Sedimentasi
-
Upload
andhika-megantara -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
description
Transcript of Sedimentasi
Proses Pengolahan Limbah Cair dengan Cara
Primary Sedimentasi
Disusun untuk memenuhi Tugas Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Dosen Pembimbing :
Juliananda, ST., M.Sc.
Benny Imam Santoso (135061101111029)
Eka Emiliana Rahmawati (135061101111012)
Febri Satria Nugraha (135061100111013)
PROGRAM STUDY TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
Pengumpulan 1Senin,
09 Maret 2015
BAB I
Pendahuluan
Limbah cair yang banyak ditemukan pada rumah tangga dan industri merupakan suatu
hasil buangan dari dosmetik industri atau individual yang dibuang ke lingkungan. Setiap
limbah cair yang dihasilkan memiliki karakteristik masing-masing, dimana karakteristik
limbah cair ini dapat dilihat berdasarkan sifat fisika, kimia dan biologinya. Karakteristik
limbah cair yang dapat dilihat dan diteliti untuk menentukan jenis perlakuan yang akan
diberikan sebelum dibuang ke lingkungan antara lain adalah total solid, total suspended
solid, turbiditas, warna, bau, COD, BOD, ukuran partikel, suhu, densitas, dan masih banyak
lagi contohnya.
Mengenali karakteristik limbah sangat penting bagi sarjana teknik kimia, karena
sebelum dibuang ke lingkungan limbah-limbah yang dihasilkan tersebut harus diolah terlebih
dahulu agar tidak merusak lingkungan. Karena jika seorang sarjana teknik kimi tidak
mengetahui karakteristik limbah yang dihasilkan dan tidak dapat menentukan proses
pengolahan yang tepat, maka limbah tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah
lingkungan, yaitu seperti menimbulkan wabah penyakit bagi warga sekitar, merusak
ekosistem sungai, merusak kesuburan tanah, dan yang lainnya.
Proses pengolahan limbah cair dapat dibagi menjadi dua berdasakan proses atau
prinsip kerjanya, yaitu secara fisika dan secara kimia. Proses pengolahan limbah secara fisika
antara lain dengan proses screening, flow equalization, mixing, sedimentasi, accelerated
gravity separation, dan flotation. Sedangkan, proses pengolahan limbah secara kimia adalah
dengan menggunakan chemical presipitation, adsorption, disinfection with chlorine,
dechlorination, disinfection with chlorine dioxide atau bromine chlorine, dan disinfection
with ozone.
Salah satu proses yang sering digunakan pada industri adalah proses sedimentasi.
Proses sedimentasi, alat yang digunakan pada proses sedimentasi dan aplikasinya pada
industri akan dijelaskan secara lengkap pada bab berikutnya.
BAB IIPembahasan
Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan cairan
(slurry) menjadi cairan beningandan sludge (slurry yang lebih pekat
konsentrasinya),Pemisahan dapat berlangsung karena adanya gaya gravitasi yang terjadi
pada butiran tersebut. Proses sedimentasidalam industri kimia banyak digunakan,
misalnya pada proses pembuatan kertas dimana slurry berupa bubur selulose yang akan
dipisahkan menjadi pulp dan air, proses penjernihan air (water treatment), dan proses
pemisahan buangan nira yang akan diolah menjadi gula. Proses sedimentasi dalam dunia
industri dilakukan secara sinambung dengan menggunakan alat yang dikenal dengan
nama thickener, sedangkan untuk skala laboratorium dilakukan secara batch. Data-data
yang diperoleh dari prinsip sedimentasi secara batch dapat digunakan untuk proses yang
sinambung.
Sedimentasi dapat dibedakan berdasarkan jenis klarifikasi yang digunakan, yaitu
klarifikasi primer dan klarifikasi sekunder. Klarifikasi primer atau dekantasi primer
adalah unit proses yang dirancang untuk memindahkan zat padat tersuspensi dan padatan
lain yang ada di dasar bak atau tangki klarifikasi sebelum dilakukan perlakuan biologi
untuk senyawa organik terlarut. Klarifikasi sekunder adalah unit proses yang dirancang
untuk memindahkan senyawa biomassa yang terbentuk selama proses biologi dan zat
padat lain yang terbawa oleh limbah cair masuk ke unit proses biologi, dan juga untuk
mengentalkan lumpur biologi. Pada proses sedimentasi diperlukan sistem perlakuan
fisika dan kimia yang mengikuti proses koagulasi dan flokulasi.
Proses sedimentasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis alat, antara
lain sebagai berikut :
A. Rectangular Tanks
Rectangular sedimentation tanks menggunakan kolektor Chain and flight solid atau
tipe travelling bridge. Peralatan untuk mengendapkan umumnya terdiri dari beberapa
conveyor. Setiap interval 3 meter pada conveyor terdapat scraper flights yang akan
mengambil endapan solids, dan dipindahkan ke transverse trough pada tangki besar.
Transverse trough dilengkapi dengan collecting mechanism (cross collector), biasanya
menggunakan chain and flight atau screw tipe pengumpul.
Rectangular tank dapat dibersihkan menggunakan mekanisme tipe bridge, yang
mekanismenya naik dan turun. Mekanisme ini menggunakan scraper blades untuk
membersihkan padatan yang masih mengendap.
Ketika tidak memiliki cross collector maka perlu menggunakan solid hopper yang
banyak, namun pengoperasian hopper sendiri sangat sulit, hal ini dikarenakan
terdapatnya padatan yang masih menempel pada dinding-dinding hopper. Akumulasi
padatan pada dinding hopper akan menghasilkan efek rathole. Penggunaan cross
collector lebih disarankan karena lebih banyak padatan yang bisa diambil serta dapat
mengurangi kebutuhan akan solid hopper.
Pada rectangular tanks, aliran merupakan hal yang diperhatikan, maka port pada
inlet harus mengatur alirannya sekitar 3-9 m/min. Inlet juga dilengkapi dengan baffle
untuk mengurangi kecepatan mula-mula dan mendistribusikan aliran secara merata.
Ukuran baffle yang digunakan 150mm di bawah permukaan sampai 300 mm dibawah
pintu masuk.
Pada multiple rectangular tanks terdapat galleries yang terhubung dengan struktur
tangki dan sepanjang influent. Galleries adalah tempat sludge pump dan perpipaan sludge
drawoff. Galleries juga menyediakan tempat untuk operasi dan perawatan.
Scum biasanya terkumpul pada effluent pada akhir rectangular tank. Scum akan
terbawa aliran sampai tertahan oleh baffle sebelum dihilangkan. Scum dapat dihilangkan
dengan hydraulically atau secara mekanik. Scum dapat dihilangkan melalui slotted pipe
yang dapat berotasi karena adanya lever atau screw. Namun slotted pipe ini tidak akan
berputar jika berada diatas permukaan air, sehingga harus terendam air, sehingga scum
yang sudah terkumpul akan mengalir ke pipa. Selain itu dapat menggunakan alat rotating
helical wiper untuk ditarik ke terowongan. Metode lainnya menggunakan alat pengumpul
Chain and flight yang akan mengumpulkan scum pada sisi tangki dan mengeroknya,
kemudian dimasukkan ke scum hopper.
Keunggulan rectangular tank yaitu :
Luas area yang dibutuhkan lebih kecil daripada circular tanks
Membuat surat izinnya tidak begitu sulit karena membutuhkan area yang sedikit
Pembangunan dinding kontruksinya murah
B. Circular Tanks
Pola aliran pada circular tank adalah radial. Untuk menghasilkan pola aliran
tersebut, maka limbah dapat ditemukan di tengah atau pada tepian tangki yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
` a b
Gambar Pola aliran radial a) di pusat b) di tepi
Gag
Gambar 1. a) Center Feed dan b) Peripheral feed
Pada gambar a adalah center feed dimana aliran limbah melalui pusat tangki yang
kemudian akan tersebar merata. Pusatnya berdiameter 15 sampai 20% dari total diameter
tangki, kedalamannya 1 sampai 2,5m dan memiliki sebuah tangential energy yang
menghamburan inlet dengan baik. Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan influent dari
pusat tangki dan menghamburkannya secara tangentsial ke atas 0,5-0,7 m. Laju alir
maksimalnya adalah 0,75, ukuran dari feed harus diatur sedemikian rupa agar tidak
melebihi 0,75.
Pada gambar b disebut desain peripheral feed terdapat sebuah baffle yang
membentuk sebuah annular space sehingga limbah air masuk akan tersebar secara
tangentsial. Air yang berada di atas akan semakin bersih, lemak dan scum akan terjebak
di permukaan annular space. Peripheral feed tanks secara umum digunakan untuk
pemurnian sekunder.
C. Kombinasi Flocculator-Clarifier
Kombinasi antara flocculator-clarifier terkadang digunakan pada sebuah industri
untuk treatment air limbah. Bahan kimia dapat ditambahkan untuk meningkatkan proses
flokulasinya. Limbah masuk ke pusat terowongan (shaft) dan mengalir ke ruang
flokulasi, yang dilengkapi dengan mixer berkecepatan rendah. Pengadukan secara
perlahan mengakibatkan terbentuknya partikel flocculent. Dari ruangan flokulasi, aliran
tersebut kemudian mengalir ke zona clarification dimana endapan solid dan scum akan
terkumpul
Gambar 2. Flocculator-clarifier
D. Stacked (Multilevel) Clarifier
Operasi stacked clarifier ini mirip dengan ractangular clarifier konvensional dari segi
influent, effluent, pola aliran, pengumpulan padata, dan penghilangannya. Stacked
clarifier tersusun atas dua atau lebih tangki. Setiap clarifier tidak saling tergantung,
sehingga menghasilkan aliran paralel pada tangki atas dan bawah. Endapan padatn
terkumpul pada setiap tangki menggunakan pengumpul chain and flight, kemudian
disebarkan ke hopper.
Gambar 3. Stacked rectangular tanks
Keuntungannya adalah menghemat tempat, menghemat kebutuhan akan perpipaan
dan pompa. Kerugiannya adalah biaya kontruksi yang lebih besar daripada clarifier
konvensional dan strukturnya lebih kompleks.
Setiap alat yang digunakan pada proses sedimentasi, performa dari tangki
sedimentasi dapat dilihat dari berbagai macam faktor, yaitu :
Penghilangan BOD dan TSS
Performa data penghilangan BOD dan TSS dalam sedimentasi merupakan fungsi
detention time dan konsentrasi kandungan yang ditunjukkan pada rumus di bawah ini
R= ta+bt
Dimana : R = Efisiensi removal
T = Detention time
a,b = empirical constant
atau dapat direpresentasikan menjadi sebuah grafik seperti di bawah ini :
Gambar 5. Grafik efisiensi removal
Suhu
Suhu akan mempengaruhi proses sedimentasi secara signifikan karena suhu dapat
mengubah massa jenis dari suatu zat yang akan dihilangkan.
Angin
Aliran angin yang melewati bagian atas dari tangki sedimentasi dapat menyebabkan
sirkulasi sel terbentuk. Ketika sirkulasi sel terbentuk, keefektifan kapasitas volumetrik
pada tangki akan berkurang sehingga akan mengubah karakteristik dari zat yang ingin
dihilangkan.
Desain alat
Ketika semua padatan pada limbah memiliki ukuran, massa jenis, spesifik gravitas
dan bentuk yang seragam. Maka efisiensi removal bergantung pada luas permukaan dan
detention time
.
Gambar 6. Desain alat
Detention time
Ketika waktu untuk sedimentasi bertambah maka sedikit demi sedikit pergabungan
antara padatan yang tersuspensi akan terjadi. Waktu sedimentasi biasanya 1,5-2,5 jam
berdasarkan laju alir dari limbahnya.
Surface Loading Rate
Surface loading rate sering disebut juga dengan overflow rate yang memiliki satuan
m3/m2d atau gal/ft2d. Pemilihan loading rate dipengaruhi oleh suspensi yang akan
dipisahkan.
Aplikasi sedimentasi banyak digunakan pada industri, antara lain :
1. Pada unit pemisahan , misalnya untuk mengambik senyawa magnesium dari air laut
2. Untuk memisahkan bahan buangan dari bahan yang akan diolah, misalnya pada pabrik
gula
3. Pengolahan air sungai menjadi boiler feed water.
4. Proses pemisahan padatan berdasarkan ukurannya dalam clarifier dengan prinsip
perbedaan terminal velocity,
Tujuan dari proses sedimentasi pada pengolahan air minum antara lain adalah untuk
pengendapan air permukaan untuk penyisihan partikel diskret, untuk pengendapan flok
hasil koagulasi-flokulasi khususnya sebelum disaring dengan filter pasir cepat, untuk
pengendapan lumpur hasil pembubuhan soda kapur pada proses penurunan kesadahan,
dan untuk pengendapan presipitat pada penyisihan besi dan mangan dengan oksidasi.
Selain itu, proses sedimentasi juga digunakan pada proses pengolahan limbah cair
yaitu untuk memisahkan zat padat dan cair dengan menggunakan prinsip pengendapan
berdasarkan gaya gravitasi. Contoh dari proses sedimentasi yang digunakan pada proses
pengolahan limbah cair adalah sebagai berikut :
a. Memisahkan padatan terlarut dalam klarifikasi primer sehinggamampu menurunkan
nilai BOD dengan rentang antara 30% sampai75%.
b. Menurunkan padatan terlarut sekitar 40% sampai 95%.
c. Mereduksi mikroba sampai sekitar 40% sampai 75%.
d. Memindahkan endapan biologi dalam klarifikasi akhir lumpur aktif.
e. Memindahkan humus dalam perlakuan tricklink filter. Perolehan lumpur padat
dikirim ke lokasi penguburan limbah padat(landfill).
BAB III
Daftar Pustaka
Roniadi,A. 2013. Evaluasi Pengolahan Air Limbah Rumah Potong Hewan.Tchobanoglous, George; Franklin L.Burton; and H. David Stensel. 2003. Wastewater
Engineering : Treatment and Reuse 4th ed. Hongkong : Metcalf & Eddy Inc.