Sejarah Gereja Mula

24
SEJARAH GEREJA MULA-MULA A. LATAR BELAKANG Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan menunggu di sana sampai Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka. Dengan kuasa yang diberikan Roh Kudus itu Yesus berjanji akan memperlengkapi murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-saksi, bukan hanya di Yerusalem tapi juga di ke ujung-ujung bumi (Kis. 1:1-11). Janji itu digenapi oleh Kristus dan perintah itu ditaati oleh murid-murid-Nya. B. PERMULAAN GEREJA Kata "gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ekklesia; dari kata kaleo, artinya "aku memanggil/memerintahkan". Secara umum ekklesia diartikan sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam konteks Perjanjian Baru kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan orang-orang Kristen sebagai jemaat untuk menyembah kepada Kristus. Amanat Agung yang diberikan Kristus sebelum kenaikan ke surga (Mat. 28:19-20) betul-betul dengan setia dijalankan oleh murid- murid-Nya. Sebagai hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru baik di Yerusalem, Yudea, Samaria dan juga di perbagai tempat di dunia (ujung-ujung dunia).

Transcript of Sejarah Gereja Mula

Page 1: Sejarah Gereja Mula

SEJARAH GEREJA MULA-MULA

A. LATAR BELAKANG

Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan menunggu di sana sampai Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka. Dengan kuasa yang diberikan Roh Kudus itu Yesus berjanji akan memperlengkapi murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-saksi, bukan hanya di Yerusalem tapi juga di ke ujung-ujung bumi (Kis. 1:1-11). Janji itu digenapi oleh Kristus dan perintah itu ditaati oleh murid-murid-Nya.

B. PERMULAAN GEREJA

Kata "gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ekklesia; dari kata kaleo, artinya "aku memanggil/memerintahkan". Secara umum ekklesia diartikan sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam konteks Perjanjian Baru kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan orang-orang Kristen sebagai jemaat untuk menyembah kepada Kristus.

Amanat Agung yang diberikan Kristus sebelum kenaikan ke surga (Mat. 28:19-20) betul-betul dengan setia dijalankan oleh murid-murid-Nya. Sebagai hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru baik di Yerusalem, Yudea, Samaria dan juga di perbagai tempat di dunia (ujung-ujung dunia).

1. Gereja Di Palestina

a. Gereja pertama lahir di Yerusalem (Kis. 1:8) b. Petrus dan beberapa murid-murid Tuhan Yesus yang lain membawa Injil ke Yudea (Kis. ps. 1-7). c. Filipus dan murid-murid yang lain pergi ke Samaria dan sekitarnya (ps. 8).

2. Gereja di luar Palestina

a. Petrus membawa Injil ke Roma. b. Paulus ke Asia Kecil dan Eropa (Kis. ps. 10-28).

Page 2: Sejarah Gereja Mula

c. Apolos ke Mesir (Kis. ps. 18). d. Filipus ke Etiopia (Kis. ps. 8). e. Sebelum tahun 100 M, Injil sudah tersebar ke Siria, Persia, Afrika (Kis. 9). f. Lalu ke ujung-ujung bumi (Siria, Persia, Gaul, Afrika Utara, Asia & Eropa).

C. PERTUMBUHAN DAN TANTANGAN

Gereja/jemaat yang baru berdiri mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Kuasa Roh Kudus sangat nyata hadir di tengah jemaat. Namun demikian tantangan dan kesulitan juga mewarnai pertumbuhan jemaat mula-mula itu. Tapi luar biasa, justru karena keadaan yang sulit itu gereja semakin berkembang.

1. Agama Negara

Kaisar Agustus mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Salah satu peraturan yang muncul pada masa pemerintahannya adalah menyembah kepada Kaisar sebagai dewa mereka, walaupun mereka masih diijinkan melakukan penyembahan kepada dewa-dewa/kepercayaan asal mereka sendiri.

Namun demikian ada kekecualian untuk orang-orang Yahudi yang mempunyai agama Yudaisme yang menjunjung tinggi monotheisme, mereka tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Hal ini terjadi karena mereka takut kalau orang Yahudi memberontak.

Kehadiran agama Kristen saat itu, pada mulanya dianggap sebagai salah satu sekte agama Yudaisme, itu sebabnya orang-orang Kristen pertama tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Tetapi setelah orang- orang Yahudi secara terbuka memusuhi orang Kristen (puncak peristiwa penyalipan Kristus) barulah pemerintah Romawi melihat kekristenan tidak lagi sebagai sekte Yudaisme tetapi agama baru. Sejak saat itu keharusan menyembah kepada Kaisar pun akhirnya diberlakukan untuk orang-orang Kristen. Kepada mereka yang tidak patuh pada peraturan ini mendapat hukuman dan penganiayaan yang sangat berat.

2. Penganiayaan terhadap orang Kristen. Salah satu bukti kesetiaan orang Kristen kepada Kristus ditunjukkan dengan secara setia menjalankan pengajaran Alkitab dan menolak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. Karena sebab itulah orang-orang Kristen sering harus membayar harga yang mahal demi kepercayaan mereka kepada Kristus, antara lain adalah dengan penganiayaan.

Page 3: Sejarah Gereja Mula

Beberapa penyebab penganiayaan: a. Karena orang Kristen menolak untuk menyembah Kaisar. b. Karena orang Kristen dituduh melakukan hal-hal yang menentang kemanusiaan, mis. menolak menjadi tentara, mengajarkan tentang kehancuran dunia, membiarkan perpecahan keluarga, dll. c. Karena orang Kristen dituduh mempraktekkan immoralitas dan kanibalisme, misalnya melakukan cium kudus, bermabuk-mabukan, dosa inses, makan darah dan daging manusia.

3. Hasil dari penganiayaan.

Memang ada banyak orang Kristen yang mati dalam penganiayaan dan pembunuhan, namun demikian jumlah orang Kristen tidak semakin berkurang malah semakin bertambah banyak. a. Orang Kristen semakin berani. Sekalipun dianiaya mereka tetap mempertahankan iman mereka (mis. Surat Petrus). b. Kekristenan semakin menyebar keluar dari Yerusalem, yaitu ke daerah-daerah sekitarnya, dan ke seluruh dunia. c. Orang-orang Kristen semakin memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka betu-betul menjadi saksi yang hidup.

Page 4: Sejarah Gereja Mula

LAHIRNYA JEMAAT KRISTEN

Sewaktu mereka berkumpul di balik pintu terkunci di Yerusalem pada hari-hari pertama setelah kebangkitan Yesus, para murid mengetahui bahwa lebih mudah berbicara tentang mengubah dunia daripada pergi keluar dan melakukannya. Tetapi tidak lama kemudian, sesuatu terjadi yang bukan hanya mengubah jalan pikiran mereka, tetapi yang juga memberanikan mereka untuk menyampaikan iman mereka dengan cara yang menggoncangkan seluruh dunia Romawi.

Hanya lima puluh hari setelah kematian Yesus, Petrus berdiri di depan suatu kerumunan orang banyak di Yerusalem, dan dengan berani menyatakan kerajaan Allah telah datang, dan Yesuslah Raja dan Mesiasnya. Pada waktu itu Yerusalem penuh dengan peziarah-peziarah yang datang dari seluruh penjuru kekaisaran Roma untuk merayakan Pesta Pentakosta - dan ketika Petrus berbicara, mereka tidak hanya mengerti pemberitaannya tetapi juga, dalam jumlah yang luar biasa besarnya, memberikan respons terhadapnya. Ketika Petrus menyatakan mereka harus menjadi murid-murid Yesus dengan bertobat dari dosa dan menerima hidup baru yang diberikan Allah, tiga ribu orang menerima seruannya dan menyerahkan diri mereka kepada Yesus (Kis. 2:14-42).

Apa yang sesungguhnya telah terjadi sehingga murid-murid Yesus mengalami transformasi dalam hidup mereka? Jawabannya terdapat dalam pembukaan pidato Petrus. Sebab ketika ia berdiri dan berbicara kepada orang banyak itu, Petrus mengingatkan mereka tentang suatu nats Perjanjian Lama yang menggambarkan bahwa datangnya abad baru adalah masa di mana Roh Allah akan bekerja dengan cara baru dalam hidup orang-orang. Sewaktu nabi-nabi Perjanjian Lama memandang ke masa depan, beberapa dari mereka menyadari bahwa masalah manusia tidak pernah akan selesai hingga suatu hubungan baru dijalin antara manusia dan Allah. Dosa dan ketidaktaatan manusia telah mengakibatkan kekacauan, tetapi dalam abad baru Allah tidak hanya menuntut ketaatan - Ia akan memberi mereka kekuatan moral yang baru dan kemampuan untuk menjadi manusia seperti yang dimaksudkan Allah (Yer. 31:31-34). Dalam nubuat Yoel (2:28-32), kekuatan baru untuk hidup ini dihubungkan dengan pemberian Roh Allah - dan Petrus mengambil perikop tersebut sebagai natsnya, serta menyatakan nats tersebut sedang dipenuhi dalam pengalaman murid-murid Yesus. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, orang-orang sekarang dapat mempunyai hubungan baru dengan Allah sendiri. Dari pengalamannya sendiri, Petrus tahu bahwa hal itu benar.

Bagi Petrus dan murid-murid lainnya, hari itu sama seperti hari-hari sebelumnya. Tetapi ketika mereka menghadapi tugas yang begitu besar dan yang tidak mungkin dilaksanakan - yang dipercayakan Yesus kepada mereka, tanpa disangka-sangka suatu kuasa yang memberi hidup masuk ke dalam kehidupan mereka. Kuasa itu merupakan suatu dinamika moral dan spiritual

Page 5: Sejarah Gereja Mula

yang memperlengkapi para murid supaya memberi kesaksian tentang iman yang baru. Kuasa itu adalah kuasa Roh Kudus dan akan menjadikan mereka seperti Yesus. Tidaklah mudah menggambarkan dalam kata-kata apa yang mereka alami. Tetapi sebagai akibatnya, kepercayaan mereka yang ragu-ragu dan tidak pasti kepada Yesus dan janji-janji-Nya secara luar biasa diteguhkan. Sejak saat itu dan seterusnya, mereka yakin janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama dipenuhi dalam hidup mereka sendiri - dan mereka sangat yakin bahwa Yesus yang hidup ada dan hadir bersama mereka secara unik. Jemaat telah lahir.

Seluruh kehidupan para murid mengalami perombakan sedemikian rupa, sehingga tidak diperlukan argumen lain untuk meyakinkan mereka bahwa pengalaman mereka sehari-hari merupakan akibat langsung dari kuasa dan kehadiran Yesus di dalam hidup mereka. Petrus, Yohanes dan yang lain- lainnya memiliki kuasa guna melakukan tindakan-tindakap hebat dalam nama Yesus (Kis. 2:43; 3:1-10) - dan tentunya Petrus diberikan kemampuan secara tak disangka-sangka untuk berbicara dengan kuasa kepada orang banyak yang berkumpul di Yerusalem.

Sebagai akibat semuanya ini, para rasul dan orang-orang Kristen baru begitu dikuasai oleh cinta-kasih kepada Yesus yang hidup dan kerinduan untuk melayani-Nya, sehingga kebutuhan-kebutuhan kehidupan sehari-hari terlupakan. Orang-orang Kristen selalu "bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kis. 2:42). Mereka malahan menjual harta mereka dan mengumpulkan hasil penjualan sehingga mereka dapat hidup sebagai suatu persekutuan sejati dari pengikut-pengikut Yesus. Mencari uang bukan lagi merupakan haI yang terpenting dalam hidup. Satu-satunya hal yang penting adalah memuji Allah, dan membawa berita yang-mengubah hidup kepada orang-orang lain (Kis. 2:44,47; 4:32,35).

Jemaat bertumbuh.

Pada hari-hari pertama kehidupan jemaat di Yerusalem, persahabatan terbuka dan gaya hidup sederhana dalam jemaat purba pasti terlihat sebagai menyingsingnya suatu zaman yang baru. Tetapi tidak perlu waktu lama sebelum persoalan-persoalan lain yang lebih rumit muncul, untuk memperingatkan Petrus dan lain-lainnya bahwa kerajaan Allah belum tiba dalam segala kepenuhannya. Persekutuan yang baru tergalang merupakan bukti bahwa umat baru sudah ada. Tetapi seturut berlalunya waktu, ketegangan antara masa sekarang dan masa depan yang begitu fundamental dalam pengajaran Yesus mempunyai dampak yang mengganggu kelanjutan hidup persekutuan kristen yang sedang berkembang. Selama masa hidup Yesus, gerakan mesianik baru yang dibangun-Nya itu pada umumnya hanyalah merupakan bidat setempat dalam agama Yahudi Palestina. Semua murid merupakan orang Yahudi. Walaupun logika pemberitaan dan teladan perilaku Yesus sendiri menunjukkan bahwa orang-orang bukan-Yahudi tidak dikecualikan dari

Page 6: Sejarah Gereja Mula

keanggotaan persekutuan, hubungan orang-orang Yahudi dan bukan-Yahudi tidaklah merupakan persoalan besar pada waktu itu. Orang-orang bukan-Yahudi yang bertemu dengan Yesus adalah pribadi-pribadi tersendiri (Mrk. 7:24-30; Luk. 7:1-10). Jumlah mereka tidak besar, dan bagaimanapun juga banyak dari mereka mungkin sekali menghadiri upacara-upacara agama di sinagoge, meskipun mereka belum memeluk agama Yahudi.

Tetapi tidak lama kemudian, para pengikut Yesus dipaksa untuk mencurahkan perhatian besar terhadap seluruh persoalan hubungan antara orang-orang percaya Yahudi dan bukan-Yahudi. Walaupun mereka tidak menyadarinya, peristiwa-peristiwa pada hari Pentakosta yang direkam pada bagian Kisah Para Rasul merupakan suatu peristiwa yang menentukan dalam kehidupan jemaat muda usia itu (Kis. 2). Sebab ketika banyak di Petrus berdiri dan menerangkan ajaran Kristen kepada orang kosmolitan, Yerusalem, ia berhadapan dengan sidang pendengar yang terdiri dari "orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit" (Kis. 2:5). Tentu saja mereka semua menaruh perhatian terhadap agama Yahudi, kalau tidak mereka tidak akan mengadakan perjalanan ke Yerusalem guna menghadiri perayaan keagamaan. Tetapi tidak semua orang bukan-Yahudi di antara mereka sudah menjadi penganut penuh agama Yahudi yang menerima seluruh hukum Yahudi - sedangkan mereka yang berasal dari keluarga Yahudi pun diberbagai tempat dari kekaisaran Roma, mempunyai latar belakang dan pandangan yang agak berlainan dengan orang Yahudi yang dilahirkan dan dibesarkan di Palestina sendiri. Mayoritas dari orang banyak yang mendengar khotbah Petrus pada hari Pentakosta mungkin sekali merupakan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, yang telah berziarah ke Yerusalem dalam rangka pesta agama Yahudi yang besar itu. Banyak dari mereka yang baru untuk pertama kalinya mengunjungi Yerusalem. Walaupun tempat tinggal mereka sangat jauh, mereka selalu menggandrungi Yerusalem serta Bait Allah. Yang merupakan tempat suci pusat agama mereka, sama halnya bagi orang Yahudi yang tinggal di Palestina. Petrus dan murid-murid lainnya tidak ragu-ragu bahwa kabar baik tentang Yesus harus disampaikan juga kepada orang-orang tersebut. Memang, banyak persamaan di antara mereka. Para murid sendiri merupakan pendukung setia dari upacara-upacara ibadah di sinagoge. Mereka juga memelihara pesta-pesta agama Yahudi Yang besar, dan kadang-kadang mereka malahan berkhotbah di pelataran Bait Allah (Kis. 3:1-16). Hal ini merupakan sesuatu yang Yesus sendiri tidak dapat lakukan tanpa kekhawatiran akan akibat-akibatnya, dan walaupun Petrus dan Yohanes kemudian ditangkap dan dituduh di hadapan mahkamah agama Yahudi, mereka segera dibebaskan, dan satu-satunya pembatasan yang dikenakan ke atas mereka adalah supaya "sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus" (Kis. 4:18). Terlepas dari iman mereka kepada Yesus yang terasa aneh, tindak-tanduk mereka pada umumnya dapat diterima oleh para penguasa Yahudi.

Page 7: Sejarah Gereja Mula

” PERSEKUTUAN JEMAAT MULA-MULA ”

Renungan Utk Mengisi Acara di Radio Blessing Family FM - PekalonganSenin, 01 Juni 2009------------------------------------------------------------

” PERSEKUTUAN JEMAAT MULA-MULA ”Pengantar             Jemaat-jemaat Tuhan yang kekasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, adalah penuh

sukacita bisa kembali tambil untuk menyapa saudara-saudara pendengar radio Blessing family yang diberkati Tuhan dimana pun berada, khusunya saat in dimana kita baru saja bersukacita mengenang kuasa dan anugerah Tuhan yang mencurahkan RohNya yang kudus kepada setiap orang-orang percaya, di jaman itu bahkan hingga saat ini.                Saat ini, kita dari gereja HKBP akan mengangkat sebuah topik tentang “jemaat mula-mula”. Saudara-saudara yang dikasihi Kristus. berbicara tentang jemaat kristen mula-mula adalah berbicara tentang sebuah persekutuan yang dirindukan dan dimimpikan bisa hadir kembali di jaman ini. Sebuah persekutuan yang meskipun masih sangat kecil dan muda akan tetapi sudah menunjukkan sebah persekutuan yang sangat indah. Sebuah persekutuan yang disenangi bukan hanya oleh Tuhan saja akan tetapi juga oleh masyarakat sekitarnya. Tantangan dan ancaman tidak menjadi penghalang buat mereka untuk bisa berbuat sesuatu yang berarti bagi masyarakat dan juga bagi lingkungannya. Dengan kualitas hidupnya mereka merubah ancaman  dan tantangan-tantangan itu menjadi peluang dan kesempatan untuk bersaksi.Mengapa Jemaat mula-mula itu berkembang dengan cepat dan disenangi oleh masyarakat disekitarnya, apakah yang menjadi kunci dan kekuatan mereka :

1.     Mereka adalah jemaat-jemaat yang terlahir dan bertumbuh dari sebuah pertobatan,         Firman Tuhan di dalam Kisah 2 : 41 dikatakan : ...” Orang-orang yang menerima perkataannya itu

memberi diri dibaptis ....”. kata “..menerima perkataan...” artinya memberikan respon atau berita yang doisampaikan oleh Petrus yaitu : ”bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis.....”

        Jadi jemaat mula-mula itu sungguh-sungguh bertobat. Pertobatan yang sungguh sungguh inilah yang membuat jemaat itu disenangi oleh orang sekitarnya karena pertobatan mereka itu nyata di dalam perilaku mereka dan tentunya juga dirasakan oleh oleh orang-orang disekitarnya. Bertobat berarti berbalik dari tidak percaya kepada Tuhan  menjadi percaya kepada Tuhan. Bertobat berarti berbalik dari melakukan perbuatn-perbuatan dosa dan sekarang melakukan perbuatan yang benar  dan berkenan di hati Tuhan. Bertobat adalah berpaling dari perbuatan yang sia-sia, dan sekarang  berpaling kepada rencana Tuhan yang indah. Bertobat berarti pindah dari kerajaan maut  ke dalam kerajaan Yesu Kristus.

Page 8: Sejarah Gereja Mula

Keanggotaan mereka sebagai jemaat atau sebagai bagian dari sebuah persekutuan orang-orang kudus itu  adalah karena buah dari sebuah pertobatan mereka, pilihan dan komitmen pribadi akan sebuah berita kebenaran yang diperdengarkan Tuhan melalui hamba-hambanNya. Mereka tidak menjadi anggota persekutuan kudus itu hanya karena mencari sebuah status dan identitas diri. Mereka adalah jemaat-jemaat yang terus bertumbuh menuju kepada kematangan. Jemaat-jemaat yang bertanggungjawab di dalam persekutuannya.

        Bukan melihat status kekristenannya sebagai sebuah kebetulan, akan tetapi sebuah anugerah Tuhan yang harus direspon dengan sebuah keputusan dan komitmen pribadi. Bagaimana dengan kekristenan kita di jaman ini, apakah kita sudah menjadi orag kristen yang sungguh-sungguh bertobat atau kita menjadi orang Kristen  karena sesuatu alasan yang lain?Menjadi Kristen bukan sebuah identitas dan status akan tetapi adalah komitmen untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan belajar hidup untuk seperti Kristus. ..........

2.    Mereka adalah jemaat yang bertekun di dalam Firman Tuhan (berpegang teguh) di dalam pengajaran rasul-rasul,  (Kis. 2: 42)Faktor ini sangat penting dan sangat menentukan sekali karena jika jemaat Tuhan bertekun dalam pengajaran Firman Tuhan , yaitu pengajaran yang berasal dari Allahyang tertuang di dalam Alkitab maka persekutuan itu akan kuat dan bertumbuh. Karena iman kepada Tuhan akan dihasilkan melalui pendengaran yaitu pendegaran Firman Tuhan. Namun sebaliknya gereja akan mati jika fondasinya bukan Firman Tuhan yang benar. Kalaupun bertumbuh maka pertumbuhannya bukan ke arah Kristus.Di jaman sekarang ini ada banyak orang yang lebih suka mendengarkan cerita-cerita lucu yang menyenangkan  telinga mereka daripada mendengarkan Firman Tuhan yang benar, apalagi yang keras yang terkadang mengingatkan kesalahan dan kecurangannya. Manusia tidak suka diingatkan dan dikritik dengan firman akan tetapi lebih suka didukung dan dibenarkan di dalam segala perbuatannya. Jika tidak demikian kemungkinan mereka akan berpaling kepada pengajaran yang lain.Dalam Kisah 2 : 42  disebutkan bahwa mereka bertekun di dalam pengajaran rasul –rasul ini berarti bahwa mereka percaya kepada pengajaran para rasul-rasul itu untuk kebaikan mereka, mereka tidak hanya mau mendengarkan apa yang enak-enak ditelinganya saja akan tetapi bertekun kepada pengajaran-pengajaran mereka. Jemaat kriten mula-mula, bukanlah jemaat yang hanya mencari enaknya saja,  akan tetapi berpegang teguh kepada pengajaran para hamba-hamba Tuhannnya. Di tengah-tengah dunia ioni ada banyak guru-guru palsu, ada banyak penyesat-penyesat yang nampaknya lebih menyenangkan dan akan banyak pengkhotbah-pengkhotbah yang mengajarkan berbagai hala yang mungkin berbeda dengan mula-mula, akan tetapi jemaat mula-mula tetap setia kepada pengajar-pengajarnya. Dan inilah yang membuat jemaat itu terus bertumbuh dan berkambang. Bagaimana dengan kita ????

       

Page 9: Sejarah Gereja Mula

3.    Mereka Rajin berkumpul (saling  mengunjungi ) dan berdoa mengadakan persekutuan kasih secara bergilir    (Kis. 2 : 42b, 46)

        Persekutuan adalah kerinduan mereka, mereka selalu rindu untuk bisa berkumpul tiap hari di Bait Allah demikian juga bisa saling mengunjungi rumah-rumah secara bergiliran untuka bersama-sam mengadakan perjamuan kasih demikian juga untuk bisa makan bersama-sama dengan tulus hati. Mereka melakukannya tidak dengan keterpaksaan, semuanya dilakukan penuh dengan sukacita dan tulus hati. Kunjungan kasih dilakukan secara bergiliran tidak hanya bagi orang-orangtertentu yang mampu saja akan semuanya merasakan bahwa meraka adalah sebuah keluarga. Di dalam setiap persekutuanini mereka saling menguatkan dan menopang di dalam berbegai pergumulan mereka khususnya di dalam iman.  Di dalam persekutuan kasih itu mereka saling mendoakan.

        Di jaman sekarang mungkin ini sangat sulit kita lakukan untuk mengadakan kunjungan dan pertemuan setiap hari di gereja atau atau di rumah-rumah.  Waktu mungkin harus kita aturkan sedemikian sehingga tradisi ini harus kita pelihara, saling mengunjungi secara bergiliran (tanpa harus membuat perbedaan diantara jemaat – jemaat kaya atau miskin, dsb)  untuk saling mendoakan, saling menguatkan dan menopang adalah sebuah kekuatan yang sangat dibutuhkan. Persekutuan kasih bersama-sama mendengarkan firman Tuhan dan makan bersama akan selalu menguatkan ikatan kekeluargaan ditengah-tengah jemaat.           

3.    Mereka sehati sepikir,  saling  membantu dan menopang, (Kis. 2 : 44 – 45; 4 : 32 -  34 )         Dengan sikap ini, tidak ada lagi jemaat itu yang merasa berkekuraangan, dan tinggal di dalam

kelaparan. Jemaat mula- mula saling menopang. Jemaat-jemaat yang kaya membantu jemaat-jemaat yang miskin bahkan banyak diantara mereka yang rela denga tulus hatinya menjual sebagaian atau seluruh hartanya untuk dipakai di dalam kebutuhan pelayanan persekutuan itu.  Mereka merasa bahwa apa yang ada pada mereka itu adalah milik Tuhan dan persektuannya sehingga dianggap milik bersama. Di dalam segala hal mereka sehati sepikir, tidak ada seorang pun yang berlomba untuk memberikan yang terkecil, akan tetapi semua berusah memberikanyang terbaik, bahkan apa yang ada padanya diberikan untuk keperluan bersama. Sehingga dengan prinsip ini yang  yang kaya tidak berkelimpahan dan yang miskin tidak berkekurangan”  karena mereka semuanya dicukupkan bahkan berkelimpahan di dalam kasih dan persaudaraan.

        Di jaman sekarang in adalah tantanga bagi gereja, mampukah jemaat saling menopang dan membantu, atau kembali seperti yang telah disampaikan diatas semuanya hanya memikirkan dirinya sendiri. Tidak peduli kepada penderitaan orang lain?  Hartaku adalah milikku, hasil kerja kerasku dan akulah yang menikmatinya. Atau yang terparah adalah ketika jemaat berlomba untuk memberikan yang terkecil?........

5.    Hamba-hamba Tuhannya setia kepada Tuhan, mereka hidup  berpusat kepada Yesus        faktor lain yang  membuat jemaat mula-mula bertumbuh dan berkembang dengan baik adalah

karena jemaat Hamba-hamba Tuhannya tetap fokus dan setia kepada Tuhan.  (kisah 3 : 6). Mereka

Page 10: Sejarah Gereja Mula

melakukan tugas panggilannya bukan demi emas dan perak, bukan demi sebuah status kemapanan diri sendiri atau bukan demi kemuliaannya sendiri. Memang ada banyak peluang untuk menjadi terkenal dan terhormat bahkan lebih dari itu ada banyak peluang untuk mencari kemapanan diri. Akan tetapi hamba-hamba Tuhan itu menepiskan motivasi-motivasi itu dari pikiran mereka. Mereka tetap setia kepada Kristus sang pemberi mandat, dan melakukan segala pekerjaan mereka di dalam nama Kristus.

        Di jaman sekarang, ini adalah tantangan juga bagi hamba-hamba Tuhan, ada banyak godaan kemuliaan dan kehormatan yang selalu melekat sebagai hamba Tuhan. Perlakuan masyarakat kepada Hamba Tuhan sering sekali membuat hamba Tuhan itu jatuh kepada pribadi yang dilayani bukan melayani. Lebih dari itu kalau ini terjadi ini berarti kemuliaan tidak dikembalikankepada Kristus melainkan dirinya sendiri. Godaan kemapanan juga sering menjadi dera bagi banyak pelayan. Demi kenikmatan hidup ada banyak hamba-hamba Tuhan yang lebih tunduk kepada kuasa dan perintah orang-orang tertentu daripada kepada kuasa Kristus. Dengan emas dan perak , demi harta dan kemapanan ini mereka menghianati panggilannya. Mereka menjadi pelayan-pelayan sekelompok orang.

        Rasul-rasul demikian juga jemaat, tidak sedikitpun takut kepada sekelompok orang, meskipun harta dan ketenanangan hidup ditawarkan mereka tetap setia kepada panggilannya. Meskipun penjara dan siksaan bahkan maut di depan mereka, mereka tetap tersenyum dan semangat memberitakan Firman Tuhan. Inilah teladan yang membuat semkain banyak yang suka melihat persekutuan jemaat mula-mula.             

6.    Jemaat itu juga  memahami bahwa tugas pangilan pelayanan adalah tugas panggilan bersama, jadi bukan hanya tugas para rasul-rasul saja, bukan hanya tugas hamba-hamba Tuhan saja melainkan tugas bersama seluruh jemaat.

        Hal ini bisa kita lihat sangat jelas ketika jemaat semakin banyak dan pelayanan juga semakin banyak. Rasul-rasul tidak lagi sanggub membagi waktu mereka sehingga tugas utama mereka untuk memberitakan Firman Tuhan terbengkalai, hanya karena tugas-tugas sosial perawatan kaum-kaum miskin dan berkekurangan termasuk yang mengalami sakit penyakit dan pergumulan lainnya maka dengan inisiatif bersama jemaat itu mengadakan usulan pengangkatan pelayan-pelayan baru dari tengah-tengah jemaat itu sendiri. Diangkatlah diaken-diaken yang bisa membantu pelayanan sosial demikian juga jemaat-jemaat lainnya berperan juga saling melayani. Sehingga rasul-rasul bisa kembali konsentrasi kepada tugas panggilan utamanya yaitu memberitakan Firman Tuhan.

        Dalam hal ini ketika jemaat tidak hanya menuntut akan tetapi tampil dengan gemilang untuk juga bisa memberikan waktu dan tenaganya untuk ikut bersama-sama di dalam panggilan pelayanan ini tanpa pamrih. Mereka sangat memahami bahwa panggilanpelayanan ini adalah panggilan am bagi seluruh orang percaya.

        Ini sangat penting sekali untuk kita renungkan di dalam kehidupan jemaat masa kini ada banyak sekali gereja-gereja Tuhan yang hamba-hambaNya tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memberitakan Firman Tuhan khususnya ke luar persekutuan gereja. Hamba-hamba Tuhan itu disibukkan dengan berbagai urusan-urusan administrasi gereja, sering disibukkan dengan pelayanan-pelayanan interen dan rutinitas gerejanya, sementara jemaat hanya tinggal diam minta dilayani dan

Page 11: Sejarah Gereja Mula

tidak terpanggil untuk bisa terlibat ikut membantu di dalam panggilan pelayanannya. Bahkan ada diantara jemaat-jemaat itu yang tidak merasa puas kalau pelayanan itu dilakukan oleh sesamanya bukan oleh Hamba Tuhan

Ketikka kualiatas hidup yang sangat baik sudah mereka pertontonkan maka kuantitas mereka pun Tuhan tambahkan, Inilaah yang kurang dari kita di jaman ini? Dimana kita di jaman ini lebih cenderung

1.    Asyik sendiri dan berjalan sendiri-sendiri2.    Meletakkan tugas pelayanan itu hanya kepada orang-orang yang ditentukan sementara kita jemaat

tidak mempunyai sedikitpun tanggungjawab untuk terpanggil di dalm pelayanannya. Karena kita sudah merasa cukup dengan persembahan yang kita berikan

Page 12: Sejarah Gereja Mula

Bacaan Setahun: Keluaran 39-40Nats: Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kisah Para Rasul 2:42)

KOINONIABacaan: Kisah Para Rasul 2:41-47

Persekutuan merupakan salah satu istilah yang sangat umum dalam kekristenan. Sayang, istilah ini sering dimaknai secara dangkal. Bagi keba nyak-an orang, kata ini sudah berarti sama dengan pertemuan ibadah ("Datang ke persekutuan") atau suatu perkumpulan rohani ("Menjadi pengurus persekutuan").

Kata persekutuan dalam kehidupan jemaat mula-mula diterjemahkan dari kata Yunani koinonia (ayat 42), yang secara harfiah berarti "memiliki atau berbagi suatu hal bersama". Perhatikan bacaan Alkitab kita, dan kita dapat menemukan banyak hal yang dimiliki dan dibagikan secara bersama di antara jemaat mula-mula, baik dalam kehidupan rohani maupun keperluan jasmani. Itulah yang terjadi ketika koinonia berfungsi sepenuhnya. Pertemuan raya di Bait Allah dan perkumpulan di rumah-rumah menjadi penting karena melaluinya jemaat mengalami koinonia (ayat 46). Perseku tuan yang berfungsi sepenuhnya memikat hati banyak orang untuk datang dan beroleh selamat (ayat 47).

Sekadar kehadiran atau bahkan kepengurusan pada sebuah persekutuan tidak sama dengan hidup dalam koinonia. Persekutuan yang sejati perlu memiliki koinonia dalam visi, komitmen, dan praktik hidup sehari-hari. Kita hidup dalam zaman di mana ketidakpedulian pada orang lain dan keberpusatan pada diri sendiri mejadi nilai-nilai umum. Adakah dunia menemukan oasis yang memenuhkan dahaga mereka akan koinonia di tengah persekutuan orang percaya? Bagaimana dengan persekutuan di tempat Anda berada? --JOO

DENGAN DEMIKIAN SEMUA ORANG AKAN TAHU BAHWA KAMUADALAH MURID-MURID-KU, YAITU JIKALAU KAMU SALING MENGASIHI (YOHANES 13:35)

Page 13: Sejarah Gereja Mula

Persekutuan (Koinonia) berarti ikut serta dalam persekutuan atau persaudaraan sebagai anak-anak Bapa dengan pengantaraan Kristus dalam kuasa Roh KudusNya. Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan erat dengan Allah Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, PuteraNya, dalam kuasa Roh Kudus. Melalui bidang karya ini, dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus. Hal ini berhubungan dengan ‘cura anima’ (pemeliharaan jiwa-jiwa) dan menyatukan jemaat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Oleh karena itu diharapkan dapat menciptakan kesatuan: antar umat, umat dengan paroki/keuskupan dan umat dengan masyarakat. Paguyuban ini diwujudkan dalam menghayati hidup menggereja baik secara territorial (Keuskupan, Paroki, Stasi / Lingkungan, keluarga) maupun dalam kelompok-kelompok kategorial yang ada dalam Gereja.

Page 14: Sejarah Gereja Mula

Pentingnya Sebuah PersekutuanPosted on 13 April 2012 by Masino Sinaga // Leave a Comment

Renungan Minggu, 15 April 2012 – Minggu Paskah II

Semua bacaan Alkitab kita minggu ini berbicara tentang sebuah topik penting dalam kehidupan Kristen yaitu tentang persekutuan (Koinonia). Dalam bacaan Kisah Rasul 4:32-35, kita menyaksikan kehidupan jemaat mula-mula di bawah kepemimpinan para rasul. Kehidupan jemaat mula-mula ditandai dengan adanya persekutuan yang erat, yaitu persekutuan yang sehati dan sejiwa (ayat 32). Sehati dan sejiwa adalah kunci bagi kehidupan persekutuan yang berbagi. Sebab, sehati dan sejiwa memberikan dasar bagi terciptanya kesadaran bahwa apa yang ada di dunia ini diciptakan untuk semua. Bukan untuk beberapa orang. Karenanya, tidak ada milik pribadi, semuanya adalah milik Tuhan untuk kesejahteraan bersama.

Mazmur 133 menekankan tentang persekutuan yang rukun di antara saudara-saudara. Di tengah-tengah persekutuan yang rukun inilah berkat-berkat Tuhan akan dicurahkan. Dalam bacaan dari 1 Yohanes 1:1-2:2, rasul Yohanes menyaksikan persekutuannya dan persekutuan orang-orang percaya dengan Tuhan Yesus. Persekutuan yang didasari oleh perjumpaan murid-murid Tuhan dengan Yesus yang sudah bangkit dan menyatakan diri kepada murid-murid, seperti yang dicatat dalam Yohanes 20:19-31.

Kehadiran Kristus yang sudah bangkit di antara para muridNya yang ketakutan merupakan sebuah pengalaman yang membahagiakan dan menguatkan. Perjumpaan dan persekutuan ini memperbaharui pemahaman, sikap dan komitmen murid-murid sehingga ketika Kristus naik ke sorga merekalah yang meneruskan berita keselamatan itu dan tetap memelihara persekutuan di antara orang-orang percaya.

Page 15: Sejarah Gereja Mula

Merayakan persekutuan (Lukas 2:41-47)

24 Desember 2009 in Artikel, Renungan | Tags: Diakonia, Facebook, Koinonia, Marturia, Persekutuan

Salah satu dari 3 tugas gereja yang selama ini dikenal adalah persekutuan (koinonia). Namun persekutuan sering kali dimaknai secara sempit sekedar pertemuan-pertemuan ibadah saja. Tugas bersekutu diukur dari seberapa banyak yang ikut kebaktian, seberapa rajin mengikuti acara gereja, dan seberapa aktif ambil bagian dalam pelayanan gereja. Tentu semua itu baik, positif, dan bermanfaat. Tetapi itu saja tidak cukup untuk memaknai persekutuan. Persekutuan (koinonia) lebih luas dari hal-hal itu. dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 kita melihat bentuk persekutuan jemaat mula-mula. Memang konteks dan siatuasinya berbeda dengan kondisi kita sekarang di Jepara, namun dari kisah itu setidaknya kita bisa melihat semangat (spirit) persekutuan yang tertanam di dalamnya.

1. Persekutuan dalam pengajaran dan doa (42)

Para orang yang bertobat memiliki ketekunan untuk memperdalam iman mereka dalam pengajaran para Rasul. Ada keinginan untuk belajar, sehingga kepercayaan mereka tidak sekedar emosional saja. Tentu pengajaran tidak sekedar menambah wawasan intelektual tentang iman Kristen. Pengajaran menyangkut juga kehidupan jemaat, di mana melalui pengajaran itu jemaat semakin mengetahui kehendak Allah dalam hidupnya.

1. Ada kesehatian

Persekutuan tidak hanya sekedar orang “nggrombol” ramai-ramai seperti nonton pertunjukan. Persekutuan tidak hanya sekedar kita berkumpul secara fisik. Tetapi persekutuan menyangkut juga masalah hati! Kita bisa menipun orang dengan kita berkumpul, tersenyum, berjabat tangan, tetapi hati kita jauh, dendam, terpecah. Kita bisa berwajah manis ketika saling ketemu, bisa menyapa, tetapi bisa saja hati kita sebal, muak, benci. Persekutuan yang benar dituntut untuk memiliki kesehatian. Tanpa kesehatian sesungguhnya persekutuan menjadi persekutuan yang palsu, kering tanpa jiwa.

1. Ada persaudaraan, kesetaraan, dan penerimaan (46)

Jemaat sering kali berkumpul dengan memecah roti dan makan bersama. Ada yang menduga itu merupakan bentuk ekaristi (perjamuan kudus) pada masa gereja mula-mula. Praktik itu juga mengingatkan pada apa yang sering kali dilakukan Yesus, bersekutu makan bersama dengan para murid-Nya maupun orang berdosa. Inti dari memecahkan roti dan makan bersama (ekaristi) adalah penerimaan satu dengan yang lain. Dalam persekutuan itu ada kesetaraan, tidak ada yang lebih tinggi atau rendah, lebih terhormat atau kurang terhormat, tetapi semuanya setara. Ada penerimaan, termasuk orang-orang yang berdosa. Persekutuan kita seharusnya berprinsipkan kesetaraan itu. Tidak ada diskriminasi berdasarkan etnis, kekayaan, dan pendidikan. Jangan sampai yang kaya, yang berpendidikan tinggi, yang terhormat di masyarakat, yang berjabatan

Page 16: Sejarah Gereja Mula

tingi, lebih diutamakan dari pada yang lemah, orang-orang yang dianggap biasa, yang kurang menonjol, dsb.

1. Ada solidaritas (44-45)

Solidaritas jemaat mula-mula ditunjukkan dengan kerelaan mereka untuk menolong satu dengan yang lain. Kepunyaan dianggap sebagai kepunyaan bersama, daam arti siapa yang membutuhkan akan diberi pertolongan sepenuhnya. Itu bisa terjadi karena ada semangat persaudaraan yang sangat kuat sekali. Tidak ada kerakusan dan keserakahan untuk memiliki sesuatu sampai tidak peduli kepada saudaranya yang memerlukan. Memang seiring dengan berkembangnya jalan, semangat untuk solider ini semakin tipis. Orang bisa menghabiskan banyak uang demi kesenangannya tetapi tega saja melihat orang lain kelaparan. Kalau gereja hendak menciptakan persekutuan yang benar, maka semangat untuk solider perlu ditumbuhkan. Ironisnya gereja yang saat ini memiliki persekutuan yang kuat, yang menanamkan semangat solidaritas di antara warganya justru gereja Mormon, suatu aliran yang sering kali dicap bidat.

Jaman memang berubah. Jaman sering kali mempengaruhi pola pikir dan perilaku. Sekarang orang menjadi sangat individualistis sehingga semangat persekutuan semakin menipis. Salah satu fenomena yang saat ini populer bagi anak muda adalah Facebook. Di satu sisi itu banyak memiliki nilai positif, di mana kita bisa memiliki banyak teman, bisa berhubungan dengan orang di seluruh dunia. Pengguna facebook beberapa waktu yang lalu mencapai angka 200 juta orang. Tetapi facebook hanyalah sesuatu yang maya. Orang dihubungkan dalam suatu dunia persahabatan yang “palsu”, tidak riil. Dengan menghadap komputer atau HP orang melihat tulisan-tulisan yang menggiringnya ke alam imajiner seolah-olah yang dihadapi itu nyata, padahal itu maya. Di depan HP atau komputer orang dilempar ke dunia lain dan menjadi sangat tidak responsif terhadap dunia yang riil. Akibat yang paling buruk adalah tumpulnya rasa kemanusiaan (sense of humanity), karena keterhubungan sekarang hanya diciptakan dalam dunia yang maya. Sentuhan manusiawi, perjumpaan fisik yang semakin berkurang memperlemah rasa empati dan naluri kemanusiaannya.

Memang yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah bagaimana supaya semangat persekutuan itu benar-benar hidup di jemaat kita? Gedung gereja kita boleh megah, peribadatan kita boleh meriah, tetapi tanpa persekutuan yang sesungguhnya, kita akan kehilangan jiwa, kering, dan mati. Semoga Roh Allah menghidupkan persekutuan kita.(dk)

Page 17: Sejarah Gereja Mula

Koinonia (Bersekutu)

Gereja sebagai Koinonia adalah tubuh Kristus. Di dalam tubuh Kristus, semua orang menjadi satu, dan satu di dalam semua oleh Kristus (1 Kor.12:26). Persekutuan koinonia itu dialaskan atas dasar Firman Allah, Baptisan dan Perjamuan Kudus. Dengan dasar itu pulalah anggota gereja saling memperdulikan dan dikumpulkan bersama dalam Perjamuan Kudus sebagai komunitas yang kudus secara nyata. Persekutuan koinonia itu bukan hanya merupakan perkumpulan begitu saja, melainkan persekutuan yang bersifat soteriologis (keselamatan). Oleh Roh Kudus, gereja bergerak dinamis menuju akhir, yaitu penggenapan Hari Tuhan (parusia).

Di dalam persekutuan Koinonia ibadah (workship) berperan merefleksikan kekudusan persekutuan. Ibadah menjadi pusat penyampaian syukur dan terima kasih kepada Tuhan Allah atas seluruh bekat yang melimpah dalam seluruh sisi kehidupan komunitas gereja, misalnya perkawinan, pekerjaan, kesehatan, peningkatan ekonomi, keberhasilan, keselamatan dari mara bahaya, dsb. Semua berkat ini tentunya meneguhkan iman yang patut kita syukuri. Oleh sebab itu, ibadah juga harus merefleksikan komitmen hidup melayani Tuhan dengan perkataan dan tindakan setiap hari.

Mutu persekutuan haruslah senantiasa dipelihara dan ditingkatkan seiring tantangan dan kecenderungan jaman (nurturing). Iman itu bukanlah sekali dan untuk seterusnya, nmun merupakan proses dalam kehidupan seluruh warga gereja sesuai kebutuhan kategori usia masing-masing; anak-anak, remaja/pemuda, dewasa dan lansia (Ef.4). Bentuk-bentuk diskusi, Penelaahan Alkitab (PA), retreat dan lain-lain, haruslah dikembangkan secara kreatif. Semua kegiatan harus bertujuan membantu warga memahami Alkitab demi pertumbuhan iman yang sehat sehingga mampu menyingkapi tantangan jaman ditengah realita kehidupan; politik, ekonomi, kekerasan, hak azasi, gender, ekologi, globalisasi dan sebagainya.

Dengan pemahaman Firman Tuhan dan penghayatan iman yang benar setiap warga sadar akan dirinya sebagai bagian integral gereja yang memiliki panggilan untuk mendukung misi gereja melalui talenta dan charisma yang dimilikinya (imamat am orang-orang percaya). Perlu kita sadari tanpa mendalami pendidikan Kristen tersebut, persekutuan gereja sebagai tubuh Kristus (koinonia) akan beralih menjadi komunitas politis (political community).