Sejarah Singkat Gkj Mergangsan

4
SEJARAH SINGKAT GEREJA KRISTEN JAWA MERGANGSAN YOGYAKARTA ira-kira pada tahun 1895 di Kampung Tungkak. Letaknya + 250 m dari Pasamuwan Tungkak sekarang terdapat tempat bekas Rumah Miskin yang didirikan oleh Pemerintah Kasultanan Yogyakarta dan diurus oleh Tn. Pieters. ( Tempat itu sekarang digunakan untuk Panti Asuhan Yatim PKO Muhammadiyah ). Ada 2 orang petugas yang masuk agama Kristen yaitu Bapak Patrareja (ayahanda almarhum Bapak Pendeta Sopater) dan Bapak Sastrodimeja (mertua almarhum Bapak Kismokaryo). Pada waktu itu berdirinya Rumah Miskin itu bersamaan dengan berdirinya Rumah Sakit Tulung “Petronella” yang berdirinya di Bintaran Wilayah Paku Alaman yang sekarang ditempati Pasar Sentul. Dari rumah miskin tersebut pemberitaan Injil dikembangkan bekerjasama dengan Rumah Sakit Petronela dan Zending (Omine Zwan) dengan tenaga pemberitaan Injil Bapak Kalam (dimakamkan di pemakaman Arimatea). K Anggota jemaat Kristen bertambah dengan masuknya warga kerasulan yaitu Keluarga Bapak Sukawijaya dari Desa Nitikan. Makin lama karena berkat Tuhan, warga jemaat semakin bertambah yang dipimpin tenaga Pemberitaan Injil Bapak Kalam. Karena Bapak kalam pindah ke Wates – Kulon Progo, maka diganti Bapak Setyaikarya sebagai tenaga Pemberitaan Injil (yang juga disebut Guru Injil). Lama-kelamaan karena penghuni rumah miskin itu banyak yang sakit. Maka perawatannya diserahkan kepada Yayasan Rumah Sakit Peronella. Sri Sultan Hamengkoeboewono sangat tertarik akan perawatan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Petronella dibawah pimpinan DR. Scheurer beserta para pembantunya yang dengan sekuat tenaga dan penuh kasih menolong penghuni Rumah Miskin yang menderita sakit. Maka pada tahun 1901 Sri Sultan Hamengkoeboewono berkenan menyerahkan sebidang tanah untuk orang sakit sarat milik Kesultanan yang terletak di Kampung Tungkak kepada Zending. DR. Scheurer dan DS. Zwan atas nama Zending menerima pemberian Sultan Yogyakarta dengan senang hati. Verpleger Sambija ditempatkan di Rumah Sakit Tungkak. Tahun 1902 di Tungkak juga didirikan sekolah Zending, sebagai tempat pendidikan dan Pekabaran Injil. Guru yang pertama bernama M. Kalam sebagai Guru Sekolah dan Guru Injil di sekolah itu. Adapun selanjutnya ada pegawai Rumah Miskin yang memulai belajar agama Kristen yaitu: 1. Pak. Patraredja ayah almarhum Bp. Pdt. Ponidi Sopater 2. Bpk. Sastradimedja mertua Pak Kromokariyo. Dari dua orang itu pada awalnya bersedia untuk masuk menjadi orang Kristen di wilayah itu. Diceritakan selanjutnya setelah bertahun-tahun, makin berkembang Pekabaran Injil di wilayah itu. Di rumah perawatan orang miskin tadi juga ikut maju terbukti adanya Cabang Rumah Sakit Petronella. Bersamaan dengan itu maka bersama-sama dengan sekolah Zending memberitakan Berita Injil.

description

sejarah

Transcript of Sejarah Singkat Gkj Mergangsan

SEJARAH SINGKAT

GEREJA KRISTEN JAWA MERGANGSAN YOGYAKARTA

K

ira-kira pada tahun 1895 di Kampung Tungkak. Letaknya + 250 m dari Pasamuwan Tungkak sekarang terdapat tempat bekas Rumah Miskin yang didirikan oleh Pemerintah Kasultanan Yogyakarta dan diurus oleh Tn. Pieters. ( Tempat itu sekarang digunakan untuk Panti Asuhan Yatim PKO Muhammadiyah ). Ada 2 orang petugas yang masuk agama Kristen yaitu Bapak Patrareja (ayahanda almarhum Bapak Pendeta Sopater) dan Bapak Sastrodimeja (mertua almarhum Bapak Kismokaryo). Pada waktu itu berdirinya Rumah Miskin itu bersamaan dengan berdirinya Rumah Sakit Tulung Petronella yang berdirinya di Bintaran Wilayah Paku Alaman yang sekarang ditempati Pasar Sentul. Dari rumah miskin tersebut pemberitaan Injil dikembangkan bekerjasama dengan Rumah Sakit Petronela dan Zending (Omine Zwan) dengan tenaga pemberitaan Injil Bapak Kalam (dimakamkan di pemakaman Arimatea).

Anggota jemaat Kristen bertambah dengan masuknya warga kerasulan yaitu Keluarga Bapak Sukawijaya dari Desa Nitikan. Makin lama karena berkat Tuhan, warga jemaat semakin bertambah yang dipimpin tenaga Pemberitaan Injil Bapak Kalam. Karena Bapak kalam pindah ke Wates Kulon Progo, maka diganti Bapak Setyaikarya sebagai tenaga Pemberitaan Injil (yang juga disebut Guru Injil).

Lama-kelamaan karena penghuni rumah miskin itu banyak yang sakit. Maka perawatannya diserahkan kepada Yayasan Rumah Sakit Peronella. Sri Sultan Hamengkoeboewono sangat tertarik akan perawatan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Petronella dibawah pimpinan DR. Scheurer beserta para pembantunya yang dengan sekuat tenaga dan penuh kasih menolong penghuni Rumah Miskin yang menderita sakit. Maka pada tahun 1901 Sri Sultan Hamengkoeboewono berkenan menyerahkan sebidang tanah untuk orang sakit sarat milik Kesultanan yang terletak di Kampung Tungkak kepada Zending. DR. Scheurer dan DS. Zwan atas nama Zending menerima pemberian Sultan Yogyakarta dengan senang hati. Verpleger Sambija ditempatkan di Rumah Sakit Tungkak.

Tahun 1902 di Tungkak juga didirikan sekolah Zending, sebagai tempat pendidikan dan Pekabaran Injil. Guru yang pertama bernama M. Kalam sebagai Guru Sekolah dan Guru Injil di sekolah itu.

Adapun selanjutnya ada pegawai Rumah Miskin yang memulai belajar agama Kristen yaitu:

1. Pak. Patraredja ayah almarhum Bp. Pdt. Ponidi Sopater

2. Bpk. Sastradimedja mertua Pak Kromokariyo.

Dari dua orang itu pada awalnya bersedia untuk masuk menjadi orang Kristen di wilayah itu. Diceritakan selanjutnya setelah bertahun-tahun, makin berkembang Pekabaran Injil di wilayah itu. Di rumah perawatan orang miskin tadi juga ikut maju terbukti adanya Cabang Rumah Sakit Petronella.

Bersamaan dengan itu maka bersama-sama dengan sekolah Zending memberitakan Berita Injil.

Selanjutnya pada waktu itu ada salah satu Saudara yang juga ikut belajar dan masuk menjadi orang Kristen yang asalnya dari sekte kerasulan, yaitu keluarga Bapak Sukawidjaja, yang bertempat tinggal di Nitikan. Yang selanjutnya dengan berjalannya waktu tahun berganti tahun orang yang masuk agama Kristen makin bertambah sampai tahun 1911 tempat rumah miskin dan Rumah Sakit diperlukan / diminta oleh pemerintah, karena akan digunakan untuk tangsi Polisi Dinar ( Polisi militer ).

Maka Rumah Perawatan dan Rumah miskin tadi lalu dipindah. Dan ditukar tempat di sebelah Barat Sungai Code ( Kompleks Puskesmas Trisnowati - sekarang Puskesmas Mergangsan ).

Selanjutnya yang mengurusi perawatan orang-orang sakit adalah Bapak Sambija. Begitu selanjutnya Berkat Tuhan Pekabaran Injil berkembang di wilayah Tungkak melalui Rumah Sakit dan Sekolahan Pada tanggal 1 Januari 1913 jumlah orang Kristen di Pasamuwan Tungkak ada 47 orang. Adapun buah Pekabaran Injil Yesus Kristus yang nampak ialah Bpk. Sopater yang menamatkan sekolahnya Guru Sekolah yang selanjutnya diperbantukan ikut mengajar di sekolah yang terletak di sebelah utara bekas rumah perawatan orang miskin dan orang sakit. Makin lama berkat Tuhan makin nampak, sehingga Bpk. Ponidi Sopater menjadi Guru Ijil yang ditempatkan di Gereja Gondokusuman, maka yang menjadi guru di sini ialah Bpk. Iskak Surosentono.

Pada tanggal 23 November 1913 jemaat Gondokusuman didewasakan Bpk. P. Sopater menjadi Pendeta Gondokusuman dan lepas dari Zending. Karena Tungkak jauh dari Gondokusuman maka Pasamuwan Tungkak berdiri sendiri pada waktu itu anggota Pasamuwan Tungkak ada 50 orang.

Ketika pada tahun 1922 Ds. A Pos berusaha untuk mendewasakan Pasamuwan Tungkak, tetapi tidak bisa. Dari penilaian para pendeta yang meneliti keadaan jemaat pada waktu itu tidak setuju apabila Pasamuwan Tungkak didewasakan. Dengan alasan belum mempunyai Guru Injil.

Setelah Gereja Gondokusuman lepas dari Zending maka Pasamuwan Tungkak pun mengalami perubahan yaitu Guru Injil yang pada waktu itu dipegang oleh Bpk. Kalam di ganti oleh Bpk. Setodihardjo karena Bpk. Kalam dipindah ke Gereja Wates Kulon Progo. Perlu diketahu bahwa jalannya perkembangan jemaat Tuhan disini makin lama makin bertambah kemajuannya hingga pada awal tahun 1925 jumlah anggota jemaat mencapai 50 orang terdiri dari 12 keluarga. Sejak pada waktu jemaat di sini mempunyai majelis gereja tepatnya pada tanggal 15 Maret 1925 yang dipimpin oleh Ds. A.Pos.Pada 15 Maret 1925 berdirilah jemaat Tungkak dengan ditandai terbentuknya Majelis Gereja dengan jumlah warga 50 orang terdiri dari 12 keluarga.

Susunan Majelis Gereja I :

Tua tua: 1. Bapak Mangoensoekarto

2. Bapak Mangoensoewito

3. Bapak Atmosoedarmo

Diaken

: 1. Bapak Martodikaryo

2. Bapak Atmodikaryo

Kebaktian semula dilakukan di politik rumah miskin. Tuhan memberkati, jemaat kemudian mampu mendirikan gedung gedung (GKJ Mergangsan) dan diresmikan tanggal 16 Juli 1930 berukuran 8 m x 16 m.

Guru Injil berturut-turut Bapak Trisnosumarto kemudian diganti Bapak Darmomartono. Sedang pelindungnya berturut-turut Ds. A. Pos diganti Ds. Allart diganti Ds. GJV Recnen.

Di sekitar PD II (1939 1945) bahkan sampai tahun 1949 kondisi jemaat memprihatinkan, tetapi sejak tahun 1950 kondisi jemaat semakin membaik. Jumlahnya juga makin bertambah.

Yang selanjutnya kebaktian ditetapkan bertempat di Poliklinik Rumah Sakit karena belum mempunyai tempat lain ( sekolahan sudah rusak ).Setelah Tahun 1929 jemat baru mulai memperhatikan tempat kebaktian dan merencanakan berdirinya gedung gereja lagi. Yang akhirnya karena berkat Tuhan yang diberikan kepada jemaat Tungkak di dalam tahun yang berjalan itu jemaat Tungkak dapat mendirikan gedung gereja di wilayah Mergangsan yang dibuka pada tanggal 16 juli 1930.Selanjutnya mulai pada waktu itu ketika majelis yaitu Sdr. Pendeta menyarankan agar pasamuwan mau membangun gedung gereja. Serta diusulkan agar gedung gereja dibangun di Pojok Beteng Wetan, karena pada waktu itu saudara-saudara yang belajar agama Kristen banyak yang belajar agama ke Gereja Gonodokusuman. Tetapi ada usulan dari Majelis Gereja agar gedung Gereja didirikan di Tungkak bertempat disebelah Barat Rumah Sakit atau di dekat rumah perawatan orang miskin tetapi rencana itu gagal karena tempat yang disebut diatas akan digunakan oleh pemerintah. Setelah beberapa waktu kemudian beberapa tahun kemudian Sdr. Setodihardjo dipindah ke Gondokusuman di ganti oleh Sdr. Darmowongso, tetapi tidak berapa lama Sdr. Darmowongso meninggal lalu diganti oleh Sdr. Trisnosoemarto. Guru Injil berturut-turut Bapak Trisnosumarto kemudian diganti Bapak Darmomartono. Sedang pelindungnya berturut-turut Ds. A. Pos diganti Ds. Allart diganti Ds. GJV Recnen. Di sekitar PD II (1939 1945) bahkan sampai tahun 1949 kondisi jemaat memprihatinkan, tetapi sejak tahun 1950 kondisi jemaat semakin membaik. Jumlahnya juga makin bertambah.

Setelah keadaan semakin membaik, tahun 1952, yaitu Bapak Pendeta Sangija Dwidjaasmara dan Bapak Darmomartono pensiun dari Guru Injil. Jumlah warga jemaat meningkat menjadi 250 orang dan mempunyai pepathan di Kotagede di Desa Tinalan. Pepanthan Kotagede dewasa 14 Juni 1967 dengan pendeta Purwanta Rahmad, STh. Tahun 1955 Pdt. S. Dwidjaasmara dipanggil menjadi pendeta di Banyumas Utara, menjadi pendeta utusan. Sebagai pendeta konsulen, yaitu pendeta Ds. Darmohatmodjo, dari GKJ Gondokusuman. Tahun 1957 GKJ Mergangsan memanggil Bapak Moeljono Prawirohatmadja, yang pada waktu itu masih menjadi Guru Injil di Muntilan, untuk menjadi Guru Injil di Mergangsan. Kemudian pada tanggal 1 April 1958 beliau ditahbiskan menjadi Pendeta Jemaat. Setelah hampir 20 tahun melayani jemaat GKJ mergangsan, beliau memasuki masa emeritus pada tanggal 20 Januari 1978. Meskipun sudah emeritus, beliau masih melayani jemaat Mergangsan sampai tahun 1980. Klasis Yogyakarta Timur memanggil Bapak Pdt. Imam Sukardjo, SmTh (sekarang STh) menjadi konsulen di Mergangsan. Oleh karena tugas studi di Australia pada tahun 1982, maka tugas sebagai pendeta konsulen diganti oleh Pdt. Purwanta Rahmad, STh. Pada tahun 1982 GKJ Mergangsan mendirikan Pepanthan di Suryodiningratan, dengan keadaan warga pertama kali berjumlah 15 keluarga. Pada masa pelayanan beliau sebagai konsulen, GKJ Mergangsan memepersiapkan pemanggilan pendeta jemaat. Pada tanggal 25 Juli 1984, Bapak Bambang Sumbodo, STH. Ditahbiskan menjadi pendeta di GKJ Mergangsan, dan melayani hingga sekarang. Pada masa pelayanannya, tepatnya pada tanggal 13 Desember 1987 atas permintaan Sinode Gereja-gereja Kristen Jawa, GKJ Mergangsan menjadi gereja pengutus bagi Bapak Christian Soetopo, DPS, sebagai pendeta pelayanan khusus yang mengajar di Fakultas Theologia Universitas Kristen Duta Wacana dan juga mengambil bagian dalam pelayanan jemaat di GKJ Mergangsan. Pada tanggal 28 Juli 1995, GKJ Mergangsan bekerjasama dengan Badan Kerja Sama (BKS) PGI/Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia Yogyakarta meneguhkan Bapak Tumpal Manahatan Pasahatan Lumban Tobing, MTh. Sebagai pendeta yang melayani Mahasiswa Kristen di Yogyakarta dan tak lama kemudian dipanggil ebagai Pendeta Jemaat di Gereja Kristen Indonesia Pondok Indah Jakarta. Di atas mimbar bertuliskan ayat Kitab Suci ditulis dengan huruf Jawa yang diambil dari Injil Yokhanan 14 : 6 : Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku . Dalam Bahasa Jawa ; Aku iki dalane sarta jatine kayekten lan kauripan, ora ana wong siji-sijia kang bisa sowan marang Sang Rama menawa ora metu ing Aku .