Seismik Interpret
-
Upload
agustina-agar-ariyanti -
Category
Documents
-
view
289 -
download
3
Transcript of Seismik Interpret
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Metode seismik penting dipelajari baik oleh geologis maupun geofisis dalam
mempelajari struktur bawah permukaan bumi. Metode ini masih dipercaya sebagai
metode yang paling akurat. Interpretasi data seismik merupakan tujuan dan hasil akhir
dari metode seismik, yaitu dengan menerjemahkan arti data seismik.
Tidak ada seorang pun yang secara tepat dapat mengetahui kondisi bawah
permukaan perut bumi yang sebenarnya, karena hingga saat ini belum ada teknologi yang
dapat mencapainya. Oleh karena itu, hasil interpretasi setiap interpretator boleh berbeda-
beda (walau mengerjakan data yang sama sekalipun). Hal yang terpenting adalah hasilnya
dapat dipertanggung jawabkan. Hasil interpretasi tergantung dari ilmu dan pengalaman
intepretator itu sendiri. Ilmu yang paling tidak harus dimiliki interpretator agar dapat
menginterpretasi mendekati kebenaran adalah dasar-dasar akuisisi data seismik,
pengolahan data seismik, dan pengetahuan geologi yang cukup.
2. Maksud dan Tujuan
Praktikan dapat mengenal tahapan interpretasi seismik dan dapat memutuskan
hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
II. DASAR TEORI
Pulsa seismik merambat melalui batuan dalam bentuk gelombang elastis yang
mentransfer energi menjadi pergerakan partikel batuan.
Acoustic Impedance (AI) merupakan ukuran sifat akustik bidang batas, didefinisikan
sebagai perkalian antara densitas (ρ) dan kecepatan medium menyalurkan gelombang (V). AI
berpengaruh pada amplitudo dan polaritas perambatan gelombang dari sumbernya. Hanya
sebagian amplitudo gelombang datang yang diteruskan menjadi amplitudo sinyal bidang target,
dan energi gelombang berkurang.
K = ρ2 V 2
−ρ1 V 1
ρ2V 2+ρ1 V 1
= Z2−Z1
Z2+Z1
Dengan K = koefisien refleksi,
ρ = densitas medium,
V = kecepatan
Z = acoustic impedance (AI)
Interpretasi seismik stratigrafi adalah studi tentang stratigrafi dan fasies pengendapan
yang diinterpretasikan dari data seismik.
Langkah interpretasi stratigrafi :
1. Analisis sekuen seismik
Stratigrafi sekuen merupakan pembagian sedimen berdasarkan kesamaan genetik
yang dibatasi dari satuan genetik lain oleh suatu ketidakselarasan atau bidang non
deposisi. Konsep dasarnya adalah bahwa pengendapan sedimen dikontrol oleh
subsidence (amblesan), deposisi sedimen, eustasy, dan iklim.
Unit-unit sekuen pengendapan dapat diketahui dengan melihat batas sekuen seperti
yang dapat dilihat di gambar.
Erotional trunction sering diakibatkan oleh erosi karena terekspos ke
permukaan
Toplap diakibatkan karena tidak ada sedimentasi maupun erosi
Onlap terjadi di lingkungan shelf (shelf environment) karena kenaikan muka
air laut relatif, pada lingkungan laut yang disebabkan sedimentasi perlahan,
dan pada channel yang tererosi energi rendah.
Downlap diakibatkan peristiwa sedimentasi yang cukup intensif.
2. Analisis fasies seismik
Fasies seismik adalah deskripsi dan interpretasi geologi dari parameter-parameter
pantulan seismik yang meliputi konfigurasi pantulan, kontinuitas pantulan,
amplitudo, frekuensi, kecepatan internal, dan geometri ekstrnal. Parameter ini dapat
memberikan informasi mengenai geologi terkait.
Jenis-jenis konfigurasi pantulan seismik dalam analisis stratigrafi seismik :
a. Tekstur umum
Paralel : disebabkan peristiwa pengendapan sedimen yang seragam ata pada
paparan (shelf) dengan subsiden yang uniform atau sedimentasi pada basin
yang stabil
Sub-paralellel : terbentuk pada zona pengisian atau pada lingkungan yang
dipengaruhi arus laut.
Subparallel between parallel : terbentuk pada lingkungan tektonik yang stabil
atau fluvial plain dengan endapan berbutir sedang.
Wavy parallel: terbentuk akibat lipatan kompresi dari lapisan parallel diatas
diapir atau sheet drape dengan endapan berbutir halus.
Divergent: terbentuk akibat permukaan yang miring secara progresif selama
proses sedimentasi.
Chaotic: pengendapan dengan energi tinggi (mounding, cut and fill channel)
atau deformasi seteah proses sedimentasi (sesar, gerakan overpressure shale,
dll.)
Reflection free: tidak ada pantulan pada rekaman seismik, karena batuan
yang dilewati homogen dan tidak berlapis , contoh : batuan beku, kubah
garam, interior reef tunggal.
Local chaotic: slump (biasanya laut dalam) yang diakibatkan oleh
gempabumi atau ketidakstabilan gravitasi, pengendapan terjadi dengan cepat.
b. Tekstur tergradasi
Sigmoidal : ditandai dengan bagian atas dan bawah relatf tipis, sedangkan
tengahnya tebal dengan kemiringan lebih besar dibanding atas dan bawah.
Diakibatkan pasokan sedimen rendah, penurunan cekungan atau kenaikan
muka air laut yang cepat. Pada laut dalam, terbentuk pada energi rendah.
Oblique : pengendapan yang terjadi di dekat dasar gelombang dengan energi
tinggi. Terbagi menjadi tiga jenis , yaitu oblique tangential, oblique paralel,
dan complex oblique (gabungan sigmoid dan oblique).
Shingled : pola gradasi yang tipis dan umumnya sejajar dengan batas atas dan
bawah atau miring dangkal, menandakan pengendapan air dangkal.
Hummocky : pola konfigurasi yang tidak menerus, menunjukkan progradasi
yang clinoform ke dalam air dangkal prodelta.
Geometri fasies seismik dalam 3D :
3. Analisis muka air laut
Penafsiran perubahan muka air laut relatif berdasarkan analisa sekuen dan fasies
seismik
Indikator hidrokarbon :
1. Bright spot : anomali amplitudo tinggi ( AI litologi sekitar > AI reservoir)
2. Dim spot : anomali amplitudo rendah (AI litologi sekitar << AI reservoir)
3. Polarity reserval : perubahan polaritas ( AI litologi sekitar < AI reservoir)
4. Flat spot : kenampakan lebih rata , water-oil/gas contact
5. Chimney effect : anomali kantung gas.
Interpretasi struktur geologi :
1. Sesar : ditandai dengan ketidak menerusan pola refleksi atau perbedaan karakter refleksi
pada zona dekat sesar, dan difraksi pada zona patahan.
2. Lipatan : pelengkungan horison seismik membentuk antiklin atau sinklin
3. Diapir (kubah garam) : adanya dragging effect pada refleksi horison di kanan atau kiri
diapir (menyebabkan pergeseran sumbu lipatan), penebalan dan penipisan batuan di atas
diapir
4. Intrusi : dragging effect tidak jelas dan batuan sedimen di sekitar intrusi ikut melting.
III. LANGKAH KERJA
Berdasarkan referensi yang diperoleh, dapat dirumuskan langkah kerja interpretasi seismik
stratigrafi sebagai berikut :
1. Mencari kenampakan-kenampakan strukur geologi, batas sekuen, konfigurasi, dan bentuk
internal lain pada rekaman data seismik yang diberikan (lintasan GM 1, GM 3, GM 4, GM
6, dan GM 8)
2. Menentukan reflektor yang harus dipick berdasarkan sumur GM 3 dan GM 8 , kemudian
dikorelasikan dengan rekaman seismik lintasan GM 1, GM 4, dan GM 6.
3. Memilih anomali yang menarik.
4. Menganilisis hasil rekaman seismik yang telah diinterpretasi. Hasil interpretasi setiap
interpretator berbeda-beda, yang penting konsisten dan dapat dipertanggungjawabkan.
5. Menyusun laporan atau rekomendasi.
IV. ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI
Pada laporan ini, hasil picking rekaman data seismik akan dianalisis satu per satu. Peta titik
pengamatan maupun penampang rekaman data seismik dilampirkan di akhir laporan.
IV.1. Lintasan GM-1
Lintasan ini melintang dengan arah barat laut-tenggara. Pada lintasan GM-1 tidak
terdapat sumur, sehingga picking dilakukan dengan mengkorelasikan GM-1 dengan
GM-8. Basement merupakan batuan tidak berlapis, ditandai dengan tekstur seismik
yang chaotic. Basement ini berada pada kedalaman ± 1.700. Di atasnya, ditemukan
tekstur subparalel between paralel, menunjukkan pengendapan yang relatif stabil. Pada
kedalaman ± 1.250 ditemukan reflektor ke tiga (garis warna jingga). Sedangkan pada
kedalaman ± 1.000 dan ± 500 ditemukan dua reflektor berikutnya (garis warna hijau
muda dan hijau tua). Terdapat dua sesar, yaitu sesar kecil yang memotong reflektor
hijau muda, dan sesar besar yang memotong reflektor hijau tua dan jingga. Di sekitar
sesar besar, terlihat reflektor-reflektor yang relatif lebih tebal di antara reflektor di
sekitarnya.
IV.2. Lintasan GM-3
Lintasan GM-3 merupakan lokasi sumur X-30 dengan arah lintasan barat
laut-tenggara. Lintasan ini relatif lebih komleks dibandingkan lintasan GM-1. Basement
pada lintasan ini dipotong oleh sesar turun, yaitu pada offset ± 1700-2200.
Diperkirakan, setelah tersesarkan, blok sebelah kanan mengalami kemiringan, sehingga
membentuk basin. Setelah itu datang sedimen berikutnya secara paralel. Reflektor
merah tidak ditemukan pada blok kiri karena setelah tersesarkan, blok kiri mengalama
erosi yang cukup kuat yang turut mengerosi reflektor merah, sehingga membentuk
undulasi. Setelah itu, sedimen kembali terendapkan dengan tekstur hampir paralel, dan
banyak terpotong sesar kecil.
IV.3. Lintasan GM-4
Lintasan GM-4 melintang sejajar dengan GM-1 dan GM-3, yaitu berarah
barat daya-tenggara. Kemiripan bentuk basement GM-4 dengan GM-3 dikarenakan
lokasinya yang memang berdekatan. Sama seperti GM-3, setelah basement tersesarkan,
blok kanan mengalami kemiringan, sedangkan blok kanan mengalami erosi yang
mengikutsertakan reflektor ungu. Di atas sesar besar, terdapat anomali gelombang
berupa lapisan yang seperti mengalami kompresi yang berbentuk toplap. Kecuali itu,
rekaman GM-4 menunjukkan tektstur sub paralel dengan beberapa sesar berukuran
sedang.
IV.4. Lintasan GM-6
Lintasan GM-6 memotong lintasan GM-1, GM-3, dan GM-4 dengan arah
barat daya-timur laut. Di sekitar lokasi yang berpotongan dengan lintasan GM-3,
ditemukan basin pada basement yang mirip dengan basement lintasan GM-3 dan GM-4.
Blok kiri dan kanan terpisah cukup jauh, yaitu ± 2.000. Reflektor ungu di blok kiri juga
mengalami erosi setelah blok tersesarkan. Selain itu, terdapat sesar yang cukup besar
memotong basement, lintasan jingga, dan lintasan hijau. Secara keseluruhan, tekstur
perlapisan wavy paralel. Keunikan lain adalah, pada blok kiri, reflektor hijau muda dan
hijau tua terpisah cukup jauh, sedangkan pada blok kanan, reflektor hijau muda dan
hijau tua hanya berjarak dekat (sudah dikorelasikan dengan baik terhadap lintasan-
lintasan yang lain). Hal ini dapat disebabkan di puncak sesar terdapat tekstur tergradasi
kompleks (dapat terlihat jelas karena semakin ke kanan, reflektor hijau, jingga, dan
merah semakin mendekat satu sama lain. Ditemukan juga downlap di sebelah kiri
rekaman seismik, mencangku reflektor hijau, jingga, dan basement.
IV.5. Lintasan GM-8
Lintasain GM-8 sejajar dengan lintasan GM-6, yaitu berarah barat daya-timur
laut. Lintasan GM-8 merupakan lokasi sumur SED 1 dengan basement yang juga
terpotong sesar. Blok kiri juga mengalami erosi, menyebabkan basement dan reflektor
ungu hampir berhimpitan, sedangkan reflektor ungu dan basement blok kanan terpisah
cukup jauh. Sama seperti pada lintasan GM-6, ditemukan tekstru tergradasi kompleks di
punak sesar besar. Selain itu ditemukan downlap di sebelah kiri penampang seisik.
Secara keseluruhan, perlapisan pada lintasan ini kurang lebih bertekstur paralel.
IV.6. Pembahasan umum
Dari hasil rekaman data seismik ini, ditemukan struktur geologi berupa sesar turun
yang mengakibatkan basement utama terpotong. Pensesaran diikuti dengan erosi pada
blok kiri dan pemiringan pada blok kanan. Selanjutnya, sedimen terendapkan secara sub
paralel-wavy paralel. Pada tahap berikutnya, juga terbentuk sesar- sesar kecil.
Sesar turun tidak terlalu berpotensi menjadi jebakan hidrokarbon (dibandingkan sesar
naik). Sedangkan pada rekaman data seismik ini, yang banyak ditemukan justru sesar
turun. Hidrokarbon dimungkinkan berada di sekitar sesar turun utama, karena tekanan
yang mengenai batuan induk mengakibatkan hidrokarbon bermigrasi mengikuti jalur
yang lebih terbuka, pada kasus ini adalah sesar. Hidrokarbon bermigrasi ke reflektor di
sekitar sesar.
V. KESIMPULAN
1. Struktur geologi yang ditemukan adalah sesar turun (dominan) dan beberapa sesar naik.
2. Basement ikut terpotong sesar dan setelah itu mengalami erosi dan pemiringan
3. Di sekitar sesar turun utama ditemukan reflektor-reflektor yang relatif lebih tebal
dibanding refletor-reflektor yang lain, dapat mengindikasikan hidorkarbon karena AI
reservoir berbeda dengan AI sekitarnya.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Boggs, Sam, 2005, Principles of Sedimentology and Stratigraphy, pearson Education Inc, New
Jersey.
Lab Sedimentografi Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM, Panduan Pratikum Geologi
Minyak dan Gas Bumi.
Sismanto, 2006, Dasar-dasar Akuisisi dan Pemrosesan Data Seismik, Laboratorium Geosikia
FMIPA UGM, Yogyakarta.
Veeken, P.C.H., 2007, Seismic Stratigraphy, Basin Analysis and Reservoir Characterisation,
Elsevier Ltd, Netherland
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2008/06/analisis-fasies-seismik-seismic-facies.html