SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL...
Transcript of SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL...
SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN
AL-INAAYAH RAWAKALONG GUNUNG SINDUR
BOGOR (1991-2012)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh:
M. Aries Budiman
1112022000058
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M / 1439 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skrlpsi ini bettudul SEJARAH PERKE■ /1BANGAN PONDOK PESANTREN AL…
INAAYAH RAWAKALONG GUNUNG SINDUR BOGOR(1991-2012)telah diaukandalanl sidang munaqasyah Fakultas Adab dan HulnanioFa lJIN Sya五f Hidayatullah Jakaia
pada tangga1 17 Ap五 12018.Sk五 psi ini telah ditc五ma sebagai salall satu syarat memperoleh
gelar Sttalla Humalliora(S.Hum)pada program studi Slarah dan Peradaban lslam.
Jakafia,17 April2018
Panitia Sidang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota,
Anggota,
Penguji I Penguji II
Dro Zakiva Daroiat,M.A
NIP。 197405302005012006
Pembimbing
,
1 97504172005012007
92000031002
Drs.Ho A浙丘rShaleh,M.A
NIP:195810121992031004
LEVIIBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli dari saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana dalam jenjang strata satu
(s1) di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullafl Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan daiam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain. Maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.
つ乙
3.
Ciputat,17 April
M Aries Bucliruan
i
ABSTRAK
Pondok Pesantren Al-Inaayah berdiri atas prakarsa empat bersaudara
putra-putri H. Abdullah, yaitu : H. Muhammad, Hj. Muhaya, H. Mawardi, Hj
Romlah, yang membeli tanah seluas 5 hektar di desa Rawakalong pada tahun
1983. Pada awalnya Pondok Pesantren Al-Inaayah mempunyai 37 santri dn 3
orang ustad yang mengabdi di dalamnya. Adapun tujuan dari penulisan ialah
memberi gambaran yang menyeluruh tentang sejarah dan perkembangan Pondok
Pesantren. Dikarenakan belum ada seseorang yang menjelaskan dan menulis
tentang sejarah dan perkembangan pondok pesantren ini dalam sebuah karya
ilmiah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Metode penelitian sejarah,
yaitu merekontstruksi kembali sosok sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren
Al-Inaayah Rawakalong, melalui tahapan heuristik, kritik, interprertasi,
historiografi, sedangkan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data ialah
melalui telaah pustaka, wawancara, dan observasi langsung ketempat penelitian.
Dengan menggunakan pendekataan analisis.
Temuan studi Mengenai Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong yang
telah memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sekitar Rawakalong terutama
pada bidang pendidikan Agama. Hal ini ditandai oleh adanya lembaga pendidikan
yang bersifat umum. Sehingga masyarakat sekitar Rawakalong mudah untuk
menyekolahkan anak-anaknya, dalam bidang dakwah kontribusi yang diberikan
pondok pesantren kepada masyarakat yaitu diadakannya Majlis Ta’lim di
pesantren dan praktek pengabdian masyarakat yang dialakuakn oleh santri kelas
Akhir pesantren, dengan diadakan kegiatan tersebut masyarakat sekitar
lingkungan menjadi agamis dan bidang sosial kegamaannya berhasil menyadarkan
serta mengislamkan masyrakat Rawakalong, karena sebelum pondok pesantren
berdiri keadaan sosial keagamaanya masyarakat Rawakalong masih
mengkhawatirkan dan belum mengenal Islam.
Kata Kunci: Sejarah, Perkembangan, dan Peranan Pondok Pesantrern Al-
Inaayah
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukut penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa penulis limpahkan
kepada bagi Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan kita sebagai
umatnya.
Penulis sangat bersyukur atas terselesainya tugas akhir untung jenjang
pendidikan Strata Satu (S1) yang penulis tempuh. Serta penulis yakin di dalam
penulisan skripsi ini pasti banyak kekurangan di dalam menyelesaikannya. Maka
dari itu penulis menyadari dan mempunyai kewajiban untuk menghanturkan
permintaan maaf kepada pembaca atas ketidaksempurnaan yang memang itu telah
kodrat bagi manusia itu sendiri.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah mungkin dapat
tercapai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu sebagai
ungkapan rasa hormat, penulis megucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak H. Nurhasan, M.A, selaku Ketua Program Studi Sejarah Dan
Peradaban Islam yang banyak membantu penulis selama menjadi
mahasiswa di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Shalikatus Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Sejarah
Dan Peradaban Islam yang telah banyak membantu dan memberikan
nasihat kepada penulis saat menjadi mahasiswa yang berkenaan dengan
surat menyurat.
5. Bapak Drs. H. Azhar Shaleh, M.A selaku pembimbing skrispsi yang selalu
memberikan nasehat, petunjuk dan bimbingan yang berharga di tengah-
tengah kesibukan beliau dari awal hingga akhir penulisan skripsi.
iii
6. Ibu Amelia Fauzia, Ph.D. Penasehat Akademik yang telah membimbing
penulis dari awal masuk sampai akhir perkuliahan.
7. Para Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Adab dan Humaniora, terutama dosen
Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang telah banyak memberikan
ilmunya selama penulis mengikuti kuliah.
8. Bapak Drs. KH. Asnawi HT, M.Pd I, Selaku Pimpinan PonPes Al-
Inaayah Rawaklong Ke-2 yang telah mengizinkan kepada penulis untuk
melakukan penelitian serta Ustad dan Ustadzah PonPes Al-Inaayah
Rawakalong terkhusus kepada Ust.Irfan Kosasi, Ust.Sandi Sanri, Ust
Muhaimin dan lain-lain yang telah berkenan membantu dan memberikan
informasi yang penulis butuhkan untuk penulisan skripsi ini.
9. Staf Pemerintah Kelurahan Rawakalong Gunung Sindur Bogor yang telah
mengizinkan penulis dalam rangka penelitian untuk penulisan di daerah
setempat.
10. Seluruh staf perpustakaan utam dan Fakultas Adab dan Humaniora yang
telah menyediakan fasilitas dalam rangka `penulisan skripsi ini.
11. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Murdiman Ap, Ibunda Lita Sulaswati,
Adikku tercinta Ipah Aripah, Tri Septianingsih, dan Badriyatul Uyun yang
tak henti-hentinya memberikan motivasi, dorongan dan dukungan
terhadap penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Terima kasih untuk sahabat Rizky Maulana, S.Ag yang telah memberikan
banyak dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga bisa
menyelesaikan skripsi ini
13. Untuk sahabat-sahabati PMII KOMFAKA dan Pengurus Cabang PMII
UIN Jakarta yang telah membantu penulisan dalam berproses dan belajar
berorganisasi yang baik dan benar diranah kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
14. Untuk Kawan-kawan tersayang yang membuat penulis tersanjung, selalu
memberikan semangat untuk penulis yakni kawan-kawan angkatan 2012
Sejarah dan Peradaban Islam terutama sahabat Achmad Syahri, kawan-
kawan KLB Fathzry Ardilah, M Haidir Al-Karomi, Waaliman dan yang
iv
lainnya, Kawan-kawan Ustad dan Ustadzah di Pesantren Darul Hikmah
Cicayur, kawan-kawan kosan yakni Prima Kurniawan dan Ricky Ardian,
dan KKN MUFAKAT yang telah memberi motivasi dan dukungan serta
menemani penulis dalam berproses di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sekali lagi penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan mendukung serta membimbing penulis hingga selesai.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini
bermanfaat untuk pembaca sekalian.
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL DAN DAFTAR GAMBAR ............................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 8
D. Tujuan dan Maanfaat Penelitian ......................................................... 8
E. Kerangka Teori ................................................................................... 9
F. Metodologi Penelitian ........................................................................ 12
G. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 16
H. Sistematika Penulisan ......................................................................... 18
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH RAWAKALONG
A. Letak Geografi Kampung Rawakalong .............................................. 19
B. Kondisi Sosial Keagamaan Masyarakat Rawakalong ........................ 26
C. Kondisi Pendidikan Masyarakat Rawakalong .................................... 30
BAB III PONDOK PESANTREN AL-INAAYAH RAWAKALONG
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong ....... 37
B. Tokoh-Tokoh Pendiri ......................................................................... 45
C. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-Inaayah ............................. 47
D. Respon Masyarakat Ketika Pondok Pesantren Berdiri ....................... 55
E. Alumni-Alumni Pondok Pesantren ..................................................... 57
vi
BAB IV PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-INAAYAH
RAWAKALONG
A. Bidang Pendidikan .............................................................................. 59
B. Bidang Dakwah .................................................................................. 62
C. Bidang Sosial Keagamaan .................................................................. 66
D. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan ...................................... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 70
B. Saran-Saran ......................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Data Jumlah Bangunan yang dibuat oleh Desa Rawakalong .............................. 20
Data Jarak Kantor Desa Rawakalong ke Provinsi Jawa Barat ........................... 23
Rekapitulasi Penduduk menurut Jenis KelaminTahun 2014-2016 ..................... 24
Rekapitulasi Penduduk Berdasarkan Usia pada Tahun 2014-2016 .................... 24
Rekapitulasi Penduduk Berdasarkan Pendidikan 2015-2016 ............................. 25
Rekapitulasi Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2015-2016 ........................ 25
DAFTAR GAMBAR
Letak Geografi Desa Rawakalong ..................................................................... 22
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membicarakan pesantren atau pondok pesantren yaitu suatu lembaga
pendidikan Islam sangat penting dan menarik, khususnya praktisi pendidikan dan
pemimpin umat. Dengan membicarakan pendidikan pondok pesantren, kita dapat
mengetahui peran, fungsi, dan kontribusi pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam dan dakwah Islam dalam mewujudkan masyarakat madani di
Indonesia.1 Orang yang berada di Jawa mengetahui tempat pengajaran keagamaan
menyebutnya dengan nama pesantren atau pondok, sedangkan untuk daerah Aceh
tempat pengajaran agama bisa disebut dengan dayah atau rangka sedangkan
daearah Sumatra Barat tempat pengajarah keagamaan disebut surau. Ketiganya
mempunyai makna yang sama artiannya yaitu sebagai tempat pengajaran
keagamaan. Istilah pondok sebenarnya berasal dari bahasa Arab Funduq yang
artinya hotel atau asrama. Adapun istilah pesantren tersebut mengandung artian
yaitu tempat untuk menumpang para santri yang tinggal di pondok. Tidak ada
makna yang lain untuk mengartikan sebutan pondok atau pesantren, karena
keduanya merujuk kepada satu pengertian yang sama.2
Pesantren tidak saja memberikan pengetahuan dan keterampilan, akan
tetapi memberikan berbagai opsi yang lain (misalnya di setiap sekolah memiliki
berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler, begitu juga halnya dengan pesantren,
misalnya nasyid, pramuka,marawis dan hadroh, seni bela diri atau karate dan lain
sebagainya), tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan agama. Hal ini telah
disepakati oleh mayoritas para peneliti, seperti Karel Steenbrink, Clifford Geerts,
Martin Van Bruinnessen dan lainnya.3 Pondok pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan Islam tradisional yang di mana orang tersebut tinggal di asrama atau
tempat singgah sementara bagi orang yang menuntut ilmu agama yang sering
1 Abdullah Syukri Zarkasyi, Pembaruan Pendidikan Pesantren, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2005), hlm: 1 2Abdullah Syukri Zarkasyi, Pembaruan Pendidikan Pesantren, ..., hlm.2
3 Mastuki HS, Intelektual Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2006), hlm.7
2
dikenal dengan nama pondok, dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pendapat yang dikatakan oleh Dhofier yaitu “ pesantren adalah sebuah
lembaga pendidikan Islam yang dapat dikelompokan menjadi dua kategori yaitu:
pesantren tradisional (salafi) dan pesantren modern (khalafi).4 Pesantren
tradisional (salafi) adalah pesantren yang masih tetap mempertahankan sistem
pengajarannya dengan menggunakan kitab-kitab klasik sebagai inti dari
pendidikan yang diterapkan oleh kebanyakan pesantren yang ada di Indonesia.
Sistem madrasah tetap diterapkan untuk memudahkan sistem sorogan yang
dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan
pelajaran umum, sedangkan pesantren modern (khalafi) adalah pesantren yang
telah memasukan pelajaran-pelajaran umum ke dalam lingkungan pesantren.
Secara garis besar, inti pokok pesantren ialah pusat pengkajian ilmu-ilmu
keagamaan Islam, yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan agama Islam
seperti fikih, tauhid, hadist, Bahasa Arab, dan lain sebagaianya.5 Pengertian ini
bisa diartikan bahwa pondok pesantren yang di maksud adalah pesantren yang
sudah mulai berkembang dan maju yang biasa kita sebut dengan pesantren
modern, karena pesantren tersebut mulai mencampurkan antara ilmu pengetahuan
umum dengan ilmu pengetahuan agama yang dapat disesuaikan dengan
pendidikan pesantren. Pondok pesantren semacam ini juga memasukan bahasa
asing seperti Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Pada awal pertumbuhan Pondok Pesantren sampai datangnya masa
pembaharuan sekitar awal abad ke-20, Pondok Pesantren belum mengenal apa
yang disebut dengan ilmu-ilmu umum dan begitu juga metode penyampaian
belum bersifat klasik, serta hafalan metodenya memakai metode
sorogan,bandongan, dan wetonan.6
4 Zakamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,(
Jakarta: LP3Es, 1982), hlm.41 5 Haidar putra daulay, Sejarah Pertumbuhan dan pembaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia,(Jakarta: Kencana, 2007), hlm.71 6 Kata sorogan berasal dari bahasa Jawa yang berarti “ sodoran atau yang
disodorkan”. Maksudnya suatu sistem pengajian dimana seorang santri berhadapan
dengan seorang kyiai kemudian kyiai memberikan tuntunan bagaimana cara
3
Di mana dalam hal ini Pondok Pesantren terdiri atas lima elemen penting
yakni : (1) kyai (2) santri (3) kitab klasik/kuning (4) asrama dan (5) masjid.7
Semua ini merupakan unsur penting dalam terbentuknya pesantren. Apabila di
pesantren tidak ada salah unsur tersebut maka boleh jadi komponen unsur yang
tidak lengkap tersebut tidak dapat berjalan sesuai apa yang diharapkan.
Sejak abad ke-20 keadaan pesantren yang semula bukan pendidikan yang
bersifat formal dan pada akhirnya berbenah diri , para pengelola pesantren
menyesuaikan lembaga pendidikan formal dengan manajamen pengelolaan
modern sesuai dengan perkembangan zaman, pendidikan yang diberikan tidak
hanya ilmu agama Islam semata, tetapi ditambah dengan pelajaran Bahasa Inggris
dan Arab.8 Karena pada waktu Indonesia di jajah oleh belanda sistem pendidikan
Islam khususnya pesantren oleh Belanda dibatasi sebab Bangsa Belanda
menerapkan sistem pendidikannya di Indonesia ini dengan pendidikan barat mau
tidak mau pendidikan yang ada di Indonesia harus mengikuti sistem tersebut,
karena sistem yang di pakai orang indonesia terilhat kuno dan sudah ketinggal
jauh oleh bangsa asing yang pendidikannya sudah banyak mengalami perubahan.
Masuknya peradaban Bangsa Barat ke Indonesia melalui penjajah
BangsaBelanda banyak mempengaruhi corak dan pandangan bangsa Indonesia,
termasuk dalam dunia pendidikan sehingga dengan demikian timbul upaya-upaya
pembaharuan dalam dunia pendidikan Islam. Sistem klasikal mulai diterapkan dan
mata pelajaran umum mulai diajarkan.9 Awalnya pendidikan Islam khususnya di
pesantren menggunakan sistem pembelajarannya dengan kitab-kitab klasik/kitab
kuning, karena pada waktu itu kiai yang ada di Indonesia mengajarkan kepada
santri-santri dengan menggunakan kitab-kitab kuning sebab pada waktu itu para
membacanya, menghapalnya, dan apabila telah meningkat , juga tentang terjemahan dan tafsirnya
tafsirnya lebih mendalam. Metode ini adalah merupakan metode yang paling intensif, karena
dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk Tanya jawab langsung, sedangkan
yang diartikan dengan sistembandongan atau wetonan dalam sistem pengajian ini seorang kyiai
membacakan dan menerjemakan kalimat-kalimat yang mudah di ikuti oleh sebagian besar santri
dan masing-masing memegang kitabnya sendiri lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan
kyiai. 7 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: LP3ES,
1994), hlm.5 8 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta : INIS, 1994), hlm.85
9 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, ..., hlm.72
4
kiai belajarnya di timur tengah dan setelah mereka menyelesaikan pendidikan
Islamnya di sana para kiai itu membawa kitabnya kemudian diajarkan pula kepada
santrinya. Ketika bangsa lain masuk ke Indonesia membawa pengaruh yang
sangat besar khususnya pendidikan Islam corak dari sistem pendidikan di
Indonesia mulai mengalami banyak perubahan dan pembaruan. Pendidikan Islam
khususnya pesantren dahulunya mengajarkan kitab kuning, dengan kedatangan
bangsa lain ke Indonesia mau tidak mau Indonesia juga harus mengikutinya sebab
kalau tidak mengikutinya Indonesia bisa ketinggalan jauh oleh bangsa lain khusus
di dunia pendidik. Maka dari itu pesantren sedikit demi sedikit mulai memasukan
pelajaran klasik dan pelajaran umum. Akan tetapi ada juga pesantren yang sudah
memasukan pelajaran umum dan kemudian diterapkan dan ada juga pesantren
yang masih mempertahankan sistem pembelajaran dengan mengunakan kitab-
kitab kuning.
Dengan memahami dinamika perkembangan dunia pembelajaran di tanah
air sangatlah perlu adanya penyesuaian pembelajaran secara radikal, dimana
setelah gejolak kolonialisme Belanda di Indonesia semakin banyak melahirkan
tokoh pendidikan Muslim dan organisasu yang membawai misi keislaman.10
Di
Indonesia, belakang ini penelitian sejarah pesantren mulai dirasakan penting,
khususnya perkembangan dan perannya bagi masyarakat di sekitarnya. Paling
tidak, karena perubahan pertumbuhan dan perkembangan pesantren menunjukan
pada suatu dinamika pemikiran keagamaan itu sendiri dan menggambarkan pola
agama dengan perkembangan sosial budaya masyarakat. Dimana hal tersebut
merupakan persoalan yang tidak pernah usai dimanapun dan kapanpun, terutama
masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam yang sedang mengalami
modernisasi.
Menurut pendapat KH. Didin Hafidudin mengatakan bahwa pesantren
adalah salah satu badan iqomatuddien, yang memiliki 2 fungsi utama, yaitu fungsi
kegiatan tafaquhu fiddien (pengajaran, pemahaman, dan pendalaman ajaran
agama Islam) dan fungsi indzar (menyampaikan dan mendakwahkan ajaran Islam
10 Bisri Affandi, Pembaharu dan Pemurni Islam di Indonesia, (Jakarta: Al-Kautsar,
1999), hlm.2
5
kepada masyarakat).11
Kehadiran pesantren di tengah masyarakat hanya sebagai
lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga dakwah.12
Maksud pernyataan
diatas yaitu pesantren mempunyai peran yang sangat andil bagi masyarakat di
mana, pesantren merupakan pendidikan islam yang mengajarkan berbagai ilmu
agama dimana para santri dituntun untuk memahami dan mendalami ilmu agama
yang sudah dia peroleh di pesantren dan ketika dia selesai belajar di pesantren
mau tidak mau harus memberikan ilmu-ilmu agama yang dia sudah peroleh di
pesantren kemudian memberitahukan kepada masyarakat luar tentang agama
Islam khusus masyarakat yang belum tahu sama sekali tentang agama islam.
Memang masyarakat hanya mengetahui pesantren itu sebagai pusat pendidikan
Islam akan tetapi di sisi lain pesantren juga bisa dikatakan sebagai pusat dakwah
karena di pesantren juga mengajarkan berbagai kegiatan lainnya di luar ilmu
agama seperti mengajar bagaimana tata cara berpidato/ceramah yang baik,
berpramuka, belajar seni islam seperti marawis/hadroh dan belajar seni bela diri.
Tentu saja kegiatan tersebut hanya terdapat di pondok modern saja sedangkan
pesantren tradisional titik fokusnya hanya belajar kitab-kitab klasik saja. Akan
tetapi inti dari pendidikan yang diajarkan pesantren semuanya mempunyai fungsi
yang sama yaitu mengajarkan ilmu-ilmu agama.
Penulis memilih Pondok Pesantren Al-Inaayah, karena Pondok Pesantren
Al-Inaayah didirikan oleh empat bersaudara putra putri H. Abdullah yaitu;
H.Muhammad, Hj.Muhayah, H, Mawardi, dan Hj, Romelah, yang membeli tanah
seluas 5 hektar di desa Rawakalong pada tahun 1983. Untuk mewujudkan niat
mendirikan pondok pesantren timbullah pemikiran keempat bersaudara putra putri
H, Abdullah untuk membangun Pondok Pesantren Al-Inaayah di kampung
Pondok Miri Rawakalong Gunung Sindur Bogor, di atas tanah yang mereka beli
pada tahun 1989. Pondok Pesantren Al-Inaayah mulai berdiri pada tahun 1990 dan
tahun 1991, pembangunan selesai tapi hanya meliputi 7 ruang kelas dan 5 ruang
kamar, masjid belum dibangun, serta aula belum ada. Pada tanggal 15 Juli 1991
Pondok Pesantren Al-Inaayah mulai membuka pendaftaran murid baru dengan
11 Didin Hafidudun, Dakwah Aktual (Jakarta : Gema Insani Press,1998), hlm. 120-122
12
Mustahu, Dinamika Sistem Pesantren (Jakarta : INIS, 1994) hlm. 60
6
jumlah murid baru sebanyak 37 orang putra dan putri dimana jumlah pengajarnya
hanya 9 orang guru, diantara yaitu bapak pimpinan Pondok Pesantren Al-Inaayah
K.H. Ahmad Falak Ibrahim sebagai pimpinan pondok pesantren, Drs H. Asnawi
HT sebagai ketua TMI (tarbiyatul muallimin wal muallimat) Abdullah S,Ag
sebagia kepala sekolah tsanawiyah dan Haerison S.Ag sebagai bagian pengajaran.
Selain itu Pondok Pesantren Al-Inaayah juga memiliki visi dan misi dalam
menunjang perkembangan dan kemajuan pondoknya yaitu visi adalah rumah
belajar bagi para pemimpin masa depan. Misi adalah mendidik untuk menjadi
teladan di masyarakat agar menjadi inspirasi bagi umat, membuka, menjembatani
dan mendukung aspirasi dan potensi santri untuk ditumbuh kembangkan.13
Pondok Pesantren Al-Inaayah sebelum berdiri memang kehidupan
masyarakat Rawakalong bisa di katakan jauh dari agama oleh karena itu, salah
satu putra dan putri bapak Abdullah bin Dansan yang bernama H.Muhammad
berinisiatif untuk mendirikan pondok pesantren Al-Inaayah di Rawakalong ide
awal ingin mendirikan pesantren di Jakarta karena pertimbangan yang lain maka
dari itu pesantren Al-Inaayah didirikan di Rawakalong guna untuk
menyelamatkan dan menyadarkan masyarakat Rawakalong tentang agama Islam
yang benar.
Awal berdirinya pondok memang menggunakan sistem pendidikannya
dengan memadukan sistem Pondok Darussalam Gontor dan Pondok Darunnajah
Jakarta yang didalamnya ada pengajaran kitab-kitab kuning dan sampai sekarang
sistem tersebut masih pergunakan. Selain itu Pesantren Al-Inaayah juga
mempunyai program tahfidz Al-qur’an.
Pondok Pesantren Al-Inaayah dari memiliki keunggulan tersendiri dari
pesantren yang lain yaitu dari segi bahasa dan metode belajarnya santri. Sebab
santri Al-Inaayah mengasah kemampuan basahanya dengan belajar sendiri atau
otodidak tanpa perlu bimbingan dari guru. Perbedaan pembelajaran antara Pondok
Pesantren Al-Inaayah dengan Pesantren Darunnajah Jakarta ataupun Darul
13
Brosur, Penerimaan Santri Baru Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong, T.A
2017/ 2018 Tsanawiyah dan Aliyah, ( dilihat pada tanggal 12 Januari 2018)
7
Muttaqien Bogor bisa dipresentasikan misalnya kalau Al-Inaayah 60% sampai
70% pembelajaran santri bisa dikatakan belajar otodidak tanpa harus dibimbing
langsung gurunya, sedangkan pesantren Darunnajah dan Darul Muttaqien Bogor
100% langsung dari guru-gurunya. Walaupun sistem belajarnya sepertri itu yang
dilakukan oleh santri Al-Inaayah tetapi masih ada perlu pengawasan dan
bimbingan dari guru mauapun pengurus organisasi santri Al-Inaayah. Akan tetapi
perkembangan bahasa pondok pesantren Al-Inaayah bisa dikatakan menurun dari
3 tahun terakhir tetapi, bahasa mereka masih unggul dalam hal yang lain seperti
mengikuti perlombaan bahasa seperti pidato 3 bahasa, story telling (bercerita
menggunakan Bahasa Arab ataupun Inggris) dan lain-lainnya. Santri-santri yang
masuk ke pondok pesantren Al-Inaayah bisa dikatakan termasuk orang-orang
pilihan karena santri Al-Inaayah yang khusus mondok hanya berjumlah 250 santri
baik putra dan putri.14
Atas dasar uraian diatas, maka penulis merasa terdorong untuk melakukan
suatu kajian tentang “ Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al-Inaayah
Rawakalong Gunung Sindur Bogor (1991-2012)”. Disamping itu, sebagai suatu
lembaga pendidikan dan dakwah Islam, pondok pesantren mempunyai peranan
bagi ajaran agama Islam, khususnya pada masyarakat sekitar pondok pesantren.
B. Identifikasi Masalah
Dari judul yang penulis angkat, yaitu “Sejarah Perkembangan Pondok
Pesantren Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur Bogor (1991-2012)”, penulis
dapat mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan tersebut sebagai berikut:
1. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al-Inaayah
2. Pesantren sebagai lembaga pendidik
3. Pesantrens sebagai lembaga penyiaran Islam
4. Pondok Pesantren sebagai wadah mencari jati diri dan mengembangkan
bakat yang ada pada diri santri.
14
Wawancara pribadi dengan Ustaz H. Usamah, Lc, MA, Selaku Direktur TMII Pondok
Pesantren Al-Inaayah periode ke-2, Rawakalong, 12 Januari 2018 Pukul. 16.30 Wib.
8
C. Pembatasan dan Perumusan masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan penjelasan dan permasalahan yang telah diidentifikasikan di
atas, maka penulis merasa perlu untuk memberikan batasan kajian dan
merumuskan terlebih dahulu masalah yang akan dibahas oleh penulis agar arah
tujuan dan sasaran yang hendak disamp`aikan akan lebih jelas dan terarah.
Dengan demikian pembahasan masalah hanya difokuskan pada sejarah
perkembangan Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong.
2. Perumusan Masalah
Dengan pembahasan masalah seperti itu maka pembahasan dapat
dirumuskan dalam pertanyaan berikut:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong?
2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al-Inaayah dari tahun 1991-
2012?
3. Bagaimana Pengaruh Perkembangan Pondok Pesantren Terhadap
Masyarakat sekitarnya?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penilitian merupakan pernyataan mengenai ruang lingkup dan
kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang dirumuskan. Tujuan
penelitian ini adalah:
Mengetahui sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong.
1. Mengetahui perkembangan Pondok Pesantren Al-Inaayah dari tahun
1991-2012.
2. Mengetahui apa sajakah pengaruh perkembangan yang dilakukan Pondok
Pesantren Al-Inaayah kepada masyarakat sekitarnya.
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat diterima sebagai tugas akhir dan syarat pencapaian gelar S1 pada
Jurusan Sejarah Peradaban Islam.
2. Dapat memperkenalkan pondok pesantren Al-Inaayah terhadap
masyarakat luas
3. Sebagai wawasan tambahan pesantren di Indonesia.
9
E. Kerangka Teori
Setiap masyarakat pasti mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan.
Adanya perubahan tersebut dapat kita cermati apabila melakukan suatu
pengamatan dan perbandingan dengan cara meneliti suatu kelompok atau
masyarakat pada masa tertentu dan kemudian kita bandingkan dengan keadaan
masyarakat pada waktu yang lain (sebelum-sesudah).
Metode sosiologis, garis perkembangan utama kedua dalam analisis
Durkheim berbicara mengenai penempatan pertimbangan empiris yang luas ke
dalam apa yang saya namakan kerangka acuan Cartesian. Titik tolaknya adalah
konsepsi aktor sebagai anggota suatu sistem sosial dan yang diorientasikan pada
lingkungan dimana aktor tersebut bertindak. Aktor ini, yang dipandang sebagai
model ilmuwan-filsuf, mengamati dan menafsirkan fakta dari dunia eksternal:
masalahnya di sini bukan mengenai statusnya sebagai fakta lingkungan, tetapi
sebagai fakta sosial. Di sini Durkheim secara sadar dan eksplisit menolak
lingkungan fisik sebagai suatu kenyataan unik. Lingkungan sosial (milieu social)
baginya adalah lingkungan yang relevan, sebagai dari masyarakat, suatu
“kenyataan sui generis”, yang harus dipelajari ditempatnya sendiri. Masalah
sentral di sini membuat batasan-batasan mengenai sifat kategori “realitas” ini.
Masalah ini pada gilirannya mempunyai dua aspek utama. Dari sudut
pandang pengamatan ilmiah, realitas ini jelas adalah aktual, atau sebagaimana kita
mengatakannya, bersifat empiris. Tetapi dari sudut pandang aktor, dalam tahap
kedua yang mana Durkheim menggunakan pandangan Cartesian. Masyarakat
adalah suatu realitas tertentu dari sudut pandang para anggotanya sendiri, tetapi ia
juga mengatur (kendala) tindakan mereka. Dalam arti tidak saja mengatur dalam
lingkungan fisik di mana lingkungan tadi menentukan kondisi yang harus
dipertimbangkan tetapi juga harus merumuskan tujuan dan tolak ukur normatif
bagi tindakan. Durkheim dengan jelas memandang kendala ini bukan masalah
kondisi tetap saja, ia memandangnya justru sebagai sebuah sistemhukum yang
dipaksakan oleh sanksi manusiawi. Dalam mengembangkan teori ini, Durkheim
jelas mengikuti analisis hukumnya terdahulu (dalam Division of Labor) baik
sebagai suatu indeks struktur masyarakat (misalnya hukum alam dan
10
diferensiasinya) maupun, bila hal itu dibahas bersama-sama dengan keinginan dan
sentimen Conscience Collective, sebagai suatu komponen normatif yang sangat
penting dalam semua masyarakat.
Namun demikian, dari persoalan tersebut memang masih ada satu aspek
yang lebih dalam. Seorang pengamat ilmiah dari peristiwa fisik tidaklah sama
dalam arti sebagai seorang “anggota” suatu sistem yang ia amati dengan seorang
aktor sosial, walaupun tidak dapat kita katakan bahwa tidak ada kesamaan sama
sekali dalam arti di mana mereka sama-sama “anggota”. Oleh karena itu, kita
perlu merelatifkan pengertian sistem yang oleh Durkheim disebut sebagai
masyarakat, hanya sebagai pembentuk suatu lingkungan, sedangkan para aktorlah
yang menyusun lingkungan itu. Masalah ini kemudian dikaitkan dengan masalah
status dari berbagai aspek normatif masyarakat.
Kesimpulan penting dari pemikiran Durkheim ialah bahwa bagi sosiolog,
batas di antara “individu” dan “masyarakat” tidak dapat ditunjukkan oleh akal
sehat. Jika kita menafsirkan konsep pertama sebagai sesuatu seperti kepribadian
manusia, berarti konsep tersebut harus meliputi suatu sektor sistem sosial,
khususnya aspek normatif dari sistem, keyakinan dan sentimen bersama yang
membentuk conscience collective tersebut. Lewat jalan ini Durkheim tiba pada
sebuah pandangan yang sangat penting, bahwa unsur-unsur utama dari suatu
kebudayaan dan struktur sosial diinternalisasikan (internalised) sebagai bagian
dari kepribadian individual. Dalam hal ini ia bersentuhan dengan Freud dan aliran
dalam psikologi sosial Amerika, Charles H. Cooley sampai dengan George
Herbert Mead dan W.I. Thomas. Kesimpulan Durkheim yang sangat revolusioner
ini tak bisa disangkal lagi ditarik kurang lebih dari premisnya, manakal dia
mencoba secara serius mencocokkan suatu tingkat normatif dari sistem sosial baik
sebagai suatu “ kenyataan sui generis”, bagi aktor maupun bagi pengamat,
ataupun sebagai suatu lingkungan yang sekedar lingkungan belaka dengan
kerangka acuan Cartesian.15
Pendekatan sosiologi dalam hal ini ialah menggunakan teori-teori sosiologi,
untuk melihat perubahan di masyarakat Rawakalong dan Pondok Pesantren Al-
15
Emile Durkheim, Sosiologi dan Filsafat,(Jakarta: Erlangga,1991), hlm. 5.
11
Inaayah maka dari itu teori yang di gunakan untuk mengetahui teori perubahan
sosial maka peneliti menggunakan teori fungsionalisme struktural yang
dikembangkan oleh Talcot Parson dan Emile Durkheim.
Teori fungsionalisme struktural adalah sebuah pandangan dalam sosiologi
yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktural dengan bagian-
bagian yang saling berhubungan dengan teori fungsional struktural untuk
menekankan kepada keteratural (order) dan lebih cenderung mengabaikan konflik.
Namun yang paling penting adalah konsep fungsi dan konsep struktural yang di
maksud disini ialah fungsi yang menggunakan berbagai bidang kehidupan
masyarakat, yang menunjukan kepada aktifitas dan dinamika manusia dalam
mecapai tujuan hidupnya, kegitan manusia merupakan fungsi dan mempunyai
fungsi juga. Secara kualitatif fungsi ini dilihat dari segi kegunaan dan manfaat
seseorang, kelompok atau organisasi tertentu.
Untuk masalah konflik yang terjadi antara pondok pesantren dengan
masyarakat Rawakalong sebelum dan sesudahnya pondok berdiri bisa dikatakan
tidak ada konflik yang perlu dimasalahkan, cuma banyak halang-halangan saja
yang terjadi ketika pondok hendak berdiri misalnya di desa Rawakalong masih
banyak kemusyrikan yang merajarela seperti perjudian, persugihan, perzinahan
dan lain sebagainya. Halangan setelah pondok berdiri dengan masyarakat bisa
dibilang tidak sebegitu rumit hanya saja masalah akses masuk ke kuburan bagi
masyarakat Rawakalong yang hendak meletakan sesajen ke kuburan keramat itu
awalnya mendapatkan penolakan dari pesantren, tetapi masalah tersebut bisa
diselesaikan antara pihak pesantren dan masyarakat Rawakalong dengan cara
bermusyawarah secara kekeluargaan. Karena sebelum pondok berdiri jalan yang
menuju ke kuburan keramat. Tetapi hal tersebut sekarang sudah tidak lagi
dilakukan oleh masyarakat Rawakalong sebab hal-hal seperti itu sudah
ditinggalkan dan masyarakat Rawakalong lebih mengisi kekosongan tersebut
dengan cara mengaji di Pesantren Al-Inaayah baik bapak-bapak dan ibu-ibu.
Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri
dari atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan menyatu dalam
12
keseimbangan yang terjadi pada satu bagian yang akan membawa perubahan pula
terhadap bagian yang lain. 16
Teori Fungsionalisme struktural yang dipakai oleh peneliti ialah untuk
memudahkan penulis menganalisis dan memaparkan keberadaan Pondok
Pesantren Al-Inaayah sesuai dengan fungsi yang dijalankan dan dipenuhinya,
permasalahan ini dapat dimulai dari adanya adaptasi atau penyesuaian diri yang
mengarahkan pada satu tujuan yang sama dalam perkembangan dan kemjuan
pendidikan yang ada di Rawakalong.
F. Metode Penelitian
Dalam karya ilmiah metode penelitian mempunyai peranan yang sangat
penting, karena metode sangat terkait dengan tata cara mengkaji dan menganalisis
sebuah persoalan atau masalah yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan
metode sejarah. Metode sejarah adalah suatu proses menguji dan menganalisis
secara kritis terhadap jejak rekaman atau peninggalan masa lampau berdasarkan
data-data dan fakta-fakta yang telah diperoleh.17
Setelah itu penulis menetapkan dan menentukan objek pembahasannya yaitu
tentang Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
Gunung Sindur Bogor 1991-2012 adalah lembaga pendidikan yang tentunya
dalam mendirikan lembaga tersebut memiliki latar belakang atau sejarah sendiri.
dengan demikian penulis akan melakukan penelitian mengenai sejarah dan
perkembangan Pondok Pesantren Al-Inaayah dan perkembangan pendidikan,
sosial keagamaan dan dakwah di Rawakolong.
Skripsi ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan sosiologi.
Menurut Sartono Kartodirjo dalam bukunya “ Pendekatan Ilmu Sosial Dalam
Pendekatan Metodologi Sejarah”.18
Pendekatan sosiologi yaitu melihat suatu
gejala dari aspek sosial yang mencakup hubungan sosial, interaksi, jaringan
hubungan sosial yang ada hubungannya dengan manusia.
16
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2011), hlm.21 17
Louis Gottshalck, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Susanto (Jakartta: Universitas
Indonesia, Press, 2008), hlm. 39. 18
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metode Sejarah ( Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm.5
13
Sama hal nya dengan pendapat Dudung Abdurrahaman dalam bukunya “
Metode Penelitian Sejarah” pendekatan sosial adalah penggambaran peristiwa
masa lalu yang didalamnya akan terungkap segi-segi sosial, sejarah sosial yakni
pembahasannya mencakup golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial,
konflik yang berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial, peranan dan status sosial.
Metode historis dengan pendekatan sosial dapat dikatakan sebagai sejarah sosial.
Metode sejarah yang dilakukan oleh peneliti bertumpu pada empat langkah,
yaitu pengumpulan data (heuristik), kritik sumber (verifikasi), interpertasi atau
analisis dan histografi atau penulisan.19
Tahapan-tahapan yang digunakan dalam metode penelitian ini sebagai berikut
1. Tahapan Pencarian Sumber (Heuristik)
Ini adalah tahapan pertama, dimana penulis mengumpulkan sumber melalui
survey lapangan, data-data tertulis berupa dokumen,buku-buku, majalah, meminta
dokumen kepada pihak Pondok Pesantren Al-Inaayah, dan wawancara langsung
dengan pihak pesantren. Untuk itu penulis dalam melakukan penelitian ini
menggunakan pengumpulan data penelitian berupa:
Library Research (Penelusuran Kepustakaan) yang dimaksud di sini ialah
penulis mengadakan penelusuran terhadap data-data tertulis, berupa buku-buku,
skripsi-skripsi yang berhubungan dengan tema skripsi, terkait dengan pencarian
sumber penulis mencarinya di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Perpustakaan Adab dan Humaniora dan dokumen-dokumen pribadi milik
Pondok Pesantren Al-Inaayah.
Field Research (Penelitian Lapangan) yaitu dengan mengunjungi kantor
kelurahan Rawakalong dan kantor sekretariat Pondok Pesantren Al-Inaayah.
Pengumpulan data yang dilakukan secara tertulis dengan mengajukan beberapa
pertanyaan melalui wawancara kepada pimpinan pondok, pengurus yayasan,
pengurus ustadz dan ustadzah, begitupun pengurus organisasi pondok yang
terlibat maupun kader-kader tokoh Al-Inaayah dan santri-santri maupun alumni.
19
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,
2007), hlm. 63, Lihat Juga Sarono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sejarah Metodologi Sejarah,
(Yogya: Bentang Pustaka, 2005), hlm. 90
14
a. Observasi
Observaasi adalah penelitian dengan mengumpulkan data-data dengan
menggunakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala
yang diteliti. Dalam hal ini penulis akan berusaha mengumpulkan data-data yang
ada hubungannya drngan kondisi Pondok Pesantren Al-Inaayah, bagaimana
proses penyelenggaraan program pendidikan, komunikasi (hubungan) yang terjadi
antara pimpinan pesantren dengan ustaz, ustazah, para santri dan pengurus
organisasi santri, pondok pesantren dengan masyarakat umum.
b. Wawancara
Yaitu dengan wawancara peneliti akan mengumpulkan data dengan
melakukan wawancara secara langsung ke beberapa responden. Seperti pengelola
yayasan, pengasuhan, pengurus, santri, alumni pesantren masyarakat umum dan
pengurus pemerintahan desa Rawakolong, terlihat kepada mereka yang
mengetahui tentang berdirinya Pondok Pesantren Al-Inaayah, serta sebelum dan
sesudah berdirinya pesantren.
c. Dokumentasi
Data sejarah ini sejarah yang berupa tertulis dapat diperoleh dengan cara
dokumentasi. Data tertulis yang ditemukan dalam penelitian ini adalah buku-buku
arsip, dan dokumen yang diperoleh dari pengurus pondok pesantren, selain itu itu
penulis juga mengumpulkan daata dari catatan tertulis, berupa undangan rapat dan
rapat-rapat sekolah.
2. Kritik Sumber (Verifikasi)
Pada tahapan ini dilakukan verifikasi terhadap data yang ada untuk menguji
keabsahan data tersebut, dalam hal ini yang di uji adalah kebenaran. Sumber yang
dilakukan melalui kritik ekster dan kritik intern melalui langkah ini diharapkan
akan memperoleh data yang valid dan kreibel.
a. Kritik Eksteren (Otentisitas)
Tahapan ini dilakukan dalam rangka menguji apakah sumber yang
didapatkan tersebut asli atau tidak, baik sumber yang tertulis maupun lisan,sumber
tertulis dilakukan dengan memperhatikan aspek fisik sumber tertulis baik dari segi
gaya tulisan maupun penampilan luar yang lainnya. Dalam menguji sumber lisan
15
peneliti mencoba melihat latar belakang informasi atau responden terkait apakah
ada hubungannya dengan Pondok Pesantren Al-Inaayah atau tokoh masyarakat
yang sekiranya melalui kedekatan waktu atau yang lainnya (sezaman) dengan
penelitian ini.
b. Kritik Intern (Kredibilitas)
Langkah ini dilakukan guna menguji sumber apakah sumber tersebut dapat
dipercaya atau tidak untuk sumber tertulis. Peneliti mencoba membandingkan isi
sumber tersebut dengan karya lain, untuk data yang diperoleh dari hasil
wawancara atau sumber lisan peneliti membandingkan hasil wawancara mulai
dari kondisi fisik, dan informasi yang di ungkapankan oleh responden terkaita
hubungannya dengan Pondok Pesantren Al-Inaayah dan masyrakat Rawakalong.
3. Interpretasi (Analisis Fakta Sejarah)
Di tahap ini penulis melakukan tahapan menghubungkan suatu sumber yang
terkait satu dengan yang lain untuk dapat di tulis dan di teliti dengan ke-absahan
serta validitas hingga menjadi ke selarasan dalam penulisan skripsi ini maka dari
itu penulis juga mengedepankan teori sosialogi tentang perubahan Sosial dalam
pengamatan mengenai masyarakat di sekitar Pondok Pesantren Al-Inaayah, Desa
Rawakalong Gunung Sindur Bogor, maka dengan inilah penulis dapat
menafsirkan kejadian-kejadian yang penulis lihat dan alami untuk menulis objek
penelitian
4. Historiografi (Penulisan Sejarah)
Adalah menuliskan kembali sejarah masa lampau berdasarkan data yang
didapat. Data-data tersebut diperoleh berdasarkan pengujian dan analisis kritik
terhadap peristiwa masa lampau yang memperhatikan aspek kronologi. Lebih jauh
lagi, historiografi disini merupakan cara penulisan, pemaparan atau laporan. Hasil
penelitian sejarah yang sudah dilakukan.
Oleh karena itu, peneliti ingin berusaha untuk menyajikan fakta sejarah
secara sistematis dan dalam penulisannya disajikan dalam beberapa bab yang
saling berkaitan satu sama lain agar mudah dipahami oleh pembaca. Sebagai
pedoman teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku pedoman
16
penulisan karya ilmiah (skripsi,tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.20
G. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai sejarah perkembangan pondok pesantren
sepengetahuan penulis sudah banyak di tulis dalam skripsi dan buku-buku. Oleh
karena itu penulisan suatu peristiwa dipandang perlu untuk menggunakan tinjauan
pustaka, karena kegunaanya untuk memudahkan dalam hal penulisan skripsi dan
penelitian, penulis sendiri akan menggunakan tinjauan pustaka. Penelitian yang
membahasa mengenai pondok pesantren masih bersifat umum dan hanya di
bedakan dari bidang perkembangan pesantrennya saja. Oleh karena itu penulis
mengangkat tema ini sebagai bahan penelitian. Adapun beberapa karya sejarah
yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain:
Buku karya K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi pada tahun 2005 dalam
karyanya berjudul “Gontor dan Pembaruan Pendidikan Pesantren”. Buku ini
membahas tentang Pondok Pesantren Gontor, bagaimana pembaruan pendidikan
pesantren, dan Gontor merupakan pondok pesantren modern yang sudah diakui
sistem pendidikannya oleh pemerintah. Kajian ini memberikan sebuah analisis
mengenai Gontor dan sistem pendidikan yang di pakai Gontor yang
menitikberatkan pada sistem pembaruan pendidikan di Pondok Pesantren Gontor.
Buku karya Karel A Steenbrink cetakan pertama tahun 1986 dalam
karyanya berjudul, “Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun
Modern”. Buku ini menjelaskan tentang sejarah pondok pesantren dan sistem
pendidikan yang ada di Indonesia dari masa ke masa termasuk didalamnya
pembaharuan-pembaharuan dunia pendidikan Islam di Indonesia.
Buku karya Zamakhsyari Dhofier pada tahun 2001 dalam karyanya
berjudul, “Tradisi Pesantren studi pandangan hidup Kyai dan Versinya mengenai
masa depan Indonesia”. Buku ini selain mengupas sejarah dan karakteristik
pondok pesantren di dalamnya juga tertulis semangat umat Islam, khususnya para
20
Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis, Disertasi)
(Jakart : ceqda, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), hlm. 117
17
kiai dalam memimpin pondok pesantren dan didalamnya terdapat pula ciri-ciri
pondok pesantren.
Beberapa referensi atau rujukan diatas menjelaskan mengenai sejarah
perkembangan pesantren secara umum, bagaimana kiai memimpin pondok
pesantren, dan ciri-ciri pondok pesantren. Selain sebagai sumber dalam penulisan
ini, sumber-sumber di atas cukup dapat memberikan bantuan dalam penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Melihat dari penulisan diatas, maka penelitian ini
merupakan penelitian pelengkap dari usaha mencari sudut pandang yang berbeda
dari hasil karya sebelumnya. Di sini peneliti berusaha menjelaskan mengenai
sejarah perkembangan pondok pesantren dari sudut historis, keagamaan/dakwah
dan sosial serta dengan menggunakan pendekatan historis dan sosial.
18
H. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah penulisan ini, penulisan mengklasifikasikan
permasalahan dalam 5 bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Merupakan BAB Pendahuluan yang membahas A. Tentang
Latar belakang Masalah, B. Identifikasi masalah, C. Pembatasan
dan Perumusan Masalah, D. Tujuan dan maanfaat penelitian, E.
Kerangka teori, F. Metodologi penelitian, G. Tinjauan pustaka
H. Sistematika penulisan.
Bab II Merupakan BAB Tentang Gambaran Umum Wilayah
Rawakalong, A. Letak Geografi Kampung Rawakalong, B.
Kondisi Sosial Keagamaan Masyarakat Rawakalong. dan C.
Kondisi Pendidikan Masyarakat Rawakalong
Bab III Merupakan BAB Tentang Sejarah Perkembangam Pondok
Pesantren Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur yang
Membahas Sekilas Tentang A. Sejarah Berdirinya Pondok
Pesantren Al-Inaayah yang meliputi 1. Latar Belakang, 2.
Stuktur Organisasi, 3. Sarana dan Prasarana, B. Tokoh-Tokoh
Pendiri, C. Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren, D. Visi dan
Misi Pondok Pesantren, E. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Al-Inaayah, Dan F. Respon Masyarakat Ketika Pondok
Pesantren Berdiri
Bab IV Merupakan BAB Tentang Perkembangan Pondok Pesantren Al-
Inaayah Meliputi A.Bidang Pendidikan, B. Bidang Dakwah, C.
Bidang Sosial Keagamaan dan D. Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan
Bab V Merupakan BAB Tentang Kesimpulan dari Penelitian yang
peneliti buat
19
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH RAWAKALONG
A. Gambaran Umum Desa Rawakalong
1. Sejarah Singkat dan Kondisi Geografi Desa Rawakalong
Sebelum Pondok Pesantren Al-Inaayah berdiri Desa Rawakalong dulunya
merupakan hutan berantara yang dimana desa tersebut banyak binatang seperti
kelelawar atau masyarakat Rawakalong menyebutnya dengan sebutan “ kalong “
dan hewan tersebut hidup atau berada di atas pohon mangga besar yang terletak di
tengah pematang “ rawa “. Di setiap malam dan siang banyak kalong yang hingap
di pohon itu, sebagai tempat persinggahan kalong tersebut.
Buah mangga yang besar-besar itu merupakan makanan lezat bagi kalong
tersebut. Singkat cerita maka asal usul Desa Rawakalong berawal dari
sekelompok kalong yang hidup di atas pohon mangga yang dimana merupakan
makanan utama bagi kalong, maka dari itu dinamakan oleh masyarakat sekitar
dengan nama “ Kampung Rawakalong “. Selain itu pula banyak pohon besar
lainnya yang ada disekitarnya. Dan pada jaman kolonial Belanda Kampung
Rawakalong sering menjadi incaran orang-orang kulit putih. Seperti orang
Belanda itu sendiri dan orang-orang Cina sehingga banyak orang-orang pribumi
yang tertindas oleh kaum penjajah.21
Banyak lahan-lahan pertanian masyarakat Rawakalong yang dikuasai oleh
kaum penjajah dan dimana lahan-lahan tersebut mereka ribut paksa dari tangan
masyarakat Rawakalong untuk dijadikan sebagai perkebunan karet. Singkatnya
dari jaman ke jaman selalu berubah maka pada tahun 1936 terpilih seorang Kepala
Desa yaitu :
21
http://www.rawakalong.desa.id/desa-kami/sejarah (diakses, 04 Oktober 2017 Pukul,
14.44 Wib).
20
Gambal 1 : Kepala Desa Rawakalong mulai dari tahun 1936 hingga sekarang
Sumber Data: Kantor Kepala Desa Rawakalong Tahun 1963 Hingga Sekarang
1. Bapak Ahmad ( Tahun 1936-1952 )
2. Bapak H. Icang bin Lisan ( Tahun 1952-1968 )
3. Bapak Naiman bin H. Icang ( Tahun 1968-1978 )
4. Bapak Drs. H. Namar Soemantri ( Tahun 1978-1998 )
5. Bapak Wardi ( Tahun 1998-2007 )
6. Bapak H. Mawar Rias Asmara (Masih menjabat sebagai Kepala Desa
Rawakalong )
Sedangkan Tanah Kas desa seluas 198.300 M2, penggunaannya adalah sebagai
berikut :
Tabel 1.1 : Data Jumlah Bangunan yang dibuat oleh Desa Rawakalong
No Nama Bangunan Luas Bangunan
1 Bangunan Kantor Desa 755 M2
2 Bangunan SD / SMP / MI 12.500 M2
3 Tanah Makam / Kuburan 50.000 M2
4 Masjid / Musholah / Majlis Tak'lim 42.000 M2
5 Jalan Desa 48.000 M2
6 Lapangan Olah Raga 40.0 M2
Sumber Data : Kelurahan Rawakalong 2016
2. Visi Dan Misi Desa Rawakalong
Visi
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan
yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa. Penyuluhan Visi
Desa Rawakalong ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif, melalui
21
penelusuran wilayah (Transek) analisis potensi, peluang dan hambatan yang ada
atau mungkin timbul melibatkan pihak – pihak yang berkepentingan di Desa
Rawakalong seperti pemerintah desa, LPM, tokoh masyarakat, tokoh agama,
lembaga masyarakat desa dan masyarakat desa pada umumnya.22
Dan melalui
hasil musyawarah ditingkat desa berdasarkan pertimbangan diatas sepakat
menetapkan visi Desa Rawakalong adalah : “ membangun Desa Rawakalong yang
beriman, taqwa, berbudaya, berdaya guna menuju masyarakat yang sejahtera “
Misi
Selain menyusun visi juga telah ditetapkan misi – misi yang memuat suatu
pernyataan yang harus dilaksanakan oleh desa agar tercapainya visi desa tersebut.
visi berada diatas misi. Pernyataan visi kemudian dijabarkan kedalam Misi agar
dapat dioperasionalkan/dikerjakan. Sebagaimana penyusunan visi, Misipun dalam
penyusunan menggunakan pendekatan partisipatif dan pertimbangan potensial dan
kebutuhan Desa Rawakalong sebagaimana proses yang dilakukan maka misi Desa
Rawakalong adalah :
1. Mewujudkan pembangunan disegala bidang dengan landasan Iman dan
Taqwa
2. Membudayakan gotong-royong sebagai sarana untuk meningkatkan
pembangunan yang berdaya guna
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat yang profesional,
prima, cepat, tepat dan transparan
4. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan Pemerintahan,
pembangunan dan ekonomi untuk menuju masyarakat yang sejahtera
5. Meningkatkan sumber daya manusia yang handal, terampil, mandiri,
beriman dan taqwa
6. Mewujudkan layanan informasi kepada masyarakat.
Menurut pengamatan penulis dari visi dan misi yang diterangkan oleh
kelurahan Rawakalong sudah tercapai dengan baik dalam hal point ke 5 dari misi
22
http://www.rawakalong.desa.id/desa-kami/sejarah (diakses, 06 Oktober 2017 Pukul, 10.30
Wib).
22
dan visi kelurahan yang telah melaksanakan programnya tersebut dengan cara
bekerjasama antara Pondok Pesantren Al-Inaayah yang dimana kedua belah pihak
saling mendukung satu dengan yang lain dalam hal meningkatkan sumber daya
manusia yang handal, terampil, mandiri, beriman dan bertaqwa khususnya bagi
masyarakat sekitar Rawakalong yang berterima kasih banyak terhkusus untuk
pesantren Al-Inaayah yang telah menyelenggarakan pendidikan Islam bagi
masyarakat sekitar Rawakalong serta supaya masyarakat memiliki akhlak yang
baik dan selalu beriman kepada Allah SWT.
3. Kondisi Geografis Rawakalong
Gambar 2: Letak Geografi Desa Rawakalong
Sumber Data: Kelurahan Desa Rawakalong 2016
Desa Rawakalong merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan
Gunungsindur Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 525 ha, di atas permukaan
laut 125 M, dan tingggi curah hujan 2.004 M3, yang terdapat dalam 4 (Empat)
dusun, 17 (tujuh belas) Rukun warga (RW) dan 68 (enam puluh delapan) Rukun
Tetangga (RT) dan rencana pembentukan 2 RT baru.23
Batas wilayah Desa Rawakalong adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bhakti Jaya Tangerang Selatan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pengasinan Gunungsindur
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pondok Petir Kota Depok
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Curug Gunungsindur.
23
http://www.rawakalong.desa.id/desa-kami/sejarah (diakses, 08 Oktober 2017 Pukul,
09.00 Wib).
23
Jarak Kantor Desa ke Ibu Kota Kecamatan Gunungsindur, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat dank e Ibu Kota Negara adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2: Jarak Kantor Desa
Rawakalong ke Provinsi Jawa Barat
Ibu Kota
Kecamindur
7 Km
2. Ibu Kota Kabupaten
Bogor
35
Km
3. Ibu Kota Provinsi
Jawa Barat
135
Km
4. Ibu Kota Negara 30
Km
Sumber Data: Kelurahan Rawakalong 2016
Pada tahun 1990an ke bawah masyarakat Rawakalong rata-rata bermata
pencarian bertani dan berkebun. Mereka menghidupi kesehariannya dengan
bertani, ketika memasuki musim panen mereka menjual hasil kebunnya ke pasar
dan ada juga yang menjualkan barang hasil panennya dengan cara menjajakan
dagangannya berkeliling kampung sekitar Rawakalong. Ketika jaman sudah
memasuki era yang sudah maju di tahun 90an mata pencarian masyarakat
Rawakalong berubah drastis yang awalnya mereka banyak melakukan bercocok
tanam ataupun berkebun dan sekarang masyarakat Rawakalong sudah berubah
alih profesi menjadi wiraswasta dan banyak juga masyarakat bekerja mejadi
karyawan pabrik, itu semua terjadi akibat banyak lahan pertanian dan perkebunan
mereka sudah dijual ke pihak orang asing untuk dijadikan perumahan ataupun
pabrik.24
Di Kelurahan Rawakalong Kecamatan Gunung Sindur Bogor terdapat 4
dusun yang mengelilingi Desa Rawakalong yaitu Dusun Rawakalong, Dusun
Pakis, Dusun Pondok Miri, dan Dusun Ciater.
24 Bapak Ayadi, Sebagai Kasi Pelayanan Kelurahan Rawakalong, Wawancara Pribadi,
di Kantor Kelurahan Rawakalong, ( Rawakalong, 26 September 2017 Pukul, 10.56 Wib)
24
4. KONDISI DEMOGRAFI
Demografi
a. Rekapitulasi Penduduk berdasarkan jenis kelamin
Jumlah penduduk Desa Rawakalong dengan kepadatan penduduk per/Km +
150 Jiwa , dikelompokan berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut:
Tabel 2.1 : Rekapitulasi Penduduk menurut Jenis KelaminTahun 2014-
2016
Sumber Data: Kelurahan Desa Rawakalong 2014-2016
b. Rekapitulasi Penduduk Berdasarkan Usia
Jumlah penduduk Desa Rawakalong dengan kepadatan penduduk per/Km +
150 Jiw dikelompokan berdasarkan usia sebagai berikut:
Tabel 2.2: Rekapitulasi Penduduk Berdasarkan Usia pada Tahun 2014-
2016
Sumber Data: Kelurahan Desa Rawakalong 2014-2016
Jenis
Kelamin
Tahun Jumlah
Laki-laki 2014-
2015
7066
Jiwa
Perempuan 2014-
2015
7145
Jiwa
Laki-laki 2015-
2016
7346
Jiwa
Perempuan 2015-
2016
7426
Jiwa
Usia (Tahun) Tahun Jumlah
0-5 2014-2015 2000 Jiwa
6-16 2014-2015 1800 Jiwa
17-24 2015-2016 1500 Jiwa
25-50 2015-2016 1000 Jiwa
50+ 2014-2016 2000 Jiwa
25
c. Rekapitulasi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Penduduk Desa Rawakalong dikelompokan berdasarkan pendidikan sebagai
berikut:
Tabel 2.3: Rekapitulasi Penduduk Berdasarkan Pendidikan 2015-2016
Sumber Data: Kelurahan Desa Rawakalong dari
2014-2016
d. Rekapitulasi Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel 2.4: Rekapitulasi Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2014-
2015
Desa Rawakalong dikelompokan
berdasarkan agama adalah sebagai
berikut:
Sumber Data: Kelurahan Desa Rawakalong 2014-2016
Dalam hal data tentang jumlah kependuduk Rawakalong dari tahun 1991-
2012 menurut dari informasi kasi pelayanan Rawakalong Bapak Ayadi tahun 90an
belum ada data langsung jumlah kependudukannya karena pada zaman itu oleh
kelurahan Rawakalong belum begitu diperlukan dan untuk mengumpulkan data
SD 2014-2015 1826 Jiwa
SLTP 2014-2015 784 Jiwa
SMA 2014-2015 451 Jiwa
AKADEMI 2014-2015 58 Jiwa
S1 2014-2015 73 Jiwa
S2 2014-2015 14 Jiwa
S3 2014-2015 0 Jiwa
Pra Sekolah 2014-2015 100 Jiwa
Tidak Tamat SD 2014-2015 605 Jiwa
Agama Tahun Jumlah
Islam 2014-2015 7357 Jiwa
Katolik 2014-2015 152 Jiwa
Protestan 2014-2015 180 Jiwa
Hindu 2014-2015 0 Jiwa
Budha 2014-2015 102 Jiwa
Konghucu 2014-2015 19 Jiwa
26
penduduk masih menggunakan sistem manual yang dimana pengumpulan data
jumlah penduduk untuk dimasukan ke komputer belum secangging zaman
sekarang ini. Misalnya ada penduduk Tangerang yang pindah ke kelurahan
Rawakalong ada orang yang ingin membuat KTP untuk tempat tinggal sekarang
mudah untuk dibuatkan oleh pihak kelurahan tanpa syarat apapun yang harus
disediakan, akan tetapi kalau zaman sekarang orang pindahan ingin membuat
KTP ditempat sekarang orang itu tinggal agak sulit untuk dibuatkan KTP karena
awal prosedur untu membuat KTP yang orang itu terlebih dahulu yang harus ada
surat penghantar dari desa orang itu berasal dan barulah bisa dibuat oleh pihak
Kelurahan KTP tersebut.
Barulah ketika memasuki tahun 2000 ada sosialisasi yang dilakukan oleh
pihak kelurahan Rawakalong kepada masayarakat tentang masalah permintaan
dan pengumpulan jumlah data kependuduk Rawakalong baru dilakukan dari tahun
2012,2013,2014 hingga sekarang guna untuk melacak warga baru yang datang ke
desa Rawakalong itu berapa jumlah total keselurahan warga Rawakalong sekarang
itu untuk melacak di komputer itu mudah dibandingkan, tahun 90an untuk
melacak data jumlah warga Rawakalong di komputer itu agak sulit untuk dilacak
karena ketika pergantian kepala desa yang baru data-data tersebut tidak ada yang
lengkap dan untuk melacak ada warga baru atau tidak ketika Kepala Desa yang
baru melacaknya sulit untuk menemukan berapa jumlah penduduknya. Jadi pada
intinya penulis kekurangan sumber data untuk masalah jumlah penduduk Desa
Rawakalong dari mulai 1991-2012 dan penulis hanya mendapatkan data jumlah
penduduk Desa Rawakalong dari mulai tahun 2012 hingga 2016.25
B. Kondisi Sosial Keagamaan Masyarakat Rawakalong
Agama memberi makna dalam kehidupan individu dan kelompok, juga
memberikan harapan tentang kelanggengan hidup sesudah mati. Demikian pula
halnya dengan agama Islam, sebagai agama wahyu yang diturunkan Allah kepada
Rasul-Nya (Muhammad), merupakan agama yang mengatur hubungan dalam
kehidupan, baik hubungan manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan
25
Bapak Ayadi, Sebagai Kasi Pelayanan Kelurahan Rawakalong, Wawancara Pribadi,
di Kantor Kelurahan Rawakalong, ( Rawakalong, 24 Mei 2018 Pukul, 10.00 Wib)
27
alam sekitarnya, dan manusia manusia dengan Tuhan sebagai sang penciptanya.
Maka tidak mengherankan jika agama Islam disebut agama yang paling sempurna
dan menjadi rahmat bagi sekalian alam. Kerukunan antar umat beragama
setidaknya dapat diupayakan saling menghormati satu dengan yang lain supaya
terbina dengan baik, aman dan tentram demi bisa terlaksananya kesinambungan
pembangunan, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.Hal ini juga
merupakan usaha membentengi diri terhadap dampak negatif modernisasi dan
globalisasi.26
Kondisi sosial keagamaan masyarakat yang ada di Rawakalong bisa
dikatakan stabil saja karena dilihat dari data penduduk Rawakalong hampir 85%
beragama Islam sebab perkembangan penduduk yang ada di Rawakalong pada
waktu itu belum ada penduduk pendatang yang dari luar desa Rawakalong dan
mayoritas penduduk Rawakalong asli orang Rawakalong sendiri atau orang
pribumi Rawakalong, sedangkan kalau sekarang masyarakat Rawakalong lebih
banyak orang pendatangnya daripada orang asli pribumi Rawakalong.
Perbandingan penduduk pribumi dan pendatang sekitar 60% bagi masyarakat
pendatang di desa Rawakalong sedang orang asli pribumi Rawakalong hanya 40%
saja.27
Awal sebelum pondok pesantren berdiri kondisi keagamaan masyarakat
Rawakalong bisa dibilang tidak mengenal betul apa itu Islam dan Masyarakat
Rawakalong juga jarang ada yang mengerjakan sholat sama sekali, masyarakat
Rawakalong khususnya perempuan belum ada yang berpakaian muslimah, masih
tidak memakai kerudung, dan pakaian itu hanya sebatas menutupi bagian atas
dada perempuan. Waktu masih awal-awal pondok pesantren tahap pembangunan
keluarga Hj.Romelah selaku pendiri, pewakaf dan sekaligus istri dari pimpinan
Pondok Pesantren Al-Inaayah pertama yang bernama K.H. Ahmad Falaq Ibrahim
26
Uka Tjandrasasmitha, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di
Indonesia, (Pt Menara Kudus, 2002), hlm.2 27
Bapak Ayadi, Sebagai Kasi Pelayanan Kelurahan Rawakalong, Wawancara Pribadi,
di Kantor Kelurahan Rawakalong, ( Rawakalong, 26 September 2017 Pukul, 10.56 Wib)
28
selalu meluangkan waktu untuk menengok sejenak bagaiamana proses
pembangunan pondok pesantren dan sudah berapa presankah yang sudah jadi,
maka dari itu sebelum pondok pesantren berdiri keluarga Hj. Romelah tinggalnya
sementara di Cipete Jakarta ke Rawakalong hanya untuk mengunjungi pesantren.
Ketika keluarga Hj.Romelah sedang berada di pesantren dan sudah masuk waktu
sholat keluarga Hj.Romelah bingung untuk mencari tempat wudhunya karena
sebelum pondok pesantren berdiri belum ada tempat wudhu mau tidak mau harus
mencari hammam (kamar mandi) dan akhirnya mereka menemukan sebuah
pancuran air yang mengalir dari bambu baru mereka bisa berwudhu.
Ketika Hj.Romelah beserta keluarganya ingin melaksanakan sholat
kebingungan kembali untuk mencari tempat sholatnya karena pada waktu itu di
Rawakalong belum sama sekali ada masjid dan akhirnya keluarga Hj.Romelah
berinisiatif untuk melaksanakan sholatnya itu di bawah pohon bambu sambil
membawa sejadah karena masyarakat sini tidak ada sama sekali yang
mengerjakan sholat itupun ketika tahun 1990, memang masyarakat sini itu belum
mengerti dan belum mengenal apa itu sholat maka dari itu, semenjak berdiri
Pondok Pesantren Al-Inaayah masyarakat Rawakalong sekarang sedikit demi
sedikit mengerti apa itu yang namanya sholat bisa mengenal dan sudah banayak
masyarakat Rawakalong yang mengerjakan sholat.
Ketika pondok sudah berdiri ada sebuah pemikiran dari pimpinan pondok
pesantren Al-Inaayah KH.Ahmad Falaq untuk mendirikan majlis ta’lim pesantren
yang dikhususkan untuk masyarakat sekitar pondok pesantren supaya masyarakat
sekitar paham agama sedikit demi sedikit. Lalu KH.Ahmad Falaq berkerja sama
dengan RT dan RW berusaha untuk mengumpulkan masyarakat Rawakalong
disebuah mushola guna untuk membahas pembuatan pengajian di pondok
pesantren tapi sasaran yang paling utama dikhususkan untuk bapak-bapak sekitar
masyrakat Rawakalong. Pertama-tama yang diajarkan oleh K.H Ahmad Falaq
Ibrahim kepada masayarakat ialah tentang sholat dan akhirnya masyarakat sini
mulai mengerjakan sholat walaupun sholatnya itu masih ada yang setengah hati
mengerjakan sholatnya. Tahun berganti tahun akhirnya gabunglah pengajian
khususnya untuk kaum perempuan sekitar pondok pesantren dan majlis ta’lim pun
29
didirikan. Majlis kaum perempuan juga awal berdirinya dikumpulkan oleh RT,
RW, Bapak Lurah dan Bapak Camat kalau pondok pesantren Al-Inaayah ingin
mendirikan majlis pengajian juga khusus Ibu-ibunya.
Mulai dari situlah masyarakat Rawakolong mengenal sholat. Khusus untuk
Ibu-ibu masyarakat sudah mulai berbusana muslimah dan kalau keluarga
Hj.Romelah datang ke pesantren ketika pondok masih tahap pembangaun Ibu-ibu
sekitar pesantren itu belum berbusana muslim karena masyarakat sini sudah
ketinggalan jauh benar tentang pengetahuan agamanya. Sampai saat ini setiap
pesantren mengadakan pengajian ibu-ibu sudah banyak jamaah ibu-ibu dari
masyarakat yang mengikuti pengajian, malah sekarang jamaah ibu-ibu pengajian
yang mengaji di pondok pesantren sudah hampir mencapai 100 orang lebih
jamaah yang mengikutinya dan tempat yang biasa di pakai untuk pengajian Ibu-
ibu oleh yaitu kediaman rumah KH. Ahmad Falaq dan Hj Romlah serta teras
masjid Al-Inaayah.
Sekarang masyarakat Rawakalong bisa kita nilai dari segi keagamaanya
yang dahulu belum paham agama sekarang sudah jauh berubah, dimulai dari ibu-
ibunya yang sudah berpakaian muslimah semuanya, sedangkan waktu itu belum
paham agama ibu-ibunya belum sama sekali tidak berpakaian muslimah karena
ibu-ibu pada jaman pondok pesantren belum berdiri berpakaiannya itu hanya
menutupi bagian dada nya saja dan tidak pakai kerudung untuk menutupi
auratnya.
Ketika ada salah satu warga yang akan mengadakan acara hajatan
pernikahan atau sunatan di malam minggu biasanya itu kaum bapak-bapaknya itu
suka main kartu poker atau kartu gaple, kalau dulu memang begitu kelakuan
masayarakat Rawakalong khusus Bapak-bapaknya, akan tetapi sekarang semua
yang biasa dilakukan oleh Bapak-bapak ditinggal jauh perbuatan yang tidak baik
itu, malah sekarang bapak-bapaknya lebih mengutamakan mengikuti pengajian
daripada main gaple. Pada saat ini semua yang biasa mereka lakukan itu sudah
tinggalkan jauh dan tidak ada lagi masyarakat yang main gaple. Jadi memang
seharusnya sekarang waktunya untuk Pondok Pesantren Al-Inaayah maju dan
berkembang diibarat seperti pepatah bilang Pondok Pesantren Al-Inaayah
30
harusnya sudah mulai membokar hutan yang lebat, maka dari itu ketika Hj.
Romelah berbicara kepada anak-anaknya tentang Pondok Pesantren Al-Inaayah
kedepannya itu tidak maju atau berkembang malu karena Pondok Pesantren Al-
Inaayah tinggal meneruskan saja perjuangan yang telah diusahakan oleh KH.
Ahmad Falaq supaya pondok lebih maju dan berkembang. Keinginan yang belum
tercapai bagi HJ. Romelah terhadap kemajuan dan perkembangan Pondok
Pesantren Al-Inaayah yaitu ingin mempunyai Universitas sendiri guna untuk
kelangsungan tenaga pengajar yang mengajar di Pondok Pesantren Al-Inaayah.28
C. Kondisi Pendidikan Masyarakat Rawakalong
Masalah pendidikan yang ada di Rawakalong pada saat pondok pesantren
belum berdiri masih cukup kurang tentang pendidikannya karena masih belum
berkembang pesat seperti saat ini, dikarenakan pada waktu itu di Rawakalong
hanya memiliki sekolah SD itupun pendidikan yang diajarkan hanya pendidikan
umum. Jadi untuk pendidikan Islamnya itu desa Rawakalong belum begitu ada
sekolah yang mengajarkan pendidikan Islamnya. Maka dari itu munculah Pondok
Pesantren Al-Inaayah di Rawakalong yang pendidikan sudah berbasis Islam.29
Secara umum pondok pesantren mempunyai tujuan dan fungsi sebagai lembaga
pendidikan dan sekaligus tempat untuk penyiaran agama Islam, supaya bisa
membentuk manusia yang mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya ajaran-
ajaran agama Islam.
Tujuan pendidikan tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran murid
dengan penjelasan, tetapi untuk meningkatkan moral, melatih dan mempertinggi
semangat , menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap
dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, dan menyiapkan para murid untuk
hidup sederhana dan berhati yang bersih. Diantara cita-cita pendidikan pesantren
adalah latihan untuk dapat berdiri sendiri dan membina diri agar tidak
menggantungkan sesuatu kepada orang lain kecuali kepada Tuhan.
28
Hj. Romelah, Selaku Pendiri dan Pewakaf Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong,
Wawancara Pribadi, Pondok Pesantren Al-Inaayah, ( Rawakalong, 24 Desember 2016 Pukul.
17.00 Wib)
29
Bapak Ayadi, Sebagai Kasi Pelayanan Kelurahan Rawakalong, Wawancara Pribadi,
di Kantor Kelurahan Rawakalong, ( Rawakalong, 26 September 2017 Pukul, 10.56 Wib)
31
Dilihat dari kondisi pendidikan di Rawakalong awal pondok pesantren
belum ada hanya memiliki 1 sekolah SD saja sedang berbanding terbalik pada
saat pondok sudah berdiri kondisi pendidikan masyarakat sini sudah cukup bagus
walaupun anak-anak sekitar sudah sekolah di pesantren, dan termasuk di sebelah
pondok juga ada sekolah SD, sudah rame dan cukup bagus pendidikannya,
sekarang sudah ada TPA-TPA di daerah sekitar pondok pesantren walaupun Al-
Inaayah tidak memilikinya, tapi banyak anak-anak masyarakat sini ada juga yang
bersekolah di Pondok Pesantren Al-Inaayah walaupun tidak menetap di pondok
pesantren alias hanya sekolah saja pulang pergi dari pondok ke rumah itu semua
hanya di khususkan masyarakat sini, ibu-ibunya sudah bagus dan anak-anaknya
juga sudah banyak yang sekolah di TPA maupun Tk-Tk Islami walaupun bukan
100% milik Pondok Pesantren Al-Inaayah tapi di masyarat sudah banyak anak-
anaknya yang sekolah dan sudah banyak yang belajar. Selain itu ada juga
masyarakat sini yang jebolan alumni Pondok Pesantren Al-Inaayah yang mengajar
di SD sekitar Rawakalong, dan ada juga yang bisa membuat TPA sendiri
sekaligus mengajar ditempatnya.
Jadi kondisi pendidikan yang ada di Rawakalong ini bisa dikatakan banyak
berubah yang awalnya desa Rawakalong hanya memiliki SD, akan tetapi sekolah-
sekolah yang lain juga sudah banyak didirikan di sekitar Rawakalong. Itu semua
disebabkan karena di Rawakalong ada pesantren Al-Inayah.
Di bab selanjutnya penulis akan menjelaskan tentang sejarah berdirinya
pondok pesantren, tokoh-tokoh pendiri, sistem pendidikan yang digunakan,
alumni-alumni pondok pesantren Al-Inaayah dan Respon masyarakat terhadap
pondok pesantren.
32
BAB III
PONDOK PESANTREN AL-INAAYAH RAWAKALONG
Secara etimologi perkataan pesantren berasal dari akar kata santri dengan
awalan “pe” dan akhiran “an” berarti “tempat tinggal santri”, selain itu, asal kata
pesantren terkadang dianggap gabungan dari kata “sant” (manusia baik) dengan
suku kata “ira” (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat
pendidikan manusia baik-baik.30
Kemudian Profesor John berpendapat bahwa
istilah santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. Adapun CC
Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari kata shastni yang dalam
bahasa India adalah orang-orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau
seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.31
Pondok Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah” tempat
belajar para santri”, sedangkan Pondok berarti rumah atau tempat tinggal
sederhana yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata “Pondok” mungkin juga
berasal dari bahasa Arab “Funduq” yang berarti “hotel atau asrama”. Perhatian
yang diberikan Pondok Pesantren sebenarnya menunjukan bahwa di lapangan dan
dibidangnya sendiri Pesantren memiliki peranan yang cukup berarti, Peran itu
dapat diktegorikan pada peranan murni yang bersifat keagamaan, dan yang
bersifat kultural (budaya), sosial, dan ekonomi.32
Berbicara tentang masalah perkembangan Islam yang ada di Indonesia
tentunya tidak lepas dari membicarakan Pondok Pesantren. Di samping
merupakan salah satu benteng pertahanan ajaran Islam, Pondok Pesantren juga
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang baik bagi kita untuk bisa
menggali serta mengembangkan ajaran agama Islam secara lebih mendasar dan
mendalam. Peranan ini telah ada sejak zaman pra penjajah dan masih ada hingga
saat ini.
30
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, ( Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hlm.5 31
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, ( Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), hlm. 20 32
Abdurahman Wahid, Penggerak Tradisi, (Yogyakarta: LKIS 2001), hlm. 7
33
Dewasa ini, Pesantren terbagi menjadi dua jenis, yaitu pesantren salafiyah
(masih menggunakan sistem pendidikan sederhana atau tradisional) dan pondok
pesantren khalafi/modern ( sudah mengadopsi sistem pendidikan modern atau
umum). Keberhasilan Pesantren telah diakui oleh berbagai pihak sebagai sebuah
lembaga pendidikan yang telah ikut andil mencerdaskan kehidupan bangsa
terutama di zaman kolonial, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan
yang sangat berjasa bagi umat Islam.
Pondok pesantren yang merupakan “Bapak” dari pendidikan Islam yang
ada di Indonesia, didirikan karna adanya Tuntunan dan kebutuhan zaman. Hal ini
bisa dilihat dari perjalanan sejarah, di mana bila dilihat kembali, sesungguhnya
pesantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban dakwah Islamiyah, yakni
menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam.33
Pesantren adalah sebuah kompleks dengan lokasi yang umumnya terpisah
dari kehidupan disekitarnya. Dalam kompleks itu berdiri beberapa bangunan:
rumah kediaman pengasuhan ( di daerah pedesaan Jawa disebut kiai, di daerah
Sunda disebut ajengan, dan di daerah Madura disebut nun atau bendara, disingkat
ra), sebuah surau atau masjid tempat pengajaran diberikan (madrasah/sekolah),
dan asrama tempat tinggal para siswa pesantren (santri).34
Secara historis, lembaga pesantren telah dikenal luas di kalangan
masyarakat Indonesia pra Islam. Dengan kata lain, pesantren seperti yang
dikatakan oleh Nurcholis Madjid, tidak hanya identik dengan makna keislaman,
tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia ( indigeneous), disebabkan
oleh lembaga pesantren ini sudah ada sejak kekuasaan Hindu dan Budha. Sangat
tepat para wali dan penganjur agama pada masa lampau memilih metode dakwah
mereka melalui saluran pendidikan, bukan perang, sehingga proses Islamisasi
yang begitu sempurna di negeri ini hampir tidak ada yang dilaksanakan kekuatan
33
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: LSIK, 1996), hlm. 139 34
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, (Yogyakarta: LkiS,
2001), hlm. 139
34
militer, walau dengan begitu harus dibayar dengan toleransi dan kompromi yang
tinggi.35
Unsur-unsur pokok pesantren, yaitu kiai, masjid, santri, pondok dan kitab
Islam klasik( atau kitab kuning), adalah elemen-elemen unik yang membedakan
sistem pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya.36
Secara lebih detail, Mukti Ali menjelaskan ciri-ciri pesantren sebagai
berikut:
a. Adanya hubungan yang akrab antara murid ( para santri) dengan sosok
kiai. Hal ini dimungkinkan karena mereka tinggal dalam satu
lingkungan pondok.
b. Tunduknya santri kepada kiai. Para santri menganggap bahwa
menentang kiai selain tidak sopan juga bertentangan dengan ajaran
agama.
c. Hidup hemat dan sederhana benar-benar dilakukan dalam kehidupan
pesantren.
d. Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan kentara di pesantren.
Hal ini disebabkan santri menyuci pakaiannya sendiri, membersihkan
kamar tidurnya sendiri dan bahkan tidak sedikit mereka yang memasak
makanannya sendiri.
e. Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai
pergaulan di pesantren.37
f. Disiplin sangat ditekankan dalam kehidupan di lingkungan pondok
pesantren.
g. Berani menderita untuk mencapai sesuatu tujuan merupakan salah satu
pendidikan yang diperoleh di pesantren.
35
Mustajab, Masa Depan Pesantren: Telaah atas Model Kepemimpinan dan Manajemen
Pesantren Salaf, ( Yogyakarta: LkiS, Cetakan I: 2015), hlm. 57
36
Mustajab, Masa Depan Pesantren: Telaah atas Model Kepemimpinan dan Manajemen
Pesantren Salaf, ..., hlm.58. 37
Ali Mukti, Beberapa Persoalan Agama Dewasa ini, (Jakarta: Rajawali Press, 1987),
hlm.19-20.
35
Perkembangan pondok pesantren sangat variatif. Dhofier membaginya
menjadi dua macam, yaitu: salafi dan khalafi. Pondok Pesantren Salafi adalah
pondok pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik
sebagai inti pendidikan di pondok pesantren. Sistem madrasah diterapkan untuk
memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam pengajian bentuk lama, tanpa
mengenal pelajaran umum. Pondok Pesantren Khalafi adalah pondok pesantren
yang telah memasukan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah-madrasah yang
dikembangkannya, atau membuka tipe sekolah-sekolah umum di lingkungan
pondok pesantren.
Abdullah Syukri Zarkasyi membagi varian pondok pesantren menjadi tiga,
yakni: pondok pesantren tradisional, pondok pesantren modern, dan pondok
pesantren perpaduan antara tradisional dan modern. Yaitu sistem dan metode serta
prasarananya sudah menuju pendidikan modern, bahkan komputer dan sebagainya
yang menitikberatkan pada masalah efisiensi dan efektivitas pendidikan. Namun
sekalipun demikian, Pondok Gontor bukan berarti bersih dari kitab klasik, kata
Mastuhu. Hasil pemetaan Departemen Agama (2005), bahwa jumlah pondok
pesantren di Indonesia mencapai 14.656 lembaga, masing-masing: pondok
pesantren tradisional 9.105 lembaga, pondok pesantren modern 1.172 lembaga,
dan pondok pesantren terpadu 4.370 lembaga.38
Keragaman dan keunikan pesantren juga terdapat pada sistem
pembelajarannya. Hal ini terkait dengan kenyataan sejauh mana sebuah pondok
pesantren tetap mempertahankan sistem pembelajaran lama yang cenderung
menggunakan pedekatan individual atau kelompok dan sejauh mana pondok
pesantren menyerap sistem pendidikan modern yang lebih mengedepankan klasik.
Dari berbagai tingkat konsistensi dengan sistem lama dan keterpengaruhan oleh
oleh sistemmodern, secara garis besar pondok pesantren dapat dikategorikan ke
dalam tiga bentuk yaitu a) Pondok Pesantren salafiyyah, b) Pondok Pesantren
khalafiyah, dan c) Pondok Pesantren campuran/kombinasi.39
38
Abd. Halim Soebahar, Kebijakan Pendidikan Islam dari Ordonansi Guru sampai UU
Sisdiknas, ( Yogyakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, Cet. Ke-1 Maret 2013), hlm. 84
39
Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depag RI, Pondok Pesantren dan madrasah
Diniyah; Pertumbuhan dan Perkembangannya, ( Jakarta: Departemen Agama, 2003), hlm. 28-30.
36
Tujuan utama pesantren adalah menyiapkan calon lulusan yang hanya
menguasai masalah agama semata. Rencana pelajaran (kurikulum) ditetapkan oleh
kiai dengan merujuk kitab-kitab apa yang harus dipelajari. Penggunaan kitab
dimulai dari jenis kitab yang rendah dalam satu disiplin ilmu keIslaman sampai
pada tingkat yang lebih tinggi. Kenaikan kelas atau tingkat ditandai dengan
bergantinya kitab yang telah ditelaah setelah kitab-kitab sebelumnya selesai
dipelajarinya. Ukuran kealiman seorang santri bukan dari banyaknya kitab yang
dipelajari tetapi diukur dari praktek mengajar sebagai guru mengaji, dapat
memahami kitab-kitab yang sulit dan mengajarkan kepada santri-santrinya.
Imam Zarkasih mengatakan, nilai-nilai yang dikembangkan di pondok
pesantren adalah, yaitu: jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa kemandirian,
dan jiwa ukhuwah islamiyah.40
Keberadaanya pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat tidak hanya
sebagai lembaga pendidikan tetapi juga sebagai lembaga penyiaran Islam. karena
pembinaan yang dilakukan pesantren biasanya tidak hanya fokus kepada santri di
lingkungan pesantren, tetapi juga masyarakat sekitar melalui dakwah atau
pengajian yang dilakukan oleh para kiai.41
Selanjutnya pondok pesantren tumbuh dan berkembang dewasa ini dengan
memadukan tiga unsur pendidikan yang sangat penting, yaitu: Ibadah
menanamkan Iman. Tabligh untuk menyebarkan ilmu agama Islam. Amal untuk
memujudkan kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.42
Pondok
pesantren di Nusantara menjadi pusat-pusat perhatian masyarakat dari dahulu
sampai sekarang.
Peranan pondok pesantren di masa lalu, selain sebagai lembaga pendidikan
juga sebagai penggerak perjuangan rakyat dalam mengusir penjajah. Pada masa
sekarang ini Pesantren selain sebagai lembaga pendidikan keagamaan, juga
berperan dalam pembangunan masyarakat baik bersifat sosial, ekonomi, maupun
40
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi, dan Aksi,
(Jakarta: PT. Gamawindu Panca Perkasa, 2000), hlm. 222 41
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Cet.1, (Jakarta: Rajawali, 1996), hlm.42 42
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi, dan A
ksi, (Jakarta: PT.Gamawindu Panca Perkasa, 2000), hlm.222
37
budaya. Bentuk pondok pesantren di Indonesia yang telah ada sejak 300-400
tahun yang lalu, khususnya di Jawa Barat, sangat bervariasi. jika diusahakan
dengan baik, pesantren dapat dijadikan sekolah unggulan. Secara makro, karena
keterlibatan pesantren dalam melaksanakan konsep unggulan dan terpadu, Pondok
Pesantren dapat dijadikan aset yang lebih potensial dalam upaya meningkatkan
sumber daya manusia dan menunjang keberhasialn pembangunan nasional.43
Maka dari itu bahwasannya Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
tergolong kepada kategori pesantren khalafi dan memiliki pola sikap pesantren
yang dapat menerima arus modernisme secara mayoritas atau menerima
modernisme secara selektif. Karena Pondok Pesantren Al-Inaayah dapat
menerima modernisasi pada masa sekarang sebagai modernisme kemudian dipadu
dengan tradisi pesantren.
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
1. Latar Belakang Berdirinya PonPes Al-Inaayah Rawakalong Gunung
Sindur
Pondok Pesantren Al-Inaayah didirikan oleh empat bersaudara putra putri
H. Abdullahyaitu; H. Muhammad, Hj. Muhayah, H. Mawardi, Hj. Romelah, yang
membeli tanah seluas 5 hektar di desa Rawakalong pada tahun 1983. Rencana
awal pembangunan PonPes Al Inaayah akan berlokasi di jalan Cipete Raya,
Cipete Selatan, Cilandak Jakarta Selatan, sesuai dengan domisili para pengurus
yayasan Al-Inaayah yang mayoritas tinggal di daerah tersebut. Namun melihat
situasi di lingkungan tersebut kurang memungkinkan karena suasana kota Jakarta
yang ramai dan padat dengan para pengusaha yang ingin mengembangkan
usahanya, maka rencana untuk mendirikan Pondok Pesantren Al-Inaayah di
daerah Jakarta tidak jadi dilaksanakan.
Maka dari untuk mewujudkan niat mendirikan pondok pesantren timbullah
pemikiran di keempat bersaudara putra putri H Abdullah membangun Pondok
Pesantren Al-Inaayah di kampung Pondok Miri Rawakalong Gunung Sindur
Bogor, di atas tanah yang mereka beli pada tahun 1989. Dengan tekad yang bulat
43
Pupuh Faturrahman, Alternatif sistem pendidikan terpadu, ( Bandung:, Tunas
Nusantara , 2000), hlm. 12.
38
dan doa restu dari beberapa kiai sepuh di Jawa, di antaranya kiai pondok
pesantren Lirboyo, kiai Jampes Kediri, kiai Gontor, dan dengan bantuan kiai
Mahrus Amin. Kemudian pada tanggal 15 agustus 1989 mulailah peletakan batu
pertama pembangunan Pondok Pesantren Al-Inaayah, dengan dihadiri langsung
oleh para ulama dari Jakarta dan aparat pemerintah, antara lain bapak Camat
Gunung Sindur dan bapak Lurah Rawakalong.
Tahun 1991 pembangunan selesai tapi hanya meliputi 7 ruang kelas dan 5
kamar, Masjid belum dibangun, aula belum ada. Mulai tanggal 15 Juli 1991
Pondok Pesantren Al-Inaayah membuka pendaftaran murid baru dengan jumlah
murid baru sebanyak 37 orang putra dan putri44
, yang dikelola oleh 9 orang tenaga
guru, antara lain Bapak Pimpinan Pesantren K.H. Ahmad Falak Ibrahim sebagai
pimpinan Pondok Pesantren Al-Inaayah45
, Drs. H. Asnawi HT sebagai Ketua
TMI (Tarbiyatul Muallimin Wal Muallimat), Abdullah, S.Ag sebagai Kepala
Sekolah Tsanawiyah dan Haerison, S.Ag sebagai Bagian Pengajaran. kepala
pengasuhan yang mana mempunyai beberapa peraturan-peratutan yang diterapkan
di asrama untuk para santri mukim Selama 24 jam, yang dibimbing langsung oleh
para wali kamar atau guru-guru yang tinggal di asrama, seperti, kegiatan-kegiatan
yang di luar KBM (Kegiatan belajar mengajar) muhadoroh, kelompok Ta’lim
Qur’an, dan ekstrakulikuler lainnya.
Jumlah guru mukim dan non mukim di pondok pesantren Al-Inaayah
berjumlah 30 orang, dan ada beberapa kelas pergi pulang mempunyai 4 rombel
kelas, kelas 1c berjumlah 37 siswa, kelas 2c 22 siswa, kelas 3c 29siswa, dan 4b
44
Rincian 37 orang itu, 18 orang anak yatim dari kali mukti cirebon, kemudian ditambah
lagi ada beberapa dari lemparan santri pesantren Darunnajah jakarta, dan ada juga beberapa santri
yang daftar dari sanak keluarganya. 45
Menurut penuturan Umi Hj. Romelah, pada mulanya KH. Ahmad Falaq Ibrahim berniat
akan Brunei Darussalam selepas masa studinya di Mesir dan Madinah. Namun rencana itu tidak
disetujui oleh keluarga besar Umi, utamanya dari Abi Muhammad. Beliau menyarankan KH.
Ahmad Falaq menyebarkan ilmunya di kampung Rawakalong, di mana keluarga ini memiliki
tanah. Di situlah niatan mendirikan pesantren bermula. Drs. KH. Asnawi HT, M.Pd I, Selaku
Pimpinan Pon. Pes Al- Inaayah Ke-2, Rawakalong Gunung Sindur Bogor, Wawancara pribadi ,
PonPes Al-Inaayah Rawakalong, 24 Desember 2016 Pukul 05.00 Wib.
39
7orang ,dan kelas pergi pulang ini mempunyai organisasi tersendiri yakni OSIS
Al-Inaayah yang mana kegiatannya hanya di waktu sekolah saja yang langsung di
bimbing oleh ustz Totoh. Dan ada juga program tahfidz Qur’an yang mana
kegiatan ini sebagian dari ekstrakulikuler yang mana lembaga ini baru terbentuk
pada tahun ini, dengan jumlah santri 10 putra, dan 10 putri.
Osal (organisasi santri Al-inaayah) organisasi ini yang dimandatkan
langsung kepada kelas 2 dan 3 aliyah, dan dibimbing oleh para asatidz. Organisasi
ini memiiki beberapa bagian-bagian yang akan dijalankan oleh para santri Aliyah,
seperti, bagian Keamanan, Pengajaran, Bahasa, Kesehatan, Olahraga, IT,
Kesenian, dan Perpustakaan. Para santri Aliyah yang sudah mendapat bagian-
bagian tersebut lalu menjalankan apa yang sudah di bimbing langsung oleh para
asatidz.
Dengan tekad yang bulat dan doa restu dari beberapa kiai sepuh di Jawa,
di antaranya kiai Pondok Pesantren Lirboyo, Kiai Jampe Kediri, Kiai Gontor, dan
dengan bantuan Kiai Mahrus Amin pimpinan Pondok Pesantren Daarunnajah
Jakarta, maka pada tanggal 15 Agustus 1989 dimulai peletakan batu pertama
pembangunan Pondok Pesantren Al-Inaayah, dengan dihadiri oleh para ulama dari
Jakarta dan aparat pemerintahan, antara lain Bapak Camat Gunung Sindur dan
Bapak Lurah Rawakalong.
Tahun 1991 pembangunan selesai tapi hanya meliputi 7 ruang kelas dan 5
kamar, Masjid belum dibangun, aula belum ada. Mulai tanggal 15 Juli 1991
Pondok Pesantren Al-Inaayah membuka pendaftaran murid baru dengan jumlah
murid baru sebanyak 37 orang putra dan putri yag dikelola oleh 9 orang tenaga
guru, antara lain Bapak Pimpinan Pesantren K.H. Ahmad Falak Ibrahim sebagai
pimpinan PonPes, Drs. H. Asnawi HT sebagai Ketua TMI (Tarbiyatul Muallimin
Wal Muallimat), Abdullah, S.Ag sebagai Kepala Sekolah Tsanawiyah dan
Haerison, S.Ag sebagai Bagian Pengajaran.
Untuk melengkapi administrasi maka keluarga besar H. Muhammad
bersaudara membentuk Yayasan Al-Inaayah pada tanggal 29 Mei 1990 di kantor
Akte Notaris Ny. Yetty Taher S.H. SK. Men. Keh. NO. Y.A.7/16/13. Tgl. 22
Oktober 1974 di Jakarta dengan Nomor Akte 101.
40
Berikut ini adalah pengurus Yayasan Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
Gunung Sindur Bogor :
Dewan Penyantun : 1. Bupati Bogor
2. H. Muhammad
Penasehat : 1. H. Manaf Muhayyar (Pengasuh Pesantren
Daarunnajah Jakarta)
2. K.H.Abdur Rahman Said
3. K.H. Abdul Hay Naim
Pembina : Drs. K.H. Mahrus Amin (Pimpinan Pondok
Pesantren Daarunnajah Jakarta)
Direktur : Drs. K.H. Ahmad Falak Ibrahim,Lc
Wakil Direkur : Drs. H. Halwanih
Bag. Administrasi dan Keuangan : H. Abdul Aziz, S.E.
Bidang Pengajaran : 1. Drs. H. Asnawi,HT
2. Dra. Hj.Aguswati
Bidang Humas dan Majlis
Pengembangan Masyarakat : 1. H. Zaenudin Zen,BA Somad S.H
2. Drs. Syihul Basyar
Bidang Pembangunan : 1. H. Hasan Niin
2. Hj. Muhayya
Namun seiring berjalannya waktu ada 2 orang pengurus yayasan yang
harus mengalami pergantian karena yang bersangkutan telah meninggal dunia
yaitu H. Hasan Niin dan Hj Muhayya yang kemudian digantikan oleh H. Marzuki,
Lc dan H. Jalaludin S.H.
Rumusan tujuan Pendirian Yayasan Al-Inaayah dalam Anggaran dasar antara lain
:
1. Membangun manusia Indonesia sejahtera, Berpengetahuan luas, cinta pada
nusa dan bangsa serta taqwa kepada Allah SWT, dan mampu
mengamalkan ajaran Islam.
2. Bidang garapan Yayasan Pondok Pesantren Al-Inaayah yaitu :
3. Mendirikan Balai Pendidikan Pondok Pesantren
41
4. Menyelenggarakan pendidikan formal tingkat Madrasah Tsanawiyah dan
Madrasah Aliyah.
5. Mendirikan Balai Kesehatan untuk santri Al-Inaayah khususnya dan untuk
masyarakat sekitar.
6. Memberikan BeaSiswa bagi santri berprestasi.
7. Menyelenggarakan pendidikan ketrampilan.
8. Menerbitkan buletin pesantren dan brosur-brosur yang bernafaskan Islam.
9. Namun ada satu bidang yang belum terealisasi sampai saat ini yaitu
mendirikan balai kesehatan untuk santri dan masyarakat.
Sebagai Balai Pendidikan Islam, Pondok Pesantren Al-Inaayah
mempunyai kewajiban untuk ikut mencerdaskan bangsa, selain itu juga memiliki
visi dan misi yaitu membenuk generasi muslim Indonesia yang sarat dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diimbangi dengan iman dan taqwa sehingga
terbentuk generasi Qurani. Sedangkan tujuan berdirinya Pondok Pesantren Al-
Inaayah adalah menghasilkan output dengan prestasi tinggi dari segi ilmu dan
amal dengan wawasan iman dan taqwa, serta membentuk generasi yang mampu
berkomunikasi dengan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris secara benar
Respon masyarakat bagus, walaupun disini masih banyak orang yang
belum sholat, itupun ketika Pondok Pesantren Al-Inaayah baru dibangun. Akan
tetapi oleh H. Muhammad bersama almarhum K.H. Ahamad Falaq Ibrohim
masyrakat Rawakalong dirangkul dan diajak bergabung di majlis ta’lim pesantren
untuk diajarkan mengaji atau mengenali ilmu agama.46
Hubungan Pondok Pesanten Al-Inaayah dengan pesantren yang lain
berjalan dengan baik. Karena kita selalu menjalani silahturahmi dengan pesantren
yang lain seperti Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta, dan kita juga saling sering
bersama-sama tukar pikiran tentang pesantren-pesantren yang kita pimpin ini. Jadi
hubungannya sangat terjaga baik.
Kemudian setelah suaminya Hj.Romelah meninggal dunia estafet
kepemimpinan Pondok Pesantren Al-Inaayah dilanjutkan perjuangannya oleh
46
Salah satu peninggalan upaya ini adalah majlis ta’lim hari senin yang kini diasuh oleh
putra KH. Ahmad Falaq Ibrahim, yakni Ust. Usamah Ahmad Falaq Ibrahim. Wawancara bersama
Umi Romelah
42
ustaz H. Asnawi yang merupakan ustaz yang dikirim dari Pondok Pesantren
Darunnajah 1 Jakarta untuk membantu Pondok Pesantren Al-Inaayah. Kemudian
dari tahun awal berdirinya sampai sekarang bentuk fisik dari Pondok Pesantren
Al-Inaayah sudah mulai banyak yang berubah dan Hj.Romelah berharap semoga
Pondok Pesantren Al-Inaayah ini semakin maju dan berkembang, memang
kedepannya Hj.Romelah berkata kita harus memikirkan bagaimana masa depan
anak-anak dan cucu kita ini mengingat zaman sekarang itu sudah memasuki
zaman modern atau globalisasi karena zaman tersebut sudah mulai maju baik dari
segi ilmu pengetahuan, teknologi yang semakin maju dan lain-lain oleh karena itu
kita harus bisa membekali anak-anak dan cucu kita dengan ilmu pengetahuan baik
umum maupun agama supaya kelak anak dan cucu kita bisa bersaing dengan
orang lain di zaman yang sudah canggih dan maju ini.47
2. Sarana dan Prasarana
Fasilitas adalah salah satu faktor yang menunjang kegiatan-kegiatan
belajar mengajar di sekolah atau lembaga pendidikan yang dilakukan guru dan
siswa, keberhasilannya begitu besar dipengaruhi oleh fasilitas belajar atau sarana
dan prasarana yang tersedia. Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong salah satu
lembaga Islam yang telah berstatus terakredetasi oleh pemerintah. Untuk
mencapai pendidikan yang dicita-citakan Pondok Pesantren Al-Inaayah
Rawakalong menyediakan sarana dan prasarana, sarana dan prasarana yang
disediakan adalah sebagai berikut:
1. Masjid Jami’ Al-Inaayah
2. Aula Serba Guna
3. Gedung Sekolah MTS & MA
4. Asrama Putra & Putri
5. Lab. Bahasa Arab dan Inggris
6. Lab. Komputer
7. Lab. IPA
47 https://ponpesalinaayah.wordpress.com/2010/02/22/sejarah-pon-pes-al-
inaayah/,(diakses,10 November 2017 Pukul, 10.00 Wib).
43
8. Perpustakaan
9. Lapangan Volly
10. Lapangan Futsal
11. Lapangan Basket
12. Lapangan Sepak Bola Mini
13. Lapangan Badmiton
14. Mobil Operasional 3 Unit
15. Kantin
16. Ruang Kantor Kepala MA
17. Ruang Kantor Kepala MTS
18. Lapangan Upacara
19. Kantor Pengasuhan Santri
20. Ruang Penyimpanan Alat-Alat Drum Band
21. Ruang Pendaftaran/ Penerimaan Santri Baru
22. Dapur
23. Pos Penjaga Siang & Malam
24. Asrama Santri Tahfidzul Qur’an Putra & Putri
25. Ruang Kantor Tata Usaha
Kegiatan-kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong antara
lain:
1. Pendidikan Formal memakai kurikulum Departemen agama, kementrian
pendidikan nasional dan kurikulum pesantren
Tarbiyatul Mu’allimin wamu’allimat Al-Islamiyah (TMII) selama enam Tahun
dan setara dengan sekolah menengah pertama (Mts/SMP) dan tingkat menengah
atas (MA/SMU) yang mengacu kurikulum DEPAG/DIKNAS (Mts dan MA,
keduanya Terakreditasi A) diperkaya dengan kurikulum pesantren.
2. Pendidikan Pesantren
Pendidikan pesantren atau Boarding School yang dipakai oleh Al-Inaayah
ialah pendidikan yang mengadopsi perpaduan antara sistem pesantren modern
Gontor dan Darunnajah Jakarta yang dimana didalamnya terdapat pendidikan
salafiyah, yang mewajibkan seluruhnya santri tinggal secara penuh di asrama
44
terpisah antara putra dan putri dengan bimbingan para guru selama 24 jam.48
Pengawasan yang dilakukan secara intensif oleh guru agar santri menaati serta
berdisiplin dan terbiasa berbahasa Arab & Inggris dalam keseharian di pondok.
Bisa dibilang yang mendukung modernnya pondok pesantren Al-Inaayah adalah
percampuran antara pelajaran lokal atau pelajaran yang berbasis bahasa Arab yang
dipadukan dengan pelajaran-pelajaran asing seperti Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris. Walaupun pesantren ini bisa dikatakan modern hampir semuanya tetapi
didalamnya masih terdapat pelajaraan kitab-kitab kuning yang diajarkan langsung
oleh guru-guru Al-Inaayah terdahulu yang dimana guru-gur tersebut pernah
belajar di pesantren salafiyah dan pesantren Al-Inaayah juga santrinya masih
mengamalkan tradisi-tradisi keagamaan dari pesantren salafi.
3. Pendidikan Ekstrakulikuler
Di pesantren Al-Inaayah selain mengadakan pendidikan Formal terdapat
pendidikan yang diluar jam KBM yaitu pendidikan ekstrakulikuler yang biasa
dilakukan santri pada sore hari. Pendidikan ekstrakulikuler yang terdapat di Al-
Inayaah adalah sebagai berikut:
a. Tahfidz Al-Qur’an
b. Tahsin Al-Qur’an
c. Kajian Kitab Kuning
d. Muhadrah (Arab, Inggri, & Indonesia)
e. LDK
f. Praktek Pengabdian Masyarakat (PPM)
g. Amaliyah Tadris
h. Marawis
i. Pramuka
j. Olahraga
k. Seni Bela Diri Tapak Suci
l. Drumband
m. Kesenian dan Keterampilan
48 Brosur, Penerimaan Santri Baru Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong, T.A 2017/
2018 Tsanawiyah dan Aliyah, ( dilihat pada tanggal 12 Januari 2018)
45
Untuk mengasah bakat-bakat yang terpendam pada diri santri di
pendidikan ekstrakulikuler itu santri-santri Al-Inaayah mengasahnya dengan cara
santri tersebut berlatih dan belajara secara otodidak tanpa perlu diajarkan oleh
ustaz-ustaz. Bakat-bakat santri yang paling menonjol di pesantren Al-Inaayah bisa
dibilang banyak sekali diantaranya ekstrakulikuler pramuka, berpidato 3 bahasa,
kesenian Islam seperti marawis dan hadroh, futsal, dan lain-lainnya. Tetapi
kebanyakan santri minat ekstrakulikulernya itu terdapat pada bidang pramuka,
olahrga, dan berpidato.49
B. Tokoh-Tokoh Pendiri
Pendirian Pondok Pesantren Al-Inaayah tidak terlepas dari pemikiran
awal H. Muhammad putra pertama bapak H. Abdullah bin Dansan. Mereka di
warisan tanah sebanyak 5 hektar, kemudian mereka berfikir tanah seluas itu mau
dibangun apa. Kemudian salah satu anak dari bapak H. Abdullah berfikir yang
paling tanah seluas itu lebih baik dibangun sebuah lembaga pendidikn Islam atau
pondok pesantren karena waktu dulu warga Rawakalong belum mengenal apa itu
Agama Islam walaupun agama mereka Islam tapi mereka masih mempercayai
agama kepercayaan seperti animisme dan dinamisme oleh sebab itu mereka
berfikir alangkah baik tanah seluas itu dibangun sebuah pondok pesantren supaya
masyarakat Rawakalong bisa lebih mengenal agama Islam sepenuhnya. Mereka
berfikir bagaimana landasan awal untuk mendirikan sebuah pondok pesantren.
Akhirnya mereka datang ke Pesantren Darul Muttaqien Bogor yang di
pimpin oleh KH. Mad Rodja Sukarta, dan kebetulan ada salah seorang anaknya
pendiri atau pewakaf yang mondok di sana. Ketika berbincang-bincang dengan
pimpinannya, lalu berkata saya belum bisa membantunya bagaiamana cara
mendirikan pondok pesantren alasannya karena pondok pesantren Darul
Muttaqien merupakan filial dari Pondok Pesantren Darunnajah jakarta, kemudian
kiai Rodja menyarankan kepada salah satu dari mereka untuk datang ke Pondok
Pesantren Darunnajah jakarta.
49
Ustaz Sandi Sanri, Selaku Sekretaris dan Alumni Pondok Pesantren Al-Inaayah,
Wawancara pribadi, di Rawakalong, 21 Mei 2018 pukul.15.30 Wib.
46
Secara garis besar tokoh-tokoh pendiri sekaligus pewakif Pondok
Pesantren Al-Inaayah Rawakalong adalah sebagai berikut:
H. Muhammad sebagai pewakif dan ketua yayasan
Almr. Hj. Muhayya Sebagai Pewakif dan yayasan
Almr. H. Mawardi sebagai pewakif dan yayasan
KH. Ahmad Falaq Ibrahim, Lc Sebagai Pendiri dan Pimpinan Pondok Pesantren
Al-Inaayah ke-1.
Mereka semua merupakan pendiri dan sekaligus juga pewakif dari Pondok
Pesantren Al-Inaayah yang kemudian dibantu oleh Drs. Asnawi, HT, M. Pd.I
sebagai direktur TMII periode pertama sekaligus merangkap 2 jabatan yaitu
kepala sekolah Mts dan MA dari Darunnajah, ada lagi ustad-ustad seperti
Purwanto Fais dan ustaz Qomar yang merupakan Alumni Pondok Pesantren Al-
Inaayah yang sampai sekarang masih tetap mengajar di Pondok Pesantren Al-
Inaayah, ada juga ustaz Muhammad Rois Rizwan yang sekarang menjabat sebagai
kepala sekolah Tsanawiah beliau merupakan alumni Pondok Pesantren Al-
Inaayah, termasuk juga anak kedua umi romlah yaitu ustaz Ahmad Nabil yang
sekarang menjabat sebagai kepala sekolah Aliyah, ada juga Ustaz Usamah Ahmad
Falaq Ibrahim sebagai direktut TMII periode yang kedua merupakan anak pertama
Umi Romlah termasuk juga Ustad Farhan yang menjabat bagian kepala
pengasuhan santri Pondok Pesantren Al-Inaayah.50
Termasuk mantu-mantu Hj.Romelah dan guru-guru yang tinggal di
Pondok Pesantren Al-Inaayah seperti ustaz Sandi, ustaz Irfan dan ustazah-ustazah
yang tinggal di pondok pesantren dan kita di pesantren tidak bisa hidup sendiri
dan harus berjuang bersama-sama untuk memajukan dan mengembang pondok
pesantren itu harus kerja tim atau bekerja sama satu dengan yang lainnya.51
50
Brosur, Penerimaan Santri Baru Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong, T.A 2017/
2018 Tsanawiyah dan Aliyah, ( dilihat pada tanggal 12 Januari 2018) 51
HJ. Romelah, Selaku Pendiri dan Pewakaf Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
Gunung Sindur Bogor, Wawancara pribadi , PonPes Al-Inaayah Rawakalong, 24 Desember 2016
Pukul. 17.00 Wib
47
C. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-Inaayah
Dalam proses pendidikan, setiap apa pun yang direncanakan harus melihat
tujuan yang telah ditetapkan. Semakin mantap tujuan yang direncanakan, semakin
fokus proses pembelajaran.Tujuan menduduki posisi penting dalam pendidikan.
Pendidikan akan kehilangan spirit dan arahnya, apabila tujuan pendidikan tidak
direncanakan sejak awal. Apabila spirit dan arah proses pendidikan sudah hilang
baik dalam skala kecil maupun skala luas pendidikan akan menemukan
kegagalan.52
Kurikulum merupakan sebuah sistem yang memiliki komponen-komponen
yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, isi, organisasi, dan strategi. Karena
Pondok Pesantren Al-Inaayah juga mengadopsi sebagian kurikulum Pondok
Modern Gontor, maka kurikulum pun disesuaikan dengan materi – materi dari
Depag atau Diknas, dan disesuaikan pula dengan program pondok secara
keseluruhan.
Kurikulum TMI (Tarbiyatul Muallimin Wal Muallimat Al-
Islamiah) berbeda dengan kurikulum madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah
Aliyah Negeri. Di Pondok Pesantren Al-Inaayah ini diterapkan perpaduan
kurikulum Pondok Modern Gontor, Kurikulum DEPAG dan DIKNAS serta
memasukkan juga kurikulum salafiah (mempelajari kitab-kitab kuning seperti
Ta’lim Mutaalim, Imriti, Nasoihul Ibad, Kifayatul Ahyar, Bulughul Maram dan
lain sebagainya). Namun aplikasinya tetap mengacu pada kurikulum KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Program pendidikan di Pondok Pesantren Al-Inaayah adalah :
a. Formal
Program Pendidikan MTs dan MA meliputi mata pelajaran : Alquran dan
Hadits, Bahasa Arab, Aqidah Akhlak, Fiqih, SKI ( Sejarah Kebudayaan Islam).
Dipadukan dengan mata pelajaran kurikulum DEPAG/DIKNAS seperti
51
Samsul Nizar, M. A., Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di
Nusantara, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grop Cetakan ke-1,Februari 2013 , hlm.289
48
matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKN, Penjaskes,
Sosiologi, Antropologi. Dan beberapa materi kitab kuning seperti kifayatul
Akhyar, Bulughul Maram, Tafsir Jalalain, pelajaran nahwu, dan shorof.
b. Informal
Latihan pidato 3 bahasa : Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, dan Bahasa
Inggris), PPM ( Praktik Pengabdian Masyarakat), Amaliyah Tadris (Praktik
Mengajar), Ta’lim qiroatul Quran, Gerakan Pramuka, LDK (latihan Dasar
Kepemimpinan), Drumband, Komputer, Olahraga, Kesenian, dan ketrampilan.
Pengaturan kurikulum diintegrasikan dengan sistem pondok pesantren di
mana santri hidup selama 24 jam dalam asrama dengan bimbingan guru dan kiai.
Maka kurikulum TMI sebenarnya tidak terbatas pada pelajaran di kelas saja,
melainkan keseluruhan kegiatan baik di dalam dan di luar kelas merupakan proses
pendidikan yang tak terpisahkan.
Jam belajar santri di kelas berlangsung dari jam 07.00-13.40 WIB, dengan
waktu istirahat 2 kali yaitu istirahat pertama pukul 09.00-0920, dan istirahat kedua
pukul 11.20-1140. Waktu belajar tersebut dibagi menjadi 9 jam pelajaran, masing-
masing jam mendapat alokasi waktu 40 menit. Kecuali pada hari Jumat jam
belajar hanya berlangsung sampai pukul 11.00 untuk 7 jam pelajaran dengan
alokasi waktu masing-masing 30 menit.
Isi kurikulum di Pondok Pesantren Al-Inaayah dibagi menjadi 2 yaitu
kurikulum lokal dan kurikulum negeri (nasional) pembagiannya sebagai berikut :
1. Kurikulum Lokal
Mata pelajaran lokal ini terdiri dari mata pelajaran Bahasa Arab, Nahwu,
Shorof, Mutholaah, Mahfudzot, Tarbiyah, Hadits, Balaghoh, Mustholahul Hadits,
Fiqih, Usul Fiqih, Tafsir, Tarikh Islam, imla’, Khot, yang diadopsi dari kurikulum
Pondok Modern Gontor, dan Pondok Pesantren Salafi semua materi disampaikan
dalam bahasa Arab.
2. Kurikulum Negeri (Nasional)
Mata pelajaran Negeri /nasional seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, PPKN, Geografi, Sosiologi, Ekonomi,
akuntansi, Seni Budaya, KTK, Sejarah Nasional Umum, TIK (Teknologi
49
Informasi dan Komunikasi), Penjaskes (Pendidikan Jasmani dan Kesehatan)
Semua mata pelajaran ini diadopsi dari kurikulum KTSP.
Berdasarkan pembagian kurikulum tersebut maka buku rapor yang
dimilliki santri pun ada dua yaitu rapor negeri yang di pakai selama 3 tahun
(MTs)/(MA), dan rapor lokal yang dipakai selama 6 tahun (TMI), demikian juga
dengan ijazah, santri yang telah mampu menamatkan masa belajarnya selama 6
tahun akan mempunyai 2 ijazah yaitu ijazah lokal (TMI) dan Ijazah
Negara/nasional karena selain mengikuti ujian Nihai (ujian akhir kelas 6) dengan
materi lokal, santri kelas 6 TMI juga wajib mengikuti Ujian Nasional (UN).
Pengorganisasian kurikulum yang digunakan dalam Pondok Pesantren Al-
Inaayah adalah sistem semester, satu tahun dibagi menjadi 2 semester, alokasi
waktu untuk tiap-tiap materi bervariasi dari yang paling kecil alokasinya sampai
yang paling besar. Adapun alokasi waktu untuk tiap-tiap pokok bahasan
juga bervariasi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Setiap materi
telah ditentukan pokok-pokok bahasan dan batas-batas yang harus dicapai pada
setiap semester.
Kegiatan TMI (Tarbiyatul Mualliamin Wal Mualliamat Al-Islamiah) tidak
melulu bersifat intrakurikuler, tetapi juga meliputi segala kegiatan yang dilakukan
oleh lembaga TMI, ada yang bisa digolongkan ke dalam kegiatan ko-kurikuler
atau bahkan ekstrakurikuler. Kegiatan TMI ini terdiri dari kegiatan harian,
mingguan, semester, dan tahunan. Dengan perincian sebagai berikut:
1. Kegiatan Harian
Kegiatan ini meliputi :
Supervisi proses pengajaran, dilakukan oleh kepala TMI, bagian pengajaran,
kepala sekolah MTs.
Pengawasan disiplin masuk kelas mulai pukul 06.45 WIB, oleh staf guru
yang ditunjuk agar tidak ada santri yang terlambat masuk kelas. Pengawasan ini
juga berlaku pada waktu masuk kelas setelah istirahat pertama dan kedua.
Pengontrolan kelas saat pelajaran berlangsung oleh guru piket. Jika ada kelas
kosong, guru piket tersebut akan menghubungi staf TMI untuk mencari guru
pengganti, hasil kontrol dicatat di buku yang telah disediakan untuk dievaluasi
50
dalam rapat guru. Penyelenggaraan belajar malam dibimbing oleh wali kelas
masing-masing atau juga oleh santri senior. Diantaranya pembagian tugas-
tugasnya sebagai berikut:
Pembagian tugas Upacara bendera Hari Senin.
Pembagian tugas Tandhiful Aam (Kerja Bakti) setiap hari Ahad pagi
setelah olahraga massal.
2. Kegiatan Mingguan
Kegiatan ini antara lain:
Pertemuan guru TMI setiap hari selasa malam untuk mengevaluasi
kegiatan belajar mengajar selama seminggu, meliputi absensi guru, kontrol
persiapan mengajar mengajar guru. Forum ini juga digunakan oleh pimpinan
Pondok untuk membicarakan program-program dan permasalahan Pondok
Pesantren secara keseluruhan. Pertemuan ketua-ketua kelas setiap hari Sabtu siang
untuk aktifitas belajar mengajar, disiplin dalam kelas, dan pemberian nasehat-
nasehat.
3. Kegiatan Tengah Tahunan (Semester)
Program tengah Tahunan yang dilaksanakan oleh TMI adalah Ujian
semester ganjil dan Ujian semester Genap. Ujian ini dilaksanakan oleh
kepanitiaan yang diketuai oleh guru yang telah ditunjuk/diberi amanat, biasanya
terlebih dahulu diadakan ujian Mid Semester 3 bulan sebelumnya.
4. Kegiatan Tahunan
Kegiatan-kegiatan ini merupakan program penunjang untuk keberhasilan
belajar siswa. Program ini meliputi :
A. Amaliyah Tadris yaitu praktik mengajar untuk santri kelas 6
B. Praktik Pengabdian Masyarakat (PPM), yaitu program yang dilaksanakan
oleh santri kelas 6 dengan tinggal di masyarakat/desa selama minimal 12
hari untuk belajar mengamalkan ilmu yang dimilikinya, dan untuk
mengenal lebih jauh kondisi masyarakat secara riil.
C. Bimbingan belajar intensif untuk menghadapi Ujian Nasional
D. Pergantian pengurus organisasi santri dan pengurus GUDEP pramuka.
51
E. Diskusi Santri berkaitan dengan permasalahan keagamaan, sosial, dan
tema yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
F. PORSEKA (Pekan Olahraga Seni dan Pramuka) yang diadakan setiap
awal tahun.
G. Language Fair, yaitu perlombaan-perlombaan yang berkaitan dengan
bahasa Arab dan Bahasa Inggris, seperti puisi 2 bahasa, drama 2 bahasa,
cerdas cermat 2 bahasa, lomba pidato 3 bahasa.
H. Amaliyah Ramadhan yaitu kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosial yang
diadakan setiap bulan Ramadhan untuk para santri dan masyarakat Pondok
Miri.
I. Apel Tahunan/Pekan Perkenalan/Khutbatul Arsy yang diawali dengan
upacara bendera, dilanjutkan karnaval keliling Desa Rawakalong, dan
ceramah tentang kepesantrenan mulai dari sistem pengajaran, disiplin
santri, kegiatan-kegiatan kepesantrenan. kemudian biasanya diakhiri
dengan pementasan seni mulai seni suara, seni tari, drama, Nasyid, bela
diri, marawis dan sebagainya.53
Di bagian TMI ada salah satu program atau bagian yang terdapat di TMI
yang dinamakan program tersebut yaitu program santri atau siswa pergi pulang.
Di sini ada perbedaan antara santri mukim dan santri pergi pulang. Menurut
pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren, seorang alim
hanya bisa disebut kiai bilamana memiliki pesantren dan santri yang tinggal
dalam pesantrenuntuk mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Oleh karena itu,
santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. Perlu diketahui
bahwa, menurut tradisi pesantren, santri terdiri dari dua:
1. Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari yang jauh dan menetap
dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di
pesantren biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memang
bertanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari, mereka
53
Drs. KH. Asnawi HT, M.Pd I, Selaku Pimpinan Pon. Pes Al- Inaayah Ke-2,
Rawakalong Gunung Sindur Bogor, Wawancara pribadi , PonPes Al-Inaayah Rawakalong, 12
Januari 2018 Pukul 10.00 Wib.
52
juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-
kitab dasar dan menengah.
2. Santri Kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekitar
pesantren, biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti
pelajarannya di pesantren, mereka bolak-balik (nglaju) dari rumahnya
sendiri. Biasanya perbedaan antara pesantren besar dan pesantren kecil
dapat dilihat dari komposisi santri kalong. Semakin besar sebuah
pesantren, semakin besar jumlah santri mukimnya. Dengan kata lain,
pesantren kecil memiliki lebih banyak santri kalong daripada santri
mungkim.54
Itu terjadi di Pondok Pesantren Al-Inaayah di mana pondok pesantren tersebut
mempunyai santri pergi pulang atau bisa disebut santri kalong karena santri pergi
pulang yang ada di Pondok Pesantren Al-Inaayah basis tempat tinggalnya di
daerah sekitar pesantren dan rata-rata orang tua mereka yang berasal dari desa
Rawakalong mempercayakan anak-anaknya itu untuk bersekolah di Pondok
Pesantren Al-Inaayah ketimbang sekolah umum yang berada di sekitar mereka.
Bisa dihitung banyaknya santri yang ada di Pondok Pesantren Al-Inaayah itu rata-
rata lebih banyak santri pergi-pulang daripada santri yang mukim di Pondok
Pesantren Al-Inaayah yang jumlahnya hanya 300 santri.
Pondok Pesantren Al-Inaayah selain mempunyai program santri pergi-pulang
atau santri kalong mempunyai sistem pendidikan yang mereka terapkan yaitu
mengacu kepada kurikulum Pondok Pesantren Gontor serta mengambil model
kurikulumnya pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta. Di
sini ada perbedaan yang mencolok dari kedua kurikulum pendidikan yang Pondok
Pesantren Al-Inaayah terapkan.55
Pelajaran kitab kuning yang diajarkan di Pondok Pesantren Al-Inaayah yaitu
kitab-kitab kuning seperti Ta’lim Mutaalim, Imriti, Nasoihul Ibad, Kifayatul
54
Dhofier, Zakamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, ...,
hlm.89
55 Ustad H. Usamah, Lc, MA, Selaku Direktur TMII PonPes Al-Inaayah periode ke-2,
Wawancara pribadi, Ponpes Al-Inaayah Rawakalong, 12 Januari 2018 Pukul. 16.30 Wib.
53
Ahyar, Bulughul Maram dan lain sebagainya. Perkembangan yang dialami
Pondok Pesantren Al-Inaayah dari awal berdiri hingga sekarang khususnya di
bidang pendidikan bisa dikatakan masih terus berkembang sesuai dengan apa
yang berkembang pada zaman sekarang.
Jadi dapat diambil inti penjelasannya bahwa sistem pendidikan yang
diterapkan Pondok Pesantren Al-Inaayah adalah memakai sistem pendidikan
kurikulum pesantren modern yang dipadukan dengan Depag/DikNas dan salafi.
Di sini yang termasuk kurikulum pesantren modern yaitu TMI. TMI adalah salah
satu jenjang pendidikan yang terprogram dan tengah diselanggarakan secara
klasikal. Dengan rentang masa belajar 6 tahun diperentukan bagi siswa dan siswi
lulusan SD atau MI, Kurikulum TMI (Tarbiatul Muallimin Wal Muallimat Al
Islamiah) berbeda dengan kurikulum madrasah tsanawiyah maupun madrasah
Aliyah negeri.
Selain pesantren memiliki sistem pendidikan yang modern, pesantren juga
mempunyai berbagai macam-macam kegiatan ekstrakulikuler, seperti pramuka,
muhadroh, pancak silat, drum band, marawis, memakai 3 Bahasa, Bahasa Arab,
Inggris dan Indonesia. Sedang untuk pendidikan salafinya ada pengajian kitab
kuning, seperti kitab Ta’lim muta’allim dan kitab fiqih.
Dalam pandangan bagian pengajaran TMI Al-Inaayah, Kurikulum yang
dirumuskan di Pondok Pesantren Al-Inaayah ini kurikulum yang Mengambil dari
Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta, kurikulum yang diambil kurikulum paduan
Pondok Pesantren Gontor dan kurikulum Departemen pendidikan dan
Departemen Agama, jadi seratus persen agama dan seratus persen umum, dan
kurikulum salafi atau kitab kuning kita ambil diluar KBM di waktu ba’da sholat
shubuh dan ba’da sholat ashar.56
Kurikulumnya seperti itu, kurikulum yang dari
gontor kita ambil dan kita sesuaikan, seperti pelajaran Bahasa Arab, Muthola’ah,
Tajwid, Mahfudzot, Hadist, Tafssir dan lain sebagainya sedangkan dari
56
Kurikulum dirumuskan yaitu dirapatkan oleh pengasuh-pengasuh seperti pimpinan
pondok, TMI, guru, bagian pengajaran, dan kepala sekolah maka disitulah ada yang namanya
rpp,silabus dan lain sebagainya maka terbentuklah kurikulum di pondok pesantren al-Inaayah.
Kurikulum, serta sasarannya disusun untuk program enam tahun. KH. Asnawi HT, M.Pd I, Selaku
Pimpinan Pondok Pesantren Al- Inaayah Ke-2, Rawakalong Gunung Sindur Bogor, Wawancara
pribadi , Rawakalong, 12 Januari 2018 Pukul 10.00 Wib.
54
departemen agama, seperti bahasa Indonesia, bahasa inggris, mattimatika,biologi,
fisika, Ipa, Ips, dan laim sebagainya.57
Dengan demikian hubungan sistem TMI dan pola Pengasuhan jelas, terutama
dari segi waktu saja , seperti beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh santriwan
–santriwati tersebut:
Tabel 3.1: Kegiatan santi Al-Inaayah di bagian Kepala Pengasuhan
Santri bekerjasama dengan TMII
Jam Kegiatan pengasuhan dan TMI
04.00-06.00 Tadarus, sholat shubuh berjama’ah dan Muhaddasah
06.00-07.00 Persiapan sekolah dan sarapan
07.00-02.00 KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
02.00-03.00 Makan siang dan istirahat
03.00-04.00 Sholat Ashar jama’ah dan tadarus
04.00-05.00 Olahraga dan Ekstrakulikuler
17.00-18.00 Persiapan ke masjid
18.00-19.00 Sholat Magrib berjama’ah dan Talimul Qur’an
19.00-21.30 Sholat Isya berjama’ah dan belajar malam
21.30-04.00 Istirahat
Sumber Data: Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
Jadi hubungan kegiatan TMII dan pengasuhan sangat menunjang maka setiap
santriwan-santriwati wajib mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di pengasuhan
dan TMI.58
Di bagian sistem kurikulum TMI terdapat 2 masa periode
kepemimpinan yaitu periode petama atau ketika Pondok Pesantren Al-Inaayah
baru berdiri pada tahun 1991 itu di pimpin oleh Ustad Asnawi, HT, M. Pd.I.
ketika beliau menjabat direktur TMI pertama sistem kurikulum yang dipakai oleh
beliau yaitu menyalin kembali sistem yang ada di Pondok Pesantren Darunnajah
Jakarta baik dari segi kurikulumnya, pelajrannya baik tingkat MTs dan MA serta
57
Drs. KH. Asnawi HT, M.Pd I, Selaku Pimpinan Pondok Pesantren Al- Inaayah Ke-2,
Rawakalong Gunung Sindur Bogor, Wawancara pribadi , di Rawakalong, 12 Januari 2018 Pukul
10.00 Wib. 58
Ustad Farhan Syah, S.E, Selaku Kepala Pengasuhan Santri Pondok Pesantren Al-
Inaayah Rawakalong, Wawancara pribadi, di Rawakalong, 11 Januari 2018 Pukul. 11.30 Wib.
55
semua yang ada di sana beliau salin kembali untuk diterapkan ke sistem
pendidikan di Pondok Pesantren Al-Inaayah. TMI periode pertama itu belum
independen masih bersifat tercampur atau masih merangkap banyak jabatan,
selain menjabat sebagai direktur TMI yang pertama beliau juga menjabat 2
jabatan sekaligus yaitu kepala sekolah MTs dan MA karena ketika awal
berdirinya Pondok Pesantren Al-Inaayah gurunya yang menetap di Pondok
Pesantren Al-Inaayah baru 3 guru saja.59
Kemudian di masa kedua periode TMII yang sekarang dipimpin oleh salah satu
anak dari pendiri dan pewakif Pondok Pesantren Al-Inaayah yaitu Ustaz H.
Usamah, Lc, MA. TMI yang di pimpin oleh beliau itu sudah bersifat independen
atau sudah berdiri sendiri naungan karena kepala sekolah MTs dan MA sudah
juga berdiri sendiri naungan bagian sistem pendidikannaya. Di TMI itu
mempunyai program-program khusus yang tidak ada sangkut pautnya dengan
kepala pengasuhan santri dan bagian pengajaran ataupun kepala sekolah baik MTs
dan MA, program khususnya yaitu seperti PPM (Praktek Pengabdian Masyarakat)
di mana yang melaksanakannya itu santri kelas 6 TMI atau santri akhir niha’i.
Mereka diterjunkan langsung ke masyarakat selama 10 hari. Mereka di terjunkan
untuk membantu masyarakat baik dari yang sifatnya pendidikan formal seperti
mengajar Tpa, SD, SMP atau SMA yang ada di sekitar masyarakat, ada juga
sifatnya seperti dakwah mereka di masyarakat harus mengikuti acara-acara
keagamaan seperti ikut tahlilan, maulidan, atau ada salah satu santri yang bisa
ceramah atau bisa khutbah jumat mau tidak mau mereka harus siap melakukannya
dan acara-acara lainnya di masyarakat.
D. Respon Masyarakat Ketika Pondok Pesantren Berdiri
Ketika Pondok Pesantren Al-Inaayah berdiri di Rawakalong tanggapan atau
respon masyarakat terhadapat pesantren terlihat baik dan bagus itu dikarenakan
ada salah satu kompenen bagian yang ada dipondok yaitu TMI yang berperan
andil bagi masyarakat Rawakalong, sebab ada salah satu bagian dari TMI yaitu
bagian santri atau siswa pergi pulang di mana mereka merupakan siswa-siswa
59 Ustad H. Usamah, Lc, MA, Selaku Direktur TMII PonPes Al-Inaayah periode ke-2,
Wawancara pribadi, Ponpes Al-Inaayah Rawakalong, 12 Januari 2018 Pukul. 16.30 Wib.
56
yang berbasis tempat tinggalnya dekat pondok pesantren atau sekitar lingkungan
Pondok Pesantren Al-Inaayah dari situ kita dapat melihat betapa antusiasnya
mereka memasukan anak-anaknya sekolah ke pesantren karena di lingkungan
mereka ada sebuah lembaga pendidikan Islam yang ada di lingkungan mereka
sehingga mereka percaya pada kami anak-anak mereka dimasukkan ke pesantren
untuk menjadi siswa-siswa Pondok Pesantren Al-Inaayah. Secara garis besarnya
mereka melihat karena posisi rumah atau lingkungan mereka dekat dengan
pesantren jadi mungkin untuk orang tua mereka langsung berpikiran untuk
anaknya itu dimasukan ke dalam pesantren karena memudahkan mereka bolak
balik ke pesantren.
Masyarakat Rawakalong dalam merespon menjadi baik dan bagus ialah di
pesantren ada pengajian yang dikhususkan bagi bapak-bapak dan ibu-ibu sekitar
Pondok Pesantren Al-Inaayah. Pengajian yang ada di Pondok Pesantren Al-
Inaayah biasa dilakukan seminggu sekali yaitu senin siangnya untuk ibu-ibunya di
pimpin langsung oleh Hj. Romelah tapi terkadang pengajian Ibu-ibu suka di isi
pengajiannya oleh Ustad H. Usamah yang tidak lain anak pertama Hj. Romelah.
Pengajian bapak-bapak biasanya dilakukan pada senin malamnya yang
dipimpin langsung oleh H. Muhammad atau pimpinan Pondok Pesantren Al-
Inaayah Ustaz Asnawi. Pengajian yang diadakan oleh Pondok Pesantren Al-
Inaayah bertujuan untuk supaya masyarakat rawakalong memahami Agama Islam
yang baik dan benar serta supaya lebih mendekat diri kepada Allah khususnya
soal ibadah sholat karena sebelum berdirinya Pondok Pesantren Al-Inaayah
masyarakat jauh dengan Agama Islam dan yang anehnya mereka masih heran apa
itu sholat sebab waktu dulu masyarakat Rawakalong masih mempercayai yang
nama datang ke makam keramat atau bisa disebut kepercayaannya animisme dan
dinamisme.
Tetapi sekarang semua apa yang mereka dahulu lakukan pada saat ini
sudah mereka tinggalkan dan sekarang masyarakat Rawakalong sudah sedikit
demi sedikit memahami apa itu yang dinamakan Agama Islam. Masyarakat
57
Rawakalong sudah rajin sekali melaksanakan solat dan sering mengikuti
pengajian mingguan yang diadakan oleh Pondok Pesantren Al-Inaayah.60
E. Alumni-Alumni Pondok Pesantren
Lulusan Pondok Pesantren Al-Inaayah sudah tersebar di mana-mana ada
yang menjadi tokoh masyarakat di kampung sendiri, Dosen, ada yang menjadi
tokoh masyarakat yang memajukan kampung orang lain, PNS dan banyak profesi
yang dijalani oleh Alumni Pondok Pesantren Al-Inaayah.
Salah satu contoh alumni Al-Inaayah yang sukses ialah ustaz Qomar.
Beliau merupakan alumni angkatan pertama yang masih mengajar di Al-Inaayah
dari tahun 1997 samapai saat ini. Di samping itu beliau juga tokoh masyarakat di
daerah Cipete Jakarta beliau merupakan pengajar dari pelajaran mutholaah,
mahfudzot, dan matematika. Selain mengajar kesibukan beliau diluar sekolar
yang lainnya yaitu mengisi ceramah, ktubah, dan pengajian bapak-bapak dan ibu-
ibu di daerah jakarta. Pesan dari ustaz qomar untuk perkembangan dan kemajuan
pondok pesantren Al-Inaayah yaitu meningkatkan kualitas guru-guru di Al-
Inaayah dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan atau workshop dan memperat
kekompakan antara pimpinan tertinggi pondok pesantren Al-Inaayah yakni
pengurus yayasan Al-Inaayah dengan dewan guru, supaya pondok Al-Inaayah
menjadi lebih maju dan berkembah di masa yang akan datang.61
Selain itu alumni-alumni Pondok Pesantren Al-Inaayah banyak yang
tersebar di berbagai perguruan tinggi nasional seperti UI, UIN, UNPAD, PTIQ,
dan lain-lain juga di sejumlah perguruan tinggi di manca negara seperti di IIU
Islamabad Pakistan, Universitas Khourttoum Sudan, Universitas Antar Bangsa
Malaysia, dan lain-lain.
Jumlah alumni lulusan Pondok Pesantren Al-Inaayah berjumlah kurang
lebih 1000 orang terhitung mulai dari berdirinya Pondok Pesantren Al-Inaayah
pada tahun 1991 sampai pondok masih berdiri dan berkembang hingga saat ini.
60
Ustad H. Usamah, Lc, MA, Selaku Direktur TMII PonPes Al-Inaayah periode ke-2,
Wawancara pribadi, Ponpes Al-Inaayah Rawakalong, 12 Januari 2018 Pukul. 16.30 Wib. 61
Ustaz Sandi Sanry, selaku sekretaris pondok sekaligus Alumni Al-Inaayah angkatan
2012, Wawancara pribadi, di pondok pesantren Al-Inaayah Rawakalong, 20 Mei 2018 Pukul.16.00
Wib.
58
Sekarang jumlah angkatan yang lulus di Pondok Pesantren Al-Inaayah berjumlah
21 angakatan di mulai dari awal berdirinya Pondok Pesantren Al-Inaayah hingga
sekarang.62
Adapun salah satu wadah yang menaungi alumni Al-Inayaah jika lulus
dari pesantren ialah IKBAL (ikatan keluarga besar Al-Inaayah), fungsi IKBAL ini
selain sebagai wadah alumni-alumni Al-Inaayah yang peduli terhadap pesantren.
ketika ada kegiatan berkaitan tentang pondok misalnya pesantren mengadakan
acara para alumni berantusias dalam mendonasikan biaya untuk acara tersebut
dan bahkan tidak sedikt bantuan donasi dari para alumni yang masuk ke
pesantren, akan tetapi selain donasi ada juga berupa bantuan tenaga,pemikiran,
dan yang lainnya. sehingga dengan bantuan para alumni pesantren menjadi maju
dan berkembang atau bisa di kata dengan istilah alumni besar karena pesantrennya
memang pesantren besar karena alumninya sebab alumni memahami kekurangan
dan kelebihan pesantren makanya alumni tahu segalanya.
Di bab selanjut penulis akan menerangkan tentang perkembangan pondok
pesantren Al-Inaaayah yang meliputi seperti di Bidang Pendidikan, Bidang
Dakwah, dan Bidang Sosial Keagamaan serta peran atau kontribusi pondok Al-
Inaayah terhadap masyarakat Rawakalong.
62
Brosur, Penerimaan Santri Baru Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong, T.A 2017/
2018 Tsanawiyah dan Aliyah, ( dilihat pada tanggal 12 Januari 2018)
59
BAB IV
PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-INAAYAH
RAWAKALONG
A. Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu ciri dari pembentukan atau pembangunan
watak (character building) manusia. Untuk menghasilkan watak yang baik,
memiliki mental yang kuat, dan jiwa yang kokoh, harus diperlukan suatu dasar
dan pondasi yang kuat dalam membangun watak tersebut. Al-Qur’an sebagai
sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi umat Islam, yang didalamnya
memuat totalitas prinsip yang berkaitan dengan kehdidupan manusia termasuk
masalah pendidikan.
Lembaga pendidikan pondok pesantren yang ada di Indonesia memiliki
perjalanan sejarah yang cukup panjang sama halnya dengan pendidikan nasional
yang ada di Indonesia. Keduanya memiliki ciri khas masing-masing dalam sistem
pendidikan dan cara metode pengajaran yang diterapakan. Pesantren memulai
pendidikannya dengan menggunakan metode sorogan, akan tetapi dalam
perkembangan selanjutnya tampaklah pendidikan pesantren mulai mengikuti
perkembangan zamannya, yaitu dengan melakukan perubahan didalam sistem dan
metode pendidikan pesantren yang diterapkannya, sehingga didalamnya berdiri
lembaga pendidikan madrasah di lingkungan pondok pesantrern, dengan cara
menyatukan antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum.
Membicarakan pendidikan pondok pesantren tidak akan ada kata habisnya
karena disitu kita bisa mengetahui bagaimana peran, fungsi dan kontribusi pondok
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dan dakwah Islam dalam
mewujudkan masyarakat madani di Indonesia.
Perkembangan Pondok Pesantren Al-Inaayah bisa dikatakan masih terus
berkembang karena kembali kepada dasarnya kami sebagai pesantren Al-Inaayah
ini tidak pernah merasa puas untuk kita sudah sampai titik akhir kita karena walau
bagaimanapun pendidikan yang ada di Al-Inaayah itu kita berusaha untuk
menampilkan atau berusaha untuk memperbarui apa yang ada di dalam pesantren
60
Al-Inaayah dari mulai segi finansial, dan segi kualitas bahkan kuantitas yang ada
di Pondok Pesantren Al-Inaayah, itupun kami yakin sangat membutuhkan yang
namanya tenaga, biaya, dan semuanya. Pro kontra berkembangannya Pondok
Pesantren Al-Inaayah dalam bidang pendidikan itu sendiri bisa disesuaikan
dengan kebutuhan zaman, kebutuhan santri, dan kebutuhan umat jadi kita
menerima segala bentuk perubahan-perubahan, dari mulai perubahan hal positif
tentunya tapi tidak menghilangkan ciri khas dan etensi pondok pesantren itu
sendiri itu.
Dalam mengembangkan pesantren khusus dibidang pendidikan Al-Inaayah
merupakan pondok yang bisa dikatakan sebagai pondok modern yang dimana ada
satu bagian pendidikan Al-Inaayah yang bisa dibilang modernya pesantren yaitu
TMI (Tarbiyatul Muallimin Wal Muallimat Al-Islamiah) yang mengadopsi dari
sistem pendidikan Darunnajah Jakarta. Di mana sistem pendidikan tersebut lebih
menitikberatkan kepada Bahasa, karena mewajibkan santrinya menggunakan
Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dalam berkomunikasi sehari-hari di pesantren.
Di mana TMI merupakan salah satu badan yang mendukung modernnya
pesantren, kata-kata yang menjadikan modern pesantren itu berasal dari
pencampuran antara pelajaran lokal dengan pelajaran yang berbasis Bahasa Arab
itu dipadukan dengan pelajaran-pelajaran asing seperti Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris. Setidaknya perkembangan pendidikan yang ada di Al-Inayah
terus mengikuti perkembangan zaman terutama dalam bidang-bidang pelajaran-
pelajaran Negeri seperti pelajaran-pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, IPA, IPS
dan juga Teknologi Informatika.
Adapun yang menjadi arah dan tujuan pendidikan Pondok Pesantren Al-
Inaayah adalah sebagai berikutr:
1. Mendidik kader-kader pemimpin umat yang mampu dan terampil di
tengah-tengah masyarakat.
2. Menyiapkan tenaga-tenaga ahli atau pengajar atau guru di bidang agama
Islam.
61
3. Melatih dan membina kader-kader pemimpin bangsa atau umat yang
berwawasan nasional, berpengetahuan luas, berbadan sehat, berfikir bebas,
penuh loyalitas, dan bertanggung jawab terhadap agama, nusa, serta bangsa.
4. Menyelenggarakan latihan-latihan dakwah Islamiyah, kepramukaan, seni
budaya, dan ketrampilan lainnya guna untuk mengembangkan potensi dan
bakat yang dimiliki santri.
Sampai saat ini semua tujuan pendidikan pondok pesantren Al-Inaayah sudah
terlaksana, namun hasil yang maksimal baru terealisasi baru pada poin 2 dan 4.
Dalam mengembangkan pendidikannya pondok pesantren Al-Inaayah
menggunakan sistem pendidikan terpadu. Dengan maksud agar kekurangan sistem
yang satu dapat diisi dengan sistem yang lainnya. Tiga sistem yang diterapkan
adalah pendidikan madrasah yang dipadukan dengan nonformal, pendidikan
pesantren salafi serta sains dan teknologi, agar pelaksanaan sistem tersebut
terpadu secara optimal , maka pendidikan dilaksanakan selama 24 jam, dengan
pembinaan atau bimbingan dari guru secara terus menerus.
Pondok pesantren Al-Inaayah menyelaraskan antara pendidikan dan
pengajaran, karena keduanya tidak hanya mengasah daya nalar santri, tetapi juga
membentuk sikap pribadi dalam seluruh hidupnya. Pendidikan pesantren adalah
pendidikan manusia seutuhnya yang mencakup pendidikan lahiriyah maupun
batiniyah yang akan tercermin dalam kepribadian, sikap hidup, dan manfaat santri
bagi manusia serta sekitarnya.63
Jadi perkembangan Pondok Pesantren Al-Inaayah dalam bidang
pendidikan itu adalah pesantren pro aktif dari segi pendidikan sesuai dengan
kebutuhan zaman, sesuai kebutuhan santri, dan sesuai kebutuhan umat. Jadi kita
menerima segala bentuk perubahan-perubahan, dari perubahan hal positif tentunya
tapi tidak menghilangkan ciri khas dan etensi pondok pesantren itu sendiri itu dari
segi pendidikan, lalu dari hal yang inovatif, Pondok Pesantren Al-Inaayah selalu
63
Ustad H. Usamah, Lc, MA, Selaku Direktur TMII PonPes Al-Inaayah periode ke-2,
Wawancara pribadi, Ponpes Al-Inaayah Rawakalong, 12 Januari 2018 Pukul. 16.30 Wib.
62
melihat perkembangan-perkembangan lembaga pendidikan yang lainnya diluar
pondok pesantren.64
B. Bidang Dakwah
Pengertian dakwah secara etimologis adalah panggilan, seruan, ajakan
yang berasal dari bahasa arab yaitu isim masdar dari kata da’aa-yad’u-
da’wah.Sedangkan menurut istilah, dakwah yaitu setiap kegiatan yang menyeru,
mengajak dan memanggil orang untuk beriman kepada Allah sesuai dengan garis
aqidah, syari’at, dan ahlak Islamiyah.Adapun tujuan utama dakwah adalah
mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang di
ridhoi Allah sesuai dengan segi atau bidang masing-masing.65
Dakwah adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan dan menggunakan
bermacam-macam metode yang dapat dilakukan oleh perorangan, sekelompok
komunitas ataupun masyarakat. Kegiatan ini telah berlangsung sejak dunia belum
berkembang pada saat ini, jelasnya ketika pada zaman Nabi yang pertama yaitu
Nabi Adam hingga sampai sekarang dakwah sudah banyak berkembang.
Pesantren selain sebagai sebuah lembaga pendidikan, pesatren juga
sebagai pusat penyiaran Islam ke masyarakat. Dalam bidang dakwah Pondok
Pesantren Al-Inaayah sangat berperan aktif. Kegiatan yang dilakukan di Pondok
Pesantren Al-Inaayah diantara lain:
1. Dakwah Bil Lisan
Dakwah bil lisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah
melalui (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah).66
Dakwah bil lisan yang dikembangkan oleh Pondok Pesantren Al-Inaayah di
antaranya yaitu:
1) Melalui pengajian majlis ta’lim
64 Drs. KH. Asnawi HT, M.Pd I, Selaku Pimpinan Pon. Pes Al- Inaayah Ke-2, Rawakalong
Gunung Sindur Bogor, Wawancara pribadi , PonPes Al-Inaayah Rawakalong, 12 Januari 2018
Pukul 10.00 Wib 65
Dewan Redaksi Ensklopedi Islam, Ensklopedi Islam cet 3 (Jakarta: Ikhtiar Baru Van
Hoeve, 1994 ), h. 280-281. 66
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002),
hlm.72
63
2) Melalui kegiatan tabligh akbar yang diadakan pada hari besar
Islam
3) Dan Praktek Pengabdian Masyarakat
Kegiatan pengajian majlis ta’lim yang diadakan Pondok Pesantren Al-
Inaayah awalnya didirikan oleh Alm.KH.Ahmad Falaq Ibrahim yang tujuan untuk
menyadarkan dan mengislamkan masyarakat Rawakalong karena ketika pondok
belum ada masyarakat sekitar masih mempercaya yang namanya menyembah
benda-benda ataupun makam keramat yang berada di sekitar desa Rawakalong
atau masih percaya agama dinamisme atau aninisme walaupun agama masyarakat
rawakalong sudah agama Islam. Ketika pondok sudah berdiri pada tahun 1991
KH. Ahmad Falaq mempunyai inisiatif untuk mendirikan pengajian buat
masyarakat sekitar yang diadakan di pondok pesantren. Pengajian yang berdiri
awal di pondok pesantren adalah pengajian yang dikhususkan awalnya untuk
kaum ibu-ibu, pengajian tersebut juga turut diresmikan langsung oleh bapak
Camat Gunung Sindur, bapak Lurah Rawakalong, dan bapak RT serta RW
setempat.
Pengajian yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Inaayah memang
dipimpin langsung oleh KH. Ahmad Falaq dari awal berdiri pondok pesantren
sampai tahun 2010 dikarenakan KH. Ahmad Falaq pada tahun 2010 dipanggil
oleh sang maha kuasa Allah SWT. Pengajian yang diadakan pesantren itu awalnya
mengajarkan kaum ibu-ibu bagaimana cara sholat, karena pada waktu pondok
belum berdiri orang-orang masyarakat Rawakalong itu jauh dan belum tahu apa
itu agama Islam yang benar maka dari itu KH.Ahmad Falaq beserta istrinya
mengajarkan tata cara wudhu dan sholat yang benar kepada ibu-ibu Rawakalong.
Pengajian ibu-ibu Rawakalong di Pondok Pesantren Al-Inaayah rutin
dilaksanakan pada hari senin siang setelah sholat dzuhur sampai menjelang sholat
ashar.
Setelah pengajian ibu-ibu rutin dilaksanakan, barulah pondok pesantren
juga mengadakan pengajian dikhususkan untuk bapak-bapak desa Rawakalong
yang diadakan pada hari senin malam selasa yang juga turun diresmikan langsung
oleh bapak Camat Gunung Sindur, bapak Lurah Rawakalong, dan bapak RT serta
64
RW setempat. Pengajian bapak-bapak langsung dipimpin oleh KH.Ahmad Falaq,
sama seperti ibu-ibu pengajian bapak-bapak juga awalnya mengajarkan tata cara
sholat yang benar dan baik serta belajar membaca Al-Qur’an.
Pada saat ini pengajian rutin ibu-ibu dan bapak-bapak masih tetap berjalan
sampai sekarang akan tetapi bukan KH.Ahmad Falaq yang memimpin
pengajiannya lagi melainkan istri beliau yang bernama ustazah Hj. Romelah yang
memimpin pengajian khusus ibu-ibu masyarakat sekitar pesantren. Terkadang
ketika umi Romelah ada halangan atau kesibukan yang lain diluar pondok
pesantren yang menggantikan pengajian ibu-ibu yang anak pertama umi romelah
yaitu ustaz Usamah atau menantu-menantu umi romelah, sedangkan untuk
pengajian bapak-bapak setiap senin malamnya dipimpin langsung oleh pemakaf
sekaligus pendiri Pondok Pesantren Al-Inaayah yaitu H. Muhammad serta saling
bergantian dengan pimpinan Pondok Pesantren Al-Inaayah yang sekarang yaitu
ustad Asnawi untuk memimpin pengajian bapak-bapak sekitar pesantren.
Biasanya pengajian bapak-bapak yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Al-
Inaayah dimulai setelah sholat Isya sampai jam 21.30 wib.67
Selain pengajian yang dilaksanakan pondok pesantren ada lagi
perkembangan pesantren yang lainnya di bidang dakwah yaitu selalu mengadakan
acara Tablig Akbar pada hari besar Islam, contoh Tablig Akbar menyambut hari
lahir Nabi Muhammad SAW yang lebih dikenal masyarakat umum dengan maulid
Nabi Rosulullah SAW atau tablig akbar dalam rangka menyambut ulang tahun
pondok pesantren Al-Inaayah yang ke-25 bertepatan pada tanggal 31 Agustus
2016. Dalam acara Tablig Akbar tersebut Pondok Pesantren Al-Inaayah
mengadakan perlombaan-perlombaan Islami diantaranya yaitu pidato 3 Bahasa
Arab, Inggris dan Indonesia, Qosidahan, Marawis, MTQ dan lain-lainya.
Mengadakan Tablig Akbar itu merupakan salah satu dari dakwah Pondok
Pesantren Al-Inaayah kepada masyarakat luas.
67 HJ. Romelah, Selaku Pendiri dan Pewakaf Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
Gunung Sindur Bogor, Wawancara pribadi , PonPes Al-Inaayah Rawakalong, 24 Desember 2016
Pukul.17.30 Wib
65
Perkembangan dakwah yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Inaayah
selain berjalannya pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak, Tablig Akbar dalam
memperingati hari besar Islam ada yang lebih menarik dan mendapat respon yang
baik di masyarakat yakni praktek pengabdian di masyarakat yang dilakukan oleh
santri akhir kelas 6 TMI atau niha’i. Program praktek pengabdian masyarakat di
pesantren Al-Inaayah mempunyai dasar awalnya penggemblengan terhadap santri
yang langsung di kontrol oleh ustad dan ustadzah dalam suatu program yang ada
di pondok yakni program muhadroh (berpidato didepan orang banyak dalam
menggunakan Bahasa Arab, Inggris dan Indonesia). Program ini melatih para
santri untuk bisa tampil percaya diri, dan tidak gugup saat tampil didepan banyak
orang. Kemudian pelaksanaan praktek pengabdian masyarakat diselenggarakan
atas dasar kerjasama antara bagian pengasuhan santri dan TMI di mana para santri
akhir kelas 6 TMI dterjuankan langsung ke masyarakat selama 10 hari yang
dimana daerah tempat praktek pengabdiannya sudah ditentukan oleh pihak
pondok pesantren.
Kegiatan praktek pengabdian masyarakat ini sejenis seperti KKN yang
biasa dilakukan oleh mahasiswa kuliahan, namun kegiatan ini hanya dibatasi
selama 10 hari. Di mana santri-santri tesebut langsung praktek di masyarakat.
Setiap santri ada yang mengajar di pendidikan informal dan nonformal, informal
mereka mengajar di TK atau TPA, SD dan SMP, sedangkan untuk nonformal
mereka mengajar anak-anak kecil mengaji di mushola yang mereka sedang
praktek pengabdian. Praktek pengabdian tersebut merupakan salah dakwah
pesantren untuk masyrakat karena santri tersebut sudak tidak diragukan lagi oleh
masyarakat dalam berdakwahnya di masyarakat sebab para santri tersebut berasal
dari pondok pesantren.
Selain mengajar para santri harus mengikuti kegiatan apa saja yang ada
ditempat pengabdian tersebut misalnya apabila di masyrakat ada pengajian,
tahlilan dan lain-lainya mereka harus mengikuti acara tersebut dan apabila ada
masyarakat yang menunjuk santri untuk jadi imam, khotib, muazin atau yang lain
mereka harus siap karena para santri sebelum diterjunkan langsung ke masyarakat,
66
mereka sudah di bekali oleh pondok pesantren dengan segala bentuk kegiatan
keagamaan dan dakwahnya.68
Jadi pada intinya perkembangan pondok pesantren Al-Inaayah khusus di
bidang dakwah terhadap masyarakat Rawakalong yaitu pertama dengan
mengadakan pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak di lingkungan pesantren,
mengadakan Tablig Akbar dalam rangka menyambut hari besar Islam, dan
praktek pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh santri akhir Al-Inaayah, itu
semua merupakan bagian dakwah yang dilakukan pesantren terhadap masyarakat
sekitar.
C. Bidang Sosial Keagamaan
Hubungan pondok pesantren dengan masyarakat sekitar sangat berbeda-beda,
sesuai dengan fungsi dan peranan pondok pesantren tersebut serta kegiatan-
kegiatan yang dilakukan.
Pondok Pesantren Al-Inaayah selain sebagai lembaga pendidikan dan
pengajaran, juga sebagai lembaga sosial karena ketika pondok pesantren belum
berdiri awalnya pondok merupakan hutan berantara dan akses jalan pada waktu itu
masih jalan setapak atau jalan kampung saja. Kemudian peran sosial keagamaan
yang dilakukan oleh pesantren terhadap masyarakat yang paling dahulu
diutamakan yaitu dalam soal agama karena waktu itu agama yang mereka percaya
itu sudah Islam akan tetapi mereka masih percaya tradisi nenek moyang dan
kepercayaan yang lain misalnya dengan menyembah benda-benda dan kuburan
kramat atau bisa dibilang animisme dan dinamisme oleh sebab itu peran awal dari
berdirinya pondok pesantren yaitu untuk melurus dan menyadarkan mereka ke
jalan yang diridhoi Allah SWT.
Masyarakat Rawakalong pada tahun 1990 tidak mengenal apa itu sholat
hanya Islam saja di ktpnya, sebab baik perempuan dan laki-lakinya pada waktu itu
tidak banyak orangnya yang mengerjakan sholat. Rata-rata kaum laki-lakinya
ketika pondok belum berdiri kebiasaanya suka berjudi, mabuk-mabukan, dan
68 Ustad H. Usamah, Lc, MA, Selaku Direktur TMII PonPes Al-Inaayah periode ke-2,
Wawancara pribadi, Ponpes Al-Inaayah Rawakalong, 12 Januari 2018 Pukul. 16.30 Wib.
67
sering main kartu remi atau gaple, sedangkan warga Rawakalong khususnya
perempuan ketika pondok pesantren masih tahap pembangunan, belum menutup
aurat. Tapi dengan ada pesantren Al-Inaayah kegiatan kemusyrikan tersebut sudah
tidak ada dan sudah ditinggal jauh oleh masyarakat Rawakalong, karena
perbuatan tersebut sangat dilarang oleh Allah SWT.
Jadi perkembangan pondok pesantren Al-Inaayah terhadap masyarakat
Rawakalong khususnya dalam bidang sosial keagamaan adalah berhasil dalam
memberantas kemusyrikan yang ada di Rawakalong dengan cara pondok
pesantren mengadakan pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak di lingkungan Pondok
Pesantren Al-Inaayah, dari yang awalnya masyarakat Rawakalong belum
mengenal apa itu sholat hingga sekarang sudah semua warga Rawakalong bisa
mengerjakan sholat. Semua itu merupakan salah satu peran utama Pondok
Pesantren Al-Inaayah dalam soal keagamaan guna memberi pandangan kepada
masyarakat Rawakalong tentang pentingnya mengetahui apa itu agama Islam
yang sesungguhnya dan sekarang masyarakat Rawakalong sudah tahu apa itu
agama Islam yang mereka dahulu sudah percayai sebelum Pondok Pesantren Al-
Inaayah berdiri di Rawakalong.69
D. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Pesantren
Berdirinya dan berkembang Pondok Pesantren Al-Inaayah sampai
sekarang dikarenakan adanya berbagai macam faktor yang mendukungnya. Unuk
mencapai apa yang di cita-citakan oleh para pendiri pondok pesantren serta
menjada keseimbangan pondok pesantren perlu mendapat dukungan dari berbagai
pihak-pihak tertentu, karena dengan adanya dukungan tersebut suatu pondok
pesantren tidak akan dapat berjalan hingga sekarang, Untuk menjadi suatu pondok
pesantren yang sangat besar , setiap pondok pesantren tidak akan lahir dengan
begitu saja, melaikan harus bertahap-tahan proses sedikit demi sedikit dengan
kurun waktu yang begitu lamanya.
69 KH. Asnawi HT, M.Pd I, Selaku Pimpinan Pon. Pes Al- Inaayah Ke-2, Rawakalong
Gunung Sindur Bogor, Wawancara pribadi , PonPes Al-Inaayah Rawakalong, 12 Januari 2018
Pukul 10.00 Wib
68
Dalam proses berkembangnya Pondok Pesantren Al-Inaayah pasti tidak
selalu menunjuk grafik yang naik terus, melainkan mengalami pasang surutnya
perkembangan oleh karena para pendiri pondok pesantren nampaknya memiliki
peranan yang lain dalam mengatasi pasang surutnya perkembangan di sebuah
pondok pesantren. Ada faktor yang turut andil dalam memperlancar
perkembangan Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong sebagai berikut:
1. Masyarakat Rawakalong
Masyarakat adalah jumlah kelompok manusia yang dalam artinya
memiliki arti seluas-luasnya yang mempunyai keterikat oleh suatu kebudayaan
yang mereka anggap sama, dalam pengertiannya masyarakat sekitar Rawakalong,
misalnya yang pernah belajar di pondok dan menjadi alumninya, dalam hal ini
masyarakat Rawakalong mempunyai peran penting dalam mendukung
perkembangan Pondok Pesantren Al-Inaayah. Adanya peran yang dilakukan
masyarakat Rawakalong ke Pondok Pesantren Al-Inaayah pastinya akan memiliki
dampak yang sangat besar dalam mempengaruhi perkembangan pondok pesantren
misalnya turut mendukung dan berpartisipasi dalam segala kegiatan yang
diadakan Pondok Pesantren Al-Inaayah seperti menghadiri acara Porseka, Milad
Pondok Pesantren Al-Inaayah, kegiatan akhir tahun yaitu wisuda santri, dan
perlepasan santri akhir ke tempat Praktek Pengabdian masyarakat, mereka ikut
turut andil dan aktif dalam segala kegiatan tersebut.
Sebaliknya apabila di masyarakat ada salah satu warga yang
mendapatkan musibah maka diundanglah perwakilan dari pihak pondok
pesantren, misalnya mengikuti acara tahlilan, mengisi ceramah dan khutbah di
mesjid sekitar pondok pesantren, pihak pondok pesantren selalu berpartisipasi
mengikutinya. Itu semua merupakan suatu pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan Pondok Pesantren Al-Inayah.
2. Pemerintah
Pemerintah dalam hal ini yaitu pemerintah Kelurahan Rawakalong yang
telah mengijikan berdirinya Pondok Pesantren Al-Inaayah serta memberikan ijin
kepada Pondok Pesantren Al-Inaayah untuk mendirikan pengajian majlis ta’lim
yang dikhususkan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu. Dalam hal kegiatan yang ada
69
di pemerintahan desa Rawakalong biasanya turut mengunndang Pondok Pesantren
Al-Inaayah seperti kegiatan memperingati kemerdekaan Indonesia atau 17
Agustusan pihak kelurahan terkadang suka menunjuk pihak pondok pesantren
misalnya santri untuk menjadi petugas menaikkan bendera merah putih di upacara
hari kemerdekaan bangsa Indonesia dan terkadang para santri menjadi pesertanya.
Apabila di lingkungan Rawakalong mengadakan perlombaan 17 agustus pihak
kelurahan terkadang suka mengundang pihak Pondok Pesantren Al-Inaayah.
3. Prestasi-prestasi yang di dapat oleh Pondok Pesantren Al-Inaayah
Kalau membicarakan prestasi-prestasi yang didapat oleh pondok
pesantren sudah tak terhitung pencapaian yang diraih oleh pondok pesantren, baik
perlombaannya umum dan agama. Prestasi-prestasi yang didapat misalnya juara 1
lomba futsal tingkat kabupaten, pramuka pernah sampai Provinsi, sepak bola
pernah juga sampai Provinsi serta ada 3 santri yang mengikuti seleksi pemain bola
se-provinsi, ada juga lomba MTQ, lomba cerdas cermat, lomba pidato dan yang
lainnya.70
Apa yang penulis jelaskan didalam skripsi ini bisa dijadikan sebagai
tolak ukur penulis dalam menjelaskan dan menerangkan skripsi ini tentang
perkembangan pondok pesantren. Apabila dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat kekurangan dalam hal menjelaskan mohon dimaafkan khilafannya
penulisan sekian dan terima kasih atas perhatiannya, semoga skripsi ini menjadi
tolak ukur bagaiamana pondok pesantren bisa berkembang maju dalam hal
pendidikan, Dakwah, dan yang lainnya. Selanjutnya penuliskan akan menjelaskan
Bab V tentang penutup dan kesimpulan dalam skripsi ini.
70 Ustad H. Usamah, Lc, MA, Selaku Direktur TMII PonPes Al-Inaayah periode ke-2,
Wawancara pribadi, pondok pesantren Al-Inaayah Rawakalong, 12 Januari 2018 Pukul. 16.30
Wib.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menguraikan, mempelajari, meneliti, berbagai macam
permasalahan dalam penulisan yang berjudul “Sejarah Perkembangan Pondok
Pesantren Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur Bogor (1991-2012)” akhirnya
penulis pada tahap kesimpulan dari seluruh pembahasan dalam bab sebelumnya,
maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Pondok Pesantren Al-Inaayah berdiri atas empat bersaudara putra putri H.
Abdullah yaitu; H. Muhammad, Hj. Muhayah, H. Mawardi, dan Hj.
Romelah, yang membeli tanah seluas 5 hektar di desa rawakalong pada
tahun 1983. Untuk mewujudkan niat mendirikan pondok pesantren
timbullah pemikiran di keempat bersaudara putra putri H Abdullah
membangun PonPes Al Inaayah di kampung Pondok Miri Rawakalong
Gunung Sindur Bogor, di atas tanah yang mereka beli pada tahun 1989.
Berdiri tahun 1990 dan tahun 1991 pembangunan selesai tapi hanya
meliputi 7 ruang kelas dan 5 ruang kamar, masjid belum dibangun, aula
belum ada. Mulai tanggal 15 juli 1991 Pondok Pesantren Al-Inaayah
membuka pendaftaran murid baru dengan jumlah murid baru sebanyak 37
orang putra dan putri.
2. Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong telah mampu menumbuhkan
kepercayaan bagi masyarakat sekitar. Dengan berbagai dukungan dan
bantuan dari masyarakat sekitar baik moral dan material, pondok pesantren
Al-Inaayah tumbuh dan masih terus berkembang. Hal ini bisa kita lihat
dari ada berbagai infrastruktur sarana prasarana yang dibuat Al-Inaayah
serta sistem metode pendidikan yang diterapkan. Dengan mengikuti model
pendidikan yang ada di pondok pesantren Gontor dan pondok pesantren
Darunnajah Jakarta yang dipadukan dengan DEPAG dan DIKNAS tanpa
menghilangkan pendidikan Salafi.
71
3. Dalam hal perkembangan Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
mempunyai peranan terhadap masyarakat Rawakalong dalam hal
Pendidikan, Dakwah, dan Sosial Keagamaan.
a. Bidang Pendidikan
Pondok Pesantren Al-Inaayah memakai sistem pendidikan yang
bersifat formal dan informal yang mengacu pada sistem pendidikan Pondok
Modern Gontor, dengan mengambil model pendidikan Pesantren Darunnajah
Jakarta yaitu dengan mewajibkan santrinya mengikuti jenjang pendidikan
selama 6 tahun dan memofukuskan Bahasa untuk dipelajari baik Bahasa Arab
dan Bahasa Inggris, dengan memadukan pelajaran madrasah dan pelajaran-
pelajaran Negeri seperti pelajaran-pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, IPA,
IPS dan juga Teknologi Informatika.
b. Bidang Keagaaman
Pondok Pesantren Al-Inaayah mengembangkan Dakwahnya
dengan cara mendirikan Majlis Ta’lim, dan mengadakan praktek pengabdian
masyarakat yang dilakukan santri akhir pesantren. Majlis Ta’lim merupakan
sarana Dakwah yang diberikan pesantren kepada masyarakat, kerena dengan
dakwah orang bisa mengambil ilmu pengetahuan agamanya secara luas dan
dengan adanya santri yang mengabdi kepada masyarakat jadi bisa menegetahui
masyarakat bahwa ada generasi-generasi muda dalam lembaga pendidikan
Islam, jadi masyarakat bisa mengambil ilmu agama secara luas dari para santri
yang mondok di pesantren.
c. Bidang Sosial Keagamaan
Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong dalam perkembangannya di
bidang sosial keagamaan telah berhasil mengIslamkan dan menyadarkan
masyarakat Rawakalong karena ketika pondok pesantren belum berdiri
kemusyrikan di daearah tersebut merajarela baik yang laki-laki suka berjudi,
mabuk-mabukan, dan perempuan belum menutup aurat serta masyarakat belum
tahu apa itu sholat. Sekarang kegiatan kemusyrikan tersebut sudah ditinggalkan
total oleh masyarakat Rawakalong dan masyarakat sekarang lebih mengisi
72
dengan mengikuti pengajian majlis ta’lim yang diadakan di Pondok Pesantren
Al-Inaayah.
3.Faktor Mempengaruhi perkembangan Pondok Pesantren Al-Inaayah
sebagai berikut:
1. Mayarakat
2. Pemerintah dan
3. Prestasi Santri
B. Saran
Untuk meningkatkan serta memajukan Kualitas dan Kuantitas Pondok
Pesantren Al-Inaayah Rawakalong penulis memberikan saran-saran sebagai
berikut:
a. Sebagai pondok pesantren yang menjadi kebanggaan masyarakat
setidaknya pondok harus berani bertujuaan unuk meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan, lebih teratur, lebih tertib dan lebih disiplin.
b. Sukses selalu dalam mencetak kader-kader alaumni yang berwawasan luas
baik ilmu agama dan umum, berkompeten, sabar dan jujur.
c. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut terkait dengan perkembangan dan
kemajuan Pondok Pesantren Al-Inaayah secara baik dan benar.
73
DAFTAR PUSTAKA
Data Tertulis
Abdurrahman Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,
2007
Affandi Bisri, Pembaharu dan Pemurni Islam di Indonesia, Jakarta, Al-Kautsar,
1999.
Ali Mukti, Beberapa Persoalan Agama Dewasa ini, (jakarta: Rajawali Press,
1987
Brosur, Penerimaan Santri Baru Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong, T.A
2017/ 2018 Tsanawiyah dan Aliyah, ( dilihat pada tanggal 12 Januari
2018)
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994
Daulay Putra Haidar, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam
di Indonesia, Kencana Prenada Media Group. Cetak Ke-1, 2007.
Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depag RI, Pondok Pesantren dan madrasah
Diniyah; Pertumbuhan dan Perkembangannya, Jakarta: Departemen
Agama, 2003
Dhofier Zamahsyari, Tradisi Pesantren: Study Tentang Pnadangan Hidup Kiyai,
Jakarta LP3ES, 1994.
Durkheim Emile, Sosiologi dan Filsafat, Jakarta: Erlangga, 1991
Faturrahman Pupuh, Alternatif sistem pendidikan terpadu, Bandung:, Tunas
Nusantara , 2000
Gottshalck Louis, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Susanto (Jakartta: Universitas
Indonesia, Press, 2008
Hafidudun Didin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1991
Halim Soebahar Abd, Kebijakan Pendidikan Islam dari Ordonansi Guru sampai
UU Sisdiknas, Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-1 Maret
2013
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: LSIK, 1996
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Cet. I Jakarta: Rajawali Press, 1996
74
HS Mastuki, Intelektual Pesantren, Jakarta; Diva Pustaka, 2006
Louis Gottshalck, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Susanto (Jakartta: Universitas
Indonesia, Press, 2008)
Kartodirdjo Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metode Sejarah Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama, 1992
Madjid, Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta,
LP3ES ,1994
Mastuhu, Dinamika Sistem Pesantren, Jakarta, INIS, 1994.
Muriah Siti, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002
Mustajab, Masa Depan Pesantren: Telaah atas Model Kepemimpinan dan
Manajemen Pesantren Salaf, Yogyakarta: LkiS, Cetakan I: 2015
Nasuhi Hamid, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis, Disertasi),
Jakarta : ceqda, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007
Nizar Samsul, Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di
Nusantara, Jakarta: Kencana Prenada Media Grop Cetakan ke-1,Februari
2013
Rachman Shaleh Abdul, Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi, dan
Aksi, (Jakarta: PT. Gamawindu Panca Perkasa, 2000)
Ritzer George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2011
Sokanto Sooejono, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial (Jakarta : Ghalia,
Indonesia, 1983)
Tjandrasasmitha Uka, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-Kota Muslim di
Indonesia, PT Menara Kudus, 2002
Wahid Abdurrahman, Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, Yogyakarta:
LkiS, 2001
Wahid Abdurahman, Penggerak Tradisi, Yogyakarta: LKIS 2001
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, Jakarta: Gema Insani Press, 1997
Zarkasyi Abdullah Syukri, Pembaruan Pendidikan Pesantren, jakarta, PT.Raja
Grafindo, 2005.
75
Sumber Elektronik/Internet
http://www.rawakalong.desa.id/desa-kami/sejarah (diakses, 04 Oktober 2017
Pukul, 14.44 Wib).
Wawancara Pribadi
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ayadi, Sebagai Kasi Pelayanan Kelurahan
Rawakalong dan masyarakat sekitar, di Kantor Kelurahan Rawakalong, (
Rawakalong, 26 September 2017 Pukul, 10.56 Wib)
Wawancara Pribadi dengan Hj. Romelah, Selaku Pendiri dan Pewakaf Pondok
Pesantren Al-Inaayah Rawakalong, Pondok Pesantren Al-Inaayah, (
Rawakalong, 24 Desember 2016 Pukul. 17.00 Wib).
Wawancara pribadi dengan Ustaz H. Usamah, Lc, MA, Selaku Direktur TMII
Pondok Pesantren Al-Inaayah periode ke-2, Pondok Pesantren Al-
Inaayah Rawakalong, 12 Januari 2018 Pukul. 16.30 Wib.
Wawancara pribadi dengan Ustaz Farhan Syah, S.E, Selaku Kepala Pengasuhan
Santri Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong, Pondok Pesantren Al-
Inaayah Rawakalong, 11 Januari 2018 Pukul. 11.30 Wib.
Wawancara pribadi dengan Drs. KH. Asnawi HT, M.Pd I, Selaku Pimpinan
Pondok Pesantren Al- Inaayah Ke-2, Rawakalong Gunung Sindur Bogor,
Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong, 12 Januari 2018 Pukul 10.00
Wib
Wawancara pribadi dengan Bapak Nisam, Selaku Tokoh Masyarakat desa
Rawakalong, Wawancara Pribadi, Pos Satpam Pondok Pesantren Al-
Inaayah, 25 Desember 2017 Pukul. 14.00 Wib.
Wawancara pribadi dengan Ustaz Sandi Sanri, Selaku Sekretaris dan Alumni
Pondok Pesantren Al-Inaayah, Wawancara pribadi, di Rawakalong, 21
Mei 2018 pukul.15.30 Wib.
76
LAMPIRAN
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
Lampiran 1 :
Foto Pewakaf dan Pendiri serta Pimpinan Pondok Pesantren Al-Inaayah
Rawakalong 1 dan 2
77
Lampiran 2 :
Foto Sepanduk Penerimaan Santri Baru Tahun Pelajaran 2018-2019
Lampiran 3 :
Foto Gerbang Masuk Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur
Bogor
Lampiran 4 :
Foto Masjid Jami Al-Inaayah Rawakalong Sebagai Tempat Belajar dan Ibadah
Santri PonPes Al-Inaayah Rawakalong
78
Lampiran 5 :
Foto Gedung Aula PonPes Al-Inaayah sebagai tempat Pertemuan wali santri dan
kegiatan acara santri Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
Lampiran 6 :
Foto Pos Satpam Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
Lampiran 7 :
Foto Lapangan Kegiatan sehari-hari Santri Al-Inaayah Rawakalong
79
Lampiran 8 :
Foto Rumah Kediaman Pimpinan Pondok Pesantren Al-Inaayah Ke-2
Lampiran 9 :
Foto Ruang Kantor Kepala Sekolah Mts Dan Kepala Sekolah Aliyah Pondok
Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
Lampiran 10 :
Foto Kegiatan Ekstrakulikuler Marching Band Santri Pondok Pesantren Al-
Inaayah Rawakalong
80
Lampiran 11 :
Foto Kegiatan Ekstrakulikuler Pramuka Santri Pondok Pesantren Al-Inaayah
Rawakalong
Lampiran 12 :
Foto PORSEKE KE III yang merupakan salah satu kegiatan Tahunan Pondok
Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
Lampiran 13 :
Foto Praktek Pengabdian Masyarakat yang merupakan Kegiatan Tahunan
dilakukan Oleh Santri Akhir Kelas 6 TMI/Nihai Pondok Pesantren Al-Inaayah
Rawakalong
81
Lampiran 14 :
Foto Haul ke-7 ALM. KH. AHMAD FALAQ IBRAHIM, Lc Dan Santunan
Yatim & Dhuafa bersama (Ikatan Keluarga Besar Alumni Al-Inaayah) IKBAAL
di Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
Lampiran 15 :
Foto Dewan Guru Dan Alumni Angkatan ke-21 Pondok Pesantren Al-Inaayah
Rawakalong
Data Dewan Guru Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong
No Nama Satminkal Jabatan
1 Drs. H. Asnawi, HT.M.Pd.I. MTs Pimpinan
2 H. Aguswati. S.Ag. MTs Guru
3 H. Umar Wildan, S.Ag. MTs Guru
4 Qomar Nurzaman, S.Pd.I. MTs Guru
5 Zainun Nasichah, S.Pd.,M.Pd. MTs Guru
6 Sukron, S.Ag. MTs Guru
7 Suherman Umar Isu, S.H.,M.H. MTs Guru
8 Farhan Syah, S.E. MTs Guru
9 Mohammad Rois Rizwan, S.HI.,M.A. MTs Kamad MTs
82
10 Irfan Kosasih, S.Pd. MTs Guru
11 Ratna Komalasari, S.H. MTs Guru
12 Jubaidah Sau, S.Pd. MTs Guru
13 Muslim Asbanu, S.H. MTs Guru
14 Rahmawati Tino MTs Guru
15 Hani Rahmania MTs Guru
16 Nur Annisa MTs Staff
17 Ludy Dwi Cahya MTs Staff
18 Rajab Muslim Wijaya MTs Guru
19 Tri Mulyono MTs Guru
20 Fidya Hayya MTs Staff
21 Shafa Hana Kamila MTs Staff
22 Akbar Wijaya Taek MTs Staff
23 Fitriawati MTs Staff
24 Sandy Sanri MTs Guru
25 Moehammad Arief Budiman Isu MTs Staff
26 H. Usamah Lc.MA.IRK. MA Kepala TMI
27 H. Ahmad Nabil, LL.B.Hons.,M.H. MA Kamad MA
28 Purwanto, S.Pd. MA Guru
29 Sholihin Shobroni, S.HI.,M.A. MA Guru
30 Karyati, S.H.I. MA Guru
31 Narsin, S.E. MA Guru
32 Rizka Argafani MA Guru
33 Winda Maulida, S.Pd.,S.E. MA Guru
34 Toufik Hidayat, M.H.I. MA Guru
35 Sumayya Noor, S.H.I. MA Guru
36 Drs. Pepen Efendi MA Guru
37 Rahmat Kurnia MA Staff
38 Nisam Ponpes Keamanan
39 Muhaimin MTs Guru
83
40 AI TSAMROTUL FUADAH MTs Guru
41 AGRIFA YESHONYA M TA'EK MTs Guru
Data Santri Al-Inaayah Rawakalong Tingkat Mts
Tahun SANTRI Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1991-1992 13 24 37
1992-1993 18 28 46
1993-1994 15 26 41
1994-1995 22 31 53
1995-1996 15 25 40
1996-1997 20 28 48
1997-1998 23 34 57
1998-1999 24 37 61
1999-2000 19 30 49
2000-2001 23 36 59
2001-2002 17 28 45
2002-2003 27 36 63
2003-2004 20 32 52
2004-2005 31 40 71
2005-2006 22 33 55
2006-2007 25 37 62
2007-2008 20 34 54
2008-2009 30 43 73
2009-2010 36 47 83
20010-2011 31 27 58
2011-2012 45 33 78
2012-2013 30 29 59
2013-2014 40 32 72
2014-2015 37 30 67
84
Data Santri Al-Inaayah Rawakalong Tingkat MA
Tahun SANTRI Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1991-1992 8 13 21
1992-1993 15 21 36
1993-1994 12 19 31
1994-1995 17 20 37
1995-1996 11 13 24
1996-1997 13 20 33
1997-1998 14 26 40
1998-1999 11 19 30
1999-2000 13 23 36
2000-2001 10 15 25
2001-2002 14 18 32
2002-2003 10 17 27
2003-2004 16 19 36
2004-2005 13 15 28
2005-2006 14 17 31
2006-2007 11 15 26
2007-2008 15 22 37
2008-2009 17 24 41
2009-2010 13 16 29
20010-2011 24 15 39
2011-2012 16 17 33
2012-2013 13 21 34
2013-2014 15 23 38
2014-2015 13 25 38
85
Prestasi Santri Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong sebagai berikut:
1. Medali Emas, Perak dan Perunggu Lomba Silat di PP Darul Rahman (atas
nama: Yusuf Zaenudin, Aufa Rizik, dan Ahmad Fauzn)
2. Juara ke-1 Lomba Futsal Se-Tangsel di PP Jagat Arsy
3. Juara 1 Lomba MTQ Tingkat Kota Jakarta Selatan (atas nama M. Hannan)
4. Juara II Lomba Lentera (Pramuka Putra Gudep 13.015)
5. Juara II Lomba Gagak ke VI Se-JABODETABEK & Banten di Pondok
Pesantren Darul Mutaqien (Pramuka Putri Gudep 13.016)
6. Juara Ke III Pidato Bahasa Inggris Se-JABODETABEK (atas nama Zahra
Nabila Surya Putra)
7. Juara III Story Telling Bahasa Arab Se-JABODETABEK (atas nama Cyka
Anggraini Katili)
8. Juara ke-II Lomba Pidato Bahasa Arab Se-JABODETABEK (atas nama
M.Yasier)
86
LAMPIRAN
Daftar Pertanyaan Wawancara
Daftar pertanyaan wawancara ini berfungsi untuk menjawab rumusan
masalah pada penelitian yang berjudul “Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren
Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur Bogor (1991-2012)”. Berikut ini adalah
daftar pertanyaan dan wawancara antara peneliti dengan pihak internal yaitu
dengan Dewan guru dan tokoh masyarakat Rawakalong sebagai berikut:
Pewawancara : M.Aries.Budiman
Responden : Ust Asnawi
Jabatan : Pimpinan Pondok Pesantren Al-Inaayah yang Ke-2
Temapat : Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur
Bogor
1. Bagaiaman sejarah berdirinya pondok Pesantren Al-inaayah ini?
2. Dari mana tenaga pengajar pondok pesantren Al-Inaayah berasal?
3. Adakah susunan Organisasi Ponpes Al-Inaayah?
4. Bagaimana perkembangan pondok pesantren Al-Inaayah dari awal berdiri
sampai sekarang?
5. Bagaimana peran pondok pesantren Al-Inaayah dalam bidang pendidikan,
dakwah, dan social terhadap masyarakat rawakalong?
6. Adakah Alumni pondok pesantren yang sangat berpengaruh di daerah
rawakalong?
87
Pawancara : M.Aries.Budiman
Responden : Hj. Romelah
Jabatan : Pendiri dan Pewakaf Pondok Pesantren Al-Inaayah
Temapat : Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur
Bogor
1. Apakah Umi bisa menceritakan secara detail Sejarah berdirinya Pondok
Pesantren Al-Inaayah?
2. Siapakah tokoh-tokoh pendiri Ponpes Al-Inaayah?
3. Bagaimana kondisi sosial keagamaan masyarakat sekitar sebelum dan sesudah
pesantren ini berdiri?
4. Bagaimana kondisi pendidikan masyarakat sekitar sebelum dan sesudah
pesantren ini berdiri?
5. Bagaimana respon masyarakat rawakalong terhadap pondok pesantren Al-
Inaayah?
88
Pewawancara : M.Aries.Budiman
Responden : Pak Nisam Tokoh Masayarakat Rawakalong
Temapat : Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur
Bogor
1. Bagaimana kondisi sosial keagamaan masyarakat rawakalong sebelum dan
sesudah Ponpes Al-Inaayah Berdiri?
2. Bagaimana Kondisi pendidikan masyarakat rawakalong sebelum dan sesudah
Ponpes Al-Inaayah berdiri?
3. Bagaiamana respon masyarakat rawakalong sebelum dan sesudah pondok ini
berdiri?
89
Pewawancara : M.Aries.Budiman
Responden : Bapak Ayadi Sebagai Staff Bagian Kasi Pelayanan
Kelurahan Rawakalong sekaligus masyarakat sekitar
Temapat : Kantor Kelurahan Desa Rawakalong
1. Bagaimana letak geografis Desa Rawakalong?
2. Bagaimana kondisi sosial keagamaan masyarakat rawakalong sebelum dan
sesudah Ponpes Al-Inaayah Berdiri?
3. Bagaimana Kondisi pendidikan masyarakat rawakalong sebelum dan sesudah
Ponpes Al-Inaayah berdiri?
4. Bagaimana Respon Masyarakat Rawakalong terhadap berdirinya PonPes Al-
Inaayah?
90
Pewawancara : M.Aries.Budiman
Responden : Ust. Farhan
Jabatan : Kepala Pengasuhan Santri
Tempat : Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur
Bogor
1. untuk alumni pesantren Al-Inaayah sudah menghasilkan berapa alumi ya ustad?
2. Sarana dan Prasarana apakah yang tersedia di Pondok pesantren Al-Inaayah?
3. Bagaimana peran pondok pesantren Al-Inaayah dalam bidang dakwah dan
bidang sosial?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan pondok pesantren Al-
Inaayah?
5. Ada berapa santri yang mukim di pesantren ini mulai berdiri hingga sekarang?
6. Prestasi apakah yang telah di raih oleh Pondok Pesantren ini?
7. Di Al-Inaayah ada berapa kepengurusan organisasi?
91
Pewawancara : M.Aries.Budiman
Responden : Ust. Asnawi
Jabatan : Direktur TMI Ke-1 Di Pondok Pesantren Al-Inaayah
Temapat : Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur
Bogor
1. Bagaimana asal muasal berdirinya TMI ketika ustad pimpin di awal-awal
berdirinya ponpes Al-Inaayah?
2. Dari mulai jenjang pendidikan apa saja yang ada di pesantren Al-Inaayah ini?
3. Kalau untuk pengajar pondok pesantren Al-Inaayah ini lulusan dari mana
aja ustad?
92
Pewawancara : M.Aries.Budiman
Responden : Ust. Usamah
Jabatan : Direktur TMI Ke-2 Pondok Pesantren Al-Inaayah
Temapat : Pondok Pesantren Al-Inaayah Rawakalong Gunung Sindur
Bogor
1. Bagaiamana perbedaan TMI yang dipimpin ustaz asnawi dengan TMI yang
ustaz pimpin sekarang?
2. Dari mulai jenjang pendidikan apa saja yang ada di PonPes Al-Inaayah ini?
3. Kalau sekarang untuk pengajaran di Pondok Pesantren Al-Inaayah ini lulusan
dari mana saja ustad?
4. Ustad bagaimana perkembangan pondok pesantren Al-Inaayah dalam bidang
pendidikan, bidang dakwah, dan bidang sosial keagamaan dari awal berdiri hingga
sekarang ?
5. Ketika adanya Pesantren adakah Konflik yang terjadi di masyarakat
Rawakalong dan kira-kira bagaimana Penyelesaian konflik tersebut?
6.Yang unik dari Pondok Pesantren Al-Inaayah dengan Pondok Pesantren lainnya
apa Ustaz?
93
Pewawancara : M.Aries.Budiman
Responden : Ust Sandi Sanry
Jabatan : Sekretaris dan Alumni Pondok Pesantren Al-Inaayah
Tempat : Gedung Sekretaris Pondok
1. Adakah perbedaan Pondok Pesantren Al-Inaayah yang dahulu dengan Pondok
Pesantren Al-Inaayah yang sekarang?
a. Keilmuan
b. Kuantitas para santri
2. Apa pesan Ustad sebagai alumni untuk kemajuan dan perkembangan Pondok
Pesantren Al-Inaayah?
94
Nama : Ahmad Rasyikul Akly
Kelas: kelas 6
Hari, tanggal wawancara : Sabtu, 20 Januari 2018
Tempat : Di Halaman Pondok Pesantren Al-Inaayah
1. Nama adek siapa?
2. Sudah berapa lama mondok di Pondok Pesantren Al-Inaayah?
3. Apa saja yang sudah didapat dari Pondok Pesantren Al-Inaayah ini?
4. Bagaimana pembelajaran yang diberikan di pondok pesantren ini?
5. Berasal dari mana tempat tinggalnya?
6. Bagaimana menurut adek dengan guru/ustad yang ada di Pondok
Pesantren Al-Inaayah ini?
7. Apakah adek aktif dalam ekstrakurikuler atau tidak?
8. Apa harapan adek kepada Pondok Pesantren Al-Inaayah kedepannya?