Sejarah Pasar Modal Indonesia

23
TUGAS PASAR MODAL “Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal di Indonesia” Disusun oleh: Kelompok 1: Arina Nurandini 12010110120053 Febi Izmi Pratiwi 12010110120059 Rezkita Prita G. 12010110120065 Devi Anggun O. 12010110120086 Justicia Rian P. 12010110120141 JURUSAN MANAJEMEN

description

Sejarah Pasar Modal Indonesia

Transcript of Sejarah Pasar Modal Indonesia

Page 1: Sejarah Pasar Modal Indonesia

TUGAS PASAR MODAL

“Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal di Indonesia”

Disusun oleh:

Kelompok 1:

Arina Nurandini 12010110120053

Febi Izmi Pratiwi 12010110120059

Rezkita Prita G. 12010110120065

Devi Anggun O. 12010110120086

Justicia Rian P. 12010110120141

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO2013

Page 2: Sejarah Pasar Modal Indonesia

Sejarah Pasar Modal Indonesia

A. PENGANTAR: PASAR MODAL PERTAMA DI DUNIA

Akhir abad ke-15 merupakan era dimana perdagangan antar bangsa dimulai. Para

pedagang melakukan perdagangan kontrak berjangka kepada para retailer yang kemudian

mendistribusikannya ke negara-negara Eropa lainnya. Pada akhir abad ke-16, para

pedagang dari Belanda, sebagai retailer terbesar rempah-rempah pada saat itu,

memutuskan untuk mengambil alih perdagangan rempah-rempah yang dikuasai oleh

Portugis dan Spanyol. Akibat dari keputusan tersebut, persaingan antara para pedagang-

pedagang di Eropa menjadi semakin ketat. Ketika persaingan antar pedagang memanas,

pihak pemerintah turut campur dengan mempersenjatai armada-armada yang dikirimkan

dalam misi dagang, akibatnya perang antar negara-negara di Eropa tidak terelakkan lagi.

Hasilnya harga rempah-rempah menjadi jatuh.

Penurunan harga rempah-rempah dan ketidakamanan dalam perdagangan memaksa

para pengusaha Belanda untuk bekerjasama dan bergabung menjadi sebuah perusahaan.

Pada tanggal 20 Maret 1602, atas saran Gubernur Jendral Prinz Johann Moritz von Nassau

(1606-1679), tiga perusahaan besar di Belanda bergabung membentuk sebuah perusahaan

berskala nasional yang dikenal sebagai "Vereinigte Ostindische Compagnie" (VOC). Modal

awal yang disertakan dalam pembentukan perusahaan tersebut adalah sebesar 6.424.588

Guilders, jumlah yang besar pada saat itu. Kunci sukses VOC dalam penggalangan modal

adalah keputusan yang diambil oleh para pemilik untuk membuka akses kepemilikan

saham kepada publik. Lembaran-lembaran saham tersebut terjual dengan cepat dengan

harga nominal 3000 Guilders, dan dapat diperjualbelikan. Harga nominal tersebut tidak

ditentukan oleh pemerintah, namun oleh perusahaan independen yang berperan sebagai

reseller dalam memperjualbelikan saham tersebut. Penjualan dan pembelian sertifikat

saham VOC dikelola oleh dua direktur, yang berpusat di Amsterdam. Oleh karena itu

Amsterdam Kontor yang merupakan kantor pusat VOC dikenal sebagai Pasar Modal

pertama di Dunia. Selain itu, VOC juga menerbitkan sertifikat obligasi dengan jangka waktu

Page 3: Sejarah Pasar Modal Indonesia

3 sampai dengan 12 bulan untuk menutupi kebutuhan operasinya. Sampai pertengahan

abad ke-18, VOC berhasil menjadi perusahaan monopoli terbesar pada waktu itu.

Perkembangan tersebut juga mendorong pertumbuhan harga saham perusahaan. Pada

awal mula perdagangannya, saham VOC telah meningkat 10-15% diatas nilai nominalnya;

pada tahun 1622 harganya meningkat 3 kali lipat; dan pada tahun 1721 meningkat hingga

12 kali lipat.

Kerugian paling besar disebabkan oleh inefisiensi dan korupsi yang menjalari tubuh

perusahaan. Karena mis-manajemen, VOC terpaksa ditutup dan dinyatakan bangkrut pada

tanggal 31 Desember 1799. Pada saat itu nilai sahamnya hanya sebesar 25% dari nilai

nominalnya. Pada akhir hayatnya, VOC meninggalkan hutang hingga 110 juta Guilders yang

dibebankan kepada pemerintah Belanda. Oleh karena itu, saat ini istilah VOC lebih dikenal

sebagai kepanjangan dari Vergann Onder Corruptie yang artinya "hancur karena korupsi".

B. SEJARAH PERKEMBANGAN PASAR MODAL INDONESIA

Kebutuhan pembiayaan pembangunan suatu negara tidak hanya bisa dibiayai oleh

pemerintah melalui penerimaan pajak dan penerimaan lainnya, tetapi juga bisa didapat

dari berbagai pihak. Kadangkala pemenuhan kebutuhan ini dapat diperoleh melalui

bantuan luar negeri. Namun, cara ini bukan merupakan solusi yang strategis untuk

pembangunan, potensi masyarakat Indonesia harus bisa dioptimalkan untuk digunakan.

Untuk itu dibentuk pasar modal yang dimaksudkan sebagai wahana untuk memenuhi

kebutuhan pembiayaan pembangunan. Fungsi strategis dan penting pasar modal membuat

pemerintah amat berkepentingan atas perkembangan dan kemajuan pasar modal, karena

berpotensi untuk penghimpunan dana secara masif, sehingga dapat dimanfaatkan untuk

memperbesar volume kegiatan pembangunan. Mengingat pentingnya pasar modal bagi

pembangunan nasional, pemerintah hendaknya melalui Bapepam-LK yang sekarang

melebur menjadi OJK mengatur pasar modal Indonesia dengan baik sehingga dapat

bermanfaat bagi kehidupan bangsa dan negara.

Sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa

periode. Pembagian tersebut dimaksudkan karena ada hal-hal khusus yang terjadi dalam

periode perkembangannya baik dilihat dari sisi peraturan maupun dari sisi ekonomi,

Page 4: Sejarah Pasar Modal Indonesia

bahkan juga dari sisi politik dan keamanan. Adapun periode yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

1. Periode Permulaan (1878-1912)

2. Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)

3. Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)

4. Periode Kebangkitan (1952-1977)

5. Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)

6. Periode Deregulasi (1987-1995)

7. Periode Kepastian Hukum dan Pengembangan Pasar Modal Indonesia (1995-

sekarang)

Untuk lebih jelas perkembangan dinamika pasar modal Indonesia akan ditinjau

pada masing-masing periode:

1. Periode Permulaan (1878-1992)

Di Indonesia, kegiatan transaksi saham dan obligasi dimulai pada abad ke-19. Menurut

buku Effectengids yang dikeluarkan Vereniging voor den Effectenhandel pada tahun

1939, transaksi efek telah berlangsung sejak 1880. Berhubung bursa belum dikenal,

maka perdagangan saham dan obligasi dilakukan tanpa organisasi resmi sehingga

catatan resmi tentang transaksi tersebut tidak lengkap. Menurut perkiraan, bahwa yang

diperjualbelikan waktu itu adalah saham atau obligasi yang listing di bursa Amsterdam

yang dimiliki oleh investor yang ada di Batavia, Surabaya, dan Semarang. Dengan

demikian, karena belum ada bursa resmi, dapat dikatakan bahwa periode ini adalah

periode permulaan sejarah pasar modal Indonesia.

2. Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)

Perkembangan transaksi efek semakin meningkat, tetapi bursa yang resmi belum ada.

Akhirnya, pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs mendirikan

cabang bursa di Batavia. Bursa ini merupakan bursa tertua keempat di Asia, setelah

Bombay, Hongkong dan Tokyo. Bursa yang dinamakan Vereniging voor de

Effectenhandel, memperjualbelikan saham dan obligasi perusahaan/perkebunan

Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan pemerintah (propinsi

Page 5: Sejarah Pasar Modal Indonesia

dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh

kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya. Setelah

berdirinya Bursa Efek Batavia, maka periode ini pada tanggal 11 Januari 1925

terbentuk Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 1 Agustus 1925 terbentuk Bursa Efek

Semarang.

3. Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)

Perkembangan perdagangan efek pada periode ini berlangsung marak, namun tidak

bertahan lama karena dihadapkan pada resesi ekonomi pada tahun 1929 dan pecahnya

Perang Dunia II (PD II). Pada saat PD II, bursa efek di negeri Belanda tidak aktif karena

sebagian saham-saham milik orang Belanda dirampas oleh Jerman. Hal ini sangat

berpengaruh terhadap bursa efek di Indonesia. Keadaaan makin memburuk dan tidak

memungkinkan lagi Bursa Efek Jakarta untuk beroperasi, sehingga pada tanggal 10 Mei

1940, Bursa Efek Jakarta resmi ditutup. Bursa Efek Surabaya dan Semarang telah lebih

dulu ditutup.

Setelah tujuh bulan ditutup, pada tanggal 23 Desember 1940 Bursa Efek Jakarta kembali

diaktifkan, karena selama PD II Bursa Efek Paris tetap berjalan, demikian pula halnya

dengan Bursa Efek London yang hanya ditutup beberapa hari saja. Akan tetapi, aktifnya

Bursa Efek Jakarta tidak berlangsung lama, karena Jepang masuk ke Indonesia pada

tahun 1942, Bursa Efek Jakarta kembali ditutup.

Ketika tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan

ke seluruh pelosok negeri, keadaan ekonomi masih begitu buruk. Supaya roda

pemerintahan dapat berjalan, pemerintah RI meminta persetujuan Badan Pekerja

Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) untuk melakukan pencarian pinjaman

nasional. Dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 1946, pinjaman dari masyarakat mulai

dihimpun. Berdasarkan alasan itu, pada tahun 1947 pemerintah berencana untuk

membuka kembali Bursa Efek Jakarta. Akan tetapi, rencana ini tertunda karena

terhambat oleh situasi ekonomi yang memburuk. Sejak penyerahan kedaulatan kepada

pemerintah RI oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, beban utang luar negeri dan

dalam negeri kian membengkak sehingga menyebabkan defisit yang sangat besar.

Page 6: Sejarah Pasar Modal Indonesia

4. Periode Kebangkitan (1952-1976)

Tanggal 3 Juni 1952 seperti yang telah diputuskan oleh rapat umum PPUE, Bursa Efek

Jakarta kembali dibuka secara resmi oleh Menteri Keuangan, Sumitro Djojohadikusumo.

Selanjutnya, pada tanggal 26 September 1952 merupakan salah satu tonggak sejarah

pasar modal Indonesia, ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat yang

kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Bursa. Namun, memasuki tahun 1958

keadaan perdagangan efek menjadi lesu karena beberapa hal:

1. Banyaknya warga Belanda yang meninggalkan Indonesia.

2. Adanya nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda oleh pemerintah RI sesuai den-

gan Undang-Undang No. 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi.

3. Tahun 1960 Badan Nasionalisasi Persuahaan Belanda (BANAS) melakukan larangan

memperdagangkan efek-efek yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang

beroperasi di Indonesia termasuk efek-efek dengan nilai mata uang Belanda (Nf).

5. Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)

Pasar modal tidak menjalankan aktivitasnya sampai tahun 1977. Penutupan pasar

modal Indonesia tersebut tidak lepas dari orientasi politik pemerintah Orde Lama yang

menolak modal asing dalam kebijakan nasionalisasi. Setelah pemerintahan berganti

kepada Pemerintahan Orde Baru, kebijakan politik dan ekonomi Indonesia tidak lagi

konfrontatif dengan dunia Barat. Pemerintahan Orde Baru segera mencanangkan

pembangunan ekonomi secara sistematis dengan pola target lima tahunan. Pemerintah

Indonesia bekerja sama dengan Barat untuk membangun. Pertumbuhan mulai,

perekonomian bergerak. Pemerintah pun berencana mengaktifkan kembali pasar modal.

Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat kesungguhan dan intensitas untuk

membentuk kembali pasar uang dan pasar modal. Selain sebagai pembantu Menteri

Keuangan, Bapepam juga menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai pengawas dan

pengelola bursa efek. Akhirnya, pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Soeharto

meresmikan pasar modal di zaman Orde Baru.

Page 7: Sejarah Pasar Modal Indonesia

Perjalanan pasar modal Indonesia ternyata masih menentukan waktu dan proses yang

cukup panjang untuk mencapai pasar modal yang maju dan modern. Berdasarkan

catatan, paling tidak ada lima persyaratan yang menghambat minat para pemilik

perusahaan untuk masuk ke pasar modal, yaitu:

1. Persyaratan laba minimum sebesar 10 % dari modal sendiri bagi perusahaan yang

ingin go public. Keuntungan itu harus diperoleh perusahaan selama dua tahun se-

belum melakukan penawaran umum kepada masyarakat. Tentunya, persyaratan ini

memberatkan perusahaan yang ingin go public.

2. Investor asing tidak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam pemilikan

saham perusahaan yang ditawarkan di pasar modal Indonesia. Padahal, kalau meli-

hat kondisi bangsa Indonesia yang saat itu berpendapatan pada kisaran US$ 1,000

per kapita, potensi investor asing lebih besar. Akibatnya, jumlah investor tidak

berkembang dan volume serta nilai transaksi boleh dikatakan tidak beranjak maju.

3. Adanya batasan maksimum fluktuasi harga saham sebesar 4 % dari harga awal sa-

ham dalam setiap hari perdagangan di bursa. Batasan ini menjadikan pasar modal

kita kurang menarik. Padahal kalau kita cermati bursa-bursa di dunia, dinamikanya

begitu tajam dan cepat. Dengan demikian, harga saham yang terbentuk bukan

karena mekanisme pasar, karena ada batas pagu (plafond) fluktuasi harga saham.

4. Tidak adanya perlakuan yang sama untuk pajak atas penghasilan dari bunga depos-

ito dan dividen. Akibatnya, menanamkan uang dalam bentuk deposito jauh lebih

menarik ketimbang berinvestasi di pasar modal.

5. Belum dibukanya kesempatan bagi perusahaan untuk mencatatkan seluruh saham

yang ditempatkan dan disetor penuh di bursa.

6. Periode Deregulasi (1987-1995)

Hambatan-hambatan yang merintangi perkembangan pasar modal telah disadari

pemerintah. Pemerintah melakukan perombakan peraturan yang nyata-nyata

menghambat minat perusahaan untuk masuk pasar modal dan investor untuk

melakukan investasi pada pasar modal Indonesia. Untuk mengatasi masalah itu

pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan

pasar modal. Deregulasi pada intinya adalah melakukan penyederhanaan dan

Page 8: Sejarah Pasar Modal Indonesia

merangsang minat perusahaan untuk masuk ke bursa serta menyediakan kemudahan-

kemudahan bagi investor.

1. Paket Kebijaksanaan Desember 1987 (Pakdes 1987)

Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan

obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti

biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka pula kesempatan bagi pemodal asing

untuk membeli efek maksimal 49% dari total emisi. Pakdes 87 juga menghapus

batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan memperkenalkan bursa paralel.

Sebagai pilihan bagi emiten yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa

efek.

2. Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 (Pakto 88)

Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankan, namun mempunyai dampak terhadap

perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal,

Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini

berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya

kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor

perbankan dan sektor pasar modal.

3. Paket Kebijaksanaan Desember 1988 (Pakdes 88)

Pakdes 88 pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal

dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa. Jika selama

masa 1984-1988 tidak satu pun perusahaan yang go public, tahun 1999 sejak

deregulasi dilancarkan, pasar modal Indonesia benar-benar booming. Selama tahun

1989 terdapat 37 perusahaan go public dan sahamnya tercatat (listed) di BEJ.

Sedemikian banyaknya perusahaan-perusahaan yang mencari dana lewat pasar

modal, sehingga pada masa itu masyarakat luas pun berduyun-duyun untuk menjadi

investor. Pasar modal mengalami kemajuan yang pesat dan terus berlanjut dengan

swastanisasi bursa.

1. 16 Juni 1989, berdiri PT Bursa Efek Surabaya (BES).

2. 2 April 1991, berdiri Bursa Paralel Indonesia (BPI).

Page 9: Sejarah Pasar Modal Indonesia

3. 13 Juli 1992, berdiri PT Bursa Efek Jakarta (BEJ), yang menggantikan peran

Bapepam sebagai pelaksana bursa.

4. 22 Juli 1995, penggabungan Bursa Paralel dengan PT BES.

7. Periode Kepastian Hukum dan Pengembangan Pasar Modal Indonesia (1995-

sekarang)

Dampak positif dari kebijakan deregulasi telah menebalkan kepercayaan investor dan

perusahaan terhadap pasar modal Indonesia. Puncak kepercayaan itu ditandai dengan

lahirnya Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang berlaku efektif

sejak tanggal 1 Januari 1996. Undang-undang ini dapat dikatakan sebagai undang-

undang yang cukup komprehensif, karena mengacu pada aturan-aturan yang berlaku

secara internasional.

Undang-undang ini dilengkapi dengan PP No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan

Kegiatan di Bidang Pasar Modal dan PP No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara

Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal. Kemudian ada beberapa keputusan menteri dan

seperangkat peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam yang jumlahnya lebih dari 150

buah peraturan.

Pengembangan Pasar Modal Indonesia

a. Pasar Modal Syariah

Terkait dengan semakin membesarnya peran pasar modal di dalam memobilisasi

dana ke sektor riil, juga disebabkan adanya tuntutan bahwa sekuritas yang

diperdagangkan harus selaras dengan syariat Islam, maka pasar modal syariah mulai

dipertimbangkan. Pada industri pasar modal, prinsip syariah telah diterapkan pada

instrumen obligasi, saham dan fund (reksa dana).

Obligasi syariah di dunia internasional dikenal dengan istilah sukuk. Sukuk berasal

dari bahasa Arab “sak” (tunggal) dan “sukuk” (jamak), yang memiliki arti mirip

dengan sertifikat atau note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti

(claim) kepemilikan. Berbeda dengan konsep obligasi konvensional selama ini, yakni

obligasi yang bersifat utang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga,

obligasi syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah

Page 10: Sejarah Pasar Modal Indonesia

yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/

margin/ fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Perbedaan mendasar antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah

dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan

nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada

kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara

umum, konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan

harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria

syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan

menghindarkan berbagai praktik spekulasi.

b. Penggabungan Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya menjadi Bursa Efek

Indonesia (BEI)

Pada tahun 2007 BES melakukan merger dengan melebur ke dalam Bursa Efek

Jakarta yang selanjutnya berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Penggabungan ini menjadikan Indonesia hanya memilki satu pasar modal.91

Langkah merger PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan PT Bursa Efek Surabaya (BES)

adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi pasar modal guna bersaing dengan bursa

luar negeri. Hal ini dikarenakan bahwa perkembangan pasar modal di Indonesia

pada saat itu dapat dikatakan lamban dan cenderung tertinggal dari kawasan Asia

lainnya, baik dari segi jumlah emiten, produk investasi, minimnya investor lokal dan

persaingan antar bursa di dalam negeri. Untuk itu dengan langkah merger yang

dilakukan BEJ-BES ini untuk meningkatkan efisensi pasar modal nasional yang

diharapkan dapat mendorong peningkatan daya tarik dan daya saing industri di

tingkat internasional. Selain itu, merger ini akan memudahkan investor sehingga

investor tidak harus datang ke beberapa bursa untuk menentukan pilihan

investasinya. Jika ditinjau dari aspek operasional penghematan biaya operasional

yang timbul akibat merger dan non-komputerisasi, serta mempermudah untuk

melakukan pengembangan produk yang akan diluncurkan di pasar dan

meningkatkan berbagai instrumen bursa.

Page 11: Sejarah Pasar Modal Indonesia

c. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

OJK merupakan lembaga independen negara yang dibentuk berdasarkan UU Nomor

21 Tahun 2011 yang berfungsi untuk menyelenggarakan sistem pengaturan dan

pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor

keuangan seperti perbankan, pasar modal, perasuransian, dan pensiun, lembaga

pembiayaan dan lembaga jasa keuangan yang lainnya. Pengalihan fungsi, tugas dan

wewenang Bapepam-LK yang sebelumya berada dibawah Kementerian Keuangan

menuju ke OJK telah dimulai tertanggal 1 Januari 2013. Selain itu, OJK juga akan

mengambil alih pengawasan perbankan dari Bank Indonesia pada tahun berikutnya.

Selain karena banyaknya kasus yang terjadi dimana terdapat lemahnya pengawasan

dan koordinasi antar-regulator keuangan yang melatarbelakangi pembentukan

lembaga ini, juga terdapat juga hal lain yang mendorong dibentuknya OJK, yaitu:

a. Amanat GBHN (1999-2004) Bab IV huruf b angka 8.

Mengembangkan pasar modal yang sehat, transparan, efisien, dan

meningkatkan penerapan peraturan perundang-undangan yang sesuai

dengan standar internasional yang diawasi oleh lembaga independen.

b. UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Penjelasan Pasal 34.

Lembaga pengawasan jasa keuangan yang akan dibentuk melakukan

pengawasan terhadap bank dan perusahaan-perusahaan sektor jasa

keuangan lainnya, yaitu asuransi, dana pensiun, sekuritas, perusahaan

pembiayaan, dan badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana

masyarakat. Lembaga ini bersifat independen dalam menjalankan tugasnya,

kedudukannya berada di luar kendali pemerintah serta berkewajiban

menyampaikan laporan kepada BPK dan DPR.

c. UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang kemudian disempur-

nakan melalui UU No. 3 Tahun 2004 yang mengamanatkan fungsi pengawasan

perbankan dan keuangan lainnya akan dialihkan ke Lembaga Pengawas Jasa

Keuangan (LPJK) independen atau sering disebut dengan Otoritas Jasa Keuan-

gan (OJK).

Page 12: Sejarah Pasar Modal Indonesia

C. LEMBAGA-LEMBAGA YANG MENJALANKAN KEGIATAN PASAR MODAL

Di dalam pasar modal terdapat lembaga-lembaga yang menjalani kegiatan-kegiatan

pasar modal, yang antara lain sebagai berikut :

1. Emiten

Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum.

2. Perusahaan Publik

Perusahaan publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-

kurangnya 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-

kurangnya Rp. 3.000.000.000 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang

saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

3. Bapepam-LK yang melebur menjadi OJK

Badan pengawas pasar modal yang bertujuan mewujudkan terciptanya kegiatan

pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan

pemodalnya dan masyarakat.

4. Bursa Efek Indonesia

Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau

sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek, pihak-pihak lain

dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.

5. Lembaga Kliring Penjaminan (PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia)

Lembaga kliring dan penjaminan adalah pihak yang menyelenggarakan jasa kliring

dan penjaminan penyelenggaraan transaksi bursa (Pasal 1 angka 9 UUPM), yaitu

kontrak yang dibuat oleh anggota bursa efek, yaitu perantara pedagang efek yang

telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dan mempunyai hak untuk

memperdagangkan sistem dan atau saran bursa efek menurut peraturan bursa efek.

6. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia)

Lembaga penyimpanan dan penyelesaian adalah pihak yang menyelenggarakan

kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian, perusahaan efek, dan pihak lain.

Page 13: Sejarah Pasar Modal Indonesia

7. Reksa Dana

Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh

manajer investasi.

8. Perusahaan efek

Perusahaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin

emisi efek, perantara pedagang efek atau manajer investasi.

9. Wakil Perusahaan

Efek Wakil dari pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek,

perantara pedagang efek atau manajer investasi.

10. Perantara Pedagang

Efek Perantara Pedagang Efek adalah pihak yang melakukan usaha jual beli efek

untuk kepentingan sendiri atau pihak lain

11. Penjamin Emisi Efek

Penjamin emisi efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk

melakukan perdagangan umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa

kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.

12. Penasihat Investasi

Penasihat investasi adalah pihak yang memberi nasihat kepada pihak lain mengenai

penjualan atau pembelian efek dengan memperoleh imbalan jasa.

13. Manajer Investasi

Manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek

untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok

nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan

sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

14. Investor atau pemodal

Page 14: Sejarah Pasar Modal Indonesia

Investor adalah pihak yang melakukan kegiatan investasi atau menanamkan

modalnya di pasar modal. Investor yang dikenal di pasar modal terdiri atas investor

perorangan dan kelembagaan.

15. Lembaga Penunjang Pasar Modal

1) Kustodian

Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dari harta lain

yang berkaitan dengan efek dan jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga

dan hal-hal lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang reken-

ing yang menjadi nasabahnya (pasal 1 angka 8 UUPM).

2) Biro Administrasi Efek

Biro administrasi efek adalah pihak berdasarkan kontrak dengan emiten

melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan

dengan efek.

3) Wali Amanat

Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang

bersifat utang.

4) Bank Kustodian

Bank kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan kolektif dan harta

lainnya yang berkaitan dengan efek.

5) Pemeringkat Efek Perusahaan

Pemeringkat efek adalah pihak yang menerbitkan peringkat-peringkat bagi

surat utang (debt securities), seperti obligasi dan commercial paper.

D. PROFESI PENUNJANG PASAR MODAL

1. Akuntan Publik

Akuntan publik adalah pihak yang memberikan pendapat atas kewajaran dalam

semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum. Akuntan publik berperan dalam

mengungkapkan informasi keuangan perusahaan dan memberikan pendapat

mengenai kewajaran atas data yang disajikan dalam laporan keuangan.

Page 15: Sejarah Pasar Modal Indonesia

2. Konsultan Hukum

Konsultan hukum merupakan ahli dalam bidang hukum yang memberikan dan

menandatangani pendapat hukum mengenai emisi dan atau emiten. Peran

konsultan hukum diperlukan dalam setiap emisi efek karena lembaga ini

mempunyai fungsi untuk membuktikan pendapat dari segi hukum (legal opinion)

mengenai keadaan emiten.

3. Penilai

Penilai adalah pihak yang melakukan penilaian terhadap aktiva perusahaan. Peran

penilai adalah dalam menentukan nilai wajar dari harta milik perusahaan. Nilai ini

diperlukan sebagai bagan informasi bagi para investor bagi para investor di dalam

mengambil keputusan investasi.

4. Penasehat Investasi

Penasehat investasi adalah pihak yang memberi nasehat kepada pihak lain

mengenai penjualan atau pembelian efek dengan memperoleh imbalan jasa.

5. Notaris

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat aka otentik dan

kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU No. 30 Tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris. Dalam pasar modal, notaris merupakan pejabat umum yang

berwenang membuat anggaran dasar dan akta perubahan anggaran dasar, termasuk

pembuatan perjanjian penjaminan emisi efek, perjanjian antarpenjamin emisi efek,

perjanjian perwali-amanatan, perjanjian agen penjual, dan perjanjian lain yang

diperlukan.