena pada tahun 2016, setiap bendahara harus
mengggunakan aplikasi SAS (Sistem Akuntasi Satker) yang dikelola oleh Dirjen
Perbendaharaan Kementerian Keuangan. Kompetensi penyusun laporan
pertanggungjawaban bendahara distandarisasi dengan mengikut sertakan seluruh
bendahara penerimaan satker di lingkungan Ditjen P2P pada Diklat Bendahara
Pengeluaran oleh BPPK Kementerian Keuangan. Kelulusan pada diklat ini mencapai
66.12% dan tingkat kelulusan sertifikasi bendahara penerimaan mencapai 48.78%.
Rencana Penarikan Dana (RPD) adalah rencana penarikan kebutuhan dana yang
ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran dalam rangka pelaksanaan kegiatan
satuan kerja dalam periode 1 (satu) tahun. Dasar hukum penyusunan RPD mengacu
pada Peraturan Menteri Keuangan No. 277 Tahun 2014 tentang Rencana Penarikan
Dana dan perencanaan kas yang menyatakan bahwa suatu instansi perlu membuat
rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana. Hal ini diperlukan dalam
rangka memastikan tercapainya output kegiatan, kesesuaian, ketepatan, dan kualitas
belanja pemerintah sekaligus memperbaiki pola penyerapan yang lebih proporsional
dan teratur sehingga dapat memberikan kepastian waktu dan jumlah penarikan dana
dalam rangka penyusunan perencanaan kas yang baik dan dapat mendukung
pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran sesuai dengan target yang telah
direncanakan.
b. Definisi operasional
Tersusunnya dokumen perbendaharaan yang terdiri dari Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara (LPJ) dan Rencana Penarikan Dana (RPD) yang
dikelola oleh Satuan Kerja UPT Ditjen P2P secara transparan dan terkomputerisasi.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah satker Pusat dan Daerah yang telah mengirimkan
dokumen perbendaharaan X 100%
Jumlah seluruh satker Pusat dan Daerah
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
53 |
d. Capaian indikator
Pada tahun 2019, capaian indikator persentase Satker yang menyusun dokumen
perbendaharaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebesar 100%. Apabila
dibandingkan dengan tahun 2015-2019, maka selama 4 tahun berturut-turut indikator
ini telah mencapai target. Secara lebih rinci dapat dilihat dalam grafik dibawah ini:
GRAFIK 3.17 PERSENTASE SATKER YANG MENYUSUN DOKUMEN PERBENDAHARAAN
SESUAI KETENTUAN YANG BERLAKU TAHUN 2015 - 2019
Sumber data : OMSPAN Kementerian Keuangan
Bila dibandingkan Rencana Penarikan Dana (RPD) dengan realisasi penarikan dana
maka terlihat bahwa pada tahun 2015, konsistensi realisasi penarikan dana terhadap
Rencana Penarikan Dana revisi sebesar 45.18%, meningkat menjadi 66.12% pada
tahun 2016, meningkat menjadi 74,42 pada tahun 2017, meningkat menjadi 88,99%
pada tahun 2019, dan penurunan konsistensi realisasi di tahun 2019 menjadi 78.36
% dikarenakan kekosongan Kepala Satker/Kuasa Pengguna Anggaran di 19 Satker
UPT sehingga terjadi keterlambatan pelaksanaan realiasasi anggaran seperti dalam
grafik berikut ini:
GRAFIK 3.18
PERSENTASE KONSISTENSI REALISASI PENARIKAN DANA
ATAS RENCANA PENARIKAN DANA PADA DITJEN P2P
TAHUN 2015-2019
Sumber data : OMSPAN Kementerian Keuangan
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
54 |
d. Analisa Penyebab Keberhasilan
Capaian indikator ini telah mencapai target didukung oleh adanya pengunaan aplikasi
keuangan yang lebih baik karena updating dan perbaikan aplikasi yang kontinyu oleh
Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu dan adanya asistensi dan koordinasi dalam
penyusunan RPK/RPD Satker yang semakin baik. Konsistensi Realisasi Penarikan
Dana atas Rencana Penarikan Dana Revisi, mengalami perbaikan setiap tahunnya
dikarenakan semakin baiknya pengelolaan keuangan pada satker-satker
dilingkungan Ditjen P2P.
e. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Melakukan bimbingan teknis pembinaan perbendaharaan dan penyelesaian
masalah yang dihadapi satker Kantor Daerah/Dekon terkait dokumen
pertanggung jawaban bendahara.
Melakukan pertemuan peningkatan kapasitas bendahara pengeluaran dan
penerimaan Satker di Lingkungan Ditjen P2P. Pertemuan Peningkatan
Kapasitas Bendahara Pengeluaran dan Penerimaan Satker merupakan wadah
untuk melakukan pemutahiran informasi keuangan bagi para Bendahara
Pengeluaran/Penerima di lingkungan Direktorat Jenderal P2P.
Menghimbau kepada seluruh satker di lingkungan Ditken P2P berupa Surat
Edaran guna antisipasi pagu minus, revisi rencana penarikan dana dan antisipasi
menghadapi akhir tahun anggaran
f. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Kualitas SDM pengelola keuangan yang masih belum cakap dalam pengelolaan
keuangan.
Masih kurangnya awareness pengelolaan keuangan pada satker dilingkungan
Ditjen P2P terhadap perlunya dilakukannya penyesuaian antara waktu
pelaksanaan dan besaran dana kegiatan dengan perencanaan penarikan dana
yang telah ditetapkan pada DIPA satker.
g. Pemecahan Masalah
Melakukan pelatihan dan atau peningkatan kapasitas bendahara dalam
pengelolaan keuangan.
Perlu dilakukannya sosialisasi guna meningkatkan awareness pengelolaan
keuangan atas konsistensi realisasi dana atas rencana penarikan dana serta tata
kelola keuangan yang baik dan sesuai denagn aturan yang berlaku.
Mendukung kelancaran penetapan Kuasa Pengguna Anggaran khususnya pada
Satker-satker yang mengalami kekosongan jabatan KPA.
12. Persentase UPT yang kinerja klasifikasinya sesuai standar sebesar 100%
a. Pengertian
Klasifikasi adalah kriteria yang berupa penentuan nilai terhadap seluruh komponen
yang berpengaruh terhadap beban kerja.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
55 |
Kinerja Klasifikasi adalah performance UPT dalam bentuk pelaksanaan program
dan kegiatan guna pemenuhan kriteria yang berpengaruh terhadap beban kerja
sesuai Permenkes 2 tahun 2014 tentang Klasifikasi KKP dan Kepmenkes Nomor
266/Menkes/SK/III/2004 tentang Kriteria Evaluasi Klasifikasi UPT di Bidang Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
Capaian kinerja klasifikasi tahun 2019 merupakan perhitungan penilaian evaluasi
kinerja klasifikasi yang dilakukan pada tahun 2018.
b. Definisi operasional
Jumlah UPT yang memperoleh kinerja klasifikasi sesuai standar dan diatas standar
dalam satu tahun.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah UPT yang memperoleh kinerja klasifikasi sesuai standar dan
diatas standar X 100%
Jumlah seluruh UPT
d. Capaian indikator
Berdasarkan Permenkes 2 tahun 2014 tentang Klasifikasi KKP dan Kepmenkes
Nomor 266/Menkes/SK/III/2004 tentang Kriteria Evaluasi Klasifikasi UPT di Bidang
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular diketahui
bahwa pelaksanaan evaluasi klasifikasi terhadap KKP dan B/BTKLPP dilakukan
setiap tahun oleh Ditjen P2P untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan
dalam rangka penguatan dan pengembangan kelembagaan UPT di lingkungan Ditjen
P2P.
Dari data evaluasi tersebut akan diketahui kesesuaian klasifikasi/kelas BTKLPP atau
KKP sehingga dapat disusun rencana tindak lanjut atau langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk memelihara atau meningkatkan performance KKP dan B/BTKLPP
yakni:
1. Jumlah UPT KKP dan BTKLPP yang telah memberikan penilaian mandiri
evaluasi klasifikasi tahun 2018 sebesar 100% yaitu sebanyak 59 (lima puluh
sembilan) satker.
2. Hasil penilaian evaluasi klasifikasi KKP tahun 2018 diketahui bahwa dari 49 KKP
sebesar 38,8% (19 KKP) memperoleh nilai klasifikasi diatas standar, dan
sebesar 61,2% (30 KKP) sesuai standar dan 0% dibawah standar.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
56 |
GRAFIK 3.19 NILAI KLASIFIKASI KKP TAHUN 2018
Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat
Bila dibandingkan capaian tahun 2015 – 2019, maka selama 5 tahun target telah
tercapai, dengan capaian tertinggi (100%) pada tahun 2017-2019, seperti dalam
grafik berikut ini:
GRAFIK 3.20
PERSENTASE UPT YANG KINERJA KLASIFIKASINYA SESUAI STANDAR
TAHUN 2015-2019
Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat
Gambaran nilai klasifikasi KKP Kelas I tahun 2018 sesuai standar sebesar 100% (7
KKP) yakni KKP Kelas I Tanjung Priok, KKP Kelas I Denpasar, KKP Kelas I
Surabaya, KKP Kelas I Soekarno Hatta, KKP Kelas I Medan, KKP Kelas I Makassar,
dan KKP Kelas I Batam seperti dalam grafik berikut ini:
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
57 |
GRAFIK 3.21
NILAI KLASIFIKASI KKP KELAS I TAHUN 2018
Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat
Nilai klasifikasi KKP Kelas II (21 KKP) tahun 2018 di atas standar 23,8% (5 KKP)
yaitu KKP Kelas II Mataram, KKP Kelas II Semarang, KKP Kelas II Bandung, KKP
Kelas Banten, KKP Kelas II dan KKP Kelas II Pontianak, nilai klasifikasi sesuai
standar sebesar 76,2% (16 KKP) yaitu KKP Kelas II Tanjung Pinang, KKP Kelas II
Banjarmasin, KKP Kelas II Kendari, KKp Kelas II Tarakan, KKP Kelas II Padang, KKP
Kelas II Palembang, KKP Kelas II Probolinggo, KKP Kelas II Ambon, KKP Kelas II
Pekanbaru, KKP Kelas II Balikpapan, KKP Kelas II Manado, KKP Kelas II Samarinda,
KKP Kelas II Cilacap, KKP Kelas II Panjang, KKP Kelas II Jayapura, dan KKP Kelas
II Tjg Balai Karimun, dan nilai klasifikasi di bawah standar sebanyak 0% seperti
dalam grafik berikut ini:
GRAFIK 3.22
NILAI KLASIFIKASI KKP KELAS II TAHUN 2018
Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat
Nilai klasifikasi seluruh KKP Kelas II (21 KKP) tahun 2018 di atas standar 23,8% (5
KKP) yaitu KKP Kelas II Mataram, KKP Kelas II Semarang, KKP Kelas II Bandung,
KKP Kelas Banten, KKP Kelas II dan KKP Kelas II Pontianak, nilai klasifikasi sesuai
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
58 |
standar sebesar 76,2% ( 16 KKP) yaitu KKP Kelas II Tanjung Pinang, KKP Kelas II
Banjarmasin, KKP Kelas II Kendari, KKp Kelas II Tarakan, KKP Kelas II Padang, KKP
Kelas II Palembang, KKP Kelas II Probolinggo, KKP Kelas II Ambon, KKP Kelas II
Pekanbaru, KKP Kelas II Balikpapan, KKP Kelas II Manado, KKP Kelas II Samarinda,
KKP Kelas II Cilacap, KKP Kelas II Panjang, KKP Kelas II Jayapura, dan KKP Kelas
II Tanjung Balai Karimun, dan nilai klasifikasi di bawah standar sebanyak 0%, seperti
terlihat pada grafik berikut ini:
GRAFIK 3.23
NILAI KLASIFIKASI KKP KELAS III TAHUN 2018
Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat
Evaluasi klasifikasi BTKLPP tahun 2018, diketahui bahwa dari 10 BTKLPP sebesar
60% (6 BTKLPP) memperoleh nilai klasifikasi diatas standar, 40% (4 BTKLPP) sesuai
standar, dan 0% dibawah standar, seperti dalam grafik dibawah ini:
GRAFIK 3.24
NILAI KLASIFIKASI B/BTKLPP TAHUN 2018
Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
59 |
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Kegiatan penilaian klasifikasi UPT telah mencapai target didukung karena adanya
pertemuan evaluasi klasifikasi UPT Dari hasil sementara penilaian mandiri masing-
masing Unit Pelaksana Teknis (BTKLPP/KKP) dilakukan pembahasan dalam rangka
sinkronisasi data dan pembahasan tindak lanjut. Kegiatan pertemuan evaluasi
klasifikasi UPT di hadiri oleh kepala atau yang mewakili UPT, unit kerja di
Lingkungan Ditjen P2P, serta pakar/ahli terkait. Selain itu, melalui pelaksanaan
pertemuan, pembinaan, dan pendampingan ke UPT, UPT dapat mengetahui dan
memahami cara penilaian evaluasi klasifikasi UPT secara mandiri, termasuk upaya
pemenuhan data dukung. Hal ini membantu efisiensi penggunaan anggaran dan
keberhasilan pencapaian target.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Penataan UPT dalam rangka penguatan pelaksanaan tugas dan fungsi UPT
melalui kegiatan organisasi dan tatalaksana serta pertemuan teknis lainnya yang
dilakukan oleh Sekretariat dan Direktorat di lingkungan Ditjen P2P.
Pembinaan tertib administrasi dalam penyusunan laporan dan
pendokumentasian pelaksanaan tugas dan fungsi KKP dan BTKLPP.
Pembinaan dan pendampingan pelaksanaan penilaian kinerja klasifikasi UPT
secara mandiri melalui kegiatan pertemuan dan bimbingan teknis Evaluasi
Klasifikasi UPT.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Terdapatnya perbedaan persepsi pengertian tiap sub unsur kriteria klasifikasi.
Data yang diperoleh dari hasil penilaian evaluasi klasifikasi UPT secara mandiri
perlu dilakukan klarifikasi oleh Tim, akan tetapi mengingat keterbatasan
pembiayaan sehingga alokasi kegiatan tidak sesuai dengan kebutuhan, maka
klarifikasi hanya dapat dilakukan terhadap sebagian kecil UPT saja untuk
dilakukan reviw dan bimbingan teknis penilian klasifikasi.
Dalam rangka penataan UPT maka dilakukan revisi terhadap peraturan
perundang-undangan terkait klasifikai UPT di lingkungan Ditjen P2P yaitu
Permenkes Nomor 2 Tahun 2014 tentang Klasifikasi KKP dan Kepmenkes nomor
266 tentang Klasifikasi BTKLPP. Penyusunan klasifikasi KKP dan BTKLPP
disesuaikan dengan Organisasi dan Tata Kerja KKP dan BTKLPP yang akan
diusulkan. Kriteria klasifikasi meliputi: Unsur dan Sub Unsur, Definisi Operasional,
Pembobotan, Interval dan Standar Nilai. Kriteria klasifikasi digunakan sebagai
dasar penentuan klasifikasi UPT ke depan sehingga diperlukan data kinerja yang
akurat sesuai data dukung yang ada.
h. Pemecahan Masalah
Berdasarkan kendala/masalah yang dihadapi sebagai pemecahan masalahnya, perlu
dilakukan:
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
60 |
1. Untuk meminimalisir perbedaan presepsi maka dilakukan revisi formulir penilaian
klasifikasi dengan rincian pertanyaan dan output yang dimaksud untuk tiap tiap
sub unsur.
2. Mengingat masih terdapatnya perbedaan persepsi pengertian tiap sub unsur
kriteria klasifikasi, maka secara berkelanjutan perlu dilakukan bimbingan teknis
guna meminimalisir perbedaan persepsi yang ada dan perlu dilakukan desk
untuk mengetahaui sinkronisasi kesesuaian data dan data dukung.
3. Dalam rangka penyusunan Permenkes Klasifikas, Bagian Hukormas melibatkan
Direktorat Teknis terkait dan UPT agar implentasi di lapangan.
Tindak lanjut yang telah dilakukan antara lain:
1. Telah disusunya formulir penilaian mandiri dengan rincian kegiatan.
2. Telah dilakukan bimbingan teknis terhadap beberapa UPT
3. Telah dilakukan pertemuan evaluasi klasifikasi untuk menyampaikan hasil
klasifikasi dan pembahasan terkait perbaikan permenkes Klasifikasi UPT.
4. Dalam rangka penataan UPT maka telah dilakukan Pembahasan penyusunan
kriteria klasifikasi dengan melibatkan Biro Hukor, Unit Teknis dan UPT.
5. Telah dilakukan desk terhadap data klasifikasi sebagai bahan penyusunan
permenkes klasifikasi KKP yang baru.
13. Jumlah UPT yang diusulkan dan difasilitasi memperoleh predikat Wilayah Bebas
Korupsi (WBK) sebanyak 10 satker.
a. Pengertian
Sesuai Peraturan Menteri PAN dan RB No. 52 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah, Kementerian
Kesehatan membangun unit kerja/satuan kerja sebagai pilot project yang
memperoleh predikat menuju WBK dan/atau WBBM yang dapat menjadi percontohan
penerapan pada unit kerja/satuan kerja lainnya. Predikat Menuju WBBM
adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja/satuan kerja yang
sebelumnya telah mendapat predikat menuju WBK dan memenuhi sebagian
besar manajemen perubahan, penatalaksanaan, penataan sistem manajemen SDM,
penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja dan penguatan kualitas
pelayanan publik. Pemilihan unit kerja/satuan kerja yang diusulkan mendapat
predikat menuju WBK memperhatikan beberapa syarat yang telah ditetapkan
diantaranya:
Setingkat eselon I sampai dengan eselon III.
Dianggap sebagai unit yang penting dan strategis
dalam melakukan pelayanan publik.
Mengelola sumber daya yang cukup besar.
Memiliki tingkat keberhasilan reformasi birokrasi yang cukup tinggi di unit
kerja/satuan kerja tersebut.
Tidak ada temuan kerugian Negara (KN)
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
61 |
b. Definisi operasional
Jumlah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Ditjen P2P (KKP dan BTKLPP) yang
diusulkan oleh Ditjen P2P dan difasilitasi melalui pelaksanaan sosialisasi, bimbingan
teknis dan self assessment untuk mendapatkan nilai sebagai berikut:
1. Nilai total (pengungkit dan hasil) minimal 75 dengan minimal nilai pengungkit
adalah 40;
2. Bobot nilai per area pengungkit minimal 60 untuk semua area pengungkit;
3. Nilai komponen hasil “Terwujudnya Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN”
minimal 18,50 dengan nilai sub komponen Survei Persepsi Anti Korupsi minimal
13,5 atau minimal skor survei 3,60 dan sub komponen Persentasi TLHP minimal
5;
4. Nilai komponen hasil “terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada
masyarakat” minimal 15 atau skor survei minimal 3,00.
c. Rumus/cara perhitungan
Akumulasi jumlah UPT di lingkungan Ditjen P2P yang diusulkan dan difasilitasi
memperoleh predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dalam satu tahun.
d. Capaian indikator
Capaian kinerja untuk indikator Jumlah UPT yang diusulkan dan difasilitasi
memperoleh predikat WBK telah memenuhi target yang ditetapkan pada tahun 2019.
Dari target sebanyak 10 UPT yang ditargetkan, sebanyak 22 UPT telah diusulkan dan
difasilitas untuk memperoleh predikat WBK sehingga capaian kinerjanya sebesar
220%. Surat Direktur Jenderal P2P Nomor PS.08.02/2/79/2019 tanggal 14 Januari
2019 perihal Usulan Satker Menuju WBK/WBBM Tahun 2019 telah mengusulkan Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan Ditjen P2P sebagai calon Satker menuju WBK
Tahun 2019 sebanyak 20 Satker UPT sebagai berikut:
TABEL 3.7
DAFTAR SATKER UPT YANG DIUSULKAN DAN DIFASILITASI
UNTUK MEMPEROLEH PREDIKAT WBK TAHUN 2019
NO SATKER UPT PENCAPAIAN PRESTASI
1 Kantor Kesehatan Kelas I Medan Nilai Pre Assesment 73,56
2 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar
Memperoleh Predikat Satker WBK Menteri Kesehatan
3 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Surabaya
4 Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Banjarbaru
Memperoleh Predikat Satker WBK Menteri Kesehatan
5 Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Makassar
Nilai Pre Assesment 67,43
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
62 |
NO SATKER UPT PENCAPAIAN PRESTASI
6 Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Manado
Nilai Pre Assesment 68,39
7 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Mataram
Nilai Pre Assesment 74
8 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru
9 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Palembang
Nilai Pre Assesment 59,53
10 Kantor Kesehatan Kelas II Bandung Nilai Pre Assesment 61,03
11 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pontianak
Nilai Pre Assesment 34,32
12 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Samarinda
Memperoleh Predikat Satker WBK Menteri Kesehatan
13 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjung Balai Karimun
Memperoleh Predikat Satker WBK Menteri Kesehatan
14 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Banda Aceh
15 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Bitung
16 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sabang
17 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Gorontalo
Memperoleh Predikat Satker WBK Menteri Kesehatan
18 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Poso
19 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Sampit
Nilai Pre Assesment 66,41
20 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Ternate
Nilai Pre Assesment 65,06
Selain 20 UPT tersebut diatas, terdapat 2 UPT KKP yang tidak ikut diusulkan pada
Surat Direktur Jenderal P2P Nomor PS.08.02/2/79/2019 pada awal tahun tetapi
Sekretariat Ditjen P2P melakukan fasilitasi dan penguatan Pembangunan Zona
Integritas Satker Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi kepada:
1. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno Hatta, dan
2. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Surabaya
Fasilitasi kepada kedua KKP tersebut di atas dilakukan karena terkait dengan surat
Surat Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur, dan Pengawasan
KemenpPANRB Nomor B/68/PW.04/2019 hal Pembangunan Zona Integritas Prioritas
Kawasan Bandar Udara dan Pelabuhan Laut yang menjadi fokus Strategi Nasional
Pemberantasan Korupsi (Tranas PK) Tahun 2019 yaitu terdapat Satker Kementerian
Kesehatan yang terdiri dari 6 Kawasan Bandar Udara dan 6 Kawasan Pelabuhan
Laut, yang terdiri dari: KKP Kelas I Soekarno Hatta, KKP Kelas I Tanjung Priok, KKP
Kelas I Surabaya, KKP Kelas I Medan, KKP Kelas I Batam, KKP Kelas I Denpasar,
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
63 |
KKP Kelas I Makassar dan KKP Kelas II Semarang. Adapun capaian indikator ini jika
disajikan selama 5 tahun (2015 – 2019) tersaji dalam grafik dibawah ini
GRAFIK 3.25
TARGET DAN REALISASI
JUMLAH UPT YANG DIUSULKAN DAN DIFASILITASI
MEMPEROLEH PREDIKAT WBK TAHUN 2015-2019
Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat
Pada grafik diatas tergambarkan bahwa realisasi UPT yang diusulkan dan difasilitasi
memperoleh predikat WBK tahun 2019 sebanyak 22 UPT dari yang ditargetkan 10
UPT, sehingga pencapaiaanya sebesar 220%. Jika dibandingkan dengan tahun 2018
mengalami penurunan sebesar 10%. Selama 5 tahun pencapaian indikator indikator
Jumlah UPT yang diusulkan dan difasilitasi memperoleh predikat WBK selalu tercapai
diatas 100%.
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Indikator Jumlah UPT yang diusulkan dan difasilitasi memperoleh predikat Wilayah
Bebas dari Korupsi (WBK) pencapaiannya melebihi target yang ditetapkan karena
dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
1. Kebijakan Pemerintah yang menetapkan Strategi Nasional Pemberantasan
Korupsi (Stranas PK) telah disusun Aksi Pencegahan Korupsi Tahun 2019-2020
yang diantaranya yang menjadi fokus Strategi Nasional Pencegahan Korupsi
(Stranas PK) Tahun 2019-2020 adalah 6 Kawasan Bandara Udara dan 6
Kawasan Pelabuhan Laut, kemudian ditindaklanjuti Surat Deputi Bidang
Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan KemenPANRB
Nomor B/68/PW.04/2019 tanggal 1 April 2019 hal Pembangunan Zona Intergritas
Prioritas Kawasan Bandar Udara dan Pelabuhan Laut.
2. Komitmen dari Pimpinan Ditjen P2P untuk mewujudkan UPT di lingkungan Ditjen
P2P berpredikat Satker menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) melalui
peningkatan penyediaan anggaran fasilitasi WBK pada anggaran pusat dan UPT
Meningkatnya koordinasi dengan Inspektur III dalam melaksanakan
pendampingan dan penguatan WBK bersama pada UPT di lingkungan Ditjen
P2P.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
64 |
3. Komitmen dan motivasi dari para Pimpinan UPT untuk memperoleh predikat Unit
Kerja menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) semakin meningkat
4. Keberhasilan UPT-UPT dalam memperoleh nilai SAKIP kategori Baik dan Sangat
Baik semakin meningkat
5. Keberhasilan UPT-UPT dalam memperoleh nihil Kerugian Negara pada laporan
keuangan semakin meningkat
6. Kapasitas SDM pendamping semakin meningkat.
7. Adanya kewajiban satuan kerja untuk melakukan penilaian mandiri WBK melalui
Aplikasi Sistem Informasi Penilaian Internal WBK (e-sipinal WBK) yang diterbitkan
oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes menjadi tools satker UPT untuk memantau
perkembangan implementasi WBK.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Melakukan pengumpulan data dan informasi oleh Bagian Program dan Informasi
untuk mengetahui nilai SAKIP dan Bagian Keuangan untuk nihil Kerugian Negara
pada Satker-satker UPT di lingkungan Ditjen P2P.
Menyampaikan surat usulan Satker WBK dari Direktur Jenderal P2P kepada
Inspektorat Jenderal Kemenkes. (Surat Direktur Jenderal P2P Nomor
PS.08.02/2/79/2019 tanggal 14 Januari 2019 perihal Usulan Satker Menuju
WBK/WBBM Tahun 2019)
Menyampaikan surat permohonan dari Direktur Jenderal P2P kepada Inspektorat
Jenderal Kemenkes untuk dilakukan self assesment Pembangunan Zona
Intergritas Prioritas Kawasan Bandara Udara dan Pelabuhan Laut kepada 8
Satker KKP yang merupakan unit pelayanan Kementerian Kesehatan pada 6
Kawasan Bandara Udara dan 6 Kawasan Pelabuhan Laut yang menjadi fokus
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) Tahun 2019-2020
Menetapkan SK Dirjen P2P Nomor HK.02.02/2/599/2018 Tentang Tim Penguatan
Pembangunan Zona Intergritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani pada Satuan Kerja Unit Pelaksana teknis di
Lingkungan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan Tahun 2018. Pada SK Dirjen tersebut Penguatan
WBK/WBBM dilakukan oleh 4 unit kerja Bagian di lingkungan Setditjen P2P yang
memiliki tugas dan fungsi yang paralel dengan komponen penilaian WBK/WBBM,
dimana masing-masing Bagian mempunyai kelompok UPT binaan.
Menyelenggarakan pertemuan sosisalisasi pembangunan zona integritas satker
Wilayah Bebas dari Korupsi kepada Kepala seluruh sarker pusat dan UPT di
lingkungan Ditjen P2P dan khususnya pada komponen pengawasan yang
meliputi sub komponen Pengendalian Gratifikasi, Sistim Pengendalian Internal
Pemerintah (SPIP), Whistle Blowing System (WBS), Penanganan Pengaduan
Masyarakat, dan Penanganan Benturan Kepentingan dengan mengundang
narasumber para pimpinan di lingkungan Inspektorat Jenderal Kemenkes.
Tim Penguatan melakukan sosialisasi, pembinaan, penguatan dan self
assessment kepada 22 UPT yang meliputi komponen pengungkit dan komponen
hasil. Komponen Pengungkit terdiri dari komponen Manajemen Perubahan,
Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Akuntabilitas
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
65 |
Kinerja, Penguatan Pengawasan, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
yang diharapkan dapat menghasilkan komponen hasil yaitu pemerintahan yang
bersih dan bebas KKN serta peningkatan kualitas pelayanan publik.
Mengikuti kegiatan penilaian/assessment WBK ke Satker Unit Utama Kemenkes
lain dalam kapasitasnya sebagai TPI Kemenkes untuk perbandingan dalam
penerapan satker WBK pada UPT di Lingkungan Ditjen P2P
Melakukan koordinasi dengan Inspektorat III selaku Pengawas Intern di lingkup
Ditjen P2P dalam rangka melaksanakan pendampingan dan penguatan WBK
bersama pada satker UPT di lingkungan Ditjen P2P.
Melakukan konsultasi dengan Inspektorat Investigasi dalam rangka meningkatkan
kapasitas SDM pendamping.
Menghadiri rapat-rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh Inspektorat
Investigasi, Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Beberapa masalah yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pengusulan dan
fasilitasi UPT memperoleh predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) sebagai
berikut:
Masih adanya catatan Kerugian Negara pada laporan keuangan satker UPT
sehingga tidak dapat diusulkan untuk calon satker predikat WBK
Komitmen yang kurang kuat pada pimpinan UPT dan staf sehingga
persiapan dan pelaksanaan Pembangunan Zona Intergritas Satker Menuju
WBK di beberapa UPT yang diusulkan kurang maksimal
Beberapa Satker UPT yang difasilitasi kurang merespon secara aktif
menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi dari tim pendamping Setditjen
P2P.
h. Pemecahan Masalah
Pimpinan Ditjen P2P akan mendorong percepatan penyelesaian catatan
Kerugian Negara yang dimiliki satker UPT pada laporan keuangannya dengan
melakukan koordinasi kepada Inspektorat Jenderal
Meningkatkan motivasi kepada Satker UPT yang telah diusulkan dan
difasilitasi Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK/WBBM dengan
memberikan penghargaan (reward) dari Direktur Jenderal P2P berupa
peningkatan anggaran pada Satker UPT dan tunjangan kinerja pada pegawai
satker UPT tersebut pada tahun berikutnya.
Tim Penguatan WBK pusat akan memfasilitasi tindaklanjut rekomendasi yang
telah disampaikan kepada satker UPT saat penilaian dan melengkapi secara
bersama-sama dengan UPT untuk memastikan rekomendasi-rekomendasi Tim
Penguatan WBK pusat ditindaklanjuti UPT.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
66 |
14. Jumlah rancangan peraturan perundangan-undangan Program P2P yang disusun
sebanyak 25 rancangan.
a. Pengertian
Rancangan peraturan perundangan terkait program pencegahan dan pengendalian
penyakit yang disusun oleh Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit dengan melibatkan satuan kerja di lingkungan Ditjen P2P, lintas program,
dan/atau lintas sektor terkait.
b. Definisi operasional
Jumlah rancangan peraturan perundang-undangan Program P2P yang disusun,
dibahas dan/atau direviu meliputi RUU, RPP, Rancangan Perpres, Rancangan
Permenkes dan instrumen hukum yaitu Keputusan Menteri Kesehatan selama satu
tahun.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah dokumen rancangan peraturan perundang-undangan
yang disusun dalam 1 tahun anggaran
d. Capaian indikator
Dalam melakukan pembahaan dan penyusunan peraturan perundang-undangan
program P2P, Bagian Hukormas Setditjen P2P berdasarkan pada Kepmenkes Nomor
HK.01.07/MENKES/207/2019 tentang Program Legislasi Kesehatan Tahun 2019,
dalam Kepmenkes tersebut disebutkan ada 9 rancangan peraturan perundang-
undangan yang masuk dalam Program Legislasi Kesehatan Tahun 2019. Pencapaian
indikator jumlah rancangan peraturan perundang-undangan yang disusun pada tahun
2019 yaitu sejumlah 25 (dua puluh lima) rancangan, dengan target sebanyak 25 (dua
puluh lima) rancangan sehingga capaian kinerja sebesar 100%. Pencapaian jumlah
volume output rancangan Peraturan Perundang-Undangan yang disusun, dibahas
dan/atau direviu disesuaikan dengan rancangan peraturan perundang-undangan
yang usulkan oleh unit teknis ke Sekretariat Jenderal P2P tahun 2019, adalah
sebagai berikut:
1. Rancangan Undang-Undang tentang Wabah Penyakit Menular
2. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
3. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Jenis Tarif atas PNBP yang berlaku
pada Kementerian Kesehatan
4. Rancangan Peraturan Presiden tentang Penanggulangan Tuberkulosis
5. Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penanggulangan Kusta
6. Rancangan Permenkes tentang Penanggulangan Malaria
7. Rancangan Permenkes tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula,
Garam, dan Lemak serta Pesan Kesehatan pada Pangan Olahan
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
67 |
8. Rancangan Permenkes tentang Institusi Penerima Wajib Lapor
9. Rancangan Permenkes tentang Penyelenggaraan Terapi Rumatan Metadona
10. Rancangan Permenkes tentang Hari dan Jam Kerja KKP
11. Rancangan Permenkes tentang Pejabat Karantina Kesehatan
12. Rancangan Permenkes tentang Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan di
PLBDN
13. Rancangan Permenkes tentang Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan di
Bandar Udara
14. Rancangan Permenkes tentang Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan di
Pelabuhan
15. Rancangan Permenkes tentang Penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan di
Wilayah
16. Rancangan Permenkes tentang Penanggulangan Demam Berdarah
17. Rancangan Permenkes tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pelayanan dan Penerbitan Sertifikat Vaksinasi
Internasional
18. Rancangan Permenkes tentang Penanggulangan Rabies
19. Rancangan Permenkes tentang Revisi Permenkes No. 94 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Filariasis
20. Rancangan Permenkes tentang Revisi Permenkes Nomor 12 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Imunisasi
21. Rancangan Permenkes tentang Pedoman P2 Penyakit Infeksi Saluran
Pencernaan
22. Rancangan Permenkes tentang Revisi Permenkes 53 tahun 2015 tentang
Penanggulangan hepatitis virus
23. Rancangan Permenkes tentang Pedoman Akselerasi Deteksi Dini dan
Penemuan Kasus Hepatitis B dan C Pada Populasi Berisiko
24. Rancangan Kepmenkes tentang Kewajiban Pelayanan Kasus TB Resisten Obat
25. Rancangan Kepmenkes tentang Perluasan Demontrasi Imunisasi PCV Tahun
2019
Perbandingan pencapaian kinerja selama 5 tahun dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Selama tahun 2015-2016, indikator jumlah Rancangan Peraturan Perundang-
Undangan yang disusun tidak mencapai target tetapi pada tahun 2017-2019 telah
mencapai/melebihi target yang ditetapkan. Pada tahun 2017, jumlah rancangan
Peraturan Perundang-Undangan yang disusun sebesar 108%, dari target sebanyak
25 rancangan tercapai 27 rancangan. Tahun 2018 pencapaian target sebesar 124%,
dari target sebanyak 25 rancangan tercapai 31 rancangan. Tahun 2019 pencapaian
target sebesar 100%, dari target sebanyak 25 rancangan, tercapai 25 rancangan.
Secara lengkap pada grafik berikut ini:
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
68 |
GRAFIK 3.26
JUMLAH RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
YANG DISUSUN
TAHUN 2015 – 2019
Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Keberhasilan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dipengaruhi
oleh hal-hal sebagai berikut:
Terdapat rancangan peraturan perundang-undangan yang diusulkan untuk
dilakukan pembahasan ke bagian hukormas sekretariat Ditjen P2P diluar
rancangan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan Kepmenkes
Nomor HK.01.07/MENKES/207/2019 tentang Program Legislasi Kesehatan Tahun
2019;
Koordinasi yang baik antara lintas program dan lintas sektor terkait untuk
melakukan penyusunan peraturan perundang-undangan, misalnya dengan
pertemuan/rapat koordinasi serta dengan cara bersurat atau menggunakan email
untuk mendapatkan masukan/perbaikan terhadap rancangan peraturan
perundang-undangan yang sedang disusun; dan
Melibatkan ahli/organisasi profesi dalam proses penyusunan dan pembahasan
rancangan peraturan perundangan.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Dalam penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan standar yang
disusun dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:
Melakukan inventarisasi usulan rancangan peraturan perundang-undangan;
Melakukan kajian peraturan perundang-undangan;
Melakukan rapat persiapan penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan
perundang-undangan;
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
69 |
Melakukan penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan perundang-
undangan dengan melibatkan subdit teknis, biro hukor, ahli/organisasi profesi,
dan lintas sektor terkait; dan
Melakukan uji coba rancangan peraturan perundang-undangan.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Dalam menyusun peraturan perundang-undangan Bagian Hukormas Ditjen P2P
berdasarkan pada Kepmenkes Nomor HK.01.07/MENKES/207/2019 tentang
Program Legislasi Kesehatan Tahun 2019, untuk Ditjen P2P disebutkan dalam
Kepmenkes tersebut terdapat 9 rancangan peraturan perundang-undangan yang
masuk dalam Program Legislasi Kesehatan Tahun 2019;
Dari 9 rancangan peraturan perundang-undangan yang masuk prolegkes, hanya
ada 7 rancangan peraturan perundang-undangan yang sudah diusulkan secara
resmi melalui surat yang ditujukan ke sekretariat Ditjen P2P untuk dilakukan
fasilitasi pembahasan.
Masih kurangnya konsistensi dari unit teknis pengusul untuk menyelesaikan
rancangan peraturan perundang-undangan yang telah diusulkan, sehingga
materi/bahan peraturan perundang-undangan ada yang belum masuk dan belum
bersurat secara resmi ke Bagian Hukormas. Seperti contohnya 2 rancangan
peraturan yang diusulkan masuk dalam Prolegkes 2019, tetapi belum diusulkan
secara resmi ke Bagian Hukormas yaitu Rancangan Peraturan Pemerintah
tentang Kesehatan Jiwa, dan Rancangan Permenkes tentang Pemeriksaan
Kesehatan Jiwa untuk Kepentingan Pekerjaan Tertentu.
Berdasarkan hasil pembahasan bersama, rancangan peraturan perundang-
undangan yang diusulkan oleh unit teknis secara substansi teknis masih belum
sempurna, sehingga masih perlu perbaikan oleh unit teknis.
Dalam penyusunan peraturan perundang-undangan dapat berbenturan dengan
peraturan perundang-undangan lain sehingga perlu dilakukan kajian dan
keterlibatan Lintas Program/Lintas Sektor terkait.
h. Pemecahan Masalah
Tetap memfasilitasi penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan yang masuk diluar program legislasi kesehatan selama dibutuhkan/menunjang kegiatan program;
Lebih memperketat pemilihan rancangan peraturan perundang-undangan yang akan masuk dalam prolegkes dengan melakukan uji kelayakan dalam kegiatan inventarisasi peraturan perundang-undangan, yaitu rancangan peraturan perundang-undangan yang sudah siap bahan/materi untuk penyusunan; dan
Perlu adanya konsistensi dari seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan untuk dapat menyelesaikan rancangan peraturan perundang-undangan yang diusulkan.
Perlu ditingkatkan kegiatan kajian peraturan perundang-undangan yang melibatkan Lintas Program/Lintas Sektor terkait
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
70 |
Tindak lanjut yang telah dilakukan antara lain:
Mengirimkan draft rancangan peraturan perundang-undangan yang sudah final ke
Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan melalui surat dari Sekretaris
Ditjen.
Mengirimkan surat pemberitahuan uji kelayakan terhadap rancangan peraturan
perundang-undangan yang akan masuk dalam prolegkes tahun berikutnya.
Mengembalikan draft rancangan peraturan perundang-undangan yang belum
lengkap substansinya untuk disempurnakan kembali kepada subdit teknis.
15. Persentase perundang-undangan Program P2P yang disosialisasikan sebesar
100%
a. Pengertian
Kegiatan untuk menginformasikan dan menyosialisasikan materi/ substansi dan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang sudah ditetapkan pada tahun
berjalan atau tahun sebelumnya di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit
kepada pengambil keputusan/kebijakan, petugas atau tenaga kesehatan di
lapangan, organisasi profesi, dan pemangku kepentingan terkait lainnya, seperti
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BTKLPP), dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota,
organisasi profesi, dan pemangku kepentingan terkait lainnya.
b. Definisi operasional
Jumlah peraturan perundang-undangan Program P2P, meliputi; UU, PP, Perpres,
dan Permenkes yang dipublikasikan, didesiminasikan, dan/atau disosialisasikan
kepada satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan, lintas program dan lintas
sektor selama satu tahun.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah Peraturan Perundang-Undangan Program P2P yang
disosialisasikan dalam satu tahun X 100%
Jumlah target Peraturan Perundang-Undangan Program P2P yang
disosialisasikan dalam satu tahun
d. Capaian indikator
Pencapaian indikator jumlah peraturan perundang-undangan program P2P yang
didiseminasikan/disosialisasikan pada tahun 2019 sejumlah 6 (enam) peraturan
perundang-undangan terkait program P2P. Peraturan perundang-undangan yang
didesiminasikan/disosialisasikan yaitu sebagai berikut:
Terdapat 3 (tiga) peraturan perundang-undangan tahun 2019 yang
disosialisasikan yaitu sebagai berikut:
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
71 |
1. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif atas
PNBP yang Berlaku pada Kemenkes.
2. Permenkes Nomor 11 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Kusta.
3. Permenkes Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pelayanan dan Penerbitan
Sertifikat V.
Terdapat 3 (tiga) peraturan perundang-undangan Tahun 2018 yang
disosialisasikan, yaitu sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2018 tentang
Penanggulangan Demam Keong.
3. Permenkes Nomor 41 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Deteksi Dini dan
Pemberian Obat Anti Malaria oleh Kader Malaria Pada Daerah dengan
Situasi Khusus.
Perbandingan pencapaian kinerja jumlah peraturan perundang-undangan program
P2P yang disosialisasikan tahun 2015 s.d tahun 2019 bisa dilihat pada grafik
dibawah ini.
GRAFIK 3.27
PERSENTASE PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PROGRAM P2P YANG DISOSIALISASIKAN
TAHUN 2015 - 2019
Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat
Persentase pencapaian indikator jumlah peraturan perundang-undangan program
P2P yang disosialisasikan pada tahun 2015 - 2019 telah memenuhi target sebesar
100%.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
72 |
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Proses pelaksanaan diseminasi/sosialisasi peraturan perundang-undangan
didukung dengan adanya banyaknya peraturan perundang-undangan baru di
bidang pencegahan dan pengendalian penyakit yang ditetapkan sehingga perlu
dilakukan sosialisasi.
Unit pelaksana teknis dapat bekerjasama dengan baik dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan diseminasi/sosialisasi peraturan perundang-undangan.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Sosialisasi peraturan perundang-undangan program P2P dilakukan kepada satuan
kerja terkait di lingkungan Jenderal P2P yang diselenggarakan dalam bentuk
kunjungan kerja/perjalanan dinas ke luar kota, serta dilakukan sosialisasi media
elektronik dan media cetak melalui pencetakan buku peraturan perundang-undangan.
Upaya yang dilakukan sebelum pelaksanaan sosialisasi yaitu:
Menyiapkan bahan/materi peraturan perundang-undangan yang akan
disosialisasikan; dan
Melakukan koordinasi dengan unit teknis terkait pelaksanaan sosialisasi
peraturan perundang-undangan.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
1. Terdapat rancangan peraturan perundang-undangan tahun 2019 yang proses
penyusunan dan pembahasannya belum selesai, dalam proses perbaikan di unit
teknis dan memerlukan pembahasan kembali di tahun berikutnya.
2. Dalam pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan Sekretariat Ditjen
tidak sepenuhnya menguasi materi secara teknis sehingga memerlukan
sinkronisasi waktu, tempat dan tenaga dengan unit teknis terkait.
h. Pemecahan Masalah
Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan terhadap peraturan
perundang-undangan yang selesai tahun sebelumnya dan belum pernah
dilakukan sosialisasi, beserta peraturan baru yang selesai tahun 2019.
Peraturan perundang-undangan dapat dipublikasikan melalui media informasi,
media cetak dan elektronik.
Sosialisasi peraturan perundang-undangan dilakukan secara terintegrasi dan
dilakukan peningkatan koordinasi dengan unit teknis terkait dalam hal materi
pengaturan, jadwal pelaksanaan dan alokasi pembiayaan.
Adapun tindak lanjut yang telah dilakukan antara lain:
Dilakukan pencetakan terhadap peraturan perundang-undangan bidang P2P.
Pemberian informasi mengenai peraturan perundang-undangan yang sudah
ditetapkan melalui media elektronik.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
73 |
16. Persentase pengaduan masyarakat yang ditangani sebesar 100%
a. Pengertian
Pengaduan masyarakat merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam
pengawasan pelaksanaan pelayanan publik, sehingga perlu mendapatkan tanggapan
dengan cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengaduan masyarakat
yang diterima Kemenkes ditangani oleh Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat
Terpadu di lingkungan Kementerian Kesehatan (Tim Dumasdu) yang ada pada
masing-masing Unit Eselon I. Pengaduan masyarakat oleh subbag Advokasi Hukum
dan Humas dilakukan berdasarkan kewenangan dan kriteria, bahwa pengaduan
berindikasi penyimpangan yang merugikan masyarakat/negara ditangani oleh Tim
Dumasdu pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan, sedangkan indikasi
pengaduan di luar itu maupun yang berupa sumbang saran, kritik yang konstruktif,
yang bermanfaat bagi perbaikan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
masyarakat menjadi fokus penanganan oleh Tim Dumasdu pada unit eselon I yang
lain. Pengaduan yang jelas alamatnya, segera dijawab secara tertulis dalam waktu
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak pengaduan diterima dan diselesaikan
dalam waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak pengaduan tersebut
diterima oleh Kementerian Kesehatan. Penanganan pengaduan masyarakat meliputi
kegiatan penerimaan, pencatatan, penelaahan, penyaluran, konfirmasi, klarifikasi
atau penelitian, pemeriksaan, pelaporan, tindak lanjut, dan pengarsipan.
b. Definisi operasional
Jumlah pengaduan masyarakat yang masuk ke Ditjen P2P melalui surat pengaduan
resmi dari masyarakat umum dan swasta atau LSM dan dari UPT Ditjen P2P dalam
satu tahun.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah pengaduan masyarakat ke Ditjen P2P melalui pengaduan resmi dari masyarakat yang ditangani
X 100%
Jumlah seluruh pengaduan masyarakat ke Ditjen P2P melalui pengaduan resmi
d. Capaian indikator
Pencapaian penanganan pengaduan masyarakat 5 tahun menunjukkan pencapaian
realisasi yang relatif stabil. Pada tahun 2017-2019, capaian tetap 100%, tahun 2017
sebesar 100%, dari total pengaduan yang masuk sebesar 11 dan sudah ditangani
sebesar 11 aduan, realisasi tahun 2018 sebesar 80% dengan total pengaduan yang
masuk 9 kasus. Sedangkan target pencapaian indikator penanganan pengaduan
masyarakat ke Ditjen P2P pada tahun 2019 ditetapkan sebesar 100% dengan
realisasi yang ditangani mencapai 100%. Jumlah pengaduan yang ditujukan ke Ditjen
P2P sebesar 17 aduan dengan rincian 6 aduan yang diterima langsung oleh ditjen
P2P melalui surat resmi dan 11 aduan yang diterima melalui Inspektorat Jenderal
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
74 |
berdasarkan laporan penanganan pengaduan masyarakat secara triwulan. Jumlah
pengaduan yang ditangani oleh Ditjen P2P sebanyak 6 pengaduan yang diterima
langsung dan ditangani oleh Ditjen P2P, 11 aduan yang diterima oleh Inspektorat
Jenderal langsung ditangani ditindaklanjuti oleh Inspektorat Jenderal.
GRAFIK 3.28
TARGET DAN REALISASI
PERSENTASE PENGADUAN MASYARAKAT YANG DITANGANI
TAHUN 2015 – 2019
Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat
Substansi pengaduan masyarakat yang ditujukan kepada Ditjen P2P tahun 2019
terdiri dari aduan adanya dugaan penyalahgunaan wewenang, dugaan
penyalahgunaan anggaran, dugaan persengkongkolan dalam proses pengadaan,
dugaan gratifikasi dan dugaan terjadinya korupsi serta dugaan terjadinya Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme.
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Penanganan pengaduan masyarakat dapat berhasil mencapai target karena telah
dibentuk Tim Pengaduan Masyarakat Terpadu (Dumasdu) yang berkoordinasi serta
bersinergi dengan pihak-pihak terkait dan melakukan respon cepat.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Pengaduan yang telah dicatat kemudian ditelaah guna mengidentifikasi
permasalahannya, kejelasan informasi kadar pengawasan serta langkah langkah
penanganan selanjutnya sebagai berikut:
1. Penelaahan minimal yang dilakukan sebagai berikut:
Merumuskan inti masalah yang diadukan.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
75 |
Menghubungkan materi pengaduan dengan peraturan yang relevan.
Meneliti dokumen dan/ atau informasi yang diterima.
Menentukan apakah pengaduan yang diterima berkadar pengawasan atau tidak
berkadar pengawasan.
Melengkapi data/ informasi yang diperlukan.
Melakukan analisis berdasarkan peraturan perundang-undangan yang relevan.
Menetapkan hasil penelahaan dan penanganan selanjutnya.
2. Hasil penelahaan pengaduan dan rekomendasi:
Pengaduan berkadar pengawasan yang berindikasi penyimpangan yang
merugikan masyarakat atau keuangan negara dengan substansi pengaduan
logis dan memadai, yang identitas pelapornya jelas atau tidak jelas serta
didukung dengan bukti-bukti, direkomendasikan untuk dilakukan audit dengan
tujuan tertentu/audit investigasi.
Pengaduan berkadar pengawasan yang substansi pengaduannya tidak
memadai dengan identitas pelapor jelas, direkomendasikan untuk dilakukan
klarifikasi.
Pengaduan tidak berkadar pengawasan yang mengandung informasi berupa
sumbang saran, kritik yang konstruktif dan sebagainya yang bermanfaat bagi
perbaikan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat yang
memerlukan tindakan lebih lanjut direkomendasikan untuk ditindaklanjuti sesuai
dengan prosedur.
Pengaduan yang substansinya tidak logis berupa keinginan pelapor secara
normatif tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
tidak mungkin dipenuhi, tidak perlu diproses lebih lanjut.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Kendala yang dihadapi dalam menangani pengaduan masyarakat adalah antara lain,
belum cukup optimalnya koordinasi dalam Tim penanganan pengaduan masyarakat
di lingkungan Dijten P2P, keterlambatan ketersediaan data pendukung untuk analisis
substansi pengaduan masyarakat serta keterbatasan anggaran kegiatan sehingga
tidak semua kasus pengaduan yang masuk dan diterima dapat ditindaklanjuti untuk
dilakukan klarifikasi oleh Ditjen P2P.
h. Pemecahan Masalah
Penataan arsip / dokumen terutama dalam bentuk soft file sehingga lebih ringkas
dalam penyimpanan dan mudah ditemukan.
Tim yang telah terbentuk tetap lebih baik lagi dan meningkatkan koordinasinya
dengan sesama tim Pengaduan Masyarakat yang telah terbentuk. Penambahan
anggaran penanganan kasus dumas yang proporsional.
Dilakukan pula upaya efisiensi yakni mengumpulkan seluruh Kepala UPT dalam
pertemuan pengawasan pada bulan Desember 2019 untuk membahas terkait
prosedur penanganan pengaduan masyarakat di lingkungan Ditjen P2P. Selain
itu, dalam penanganan dumas, Hukormas bekerjasama dengan Biro Hukor dan
Itjen sehingga meminimalisir anggaran.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
76 |
17. Jumlah media informasi Program P2P sebanyak 80 media
a. Pengertian
Media informasi merupakan kegiatan penyebaran informasi kepada lintas program
atau sektor dan masyarakat luas mengenai program bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit satker pusat dan UPT yang berupa media cetak, sosial,
online, audi visual, Iklan Layanan Masyarakat dan lain sebagainya selama tahun
2019. Untuk satker Setditjen P2P, pendistribusian media informasi Ditjen P2P
dilaksanakan oleh bagian Hukormas, Sekretariat Ditjen P2P. Media Informasi
didistribusikan kepada seluruh unit di lingkungan Kementerian Kesehatan, khususnya
di lingkungan Ditjen P2P beserta UPT, lintas program, lintas sektor dan masyarakat
yaitu 33 Dinas Kesehatan Propinsi, 59 UPT di Lingkungan Ditjen P2P, UPT
Balitbangkes, UPT Badan PPSDM, UPT Ditjen Yankes. Selain itu sebagai bahan
untuk kegiatan pameran nasional seperti Rakerkesnas, Pernas, Rakontek, Hari
Kesehatan Nasional dan Hari Besar Kesehatan lainnya. Penyampaian informasi ini
ke masyarakat melalui pameran kesehatan, mendapatkan apresiasi berupa
permohonan permintaan dicantumkan dalam periode pengiriman seperti untuk kader
posyandu, penyuluh kesehatan, mahasiswa dari perguruan swasta.
Media informasi di Direktorat disampaikan kepada Unit Pelayanan Teknis dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota seluruh Indonesia baik secara online, pada saat
bimbingan teknis dan pertemuan monev program tahunan. Media Informasi di satker
UPT di sampaikan kepada lintas program/sektor dan masyarakat melalui pertemuan
monev dengan pengguna layanan dan saat petugas UPT melakukan pelayanan d
kantor. Media informasi baik onine dan offline diharapkan memberikan informasi
terkini peran serta atau implementasi program Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit di satker pusat dan daerah untuk kesehatan masyarakat
secara nasional.
b. Definisi operasional
Jumlah absolut media informasi di lingkungan Ditjen P2P di satker pusat dan UPT
yang meliputi media KIE secara keseluruhan diantaranya media cetak, online, juknis,
juklak, audio visual, iklan layanan masyarakat, dan lainnya yang diterbitkan dalam
satu tahun
c. Rumus/cara perhitungan
Akumulasi jumlah media informasi Ditjen P2P yang meliputi media cetak, online, juknis, juklak, audio visual, iklan layanan masyarakat dan media KIE lainnya
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
77 |
d. Capaian indikator
Pencapaian indikator jumlah media informasi Ditjen P2P pada tahun 2019 telah
mencapai target yakni sebesar 88 media dari 80 media yang ditargetkan dengan
capaian kinerja 110%. Rincian realisasi media KIE pada satker pusat Ditjen P2P,
diantaranya :
TABEL 3.8
MEDIA KIE SATKER PUSAT DITJEN P2P TAHUN 2019
NO SATKER MEDIA KIE JUMLAH
1 Setditjen
P2P
1. Newsletter 4 edisi
2. Warta 2 edisi
3. Jurnal 1 edisi
4. Poster
8 media
2 Direktorat
P2PTM
1. Lembar Balik Penyakit Hidup Sehat Tanpa Diabetes
2. Leaflet Kartu Pantau Berat Badan
3. Buku Pintar kader Posbindu
4. Buku Panduan Posbindu Bagi kader (Juknis
Posbindu PTM)
5. Leaflet Awas Bahaya Obisitas
6. Leaflet Kenali FR Diabetes Type 2 lebih dini
7. Buku Monitoring Faktor Resiko PTM
8. Lembar Balik Penyakit DM Intervensi Prilaku Di
Posbindu
9. Kartu SRQ
10. Map dan Factsheet pencegahan dan pengendalian
gangguan pendengaran
11. Leaflet RBM
12. Map dan Factsheet pencegahan dan pengendalian
Gangguan Penglihatan
13. Leaflet Gangguan Penglihatan (Katarak)
14. Buku Saku Bahasa Isyarat
15. Poster Bising menyebabkan gangguan
pendengaran
16. Banner Standarisasi Kebisingan
17. Banner Gangguan Fungsional
18. Poster Katarak
19. Leaflet Ayo lakukan penanggulangan pendengaran
dan ketulian
20. Banner Gangguan Penglihatan (Katarak)
21. Lembar Balik Pencegahan Kanker Payudara dan
Kanker Leher Rahim
22. Buku Saku Penemuan Dini kanker pada Anak
23. Cakram Pengukuran Resiko Kanker Berdasarkan
FR
24. Leaflet Ayo Cegah Kanker Leher Rahim
25. Leaflet Pencegahan Thalassemia
38 media
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
78 |
NO SATKER MEDIA KIE JUMLAH
26. Factsheet Pencegahan Thalassemia
27. Leaflet Cerdik
28. Buku Pedoman Manajemen PTM
29. Banner Batasi Gula Garam Dan Lemak
30. Banner Penyakit Ginjal Kronis
31. Lembar Balik Upaya berhenti merokok
32. Banner 7 Tips Berhenti Merokok
33. Buku Menuju 100 % Bebas Asap Rokok
34. Banner 7 Kawasan Tanpa Rokok
35. Booklet Sehat Bahagia Dengan Asma
36. Booklet Hidup Sehat Tanpa Rokok
37. Booklat Kenali dan Cegah GTS
38. Buku Pedoman Manajemen PTM
3 Direktorat
Makeswa
Napza
1. Leaflet Sehat Jiwakah Anda
2. Leaflet Kenali dan Deteksi Dini Gejala Stres pada
Remaja
3. Leaflet Bullying ( Perundungan)
4. Leaflet Adiksi Pornografi Anak dan Remaja
5. Leaflet Kekerasan Pada Anak dan Remaja
6. Leaflet Depresi pada Remaja Pencegahan Bunuh
Diri dan Menyakiti Diri (Self Harm)
7. Leaflet Adiksi (Kencanduan) Internet dan Program
Kesehatan Jiwa Berbasis Sekolah
8. Leaflet Deteksi Dini Gangguan Jiwa Berat di
sekolah (Psikosis Dini dan Skizofrenia) di Sekolah
9. Leaflet Gangguan Bipolar
10. Leaflet Keterampilan Sosial (Life Skill) Anak dan
Remaja
11. Leaflet Syarat Kecakapan Khusus (SKK) Kesehatan
Jiwa
12. Leaflet Pendekatan Autisme Berbasis Sekolah
Lembar Balik Mari Wujudkan Kesehatan Jiwa
13. Banner Adiksi Internet
14. Banner Bipolar
15. Banner Bullying
16. Banner Waspada Depresi, Bunuh Diri dan Menyakiti
Diri
17. Banner Stop Kekekrasan Pada Anak dan Remaja
18. Banner Kenali dan Deteksi Dini Gejala Stres Pada
Remaja
19. Banner Keterampilan Kecakapan Hidup ( Lifeskill )
20. Factshet Mari Kita Wujudkan Sehat Jiwa
21. Poster Tips Mengatasi Stres Pada Remaja
22. Poster Tips Mengatasi Emosi
23. Poster Mengenali Masalah Kesehatan Jiwa Pada
42 media
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
79 |
NO SATKER MEDIA KIE JUMLAH
Remaja
24. Poster Mengatasi Tekanan Sebaya
25. Poster Putuskan Hubungan Anda dengan Narkoba
26. DVD Media KIE
27. Buku Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Jiwa di Sekolah
28. Buku Saku Undang - Undang RI Nomer 18 Tahun
2014
29. Buku Permekes RI Nomer 77 Tahun 2015
30. Leaflet Alzheimer " Kenali 10 Gejala Umum
Demensia
31. Lembar Balik Kesehatan Jiwa di Masyarakat
32. Buku Saku Penatalaksanaan Kegawat Daruratan
Psikiatrik di Fasilitasi Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP)
33. Board Game Kartu Ekspersi
34. Board Game Kartu Satwa
35. Board Game Kartu Buah
36. Board Game Bintang
37. Poster Ceria
38. Lembar Balik Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
39. Buku Bencana Pada Anak dan Remaja
40. Buku Strategi Bantu Diri Mengurangi atau
Menghentikan Penyalahgunaan NAPZA
41. DVD Pencegahan Bunuh diri
42. DVD Aku dan Keluargaku
GRAFIK 3.29
TARGET DAN REALISASI
JUMLAH MEDIA INFORMASI DITJEN P2P YANG DITERBITKAN
TAHUN 2015 – 2019
Sumber data : Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
80 |
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Keberhasilan indikator ini dipengaruhi oleh:
Terbentuknya tim penyusun yang terdiri dari Sekretariat Ditjen P2P dan perwakilan
Direktorat di lingkungan Ditjen P2P.
Media KIE termasuk sub komponen wajib di Petunjuk Perencanaan Ditjen P2P
untuk satker Unit Pelaksana Teknis.
Koordinasi dengan UPT terkait kegiatan dokumentasi kehumasan yang belom
terakomodir oleh setditjen bagian Hukormas.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Upaya yang dilakukan dalam mencapai indikator media informasi Ditjen P2P sebagai
berikut yaitu:
Membentuk Tim penyusun media informasi;
Melakukan koordinasi dengan Direktorat di lingkungan Ditjen P2P;
Melakukan koordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis dan lintas sektor dan
program terkait;
Melakukan penyusunan, pembahasan dan finalisasi sesuai dengan target yang
telah ditetapkan;
Memastikan kegiatan sub komponen pengelolaan informasi dan publikasi ada di
kegiatan saker Ditjen P2P;
Kegiatan sub komponen tersebut termasuk diseminasi media informasi kepada
LP/LS dan masyarakat.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Penerbitan media informasi belum tepat waktu.
Kurangnya koordinasi dan kerjasama antar direktorat dikarenakan kesibukan dan
keterbatasan waktu.
Tata Usaha Direktorat tidak mempunyai daftar media KIE per tahun anggaran
dan belom ada koordinasi dengan subbag Advokasi Hukum dan Humas terkait
permohonan rekomendasi ke Sekjen.
Pemilihan materi yang sesuai dengan momen dan kebutuhan masyarakat
Materi atau bahan yang diberikan belum lengkap sehingga memerlukan waktu
untuk editting dan finalisasi.
h. Pemecahan Masalah
Dalam mengatasi permasalahan, dilakukan koordinasi lebih intens dengan satker
pusat dan UPT terkait pengadaan media KIE, permohonan rekomedasi dan
memperjelas keterangan jenis media KIE dalam Jukren Perencanaan. Selain itu
dilakukan upaya untuk efisiensi sumber daya yakni:
Melakukan updating dokumentasi kegiatan program Ditjen P2P ke media sosial
setiap selesei kegiatan sehingga tidak semua kegiatan masuk ke artikel media
cetak dan meminimalisir anggaran pencetakan
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
81 |
Setiap pegawai sebagi pranata humas sudah mahir melakukan dokumentasi
video dan foto sehingga meminimalisir anggaran dan dapat me optimal kan SDM
yang ada
Koordinasi dengan antar humas satker untuk mengirim hasil dokumentasi atau
artikel kegiatan program sehingga tidak mengharuskan pranata humas terjun
langsung ke lapangan.
18. Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki aset tanah milik Kemenkes sebesar
69%
a. Pengertian
Aset merupakan sumber daya yang dimiliki karena terjadinya peristiwa transaksi yang
memiliki manfaat bagi pemiliknya. Aset terbagi menjadi aset tetap dan aset lancar.
Salah satu pengukuran kekayaan aset tetap adalah berdasarkan kepemilikan tanah.
Tanah merupakan bentuk kekayaan yang digunakan sendiri kecuali ada kondisi
khusus yang mengharuskan untuk menjual tanah tersebut. Sampai saat ini satker
UPT Ditjen P2P belum semuanya mempunyai tanah milik Kemenkes sebagai tempat
berdirinya kantor satker. Sampai dengan tahun 2019 dari 59 satker UPT yang ada
baru 54 satker pada kantor induk yang memiliki tanah milik Kemenkes, sedangkan
sisanya berusaha untuk memiliki tanah sendiri melalui pembelian, hibah, transfer
masuk dari pihak lain sesuai kewenangannya.
b. Definisi operasional
Jumlah satker UPT kantor induk yang memiliki tanah milik Kemenkes sebagai kantor
sampai tahun 2019 melalui salah satu transaksi pembelian, hibah, transfer masuk
dari pihak lain sesuai kewenangannya.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah satker UPT kantor induk yang memiliki tanah milik Kemenkes
sampai tahun 2019 X 100%
Jumlah seluruh satker UPT
d. Capaian indikator
Pada tahun 2019, indikator jumlah satker UPT yang memiliki tanah milik Kemenkes
telah mencapai target yakni 91,5% dari target yang ditetapkan sebesar 69% sehingga
capaian kinerja sebesar 132,6%. Indikator ini juga telah mencapai target selama
tahun 2015-2019.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
82 |
GRAFIK 3.30
TARGET DAN REALISASI
PERSENTASE UPT YANG MEMILIKI TANAH KEMENKES
TAHUN 2015-2019
Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara Sampai tahun 2019, masih ada 5 satker UPT kantor induk yang tidak memiliki tanah
milik Kemenkes yakni:
1. KKP Kelas I Tanjung Priok
2. KKP Kelas I Soekarno Hatta
3. KKP Kelas II Pangkal Pinang
4. KKP Kelas II Jambi
5. KKP Kelas II Lhokseumawe
Selain tanah untuk kantor induk UPT, Kantor Kehatan pelabuhan memiliki sebanyak
295 (dua ratus sembilan puluh lima) wilayah kerja (wilker) yang belum semuanya
memiliki tanah Kemenkes tergambar pada tabel dibawah ini:
TABEL 3.9
KANTOR INDUK DAN WILKER UPT YANG MEMILIKI TANAH KEMENKES
TAHUN 2019
No Nama Satker UPT Jumlah Kantor
Induk dan Wilker
Jumlah Kantor induk dan wilker milik Kemenkes
% Luas M2 Keterangan
1 KKP Kelas I Tanjung Priok 6 - 0% -
2 KKP Kelas I Denpasar 5 2 40% 2,5
3 KKP Kelas I Surabaya 6 4 67% 5,473
4 KKP Kelas I Soekarno Hatta
2 1 50% 1,008
5 KKP Kelas I Medan 6 4 67% 6,289
6 KKP Kelas I Makassar 10 5 50% 21,281
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
83 |
No Nama Satker UPT Jumlah Kantor
Induk dan Wilker
Jumlah Kantor induk dan wilker milik Kemenkes
% Luas M2 Keterangan
7 KKP Kelas I Batam 13 1 8% 1,201
8 KKP Kelas II Tanjung Pinang
11 6 55% 3,49
9 KKP Kelas II Banjarmasin 6 4 67% 5,183
10 KKP Kelas II Kendari 5 3 60% 3,065
11 KKP Kelas II Tarakan 6 5 83% 4,292
12 KKP Kelas II Mataram 9 5 56% 2,775
13 KKP Kelas II Padang 5 4 80% 2,746
14 KKP Kelas II Semarang 10 5 50% 3,009
15 KKP Kelas II Palembang 3 1 33% 3,216
16 KKP Kelas II Probolinggo 6 6 100% 5,619
17 KKP Kelas II Ambon 10 3 30% 3,149
18 KKP Kelas II Pekanbaru 7 2 29% 3,257
19 KKP Kelas II Balikpapan 7 3 43% 4,253
20 KKP Kelas II Manado 10 5 50% 2,661
21 KKP Kelas II Bandung 8 5 63% 4,994
22 KKP Kelas II Banten 5 3 60% 2,888
23 KKP Kelas II Pontianak 10 6 60% 20,111
24 KKP Kelas II cilacap 5 4 80% 4,169
25 KKP Kelas II Panjang 5 5 100% 5,083
26 KKP Kelas II Jayapura 5 2 40% 1,56
27 KKP Kelas II Tjg Balai Karimun
5 3 60% 4,32
28 KKP Kelas II Samarinda 7 3 43% 4,566
29 KKP Kelas III Pangkal Pinang
7 2 29% 4,481
30 KKP Kelas III Bitung 8 7 88% 6,016
31 KKP Kelas III Tembilahan 6 4 67% 2,744
32 KKP Kelas III Jambi 6 2 33% 622
33 KKP Kelas III Dumai 9 4 44% 3,414
34 KKP Kelas III palu 9 8 89% 7,811
35 KKP Kelas III Kupang 16 9 56% 7,993
36 KKP Kelas III Biak 9 6 67% 7,129
37 KKP Kelas III Sorong 8 4 50% 2,95
38 KKP Kelas III Manokwari 5 3 60% 2,049
39 KKP Kelas III Banda Aceh 10 4 40% 4,79
40 KKP Kelas III Merauke 6 3 50% 6,261
41 KKP Kelas III Lhokseumawe
6 4 67% 1,92
42 KKP Kelas III Bengkulu 5 1 20% 2,434
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
84 |
No Nama Satker UPT Jumlah Kantor
Induk dan Wilker
Jumlah Kantor induk dan wilker milik Kemenkes
% Luas M2 Keterangan
43 KKP Kelas III Poso 5 8 160% 5,267 3 wilayah Bandara, Wakai dan Salakan belum masuk ke dalam wilker permenkes
44 KKP Kelas III Palangkaraya
7 2 29% 2,324
45 KKP Kelas III Gorontalo 6 4 67% 4,57
46 KKP Kelas III Ternate 8 7 88% 8,213
47 KKP Kelas III Sabang 4 2 50% 3,109
48 KKP Kelas III Sampit 8 2 25% 785
49 KKP Kelas IV Yogyakarta 3 1 33% 492
50 BBTKL PP Jakarta 1 1 100% 6,322
51 BBTKL PP Yogyakarta 1 1 100% 4,139
52 BBTKL PP Surabaya 1 1 100% 25,47
53 BBTKL PP Banjarbaru 1 1 100% 3,106
54 BTKL PP Kelas I Medan 1 1 100% 2,994
55 BTKL Kelas I PP Palembang
1 1 100% 2,887
56 BTKL Kelas I PP Batam 1 1 100% 14,97
57 BTKL Kelas I PP Makassar
1 1 100% 12,658
58 BTKL Kelas I PP Manado 1 1 100% 6,162
59 BTKL Kelas I PP Ambon 1 1 100% 8
Total 354 197 55,6%
Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 354 kantor induk dan wilayah kerja UPT, masih terdapat 197 yang belum memiliki tanah milik Kemenkes (55,6%).
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Capaian indikator ini telah melebihi dari target yang telah ditetapkan didukung oleh
adanya perencanaan tahunan dari setiap UPT untuk meningkatkan sarana/prasarana
baik di kantor induk maupun wilayah kerja untuk memenuhi standar. Selain itu
dengan diterbitkannya Petunjuk Penyusunan Perencanaan Direktorat Jenderal P2P
yang memberikan petunjuk untuk penganggaran pengadaan lahan dengan
memperhatikan kesesuaian dengan indikator yang akan dicapai.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
85 |
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Upaya yang dilakukan agar satker UPT Ditjen P2P memiliki tanah Kemenkes adalah
dengan mengirimkan surat kepada Sekretaris Jenderal Kemenkes dengan nomor
surat KN.02.01/D.1/I.4/160/2015 tentang Permohonan Tanah dan Bangunan Idle
untuk UPT Ditjen P2P.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Pada tahun 2019 beberapa UPT telah berhasil membeli tanah namun tidak semua
tanah yang terbeli sampai dengan pengurusan sertifikatnya, dikarenakan anggaran
yang tidak mencukupi untuk pengurusannya.
h. Pemecahan Masalah
Mengalokasikan anggaran untuk pengurusan sertifikat tanah.
Berkoordinasi dengan satker UPT agar melakukan mediasi kepada berbagai
pihak di wilayah mereka berada untuk mencari informasi berkenaan dengan
tanah idle yang berada di wilayah tersebut untuk dialihfungsikan menjadi milik
Kemenkes sebagai kantor induk dan wilker UPT.
19. Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki gedung milik Kemenkes sebesar 69%
a. Pengertian
Aset merupakan sumber daya yang dimiliki karena terjadinya peristiwa transaksi yang
memiliki manfaat bagi pemiliknya. Aset terbagi menjadi aset tetap dan aset lancar.
Salah satu pengukuran kekayaan aset tetap adalah berdasarkan kepemilikan tanah.
Tanah merupakan bentuk kekayaan yang digunakan sendiri kecuali ada kondisi
khusus yang mengharuskan untuk menjual tanah tersebut. Berbeda hal dengan
tanah dimana pengakuan kekayaan atas dasar kepemilikannya yang milik Kemenkes.
Pada bangunan meskipun kepemilikan bangunan adalah milik Kemenkes namun
mengingat bahwa tanah yang digunakan adalah milik pihak lain maka apabila
dikemudian hari pemilik tanah menginginkan untuk menggunakan sendiri tanah
tersebut, satker harus menghapuskan bangunan yang berdiri diatas tanahnya.
Sampai saat ini seluruh satker UPT Ditjen P2P telah memiliki bangunan gedung,
namun bangunan gedung yang berdiri di atas tanah milik Kemenkes sebanyak 47
satker dan sisanya sebanyak 12 satker memiliki bangunan yang berdiri di atas tanah
pihak lain.
b. Definisi operasional
Jumlah satker UPT yang memiliki bangunan milik Kemenkes sebagai kantor sampai
tahun 2019 melalui salah satu transaksi pembelian, hibah, transfer masuk dari pihak
lain sesuai kewenangannya.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
86 |
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah satker UPT yang memiliki gedung
milik Kemenkes X 100%
Jumlah seluruh satker UPT
d. Capaian indikator
Sampai dengan tahun 2019, dari target 69%, tercapai 100% satker UPT Ditjen P2P
telah memiliki gedung milik Kemenkes (100%) dengan capaian kinerja sebesar
145%. Meskipun demikian hanya 91% gedung milik Kemenkes tersebut yang
dibangun diatas tanah Kemenkes sedangkan 9% lainnya dibangun diatas tanah milik
pihak lain.
GRAFIK 3.31
TARGET DAN REALISASI
PERSENTASE UPT YANG MEMILIKI GEDUNG KEMENKES
TAHUN 2015 - 2019
Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
Selain bangunan untuk kantor induk Ditjen P2P, Kantor Kesehatan Pelabuhan
memiliki sebanyak 295 (dua ratus sembilan puluh lima) wilayah kerja yang belum
semuanya memiliki bangunan Kemenkes seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
TABEL 3.10
KANTOR INDUK DAN WILKER UPT YANG MEMILIKI GEDUNG KEMENKES
TAHUN 2019
No Nama Satker UPT
Jumlah Kantor Induk dan
Wilker
Jumlah Kantor induk
dan wilker milik
Kemenkes
% Luas M2
Keterangan
1 KKP Kelas I Tanjung Priok 6 5 83% 3,860
2 KKP Kelas I Denpasar 5 5 100% 1,552
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
87 |
No Nama Satker UPT
Jumlah Kantor Induk dan
Wilker
Jumlah Kantor induk
dan wilker milik
Kemenkes
% Luas M2
Keterangan
3 KKP Kelas I Surabaya 6 5 83% 6,671
4 KKP Kelas I Soekarno Hatta 2 2 100% 3,452
5 KKP Kelas I Medan 6 6 100% 1,195
6 KKP Kelas I Makassar 10 8 80% 4,567
7 KKP Kelas I Batam 13 2 15% 570
8 KKP Kelas II Tanjung Pinang 11 4 36% 1,151
9 KKP Kelas II Banjarmasin 6 6 100% 2,864
10 KKP Kelas II Kendari 5 2 40% 954
11 KKP Kelas II Tarakan 6 6 100% 2,880
12 KKP Kelas II Mataram 9 4 44% 1,394
13 KKP Kelas II Padang 5 4 80% 1,104
14 KKP Kelas II Semarang 10 10 100% 3,733
15 KKP Kelas II Palembang 3 3 100% 1,775
16 KKP Kelas II Probolinggo 6 6 100% 1,870
17 KKP Kelas II Ambon 10 4 40% 2,106
18 KKP Kelas II Pekanbaru 7 5 71% 1,455
19 KKP Kelas II Balikpapan 7 5 71% 1,210
20 KKP Kelas II Manado 10 6 60% 928
21 KKP Kelas II Bandung 8 3 38% 523
22 KKP Kelas II Banten 5 2 40% 1,610
23 KKP Kelas II Pontianak 10 10 100% 3,580
24 KKP Kelas II Cilacap 5 4 80% 780
25 KKP Kelas II Panjang 5 5 100% 1,572
26 KKP Kelas II Jayapura 5 4 80% 1,318
27 KKP Kelas II Tanjung Balai Karimun
5 5 100% 1,263
28 KKP Kelas III Pangkal Pinang 7 4 57% 656
29 KKP Kelas III Bitung 8 3 38% 1,966
30 KKP Kelas III Tembilahan 6 4 67% 1,108
31 KKP Kelas III Jambi 6 3 50% 1,188
32 KKP Kelas II Dumai 9 3 33% 1,141
33 KKP Kelas II Samarinda 7 3 43% 2,317
34 KKP Kelas III Palu 9 5 56% 1,778
35 KKP Kelas III Kupang 16 15 94% 3,055
36 KKP Kelas III Biak 9 7 78% 1,291
37 KKP Kelas III Sorong 8 5 63% 1,811
38 KKP Kelas III Manokwari 5 3 60% 1,396
39 KKP Kelas III Banda Aceh 10 6 60% 1,552
40 KKP Kelas III Merauke 6 5 83% 1,771
41 KKP Kelas III Lhokseumawe 6 5 83% 688
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
88 |
No Nama Satker UPT
Jumlah Kantor Induk dan
Wilker
Jumlah Kantor induk
dan wilker milik
Kemenkes
% Luas M2
Keterangan
42 KKP Kelas III Bengkulu 5 4 80% 1,018
43 KKP Kelas III Poso 5 8 160% 1,989 3 wilayah Bandara, Wakai dan Salakan belum masuk dalam permenkes sebagai wilker
44 KKP Kelas III Palangkaraya 7 2 29% 2,324
45 KKP Kelas III Gorontalo 6 1 17% 1,202
46 KKP Kelas III Ternate 8 5 63% 1,647
47 KKP Kelas III Sabang 4 2 50% 788
48 KKP Kelas III Sampit 8 2 25% 812
49 KKP Kelas IV Yogyakarta 3 1 33% 105
50 BBTKL PP Jakarta 1 1 100% 7,849
51 BBTKL PP Yogyakarta 1 1 100% 4,229
52 BBTKL PP Surabaya 1 1 100% 8,815
53 BBTKL PP Banjarbaru 1 1 100% 4,243
54 BTKL PP Kelas I Medan 1 1 100% 2,185
55 BTKL PP Kelas I Palembang 1 1 100% 2,690
56 BTKL PP Kelas I Batam 1 1 100% 3,748
57 BTKL PP Kelas I Makassar 1 1 100% 3,455
58 BTKL PP Kelas I Manado 1 1 100% 2,239
59 BTKL PP Kelas II Ambon 1 1 100% 2,777
Total 354 237 67%
Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 354 kantor induk dan wilayah kerja UPT, masih terdapat 237 yang belum memiliki tanah milik Kemenkes (67%).
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Capaian indikator ini telah melebihi dari target yang telah ditetapkan didukung oleh
adanya perencanaan tahunan dari setiap UPT untuk meningkatkan sarana/prasarana
baik di kantor induk maupun wilayah kerja untuk memenuhi standar. Selain itu
dengan diterbitkannya Petunjuk Penyusunan Perencanaan Direktorat Jenderal P2P
yang memberikan petunjuk untuk penganggaran pembangunan gedung dengan
memperhatikan kesesuaian dengan indikator yang akan dicapai.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Upaya yang dilakukan agar satker UPT Ditjen P2P memiliki tanah Kemenkes adalah
dengan mengirimkan surat kepada Sekretaris Jenderal Kemenkes dengan nomor
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
89 |
surat KN.02.01/D.1/I.4/160/2015 tentang Permohonan Tanah dan Bangunan Idle
untuk UPT Ditjen P2P.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Mengingat bahwa bangunan yang berdiri di atas tanah pihak lain, apabila suatu saat
tanah akan digunakan pemilik maka bangunan yang berdiri harus dihapuskan dari
daftar aset satker. Selian itu juga satker UPT harus berpindah dari bangunan awal
tempat mereka bertugas ke bangunan lain di tempat yang berbeda.
h. Pemecahan Masalah
Berkoordinasi dengan satker agar segera membangun bangunan di atas tanah milik
Kemenkes.
20. Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki alat kesehatan penunjang sebesar
69%
a. Pengertian
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi satker UPT diperlukan peralatan
kesehatan yang mendukung terhadap tupoksi guna menangkal masuk dan keluarnya
penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian
dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan
OMKABA, serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang
muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di
wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara. Peralatan
tersebut terlihat dari laporan SIMAK BMN satker UPT.
b. Definisi operasional
Jumlah satker UPT yang memiliki minimal 80% alat kesehatan penunjang tupoksi
sampai dengan tahun 2019.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah satker UPT yang memiliki minimal 80% alat kesehatan
penunjang tupoksi sampai dengan tahun 2019 X 100%
Jumlah seluruh satker UPT
d. Capaian indikator
Sampai dengan tahun 2019 satker UPT Ditjen P2P telah mencapai target 100%
memiliki alat kesehatan penunjang tupoksi. Realisasi tersebut sudah melebihi dari
target yang direncanakan meskipun demikian masih ada alat kesehatan yang
kondisinya sudah rusak. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015, terjadi
peningkatan capaian persentase satker UPT yang memiliki alat kesehatan penunjang
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
90 |
tupoksi dari 80% pada tahun 2015 menjadi 100% pada tahun 2016, 2017, 2018 dan
2019.
GRAFIK 3.32
TARGET DAN REALISASI
PERSENTASE UPT YANG MEMILIKI ALAT KESEHATAN PENUNJANG TUPOKSI
TAHUN 2015 - 2019
Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Capaian indikator ini telah melebihi dari target yang telah ditetapkan didukung oleh
adanya perencanaan tahunan dari setiap UPT untuk meningkatkan sarana/prasarana
baik di kantor induk maupun wilayah kerja untuk memenuhi standar. Selain itu
dengan diterbitkannya Petunjuk Penyusunan Perencanaan Direktorat Jenderal P2P
yang memberikan petunjuk untuk penganggaran pengadaan alat kesehatan
penunjang tupoksi dengan memperhatikan kesesuaian dengan indikator yang akan
dicapai.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Melakukan kordinasi dengan satker UPT untuk segera mengusulkan penghapusan alat kesehatan yang rusak guna merencanakan pembelian alat yang baru pada anggaran berikutnya.
Mendampingi satker dalam menyusun perencanaan anggaran alat kesehatan sesuai dengan catatan penghapusan alat kesehatan yang rusak.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Dalam pelaksanaan penginputan di SIMAK BMN, belum ada standar baku penamaan
terhadap suatu alat, sehingga terdapat kesulitan dalam rekapitulasi alat kesehatan
penunjang tupoksi satker UPT.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
91 |
h. Pemecahan Masalah
Mengalokasikan anggaran pada satker UPT untuk penggantian alat kesehatan
penunjang tupoksi yang rusak.
21. Persentase Satuan Kerja UPT yang memiliki fasilitas pendukung perkantoran
sebesar 69%
a. Pengertian
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi satker UPT selain dibantu dengan
peralatan kesehatan juga fasilitas pendukung perkantoran. Fasilitas tersebut
tergambar dari laporan SIMAK BMN satker UPT sampai dengan tahun 2019.
b. Definisi operasional
Jumlah satker UPT yang memiliki fasilitas pendukung perkantoran sampai tahun
2019.
c. Rumus/cara perhitungan
Jumlah satker UPT yang memiliki fasilitas pendukung perkantoran
sampai tahun 2019 X 100%
Jumlah seluruh satker UPT
d. Capaian indikator
Sampai dengan tahun 2019 satker UPT Ditjen P2P telah mencapai target 100%
memiliki fasilitas penunjang perkantoran seperti dalam grafik berikut ini:
GRAFIK 3.33
TARGET DAN REALISASI
PERSENTASE UPT YANG MEMILIKI FASILITAS PENDUKUNG PERKANTORAN
TAHUN 2015 – 2019
Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
92 |
Dari grafik diatas, terlihat bahwa indikator persentase satker UPT yang memiliki
fasilitas pendukung perkantoran meningkat dari 75% pada tahun 2015 menjadi 100%
pada tahun 2016 – 2019.
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Capaian indikator ini telah melebihi dari target yang telah ditetapkan didukung oleh
adanya perencanaan tahunan dari setiap UPT untuk meningkatkan sarana/prasarana
baik di kantor induk maupun wilayah kerja untuk memenuhi standar. Selain itu
dengan diterbitkannya Petunjuk Penyusunan Perencanaan Direktorat Jenderal P2P
yang memberikan petunjuk untuk penganggaran pembangunan gedung, pengadaan
lahan, alat kesehatan dan sarana parasarana kantor dengan memperhatikan
kesesuaian dengan indikator yang akan dicapai.
f. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencapai Indikator
Bersurat ke satker UPT agar segera mengusulkan penghapusan alat yang rusak
guna merencanakan pembelian alat yang baru pada anggaran berikutnya.
g. Kendala/Masalah yang Dihadapi
Dalam pelaksanaan proses penghapusan satker UPT masih belum aktif
mengusulkan permohonan penghapusan alat, sehingga berdampak pada
pengalokasian anggaran untuk pembelian alat baru juga tertunda.
h. Pemecahan Masalah
Agar satker UPT melakukan percepatan dalam proses penghapusan alat pada setiap
tahunnya, sehingga fasilitas penunjang perkantoran yang baru dapat segera di
adakan.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
93 |
B. REALISASI ANGGARAN
1. Realisasi Anggaran
Pagu kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
Ditjen P2P tahun 2019 sebesar Rp. 228.782.278.000 dan pada akhir tahun anggaran
menjadi Rp. 205.757.696.000 dengan realisasi sebesar Rp. 190.521.629.157 (92,6%)
seperti pada tabel berikut ini:
TABEL 3.11
PAGU DAN REALISASI ANGGARAN
DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA
PADA SETDITJEN P2P TAHUN 2019
Sasaran Kegiatan Anggaran Semula Anggaran Menjadi Realisasi %
Meningkatnya
Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya
pada Pencegahan
dan Pengendalian
Penyakit
Rp. 228.782.278.000 Rp. 205.757.696.000 Rp. 190.521.629.157 92,6
Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
Distribusi anggaran Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
pada Ditjen P2P tahun 2019 paling besar pada layanan perkantoran dengan pagu Rp.
113.344.488.000 dan realisasi Rp. 104.942.079.026 (92,59%). Secara lengkap dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
TABEL 3.8
PAGU DAN REALISASI ANGGARAN PER KOMPONEN
DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA
PADA SETDITJEN P2P TAHUN 2019
BAGIAN OUTPUT KEGIATAN PAGU REALISASI %
BAGIAN PROGRAM DAN INFORMASI
2063950 LAYANAN DUKUNGAN MANAJEMEN ESELON 1
36.443.061.000 34.366.580.488 94,30
051 Penyusunan Rencana Program dan Penyusunan Rencana Anggaran
26.447.265.000 24.868.290.504 94,03
052 Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi
8.692.496.000 8.205.868.139 94,40
053 Pengelolaan Data & Informasi
1.303.300.000 1.292.421.845 99,17
2063951 LAYANAN SARANA PRASARANA INTERNAL
167.235.000 150.208.000 89,82
052 Pengadaan Alat Pengolah Data
167.235.000 150.208.000 89,82
TOTAL 36.610.296.000 34.516.788.488 94,28
BAGIAN HUKORMAS
2063950 LAYANAN DUKUNGAN MANAJEMEN ESELON 1
11.915.114.000 11.267.232.434 94,56
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
94 |
BAGIAN OUTPUT KEGIATAN PAGU REALISASI %
056 Pelayanan Hukum & Kepatuhan Internal
6.192.462.000 5.988.120.749 96,70
060 Pelayananan Humas & Protokoler
2.991.694.000 2.840.390.969 94,94
061 Pelayananan Organisasi, Tata Laksana, dan Reformasi Birokrasi
2.730.958.000 2.438.720.716 89,30
2063951 LAYANAN SARANA PRASARANA INTERNAL
143.980.000 140.784.250 97,78
053 Pengadaan Alat Pengolah Data
143.980.000 140.784.250 97,78
TOTAL 12.059.094.000 11.408.016.684 94,60
BAGIAN KEUANGAN DAN BMN
2063950 LAYANAN DUKUNGAN MANAJEMEN ESELON 1
14.330.294.000 14.079.064.399 98,25
054 Verifikasi dan Akuntansi 5.278.120.000 5.174.431.730 98,04
055 Pengelolaan Perbendaharaan
4.331.970.000 4.245.055.119 97,99
063 Pengelolaan Barang Milik Negara
4.720.204.000 4.659.577.550 98,72
2063951 LAYANAN SARANA PRASARANA INTERNAL
0 0 0,00
053 Pengadaan Alat Pengolah Data
0 0 0,00
TOTAL 14.330.294.000 14.079.064.399 98,25
BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN
2063950 LAYANAN DUKUNGAN MANAJEMEN ESELON 1
17.887.685.000 16.615.979.083 92,89
057 Pengelolaan Kepegawaian 8.643.693.000 8.233.634.483 95,26
058 Pelayananan Umum dan Perlengkapan
4.676.485.000 3.964.775.757 84,78
059 Pelayananan Rumah Tangga
1.858.493.000 1.756.905.825 94,53
062 Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa
2.709.014.000 2.660.663.018 98,22
2063951 LAYANAN SARANA PRASARANA INTERNAL
11.525.839.000 8.959.701.477 77,74
051 Pengadaan Kendaraan Bermotor
2.038.817.000 2.031.840.000 99,66
052 Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
218.188.000 212.368.000 97,33
053 Pengadaan Peralatan Fasilitas Perkantoran
3.408.173.000 3.095.205.201 90,82
054 Pembangunan / Renovasi Gedung dan Bangunan
5.860.661.000 5.652.128.276 96,44
2063994 LAYANAN PERKANTORAN
113.344.488.000 104.942.079.026 92,59
001 Gaji dan Tunjangan 83.449.005.000 77.703.276.135 93,11
002 Operasional dan Pemeliharaan Kantor
29.895.483.000 27.238.802.891 91,11
TOTAL 142.758.012.000 130.517.759.586 91,43
SEKRETARIAT DITJEN P2P 205.757.696.000 190.521.629.157 92,60
Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
95 |
Dari tabel diatas terlihat realisasi anggaran tertinggi pada Bagian Keuangan dan BMN
(98,25%) sedangkan realisasi terendah pada Bagian Umum dan Kepegawaian
(91,43%). Jika dilihat realisasi anggaran berdasarkan output maka terlihat bahwa
realisasi tertinggi pada output layanan dukungan manajemen eselon I sebesar 95% dan
terendah pada layanan sarana prasarana internal sebesar 78%, seperti dalam grafik
berikut ini:
GRAFIK 3.34
DISTRIBUSI PAGU ANGGARAN PER OUTPUT TAHUN 2019
Sumber data : Bagian Keuangan dan Barang Milik Negara
Jika dibandingkan dengan target realisasi anggaran yang ditetapkan dalam Perjanjian
Kinerja Sekretariat Ditjen P2P Tahun 2019 yakni sebesar 95%, maka realisasi anggaran
tahun 2019 (92,6) tidak mencapai target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja.
2. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Menurut PMK No. 214/PMK.02/2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja
Anggaran atas Pelaksanaan Rencana dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga,
efisiensi dilakukan dengan membandingkan penjumlahan dari selisih antara perkalian
pagu anggaran keluaran dengan capaian keluaran dan realisasi anggaran keluaran
dengan penjumlahan dari perkalian pagu anggaran keluaran dengan capaian keluaran.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
E : Efisiensi
PAKi : Pagu Anggaran Keluaran
RAKi : Realisasi Anggaran Keluaran
CKi : Capaian Keluaran
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
96 |
Nilai efisiensi diperoleh dengan asumsi bahwa miniman efisiensi yang dicapai sebesar -
20% dan nilai paling tinggi sebesar 20%. Oleh karena itu dilakukan transformasi skala
efisiensi agar diperoleh skala nilai yang berkisar 0% sampai 100% dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
NE : Nilai Efisiensi
E : Efisiensi
Jika efisiensi diperoleh lebih dari 20%, maka Nilai Efisiensi (NE) yang digunakan dalam
perhitungan adalah nilai skala maksimal (100%) dan jika efisiensi yang diperoleh kurang
dari -20%, maka NE yang digunakan adalah skala minimal 0%. Dari hasil perhitungan
pagu anggaran keluaran, realisasi anggaran keluaran dan capaian keluaran sesuai
dengan e monev DJA tahun 2019 maka diperoleh hasil sesuai dalam tabel berikut ini:
TABEL 3.13
EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA
No Nama Output Pagu Realisasi Realisasi Volume
Keluaran Efisiensi
Nilai Efisiensi
1 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I
80.576.154.000 76.328.856.404 1,00 0,05 63%
2 Layanan Sarana dan Prasarana Internal
11.837.054.000 9.250.693.727 1,00 0,22 105%
3 Layanan Perkantoran
113.344.488.000 104.942.079.026 1,00 0,07 69%
Sumber data : Bagian Program dan Informasi
Dari tabel diatas dapat dilihat sebagai berikut:
a. Efisiensi tertinggi pada output layanan sarana dan prasarana internal dengan nilai
efisiensi sebesar 105%. Proses layanan pengadaan barang dan jasa telah melalui
LPSE Kementerian Kesehatan.
b. Efisiensi terendah pada output layanan dukungan manajemen eselon I dengan
efisiensi sebesar 63%.
c. Nilai Efisiensi pada layanan perkantoran masih rendah dengan efisiensi sebesar
69%.
Upaya-upaya yang dilakukan sehingga kegiatan berjalan efisien antara lain:
Melakukan pemantauan Rencana Operasional Kegiatan (ROK) setiap triwulan
melalui Rapat Kordinasi Teknis (Rakordit Paripurna) yang melibatkan semua
struktural pada Ditjen P2P untuk memastikan kegiatan berjalan on the track. Kegiatan
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
97 |
yang tidak berjalan sesuai jadwal pelaksanaan diidentifikasi kendala dan diberikan
rekomendasi untuk percepatan pelaksanaan kegiatan. Bagi Kepala Satker yang
belum melaksanakan kegiatan secara optimal diberikan arahan dan harus dapat
menjelaskan upaya yang akan dilakukan untuk mengatasi kendala pelaksanaan
kegiatan.
Melakukan asistensi terpadu, sinkronisasi dan penggabungan kegiatan sosialisasi
pengelolaan keuangan dengan kegiatan lainnya.
Pada setiap layanan dimanfaatkan media online untuk melakukan kordinasi berbasis
Informasi Teknologi dan telekomunikasi. Updating dokumentasi kegiatan program
Ditjen P2P ke media sosial dilakukan untuk meminimalisir anggaran pencetakan.
Laporan Kinerja Sekretariat Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019
98 |
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pencapaian kinerja Sekretariat Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit telah
berjalan baik sesuai dengan Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan, meskipun
demikian rata-rata capaian kinerja tahun 2019 (113%) menurun jika dibandingkan
dengan rata-rata apaian kinerja tahun 2018 (124,3%).
2. Berdasarkan pengukuran indikator kinerja dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2019, dari 21
Indikator kinerja sasaran meningkatnya Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya pada Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019, semua
indikator telah mencapai target yang ditetapkan.
3. Sebanyak 11 indikator yang ditetapkan dalam PK Setditjen P2P, capaian kinerja telah
melebihi target 100%, sedangkan 10 indikator lainnya mencapai target 100%.
4. Realisasi anggaran Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
pada Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2019 sebesar 92,6%. Realisasi
tertinggi pada output layanan dukungan manajemen eselon I sebesar 95% dan terendah
pada layanan sarana prasarana internal sebesar 78%.
B. TINDAK LANJUT
1. Tahun 2020-2024 merupakan periode RPJMN, Renstra dan RAP baru sehingga
Setditjen P2P akan menyusun Rencana Aksi Kegiatan yang baru dengan indikator
kinerja berbeda dari periode sebelumnya. Penyusunan Indikator Kinerja Kegiatan
Setditjen P2P akan berorientasi output dan outcome serta memenuhi kriteria SMART
(Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Timebound).
2. Pemantauan Rencana Operasional Kegiatan (ROK) akan terus dilakukan untuk
memastikan kegiatan berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
3. Pemanfaatan media online webinar sebagai sarana komunikasi dengan UPT dan Dinas
Kesehatan akan dilanjutkan dan ditingkatkan.
Demikian Laporan Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tahun 2019 disusun sebagai bahan masukan untuk penyusunan perencanaan
tahun 2020 – 2024