Sejarah MINYAK WANGI

9
Sejarah MINYAK WANGI Tahukah anda perfumes (minyak wangi) berasal dari Mesir, bukan dari negara Perancis iaitu negara yang dikenali hebat sebagai pengeluar perfumes. Ketika itu, di Mesir, pewangi digunakan untuk berbagai keperluan ritual bermula dari ketika kelahiran anak sehingga ke upacara kematian. Dupa dan kayu manis dibuat sebagai bahan asas yang diolah dengan cara digiling, diparut dan ditumbuk. Setelah itu, barulah proses pembuatan perfume kian maju dengan adanya proses secara teknologi terkini, iaitu mengambil wangian melalui wap air di dalam proses penyulingan. Setelah itu, barulah hasil penyulingan itu diolah menjadi berbagai jenis campuran essence (pewangi) dan kadar alkohol, di mana setiap jenisnya memiliki ketajaman aroma yang berbeza-beza. APA ITU EDC, EDT, EDP Perfume • Eau de Cologne (EDC) Ini merupakan jenis wangian paling ringan. Itu kerana kadar alkoholnya paling tinggi dan hanya terdapat sekitar 5 peratus campuran pewangi. Jenis ini wangiannya cepat hilang. Jenis ini sesuai digunakan apabila selesai mandi. • Eau de Toilette (EDT) Wangian ini satu tahap lebih tinggi di atas cologne. Kadar alkoholnya juga tinggi, walaupun tidak setinggi cologne, sementara kadar pewanginya hanya sekitar 12 peratus. Bila mahu mendapat kesegaran yang boleh bertahan cukup lama, jenis wangian ini merupakan pilihan yang paling ideal, kerana aromanya ringan, tidak terlalu tajam serta boleh bertahan hingga 3-4 jam, sesuai untuk semua keadaan. • Eau de Perfume (EDP) Wanginya cukup tahan lama hingga 4-6 jam. Jenis wangian yang ini memiliki kadar alkohol sedikit sementara kadar pewanginya sekitar 15 hingga 22 peratus. Oleh sebab itu, bau wanginya cukup kuat dan tahan lama sehingga lebih sesuai digunakan di malam hari, terutama untuk menghadiri acara rasmi. • Perfume

Transcript of Sejarah MINYAK WANGI

Page 1: Sejarah MINYAK WANGI

Sejarah MINYAK WANGI

Tahukah anda perfumes (minyak wangi) berasal dari Mesir, bukan dari negara Perancis iaitu negara yang dikenali hebat sebagai pengeluar perfumes. Ketika itu, di Mesir, pewangi digunakan untuk berbagai keperluan ritual bermula dari ketika kelahiran anak sehingga ke upacara kematian. Dupa dan kayu manis dibuat sebagai bahan asas yang diolah dengan cara digiling, diparut dan ditumbuk.

Setelah itu, barulah proses pembuatan perfume kian maju dengan adanya proses secara teknologi terkini, iaitu mengambil wangian melalui wap air di dalam proses penyulingan. Setelah itu, barulah hasil penyulingan itu diolah menjadi berbagai jenis campuran essence (pewangi) dan kadar alkohol, di mana setiap jenisnya memiliki ketajaman aroma yang berbeza-beza.

APA ITU EDC, EDT, EDP Perfume

• Eau de Cologne (EDC)Ini merupakan jenis wangian paling ringan. Itu kerana kadar alkoholnya paling tinggi dan hanya terdapat sekitar 5 peratus campuran pewangi. Jenis ini wangiannya cepat hilang. Jenis ini sesuai digunakan apabila selesai mandi.

• Eau de Toilette (EDT)Wangian ini satu tahap lebih tinggi di atas cologne. Kadar alkoholnya juga tinggi, walaupun tidak setinggi cologne, sementara kadar pewanginya hanya sekitar 12 peratus. Bila mahu mendapat kesegaran yang boleh bertahan cukup lama, jenis wangian ini merupakan pilihan yang paling ideal, kerana aromanya ringan, tidak terlalu tajam serta boleh bertahan hingga 3-4 jam, sesuai untuk semua keadaan.

• Eau de Perfume (EDP)Wanginya cukup tahan lama hingga 4-6 jam. Jenis wangian yang ini memiliki kadar alkohol sedikit sementara kadar pewanginya sekitar 15 hingga 22 peratus. Oleh sebab itu, bau wanginya cukup kuat dan tahan lama sehingga lebih sesuai digunakan di malam hari, terutama untuk menghadiri acara rasmi.

• PerfumeDari semua jenis wangian, jenis ini dia yang paling bertahan lama sehingga 6-12 jam. Kadar aromanya mencapai 22 peratus tanpa campuran alkohol. Tidak perlu terlalu banyak memakai jenis wangian ini kerana wanginya sudah boleh tercium dari jarak yang cukup jauh.

Namun ada juga minyak wangi yang berbahan alami yaitu contohnya minyak akar wangi

Akar wangi merupakan salah satu dari minyak atsiri yang sudah dikomersikan di Indonesia. Akar wangi (Vetiveria zizaniodea stapf) telah bayak dikenal sejak dulu karena aromanya yang wangi, sehingga banyak digunakan sebagai wewangian untuk pakaian, ruangan dan sebagainya. Minyak atsiri dari akar wangi terdapat pada komponen akarnya.

Pada awalnya akar wangi diekspor keluar negeri dalam bentuk akar kering, kemudian berubah menjadi menjualnya dalam bentuk minyak akar wangi karena lebih praktis dan lebih ekonomis. Aromanya yang khas dan tahan lama membuat akar wangi cepat mendapatkan pasar baik didalam negeri mupun diluar negeri. Hingga saat ini akar wangi merupakan komoditas ekspor Indoesia yang banyak diminati oleh konsumen di luar negeri.

Page 2: Sejarah MINYAK WANGI

Minyak akar wangi terdiri atas beberapa komponen penyusun, yaitu-vetiveron, -vetiveron, vetiverol, vetivenil, asam palmitat dan asam benzoat. Komponen paling penting dan dijadikan standar harga jual minyak akar wangi adalah vetiverol, karena vetiverol memiliki aroma yang khas dan lunak disamping daya fiksasinya yang kuat.

Teknik Penyulingan minyak akar wangi yang umum digunakan di masyarakat adalah distilasi uap-air pada tekanan 5-6 barg dengan mutu hasil penyulingan yang kurang baik, seperti bau gosong. Selain itu rendemen yang dihasilkan masih cukup rendah, hanya sekitar 0,3 % dari potensi minyak 2-3% menurut literatur. Waktu operasi penyulingan yang dilakukan masyarakat adalah 12 jam. Pada awalnya penyulingan di masyarakat dilakukan pada tekanan rendah 2-4 barg dan waktu penyulingan 24 jam, tetapi karena kenaikan bahan bakar minyak (BBM) terutama minyak tanah, masyarakat memotong waktu operasi penyulingan dengan cara menaikkan tekanan padahal dengan menaikkan tekanan, kualitas minyak yang dihasilkan kurang baik.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dilakukan penyulingan minyak akar wangi dengan metoda yang sedikit berbeda, yaitu dengan menggunakan sistem distilasi uap, yaitu dengan menggunakan pembangkit uap (boiler) yang berbeda dengan tangki penyulingan. Optimasi dilakukan dengan memvariasikan dua variabel yaitu tekanan dan waktu penyulingan, dan setiap variabel ada tiga level. Tekanan divariasikan dari tekanan 1, 2, 3 bar g

sedangkan waktu penyulingan bervariasi dari 12, 20 dan 24 jam. Diharapkan mendapatkan kondisi operasi penyulingan yang optimum dimana mendapatkan rendemen yang tinggi dan kualitasnya memenuhi kebutuhan ekspor untuk direkomendasikan kepada masyarakat.

METODOLOGI

Percobaan ini dilakukan di laboratorium unit produksi ITB, Bandung menggunakan bahan baku akar wangi yng berasal dari desak legok pulus kecamatan Leles Garut dengan umur panen 12 bulan. Peralatan peyulingan menggunakan serangkaian alat (boiler, ketel suling, kondensor dan separator) kapasitas 5 kg/batch.

Metoda penyulingan adalah metoda penyulingan uap dengan variasi tekanan 1, 2 dan 3 bar g serta variasi waktu penyulingan 12, 20 dan 24 jam. Laju alir kondensat ditetapkan sebesar 17 ml/menit dengan cara mengatur keran sebelum ke kondensor. Sedangkan kandungan vetiverol di dalam minyak akar wangi dianalisis menggunakan metoda romatografi gas yng ada di UPI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Percobaan

Pengamatan proses penyulingan minyak akar wangi menggunakan bahan baku akar masing-masing sebanyak 5 kg pada tekanan 1 barg disajikan dalam tabel dan grafik berikut.

t (jam) volume minyak(ml)

Page 3: Sejarah MINYAK WANGI

0 0

2 10

6 28

10 39

12 45

16 50

20 55

24 59

Tabel 1 tabel pengamatan operasi penyulingan pada tekanan 1 bar

0 5 10 15 20 25 300

10

20

30

40

50

60

70

Grafik Volume minyak akar wangi (ml) Vs waktu (jam) tekanan 1 Bar

waktu (jam)

volu

me

(ml)

0 5 10 15 20 25 300

20

40

60

80

100

120

Grafik volume minyak akar wangi (ml) Vs waktu (jam) pada tekanan 2 bar

waktu (jam)

vo

lum

e (

ml)

Page 4: Sejarah MINYAK WANGI

Hasil pengamatan untuk tekanan 3 barg

t (jam) volume minyak(ml)

0 0

5 42

12 75

18 99

24 105

0 5 10 15 20 25 300

20

40

60

80

100

120

Grafik volume minyak akar wangi (ml) Vs waktu (jam) pada tekanan 3 bar

waktu (jam)

Vo

lum

e a

ka

r w

an

gi (

ml)

Pembahasan

Pengaruh waktu

Dari tabel dan grafik dapat dilihat bahwa semakin lama operasi penyulingan, maka rendemen yang dihasilkan semakin meningkat. Peningkatan paling cepat terjadi pada waktu 0-8 jam pertama, lalu setelah itu kenaikannya cenderung sedikit. Waktu paling optimum untuk penyulingan akar wangi adalah 20 jam, karena setelah 20 jam sampai ke 24 jam, kenaikan rendemen yang dihasilkan sedikit, sehingga ketika diapikasikan di lapangan tidak ekonomis.

Page 5: Sejarah MINYAK WANGI

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.50.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

Perbandingan waktu penyulingan

t = 12 jam t = 20 jam t = 24 jam

tekanan

ren

de

me

n

Pengaruh Tekanan

Semakin tinggi tekanan, maka rendemen yang dihasilkan memiliki kecenderungan meningkat. Ini terlihat pada tekanan 1 dan 2 barg yang memiliki perbedaan rendemen yang mencolok untuk waktu operasi penyulingan yang sama. Pada tekanan 2 dan 3 barg, kenaikan cenderung sedikit untuk waktu yang sama. Perbedaan rendemen dari kenaikan tekanan disebabkan oleh banyaknya minyak akar wangi dengan komponen bertitik didih tinggi yang ikut menguap. Ini bisa dibuktikan dengan hasil analisis GC. Sebaiknya tekanan yang digunakan di masyarakat adalah 2 barg, karena pada tekanan 3 barg hasilnya tidak jauh berbeda dengan tekanan 2 barg baik dari rendemen ataupun kualitasnya. Sedangkan dengan kenaikan tekanan, maka membutuhkan energi yang cukup tinggi. Sehingga tekanan paling optimum adalah pada tekanan 2 barg.

Naiknya tekanan menjadi 4 barg ada kemungkinan sudah merusak minyak karena dengan tekanan 4 barg, maka temperatur jenuh uap sudah mencapai 150 0C, sehingga ada kemungkinan minyak yang teroksidasi. Ini perlu dibuktikan, tetapi karena keterbatasan alat sehingga percobaan dengan 4 barg tidak dilakukan. Alat yng digunakan tebalnya hanya 2mm, sehingga dikhawatirkan alat tersebut tidak kuat untuk tekanan 4 barg.

Page 6: Sejarah MINYAK WANGI

10 12 14 16 18 20 22 24 260.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

Perbandingan tekanan penyulingan

P = 1 bar P = 2 bar P = 3 bar

waktu (jam)

ren

de

me

n

Hasil berdasarkan volume minyak yang dihasilkan

  1 barg 2 barg 3 barg

12 (jam) 45 74 75

20 (jam) 55 98 99

24 (jam) 59 103 105

Hasil berdasarkan rendemen

  1 barg 2 barg 3 barg

12 (jam) 0.88% 1.45% 1.47%

20 (jam) 1.08% 1.92% 1.94%

24 (jam) 1.16% 2.02% 2.06%

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 7: Sejarah MINYAK WANGI

Kenaikan tekanan memberikan kecenderungan hasil rendemen yang meningkat pesat , kecuali pada tekanan 2 ke 3 barg, kenaikan rendemen hanya sedikit. Hasil optimasi menunjukkan sebaknya tekanan yang digunakan adalah 2 barg. Pada tekanan tersebut energi yang dimasukkan sedikit dan tekanannya cukup rendah, sehingga bisa direkomendasikan untuk menggunakan direct-use Geothermal.

Hasil optimasi untuk variabel waktu operasi penyulingan menunjukkan sebaiknya waktu operasi penylingan yang digunakan adalah 20 jam, karena waktu setelah 20 jam sampai ke 24 jam, memberikan hasil peningkatan yang sedikit, sehingga secara ekonomis di lapangan tidak ekonomis. Energi dan biaya untuk 4 jam tambahan tersebut tidak sebnding dengan peningkatan rendemen yang dihasilkan.

Melihat dari Grafik volume minyak yang dihasilkan dengan waktu operasi penyulingan, maka peningkatan volume minyak akar wangi yang dihasilkan meningkat pesat pada waktu 0-8 jam untuk tekanan yang sama. Menurut hipotesa awal, maka sebaiknya proses penyuligan adalah dengan kenaikan tekanan seiring dengan berjalannya waktu. Sebaiknya proses penyulingan pada 0-6 jam dilakukan pada tekanan 1 barg, kemudian pada jam ke-6 sampai jam ke-13 dilakukan pada tekanan 2 barg. Kemudian pada jam ke-14 sampai jam ke-20 dilakukan pada tekanan 3 barg. Tetapi hipotesa ini perlu dibuktikan terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Guenther, E. 1948. The Essential Oils VI. Van Nostrand Reinhold Company, New York-Toronto-London.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, PN. Balai Pustaka, Jakarta