Sejarah Perminyakan Di Sumatra

download Sejarah Perminyakan Di Sumatra

of 13

description

teknik perminyakan

Transcript of Sejarah Perminyakan Di Sumatra

MASA PIONIR (1850 - 1945)[sunting|sunting sumber]Industri perminyakan diHindia Belanda(dan kemudian diIndonesiasetelah tahun1945) diawali dengan laporan penemuan minyak bumi olehCorps of the Mining Engineers, institusi milikBelanda, pada dekade1850-an, antara lain diKarawang(1850),Semarang(1853),Kalimantan Barat(1857),Palembang(1858),RembangdanBojonegoro(1858),SurabayadanLamongan(1858). Temuan minyak terus berlanjut pada dekade berikutnya, antara lain di daerahDemak(1862),Muara Enim(1864),Purbalingga(1864) danMadura(1866).Cornelis de Groot, yang saat itu menjabat sebagaiHead of the Department of Mines, pada tahun 1864 melakukan tinjauan hasileksplorasidan melaporkan adanya area yang prospektif. Laporannya itulah yang dianggap sebagaimilestonesejarah perminyakan Indonesia (Abdoel Kadir, 2004).Selanjutnya, pada1871seorang pedagang Belanda Jan Reerink menemukan adanya rembesan minyak di daerahMajalengka, daerah di lerengGunung Ciremai, sebelah barat daya kotaCirebon,Jawa Barat. Minyak tersebut merembes dari lapisan batuan tersier yang tersingkap ke permukaan. Berdasarkan temuan itu, ia lalu melakukan pengeboran minyak pertama di Indonesia dengan menggunakan pompa yg digerakkan oleh sapi. Total sumur yang dibor sebanyak empat sumur, dan menghasilkan 6000 liter minyak bumi yang merupakan produksi minyak bumi pertama di Indonesia.Pengeboran ini berlangsung hanya berselang dua belas tahun setelah pengeboran minyak pertama di dunia oleh KolonelEdwin L Drakedan William Smith de Titusville (1859), di negara bagianPennsylvania,Amerika Serikat. Dengan demikian, pengelolaan minyak bumi di Hindia Belanda termasukpionir(tertua) di dunia. Namun, sektor pertambangan, khususnya minyak bumi, belum menjadi andalan pendapatan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Hal ini bisa dilihat dari adanyaIndische Mijnwet, produk undang-undang pertambangan pertama, yang baru dibuat pada tahun1899.Kemudian Reerink juga melakukan pengeboran di Panais,Majalengka,CipinangdanPalimanan, dengan mengunakan pompa bertenaga uap yang didatangkan dariCanada, menghasilkan minyak yang sangat kental yg disertai dengan air panas yang memancur setinggi 15 meter. Pada1876permohonan pinjaman modalnya ditolakNV Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM), sehingga akhirnya ia memutuskan menutup sumur-sumur tersebut dan kembali ke usaha dagang sebelumnya.Sumatra Timur[sunting|sunting sumber]Pada1880Aeilko Jans Zijker, seorang petani tembakau yang pindah dariJawakeSumatra Timur, menemukan minyak yang merembes ke permukaan diLangkat. Kemudian sampel minyak tersebut dibawa keBataviauntuk dianalisis, dan dari hasil penyulingan minyak tersebut menghasilkan kadar minyak sebesar 59%. Pada1882Zijker mencari dana ke Belanda untuk melanjutkan eksplorasi minyak tersebut. Kemudian pada1883, Zijker memperoleh konsesi di daerahTelaga Said, Langkat seluas 500 bahu (3,5 km persegi) dari Sultan Langkat. Lapangan itu ia temukan pada saat inspeksi dan menemukan genangan yang tercampuriminyak bumi. Setahun kemudian, Zijker mulai mengebor sumur pertama, ternyata gagal. Sumur kedua, dinamakanTelaga Tunggal, akhirnya berhasil menemukan minyak di kedalaman 22 m pada1884, dgn sumber utamanya di kedalaman 120 m.Tahun1890Zijker mengalihkan konsesinya keNV Koninklijke Nederlandsche Petroleum Maatschappij (KNPM). Zijker meninggal mendadak pada Desember 1890 diSingapore. Kepemimpinan perusahaan digantikan olehDe Gelderyang berkantor diPangkalan Brandan. Fasilitas lainnya dipasang diPangkalan Susu.Kilangdi Pangkalan Brandan dibangun pada1892, dan mulai berproduksi dari hasil minyak ladang Telaga Said. Enam tahun setelahnya, tahun1898, tangki-tangki penimbunan dan fasilitas pelabuhan dibangun di Pangkalan Susu. Dengan demikian,minyak mentahyang dihasilkan dapat diolah terlebih dahulu sebelum dikapalkan. Pelabuhan Pangkalan Susu merupakan pelabuhan ekspor minyak pertama di Indonesia.

Sumatra Selatan[sunting|sunting sumber]DiSumatra Selatan, eksplorasi minyak dimotori olehDominicus Antonius Josephin KesslerdanJan Willem Ijzerman. Mereka berdua mendirikanNV Nederlandsche Indische Exploratie Maatschappij (NIEM) pada tahun1895, untuk mengelola konsesi yang ada di daerahBanyuasindan Jambi. Seiring dengan bertambah banyaknya jumlah konsesi mereka, maka pada tahun1897dibentukNV SumateraPalembang Petroleum Maatschappij (SPPM), yang masih menjadi bagian KNPM.Selanjutnya dibangunlah kilang mini di daerah Bayung Lencir. Penemuan lainnya, yaitu di daerah Lematang Ilir danMuara Enim, Sumatra Selatan, untuk selanjutnya kemudian dibentukNV Muara Enim Petroleum Maatschappij (MEPM).JW Ijzermanjuga kemudian membangun kilang yang cukup besar diPlaju, bersamaan dengan pembangunan jaringan pipa yang menghubungkan Muara Enim dengan Kilang Plaju tersebut.

Berdirinya Shell[sunting|sunting sumber]

Logo ShellPada masa itu, terdapat dua perusahaan besar yang berperan sebagaileaderdalam penambangan minyak, yakni KNPM danShell. KNPM bergerak di bidang eksplorasi, produksi dan pengilangan. Sedangkan Shell, perusahaan raksasa Belanda lainnya, bergerak di bidang usaha transportasi dan pemasaran. Shell, perusahaan yang didirikan olehMarcus Samuelpada tahun1897, pada awalnya hanya merupakan perusahaan yang menjual kulitkerang(shell) di kotaLondon. Komoditas pertamanya inilah yg kemudian dijadikan logo perusahaan sampai sekarang.Kedua perusahaan besar ini kemudianmergerpada tahun1907menjadiRoyal Dutch Shell Group, yang kemudian dikenal dengan Shell. Di bawah group ini dibentuklahDe Bataafsche Petroleum Maatschappij(BPM)untuk produksi dan pengilangan danAnglo Saxon Petroleum Coyuntuk transportasi dan pemasaran (Abdoel Kadir, 2004).Indische Mijnwet dan Masuknya Perusahaan Swasta[sunting|sunting sumber]TerbitnyaIndische Mijnwet, undang-undang pertambangan pada tahun 1899 mendorong masuknya perusahaan swasta minyak dunia ke Hindia Belanda (Syeirazi, 2009). Undang-undang ini memang memperbolehkan pihak swasta untuk terlibat di dalam pengusahaan minyak bumi, setelah sebelumnya pemerintah kolonial melarang keterlibatan pihak swasta.Pada awalabad 20, telah masuk 18 perusahaan swasta asing di Hindia Belanda. Untuk menandingi perusahaan Amerika Serikat setelah berlakunya Indische Mijnwet, pemerintah Belanda mendirikan perusahaan gabungan antara pemerintah dengan BPM, yaituNV Nederlandsch Indische Aardolie Maatschappij (NIAM). Perusahaan ini yg kemudian berubah jadi Permindo, cikal bakalPertamina.Stanvac di Sumatra Selatan[sunting|sunting sumber]Standard Oil of New Jersey(SONJ), yang merupakan perusahaan swasta pertama, datang ke Hindia Belanda pada tahun1912. Mereka lalu mendirikan anak perusahaan bernamaNV Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM). Tahun1914, NKPM menemukan ladangTalang AkardiSumatra Selatan, yang berkembang menjadi ladang minyak terbesar yang ditemukan sebelumPerang Dunia II. Bersama dengan lapanganPendopoyang ditemukan pada tahun1921, keduanya merupakan lapangan minyak terbesar di Indonesia pada jaman itu.Hanya berselang sepuluh tahun, perusahaan itu mampu berproduksi hingga 10 20 ribubopd(barrel oil per day, barrel minyak per hari) dari sumur Talang Akar dan Pendopo. Untuk mengolah minyak tersebut, NKPM membangun kilang diSungai Gerongpada tahun1926. Pipa transmisi juga dibangun dari Lapangan Talang Akar dan Pendopo ke kilang Sungai Gerong dan kemudian digunakan bersama pengoperasian kilang mulai Mei 1926 dengan kapasitas awal 3500 bopd.Tahun1933SONJ menyatukan sahamnya dengan NKPM menjadiNV Standard Vacuum Petroleum Maatschappij (SVPM), yang kemudian diubah namanya menjadiNV Stanvac. Perusahaan ini adalah hasil penyatuan produksi dan pengilangan SONJ dengan jaringan pemasaran yang luas kepunyaanSocony Vacuum(Standard of New York, sekarang menjadiMobil Oil) di seluruh Asia, Australia dan Afrika Timur.Dengan terbentuknya perusahaan baru ini dan penemuan dari ladang-ladang baru, pemasangan pipa tambahan (looping) baru dilakukan dan kilang minyak Sungai Gerong diperbesar kapasitasnya menjadi 40.000 bopd pada tahun1936dan menjadi 46.000 bopd mulai tahun1940.Caltex di Riau[sunting|sunting sumber]

Logo CaltexPada tahun1924,Standard Oil of California(Socal), grup Standard Oil yang lainnya, mengirimkan geologisnya ke Hindia Belanda. Socal mendirikan anak perusahaan bernamaNPPM (Nederlandsche Pasific Petroleum Maatschappij)pada tahun1930. Pengeboran pertama mereka lakukan pada tahun1935di Blok Sebangga, sekitar 65 km utaraPekan Baru,Riaudan menghasilkan minyak meskipun tidak terlalu besar. Tahun1936NPPM diberi konsesi di daerahRimba, dikenal denganRokanBlock,Sumatra Tengah, yang sebelumnya ditolak oleh SONJ. Pada tahun yg sama, Socal berpatungan denganTexacountuk mengelola sebagai pemilik bersama (joint venture) dengan nama baru, yaitu California Texas Oil Company (Caltex).Saat Caltex sedang mempersiapkan pengeboran diSumur MinasdiSiak, Riau, balatentaraJepangdatang dan mendudukiSumatra. Pengeboran minyak dilanjutkan oleh pihak Jepang dan menghasilkan 800 bopd dari sumur berkedalaman 700m. Setelah Perang Dunia berakhir, para ahli geologi NPPM melakukan pengeboran di Sumur Minas-1. Penemuan inilah yang merupakan cikal bakal penguasaan Caltex (dan kemudianChevron) terhadap cadangan minyak terbesar di Indonesia saat iniMasa Perang Kemerdekaan RI (1945 - 1949)[sunting|sunting sumber]Setelahproklamasi kemerdekaanRepublik Indonesiapada17 Agustus 1945, pejuang-pejuang Indonesia mulai melakukan pengambilalihan sumber-sumber minyak peninggalan Belanda. Dimulai pada penyerahan lapangan minyak eks konsesiBPMdiPangkalan Brandan(Sumatra Utara) dari pihak Jepang kepada pihak Indonesia pada September 1945. Pemerintah RI kemudian membentukPerusahaan Tambang Minyak Nasional Rakyat Indonesia(PTMNRI) untuk mengelola. Kemudian ladang-ladang minyak ex Stanvac di Talang Akar dan Stanvac juga diambil alih oleh pemerintah RI pada tahun1946, yang segera membentukPerusahaan Minyak Republik Indonesia(PERMIRI). Karyawan minyak di Cepu mengambil alih kilang dan sumur-sumur diKawengandari tangan Jepang, kemudian mendirikanPerusahaan Tambang Minyak Negara(PTMN) pada tahun yg sama. Kilang Wonokromo dan ladang minyak di sekitar Surabaya gagal direbut karena keburu kedatanganpasukan Sekutu, yg diboncengiNICA(Nederlands Indies Civil Administration), pada September1945.Belanda melancarkanAgresi Militer Itahun1947dan daerah sasaran utamanya adalah ladang-ladang minyak tersebut. Itu sebabnya, oleh Belanda agresi ini diberi sandi "Operatie Produkt" karena tujuannya mengamankan sumber-sumber produksi pengolahan sumber daya alam. Pejuang-pejuang bereaksi dengan membumi hanguskan sumur-sumur dan kilang di Pangkalan Brandan. Sedangkan sumur-sumur minyak diRiau,JambidanSumatra Selatanberhasil direbut tanpa perlawanan berarti, karena komando TRI (Tentara Republik Indonesia) di daerah itu masih lemah.Ladang-ladang minyak di Sumatra Selatan segera dikembalikan kepada Stanvac dan berhasil mencapai tingkat produksi tertinggi pascaPerang Dunia IIpada tahun1948. Demikian pula dengan ladang-ladang minyak di Riau dan Jambi (Sumatra Tengah) yg dikembalikan kepada Caltex, yang segera memproduksi minyak pada tahun1949. Ladang minyak Cepu pun demikian, setelah direbut pada Agresi militer I, segera diambil alih pengelolaannya oleh BPM dan PTMN bubar jalan dengan sendirinya, karena pekerjanya diancam dgn todongan senjata apabila tidak mau bekerja untuk BPM. NNGPM segera menggarap ladang minyakKlamonodiKepala BurungPapuadan pada tahun 1948 sudah berhasil memproduksi hingga 4000 bopd.

Pasca KMB 1949 s/d Sistem Kontrak Karya 1967[sunting|sunting sumber]Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia pada KMB (Konferensi Meja Bundar) diDen Haag, Belanda pada27 Desember 1949, Pemerintah RIS (Republik Indonesia Serikat, dan kemudian kembali menjadi RI) tetap memberikan hak pengelolaan sumur-sumur minyak kepada pengelola lamanya, seperti BPM, Caltex, Stanvac, Shell dll. Pada tahun1951PTMN diambil alih oleh pemerintah RI dan diubah namanya menjadi PN Permigan (Perusahaan Minyak dan Gas Negara).Tahun1952ladang minyak Minas yang dikelola Caltex mulai mengekspor minyak ke luar negeri. Tahun1954Pemerintah RI mengambil alih PTMRI dan mengubahnya jadi PTMSU (Perusahaan Tambang Minyak Sumatera Utara).

Kolonel dr.Ibnu Sutowo, Direktur Utama PN Permina (1957-1967) & Direktur UtamaPertamina(1967 - 1976)Pada30 Oktober1957, seiring nasionalisasi perusahaan2 asing,KSAD(Kepala Staf Angkatan Darat)JenderalAbdul Harris Nasution, selaku penguasa perang pusat (Pepera) menugaskanKolonel dr. Ibnu Sutowountuk membentuk perusahaan minyak negara. Pda tanggal10 Desember1957terbentuklahPerusahaan Tambang Minyak Negara(PERMINA) berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI no. JA.5/32/11 tertanggal3 April1958. Ibnu Sutowo ditunjuk sebagai Direktur Utamanya. Pada30 Juni1958, Permina mulai mengekspor minyak mentah untuk pertama kalinya, dan pada bulan Agustus melakukan pengiriman ekspor keduanya. Permina menjalin kerja sama dengan perusahaan minyak JepangNOSODECO, dimana Permina mendapat pinjaman modal yang dibayarkan dengan minyak mentah. Permina membuka kantor perwakilannya diTokyo. Tahun1960, PT Permina berubah status menjadi Perusahaan Negara (atauBadan Usaha Milik Negara, sekarang disingkatBUMN) dgn nama PN Permina.Tahun1959NIAM (Nederlandsche Indische Aardoil Maatschappij) resmi diambilalih pemerintah RI dan diubah namanya menjadi PN Permindo (Perusahaan Minyak Nasional Indonesia).BPM/Shellmemulai proyek di Tanjung,Kalimantan Selatanpada tahun yg sama. Tahun1960BPM di Indonesia dilikuidasi dan dibentuklah PT Shell Indonesia.Berdasarkan Undang-undang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas) No. 44 tahun 1960, tertanggal26 Oktober1960, seluruh konsesi minyak di Indonesia harus dikelola oleh kepada negara. Permindo memulai kegiatan komersialnya dalam bentuk perusahaan milik negara, meskipun sebenarnya yg mengelola tetaplah Shell!Pada tahun1961sistem konsesi perusahaan asing dihapuskan diganti dengan sistem kontrak karya. Pemerintah mengambil alih saham di Permindo-Shell, kemudian Permindo dilikuidasi dan dibentuklahPN PERTAMIN(Perusahaan Tambang Minyak Negara). Melalui Peraturan Pemerintah No. 198/1961, perusahaan tersebut resmi menjadi Perusahaan Negara (BUMN).Tahun1962Indonesia resmi bergabung dgnOPEC(Organisation of Petroleum Exporting Countries, organisasi negara-negara pengekspor minyak). Sebagai tindak lanjut pengambilalihanIrian Baratmelalui perjanjianNew York1963, pemerintah melalui PN Permina membeli seluruh saham NNGPM pada tahun1964. Pada tahun yg sama, SPCO diserahkan kepada PN Permina.Tahun1965menjadi momen penting karena menjadi sejarah baru dalam perkembangan industri perminyakan Indonesia dengan dibelinya seluruh kekayaan BPM-Shell Indonesia oleh PN Permina dengan nilai US$ 110 juta. Berdasarkan SK Menteri Pertambangan No. 124/M/MIGAS tertanggal24 Maret1966, Permina dibagi menjadi 5 Unit Operasi Produksi Regional dengan kantor pusat diJakarta.Pada tahun1967mulai diperkenalkan sistem kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC), yang menyatakan bahwa seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah konsesi PN Permina dan PN Pertamin. Perusahaan minyak asing hanya bisa beroperasi sebagai kontraktor dengan sistem bagi hasil produksi minyak, bukan lagi dengan membayar royalty. Sejak saat itulah, eksplorasi besar-besaran dilakukan baik di darat maupun di laut oleh PN Pertamin dan PN Permina bersama dengan kontraktor asing.Pendirian PERTAMINA[sunting|sunting sumber]

Logo Pertamina (1961 - 2006)Berdasarkan PP No. 27/1968 tertanggal20 Agustus1968PN Permina dan PN Pertamin dimerger menjadi satu perusahaan bernama PNPERTAMINA(Perusahaan Tambang Minyak dan Gas Bumi Nasional). Di tahun1969ditemukan lapangan minyak lepas pantai yang diberi nama lapangan Arjuna di dekatPamanukan,Jawa Barat. Tidak lama setelah itu ditemukan lapangan minyakJatibarang. Dengan bergulirnya UU No. 8 Tahun1971, sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal17 September2003berdasarkan UU Nomor 22 tahun2001tentang Minyak dan Gas Bumi tertanggal23 November2001.

Di Sumatra1871 Seorang pedagang Belanda di Cirebon, Jan Reerink merupakan orang pertama yang mencoba melakukan eksplorasi minyak di Indonesia (dulu Hindia Belanda)- Mulai mengebor sumur di Cibodas, sebuah desa dekat Majalengka dan Kadipaten, di kaki gunung Cireme, hasilnya gagal.- Kemudian ia melakukan pengeboran di desa Panais, Majalengka, Cipinang dan Palimanan, dengan mengunakan tenaga uap yang didatangkan dari Canada, menghasilkan minyak yang sangat kental disertai dengan air panas yang mancur setinggi 15 meter.1876 Dengan tidak mendapat pinjaman modal dari Nederlandsche Handel Maatschappij, ia menyerah dan kembali ke usaha dagang sebelumnya.1880 Aeilko Jans Zijker, seorang petani tembakau yang pindah dari Jawa ke Sumatra; di Langkat ia menemukan minyak yang merembes ke permukaan, kemudian minyak yang sudah menguap tersebut dibawa ke Jakarta (dulu Batavia) untuk dianalisis, dan dari hasil penyulingan minyak tersebut menghasilkan 59 % minyak untuk penerangan.

1882 Zijker mencari dana ke negeri Belanda untuk explorasi minyak di Sumatra Utara.1883 Zijker mendapat konsesi Telaga Said dari Sultan Langkat.1884 Zijker mulai mengebor sumur pertama, ternyata gagal.1885 Sumur kedua, dinamakan Telaga Tunggal, berhasil menemukan minyak di kedalaman 22 meter, dan sumber utamanya di kedalaman 120 meter.1890 Zijker memindahkan konsesinya ke Royal Dutch Petroleum, Zijker meninggal Desember 1890 dengan tiba-tiba di Singapore. Kepemimpinan perusahaan digantikan oleh De Gelder yang berkantor di Pangkalan Brandan. Fasilitas lainnya dipasang di Pangkalan Susu.1892 Kilang Pangkalan Brandan dibangun, selesai dan mulai berproduksi dari hasil minyak ladang Telaga Said.1914 NIAM (Nederlandshe Indische Aardolie Maatschappij) mendapat konsesi di Jambi dan di Bunyu, Kalimantan.

Sejarah Singkat Minas dan Explorasi Minyak NasionalPosted By IKADI Minas on Selasa, 04 September 2012 | 10.55Share on googleMinas adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Siak, Riau (Latitude. 0.8333333, Longitude. 101.4833333).Minas, singkatan dari Minyak Nasional, demikian celetukan masyarakat Minas ketika mereka ditanya apa itu Minas.Minas merupakan salah satu daerah yang pertumbuhannya relatif pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Riau. Ini disebabkan Minas mempunyai ladang minyak yang kaya.Dibandingkan dengan Duri, kota minyak lainnya, yang juga tetangga Minas yang berjarak 2 jam perjalannan, pertumbuhan Minas masih jauh ketinggalan dari segi fisik infrastruktur, akses pelayanan publik dan pusat perbelanjaan serta hal lainnya. Mungkin ini juga desebabkan karena posisi Minas berada dekat dengan Pekanbaru, ibu kota provinsi Riau yang berjarak 30-45 menit perjalanan dengan oplet.

Kecamatan Minas saat ini deibagi menjadi satu kelurahan dan empat desa. Yaitu kelurahan Minas Jaya, (Daerah pengambilanApi PON XVII dari sumur minyak pertama Minas), desa Minas Timur, Minas Barat, Mandi Angin dan Rantau Bertuah.

Minas dihuni oleh masyarakat yang sangat heterogen. suku sakai melayu merupakan penduduk asli negeri ini. Seiring dengan berkembangnya proyek dan explorasi minyak nasional, banyak penduduk berdatangan ke Minas mencari penghidupan. Mereka berasal dari tanah minang, batak, jawa, kalimantan bahkan indonesia bagian timur.Minas merupakan daerah pengeboran minyak pertama untuk daerah Riau dan pompa minyak pertama itu sekarang sudah tidak beroperasi lagi karena minyaknya sudah kering. Penetapan lokasi sumur minyak ini dilakukan pada Maret 1941 dan pengeboran pertama dimulai pada 10 Desember 1944 dengan kedalaman sumur 800 meter. Merk pompa yang digunakan adalahLUFKINdan pompa ini sekarang dijadikan monumen sejarah perminyakan di Propinsi Riau yang berdiri megah di kota Minas.Ladang minyak Minas memberi sumbangan besar dari tahun 1970-1980, rata-rata dengan produksi di kisaran 1.000.000 - 4.000.000 bopd (barrel oil per day) -1 barrel-nya 159 liter bagi produksi minyak mentah Indonesia.

Sejarah Singkat Explorasi Minyak di Minas, Riau

Pada tahun 1924, Standard Oil Company of California (Socal) melakukan penelitian di Sumatera Tengah dengan mengirimkan ahli geologinya, Richard N Nelson. Pada 1938, seorang ahli geologi Amerika bernama Walter E Nygren ditugaskan mempelajari daerah di sekitar Minas.

Ia melakukan penelitian dengan menggunakan gurdi yang diputar dengan tangan. Enam buah jalan rintis yang sejajar, masing-masing terpisah enam kilometer, ditebas menembus hutan belantara, memanjang dari timur laut ke barat daya; dan sepanjang jalan-jalan rintis itu selang 200 meter digali lubang sedalam 20 kaki untuk mendapatkan contoh-contoh dari dasarnya. Tiga ribu buah lubang semacam itu dibuat oleh Nygren.

Daerah ini dinamakannya Minas, mengambil nama sebuah perkampungan Sakai yang berdekatan dengan daerah itu (Sekarang dikenal dengan Minas Asal. red). Konon nama itu berasal dari nama pohon Minei, yang buahnya digunakan sebagai bahan minyak goreng.

Pada tahun 1939, ahli geologi lainnya yang bernama Richard H Hopper, dikirim ke Minas untuk mengebor dengan bor tangan counterflash yang mampu menembus kedalaman 1.500 kaki. Upaya ini dilakukan untuk menguji hasil perkiraan rombongan sebelumnya yang dipimpin Nygren.

Pemetaan seismik di Minas pada 1940 menunjukkan adanya suatu anticline atau cembung yang besar dan berlipat-lipat yang sangat ideal bagi akumulasi minyak. James P. Fox, ahli geologi utama pada kantor Caltex di Medan, memilih suatu lokasi pada titik tertinggi pada peta cembung sebagai tempat untuk mengebor sumur percobaan No 1 yang produksi awalnya, 2.000 barrel minyak per hari

Sebelum sempat mengebor, Perang Dunia II keburu pecah dengan diserangnya Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941, disusul dengan pendaratan tentara Jepang di Malaya, Filipina dan Indonesia. Tentara Jepang dengan cepat bergerak ke kawasan Asia Tenggara. Karyawan-karyawan Caltex diperintahkan meninggalkan Minas serta lapangan-Iapangan minyak Duri dan Sebanga yang belum mulai berproduksi itu.

GN de Laive, seorang sarjana Teknik Perminyakan yang ikut ditangkap oleh Jepang, menceritakan kepada dua karyawan pengeboran bangsa Indonesia, Gedok dan Saadi, bahwa tentara Jepang telah mengebor sumur Minas No 1 di tempat yang dipilih Caltex dengan menggunakan peralatan dan beberapa orang bekas karyawan Caltex, dan berhasil.

Jepang melakukan pengeboran di bawah pimpinan ahli geologi bernama Toru Oki dari Japan Petroleum Exploration Company (Japex). Gedok dan Saadi mengunjungi GN de Laive di dalam camp tawanan perang di sekitaran Pekanbaru.

Pada akhir 1945, Richard H Hopper meminta bantuan orang Jepang untuk mengambilkan contoh inti dan contoh minyak dari sumur Minas No 1 beserta catatan mengenai sumur serta hasil percobaan produksinya. Contoh inti dan minyak yang dikirim dipelajari di laboratorium.

Baru dalam bulan September 1946 utusan Caltex dapat berkunjung ke Pekanbaru dan daerah sekitarnya, termasuk ke Sebanga dan Duri dengan perahu motor dari Pekanbaru. Tak terkecuali berkunjung ke Sumur Minas No1.

Akhirnya tahun 1949 tercapailah persetujuan Roem Royen yang menyatakan pengakuan Belanda atas kedaulatan Negara Republik Indonesia. Ini memungkinkan Caltex kembali ke Sumatera tengah untuk mengembangkan Minas. Pengeboran dimulai pada tanggal 1 Desember 1949.

Sumur yang diselesaikan pada tanggal 8 Februari 1950 dengan kedalaman 2.650 kaki, mempertegas data-data yang diterima dari petugas-petugas Jepang pada tahun 1945, dan menghasilkan 2.000 barrel minyak sehari yang mengalir ke permukaan melalui pipa satu inch.

Enam buah sumur lagi dibor di Minas sebagai suatu lapangan minyak utama. Rumah-rumah permanen segera dibangun. Keluarga mulai ikut pindah ke Minas dan Rumbai. Sementara rencana disusun untuk mengebor lebih banyak sumur, membangun tanki-tanki dan memasang jaringan pipa untuk mengalirkan minyak melalui jaringan pipa 12 inch sepanjang 25 kilometer ke Perawang. Walaupun Minas merupakan lapangan minyak ketiga yang ditemukan di daerah Caltex di Sumatera, namun ia merupakan yang pertama menghasilkan minyak untuk ekspor.Surfactant Project, Perpanjang Umur Sumur Minyak MinasDitemukannya teknologi surfactant dalam mengambil minyak mentah dari bebatuan perut bumi dapat memperpanjang umur sumur minyak di Minas.

Demikian dikatakan Hasyim Nur dan Muhammad Syafwan, dua pemateri dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dalam presentasi industri hulu migas yang dilaksanakan di autorium Fakultas Hukum, Universitas Islam Riau (UIR), bulan April lalu.

Hasyim Nur yang sehari-hari menjabat sebagai Manager Sumatera Light South Production Minas PT CPI ini menjelaskan kepada wartawan, lapangan Minas merupakan lapangan minyak terbesar yang pernah ditemukan di Asia Tenggara. Lapangan ini menghasilkan minyak Sumatera Light Crude yang terkenal di dunia.

Dijelaskannya, lapangan minyak Minas ditemukan pada tahun 1944 dan mulai menghasilkan minyak pada 1952. Diperlukan waktu 17 tahun untuk meraih pencapaian produksi 1 miliar baret di tahun 1969. Tahun 1970-an teknologi injeksi air (water flood) yang pertama diperkenalkan dan diterapkan di Minas. Teknik canggih ini berhasil mendorong produksi dan hanya tujuh tahun setelah pencapaian hasil kumulatif sebesar 1 miliar barel minyak.

Minas mencatat sejarah produksi 2 miliar barel pada tahun 1976 dan 3 miliar pada tahun 1984. Pada tahun 1990-an, di lapangan Minas diterapkan instalasi metode pola injeksi air (pattern water flood method) dan tahun 1997 Minas mampu memproduksi 4 miliar barel minyak.

Chevron menggunakan zat surfactant dikarenakan peralatan sumur minyak sudah tua dan lebih dari 50 tahun sehingga banyak gangguan yang dapat memperbesar biaya. Oleh karena itu ditemukannya teknologi canggih ini bisa menekan biaya produksi dengan hasil produksi tercapai, sebutnya.

Hasyim menjelaskan saat ini perusahaan perminyakan lain juga sudah menggunakannya seperti Medco dan Pertamina Hulu.

Di Minas teknologi surfactant ini cocok dan kita belum tahu apakah nantinya semua lapangan minyak CPI menggunakan surfactant atau tidak tergantung dari hasil ujicoba yang sedang berlangsung saat ini, terangnya.Mantan Camat Minas, H Yulizar mengatakan sebagai daerah penyangga Kecamatan Minas memang memiliki peluang besar muncul dan berkembangnya hal-hal yang tak diinginkan. Namun berpeluang besar menjadi penyangga daerah karena Minas salah satu kota yang menghubungkan kota satu dengan yang lainnya ke arah Utara.

Pihaknya bangga dengan adanya catatan sejarah bahwa di Kota kecil seperti Minasmenjadi salah satu sejarah pertama di Kabupaten Siak tertorehkan dalam pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang dilaksanakan di Provinsi Riau.

Selain itu, sejarah sumur tua Chevron ini akan menjadi tempat pertama pengambilan api PON, akan menjadi situs pertama kebanggaan Minas selain adanya Taman Tahura.Segenap masyarakat Minas merasa gembira dan siap mendukung dan melakukan penyambutan sumber api PON tersebut. Event yang sangat besar ini hendaknya untuk dijadikan moment sejarah bagi masyarakat yang ada di Minas dan di Provinsi Riau

Berbagai sumber.