Sejarah Rekam Medis Didunia

29
SEJARAH REKAM MEDIS diDunia Rekam medis sebagai catatan dan ingatan tentang praktek kedokteran telah dikenal orang sejak zaman palaelolitikum 25.000 Sebelum Masehi yang ditemukan di gua batu Spayol. Di Zaman Babylon, pengobatan di Mesir, Yunani dan Roma menulis pengobatan dan pembedahan yang penting pada dinding-dinding gua, batang kayu dan bagan tabel yang dibuat dari tanah liat yang dibakar. Selanjutnya dengan berkembangnya Hieroglyph (tulisan mesir kuno) ditemukan catatan pengobatan pada dinding makam dan candi Mesir serta diatas papyrus (semacam gulungan kertas yang terbuat dari kulit). Salinan papyrus yang ditulis pada tahun 1600 SM yang ditemukan oleh Edwin Smith pada abad ke 19 di mesir masih tersimpan di New York Academy Of Medicine. Sedangkan di University Of Leipzig menyimpan papyrus ebers yang ditulis pada 1550 SM yang ditemukan diantara kaki mumi didekat Thebes pada tahun 1872. Hippocrates yang lahir pada tahun 450 SM dikenal sebagai “ Bapak Ilmu Kedokteran “ memerintahkan kepada murid-muridnya Thesalu, Dracon dan Dexippus untuk mencatat dan memelihara semua penemuannya tentang penyakit pasien-pasiennya secara rinci. Francis adams pada tahun 1849 menerjemahkan catatan yang ditulis oleh HippocrateS, salah satunya adalah riwayat dan

Transcript of Sejarah Rekam Medis Didunia

Page 1: Sejarah Rekam Medis Didunia

SEJARAH REKAM MEDIS diDunia

Rekam medis sebagai catatan dan ingatan tentang praktek kedokteran

telah dikenal orang sejak zaman palaelolitikum 25.000 Sebelum Masehi

yang ditemukan di gua batu Spayol. Di Zaman Babylon, pengobatan di

Mesir, Yunani dan Roma menulis pengobatan dan pembedahan yang

penting pada dinding-dinding gua, batang kayu dan bagan tabel yang

dibuat dari tanah liat yang dibakar. Selanjutnya dengan berkembangnya

Hieroglyph (tulisan mesir kuno) ditemukan catatan pengobatan pada

dinding makam dan candi Mesir serta diatas papyrus (semacam gulungan

kertas yang terbuat dari kulit). Salinan papyrus yang ditulis pada tahun

1600 SM yang ditemukan oleh Edwin Smith pada abad ke 19 di mesir

masih tersimpan di New York Academy Of Medicine. Sedangkan di

University Of Leipzig menyimpan papyrus ebers yang ditulis pada 1550

SM yang ditemukan diantara kaki mumi didekat Thebes pada tahun 1872.

Hippocrates yang lahir pada tahun 450 SM dikenal sebagai “ Bapak Ilmu

Kedokteran “ memerintahkan kepada murid-muridnya Thesalu, Dracon

dan Dexippus untuk mencatat dan memelihara semua penemuannya

tentang penyakit pasien-pasiennya secara rinci. Francis adams pada

tahun 1849 menerjemahkan catatan yang ditulis oleh HippocrateS, salah

satunya adalah riwayat dan perjalanan penyakit istri Philinus setelah

melahirkan sampai meninggal. Di Roma, 600 tahun sesudah Hippocrates,

seorang dokter bernama Galen mencatat riwayat dan perjalanan penyakit

pasien yang ditulis dalam bahasa latin. Selanjutnya oleh Ibnu Sina (980-

1037), mengembangkan ilmu kedokteran tersebut berdasarkan catatan-

catatan jaman Hippocrates.

Rumah sakit St Bartholomew London, Inggris, merupakan rumah sakit

yang menyimpan rekam medis sejak dibuka pada tahun 1137. pada saat

Raja Henry ke 8 (1509-1547) berkuasa, rumah sakit tersebut membuat

peraturan tentang menjaga kerahasiaan dan kelengkapan isi rekam

medis. Pada jaman ini perkembangaan ilmu kedokteran semakin pesat

Page 2: Sejarah Rekam Medis Didunia

seiring dengan itu diikuti pula pencatatan kedalam rekam medis yang

digunakan untuk pengelolaan pasien dan perkembangan ilmu. Inilah

rumah sakit pertama yang mempunyai perpustakaan kedokteran yang kini

catatan medis tersebut dapat disamakan dengan rekam medis.

Selanjutnya dengan mulai dikenalnya ilmu statistic pada abad 17-18

peranan data rekam medis menjadi sangat penting untuk meghitung

angka kesakitan dan kematian di rumah sakit tertentu atau pada wilayah

tertentu. Di Amerika, Rumah Sakit Penzylvania yang didirikan pada tahun

1752 menyimpan indeks pasien yang disimpan sampai sekarang.

Sedangkan Rumah Sakit Massachusete, Boston, oleh pustakawan Grace

Whiiting Meyers (1859-1957) mulai membuat catalog catatan-catatan

rekam medis pasien dan menggunakan Terminology Medis (istilah-istilah

kedokteran).

Kebutuhan tentang perlunya rekam medis diseluruh dunia pada awal abad

20 semakin berkembang dengan adanya akreditasi pelayanan kesehatan

yang mendorong didirikannya asosiasi-asosiasi perekam medis di setiap

Negara. Akreditasi pelayanan kesehatan dilakukan berdasarkan bukti-

bukti tertulis proses pelayanan kesehatan dan administrasi untuk dinilai.

Pencatatan data ke dalam rekam medis dan pengelolaannya diperlukan

ilmu dan keahlian. Oleh karena itu para perekam medis mendirikan

asosiasi-asosiasi (perhimpunan) perekam medis disetiap Negara di dunia

ini. Misalnya di Amerika didirikan AHIMA (American health information

management association) dan perhimpunan di dunia menyatu dalam

IFHRO (international health record organization), sedangkan di Indonesia

bernama PORMIKI (perhimpunan organisasi profesianal perekam medis

dan informasi kesehatan indonesia).

Diposkan oleh SUYOKO 06.28

Page 3: Sejarah Rekam Medis Didunia

SEJARAH REKAM MEDIS diIndonesia

Jakarta, 1/12/2009 (Kpminfo-Newsroom) – Rekam medis menyimpan

sejarah lengkap kesehatan seorang pasien sehingga sudah seharusnya

setiap orang mempunyai sejarah rekam medis yang menyimpan catatan

kesehatan sejak lahir yang akan mendukung proses diagnosa akurat.

Menurut Ketua Ikatan Dokter Asia dan Oceania, Dr dr Fahmi Idris pada

penjelasan “Rekam Medis yang Sharable dan Longitudinal untuk

mendukung E-Health di Indonesia” di Warung Daoen, Cikini, Jakarta,

Selasa (1/12), saat ini Indonesia belum memiliki standar nasional untuk

format rekam medis, sehingga setiap rumah sakit mengembangkan format

rekam medis yang berbeda.

Persoalan lain dari potret rekam medis di Indoensia adalah belum

terintegrasinya data gambar medis (medical images) yang disebabkan

kendala teknis, seperti kapasitas penyimpanan dan bandwith yang

terbatas.

Pada kesempatan itu Fahmi Idris memberikan apresiasi tinggi atas hasil

penelitian secara elektronik atau online yang dilakukan peneliti dari Institut

Teknolkogi Bandung (ITB).

Menurutnya, hasil penelitian itu memang belum bisa diterapkan karena

masih memiliki beberapa hambatan, misalnya sistem pelayanan

kesehatan yang masih belum baik.

“Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia harus diperbaiki dulu, baru

teknologi itu bisa diterapkan. Kalau belum diperbaiki, maka teknologi

tersebut tidak akan terlalu berguna,” katanya.

Page 4: Sejarah Rekam Medis Didunia

Fahmi menyebutkan, prinsip dari sharable harus memenuhi tiga hal, yaitu

privacy (privasi), security (jaminan keamanan) dan confidentiality

(kerahasiaan), serta tetap tidak melanggar hak-hak pasien.

Ia mendasarkannya pada kebijakan World Medical Association (WMA)

Declaration on the Tights of the Patient tentang Hak Pasien terkait dengan

informasi atas dirinya.

“Pasien berhak mendapatkan informasi atas catatan medis yang tertuang

di dalam rekam medisnya, namun tidak termasuk dalam hak ini adalah

rekam medis pasien yang dimiliki pihak ketiga,” ujarnya.

Dikemukakan, pasien juga memiliki hak atas informasi, namun dengan

pengecualian. “Informasi medis dapat ditahan dokter apabila cukup alasan

kuat dari sisi profesi kedokteran bahwa informasi tersebut akan

berdampak serius pada kesehatan pasien,” jelasnya.

Dicontohkannya, kalau informasi tersebut diberikan, pasien jadi pesimistis,

tidak lagi memiliki harapan, bahkan sampai ke tingkat ekstrim, yakni ingin

bunuh diri.

Kebijakan WMA lainnya, katanya, WMA meminta dokter untuk

mempertimbangkan agar informasi medis tersebut diberikan engan cara

yang “pantas” dengan memperhitungkan situasi dan kondisi pasien dan

dengan berbagai upaya agar pasien dapat mengerti dan mencerna

informasi tersebut.

Selain itu, pasien berhak untuk tidak diinformasikan tentang kondisinya,

namun permintaan tersebut harus tertuang dalam permintaan yang

eksplisit.

Page 5: Sejarah Rekam Medis Didunia

“Kecuali informasi tersebut untuk kepentingan orang banyak. Misalnya,

penyakitnya dapat menular ke orang lain, maka permintaan tersebut dapat

digugurkan,” jelasnya.

Sedangkan prinsip longitudinal, menurutnya, penting agar riwayat

kesehatan seseorang dari lahir hingga kini tersimpan dengan baik,

sedangkan untuk prinsip sharable sebaiknya harus memiliki sistem

rujukan yang baik dan ditentukan batas-batas dari share data itu sendiri,

katanya.

Jika rekam medis secara online ini akan diterapkan, katanya, maka

dibutuhkan undang-undang dan regulasi khusus dengan tetap menjaga

etika serta prinsip normatif dan konservatif profesi kedokteran.

“Jka bisa berhasil diterapkan di Indonesia diharapkan dapat memperbaiki

dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu menurut analisis dari ITB, Profesor Tati Rajab Mengko

pada kesempatan yang sama, sistem itu akan mampu menyimpan riwayat

kesehatan seseorang sejak orang tersebut lahir, sehingga diharapkan bisa

mengurangi kesalahan medis (medical error).

“Dengan adanya rekam medis elektronik ini, seseorang bisa memiliki

riwayat kesehatan yang lengkap sehingga datanya lebih akurat. Riwayat

kesehatan yang bisa dikirim berupa teks, sinyal EEG atau sinyal lainnya,

atau bisa juga berupa gambar seperti rontgen,” kata Tati.

Peneliti ITB lainnya, Dr GA Putri Saptawati mengatakan, sharable berarti

data rekam media dapat dishare dan dipertukarkan antar-rumah sakit

secara elektronik.

Sedangkan longitudinal, berarti rekam medis menyimpan data atau

sejarah lengkap kesehatan seorang pasien dalam jangka panjang.

Page 6: Sejarah Rekam Medis Didunia

“Dengan data rekam medis yang lengkap akan mendukung proses

diagnosa yang akurat,” kata Putri.

Dalam penelitiannya, rekam medis elektronik itu baru diujicobakan di

Puskesmas Pasundan dan Puskesmas Banjar di Bandung.

Dari hasil penelitian tersebut, ternyata didapatkan koneksi yang bagus.

“Kedua puskesmas ini bisa saling berbagi informasi mengenai kondisi

kesehatan dari pasien yang berobat di kedua puskesmas tersebut,”

ujarnya.

Peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang bekerja sama dengan

peneliti dari Australia National University (ANU) berhasil menciptakan

sistem rekam medis online yang sharable dan longitudinal berbasis open

EHR (Electronic Health Record).

Sistem ini mampu menyimpan riwayat kesehatan seseorang sejak orang

tersebut lahir, sehingga diharapkan bisa mengurangi kesalahan medis

(medical error).

Policy Riset Score sendiri akan diagendakan pada tanggal 8 Desember

2009 untuk mengumumkan hasil dari 10 proyek penelitian tersebut

Menurut Kym Holthouse dari The Australian National University (ANU),

latar belakang proyek penelitian ini adalah salah satu 10 proyek yang

menerima dana dari program Australia Indonesia Governance Research

Partnership (AIGRP).

AIGRP dimulai sejak tiga tahun lalu sejak adanya kesepakatan antara

pemerintah Australia dengan Indonesia khusus untuk mendukung

penelitian yang berkaitan dengan tata kelola pemerintahan.

“Penelitian ini bisa dalam sektor kesehatan, pertanian, keuangan atau

penguatan kebijakan peraturan daerah atau di sektor mana saja.

Page 7: Sejarah Rekam Medis Didunia

Pokoknya harus ada hubungan dengan tata kelola pemerintahan,”

katanya.

Dari pihak Australia, program ini dikelola oleh The Australian National

University (ANU).

Salah satu hal yang paling penting dan baru dari program tersebut,

katanya, penelitian itu harus merupakan kolaborasi atau kerjasama antara

peneliti Australia dan peneliti Indonesia.

“Jadi kalau ada peneliti yang memiliki ide untuk mendapatkan dana,

memang harus punya unsur partner dari Australia atau Indonesia,”

ujarnya.

Salah satu tujuan program ini untuk mempererat hubungan antara peneliti

dari kedua negara yakni Australia dan Indonesia.

“Saya pikir kerjasama ini sudah berhasil dalam mencapai tujuan itu.

Proyek ini juga sudah berjalan sejak awal tahun ini dari masa proyek

selama satu tahun. Kami sudah menjelang puncaknya atau titik akhirnya

dari program AIGRP, yaitu policy riset score yang akan diselenggarakan

pada 8 Desember 2009,” katanya.

December 1, 2009, 8:52 pm from http://www.depkominfo.go.id

Pengertian Rekam Medis

Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam

tentang identitas ,anamnesa,penentuan fisik , laboratorium, diagnosa

segala pelayanan dan tindakan medic yang diberikan kepada pasien dan

pengobatan baik yang dirawat inap , rawat jalan maupun

yang mendapatkan pelayanan gawat darurat 1. Rekam medis mempunyai

pengertian yang sangat luas , tidak hanya sekedar kegiatan

Page 8: Sejarah Rekam Medis Didunia

pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem

penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama pasien

mendapatkan pelayanan medik , dilanjutkan dengan penanganan berkas

rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta

pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani

permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan lainnya

1 Rekam medis mempunyai 2 bagian yang perlu diperhatikan yaitu bagian

pertama adalah tentang INDIVIDU : suatu informasi tentang kondisi

kesehatan dan penyakit pasien yang bersangkutan dan sering disebut

PATIENT RECORD, bagian kedua adalah tentang MANAJEMEN: suatu

informasi tentang pertanggungjawaban apakah dari segi manajemen

maupun keuangan dari kondisi kesehatan dan penyakit pasien yang

bersangkutan 2 Rekam medis di Puskesmas merupakan salah satu

sumber data penting yang nantinya akan diolah menjadi informasi .

Pengisian rekam medis di Puskesmas dimulai di Unit Pendaftaran,

identitas pasien dicatat di kartu atau status rekam medis dan selanjutnya

pasien beserta kartu atau status rekam medisnya dibawa ke Ruang

Pemeriksaan. Oleh tenaga kesehatan, pasien tersebut dianamnesia dan

diperiksa serta kalau dibutuhkan dilakukan pemeriksaan penunjang.

Akhirnya dilakukan penegakkan diagnosa dan sesuai kebutuhan,pasien

tersebut diberi obat atau tindakan medis lainnya. Ke semua pelayanan

kesehatan ini dicatat dalam kartu atau status rekam medis. Setiap tenaga

kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan dan atau tindakan

medis harus menuliskan nama dan membubuhi tandatangannya kartu

atau status rekam medis tersebut. Semua kegiatan ini merupakan

kegiatan bagian pertama rekam medis (PATIENT RECORD). Setelah

melalui ini semua, pasien dapat pulang atau dirujuk. Namun demikian

kegiatan pengelolaan rekam medis tidak berhenti. Kartu atau status rekam

medis dikumpulkan, biasanya kembali ke Ruang

Pendaftaran untuk dilakukan kodeing penyakit dan juga pendataan di

buku-buku register harian yang telah disediakan. Setelah diolah, kartu

Page 9: Sejarah Rekam Medis Didunia

atau status rekam medis dikembalikan ke tempatnya di Ruang

Pendaftaran agar lain kali pasien yang sama datang, maka kartu atau

status rekam medisnya dapat dipergunakan kembali.

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan bagian kedua rekam medis yaitu

MANAJEMEN berupa rekapitulasi harian, bulanan, triwulanan, semester

dan tahunan dari informasi yang ada di kartu atau status rekam medis

pasien yaitu Laporan Bulanan yang harus dilakukan oleh Puskesmas

(LB1:Data Kesakitan , berasal dari kartu atau status rekam

medis pasien ; LB2: Data Obat-obatan ; LB3: Gizi, KIA, Immusasi , P2M

dan LB4: Kegiatan Puskesmas , Laporan Bulanan Sentinel (SST) dan

Laporan Tahunan (LSD1: Data Dasar Puskesmas , LSD2: Data

Kepegawaian , LSD3 :Data Peralatan).Seluruh laporan tersebut

merupakan fakta yang digunakan untuk proses perencanaan Puskesmas

demi menunjang peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu dalam

bentuk sistem informasi kesehatan . Kata kunci: Rekam medis, laporan,

sistem informasi kesehatan

13 november 2009,03.57 by Definisi dan Pengertian

TUJUAN REKAM MEDIS

Penyelenggaraan rekam medis di sarana pelayanan kesehatan sekarang

ini mulai kelihatan perubahannya. Apalagi dengan adanya revolusi

teknologi informasi, ini juga membawa dampak terhadap penyelenggaraan

rekam medis. dampak teknologi informasi memicu tranformasi paradigma

dari manajemen rekam medis menjadi manajemen informasi kesehatan.

Dampak dari hal tersebut, maka secara otomatis kegunaan, pengguna,

dan fungsi rekam kesehatan menjadi luas. Tujuan penyelenggaraan

rekam kesehatan terdiri dari 2 kelompok, yaitu: tujuan primer dan

sekunder.

Page 10: Sejarah Rekam Medis Didunia

1. Tujuan penyelenggaraan rekam kesehatan primer adalah

penyelenggaraan rekam kesehatan terkait langsung dengan pelayanan

pasien. Tujuan primer rekam kesehatan terbagi menjadi 5 kepentingan,

yaitu: pasien, pelayanan pasien, manajemen pelayanan, menunjang

pelayanan, dan pembiayaan.

2.Tujuan penyelenggaraan rekam kesehatan sekunder adalah

penyelenggaraan rekam kesehatan terkait dengan lingkungan seputar

pelayanan pasien, yaitu untuk kepentingan edukasi, riset, peraturan, dan

pembuatan kebijakan.

Jadi perubahan paradigma di rekam medis menjadi rekam kesehatan

berdampak juga terhadap penyelenggaraan rekam kesehatan tersebut,

termasuk disini adalah tujuan dan fungsi rekam kesehatan yang semua

mempunyai fungsi dan tujuan “ALFRED” sekarang menjadi lebih luas lagi.

Posted by savitricb on March 27, 2009

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS

Status hukum dan peraturan tentang catatan kesehatan harus dijaga oleh

institusi pelayanan kesehatan. Istitusi kesehatan tidak memiliki hukum

atau peraturan pemerintah pusat. Institusi pelayanan kesehatan harus

menyimpan catatan mengenai kesehatan karena hukum atau peraturan

tersebut penting sebagai kepedulian pasien dan dokumen yang syah.

Status hukum minimum berisi tentang alamat pasien. Selain itu juga harus

berisi tentang identitas data, ramalan penyakit, sejarah keluarga, tindakan

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, laporan konsultasi, laporan

laboratorium, prosedur operasi, laporan khusus, waktu tindakan, catatan

perkembangan pasien, laporan asuhan perawatan, terapi, ringkasan

pasien masuk, catatan untuk menentukan diagnosis akhir, komplikasi,

pemeriksaan prosedur, dan tanda tangan kehadiran dokter.

Page 11: Sejarah Rekam Medis Didunia

Sebagai tambahan terhadap peraturan status, terdapat peraturan dan

hukum pemerintah pusat dalam keadaan tertentu. Institusi kesehatan

yang menggunakan peraturan atau hukum untuk masalah pembayaran

harus melalui peraturan pemerintah pusat untuk memelihara catatan

kesehatan tersebut. Hukum pemerintah pusat juga ada untuk fasilitas

kesehatan dengan menggunakan alkohol atau obat keras untuk program

perawatan.

Aspek hukum:

1. Mempunyai nilai hukum

2. Isinya menyangkut mesalah adanya jaminan kepastian hukum atas

dasar keadilan dalam rangka usaha menegakkan hukum serta

penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan

Rekam medis yang bermutu adalah:

1. Akurat, menggambarkan proses dan hasil akhir pelayanan yang diukur

secara benar

2. Lengkap, mencakup seluruh kekhususan pasien dan sistem yang

dibutuhkan dalam analisis hasil ukuran

3. Terpercaya, dapat digunakan dalam berbagai kepentingan 4. Valid atau sah sesuai dengan gambaran proses atau produk hasil

akhir yang diukur 5. Tepat waktu, dikaitkan dengan episode pelayanan yang terjadi 6. Dapat digunakan untuk kajian, analis, dan pengambilan keputusan 7. Seragam, batasan sebutan tentang elemen data yang dibakukan

dan konsisten penggunaaannya di dalam maupun di luar organisasi 8. Dapat dibandingkan dengan standar yang disepakati diterapkan 9. Terjamin kerahasiaannya 10. Mudah diperoleh melalui sistem komunikasi antar yang berwenang.

Beberapa kewajiban pokok yang menyangkut isi rekam medis berkaitan dengan aspek hukum adalah:

1. Segala gejala atau peristiwa yang ditemukan harus dicatat secara akurat dan langsung

2. Setiap tindakan yang dilakukan tetapi tidak ditulis, secara yuridis dianggap tidak dilakukan

3. Rekam medis harus berisikan fakta dan penilaian klinis

Page 12: Sejarah Rekam Medis Didunia

4. Setiap tindakan yang dilakukan terhadap pasien harus dicatat dan dibubuhi paraf

5. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca (juga oleh orang lain) a. Kesalahan yang diperbuat oleh tenaga kesehatan lain karena

salah baca dapat berakibat fatal. b. Tulisan yang tidak bisa dibaca, dapat menjadi bumerang bagi si

penulis, apabila rekam medis ini sampai ke pangadilan. 6. Jangan menulis tulisan yang bersifat menuduh atau mengkritik

teman sejawat atau tenaga kesehatan yang lainnya. 7. Jika salah menulis, coretlah dengan satu garis dan diparaf, sehingga

yang dicoret masih bisa dibaca. 8. Jangan melakukan penghapusan, menutup dengan tip-ex atau

mencorat-coret sehingga tidak bisa dibaca ulang. 9. Bila melakukan koreksi di komputer, diberi space untuk perbaikan

tanpa menghapus isi yang salah.

10. Jangan merubah catatan rekam medis dengan cara apapun karena

bisa dikenai pasal penipuan.

A. Kegunaan

By: Raden Sanjoyo – D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Kegunaan rekam medis

1. Sebagai alat komunikasi antar tenaga kesehatan

2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan

3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan

penyakit dan pengobatan selama pasien dirawat.

4. Sebagai bahan untuk analisa, penelitian, dan evaluasi terhadap kualitas

pelayanan

5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit dan tenaga

kesehatan

6. Menyediakan data untuk penelitian dan pendidikan

7. Sebagai dasar dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis

Page 13: Sejarah Rekam Medis Didunia

8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan,

dipertanggungjawabkan dan laporan.

By: Raden Sanjoyo – D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

PENGGUNAAN REKAM MEDIS UNTUK PENINGKATAN MUTU

                Dalam audit medis, umumnya sumber data yang digunakan

adalah rekam medis pasien, baik yang rawat jalan maupun yang rawat

inap. Rekam medis adalah sumber data yang paling baik di rumah sakit,

meskipun banyak memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan rekam medis

adalah sering tidak adanya beberapa data yang bersifat sosial-ekonomi

pasien, seringnya pengisian rekam medis yang tak lengkap, tidak

tercantumnya persepsi pasien, tidak berisi penatalaksanaan “pelengkap”

seperti penjelasan dokter dan perawat, seringkali tidak memuat kunjungan

kontrol pasca perawatan inap, dll.

                Dampak dari audit medis yang diharapkan tentu saja adalah

peningkatan mutu dan efektifitas pelayanan medis di sarana kesehatan

tersebut. Namun di samping itu, kita juga perlu memperhatikan dampak

lain, seperti dampaknya terhadap perilaku para profesional, tanggung-

jawab manajemen terhadap nilai dari audit medis tersebut, seberapa jauh

mempengaruhi beban kerja, rasa akuntabilitas, prospek karier dan moral,

dan jenis pelatihan yang diperlukan

Aspek legal terpenting dari audit medis adalah penggunaan informasi

medis pasien, yang tentu saja terkait dengan kewajiban menyimpan

rahasia kedokteran. Pada Permenkes RI tentang rekam medis disebutkan

bahwa salah satu tujuan dari rekam medis adalah untuk riset dan sebagai

data dalam melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan medis.

Page 14: Sejarah Rekam Medis Didunia

Permenkes ini juga memberikan peluang pembahasan informasi medis

seseorang pasien di kalangan profesi medis untuk tujuan rujukan dan

pengembangan ilmiah. Demikian pula Asosiasi dokter sedunia (WMA,

Oktober 1983) menyatakan bahwa penggunaan informasi medis untuk

tujuan riset dan audit dapat dibenarkan.

It is not a breach of confidentiality to release or transfer confidential health

care information required for the purpose of conducting scientific

researchs, management audits, financial audits, program evaluations, or

similar studies, provided the information released does not identify, directly

or indirectly, any individual patient in any report of such research, audit or

evaluation, or otherwise disclose patient identities in any manner

(Statement of World Medical Association, 1983).

Ketentuan model yang diajukan oleh the American Medical Record

Association menyatakan bahwa informasi medis dapat dibuka dalam hal :

(a) memperoleh otorisasi tertulis dari pasien, (b) sesuai dengan ketentuan

undang-undang, (c) diberikan kepada sarana kesehatan lain yang saat ini

menangani pasien, (d) untuk evaluasi perawatan medis, (e) untuk riset

dan pendidikan sesuai dengan peraturan setempat. (2)

                Di pihak lain, audit medis yang mereview rekam medis dapat

saja menemukan kesalahan-kesalahan orang, kesalahan prosedur,

kesalahan peralatan dan lain-lain, sehingga dapat menimbulkan rasa

kurang nyawan bagi para profesional (dokter, perawat, dan profesi

kesehatan lain). Oleh karena itu perlu diingat bahwa audit medis bertujuan

untuk mengevaluasi pelayanan medis dalam rangka untuk meningkatkan

kualitas pelayanan dan bukan untuk mencari kesalahan dan menghukum

seseorang. Tindakan manajemen yang diusulkan oleh panitia untuk

mengoreksi perilaku dan atau kapasitas perorangan harus dilakukan

secara bijaksana sehingga tidak terkesan sebagai sanksi hukuman. Boleh

dikatakan bahwa audit medis tidak mencari pelaku kesalahan (liable

Page 15: Sejarah Rekam Medis Didunia

person/parties), melainkan lebih ke arah menemukan risiko yang dapat

dicegah (avoidable risks) – sehingga arahnya benar-benar menuju

peningkatan kualitas dan safety.

                Dengan demikian dalam melaksanakan audit medis perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1.Semua orang / staf yang turut serta dalam audit medis adalah mereka

yang telah disumpah untuk menjaga kerahasiaan kedokteran

sebagaimana diatur dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah No 10 tahun

1966, dikenal memiliki integritas yang tinggi dan memperoleh penunjukan

resmi dari direksi.

2.Semua formulir data yang masuk dalam rangka audit medis tetap

memiliki tingkat kerahasiaan yang sama dengan rekam medis, termasuk

seluruh fotokopi dan fax.

3.Harus disepakati tentang sanksi bagi pelanggaran atas rahasia

kedokteran ini, misalnya penghentian penugasan / akses atas rekam

medis, atau bahkan penghentian hubungan kerja.

4.Seluruh laporan audit tidak diperkenankan mencantumkan identitas

pasien, baik secara langsung maupun tidak langsung.

5.Seluruh hasil audit medis ditujukan untuk kepentingan perbaikan

pelayanan medis di rumah sakit tersebut, tidak dapat dipergunakan untuk

sarana kesehatan lain dan tidak digunakan untuk menyalahkan atau

menghukum seseorang atau satu kelompok orang.

6.Seluruh hasil audit medis tidak dapat dipergunakan sebagai bukti di

pengadilan (dalam keadaan tertentu, rekam medis tetap dapat digunakan

sebagai bukti di pengadilan)

By Ferryal Basbeth Bagian Forensik & Medikolegal FKUI Jakarta

Page 16: Sejarah Rekam Medis Didunia

PORMIKI

SEJARAH PORMIKI

Saat Pembentukan

Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

Indonesia yang disingkat PORMIKI dibentuk pada tanggal 18 Februari

1989. Saat pembentukannya yang dilaksanakan di Yayasan Amanah, Jl.

Taman Kebun Sirih, Jakarta, dihadiri oleh 31 rekan-rekan dan berbagai

profesi yang tidak saja berasal dari organisasi profesi tetapi juga dari

instansi kesehatan pemerintah dan swasta. Dari daftar penandatanganan

"Naskah Proklamasi" tampak Ketua PB IDI saat itu dr. H. Azrul Azwar,

MPH berkenan hadir dan bahkan bersama-sama dengan Ketua Persatuan

Sarjana Administrasi (PERSADI) Jakarta Raya saat itu drs. H. Razak

Manan saling bahu membahu memberi semarak jalannya pembentukan

PORMIKI (lihat lampiran penandatanganan naskah). Setelah melalui

pemilihan suara akhirnya dipilih seorang Ketua Umum yang kemudian

membentuk kelompok Pengurus Harian. Setelah pemilihan, Ketua Umum

terpilih yaitu Sdri. Gemala Hatta dengan mendapat bantuan penuh dari

Ketua Umum PB IDI menyusun Anggaran Dasar dan Rumah Tangga.

Pemberitahuan Kepada Masyarakat Luas

Selanjutnya pada tanggal 25 Februari 1989 bertepatan seminggu setelah

pembentukan PORMIKI. Panitia Kerja Pembinaan dan Pengembangan

Sistem Pencatatan Medis RS DKI Jaya yang disingkat PPSPM

mengadakan acara Konsultasi Sehari yang merupakan acara berkala

PPSMP. Topik kali itu mengenai komputerisasi data medis dengan

mengambil tempat di PT USI/IBM, Gedung Landmark, Jl. Sudirman,

Jakarta. Dalam kesempatan itu PORMIKI yang baru terbentuk sekaligus

mengadakan press release pembentukan organisasi profesi yang baru.

Page 17: Sejarah Rekam Medis Didunia

Hari itu Wakil Ketua PB IDI saat itu yaitu dr. Kartono Mohamad berkenan

hadir dan sekaligus juga memberikan kata sambutan yang menumbuhkan

semangat. Pertemuan di landmark mencatat 16 penandatangan Naskah

Proklamasi sehingga jumlah penandatanganan untuk kedua kesempatan

itu (18 dan 26 Februari 1989) berjumlah 47 orang.

PPSPM Sebagai Bidannya PORMIKI

Historisnya, pada tanggal 17 Desember 1981 Kepala Dinas Kesehatan

DKI Jaya mengeluarkan suatu SK pembentukan Panitia Kerja PPSPM

dengan No. 431/DKK.075.8/1981 dengan masa yang tidak terbatas: Ketua

Panker ini adalah Sdr. Gemala Hatta dari RSAB Harapan Kita, Jakarta,

sedangkan anggota-anggotanya berasal dari 10 RS yang berada di

lingkungan DKI Jaya serta beberapa pejabat Dinas Kesehatan DKI, Jaya.

Adapun hasil kegiatan PPSPM yaitu mengadakan 2 kali latihan rekam

medis dasar dan 1 kali lanjutan selama masing-masing dua setengah

bulan. Selain itu PPSPM juga membuat Bulletin Medical Record yang

disebut BMR dan kemudian Majalah Informasi Kesehatan (MIK). Sarana

KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) ini diterbitkan setiap 3 bulan

sekali dan berhasil keluar dengan 28 kali terbitan atau selama 9 tahun

berjalan. Sirkulasi 1000 eksemplar setiap terbit menjangkau 27 propinsi

serta memperoleh nomor penerbitan International Serial Standar Number

(ISSN) dari Paris melalui Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional RI. Di

samping itu majalah sederhana ini (sekitar a 50 halaman) juga

memperoleh nomor penerbitan dari Departemen Penerangnan RI dengan

SK Men.Pen. RI No. 1032/SK/DITJEN PPG/STT/1985 tanggal 31

Desember 1985.

Bantuan keuangan dari Dinas Kesehatan DKI Jaya untuk kegiatan

PPSPM yang minim membuat PPSPM kemudian melaksanakan

Konsultasi Sehari Berkala, suatu kegiatan yang selain mencari dana

tambahan juga berfungsi sebagai sarana KIE. Adalah menggembirakan

Page 18: Sejarah Rekam Medis Didunia

bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh PPSPM baik berupa

penataran 21/2 bulan maupun Konsultasi Sehari senantiasa diminati oleh

banyak peserta dari berbagai propinsi. Hal ini menunjukkan bahwa

kebutuhan akan pendidikan rekam medis amatlah dirasakan rumah sakit.

Dalam diskusi-diskusi pertemuan rutin sebulan sekali para anggota

PPSPM menyatakan kekhawatirannya akan "nasib" panitia kerja ini.

Sementara krisis minyak di tahun 1985 boleh dikata bahwa hingga tahun

1989 PPSPM antara ada dan tiada, artinya, meskipun para anggota

akhirnya tidak memperoleh honorarium apapun, namun selama waktu itu

PPSPM belum dinyatakan bubar oleh DK DKI Jaya. Keadaan ini tetap

tidak menurunkan kegiatan PPSPM. Konsultasi Berkala sebagai sumber

dana Majalah Informasi Kesehatan tetaplah diadakan meskipun para

anggota telah terbiasa untuk bekerja tanpa imbalan/ Itulah sebabnya

maka MIK tetap bisa bertahan selama 28 terbitan. Puncak dari

kebimbangan dan kekuatiran akan "nasib" PPSPM kiranya ditangkap oleh

PERSADI Jaya. Sebetulnya sudah lama para anggota PPSPM saling

memberikan dorongan untuk membuat suatu organisasi rekam medis

namun keberanian itu timbul tenggelam. Lebih daripada itu PPSPM,

bahkan sudah ingin melepaskan diri dari DK DKI dan karenanya

rancangan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga yang dikarang oleh

PPSPM sudah diteruskan kepada Bapak Kanwil. Sayangnya rancangan

itu berjalan-jalan di kantor Kanwil selama labih dari setahun alias sedang

dalam tahapan evaluasi sehingga akhirnya semangat untuk mendirikan

organisasi menjadi terkatung-katung. Oleh karena itu barulah ketika

didorong oleh PERSADI Jaya yang melihat bahwa rekam medis adalah

bagian administrasi, maka akhirnya anggota PPSPM secara bulat

menyetujui pendirian organisasi rekam medis. Akhirnya Ketua PPSPM

dan PERSADI Jaya menghadap Ka Kanwil sambil menanyakan kembali

akan nasib AD/ART PPSPM tersebut. Kejadian bulan Februari 1989 itu

amat disetujui Kanwil, bahkan beliau mengutus beberapa pejabatnya

Page 19: Sejarah Rekam Medis Didunia

untuk datang dalam acara diskusi pengadaan organisasi rekam medis

yang akan didirikan. Akhirnya PPSPM "terpaksa' berani setelah selama

bertahun-tahun "keberanian" untuk bangkit dirasakan tertidur. Selanjutnya

PPSPM mengundang berbagai rekan pemerintah (antara lain, Dep.Kes,

BKKBN, di samping RS ABRI, swasta, pemerintah, BUMN serta

organisasi profesi seperti IDI, PERSADI Jaya) pada tanggal 18 Februari

1989. Walhasil, rekan yang datang di luar dugaan banyaknya, bahkan dari

Arun - Aceh, Bogor, Cilegon dan lainnya.

Uniknya rencana semula undangan yaitu untuk menjajagi kemungkinan

pengadaan suatu organisasi justru dianggap tidak perlu karena forum

cenderung langsung mengadakan pendirian organisasi rekam medis.

Kesepakatan ke-31 orang dari berbagai profesi, instansi dan propinsi

dinyatakan sah. Pada hari ini organisasi rekam medis belum mempunyai

nama pasti. Oleh karena itu kemudian rekan-rekan dari organisasi rekam

medis berkonsultasi dengan Bapak Ketua Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa (PPPB) dan Depdikbud. Berdasarkan usulan dari

Bapak Prof. Anton Moelyono selaku Ketua PPPB akhirnya ditetapkan

nama organisasi ini Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan

Informasi Kesehatan Indonesia yang kemudian disingkat oleh para

anggota menjadi PORMIKI.

Dengan telah berdirinya PORMIKI maka Ka. PPSPM kemudian menulis

surat kepada Ka. Kanwil DK DKI Jaya tentang telah berdirinya PORMIKI.

Kemudian Kanwil menganggap bahwa PORMIKI sudah cukup sebagai

mitra atau partner pemerintah yang dapat sewaktu-waktu diajak diskusi

dalam memecahkan berbagai masalah tentang rekam medis. Dengan

terbentuknya PORMIKI Jaya yang anggotanya juga banyak berasal dari

DK DKI Jaya maka kiranya memang PPSPM tidak ada masalah bilamana

harus diakhiri. Akhirnya pada tanggal 5 April 1989, Panitia Kerja PPSPM

diberikan surat penghentian kerja perihal Pembentukan PORMIKI Nomor:

Page 20: Sejarah Rekam Medis Didunia

0994/- 1.84.4 yang ditandatangani oleh Ka. Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Ada suatu perasaan sedih bercampur haru dan sekaligus bangga.

Selamat tinggal PPSPM dan terima kasih yang dalam atas segala

usahamu. Semoga PORMIKI yang engkau prakarsai dapat berjaya

selamanya, sebagaimana harapanmu pula!

Penyelenggaraan Kongres PORMIKI

Kongres I : Tahun 1992 di Jakarta

Kongres II : Tahun 1995 di Daerah Istimewa Yogyakarta

Kongres III : Tahun 1999 di Surabaya

Kongres IV : Tahun 2003 di Denpasar, Bali

Kongres V : Tahun 2006 di Semarang, Jawa Tengah

Kongres VI: Tahun 2009 di Bandung, Jawa Barat

Ketua Umum DPP PORMIKI

Periode 1989-1992 : Dra. Gemala Hatta, MRA.

Periode 1992-1995 : Dra. Gemala Hatta, MRA.

Periode 1995-1999 : Dra. Gemala Hatta, MRA, MKes.

Periode 1999-2003 : Siswati, AMd.PerKes.

Periode 2003-2006 : Siswati, AMd.PerKes, SKM.

Periode 2006-2009 : Lily Widjaya, Amd.PerKes, SKM, MM.

Periode 2009-2012 : Elise Garmelia, Amd.PerKes, SKM

February 28, 2009 by medicalrecord

Definisi | Pengertian | Arti dan Istilah

Page 21: Sejarah Rekam Medis Didunia

pan Definisi, Pengertian, Artilah, Definisi Menurut Para Ahli,