Sejarah Pengendalian Mutu

download Sejarah Pengendalian Mutu

of 25

description

wew

Transcript of Sejarah Pengendalian Mutu

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULKATA PENGANTAR. 1DAFTAR ISI.... 2

BAB IPENDAHULUAN.... 3A. LATAR BELAKANG... 3B. RUMUSAN MASALAH... 3C. TUJUAN. 3BAB IIPEMBAHASAN... 4A. SEJARAH MUTU. 4B. PERKEMBANGAN PENGENDALIAN MUTU... 7C. SEJARAH PENGENDALIAN MUTU DI INDONESIA.. 19BAB III PENUTUP.... 22KESIMPULAN. 22

DAFTAR PUSTAKA.. 23

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGPengendalian mutu (Quality Control), atau QC untuk akronimnya, adalah suatu proses yang pada intinya adalah menjadikan entitas sebagai peninjau kualitas dari semua faktor yang terlibat dalam kegiatan produksi.Penekanan QC terletak pada pengujian produk untuk mendapatkan produk yang cacat. Dalam pemilihan produk yang akan diuji, biasanya dilakukan pemilihan produk secara acak (menggunakan teknik sampling). Setelah menguji produk yang cacat, hal tersebut akan dilaporkan kepada manajemen pembuat keputusan apakah produk dapat dirilis atau ditolak. Hal ini dilakukan guna menjamin kualitas dan merupakan upaya untuk meningkatkan dan menstabilkan proses produksi (dan proses-proses lainnya yang terkait) untuk menghindari, atau setidaknya meminimalkan, isu-isu yang mengarah kepada kecacatan-kecacatan di tempat pertama, yaitu pabrik. Untuk pekerjaan borongan, terutama pekerjaan-pekerjaan yang diberikan oleh instansi pemerintah, isu-isu pengendalian mutu adalah salah satu alasan utama yang menyebabkan tidak diperbaharuinya kontrak kerja.Sebelum mengetahui tentang Pengendalian Mutu (Quality Control) lebih lanjut, terlebih dahulu kita harus mengetahui sejarah dan pengertian dari setiap era yang terjadi dalam sejarah pengendalian mutu tersebut.

B. RUMUSAN MASALAHA. SEJARAH MUTUB. PERKEMBANGAN PENGENDALIAN MUTUC. SEJARAH PENGENDALIAN MUTU DI INDONESIA

C. TUJUANTujuan penulisan makalah ini sebagai bahan pedoman untuk menerangkan presentasi tentang Sejarah Pengendalian Mutu selain itu agar dapat memahami perkembangannya dan sejarah pengendalian mutu di Indonesia, serta sebagai peyelesaian tugas mata kuliah PENGENDALIAN MUTU.

BAB IIPEMBAHASAN

A.SEJARAH MUTU

Pada mulanya mutu produk ditentukan oleh produsen. Pada perkembangan selanjutnya, mutu produk ditentukan oleh pembeli, dan produsen mengetahuinya bahwa produk itu bermutu bagus yang memang dapat dijual, karena produk tersebut dibutuhkan oleh pembeli dan bukan menjual produk yang dapat diproduksi.Perkembangan mutu terpadu pada mulanya sebagai suatu system, perkembangan di Amerika Serikat. Buah pikiran mereka pada mulanya kurang diperhatikan oleh masyarakat, khususnya masyarakat bisnis. Namun beberapa dari mereka merupakan pemegang kunci dalam pengenalan dan pengembangan konsep mutu. Sejak 1980 keterlibatan mereka dalam manajemen terpadu telah dihargai di seluruh dunia. Adapun konsep-konsep mereka tentang mutu terpadu secara garis besar dapat dikemukakan berikut ini.

1. F.W. Taylor (1856-1915)Seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang merupakan dasar dari pembagian kerja (devision of work). Analisis dengan pendekatan gerak dan waktu (time and mo tion study) untuk pekerjaan manual, memperoleh gelar Bapak Manajemen Ilmiah (The Farther of Scientific Management). Dalam bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang teori manajemen, yaitu : Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam satu hari. Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas yang menjadi bagiannya. Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal. Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang telah ditentukan (personal loss).Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja dan dengan demikian memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk memperbaiki kerja.2. Shewhart (1891-1967)Adalah seorang ahli statistik yang bekerja pada Bell Labs selama periode 1920-1930. Dalam bukunya The Economic Control of Quality Manufactured Products, merupakan suatu kontribusi yang menonjol dalam usaha untuk memperbaiki mutu barang hasil pengolahan. Dia mengatakan bahwa variasi terjadi pada setiap segi pengolahan dan variasi dapat dimengerti melalui penggunaan alat statistik yang sederhana. Sampling dan probabilitas digunakan untuk membuat control chart untuk memudahkan para pemeriksa mutu, untuk memilih produk mana yang memenuhi mutu dan tidak. Penemuan Shewhart sangat menarik bagi Deming dan Juran, dimana kedua sarjana ini ahli dalam bidang statistik.3. Edward DemingLahir tahun 1900 dan mendapat Ph. D pada 1972 sangat menyadari bahwa ia telah memberikan pelajaran tentang pengendalian mutu secara statistik kepada para insinyur bukan kepada para manajer yang mempunyai wewenang untuk memutuskan. Katanya : Quality is not determined on the shop floor but in the executive suite. Pada 1950, beliau diundang oleh, The Union to Japanese Scientists and Engineers (JUSE) untuk memberikan ceramah tentang mutu. Pendekatan Deming dapat disimpulkan sebagai berikut : Quality is primarily the result of senior management actions and not the results of actions taken by workers. The system of work that determines how work is performed and only managers can create system. Only manager can allocate resources, provide training to workers, select the equipment and tools that worekers use, and provide the plant and environment necessary to achieve quality. Only senior managers determine the market in which the firm will participate and what product or service will be solved.Hal ini berarti bahwa tanpa keterlibatan pimpinan secara aktif tidak mungkin tercapai manajemen mutu terpadu.

4. Prof JuranMengunjungi Jepang pada tahun 1945. Di Jepang Juran membantu pimpinan Jepang di dalam menstrukturisasi industri sehingga mampu mengekspor produk ke pasar dunia. Ia membantu Jepang untuk mempraktekkan konsep mutu dan alat-alat yang dirancang untuk pabrik ke dalam suatu seri konsep yang menjadi dasar bagi suatu management process yang terpadu. Juran mendemonstrasikan tiga proses manajerial untuk mengelola keuangan suatu organisasi yang dikenal dengan trilogy Juran yaitu, Finance Planning, Financial control, financial improvement. Adapun rincian trilogy itu sebagai berikut : Quality planning, suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang akan menyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan pelanggan. Quality control, suatu proses dimana produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak segera diperbaiki. Quality improvement, suatu proses dimana mekanisme yang sudah mapan dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi sumber-sumber, menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu, melatih para karyawan yang terlibat dalam proyek mutu dan pada umumnya menetapkan suatu struktur permanen untuk mengejar mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya.Uraian tokoh-tokoh mutu di atas sekedar menggambarkan secara singkat saja. Masih banyak para sarjana di bidang mutu yang tidak sempat ditulis pada kesempatan ini. Yang jelas para sarjana tersebut sependapat bahwa konsep : pentingnya perbaikan mutu secara terus menerus bagi setiap produk walaupun tehnik yang diajarkan berbeda-beda.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN PENGENDALIAN MUTU

Gambar 1. Skema Quality Control

1.Era Tanpa MutuEra ini dimulai sebelum abad ke-18, tepatnya sebelum tahun 1920, Pada era ini belum ada persaingan, karena produsen yang memberikan layanan belum banyak. Masyarakat tidak punya pilihan, mereka tidak bisa menuntut untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih baik. Pada masa ini kualitas belum menjadi penilaian, yang penting kebutuhan utama dari suatu bentuk pelayanan sudah terpenuhi.

2.Era Inspeksi

Ellias Whitney memperkenalkan pengendalian mutu pada awal abad 19 , dalam bentuk pengecekan barang yang akan dikirim kepelanggan dengan cara memisahkan barang cacat agar konsumen merasa puas. Pendekatan ini disebut sebagai pengendalian mutu tradisional.Pada zaman ini, mutu hanya melekat pada produk akhir. Dengan kata lain, masalah mutu hanya berkaitan dengan produk yang rusak atau cacat. Zaman ini berlangsung di negara Barat sekitar tahun 1800-an, dimana produsen mulai mendapatkan pesaing dan produksi yang digunakan adalah produksi massal. Pemilihan terhadap produk akhir dilakukan dengan melakukan inspeksi. Perhatian produsen terhadap mutu sangat terbatas. Manajemen puncak sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap kualitas produk, dan tanggung jawab terhadap produk didelegasikan pada departemen inspeksi/operasi dengan titik berat pada produk akhir sebelum dilepas ke konsumen sehingga perbaikan terjadi ketika kesalahan telah terjadi.

3.Era Statistical Quality Control

Era ini dimulai pada tahun 1930 yang diperkenalkan oleh Walter A. Shewart. Jika pada zaman inspeksi terjadi penyimpangan atribut produk yang dihasilkan dari atribut standar (terjadi cacat ), departemen tersebut tidak dapat mendeteksi apakah penyimpangan tersebut disebabkan karena kesalahan pada produksi atau hanya karena kebetulan. Dengan demikian, informasi yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap produksi untuk mencegah hal serupa. Tetapi pada statistical quality control, departemen inspeksi dilengkapi dengan alat dan metode statistic dalam mendeteksi adanya penyimpangan yang terjadi dalam produk yang dihasilkan selama proses produksi. Data penyimpangan tersebut dapat diberitahukan kepada departemen produksi sebagai dasar diadakannya perbaikan terhadap proses dan system yang digunakan untuk mengolah produk. Para era ini, deteksi penyimpangan signifikan secara statistic sudah mulai dilakukan sehingga kualitas produk sudah mulai dikendalikan departemen produksi. Akan tetapi konsep kualitas masih terbatas pada atribut yang melekat pada produk yang sedang dan telah diproduksi.

4.Era Quality Assurace

Di era ini, konsep mutu mengalami perluasan. Jika dulu hanya terbatas pada tahap produksi kini mulai merambah ke tahap desain dan koordinasi dengan departemen jasa ( seperti bengkel, energy, perencanaan dan pengendalian produksi, serta pergudangan ). Keterlibatan manajemen dalam penanganan mutu produk mulai disadari pentingnya karena keterlibatan pemasok dalam penentuan mutu produk memerlukan koordinasi dan kebijakan manajemen. Pada zaman ini mulai diperkenalkan konsep mengenai biaya mutu, yaitu pengeluaran akan dapat dikurangi jika manajemen meningkatkan aktifitas pencegahan yang merupakan hal yang lebih penting daripada upaya perbaikan mutu atas penyimpangan yang sudah terlanjur terjadi.5.Era Strategis Quality Management / Total Quality Management5.1Sejarah Perkembangan Total Quality Management Banyak yang beranggapan bahwa TQM berasal dari Jepang, mengingat konsep TQM banyak dipengaruhi perkembangan-perkembangan di Jepang. Kekalahan Jepang pada perang dunia II, membangkitkan budaya Jepang dalam membangun sistem kualitas modern. Hadirnya pakar kualitas W. Edward Deming di Jepang pada tahun 1950 membuat para ilmuwan dan insinyur Jepang lebih bersemangat dalam membangun dan memperbaiki sistem kualitas. Keberhasilan yang cukup pesat perusahaan Jepang di bidang kualitas men jadi perhatian perusahaan-perusahaan di negara maju lainnya. Perusahaan kelas dunia kemudian mempelajari apa yang pemah diraih oleh perusahaan Jepang dalam mengembangkan konsep kualitas. Hasil studi perusahaan-perusahaan industri kelas dunia ini menunjukkan bahwa keberhasilan perusahaan Jepang ini salah satunya menerapkan apa yang dikenal dengan Total Quality Management (TQM).

Gambar 2. Model TQM

Tokoh yang di kenal luas dalam TQM ini adalah Edward Deming. Beliau mengajarkan teknik-teknik pengendalian kualitas di U.S. War Department, serta mengajarkan mata kuliah mengenai kualitas kepada ilmuan, insinyur, dan eksekutif perusahaan Jepang. Berawal dari sinilah TQM berkembang pesat di negara Sakura ini.Pada awalnya orang Jepang memperhatikan tentang perilaku pelanggan. Pelanggan suka sekali memilih dan mengeluh terhadap hal-hal yang sepele, mereka berharap sesuatunya sempuma. Sebagai contoh, seorang pelanggan membeli kendaraan bermotor. Kebetulan asesori kendaraan motor kurang tepat pemasanganya yang sebenamya ia dapat memasangnya sendiri, dan hal tersebut tidak periu diributkan. Hanya sayangnya mereka tidak terbiasa dengan hal itu, dan mereka akan senang jika kejadian semacam itu dapat dicegah. Berawal dari situlah orang Jepangdalam memproduksi barang sangat memperhatikan pelanggan. Produk barang/jasa yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pelanggan sama persis seperti yang dilaporkan penjual. Sekarang telah menjadi kenyataan, bahwa produk dari Jepang yangdulunya dikenal sebagai produk rongsokan dan imitasi murahan dari produk Barat, kini justru sebaliknya menjadi produk-produk yang berkualitas tinggi dan berkembang pesat di dimia. Perusahaan-perusahaan Jepang menyadari bahwa pada masa mendatang adalah kualitas. Dilakukannya antara lain dengan menciptakan infra-kualitas, yaitu aspek manusia, proses, dan Upaya perbaikan dilakukan dengan mengirimkan tim ke luar untuk mempelajari pendekatan-pendekatan dilakukan perusahaan asing dan mengundang dosen-dosen datang ke Jepang untuk memberikan kursus pelatihan kepada para manajer. Hasil dari semua upaya tadi adalah banyak ditemukannya strategi-strategi baru untuk menciptakan revolusi. Sejak pertengahan tahun 70-an, barang-barang manufaktur Jepang,seperti mobil dan produk-produk elektronika mulai mendominasi perdagangan dunia karena kualitas yang dihasilkan sudah melampaui kualitas yang dihasilkan pesaingnya dari Amerika dan Eropa. Begitu pula dalam beberapa industri kunci, misal mesin industri, baja, otomotif, industri Barat mulai tergeser. Aspek perhatian atau penekanan Amerika sejak Perang Dunia II, yakni pada aspek kuantitas dan kurang memperhatikan kualitas menjadi penyebab kegagalan bersaing dengan perusahaan Jepang. Dalam era ini, keterlibatan manajemen puncak sangat besar dan menentukan dalam menjadikan kualitas untuk menempatkan perusahaan pada posisi kompetitif. System ini dapat didefinisikan sebagai system manajemen strategis dan integrative yang melibatkan semua manajer dan karyawan, serta menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses organisasi agar dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan.

Gambar 3. Konsep dasar TQMTQM mencakup semua fungsi dalam manajemen. Desain, perencanaan, produksi, pemasaran, pengembangan sumber daya, pengelolaan keuangan yang baik, distribusi, dan pelayanan. Ukuran keberhasilan TQM merupakan kepuasan pelanggan, dan cara mencapainya terutama melalui desain system dan peningkatan terus-menerus. TQM pada prinsipnya adalah cara mengorganisasi dan mengerahkan seluruh organisasi, setiap departemen, setiap aktifitas, dan setiap individu untuk mencapai kualitas.5.2Manfaat TQM Salah satu cara terbaik dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan suatu produk barang/jasa dengan kualitas terbaik. Kualitas terbaik akan diperoleh dengan melakukan upaya perbaikan secara terus-menerus terhadap kemampuan manusia, proses, lingkungan. Penerapan TQM adalah hal yang sangat tepat agar dapat memperbaiki kemampuan unsur-unsur tersebut secara berkesinambungan. Penerapan TQM dapat memberikan beberapa manfaat utama, sebagai berikut. Dengan perbaikan kualitas berkesinambungan, perusahaan akan dapat memperbaiki posisi persaingan. Dengan posisi yang lebih baik akan meningkatkan pangsa pasar dan men-jamin harga yang lebih tinggi. Hal ini akan memberikan peng-hasilan lebih tinggi dan secara otomatis laba yang diperoleh semakin meningkat. Upaya perbaikan kualitas akan menghasilkan peningkatan ke-luaran (out put) yang bebas dari kerusakan atau mengurangi produk yang cacat. Berkurangnya produk yang cacat berarti berkurang pula biaya operasi yang dikeluarkan perusahaan sehingga akan diperoleh laba yang semakin besar.

6. Perkembangan TQC Dan Pengertian TQC

Gambar 4. Aspek TQC untuk menghasilkan TQM

6.1. Perkembangan TQC

1920-1940 : Pengendalian mutu (quality control) mulai dilakukan di Amerika Serikat terbatas pada produk pabrik, kemudian mulai tahun 1940 dilakukan dengan metode statistik.1940-1950 : Penerapan pengendalian mutu dengan statistik dan mulai diadakan penelitian secara kelompok untuk mengendalikan mutu dimaksud.1950-1955 : Pengembangan pengendalian mutu dengan menekankan sebagai bagian integral dari pengendalian manajemen. 1955-1960 : Manajemen yang menekankan pada hasil/ MBO (mangement by objective = MBS) dikembangkan untuk menggariskabawahi perencanaan strategis (strategic planning) dan penembangan manajemen. 1960-1965 : Mulai diperkenalkan Quality Control Circles (QCC = GKM = gugus kendali mutu) sebagai penggalakan pemeriksaan dengan pengendalian mutu, agar seluruh karyawan tertinggi sampai dengan terbawah mempelajari metode statistik dan berpartisipasi aktif dalam pengendalian mutu.1965-1978 : QCC gaya Jepang lebih dikenal dengan nama TQC yang menekankan PDCA (Plan-Do-Check-Action) pada seluruh tingkat organisasi oleh semua orang.

A. Organisasi Organisasi gaya Jepang, gaya Amerika Serikat, dan gaya Eropa Barat, perlu dipahami untuk dapat mengetahui konsep TQC tersebut. Perbedaan konsep organisasi gaya Jepang dengan AS dan Eropa Barat adalah sebagai berikut.

Perbedaan OrganisasiKonsep JepangQCCKonsep AS/Eropa BaratMBOKonsep TQC

1. Tanggung jawab perorangan terbatas.2. Tanggung jawab sama besar.3. Kesedian berbuat lebih.4. Kesadaran kelompok.

5. Perbedaan golongan tidak mencolok.Tanggung jawab perorangan besar.Tanggung jawab bersama kecil.Pengkotakan (adanya spesialisasi tinggi).Adanya pemeran utama.

Perbedaan kelompok yang nyata.Mengutamakan mutu.

Memperlakukan proses berikut sebagai pelanggan.Pengendalian mutu dengan fakta.Melaksanakan pengendalian mutu pada proses.

TQC dan QCC perlu dipelajari dalam MSDM karena manusia adalah aktiva yang paling berharga, perencanaan dan pelaku dalam mewujudkan barang atau jasa yang bermutu tinggi.

B. Dasar TQCDasar TQC adalah mentalitas, kecakapan, dan manajemen partisipasi dengan sikap mental yang mengutamakan kualitas kerja. Mentalitas adalah kesediaan bekerja sungguh-sungguh, jujur dan bertanggung jawab melaksanakan pekerjaannya.

C. Mentalitas Dasar TQCa. Kerja Sama dan Partisipasi Total1) Agar karyawan mengetahui cara0cara dalam membangun sikap mental dasar dilingkungan kerjaan masing-masing.2) Tujuannya adalah :a) Berorientasi kepada tanggung jawab kelompok.b) Bersedia membuat lebih/berpartisipasi dalam bidang yang berhubungan.c) Menciptakan kesadaran kelompok.d) Dapat saling menghargai antar golongan/tingkatan.b. Berorientasi Kepada Mutu1) Yang dimaksud dengan mutu/kualitas adalah: a) Disesuaikan dengan permintaan.b) Sistemnya adalah pencegahan sejak awal dikerjakan dengan benar.c) Standarnya adalah tidak cacat/harus tidak ada kesalahan.d) Ukurannya adalah biaya untuk mencapai kualitas.

2) Prinsip-prinsip kualitas adalah:a) Kepuasan pemakai, jadi berorientasi pada pemakai, bukan pada standar.b) Mencakup kualitas dari semua jenis pekerjaan.c) Merupakan tanggung jawab setiap orang sehingga sejak awal harus dilaksanakan dengan benar.

3) Pengertian kualitas adalah:a) Produk, orang dan aktivitas.b) Biaya.c) Pengirimand) Keselamatane) Moral.

c. Hubungan Atasan dan Bawahan1) Penentuan objektif secara kerjasama atau kolaborasi dengan pemberian rekomendasi atasan dan bawahan berpartisipasi (plan).2) Pencapaian objektif secara kerja sama dengan adanya dukungan dari atasan dan pengendalian diri dari bawahan (do).3) Penilaian hasil bersama dengan memberikan penghargaan dari atasan dan memberikan kesempatan penilaian sendiri dari bawah (check).4) Tindakan selanjutnya seperti pemecahan masalah bersama atasan dan bawahan dengan dukungan atau pengarahan dari atasan serta motivasi diri dari bawahan (action).

6.2. Pengertian dan Manfaat TQC

1. Total Quality Control (TQC)An effective system for integrating the quality development, quality maintance and quality improvement effort of the various groups in organization so as anable production and service at the most economical levels which allow for full, customer satisfication.(Pengendalian Mutu Terpadu adalah suatu sistem yang efektif untuk mengintegrasikan usaha-usaha pengembangan kualitas, pemeliharaan kualitas, dan perbaikan kualitas atau mutu dari berbagai kelompok dalam organisasi, sehingga meningkatkan produktivitas dan pelayanan ke tingkat yang paling ekonomis yang menimbulkan kepuasan semua langganan).

2. Pengertian dasara. Pengendalian mutu terpadu (PMT) adalah suatu sistem manajemen yang melibatkan semua tingkatan karyawan melaui pelaksanaan konsep quality control dan metode statistik untuk memuaskan langganan dan karyawan. b. Quality control circle (QCC = GKM) adalah kelompok kecil karyawan dari lingkup kerjasama yang dengan sukarela melakukan kegiatan pengendalian dengan menggunakan teknik quality control.c. Quality control project (QCP) adalah kelompok kecil karyawan dan lingkup kerja yang sama atau lebih luas yang melakukan kegiatan perbaikan dalam satu kali proyek sampai selesai dengan menggunakan teknik quality control.d. Dukungan manajer adalah dukungan dari manajer puncak dalam menetapkan kebijaksanaan dan memberi arahan serta dukungan dari manajer media untuk berperan serta dalam TQC. e. Kekuatan TQC terletak pada bagian terlemah dari rantai lingkaran gugus kendali mutu (QCC).3. Tujuan pelaksanaan TQCa. Pencapaian kebijaksanaan dan target perusahaan secara efisien.b. Perbaikan hubungan manusia serta mutu barang atau jasa.c. Peningkatan moral, prakarsa dan kerjasama karyawan.d. Pengembangan kemampuan tenaga kerja.e. Peningkatan produktivitas dan profitibilitas usaha. 4. Manfaat Pelaksanaan TQCa. Bagi Karyawan1) Meningkatkan kemampuan karyawan dalam melihat, mengenali permasalahan dan mencari alternatif pemecahan.2) Meningkatkan kemampuan komunikasi dan partisipasi di dalam kegiatan kelompok kerja. 3) Membiasakan berpikir secara analitis dengan menggunakan teknik-teknik quality control.4) Peningkatan daya kreativitas.5) Peningkatan kepercayaan diri.

b. Bagi Perusahaan 1) Pengembangan perusahaan melalui akumulasi gagasan-gagasan perbaikan.2) Meningkatkan daya saing barang atau jasa yang dihasilkan.3) Memperbaiki hubungan perusahan dengan karyawan.4) Partisipasi semua karyawan di dalam membantu terwujudnya tujuan perusahaan.c. Bagi Konsumen1) Konsumen akan memperoleh barang/jasa yang bermutu baik.2) Konsumen akan mendapatkan kepuasan dari barang/jasa tersebut. 3) Konsumen akan memperoleh barang/jasa yang memenuhi kesehatan dan keselamatan. 4) Konsumen akan menerima barang sesuai dengan pesanannya. 5) Pemerintah akan mendapatkan pajak-pajak.

7. Era Gugus Kendali Mutu/Quality Control CircleTahun 1961 sampai sekarang dikatakan sebagai periode pemantapan dan pengembangan (New Quality Creation). Pada tahun 1962, Prof. DR. Kaoru Ishikawa memperkenalkan Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle). TQM sangat mengutamakan adanya Gugus Kendali Mutu ( Quality Control Circle ),yaitu sebuah mekanisme dan dinamika yang menjamin adanya evaluasi terhadap berbagai hasil yang diperoleh secara kontinyu, dalam sebuah kelompok. Setiap anggota kelompok melakukan hal tersebut dengan motivasi dan kesadaran yang mendalam akan tanggung jawabnya sebagi anggota organisasi, yang hidup matinya tergantung dari kondisi orgnasasi tempat ia bekerja tersebut. Setiap kelompok biasanya terdiri dari 3 8 orang, yang secara sukarela mengadakan kegiatan pengendalian mutu di tempat ia bekerja.Ciri khas Gugus kendali mutu :a. Setiap anggota bekerja sama dan melakukan kegiatan atas prakarsa mereka sendiri.b. Setiap anggota selalu berinteraksi untuk saling mempengaruhi.c. Setiap anggota kelompok saling mengenal dengan baik, sehingga dapat berdiskusi secara terbuka.d. Anggota kelompok mengadakan pertemuan secara rutin untuk mendiskusikan berbagai masalah guna mencapai tujuan bersama.Sasaran / tujuan yang hendak dicapai dalam Gugus Kendali Mutu :a. Mengurangi kesalahan yang ada dan sekaligus meningkatkan mutu.b. Menyadari akan pentingnya kerja kelompok.c. Mendorong dan meningkatkan partisipasi dan motivasi individu.d. Membangkitkan sikap dapat mencegah dan mengatasi berbagai masalah.e. Memperbaiki dan mengembangkan komunikasi dan hubungan antar pihak dalam perusahaan.f. Mendorong pengembangan pribadi dan kepemimpinan.g. Mendorong sikap dapat melakukan efisiensi dan perbaikan secara terus menerus.

Mekanisme dalam Gusus Kendali Mutu :Memutar roda : Plan-Do-Check-ActionPlan, Rencanakan dengan baik sebelum memulai suatu pekerjaan ( mendesain, budgeting, scheduling, dll )Do, Kerjakan sesuai rencanaCheck, Periksa pekerjaan apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan ( apakah sesuai dengan spesifikasi dan keinginan pelanggan )Action, Ambil tindakan koreksi/penyesuaian atas penyimpangan, susun rencana baru yang lebih baik ( periksa apakah langganan puas dengan hasil tersebut ).

C. SEJARAH PENGENDALIAN MUTU DI INDONESIA

Pada awalnya Indonesia membentuk Quality Control Club yang kegiatannya dimulai pada bulan Juni 1984. Mengingat minat masyarakat yang semakin besar terhadap masalah pengendalian mutu, kegiatan QC Club perlu diperluas dan wadahnya diperbesar. Maka pada tanggal 1 Maret 1985 didirikan Perhimpunan Manajemen Mutu Indonesia (Indonesian Quality Management Association) yang berpusat di Jakarta. PMMI merupakan suatu wadah yang bersifat nasional dan bertujuan mengembangkan konsep TQM (Total Quality Management) atau Pengendalian Mutu Terpadu sesuai dengan kondisi dan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Pada tanggal 29 April 1985 organisasi PMMI dikukuhkan oleh Bapak Menaker Sudomo dan Bapak Menperin Ir. Hartarto dalam suatu upacara yang dihadiri oleh seluruh pengurus dan sekitar 100 anggota PMMI. Namun sangat disayangkan PMMI bukanlah organisasi pertama yang menggerakkan TQM di Indonesia. Ada sebuah perusahaan yang telah menggerakkan terlebih dahulu. Astra merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang secara serius menggarap TQM dan menjadikannya sistem manajemen yang berlaku lintas Group. Komitmen dan dukungan yang kuat dari manajemen Astra pada awal 80an muncul karena adanya paradigma bahwa Astra yang bertumbuh besar memerlukan suatu sitem manajemen yang dapat menyatukan bahasa seluruh Astra, cocok dengan budaya Indonesia, dan dapat membawa Astra kepada visinya. Berikut uraian singkat tentang sejarah pertumbuhkembangan TQM di Astra: Tahun 1980 TQC pertama kali diperkenalkan lewat PT. United Tractors, PT. Multi Astra, PT. Gaya Motor, dan PT. Nippondenso Indonesia. TQC yang masuk ke kelompok Astra bersumber dari:

1. Komatsu

2.Fuji Xerox ( New Xerox Movement )

3. Honda

4. Toyota

5. dan lain-lain

1981 - 1982 Seminar, penelitian dan diskusi tentang penerapan TQC di Astra.1982 Manajemen puncak memutuskan TQC sebagai sistem manajemen Astra; dirumuskan Coorporate Key Result Areas.

1983 Sistem manajemen Astra disebut Astra Total Quality Control (ATQC) dan dimulailah pelatihan masif ATQC kepada seluruh jajaran manajemen Astra Group dan berawal dari para pimpinan puncak pada bulan Oktober 1983.

Kegiatan TQC/QCC dimulai dengan promosi kegiatan TQC dan QCC ( 3 model groups) dengan bantuan dari Principal. 1985 Diperkenalkan kegiatan Idea Sugestion / Improvement dan diikuti dengan QCC Convension.

1990 Dimulai aktivitas Quality Assurance dan Organisasi yang ditujukan untuk Customer Satisfaction dengan sasaran The Best Quality di Asia dan diikuti dengan training 7-Habits secara masif. Pada saat bersamaan dilaksanakan Skill Improvement Program terhadap Managers dan Supervisors dan diikuti dengan pelatihan masif Practical Problem Solving untuk para General Managers.

1994 Aktivity Management diubah dari bersifat Vertical menjadi Cross Functional Activity Management, untuk lebih mempertajam pembagian tanggung jawab dan pencapaian sasaran.

Astra Quality Control Circle ikut berpartisipasi dalam The Internacional Competitive Presentation of IEQCC, Singapura.

Eksekutive dari Manufacturing dan HR mengadakan program kunjungan ke Best Practice Companies di Malaysia dan Singapura.

1995 Astra Quality Control Circle, QCC Lepas of Auto 2000, Bogor merebut penghargaan The First Twin Winners bersama QCC Motorola, Malaysia.

1996 Astra melaksanakan konvensi pertama Astra Quantum Leap Program (AQLP) di Bali.

1997 Diperkenalkan SQC training terutama untuk para Engineers, dan untuk jajaran manajemen diberikan pelatihan Strategic Service Intent.1998 Astra Total Quality Control mulai dikenal dengan Astra Total Quality Management(ATQM).

2000 Focus ATQM pada implementasi Manajemen Mutu secara konsisten dan mulai diperkenalkan Strategic Manajemen dan sistem lain ( seperti ISO 9000:2000, Six Sigma,dll) sebagai penyempurnaan dari ATQM.

2001 Direksi Astra memutuskan menggunakan Astra Management System (AMS) sebagai pengganti ATQM; diluncurkan buku pedoman Astra Manajemen System.

Kemudian, pada tahun 1997 berdirilah Wahana Kendali Mutu (WKM) yaitu sebuah organisasi kendali mutu yang bersifat nasional yang memiliki sekretariat di Jakarta. Dalam perkembangannya WKM telah berhasil mengadakan suatu kegiatan yang diberi nama Temu Karya Mutu dan Produktivitas Nasional (TKMPN) sebanyak 12 kali pertemuan. Terakhir kali TKMPN XII diselenggarakan pada tanggal 1 5 Desember 2008 di Hotel Sanur Paradise Plaza Bali dengan menghadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri. Selain itu WKM telah berhasil mengadakan kegiatan forum internasional sebanyak tiga kali yang diberi nama International Quality & Productivity Convention. Dalam kegiatannya (TKMPN & IQPC) WKM memiliki misi, yaitu memberikan kesempatan kepada perusahaan swasta, BUMN, Lembaga Pemerintah, Perguruan Tinggi, Koperasi, Organisasi Nirlaba Nasional maupun Internasional untuk mendemontrasikan keberhasilan dan saling tukar pengalaman dalam peningkatan mutu dan produktivitas. Dengan tujuan sebagai berikut:

1. Memicu dan memacu timbulnya karya-karya bermutu yang bermanfaat bagi organisasi masyarakat dan bangsa.

2. Meningkatkan wawasan, inisiatif dan kreatifitas setiap peserta.

3. Membuka cakrawal baru bagi pimpinan / manajemen dalam menyikapi penerapan Sistem Manajemen Terpadu dan Pengembangan SDM.

4. Menyerap ilmu dan pengetahuan dari para praktisi yang telah berpengalaman luas dalam pengembangan manajemen dan sumber daya manusia dari dalam maupun luar negeri untuk kemajuan organisasi.

5. Meningkatkan kebersamaan dan kerukunan antar instansi Pemerintah, badan yudikatif, legeislatif, organisasi sosial, dunia pendidikan dan dunia usaha.

BAB IIIPENUTUP

KESIMPULANMenghadapi era globalisasi sekarang ini, setiap perusahaan/organisasi harus mampu menghasilkan produk dengan mutu yang baik, harga lebih murah dan pelayanan yang lebih baik pula dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan perbaikan mutu semua aspek yang berkaitan produk tersebut yaitu : bahan mentah, karyawan yang terlatih, promosi yang efektif dan pelayanan memuaskan bagi pembeli, sehingga pembeli akan menjadi pelanggan yang setia. Mutu yang tercipta dengan kondisi seperti itulah yang disebut mutu terpadu secara menyeluruh (Total Quality).Untuk keberhasilan pengembangan mutu di atas, diperlukan juga elemen pendukung seperti : kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, komunikasi, ganjaran dan pengakuan, serta pengukuran. Keberhasilan manajemen Jepang karena negeri ini secara konsekuen melaksanakan prinsip-prinsip mutu terpadu seperti di atas, yang kemudian di contoh oleh Amerika Serikat, Eropa dan negara-negara di Timur Tengah. Di Indonesia menerapkan Manajemen Mutu Terpadu akan berhasil kalau secara konsekuen pula mengikuti prinsip-prinsip dasar mutu terpadu.

DAFTAR PUSTAKA

http://bukucepatpaham.blogspot.com/2013/01/makalah-total-quality-control-tqc.htmlhttp://qc-corner.blogspot.com/2009/09/sejarah-perkembangan-gerakan-kendali.htmlhttp://liescholisoh.blogspot.com/2012/05/tqc.htmlhttp://ireztia.com/2008/09/19/perkembangan-mutu-dan-tokoh-tokohnya/https://yudiansyahsukmana.wordpress.com/2010/01/27/sejarah-perkembangan-mutu/https://tqmdalampendidikan.files.wordpress.com/2012/04/graphic31.jpghttp://bpm.narotama.ac.id/?p=375http://www.edrawsoft.com/images/examples/TQM_MODEL.pnghttp://www.edrawsoft.com/TQM-Diagrams.phphttps://tqmdalampendidikan.wordpress.com/category/tqm/

Page | Page of