Sejarah Kemaritiman Indonesia

32
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI MAKALAH WAWASAN SOSIAL BUDAYA BAHARI SEJARAH KEMARITIMAN INDONESIA” O L E H WA ODE PUSPA KHAIRUNNISA (D61114013) ACHMAD GUNAWAN ANUGRAH SYAFI’I

description

Makalah mata kuliah Wawasan Sosial Budaya Bahari berjudul Sejarah Kemaritiman Indonesia

Transcript of Sejarah Kemaritiman Indonesia

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

MAKALAH WAWASAN SOSIAL BUDAYA BAHARI

SEJARAH KEMARITIMAN INDONESIA

O L E H

WA ODE PUSPA KHAIRUNNISA (D61114013)

ACHMAD GUNAWAN

ANUGRAH SYAFII

GOWA

2 0 1 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara Maritim terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar 17.500 pulau dan memiliki garis panjang pantai terpanjang kedua di dunia setelahKanada (18.000km2) sehingga luas wilayah Indonesia 2/3 merupakan wilayah lautan. Dengan potensi wilayah tersebut Indonesia memiliki potensi ekonomi di sektor kelautan danperikanan baik berupa perikanan tangkap maupun perikanan budidaya yang merupakan suatupotensi yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur

Sejarah mencatat bahwa kehidupan bahari bangsa Indonesia sudah lahir jauh sebelumnya, hal ini dibuktikan dengan adanya temuan-temuan situs prasejarah maupun sejarah. Penemuan situs prasejarah di gua-gua Pulau Muna, Seram dan Arguni yang dipenuhi oleh lukisan perahu-perahu layar, menggambarkan bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia merupakan bangsa pelaut, selain itu ditemukannya kesamaan benda-benda sejarah antara Suku Aborigin di Australia dengan di Jawa menandakan bahwa nenek moyang kita sudah melakukan hubungan dengan bangsa lain yang tentunya menggunakan kapal-kapal yang laik layar.

Keperkasaan dan kejayaan nenek moyang kita di laut haruslah menjadi penyemangat generasi sekarang dan yang akan datang. Bentuk implementasinya masa kini, bukan hanya sekedar berlayar, tetapi bagaimana bangsa Indonesia wilayahnya adalah dua per tiga adalah lautan dapat dimanfaatkan demi kesejahteraan pembangunan bangsa.

1.2 Maksud dan Tujuan

Makalah yang berjudul Sejarah Kemaritiman Indonesia dibuat dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Sosial Budaya Bahari. Dan adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah fakta sejarah sehingga Indonesia disebut sebagai Negara Maritim dan mengetahui kerajaan-kerajaan Maritim yang pernah berjaya di Indonesia sehingga dapat menumbuhkan kesadaran betapa pentingnya wilayah maritim untuk masyarakat Indonesia.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, tulisan ini secara khusus akan membahas permasalahan :

1) Mengapa Indonesia disebut sebagai negara maritim?

2) Bagaimana kejayaan kerajaan maritim Indonesia di masa lalu?

3) Bagaimana cara menumbuhkan kembali kesadaran bahari?

4) Bagaimana kemaritiman Indonesia saat ini sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat?

BAB II

PEMBAHASAN

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Dunia. Negeri ini memiliki bentang laut wilayah 70% dibanding dengan luas daratan yang hanya 30%. Sejatinya, bangsa Indonesia adalah masyarakat bahari. Sebelum penjajahan Belanda, Indonesia terkotak-kotak ke dalam kerajaan-kerajaan kecil. Di antara sekian banyak kerajaan kecil itu, terdapat kerajaan besar berbasis maritim di Tanah Air yang mampu untuk menyatukannya yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Kerajaan ini menurut berbagai pakar sejarah cukup disegani di kawasan Asia Tenggara.

Pemahaman Negara Maritim diawali dengan Deklarasi Djoeanda pada tanggal 13 Desember 1957, yang kemudian ditindak lanjuti dengan adanya konsep wawasan nusantara, UU No 4/60 tentang Perairan dan UNCLOS 1982. Isi Deklarasi "Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk dalam daratan Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas dan lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian daripada perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan Negara Republik Indonesia. Penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garis- garis yang menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau Negara Republik Indonesia akan ditentukan dengan Undang-Undang."

Pada tanggal 18 Desember 1996 di Makassar dicanangkan Deklarasi Negara Maritim Indonesia, dengan tindak lanjut Konsep Pembangunan Negara Maritim Indonesia, Dewan Kelautan Nasional. Substansinya adalah menyebut Negara Kesatuan RI beserta perairan nusantara, laut wilayah, zona tambahan, ZEE, dan landas kontinennya sebagai Negara Maritim Indonesia. Gagasan Negara Maritim Indonesia sebagai aktualisasi wawasan nusantara untuk memberi gerak pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak bangsa Indonesia secara bulat dalam aktualisasi wawasan nusantara. Pengembangan konsepsi negara maritim Indoensia sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan bangsa kita menjadi bangsa yang modern dan mandiri dalam teknologi kelautan dan kedirgantaraan bagi kesejahteraan bangsa dan negara. Bumi maritim Indonesia adalah bagian dari sistem planet bumi yang merupakan satu kesatuan alami antara darat dan laut di atasnya tertata secara unik, menampilkan ciri-ciri negara dengan karakteristik sendiri yang menjadi wilayah yurisdiksi Negara Republik Indonesia.

2.1 Indonesia Sebagai Negara Maritim

Indonesia merupakan negara kepulauan, antara pulau yang satu dengan pulau yang lainnya dipisahkan oleh laut, tapi dalam hal ini laut bukan menjadi penghalang bagi tiap suku bangsa di Indonesia untuk saling berhubungan dengan suku-suku di pulau lainnya.Sejak zaman bahari, pelayaran dan perdagangan antar pulau telah berkembang dengan menggunakan berbagai macam tipe perahu tradisional, nenek moyang kita menjadi pelaut-pelaut handal yang menjelajahi untuk mengadakan kontak dan interaksi dengan pihak luar.

Jauh sebelum masa kemerdekaan, Indonesia ternyata sudah dikenal dunia sebagai sebagai Bangsa yang memiliki Peradaban maritim maju.Bahkan, bangsa ini pernah mengalami masa keemasan pada awal abad ke-9 Masehi.Sejarah mencatat bangsa Indonesia telah berlayar jauh dengan kapal bercadik. Dengan alat navigasi seadanya, mereka telah mampu berlayar ke utara, lalu ke barat memotong lautan Hindia hingga Madagaskar dan berlanjut ke timur hingga Pulau Paskah.Dengan kian ramainya arus pengangkutan komoditas perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di Nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar.

Memasuki masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit, hingga Demak, Nusantara adalah negara besar yang disegani di kawasan Asia, maupun di seluruh dunia.Sebagai kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-1030 M) telah mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan serta menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan kekuatan lautnya.

Kilasan sejarah itu tentunya memberi gambaran, betapa kerajaan-kerajaan di Nusantara dulu mampu menyatukan wilayah nusantara dan disegani bangsa lain karena, paradigma masyarakatnya yang mampu menciptakan visi Maritim sebagai bagian utama dari kemajuan budaya, ekonomi, politik dan sosial.Tentu saja, Sejarah telah mencatat dengan tinta emas bahwasannya Sriwijaya dan Majapahit pernah menjadikiblat di bidang maritim, kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia.

Fakta sejarah lain yang menandakan bahwa Bangsa Indonesia terlahir sebagai bangsa Maritim dan tidak bisa dipungkiri, yakni dibuktikan dengan adanya temuan-temuan situs prasejarah dibeberapa belahan pulau. Penemuansitus prasejarah di gua-gua Pulau Muna, Seram dan Arguni yang dipenuhi oleh lukisan perahu-perahu layar, menggambarkan bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia merupakan bangsa pelaut, selain itu ditemukannya kesamaan benda-benda sejarah antara Suku Aborigin di Australia dengan di Jawa menandakan bahwa nenek moyang kita sudah melakukan hubungan dengan bangsa lain yang tentunya menggunakan kapal-kapal yang laik layar.

Namun, ironisnya dalam perjalanan kedepan bangsa Indonesia, Visi mritim Indonesia seperti jauh ditenggelamkan. Pasalnya, sejak masa kolonial Belanda abad ke -18, masyarakat Indonesia mulai dibatasi untuk berhubungan dengan laut, misalnya larangan berdagang selain dengan pihak Belanda, padahal sebelumnya telah muncul beberapa kerajaan maritim nusantara, seperti Bugis-Makassar, Sriwijaya, Tarumanegara, dan peletak dasar kemaritiman Ammana Gappa di Sulawesi Selatan. Belum lagi, pengikisan semangat maritim Bangsa ini dengan menggenjot masyarakat untuk melakukan aktivitas agraris demi kepentingan kaum kolonialis semata.

Akibatnya, budaya maritim bangsa Indonesia memasuki masa suram. Kondisi ini kemudian berlanjut dengan minimnya keberpihakan rezim Orde Baru untuk membangun kembali Indonesia sebagai bangsa maritim.Akibatnya, dalam era kebangkitan Asia Pasifik, pelayaran nasional kita kalah bersaing dengan pelayaran asing akibat kurangnya investasi.Patut disadari, bahwa kejayaan para pendahulu negeri ini dikarenakan kemampuan mereka membaca potensi yang mereka miliki. Ketajaman visi dan kesadaran terhadap posisi strategis nusantara telah membawa negara ini disegani oleh negara-negara lain.

Maka, sudah saatnya, bagi kita yang sudah tertinggal jauh dengan negara lainnya, untuk kembali menyadari dan membaca ulang narasi besar maritim Indonesia yang pernah diikrarkan dalam Unclos 1982.Didalamnya banyak termaktub peluang besar Indonesia sebagai negara kepulauan. Namun, lagi-lagi lemahnya perhatian dan keberpihakan pemerintah terhadap kemaritiman yang didalamnya mencakup, keluatan, Pesisir, dan perikanan, maka beberapa kerugian yang didapatkan. Seperti lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan pada tahun 2002 dengan alasan ineffective occupation atau wilayah yang diterlantarkan.Minimnya keberpihakan kepada sektor maritim (maritime policy) salah satunya menyebabkan masih semrawutnya penataan selat Malaka yang sejatinya menjadi sumber devisa; hal lainnya adalah pelabuhan dalam negeri belum menjadi international hub port, ZEE yang masih terlantar, penamaan dan pengembangan pulau-pulau kecil, terutama di wilayah perbatasan negara tidak kunjung tuntas, serta makin maraknya praktik illegal fishing, illegal drug traficking, illegal people, dan semakin meningkatnya penyelundupan di perairan Indonesia.Padahal, sejatinya posisi strategis Indonesia banyak memberikan manfaat, setidaknya dalam tiga aspek, yaitu; alur laut kepulauan bagi pelayaran internasional (innocent passage, transit passage, dan archipelagic sea lane passage) berdasarkan ketentuan IMO; luas laut territorial yang dilaksanakan sejak Deklarasi Djuanda 1957 sampai dengan Unclos 1982 yang mempunyai sumberdaya kelautan demikian melimpah; dan sumber devisa yang luar biasa jika dikelola dengan baik.

Terkait dengan visi pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia secara menyeluruh dan merata, tentunya, seiring dengan tujuan tersebut, maka dibutuhkan kemampuan pertahanan dan keamanan yang harus senantiasa ditingkatkan agar dapat melindungi dan mengamankan hasil pembangunan yang telah dicapai. Karena, pemanfaatan potensi sumber daya nasional secara berlebihan dan tak terkendali dapat merusak atau mempercepat berkurangnya sumber daya nasional.Pesatnya perkembangan teknologi dan tuntutan penyediaan kebutuhan sumber daya yang semakin besar mengakibatkan sektor laut dan pesisir menjadi sangat penting bagi pembangunan nasional.Oleh karena itu, perubahan orientasi pembangunan nasional Indonesia ke arah pendekatan maritim merupakan suatu hal yang sangat penting dan mendesak. Wilayah laut harus dapat dikelola secara profesional dan proporsional serta senantiasa diarahkan pada kepentingan asasi bangsa Indonesia.

2.2 Kejayaan Kerajaan Maritim Yang Pernah Ada Di Indonesia

Dari berbagai belahan penjuru Nusantara tersebar banyak bandar atau pelabuhan besar. Juga banyak peninggalan budaya yang melukiskan kegagahan nenek moyang orang Indonesia sebagai pelaut.Sejarah pun telah menyebutkan bahwa bersatunya Nusantara adalah karena kebesaran armada maritim.Sejak abad ke-9 Masehi, bangsa Indonesia telah berlayar jauh dengan kapal bercadik.Mereka ke Utara mengarungi lautan, ke Barat memotong lautan Hindia hingga Madagaskar, ke Timur hingga Pulau Paskah.Dengan kian ramainya arus pengangkutan komoditas perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di Nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar.

Pada masa lalu di era kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga Demak, Indonesia adalah negara besar yang disegani di kawasan Asia, bahkan mungkin di seluruh dunia. Berbagai negara mulai dari Tumasik, Pasai, hingga Campa tunduk oleh kegagahan armada kapal Sriwijaya dan cetbang (meriam api) Majapahit. Sebagai kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara, Sriwijaya (683-1030 M) telah mendasarkan politik kerajaannya pada penguasaan alur pelayaran dan jalur perdagangan serta menguasai wilayah-wilayah strategis yang digunakan sebagai pangkalan kekuatan lautnya.Angkatan Kerajaan Sriwijaya umumnya telah ditempatkan di berbagai pangkalan strategis dan mendapat tugas mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang yang berlabuh, memungut biaya cukai, serta mencegah terjadinya pelanggaran laut di wilayah kedaulatan dan kekuasaannya.

Puncak kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa Kerajaan Majapahit (1293-1478).Majapahit lalu berkembang menjadi kerajaan maritim setelahGajah Mada menjadi mahapatih. Dengan Sumpah Palapa, Gajah Mada bercita-citamenyatukan nusantara dan diangkatlah Laksamana Nala sebagai Jaladimantri yang bertugas memimpin kekuatan laut Kerajaan Majapahit. Dengan armada laut yangkuat, kekuasaan Majapahit amat luas hingga keluar nusantara. Di bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit berhasil menguasai dan mempersatukan nusantara.Pengaruhnya bahkan sampai ke negara-negara asing seperti Siam, Ayuthia, Lagor, Campa (Kamboja), Anam, India, Filipina, China.

Kejatuhan Majapahit diikuti munculnya Kerajaan Demak. Kebesaran Kerajaan Demak jarang diberitakan, tetapi bukti kekuatan maritim Kerajaan Demak mampu mengirim armada laut yang dipimpin Pati Unus yang bergelar Pangeran Sabrang Lor membawa 100 buah kapal dengan 10.000 prajurit menyerang Portugis di Malaka. Sejarah itu menggambarkan kehebatan armada niaga, keandalan manajemen transportasi laut, dan armada militer yang mumpuni dari beberapa kerajaan di nusantara yang mampu menyatukan wilayah luas dan disegani bangsa lain. Dengan armada niaga yang besar, kerajaan bersosialisasi dan membawa hasil alam sebagai komoditas perdagangan ke negeri lain. Dan untuk menjaga keamanan, kerajaan memiliki armada laut yang kuat.

Sayang, beberapa kerajaan besar itu jatuh bukan karena serangan lawan, tetapi karena perang saudara. Kondisi itu dimanfaatkan kekuatan asing untukmenguasai wilayah ini. Dengan mempelajari kondisi kerajaan dan kultur penguasadi nusantara, kekuatan asing mampu menduduki negeri ini dengan menjauhkanpenghidupan masyarakat dari laut. Masyarakat digiring untuk kembali menjadipetani.Lama-kelaman armada laut kerajaan menjadi kecil.Kesempatan inidimanfaatkan kekuatan asing, seperti Portugis, Inggris, dan VOC, untuk gantimenguasai laut nusantara. Dengan terdesaknya raja-raja ke pedalaman dandikuasainya berbagai pelabuhan oleh asing, sejak saat itu paradigma maritimkita diubah penjajah, menjadi bangsa agraris

Kilasan sejarah itu memberi gambaran, beberapa kerajaan di Nusantara mampu menyatukan wilayah luas dan disegani bangsa lain karena kehebatan armada niaga, keandalan manajemen transportasi laut, dan armada militer yang mumpuni. Sejarah telah mencata dengan tinta emas bahwasannya Sriwijaya dan Majapahit pernah menjadi center of excellence di bidang maritim, kebudayaan, dan agama di seluruh wilayah Asia Tenggara Kejayaan para pendahulu negeri ini dikarenakan kemampuan mereka membaca potensi yang mereka miliki.

Ketajaman visi dan kesadaran terhadap posisi strategis nusantara telah membawa negara ini disegani oleh negara-negara lain. Namun sayang, kini kejayaan masa lalu bangsa Indonesia ini tidak lagi banyak dikenang.Kejayaan tersebut seakan tertutup oleh potret kemiskinan yang melanda rakyat Indonesia. Kecintaan kita kepada laut juga sepertinya semakin dangkal.Rasa keberpihakan negara terhadap dunia maritim pun masih lemah.

2.3 Menumbuhkan Kembali Kesadaran Bahari

Sesungguhnya, secara pemikiran dan konsepsi, Bangsa Indonesia sudah lama ingin kembali kelaut.Pada tahun 1957,Bangsa Indonesiamendeklarasikan Wawasan Nusantara, yang memandang bahwa wilayah laut di antara pulau-pulau Indonesia sebagai satu-kesatuan wilayah nusantara, sehingga wilayah laut tersebut merupakan satu keutuhan dengan wilayah darat, udara, dasar laut dan tanah yang ada di bawahnya serta seluruh kekayaan yang terkandung di dalamnya sebagai kekayaan nasional yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Bung Karno saat pembukaan Lemhanas tahun 1965 mengatakan bahwa"Geopolitical Destiny" dari Indonesia adalah maritim.

Melalui suatu perjuangan panjang dan bersejarah di forum internasional, pada tahun 1982, gagasan Negara Nusantara yang dipelopori Indonesia berhasilmendapat pengakuan Internasional dalam kovensi PBB tentang hukum laut. Pada 18 Desember 1996 di Makassar, Sulawesi Selatan, BJ Habibie sebagai Menristek membacakan pidato Presiden RI yang dikenal dengan pembangunan Benua MaritimIndonesia. Selanjutnya padatahun 1998 Presiden BJHabibie mendeklarasikan visi pembangunan kelautan Indonesia dalam Deklarasi Bunaken.Intidarideklarasitersebutadalahlautmerupakanpeluang, tantangan dan harapan untuk masa depan persatuan, kesatuan dan pembangunan bangsa Indonesia.

Sejak tahun 1999 Presiden AbdurrahmanWahid menyatakankomitmennya terhadap pembangunankelautan.Komitmen pembangunan pemerintah di bidang kelautan, diwujudkan dengan dibentuknya Departemen Eksplorasi Laut pada tanggal 26 Oktober 1999 dan menempatkan Sarwono Kusumaatmadja sebagai menteri pertama.Pada bulan Desembernama departemen ini berubah menjadi Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan, dan sejak awal tahun 2001 berubah lagi menjadi Departemen Kelautan danPerikanan (DKP) hingga sekarang.Demi menggemakan semangat pembangunan nasional yang berdasarkankelautan, Presiden KH Abdurrahman Wahid mencanangkan 13 Desembersebagai Hari Nusantara dan memperingatinya untuk pertama kali di Istana Negara, Jakarta tahun 1999. Visi pembangunan kelautan Gus Dur kemudianditeruskan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, dengan menetapkan tanggal13 Desember sebagai Hari Nusantara berdasarkan Keppres No. 126 Tahun 2001tentang Hari Nusantara, dan menjadikan tanggal tersebut sebagai hari resmiperayaan nasional. Kebijakan yang sangat penting di bidang maritim yangdibuat oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001 yaitu dalamSeruan Sunda Kelapa menyatakan penerapan asas cabotage sebagai suatu keharusan. Penerapan asas cabotage adalah kebijakan fundamental bagipembangunan industri maritim nasional. Dengan pencetusan kebijakanpenerapan asas cabotage dengan Seruan Sunda Kelapa tersebut, Pemerintah kemudian segera memulai penyusunan aturan pelaksanaannya. Aturan pelaksanaannya berupa Inpres tentang Pengembangan Industri Pelayaran Nasional yang akhirnya ditandatangani oleh Presiden berikutnya yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berupa Inpres No. 5 tahun 2005. Namun penerapan Inpres ini berjalan sangat lamban, terutama karena dukungan Kementerian Keuangan dalam hal kebijakan keuangan dan perpajakan untuk pengadaan, pengoperasian dan pemeliharaan kapal. Dalam tataran strategik operasional, budaya bahari bangsa Indonesia masih memprihatinkan, apalagi bila kita sependapat bahwa budaya adalah semua hasil olah pikir, sikap dan perilaku masyarakat yang diyakini dan dikembangkan bersama untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi, mengembangkan kehidupan yang lebih layak, dan beradaptasi terhadap situasi lingkunganhidup.

BudayabaharibangsaIndonesiabelumtumbuhkembali, bukan saja di tengah masyarakat, tetapi juga pada tataran pembuat kebijaksanaan sehingga Indonesia belum mampu memanfaatkan kelautan sebagai sumber kesejahteraannnya. Kitaperlumengembangkankesadaran bahari Bangsa Indonesia, terutama dengan menerapkan kebijakan pembangunan maritim nasional berdasarkan konsepsi yang jelas sesuai aspek-aspek alamiah (Tri Gatra) Indonesia.

Mengalir dari uraian di atas, tampak jelas bahwa Indonesia membutuhkansegera adanya kebijakan pembangunan maritim nasional yang dimulai denganperumusan persepsi bangsa Indonesia dalam melihat pengaruh laut terhadapkehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan sistem pertahanan dankeamanan nasional.

2.4 Menyikapi Potensi Kemaritiman Indonesia

Berkaca dari masa lalu, melihat bagaimana kejayaan masa lampau diperoleh karena mengoptimalkan potensi laut sebagai sarana dalam suksesnya perekonomian dan ketahanan politik suatu negara, maka menjadi suatu hal yang wajar bila sekarang ini Indonesia harus lebih mengembangkan laut demi tercapianya tujuan nasional. Indonesia menyandang predikat Negara Maritim atau negara kepulauan, predikat ini mustahil ditinggalkan, lain halnya dengan predikat Negara Agraris yang suatu saat bisa berganti dengan industri. Konsekuensi sifat maritim itu sendiri lebih mengarah pada terwujudnya aktifitas pelayaran di wilayah Indonesia. Dalam kalimat ini bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan dalam membangun perekonomian akan senantiasa dilandasi oleh aktivitas pelayaran.

Pentingnya pelayaran bagi Indonesia tentunya disebabkan oleh keadaan geografisnya, posisi Indonesia yang strategis berada dalam jalur persilangan dunia, membuat Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengembangkan laut. Laut akan memberikan manfaat yang sangat vital bagi pertumbuham dan perkembangan perekonomian Indonesia atau perdaganagan pada khususnya.

Dunia maritim Indonesia telah mengalami kemunduran yang cukup signifikan, kalau pada zaman dahulu mencapai kejayan baik dalam bidang politik maupun ekonomi, sekarang ini tidak tampak sedikit pun kemajuan yang dapat dilihat.Ironis memang, Indonesia yang mempunyai potensi laut sangat besar di dunia kurang begitu memperhatikan sektor ini. Padahal, laut menjadi salah satu faktor dalam mempertahankan eksestensi wilayah suatu negara Bahkan barang siapa yang menguasai laut, ia akan menguasai dunia, demikian dalil yang dikemukakan oleh Mahan, wajar saja kalau Mahan mengeluarkan pernyataan tersebut, dalam karyanya yang berjudul The Influence of Sea Power Upon History (1660-1783), yang terbit untuk pertama kalinya pada tahun 1890 dan telah mengalami cetakan ulang beberapa kali.

Alfred Thayer Mahan menggambarkan proses pertumbuhan Inggris yang pada abad ke-19 telah menjadi adidaya laut yang menguasai dunia pada waktu itu. Angkatan lautnya disegani dunia, sedangkan armada niaganya menjelajahi seluruh samudera, bangsa yang menguasai daratan betapa pun besar dan kuatnya angkatan daratnya, tidak akan mampu menguasai dunia. Di daratan banyak rintangan berupa gunung, jurang dan sebagainya, sedangkan laut merupakan lapangan yang luas, bebas dan terbuka.Buku Mahan in ternyata berpengaruh sekali terhadap kekuatan-kekuatan dunia pada waktu itu, Inggris semakin meningkatkan kemampuan maritim.Pada akhir abad XIX, Amerika serikat di bawah TheodoreRosevolt, Jerman di bawah kaisar Wilhem II dan Jepang dibawah pemerintahan Meiji mulai membangun kekuatan laut yang besar.Studi Mahan telah membuktikan bahwa bukan jumlah penduduk semata-mata yang membuat suatu bangsa berjaya, melainkan jumlah pendududk yang berorientasikan ke laut dan yang ditopang oleh pemerintah yang memperhatikan dunia Baharinya.

Harus diakui bahwa orientasi ke dunia bahari sudah dimulai sejak kita menerima wawasan Nusantara sebagai dasar pemikiran negara, namun dikalangan banyak pengambil keputusan, wawasan ini masih berupa slogan. Wawasan nusantara setiap jengkal wilayah sama penting, akan tetapi masih banyak pulau belum disentuh, malahan belum ada namanya. Hanya jika sebuah pulau disengketakan oleh negara lain, baru ada upaya untuk memperhatikannya. Seperti kasus pulau Sipadan dan Ligitan juga kepulauan Ambalat yang berbuntut pada sengketa panas antara Indonesia dengan Malaysia.Agar peristiwa tersebut tidak terulang kembali, hendaknya pemerintah Indonesisa mengambil langkah-langkah untuk segera mengamankan pualu-pulau terluar di Indonesia agar tidak di caplok oleh negara tetangga. Mungkin negara-negara tetangga seperti Malaysia menganggap remeh kekuatan laut kita hingga ia begitu berani keluar masuk perairan Indonesia. Untuk itu sudah saatnya lah kita bangkit, mari bersama-sama membangun kembali dunia maritim Indonesia, menghargai laut dan menjaga eksistensi.

Sekarang laut bukan hanya sebagai sumber protein dan tempat pelaut mengadakan hubungan antar pulau. Pertambangan laut dan pemanfaatanya sebagai sumber energi makin banyak dikembangkan, begitu pula usaha wisata bahari. Dengan kata lain, kompleksitas dunia bahari makin berekembang sehingga perlu antisipasi untuk merencanakan masa depan bangsa negara.Namun tidak sesederhana itu ternyata bayang keinginan untuk mewujudkan visi maritim sebagai mainstream bagi negara Indonesia. Berbagai kendala menjadi masalah tersendiri bagi upaya ini. Masalah utama adalah masalah paradigma. Paradigma darat/agraris masih kuat melekat pada kebanyakan masyarakat Indonesia, termasuk pemerintahnya. Bangsa Indonesia masih mengidap kerancuan identitas.

Di satu pihak mempunyai persepsi kewilayahan tanah air, tetapi memposisikan diri secara kultural sebagai bangsa agraris dengan puluhan juta petani miskin yang tidak sanggup kita sejahterakan, sedangkan kegiatan industri modern sulit berkompetisi dengan bangsa lain, antara lain karena budaya kerja yang berkultur agrarian konservatif, disamping berbagai inefisiensi birokrasi dan korupsi.

Sebagai akibat dari belum adanya kejelasan visi maritim tersebut adalah masalah-masalah yang faktual di lapangan, seperti masalah perbatasan dengan beberapa negara tetangga, masalah infrastruktur kemaritiman yang masih kurang memadai seperti armada laut yang jauh dari memadai.Bayangkan pertahanan laut serta teknologi kelautan. Agaknya, memang bukan pekerjaan mudah mengembalikan kejayaan yang pernah kita capai.Namun, yang tidak mudah itu bukan berarti tidak bisa. Kita bisa seperti para pendahulu kita jika bisa dengan tepat dan ada kemauan untuk mulai berkomitmen penuh terhadap pembangunan maritim yang sesungguhnya.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi, tidak bisa dibantahkan lagi bahwa sesungguhnya Indonesia terlahir sebagai Negara maritim. Hal ini terbukti dari berbagai fakta sejarah yang ada, serta bukti kejayaan nenek moyang kita pada masa kerajaan kerajaan, ditambah dengan peninggalan peninggalan sejarah yang makin menguatkan fakta tersebut. Namun keadaan maritim Indonesia saat ini justru mengalami kemunduran yang signifikan, dikarenakan visi maritim tida lagijelas dan tidak mampunya masyarakat Indonesia melihat potensi dari posisi strategis nusantara.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya jita kembali kapada visi maritim yang dulu seperti diterapkan nenek moyang kita, karena sejatinya Indonesia menyandang predikat Negara Maritim atau negara kepulauan. Sehingga dengan mengoptimalkan letak strategis dari Indonesia dan kekayaan sember daya bahari yangmelimpah, maka bukan mustahil jika Indonesia akan menjadi bangsa yang disegani dan diperhitunkan di dunia dalam bidang maritim layaknya dimasa jayanya dulu.

3.2 Saran

Sebaiknya pemerintah bersama pemimpin pemimpin lainnya menciptakan persepsi kelautan yangtepat bagi bangsa Indonesia, yakni laut sebagai tali kehidupan dan masa depan bangsa. Dengan persepsi demikian tersebut dapat memacu kesadaran akan arti penting maritim dalam pembangunan nasional.

Beberapa fungsi laut yang harusnya menjadi pertimbangan pemerintah dalam menetapkan kebijakan-kebijakan berbasis maritim adalah; laut sebagai media pemersatu bangsa, media perhubungan, media sumberdaya, media pertahanan dan keamanan sebagai negara kepulauan serta media untuk membangun pengaruh ke seluruh dunia, yang tujuan akhirnya tentulah penguasaan laut nasional yang dapat menegakkan harga diri bangsa.