SEJARAH MESIN UAP TERHADAP KESELAMATAN KERJA
-
Upload
thuguzzmahadiputra -
Category
Documents
-
view
377 -
download
11
Transcript of SEJARAH MESIN UAP TERHADAP KESELAMATAN KERJA
SEJARAH MESIN UAP TERHADAP KESELAMATAN KERJA
1. Sejarah Mesin Uap
Sebenarnya, Watt bukanlah orang pertama yang membuat mesin uap.
Rancangan serupa disusun pula oleh Hero dari Iskandariah pada awal tahun
Masehi. Di tahun 1686 Thomas Savery membikin paten sebuah mesin uap yang
digunakan untuk memompa air, dan di tahun 1712, seorang Inggris Thomas
Newcomen, membikin pula paten barang serupa dengan versi yang lebih
sempurna, namun mesin ciptaan Newcomen masih bermutu rendah dan kurang
efisien, hanya bisa digunakan untuk pompa air dari tambang batubara.
James Watt lahir pada tanggal 19 Januari, 1736 di Greenock, satu kota
pelabuhan laut di Firth Clyde, Skotlandia. Ayahnya adalah pemilik kapal dan
kontraktor, sedangkan ibunya, Agnes Muirhead, datang dari keluarga terhormat
dan berpendidikan. Watt menjadi tertarik dengan ihwal mesin uap di tahun 1764
tatkala dia sedang membetulkan mesin ciptaan Newcomen. Meskipun Watt cuma
peroleh pendidikan setahun sebagai tukang pembuat perkakas, tetapi dia punya
bakat pencipta yang besar. Penyempurnaan-penyempurnaan yang dilakukannya
terhadap mesin bikinan Newcomen begitu penting, sehingga layaklah
menganggap sesungguhnya Wattlah pencipta pertama mesin uap yang praktis.
Keberhasilan Watt pertama yang dipatenkannya di tahun 1769 adalah
penambahan ruang terpisah yang diperkokoh. Dia juga membikin isolasi pemisah
untuk mencegah menghilangnya panas pada silinder uap, dan di tahun 1782 dia
menemukan mesin ganda. Dengan beberapa perbaikan kecil, pembaruan ini
menghasilan peningkatan efisiensi mesin uap dengan empat kali lipat atau lebih.
Dalam praktek, peningkatan efisiensi ini memang merupakan hasil dari suatu
kecerdasan namun tidaklah begitu merupakan peralatan yang bermanfaat dan
bukan pula punya kegunaan luar biasa ditilik dari sudut industri.
Watt juga menemukan (di tahun 1781) seperangkat gerigi untuk mengubah
gerak balik mesin sehingga menjadi gerak berputar. Alat ini meningkatkan secara
besar-besaran penggunaan mesin uap. Watt juga berhasil menciptakan pengontrol
gaya gerak melingkar otomatis (tahun 1788), yang menyebabkan kecepatan mesin
dapat secara otomatis diawasi. Juga menciptakan alat pengukur bertekanan (tahun
1790), alat penghitung kecepatan, alat petunjuk dan alat pengontrol uap sebagai
tambahan perbaikan lain-lain peralatan.
Watt sendiri tidak punya bakat bisnis. Tetapi, di tahun 1775 dia melakukan
persekutuan dengan Matthew Boulton, seorang insinyur, dan seorang pengusaha
yang cekatan. Selama dua puluh lima tahun sesudah itu, perusahaan Watt dan
Boulton memproduksi sejumlah besar mesin uap dan keduanya menjadi kaya
raya.
Gambar 1. James watt
1.1 Mesin uap bekerja ganda penemuan Watt tahun 1769
Memang sulit melebih-lebihkan arti penting mesin uap. Sebab, memang
banyak penemuan-penemuan lain yang memegang peranan penting mendorong
berkembangnya Revolusi Industri. Misalnya, perkembangan dunia tambang,
metalurgi, dan macam-macam peralatan mesin. Sekoci yang meluncur bolak-balik
dalam mesin tenun (penemuan John Kay tahun 1733), atau alat pintal (penemuan
James Hargreaves tahun 1764) semuanya terjadi mendahului kreasi Watt.
Sebagian terbesar dari penemuan-penemuan itu hanyalah merupakan
penyempurnaan yang kurang berarti dan tak satu pun punya arti vital dalam kaitan
dengan bermulanya Revolusi Industri. Lain halnya dengan penemuan mesin uap
yang memainkan peranan penting dalam Revolusi Industri, yang tampaknya
keadaan akan mengalami bentuk lain. Sebelumnya, meskipun tenaga uap
digunakan untuk kincir angin dan putaran air, sumber pokok tenaga mesin terletak
pada tenaga manusia. Faktor ini amat membatasi kapasitas produksi industri.
Berkat penemuan mesin uap, keterbatasan ini tersingkirkan. Sejumlah besar energi
kini dapat disalurkan untuk hal-hal yang produktif yang menanjak dengan teramat
derasnya. Embargo minyak tahun 1973 membuat kita sadar betapa sengsaranya
jika bahan energi berkurang dan mampu melumpuhkan industri. Pengalaman ini,
pada tingkat tertentu, mendorong kita membayangkan arti penting Revolusi
Industri berkat penemuan James Watt.
Di samping manfaat tenaga untuk pabrik, mesin uap juga punya guna
besar di bidang-bidang lain. Di tahun 1783, Marquis de Jouffroy di Abbans
berhasil menggunakan mesin uap untuk penggerak kapal. Di tahun 1804, Richard
Trevithick menciptakan lokomotif uap pertama. Tak satu pun dari model-model
pemula itu berhasil secara komersial. Dalam tempo beberapa puluh tahun, barulah
baik kapal maupun kereta api menghasilkan revolusi baik di bidang pengangkutan
darat maupun laut.
Revolusi Industri berlangsung hampir berbarengan dengan Revolusi
Amerika maupun Perancis. Meskipun waktu itu tampaknya sepele, kini tampak
jelas betapa Revolusi Industri itu seakan digariskan mempunyai makna jauh lebih
penting untuk peri kehidupan manusia ketimbang arti penting revolusi politik.
James Watt, oleh sebab itu tergolong salah seorang yang punya pengaruh penting
dalam sejarah.
1.2 Cara Kerja Mesin Uap
Mesin uap (steam engines) masuk dalam kategori pesawat kalor, yaitu
peralatan yang digunakan untuk merubah tenaga termis dari bahan bakar menjadi
tenaga mekanis melalui proses pembakaran. Ada dua jenis pesawat kalor yaitu
Internal Combustion Engines/ICE (motor pembakaran dalam) dan External
Combustion Engines/ECE (motor pembakaran luar). Pada pesawat kalor jenis
ICE, proses pembakaran bahan bakar untuk mengasilkan tenaga mekanis
dilakukan didalam peralatan itu sendiri; sedangkan pada ECE, peralatan ini hanya
merubah tenaga termis menjadi tenaga mekanis adapun proses pembakaran
dilakukan diluar peralatan tersebut.
Contoh dari pesawat kalor jenis ICE adalah motor bensin dan motor disel
yang sangat populer sebagai prime mover baik untuk otomotif maupun untuk
industri. Pada motor bensin dan motor disel proses pembakaran bahan bakar
(bensin/solar) dilakukan didalam silinder motor itu sendiri dan perubahan tenaga
termis hasil pembakaran menjadi tenaga mekanis juga dilakukan didalam pesawat
itu sendiri melalui gerakan kian kemari dari piston menjadi gerakan putaran dari
crank shaft.
Contoh dari pesawat kalor jenis ECE adalah mesin uap dan turbin uap.
Pada peralatan ini, mesin uap hanya merubah tenaga potensial dari uap menjadi
tenaga mekanis berupa gerakan kian kemari dari piston dan selanjutnya diubah
menjadi gerakan putaran dari crank shaft; sedangkan turbine uap merubah tenaga
potensial dari uap menjadi tenaga mekanis yang langsung merupakan gerakan
putaran dari as turbin. Adapun proses pembakaran bahan bakar dilakukan diluar
mesin uap dan turbin uap, yaitu didalam ketel uap (boiler). Didalam ketel uap
(boiler) tenaga termis hasil pembakaran bahan bakar digunakan untuk
memanaskan air sehingga berubah menjadi uap dengan temperatur dan tekanan
tinggi, untuk selanjutnya uap dengan temperatur dan tekanan tinggi tersebut
dialirkan ke-mesin uap atau turbin uap untuk diubah menjadi tenaga mekanis.
Adapun cara kerja mesin uap adalah sebagai berikut :
Lihat gambar dibawah ini,
Gambar 2. Cara kerja mesin uap
Didalam cylinder mesin uap terdapat piston yang mempunyai piston rod
yang dihubungkan dengan cross head yang berada diluar cylinder. Cross head
dihubungkan oleh connecting rod dengan crank shaft (tidak tampak pada gambar),
sehingga apabila piston bergerak kian kemari maka crank shaft dapat berputar.
Slide valve yang mempunyai valve rod digerakkan oleh crank shaft melalui
eksentrik, sehingga slide valve dapat bergerak kian kemari sambil membuka dan
menutup dua buah lubang uap yang berhubungan dengan cylinder. Valve box
dimana slide valve berada mempunyai dua saluran, saluran pemasukan yang
dihubungkan dengan boiler untuk menyalurkan uap dengan tekanan tinggi (warna
merah), dan saluran pembuangan yang dihubungkan dengan cerobong untuk
membuang uap bekas (warna biru).
Pada waktu piston mencapai posisi paling kiri, maka slide valve akan
membuka lubang uap cylinder bagian kiri sehingga uap dari boiler dapat masuk
kedalam cylinder pada bagian kiri dari piston dan mendorong piston kekanan,
sementara itu lubang uap sebelah kanan dihubungkan dengan saluran pembuangan
sehingga uap bekas dapat terbuang keluar melalui cerobong. Sebelum akhir
langkah piston, lubang uap tersebut sudah ditutup oleh slide valve sehingga
pasokan uap terhenti namun piston tetap bergerak kekanan karena ekpansi dari
uap.
Pada waktu piston mencapai posisi paling kanan, maka slide valve akan
membuka lubang uap cylinder bagian kanan sehingga uap dari boiler dapat masuk
kedalam cylinder pada bagian kanan piston dan mendorong piston kekiri,
sementara itu lubang uap sebelah kiri dihubungkan dengan saluran pembuangan
sehingga uap bekas dapat terbuang melalui cerobong. Sebelum akhir langkah
piston, lubang uap tersebut sudah ditutup oleh slide valve sehingga pasokan uap
terhenti namun piston tetap bergerak kekanan karena ekpansi dari uap.
Karena cross head dengan crank shaft dihubungkan oleh connecting rod, maka
gerakan kian kemari dari piston tersebut akan diubah menjadi gerakan putaran
dari crank shaft. Demikian selama ada pasokan uap dari boiler maka mesin uap
akan merubah menjadi tenaga mekanis dengan gerakan putaran dari crank shaft.
Gambar 3. Cara kerja mesin uap saat mulai bekerja
2. Kaitan Keselamatan kerja pada Mesin uap.
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan
faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen,
Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya
masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau
berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek
terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan
gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul
akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan
peralatan kerja di lingkungan perusahaan. Melalui usaha kesehatan pencegahan di
lingkungan kerja masing-masing dapat dicegah adanya penyakit akibat dampak
pencemaran lingkungan maupun akibat aktivitas dan produk perusahaan terhadap
masyarakat konsumen baik di lingkungan perusahaan maupun masyarakat luas.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi
dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang
dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-
pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU
No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Dalam pasal 86 UU No.13 tahun
2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan
kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl
No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan
perkembangan yang ada. Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun
1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala
lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air
maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia.
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja
dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,
barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan. Walaupun sudah banyak peraturan yang
diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3
serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk
memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan
sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan
pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.
2.1 Peraturan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Indonesia
Usaha penanggunan masalah kesehatan kerja di Indonesia dimulai pada
tahun 1947. Sejalan dengan dipakainya mesin-mesin uap untuk keperluan industri
pemerintah Hindia Belanda penanganan keselamatan kerja pada waktu itu pada
dasarnya adalah bahan untuk pengawasan terhadap pemakaian pesawat-pesawat
uap. Pelaksanaan terhadap pengawasannya diserahkan pada instansi Diuse Van
Het Stoom Wezen. Dengan berdirinya dinas Stoom Wesen, maka untuk pertama
kalinya di Indonesia mengadakan usaha perlindungan tenaga kerja dari bahaya
kecelakaan.
Pada akhir abad 19 pemakaian pesawat-pesawat uap meningkat dengan
pasal dan di susul dengan pemakaian mesin-mesin diesel dan listrik di pabrik-
pabrik . Hal tersebut menyebabkan timbulnya sumber-sumber bahaya baru bagi
para pekerja dan kecelakaan kerja sering terjadi. Pada tahun 1905, akhirnya
pemerintah mengeluarkan staatbad no 521 yaitu tentang peraturan keselamatan
kerja yang disebut dengan nama Veiligheus Reglement ( VR ) dan kemudian
diperbarui pada tahun 1910 dengan staatbad no 406 yang pengawasanya
dilakukan oleh dinas Stoom Wezen.
2.2 Peraturan yang mengatur keselamatan kerja pada mesin uap.
Boiller pada prinsipnya berfungsi untuk mengubah air menjadi uap
melalui pemanasan, sedangkan uap yang dihasilkan oleh ketel uap selain
digunakan untuk tenaga penggerak digunakan pula untuk pemanasan. Pemakaian
ketel uap selain menguntungkan di satu sisi disisi lain mempunyai resiko bahaya
yang cukup tinggi baik berupa bahaya peledakan, kebakaran, keracunan,
pernafasan.
Berkaitan dengan hal diatas diperlukan upaya-upaya pencegahan dalam
pengoperasian pesawat uap baik upaya administratif maupun pemeriksaaan secara
berkala oleh petugas yang berwenang dan berkompeten.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 huruf b & c
bahwa ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja mencegah, mengurangi,
memadamkan, kebakaran; guna mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
Berkaitan dengan syarat-syarat keselamatan kerja tersebut diatas berdasarkan
Undang Undang Uap tahun 1930 pasal 13 bahwa pesawat uap dengan alat-alat
perlengkapannya yang dipakai dilakukan pengawasan terus menerus oleh
pemerintah dalam hal ini oleh pegawai dari jawatan pengawasan perburuhan dan
pengawasan keselamatan kerja yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Berdasarkan Peraturan Uap th 1930 pasal 40 dinyatakan bahwa
pemeriksaan dalam dari ketel-ketel uap kapal, diadakan sekurang-kurangnya
sekali dalam setahun dan ketel uap darat sekurang-kurangnya sekali dalam dua
tahun. Sesuai dengan peraturan Uap th 1930 bahwa setiap pemakai pesawat uap
harus mengusahakan agar pesawat pesawat uapnya dan segala sesuatu yang
dianggap termasuk di dalamnya berada dalam keadaan yang baik (pasal 39 ayat 1)
sedangkan berdasar pasal 39 ayat 3 dikatakan bahwa pemakai harus menyuruh
melayani dan mempekerjakan pesawat-pesawat uap itu oleh orang yang
berpengetahuan dan mempunyai pengertian yang cukup tentang pengerjaannya.
Untuk melaksanakan hal tersebut diatas berarti ketel uap harus
dioperasikan oleh operator-operator yang berkemampuan yang telah menempuh
pendidikan dan pelatihan operator uap, sebagaimana dipersyaratkan dalam
Permenaker No. Per 01/Men/1988.
3. Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
a. Mesin uap (steam engines) masuk dalam kategori pesawat kalor, yaitu peralatan
yang digunakan untuk merubah tenaga termis dari bahan bakar menjadi tenaga
mekanis melalui proses pembakaran.
b. Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan
faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen,
Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya
masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau
berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama.
c. Usaha penanggunan masalah kesehatan kerja di Indonesia dimulai pada tahun
1947. Sejalan dengan dipakainya mesin-mesin uap untuk keperluan industri
pemerintah Hindia Belanda penanganan keselamatan kerja pada waktu itu pada
dasarnya adalah bahan untuk pengawasan terhadap pemakaian pesawat-
pesawat uap.
3.2 Saran
a. oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas,
kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran
kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di
lingkungan perusahaan. Melalui usaha kesehatan pencegahan di lingkungan
kerja masing-masing dapat dicegah adanya penyakit akibat dampak
pencemaran lingkungan maupun akibat aktivitas dan produk perusahaan
terhadap masyarakat konsumen baik di lingkungan perusahaan maupun
masyarakat luas.
TUGAS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SEJARAH MESIN UAP TERHADAP KESELAMATAN KERJA
PUTU AGUS MAHADI PUTRANIM. 0804405002
JURUSAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN-BALI2011