Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

20
Tugas kelompok SEJARAH PERADABAN ISLAM Sejarah Pengumpulan Al-Quran pada Masa Abu Bakar As-ShiddiqOleh: KELOMPOK IX Fitriani 023 Fakhira Dwi Awlyawati Fatmawati Kartika Sari PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2013

Transcript of Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Page 1: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Tugas kelompok

SEJARAH PERADABAN ISLAM

“Sejarah Pengumpulan Al-Quran pada Masa Abu Bakar

As-Shiddiq”

Oleh:

KELOMPOK IX

Fitriani 023

Fakhira Dwi Awlyawati

Fatmawati

Kartika Sari

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2013

Page 2: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala inayah dan

kenikmatan yang senantiasa dicurahkan-Nya pada penulis berupa kesehatan,

kekuatan, serta kesempatan sehingga makalah ini dapat selesai dengan semestinya.

Tidak lupa penulis kirimkan shalawat dan salam beriringan dengan ucapan terima

kasih yang tiada terhingga kepada Baginda Rasulullah SAW karena atas segala

pengorbanan yang telah dilakukannya beserta para sahabat, sehingga kini kita mampu

mengkaji alam ini lebih tinggi dari gunung tertinggi, lebih dalam dari lautan terdalam,

serta lebih jauh dari batas pandangan mata.

Adapun tulisan ilmiah ini berisikan materi tentang “Sejarah Pengumpulan

Al-quran pada Masa Abu Bakar As-Shiddiq“ yang bertujuan sebagai bahan

bacaan, semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Dalam makalah ini,

penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu,

mohon kiranya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembimbing dan

pembaca guna untuk kesempurnaan pada pembuatan makalah penulis selanjutnya.

Makassar, November 2013

Penulis,

Page 3: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 3

BAB II PEMBAHASAN 4

A. Sebab Pengumpulan Al-Quran pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq 4

B. Proses Pengumpulan Al-Quran pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq 5

C. Karakteristik Penulisan Al-Quran pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq 14

BAB III PENUTUP 15

A. Kesimpulan 15

B. Saran 15

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur‟an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw

yang diberi pahala bagi orang yang membacanya. Sejak pewahyuannya hingga kini, al-

Qur‟an telah mengarungi sejarah panjang selama empat belas abad lebih. Diawali

dengan penerimaan pesan ketuhanan al-Qur‟an oleh Nabi Muhammad, kemudian

penyampaiannya kepada generasi pertama Islam yang telah menghafal dan merekamnya

secara tertulis, hingga stabilitasi teks dan bacaannya yang mencapai kemajuan berarti

pada abad ke-3 H/ 9 dan abad ke-4 H/ 10 serta berkulminasi dengan penerbitan edisi

standar al-Qur‟an di Mesir pada 1342 H/ 1923, kitab suci kaum muslimin ini masih

menyimpan sejumlah misteri dalam berbagai tahapan perjalanan kesejarahannya.

Salah satu yang sangat dibanggakan umat Islam dari dahulu hingga saat ini adalah

keotentikan al-Qur‟an yang merupakan warisan Islam terpenting dan paling berharga.

Meskipun mushaf yang kita kenal sekarang ini berdasarkan rasm Utsman bin Affan,

akan tetapi sebenarnya ia tidak begitu saja muncul sebagai sebuah karya besar yang

hampa dari proses panjang yang telah dilalui pada masa-masa sebelumnya.

Proses itu dimulai pada masa Rasullullah Saw. Setiap kali menerima wahyu al-

Qur‟an, Rasulullah Saw langsung mengingat, menghafalnya, dan memberitahukan serta

membacakannya kepada para sahabat, agar mereka mengingat dan menghafalnya. Selain

dihafal, wahyu al-Qur‟an yang baru turun ditulis oleh juru tulis wahyu, seperti Abu

Bakar al-Siddiq, Umar bin al-Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,

Page 5: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Mu‟awiyah, Khalid bin Walid, Ubay bin Ka‟ab, Zaid bin Tsabit, Tsabit bin Qays, Amir

bin Fuhairah, Amr bin al-„Ash, dan Zubair bin al-Awwam. Setelah Rasulullah Saw

wafat, tonggak estafet pemeliharaan al-Qur‟an dilanjutkan Abu Bakar al-Siddiq, Umar

bin al-Khattab, dan Utsman bin Affan. Upaya-upaya tersebut muncul bersifat reaktif atas

kondisi yang dihadapi umat Islam yang dipandang dapat mengancam keutuhan dan

keaslian al-Qur‟an.

Al-Qur‟an semenjak diturunkan kepada Rasulullah saw. hingga saat ini

masih utuh dan masih terjaga, karena Allah telah menjamin kemurnian dan kesucian Al-

Qur'an, akan selamat dari usaha-usaha pemalsuan, penambahan atau pengurangan-

pengurangan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Hijr: 9

sebagai berikut :

ا ن ن ن اان ناان ن ان ن ونا اح ن ا الذ ح ن ا ن ن ن ن ا ن ح نArtinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya

kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al-Hijr:9).

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tergerak untuk membahas “Sejarah

Pengumpulan Al-quran pada Masa Abu Bakar Ash-siddiq” sekaligus untuk memenuhi

tugas matakuliah Sejarah Peradaban Islam.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa sebab pengumpulan al-quran pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq ?

2. Bagaimana proses pengumpulan al-quran pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq ?

3. Apa saja karakteristik penulisan al-quran pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:

Page 6: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

1. Untuk mengetahui sebab pengumpulan al-quran pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq.

2. Untuk mengetahui proses pengumpulan al-quran pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq.

3. Untuk mengetahui karakteristik penulisan al-quran pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Page 7: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sebab Pengumpulan Al-Quran pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Alqur‟an adalah mukjizat islam yang abadi dimana semakin maju ilmu

pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah SWT

menurunkannya kepada Rasulullah Muhammad SAW demi membebaskan

manusia dari kegelapan hidup menuju cahaya Ilahi dan membimbing mereka ke

jalan yang lurus. Rasulullah SAW menyampaikannya kepada para sahabatnya.

Para sahabat berlomba-lomba untuk menghafal, memahami dan

mengamalkannya dalam aktivitas hidup sehari-hari (Wahid, 2010).

Abu abdirrahman As Sulami meriwayatkan, bahwa orang-orang yang biasa

membacakan alqur‟an kepada kami, seperti Utsman bin Affan dan Abdullah ibnu

Mas‟ud serta yang lainnya; apabila mereka belajar sepuluh ayat dari Nabi,

mereka enggan melewatinya sebelum memahami dan mengamalkannya. Mereka

mengatakan “kami mempelajari alqur‟an, ilmu, dan amal sekaligus”. Oleh

karenanya alqur‟an dengan sendirinya terjaga di dada para sahabat. Ketika

Rasulullah SAW berpulang ke Rahmatullah setelah beliau selesai menyampaikan

risalah dan amanah, menasehati ummat serta memberi petunjuk pada agama yang

lurus. Setelah beliau wafat kekuasaan dipegang oleh Abu Bakar Ash-Shiddik ra

(Wahid, 2010).

Page 8: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Ketika masa kekhalifahan Abu Bakar, beliau banyak dihadapkan dengan

peristiwa-peristiwa pemurtadan. Karena itu beliau menyusun kekuatan dan

mengirimkan pasukan untuk menumpas gerakan tersebut. Dari sekian banyak

pasukan yang dihimpun termasuk di dalamnya adalah sahabat-sahabat senior

yang menyimpan alquran di dalam dadanya (Wahid, 2010).

Dalam peperangan yamamah jumlah yang terbunuh dari pihak musuh

adalah 10.000 orang dan ada juga yang meriwayatkan 21.000 orang. Sedangkan

dari pihak ummat islam yang terbunuh adalah 600 orang, ada yang mengatakan

500 orang. Di antara yang terbunuh banyak terdapat sahabat Nabi yang senior.

Tujuh puluh diantaranya adalah para qori‟. Hal tersebut membuat Umar ibnu

Khattab merasa khawatir akan keberlangsungan alqur‟an. Lalu ia menghadap

khalifah Abu Bakar dan mengajukan usul untuk mengumpulkan dan

membukukan Alqur‟an. Abu Bakar al-Siddiq mengemban tugas pemeliharaan al-

Qur‟an dengan melakukan penghimpunan naskah-naskah al-Qur‟an yang

berserakan menjadi satu mushaf. Faktor pendorong usaha penghimpunan

tersebut, adanya kekhawatiran hilangnya sesuatu dari al-Qur‟an disebabkan

banyak para sahabat penghafal al-Qur‟an yang gugur di medan perang

Yamamah. Perang ini terjadi tahun 12 H antara kelompok muslim melawan

kelompok yang menyatakan diri keluar dari Islam (murtad) di bawah pimpinan

Musailamah al-Kazzab (Wahid, 2010).

B. Proses Pengumpulan Al-Quran pada Masa Abu Bakar Ash-shiddiq

Page 9: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Pengumpulan Qur‟an yang dilakukan Abu Bakar Ash-shiddiq ialah

memindahkan satu tulisan atau catatan Qur‟an yang semula bertebaran di kulit-

kulit binatang, tulang, dan pelepah kurma, kemudian dikumpulkan dalam satu

mushaf, dengan ayat-ayat dan surah-surahnya yang tersusun serta terbatas dalam

satu mushaf (Hayyi, 2012).

Proses pengumpulan al-qur‟an pada masa Abu Bakar dimulai ketika

Rasulullah SAW berpulang ke rahmatullah setelah beliau selesai menyampaikan

risalah dan amanah, menasehati ummat serta memberi petunjuk pada agama yang

lurus. Setelah beliau wafat, kaum muslimin melakukan konsensus untuk

mengangkat Abu Bakar as-Shiddiq sebagai khalifah dan pada saat itulah

kekuasaan dipegang oleh Abu Bakar Ash-siddik ra. Pada awal pemerintahan Abu

Bakar, terjadi kekacauan akibat ulah Musailamah al-Kazzab beserta pengikut-

pengikutnya. Mereka menolak membayar zakat dan murtad dari Islam. Pasukan

Islam yang dipimpin Khalid bin al-Walid segera menumpas gerakan itu.

Peristiwa tersebut terjadi di Yamamah tahun 12 H. Akibatnya, banyak kalangan

sahabat yang hafal Al-Qur‟an dan ahli bacanya mati syahid yang jumlahnya lebih

dari 70 orang huffazh ternama. Oleh karenanya, kaum muslimin menjadi bingung

dan khawatir. Umar sendiri merasa prihatin lalu beliau menemui Abu Bakar yang

sedang dalam keadaan sedih dan sakit. Umar mengajukan usul (bermusyawarah

dengannya) supaya mengumpulkan Al-Qur‟an karena khawatir lenyap dengan

banyaknya Khuffazh yang gugur. Awalnya, Abu Bakar merasa ragu. Setelah

dijelaskan oleh Umar tentang nilai-nilai positifnya, ia pun menerima usul dari

Page 10: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Umar. Dan Allah melapangkan dada Abu Bakar untuk melaksanakan tugas yang

mulia tersebut (Ash-Shiddieqy dan Hasbi, 2000).

Kemudian, Abu Bakar mengutus utusan kepada Zaid bin Tsabit

radhiyallahu 'anhu dikarenakan kedudukannya qira'at, tulisan, pemahaman,

kecerdasan dan kehadirannya pada penyimakan (memperlihatkan bacaan al-

Qur'an kepada Nabi) yang terakhir kali. Dan dia menceritakan kepadanya

perkataan 'Umar radhiyallahu 'anhu, akan tetapi Zaid menolak hal itu

sebagaimana Abu Bakar menolak hal itu pada awalnya karena merasa ragu.

Maka keduanya pun (Abu Bakar dan 'Umar radhiyallahu 'anhuma) bertukar

pendapat dengan Zaid bin Tsabit dan kemudian ia pun dilapangkan Allah

dadanya sebagaimana halnya Allah melapangkan dada Abu Bakar dan Umar

(Wahid, 2012).

Zaid bin tsabit berkata, “ Abu Bakar Ash-shidiq mengirim surat kepadaku

tentang orang-orang yang terbunuh pada perang Yamamah. Ketika aku

mendatanginya, kudapati Umar bin Khatthab berada disampingnya, maka Abu

Bakar berkata, „Umar mendatangiku dan berkata,‟ Sesungguhnya banyak para

Qurra‟ penghafal alqur‟an yang telah gugur dalam peperangan Yamamah. Aku

takut jika para qorri‟ yang masih hidup kelak terbunuh dalam peperangan, dan itu

akan mengakibatkan hilangnya sebagian besar dari ayat alqur‟an, menurut

pendapatku, engkau harus menginstruksikan untuk segera mengumpulkan dan

membukukan alqur‟an.” (Wahid, 2012).

Page 11: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Aku bertanya kepada Umar,‟ Bagaimana aku melakukan sesuatu yang

tidak pernah dilakukan Rasulullah SAW?, Umar menjawab,‟ Demi Allah ini

adalah kebaikan! Dan Umar terus menuntutku hingga Allah melapangkan dadaku

untuk segera melaksanakannya, akupun setuju dengan pendapat Umar. Setelah

mengambil keputusan untuk membukukan alqur‟an. Abu Bakar memerintahkan

Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan alqur‟an dari berbagai tempat penulisan.

Baik yang ditulis pada kulit-kulit, dedaunan, maupun yang dihafal oleh kaum

muslimin. Awal penulisan ini terjadi pada tahun 12 H. Zaid bin Tsabit berkata,”

Kemudian Abu Bakar berkata kepadaku,‟Engkau adalah seorang pemuda yang

jenius, berakal dan penuh Amanah, dan Engkau telah terbiasa menulis wahyu

untuk Rasulullah, maka carilah ayat alqur‟an yang berserakan dan kumpulkanlah.

Zaid berkata,‟ Demi Allah, jika mereka memerintahkan aku untuk memikul

gunung, tentu hal itu lebih ringan bagiku daripada melakukan instruksi Abu

Bakar agar aku mengumpulkan alqur‟an.” Aku bertanya,‟ Bagaimana kalian

melakukan sesuatu perbuatan yang tidak diperbuat oleh Rasulullah? Dia berkata.‟

Demi Allah, ini adalah suatu kebaikan! Dan Abu Bakar terus berusaha

meyakinkan aku hingga Allah melapangkan dadaku untuk menerimanya

sebagaimana Allah melapangkan dada mereka berdua. Kemudian Zaid mulai

mengumpulkan ayat-ayat alqur‟an yang berserakan dan mengumpulkannya

menjadi satu buku. Banyak kendala dihadapi, karena menjaga keaslian ayat al

qur‟an sehingga tidak tercampur dengan perkataan-perkataan yang lain

membutuhkan tingkat kecermatan yang tinggi (Wahid, 2010).

Page 12: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Berbekal hafalan yang telah disampaikan kepada Rasulullah ketika masih

hidup, Zaid dengan teliti mencari potongan-potongan ayat alqur‟an. Termasuk

ayat-ayat dari surat At Taubah hingga surat Al Baro‟ah yang hanya dimiliki oleh

Abu Khuzaiman Al Anshory. Di samping itu, untuk lebih hati-hati, catatan-

catatan dan tulisan al-Qur‟an tersebut baru benar-benar diakui berasal dari Nabi

Saw bila disaksikan oleh dua orang saksi yang adil (Wahid, 2012).

Imam Bukhori telah berkata,” Ibnu Syihab berkata,‟ Telah berkata

kepadaku Kharijah bin Zaid bin Tsabit, bahwasannya dia mendengar Zaid

berkata,‟ Aku tidak mendapatkan satu ayat dari surat At-Taubah ketika kami

menulis alquran dalam satu mushaf. Sementara aku pernah mendengar

Rasulullah membacanya, akhirnya ayat tersebut kami cari dan ternyata ayat

tersebut ada pada Khuzaimah bin Tsabit Al Anshory, maka segera kami sisipkan

ke tempatnya di`dalam mushaf (Wahid, 2010) .

ا ن ن يلا ان ول ا ن ا ن اح ن ح ن ن ن يح ا ن ن ح ن ا ن ن يل ا ن ن ح نا ن ا ن ن تيح ا ن ن ل يح ح ن ن نا ن ا ن ح ا ن ن ول يح ا ن ان ن ان ن ح

ا اح ن ح نا اح ن ن ينا ا ن ت ا ن ن ن ا ن ن ح نا ن ن ن ح ن نا ا نان نا ن ا ن ن ا ن ا ن ح ن ن ان ح اان ن ح ا ن ن ان نوح

Artinya: Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu

sendiri, berat baginya apa yang kamu rasakan, ia sangat

menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas

kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka

berpaling (dari keimanan) maka katakanlah: Cukuplah Allah bagiku,

tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan

Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung (At-Taubah: 128-

129).

Page 13: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Zaid bin Tsabit telah melakukan tugasnya dengan sangat teliti, dia tidak

mencukupkan dengan hafalan tanpa disertai dengan tulisan. Dan ucapan beliau

dalam hadits di atas:"Dan aku dapati bahwa akhir dari surat at-Taubah ada

pada Abu Khuzaimah al-Anshari, aku tidak mendapatkannya pada selain dia"

tidak menafikan hal ini, dan juga bukan berarti bahwa ayat ini tidak mutawatir.

Akan tetapi maksudnya adalah dia (Zaid) tidak mendapatkannya secara tertulis di

tangan selain dia (Abu Khuzaimah). Zaid sebenarnya menghafal ayat itu, dan

banyak juga Shahabat yang menghafalnya. Ucapan Zaid itu muncul karena dia

bersandarkan pada hafalan sekaligus tulisan, dan ayat ini dihafal oleh banyak

Shahabat, dan mereka bersaksi bahwa ayat ini tertulis, akan tetapi catatannya

hanya ada pada Abu Khuzaimah al-Anshari (Al- Munawar, 2002).

Ibnu Abi Dawud (Abdullah bin Abi Dawud bin Sulaiman al-Asy'ats, anak

Abu Dawud) meriwayatkan dari jalur Yahya bin Abdirrahman bin Hathib

berkata:" 'Umar radhiyallahu 'anhu datang dan berkata:' Barang siapa yang

menerima sebagian al-Qur'an dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,

hendaklah dia mendatangiku.' Mereka menuliskannya pada lembaran kertas,

papan kayu dan pelepah korma, dan dia Zaid tidak menerima al-Qur'an dari

seorang pun hingga ada dua saksi yang membenarkannya." (Sujono, 2011).

Dan ini menunjukkan bahwa Zaid radhiyallahu 'anhu tidak merasa cukup

dengan keberadaan al-Qur'an itu secara tertulis saja sebelum bersaksi dengannya

orang yang menerimanya lewat pendengaran. Padahal Zaid hafal ayat tersebut.

Page 14: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Maka Zaid melakukan hal itu adalah karena sikap kehati-hatian beliau yang

sangat besar (Sujono, 2011).

Diriwayatkan juga dari Ibnu Abi Dawud dari jalur Hisyam bin 'Urwah dari

bapaknya, bahwa Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata kepada 'Umar dan zaid

radhiyallahu 'anhuma:"Duduklah kalian berdua di pintu masjid, maka siapa

yang mendatangi kalian dengan membawa dua orang saksi yang bersaksi untuk

sesuatu (ayat atau surat) dari Kitabullah (al-Qur'an) maka catatlah." Para

perawinya tsiqah sekalipun sanadnya terputus. Ibnu Hajar rahimahullah

berkata:"Sepertinya yang dimaksud dengan dua saksi adalah hafalan dan

catatan." (Sujono, 2011).

As-Sakhawi rahimahullah berkata:"Maksudnya keduanya bersaksi bahwa

yang catatan itu (ayat al-Qur'an) ditulis di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi

wasallam, atau maksudnya keduanya bersaksi bahwa catatan itu adalah

termasuk salah bentuik yang dengannya al-Qur'an diturunkan." Abu Syamah

rahimahullah berkata:" Dan tujuan mereka adalah agar tidak ditulis kecuali dari

sumber asli yang ditulis di hadapan (di zaman) Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam, bukan sekedar dari hafalan, dan karena itulah dia berkata tentang

akhir surat at-Taubah:' Aku tidak mendapatkannya pada selain dia.'"

Maksudnya aku tidak mendapatkannya tertulis pada selain dia, karena dia tidak

mencukupkan diri dengan hafalan tanpa tulisan (Sujono, 2011).

Kemudian alquran yang telah terkumpul dan menjadi satu buku tersebut

diberikan kepada Abu Bakar dan disimpan hingga Abu bakar wafat. Setelah itu

Page 15: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

berpindah kepada khalifah Umar bin Khattab dan akhirnya berpindah kepada

Hafshah binti Umar ketika Umar syahid (Sujono, 2011).

Dari rekaman sejarah di atas, diketahui bahwa Abu Bakar adalah orang

pertama yang memerintahkan penghimpunan al-Qur‟an Dan sekalipun ada

mushaf-mushaf pribadi milik sebagian Shahabat seperti mushaf 'Ali, mushaf

Ubay, dan mushaf Ibnu Mas'ud, maka ia tidak seperti mushaf ini (yang ada pada

Abu Bakar). Tulisan mushaf-mushaf itu tidak ditulis dengan ketelitian dan

kecermatan, pengumpulan dan penyusunan, pembatasan pada ayat-ayat yang

tidak dinaskh tilawahnya (dihapus bacaanya) dan kesepakatan atasnya

sebagaimana apa yang ada pada mushaf Abu Bakar. Maka kekhususan-

kekhususan inilah yang mejadikan pengumpulan al-Qur'an pada zaman Abu

Bakar menjadi istimewa dan lain dari yang lain. Umar bin al-Khattab adalah

pelontar idenya serta Zaid bin Tsabit adalah pelaksana pertama yang melakukan

kerja besar penulisan al-Qur‟an secara utuh dan sekaligus menghimpunnya ke

dalam satu mushaf (Wahid, 2012).

Sebagian ulama berpendapat bahwa penamaan al-Qur'an dengan "Mushaf"

muncul sejak saat itu pada zaman Abu Bakar radhiyallahu 'anhu dikarenakan

pemgumpulan ini. Dari 'Ali radhiyallahu 'anhu dia berkata:"Orang yang paling

besar pahalanya dalam masalah mushaf adalah Abu Bakar, semoga Allah

merahmati Abu Bakar dialah yang pertama kali mengumpulkan al-qur'an."

(Sujono, 2011).

Page 16: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Menurut Muchotob Hamzah (2003), dalam masalah pengumpulan al-

Qur‟an ini, sedikitnya ada tiga pertanyaan yang perlu mendapat perhatian, yaitu:

1. Mengapa Abu Bakar ragu-ragu dalam masalah pengumpulan al-Qur‟an

padahal masalahnya sudah jelas baik dan diwajibkan oleh Islam?

Jawaban: Hal ini karena Abu Bakar khawatir kalau-kalau orang

mempermudah terhadap usaha menghayati dan menghafal al-Qur‟an, dan

mencukupkan diri dengan hafalan yang tidak mantap. Dan dikhawatirkan

mereka hanya berpegang dengan apa yang ditulis pada mushaf, sehingga

akhirnya mereka lemah untuk menghafal al-Qur‟an.

2. Mengapa Abu Bakar memilih Zaid bin Tsabit sebagai ketua?

Jawaban: Karena Zaid adalah orang yang betul-betul mempunyai pembawaan

dan kemampuan yang tidak dimiliki sahabat yang lain, dalam hal

mengumpulkan al-Qur‟an. Ia adalah sahabat yang hafidz, ber-IQ tinggi,

sekretaris wahyu yang menyaksikan sajian akhir wahyu, wara‟ serta besar

tanggung jawabnya, lagi sangat teliti.

3. Apakah maksud kata-kata Zaid bin Tsabit: “Sampai aku menemukan akhir

surat at-Taubah dari Abu Khuzaimah al-Anshari yang tidak ada pada orang

lain.”

Jawaban: Hal tersebut tidak berarti bahwa ayat ini tidak ada pada hafalan Zaid

dan sahabat-sahabat yang lain, karena mereka menghafalnya. Akan tetapi,

beliau bermaksud hendak mengkompromikan antara hafalan dan tulisan serta

Page 17: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

dalam rangka kehati-hatian. Dan karena langkah lurus itulah, sempurna

pulalah al-Qur‟an.

C. Karakteristik Penulisan Al-Quran pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Menurut Said Agil Husin Al-Munawar (2002), terdapat beberapa

karakteristik dalam penulisan al-quran pada masa Abu Bakar Ash-shiddiq, yaitu

sebagai berikut:

1. Seluruh ayat al-Qur‟an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf

berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama.

2. Meniadakan ayat-ayat al-Qur‟an yang telah mansukh.

3. Seluruh ayat yang ada telah diakui kemutawatirannya.

4. Dialek Arab yang dipakai dalam pembukuan ini berjumlah 7 (qira‟at)

sebagaimana yang ditulis pada kulit unta pada masa Rasulullah SAW.

Page 18: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulisan al-Qur‟an pada masa khalifah Abu Bakar dilakukan untuk

menghimpun dan menyalin kembali catatan-catatan serta tulisan-tulisan yang ada

menjadi satu mushaf dengan tertib surat-suratnya menurut urutan turun wahyu.

Faktor pendorongnya adalah kekhawatiran akan adanya kemungkinan hilangnya

sesuatu dari al-Qur‟an disebabkan banyaknya para sahabat penghafal al-Qur‟an

yang gugur di medan perang. Adapun karakteristik penulisan al-Qur‟an pada

masa ini adalah: pertama, seluruh ayat al-Qur‟an dikumpulkan dan ditulis dalam

satu mushaf berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama. Kedua,

meniadakan ayat-ayat al-Qur‟an yang telah mansukh. Ketiga, seluruh ayat yang

ada telah diakui kemutawatirannya. Keempat, dialek Arab yang dipakai dalam

pembukuan ini berjumlah 7 (qira‟at) sebagaimana yang ditulis pada kulit unta

pada masa Rasulullah.

B. Saran

Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu agar senantiasa

mempelajari sejara-sejarah umat terdahulu yang telah menorehkan berbagai

kebaikan bagi kemaslahatan umat masa kini, salah satunya adalah mempelajari

sejarah pengumpulan al-quran pada masa khalifah Abu Bakar As-shiddiq.

Page 19: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Dengan demikian, maka kita akan lebih memahami dan menghargai Al-quran

serta selalu mengamalakannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan sebagai seorang

mahasiswa keperawatan, amalan-amalan dalam al-quran pun dapat pula

diaplikasikan ketika merawat pasien nantinya.

Page 20: Sejarah Pengumpulan Al-Quran Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

DAFTAR PUSTAKA

Al- Munawar, Said Agil Husin. 2002. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan

Hakiki. Jakarta: Ciputat Press.

Ash-Shiddieqy dan Hasbi, Teungku Muhammad. 2000. Sejarah dan Pengantar Ilmu

Al-Qur’an dan Tafsir. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Hamzah, Muchotob. 2003. Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media

Katsir.

Hayyi, Abdul. 2012. Perbedaan Antara Pengumpula Al-quran di Masa Abu Bakar

Ash-shiddiq dan Utsman bin Affan. Online. Diunduh pada tanggal 07

November 2013 pukul 15.46 WITA pada

http://mahadulilmi.wordpress.com/2012/09/04/perbedaan-antara-

pengumpulan-al-quran-di-masa-abu-bakar-ash-shiddiq-dan-utsman-bin-

affan/.

Suyono, Abu Sofyan. 2011. Pengumpulan Al-quran pada Masa Abu Bakar

radhiyallahu 'anhu online. Diunduh pada tanggal 07 November 2013 pukul

16.50 WITA pada .http://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=180.

Wahid, Saad Abdul. 2010. Penghimpunan Al-quran pada Masa Abu Bakar.