Sedikit Tentang TPM LENGKAP
-
Upload
danielsilaban -
Category
Documents
-
view
1.080 -
download
20
Transcript of Sedikit Tentang TPM LENGKAP
1
Sedikit Tentang Total Productive Maintenance (TPM)
2
Apa Itu Total Productive Maintenance ( TPM ) ?
TPM dapat dianggap sebagai ilmu kedokteran tentang mesin. Total Productive Maintenance (TPM) merupakan program perawatan yang mengikutsertakan suatu konsep baru untuk merawat pabrik dan peralatannya. Tujuan dari program TPM adalah untuk betul-betul meningkatkan produksi selagi, dalam waktu yang bersamaan, meningkatkan moral karyawan dan kepuasaan kerja.
TPM mengantarkan perawatan ke tingkat yang (betul-betul) dibutuhkan (oleh pabrik) dan menjadikannya sebagai bagian yang sangat penting dari bisnis. Perawatan tidak lagi dianggap sebagai suatu kegiatan non-profit. Down time perawatan dijadualkan sebagai suatu bagian dari hari-hari manufacturing dan dalam beberapa kasus, sebagai suatu bagian integral dari proses manufaktur. Tujuannya adalah untuk mendapatkan perawatan emergensi dan perawatan tak terjadual sampai ke tingkat minimumnya.
3
Pursuit of economical LCC (Life Cycle Cost)
Product System Program
Equipment
EquipmentSupplier
EngineeringFirm
EquipmentUser
(Target)
(Goal)
Tero
tech
nology
(U.K
.)
TPM(Japan)
US DOD LOGISTICS
4
Mengapa TPM ?
TPM diperkenalkan untuk mencapai tujuan-tujuan, antara lain yang terpenting adalah sebagai berikut:
1. Menghindarkan pemborosan / kemubaziran bersama-sama dengan perubahan lingkungan yang lebih ekonomis dengan sangat cepat
2. Memproduksi produk tanpa menurunkan kualitas produk
3. Menurunkan biaya
4. Memproduksi sejumlah produk lebih dini (walaupun jumlahnya sedikit pada setiap start-upnya)
5. Produk yang dikirim ke pelanggan harus dalam kondisi tanpa cacat
5
Kesamaan & perbedaan antara TQM & TPM:
Program TPM menyerupai program Manajemen Kualitas Total (Total Quality Management (TQM)) yang sudah sangat terkenal. Banyak metoda seperti employee empowerment, benchmarking, documentation, dsb. yang digunakan di TQM digunakan pula untuk mengimplementasi dan mengoptimasi TPM. Berikut adalah kesamaan dari kedua metoda tersebut:
1. Komitmen total terhadap program dari manajemen (upper level) dibutuhkan untuk kedua program
2. Karyawan harus diberdayakan (empowered) untuk memulai kegiatan corrective, dan
3. Keberhasilannya yang hanya dapat dicapai dalam jangka waktu yang panjang harus dipahami dan diterima mengingat TPM bisa memakan waktu satu tahun atau lebih untuk penerapannya dan merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus (on-going). Perubahan dari pandangan karyawan (mind-set) terhadap tanggung jawab terhadap tugasnya harus pula terjelma.
6
Kategori TQM TPM
Tujuan Kualitas ( Output dan efek ) Equipment ( Input dan penyebab )
Cara untuk mencapai tujuan
Mensistematiskan manajemen. Berorientrasi ke software.
Employees participation dan berorientasi ke hardware
Target Kualitas untuk PPM Eliminasi rugi-rugi dan pemborosan.
Perbedaan antara TQM dan TPM diringkaskan sebagai berikut.
7
Jenis-jenis Perawatan :
1. Breakdown maintenance :
Perawatan dilakukan hanya apabila mesin gagal. Cara ini dapat digunakan apabila kegagalan mesin secara signifikan tidak mempengaruhi operasi atau produksi atau dapat memicu rugi-rugi yang signifikan lainnya kecuali hanya biaya perbaikan.
8
2. Preventive maintenance ( 1951 ):
Ini merupakan perawatan harian (membersihkan, menginspeksi, melumasi dan mengencangkan), yang dirancang untuk mempertahankan kojndisi sehat dari mesin dan mencegah kegagalan melali pencegahan deteriorasi, inspeksi periodik atau diagnosa kondisi mesin, untuk mengukur deteriorasi.
Pada era selanjutnya jenis perawatan ini dibagi dalam periodic maintenance dan predictive maintenance.
Sebagaimana halnya dengan kesehatan manusia yang membutuhkan obat-obatan untuk pencegahan, umur mesin dapat diperpanjang dengan melakukan preventive maintenance.
9
2a. Periodic maintenance ( Time based maintenance - TBM) :
Perawatan berbasis waktu terdiri dari inspeksi periodik, servis dan pembersihan mesin dan mengganti suku cadang untuk menghindarkan kegagalan mendadak dan masalah-masalah proses.
2b. Predictive maintenance :
Ini merupakan suatu ketode pada mana umur suatu komponen mesin diprediksi berdasarkan inspeksi atau diagnosis, dalam rangka menggunakan bagian mesin tadi sampai ke limit usia servisnya. Dibandingkan dengan periodic maintenance, predictive maintenance merupakan perawatan berbasis kondisi. Perawatan ini akan mengontrol kecenderungan, dengan mengukur dan menganalisis data dari deteriorasi mesin menggunakan sustu sistem pemantauan, yang dirancang untuk memantau kondisi melalui suatu sistem on-line.
10
3. Corrective maintenance ( 1957 ) :
Corrective Maintenance meningkatkan mesin dan komponennya sehingga preventive maintenance dapat dillakukan terpercaya. Mesin dengan kelemahan rancangan harus dirancang ulang untuk meningkatkan keandalannya atau meningkatkan ke mampu rawat nya (maintainability).
11
4. Maintenance prevention ( 1960 ):
Bisa mengindikasikan ciri rancangan mesin baru. Kelemahan dari mesin-mesin saat ini dipelajari secara tuntas (informasi dari lapangan menjurus ke pencegahan kegagalan, perawatan yang lebih mudah dan pencegahan defects, kedselamatan dan kemudahan manufacturingnya) dan ini semua dimasukkan sebelum komisioningh mesin baru.
12
Sejarah TPM :
TPM merupakan suatu konsep Jepang yang inovatif. Asal-usul TPM bisa ditelusuri sejak tahun 1951 ketika preventive maintenance diperkenalkan di Jepang. Akan tetapi konsep preventive maintenance sendiri diambil dari Amerika. Nippondenso merupakan perusahaan pertama yang memperkenalkan “plant wide preventive maintenance” di tahun 1960. Preventive maintenance adalah konsep di mana operator mengoperasikan dan perawata merawat mesin, akan tetapi dengan otomasi di Nippondenso, perawatan menjadi bermasalah sehingga dibutuhkan pekerja perawatan yang lebih banyak lagi. Sehingga manajemen memutuskan bahwa routine maintenance seharusnya dilakukan oleh operator. (Ini merupakan Autonomous maintenance, salah satu ciri TPM). Kelompok perawatan hanya melakukan pekerjaan perawatan utama yang lebih sulit.
13
Oleh karena itu Nippondenso yang telah melakukan preventive maintenance juga menambahkan Autonomous maintenance yang dilakukan oleh operator. Crew perawatan melakukan modifikasi peralatan untuk meningkatkan reliability. Modifikasi dilakukan atau dimasukkan ke dalam mesin baru. Ini menjurus ke “Maintenance prevention”.
Sehingga Preventive maintenance bersama-sama dengan Maintenance prevention dan Maintainability improvement membentuk apa yang disebut sebagai Productive maintenance. Tujuan dari productive maintenance adalah untuk memaksimumkan kinerja pabrik dan equipment untuk mencapai optimum life cycle dari mesin-mesin produksi.
14
Relationship Between TPM, Productive Maintenance, and Preventive Maintenance
15
Pada era itu Nippondenso melakukan quality circle, yang mengikutsertakan partisipasi karyawan, di mana seluruh karyawan mengambil bagian dalam mengimplementasikan Productive maintenance yang terbaharukan ini (= TPM).
Dengan dasar pengembangan yang dilakukan ini, Nippondenso dianugerahi distinguished plant prize untuk pengembangan dan penerapan TPM oleh Japanese Institute of Plant Engineer (JIPE). Sehingga Nippondenso dari Toyota group menjadi perusahaan pertama yang mendapat sertifikasi TPM.
16
Target-target TPM :
P (roduktivitas) Mencapai 80% Minimum OPE (Overall Plant Effectiveness) Mencapai 90% Minimum OEE (Overall Equipment Effectiveness) Mengoperasikan mesin walaupun pada waktu makan siang (Makan siang itu
untuk operator bukan untuk mesin !)Q (uality)
Mengoperasikan mesin sedemikian rupa sehingga tidak ada complaint dari customer terhadap produk yang dihasilkan
C (costs) Menurunkan manufacturing cost 30%.
D (elivery) Mencapai 100% keberhasilan dalam pengiriman produk seperti yang diminta
oleh customerS (afety)
Mempertahankan lingkungan yang bebas kecelakaan.M (oral)
Meningkatkan jumalh saran-saran dari lapangan sampai 3 kali. Mengembangkan pekerja yang multi-skilled dan fleksibel.
17
Note:
Weisssmann:
Productivity 100-200% increases 50-100% increase in rates of operation; 500% decrease in breakdowns
Quality 100% decrease in defects; 50% decrease in client claims
Costs 50% decrease in labor costs 30% decrease in maintenance costs 30% decrease in energy costs
Inventory 50% reduction on inventory levels 100% increase in inventory turns Safety Elimination of environmental and safety violations
Morale 200% increase in suggestions Increased participation of employees in small group meetings
18
Motive dari TPM (Alasan, pemicu, tujuan, maksud)
1. Memanfaatkan pendekatan life cycle untuk meningkatkan overall performance dari mesin-mesin produksi.
2. Meningkatkan produktivitas oleh para pekerja yang bermotivasi tinggi yang dicapai dengan perluasan tugas..
3. Memanfaatkan kegiatan-kegiatan kelompok kecil untuk mengidentifikasi penyebab kegagalan, dan kemungkinan untuk memodifikasi pabrik dan peralatan pabrik.
Kekhasan TPM Perbedaan yang mendasar antara TPM dan konsep lain adalah bahwa operator diikutsertakan pula pada proses perawatan. Konsep dari “Aku (operator produksi) mengoperasikan (mesin), Engkau (departemen perawatan) merawat” tidak diikuti.
Tujuan-tujuan TPM
1. Mencapai Zero Defects, Zero Breakdown dan Zero Accidents di seluruh functional areas organisasi.
2. Mengikutsertakan karyawan di seluruh level organisasi untuk ber TPM.
3. Membentuk team-team yang berbeda untuk menurunkan cacat dan melaksanakan Self Maintenance.
Keuntungan langsung TPM
1. Meningikatkan produktivitas dan OPE ( Overall Plant Efficiency ) sebesar 1.5 atau 2 kalinya.
2. Menghilangkan customer complaints. 3. Menurunkan manufacturing cost sebesar 30%. 4. Memberikan 100% kepuasan pelanggan ( Pengiriman jumlah yang
benar, tepat waktu dan tepat kualitas) 5. Menurunkan accidents. 6. Mengikuti arahan kontrol penumpasan pencemaran.
Keuntungan tidak langsung TPM
1. Tingkat percaya diri diantara para karyawan yang lebih tinggi 2. Mempertahankan tempat kerja bersih, eapih dan menarik. 3. Perubahan yang baik dari attitude para operator. 4. Mencapai goal dengan bekerja dalam team. 5. Deployment secara horisontal dari suatu konsep baru di seluruh
lingkup dan jajaran organisasi 6. Share pengetahuan dan pengalaman. 7. Para pekerja makin merasa memiliki mesin.
19
OEE ( Overall Equipment Efficiency ) :
OEE = A x PE x Q
A - Availability mesin. Availability merupakan bagian dari waktu mesin yang secara aktual tersedia terhadap waktu seharusnya tersedia.
A = ( MTBF - MTTR ) / MTBF
MTBF - Mean Time Between Failures = ( Total Running Time ) / Number of Failures.MTTR - Mean Time To Repair.
PE - Performance Efficiency. Dinyatakan oleh RE x SE.
Rate efficiency (RE) : Waktu rata-rata aktual lebih lambat dari waktu siklus rancangan karena jams dsb. Output menurun karena jams.
Speed efficiency (SE) : Waktu siklus aktual lebih lambat dari waktu siklus rancangan, output mesin menurun karena mesin beroperasi pada kecepatan yang lebih rendah.
Q - Adalah quality rate. Merupakan prosentase dari produk yang baik terhadap total produk yang dihasilkan, kadangkala disebut sebagai “yield”.
20
Langkah pengenalan TPM dalam perusahaan :
Langkah A – TAHAP PERSIAPAN :
LANGKAH 1 – Pemberitahuan oleh Management tentang akan diterapkannya TPM dalam Organisasi :
Pemahaman yang baik, komitmen dan keikutsertaan secara aktif dari top manajemen dibutuhkan pada tahap ini. Senior management harus memiliki program-program penyadaran (awareness), setelah pemberitahuan ini disampaikan ke semua. Cantumkan pada majalah perusahaan dan pasang pada papan-papan pengumuman. Tulis surat ke seluruh mereka yang terkait apabila diperlukan.
21
JADUAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
DURASI 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
3 Implementasi Total Productive Maintenance
* Pembentukan Organisasi TPM melalui pelatihanTPM 5 BLN/20 MINGGU - Pelatihan Formal TPM Untuk Top Manajemen 1 HARI - Pelatihan Formal TPM Untuk Middle Manajemen 3 HARI - Penyusunan Kerangka Organisasi TPM Korporat 2 MINGGU - Pembentukan TPM Promotion Office 2 MINGGU - Penyusunan Kebijakan Dasar TPM dan Target 2 MINGGU - Penyusunan Master Plan Implementasi TPM 2 MINGGU - Announcement Penerapan TPM oleh Dirut 1 HARI - Pelatihan Formal TPM Untuk Pelaksana Garis Depan tahap I 14 MINGGU
* Technical Assistance Persiapan Analisis TPM 5 BLN/20 MINGGU - Penyusunan Program Focused Improvement 8 MINGGU - Penyusunan Program Autonomous Maintenance 8 MINGGU - Membangun Sistem Early Managemen 8 MINGGU - Membangun Sistem Administrasi dan Penunjang Yang Effective 8 MINGGU
* Technical Assistance Pelaksanaan Implementasi TPM 5 BLN/20 MINGGU
- Implementasi Perawatan Terencana 12 MINGGU - Pelatihan Peningkatan Ketrampilan Perawatan oleh Operator 8 MINGGU - Membangun Sistem Pengelolaan K3L 8 MINGGU - Pelatihan Formal TPM Untuk Pelaksana Garis Depan tahap II 12 MINGGU
* KONSULTASI TPM 9 KALI X X X X
* Laporan
- Laporan Pendahuluan X
- Laporan Interim X
- Laporan Akhir X
- Retensi
Bulan Ke
22
Langkah 2 – Pendidikan Awal dan Sosialisasi TPM :
Pelatihan harus dilaksanakan didasarkan pada kebutuhan. Sebagian membutuhkan pelatihan intensif, dan sebagian lain hanya membutuhkan pengingatan kembali (refreshing). Ajak mereka yang diberi tanggung jawab ke perusahaan-perusahaan di mana TPM telah berhasil diterapkan.
Langkah 3 – Pembentukan Komite TPM Pabrik :
TPM mengikutsertakan improvement, autonomous maintenance, quality maintenance dsb., sebagai bagian daripadanya. Apabila TPM committees dibentuk, mereka harus menyadari akan kebutuhan-kebutuhan tersebut.
23
Top management(company wide;
PM policies; goal-setting;Central TPM promotional
committee)
Middle management(departemental PM policies;
Goal-setting; departemental TPM promotional
committees
Workshop management(setting PM goals according
To group; PM group activities)
TPM Promotional Structure
24
Design Maintenance Operations
Workshop management(setting PM goals according to
group; PM group activities)
Middle management (departmental PM policies; goal setting;
departmental TPM promotional committee
Top management (company wide PM policies; goal setting; central TPM promotional
committee)
TPM Promotional Structure
25
ChairmanCEO
TPM Headquarter
Chairman; VP General
Manufacturing;Asst Chairman
VP Manufacturing
TPM Committee Chairman;
VP Manufacturing;Asst Chairman;
QC Director;Department
Heads
Overall Administration
Sub-committee 5S;
Education & Training;
PM Standardization;
Reduction of Breakdowns
Inventory Reduction;
M-Q Analysis
Business Office
Production Control
Production Design
Quality Control
Engineering
Machine Shop
Manufacturing 1
Manufacturing 2
Departmental Administration
Manufacturing Headquarter
1
Section
Section
Section
Group
Group
Group
Shift
Shift
Shift
Circle
Circle
Circle
2
3
4
65
Group names
1. TPM Committee2. Departmental PM Circle3. Section PM Circle4. Group PM Circle5. Circle Leaders Committee6. Circle Activities7. Departmental PM Administration Meeting
7
TPM Promotional Structure at Aisan Industries
26
President
TPM PromotionCommittee
Main Plant
ProductionTechnology
O Plant
Planning
BussinessOffice
QualityControl
Engineering
Equipment/Facilities
Technology
General Affairs
ParticipatingPlants and
Departments
Manufacturing Sections
Rim #2
T Plant
Rim
ProfessionalCommittee
Public relationEducation/trainingAutonomous maintenance audit
TPM PromotionHeadquarters
Project Teams
TPM Promotional Structure
Company Wide Promotion
Departmental PromotionCommittee
Sectional Pro-motion Committee
Group PromotionCommittee
Assembly
Press
TireDelivery
Painting/Coating
Rim #1
PM-QCCircles
PM-QCCircles
PM-QCCircles
27
President
TPM PromotionCommittee
Main Plant
ProductionTechnology
O Plant
Planning
BussinessOffice
QualityControl
Engineering
Equipment/Facilities
Technology
General Affairs
T Plant
ProfessionalCommittee
Ø Public relationØ Education/trainingØ Autonomous
maintenance audit
TPM PromotionHeadquarters
Project Teams
ParticipatingPlants and
Departments
Company Wide Promotion
28
ParticipatingPlants and
Departments
Assembly
Press
TireDelivery
Painting/Coating
Manufacturing Sections
T Plant
Rim
Departmental Promotion Committee
29
Manufacturing Sections
Rim #1
Rim #2
Rim
Sectional Promotion Committee
30
Rim #1
PM-QCCircles
PM-QCCircles
PM-QCCircles
Group Promotion Committee
31
Struktur Organisasi untuk Penerapan TPM :
32
Langkah 4 – Penyusunan Sistem Kerja TPM dan target :
Sekarang seluruh pabrik / area dilakukan benchmarking dan ditetapkan suatu target yang bisa dicapai.
33
Example of Basic TPM Policy (Tokai Rubber Industries)
34
Langkah 5 – Penyusunan TPM Master Plan yang berlaku secara korporat :
Langkah berikutnya adalah implementasi yang menjurus ke korporasi di mana TPM menjadi suatu budaya organisasi. Pencapaian TPM award merupakan bukti tingkat kesuksesan yang dicapai.
35
36
LANGKAH B – TAHAP INTRODUKSI
Ini merupakan suatu upacara di mana kita mengundang semua. Suppliers mengingat mereka harus paham bahwa kit butuh kualitas suplai dari mereka. Perusahaan terkait lainnya dan perusahaan afilasi yang bisa menjadi customer kita, anak perusahaan dan sebagainhya.
Beberapa mungkin bisa belajar dari kita dan beberapa bisa membantu kita dan customer akan mendapat komunikasi dari kita kita sangat memperhatikan pada kualitas produk kita.
37
LANGKAH C - IMPLEMENTASI
Pada tahap ini delapan kegiatan dilakukan yang biasa disebut sebagai 8 pillar dalam pengembangan kegiatan TPM. Empat dari padanya digunakan untuk membangun sistem dalam rangka meningkatkan efisiensi produksi, satu untuk sistem kontrol dari produk dan peralatan baru, satu untuk meningkatkan efisiensi administrasi dan untuk mengontrol safety, sanitasi dari lingkungan kerja.
38
Starting TPM
1. Do We have PM Program?
2. Evaluate The effectiveness of
the Program
3. Is it effective <20% reactive work present
4. Review Maintenance
Stores
5. Are Stores effective -> 95% Service
Level?
6. Review Work Order System
7. Are Work Order Fully Utilized? (100%
Coverage)?
8. Review Planning and Scheduling
Develop PM
Program
YES
NO
Implement Effective
PM Procedures
Developed Effective Stores
Procedures
Implement an Effective Work Order
System
YES
YES
YES
NO
NO
NO
39
9. Is Planning and Scheduling effective?
>80% weekly
Investigate Computerization of Work Order
System
10. Does The Work Order System require
computerization?
11. Purchase and Implement CMMS
(EAMS)
12. Is The CMMS Usage
Effective?
13. Investigate Operator
Involvement in the Pilot Area
Are there Activities the operator could involved
in?
14. Identify the Activities
15. Are the Operators Certified to Perform the
Activities?
Implement Effective Planning
and Scheduling
Identify and correct
Problems
Re-evaluate Activities
Train and Certify the Operator to
Perform Activities
10a. Established a Manual
Maintenance System
10b. Is The Manual System Effective?
10c. Evaluate
Work Order Process
NO
NO
NO
NO
NO
YES
YES
YES
YES
YES
- Operator Cleaning and Inspecting- Work Requests- Visual Systems
YES
NO
40
16. Begin Operator
Involvement
17. Is Predictive Maintenance being
performed?
18. Investigate reliability
Engineering
Is Realibility data used for all equipment
making decisions?
19. Investigate financial
optimization
20. Are tools and data available for financial
optimization?
21. Use financial optimization
22. Are we successful with
TPM?
23. Strive for Continuous
Improvement
Begin Using Reliablity
Engineering Techniques
Develop the tools and
data
Begin Predictive
Maintenance
Investigate problems
and correct
YES
NO
YES
YES
YES
NO
NO
NO
- Life Cycle Costing- RCM- FMEA- Early Equipment Management & Design
- Total Cost Analysis- All Cost related to Decisions are calculated
44
45
LANGKAH D – TAHAP KORPORASI
Di sini dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang ditahapkan di atas, kita sudah harus mencapai tahap kematangan. Sekarang saatnya untuk mengajukan TPM Award. Dan bersiap-siap untuk melakukan tantangan improvement berikutnya.
46
Criteria for Awarding the PM Prize
1. Policies and Goals2. Organization and Management3. Small Group Activities and Autonomous Maintenance4. Education and Training5. Equipment Management6. Maintenance Planning and Management7. Equipment Investment Planning and MP (Maintenance Prevention)8. Relationship Between Cost Control and Production Quantities, Delivery
Times and Production Quality9. Industrial Safety, Hygiene, and Environment10. Results and Evaluation
Catatan: Rincian dari masing-masing topik lihat Lampiran
47
PILLAR TPM
48
49
PILLAR 1 - 5S
50
TPM dimulai dengan 5S. Permasalahan tidak bisa dilihat dengan jelas apabila tempat kerja tidak terorganisasi. Melakukan bersih-bersih dan mengatur tempat kerja membantu team untuk mampu menguak permasalahan. Membuat permasalahan terlihat adalah langkah pertama improvement.
51
Istilah Jepang Terjemahan Equivalent 'S' term
Seiri Organisation / orderliness / teratur
Sort / memilah
Seiton Tidiness / neatness / rapih
Systematise / merapihkan
Seiso Cleaning / membersihkan
Sweep / menyapu / mengelap / mengkilapkan
Seiketsu Standardisation Standardise
Shitsuke Discipline Self - Discipline
52
SEIRI - Sort out / memilah-milah :
Ini memiliki arti memilah (sorting) dan mengatur (organizing) barang-barang dalam kategori kritis, penting, sering digunakan, dan barang-barang yang tidak dibutuhkan saat ini. Barang yang tidak dibutuhkan bisa disingkirkan. Barang yang kritis harus disimpan dekat-dekat dan barang-barang yang tidak digunakan dalam waktu dekat harus disimpan di suatu tempat. Pada langkah ini, nilai penting barangnya ditetapkan berdasarkan pada utilitasnya bukan pada harganya. Sebagai hasil dari langkah ini, waktu pencariannya menjadi pendek.
53
Prioritas Frequency penggunaan Cara penanganan
Low / rendah Kurang dari satu pertahun; satu pertahun. Simpan jauh-jauh dari tempat kerja.
Average / rata-rata
Sedikitnya 2 tiap 6 bulan; satu per bulan; satu perminggu.
Simpan bersama-sama tetapi offline.
High / tinggi Satu per hari. Simpan di tempat kerja.
54
SEITON - Organise / mengatur :
Konsep yang dianut di sini adalah “Setiap barang memiliki satu tempat, dan hanya satu tempat” . Barang tersebut harus diletakkan kembali ke tempat asalnya setelah digunakan. Untuk bisa mengidentifikasi barang-barang dengan mudah, gunakan pelat nama dan tag berwarna. Rak vertikal bisa digunakan untuk maksud ini, dan barang berat diletakkan bada bagian bawah dari rak.
55
SEISO - Shine the workplace :
Ini mencakup membersihkan tempat kerja bebas dari kotoran, grease, minyak, limbah, scrap dll. Tidak ada kabel yang bergelantungan, tidak ada bocoran oli dari mesin dan sebagainya.
56
SEIKETSU - Standardization / menstandarkan :
Para karyawan harus mendiskusikan bersama-sama dan menetapkan standar kebersihan dan kerapihan dari tempat kerja / mesin / alur jalan. Standar tersebut diimplementasikan untuk seluruh pabrik dan diuji / diinspeksi secara acak.
57
SHITSUKE - Self discipline :
5S diambil sebagai jalan hidup untuk memicu self-discipline karyawan. Ini termasuk mengenakan badge, mengikuti prosedur kerja, tepat waktu, dedikasi ke perusahaan dan sebagainya.
58
PILLAR 2 - JISHU HOZEN ( Autonomous Maintenance )
59
Pillar ini dimaksudkan untuk bisa meningkatkan operator untuk mampu menangani kegiatan-kegiatan perawatan sederhana, sehingga membebaskannya dari para perawat trampil untuk menggunakan waktunya pada kegiatan-kegiatan yang lebih bernilai tambah dan reparasi teknik. Operator bertanggung jawab untuk menjaga peralatan mereka terhadap deteriorasi.
60
Policy :
1. Operasi mesin yang tak terganggu (uninterrupted). 2. Operator yang fleksibel untuk mengoperasikan dan merawat
mesin lain. 3. Eliminasi cacat di sumbernya melalui partisipasi karyawan secara
aktif.4. Implementasi bertahap kegiatan-kegiatan Jishu Hozen.
61
Target JISHU HOZEN :
1. Mencegah terjadinya kembali 1A / 1B karena JH. 2. Menurunkan pemakaian oli sampai 50% 3. Meningkatkan kegiatan JH 50%
Langkah-langkah dalam JISHU HOZEN :
4. Mempersiapkan karyawan. 5. Pembersihan awal mesin. 6. Menangani kejanggalan (counter measure). 7. Fix tentative JH standards 8. Inspeksi umum 9. Inspeksi autonomous 10. Standarisasi dan11. Autonomous management.
62
Masing-masing langkah tersebut dijelaskan seperti di bawah ini:
1. Latih karyawan:
Didik karyawan tentang TPM, keunggulannnya, keunggulan JH dan langkah-langkah JH. Didik karyawan untuk memahami tentang ketidak normalan mesin.
63
2. Pembersihan awal mesin :
Supervisor dan teknisi harus mendiskusikan dan menetapkan tanggal untuk mengimplementasikan Langkah 1.
Rapihkan / siapkan seluruh item untuk pembersihan. Pada tanggal yang telah ditentukan, karyawan harus membersihkan mesin
secara menyeluruh dengan bantuan departemen perawatan. Debu, karat, sisa minyak dan grease harus dihilangkan Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan selagi membersihkan:
kebocoran oli, kabel yang lepas, baut mur yang tidak dikencangkan, dan bagian-bagian mesin yang aus.
Setelah membersihkan permasalahan dikelompokkan dan dibuat taggingnya. Tag putih diletakkan di mana permasalahan dapat diselesaikan oleh operator, tag pink bila dibutuhkan bantuan dari maintenance.
Isi tagging ditransfer ke suatu register Buat catatan dari area yang tidak bisa diakses. Akhirnya tutup bagian yang terbuka dari mesin dan jalankan mesin.
64
3. Penanganan kejanggalan (Counter Measures) :
Bagian-bagian yang tidak bisa diakses harus bisa dicapai dengan mudah. Misal apabila ada banyak baut untuk membuka suatu pintu flywheel maka pintu berengsel bisa digunakan. Daripada membuka pintu untuk inspeksi, lebih baik dipasang kaca acrylic.
Untuk mencegah bergesernya bagian-babgain mesin perlu tindakan-tindakan yang tepat.
Bagian-bagian mesin harus dilakukan modifikasi untuk mencegah akumulasi kotoran dan debu.
65
4. Tentative Standard :
Jadual JH harus dibuat dan diikuti secara ketat. Jadual harus dibuat terhadap pembersihan, inspeksi dan pelumasan
dan harus juga mengikutkan detail seperti when, what dan how.
66
5. Inspeksi umum :
Karyawan harus dilatih dalam pengetahuan tentang pneumatic, electrical, hydraulics, pelumas dan pendingin, drives, baut, mur dan Safety.
Ini diperlukan untuk meningkatkan ketrampilan teknis dai karyawan untuk menggunakan manual inspeksi secara benar.
Setelah memahami pengetahuan baru ini haruslah di share dengan yang lain.
Dengan didapatnya pengetahuan teknis baru ini, operator sekarang sangat memahami dakn bagian-bagian dari mesin.
67
6. Autonomous Inspection :
Digunakan metoda baru untuk pembersihan dan pelumasan. Masing-masing karyawan menyiapkan autonomous chart / jadualnya
sendiri dengan berkonsultasi dengan supervisornya. Bagian-bagian yang tidak pernah memberikan masalah apapun atau
part yang tidak membutuhkan sebarang inspeksi dihapus dari list secara permanen didasarkan pada pengalaman. Ini termasuk bagian-bagian mesin yang memiliki kualitas prima. Ini akan mengurangi cacat karena masih kurangnya kesempurnaan JH
Inspeksi yang dilakukan dalam perawatan pencegahan dimasukkan dalam JH
Frekuensi pembersihan dan inspeksi bisa dikurangi berdasarkan pengalaman.
68
7. Standarisasi :
Selain mesin dan peralatan lain dalam tahap ini lingkungan mesin harus diorganisasikan. Item-item yang dibutuhkan harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak perlu mencari ataupun waktu pencariannya menjadi pendek.
Lingkungan kerja dimodifikasi sedemikian rupa sehingga tidak ada kesulitan untuk mendapatkan sebarang item yang dibutuhkan.
Setiap orang harus mengikuti perintah pekerjaan secara ketat. Kebutuhan suku cadang untuk equipment harus direncanakan dan
diadakan.
69
8. Autonomous Management :
OEE dan OPE dan target-target TPM lainnya harus dicapai dengan melakukan peningkatan berkesinambungan melalui Kaizen.
Siklus PDCA ( Plan, Do, Check, dan Act ) harus diimplementasikan untuk Kaizen.
70
PILLAR 3 - KAIZEN
71
“Kai” berarti berubah, dan “Zen” berarti bagus (untuk lebih baik lagi). Pada dasarnya kaizen adalah untuk improvement kecil, tetapi dilaksanakan secara berkesinambungan dan mengikutsertakan seluruh karyawan perusahaan. Kaizen adalah kebalikan dari innovasi spectakuler besar.
Kaizen tidak membutuhkan atau hanya membutuhkan sedikit investasi. Prinsip yang mendasarinya adalah “improvement kecil yang banyak sekali jauh lebih efektif dalam suatu lingkungan perusahaan ketimbang beberapa improvement besar yang mahal”.
Pillar ini ditujukan untuk menurunkan losses di tempat kerja yang mempengaruhi efisiensi kita. Dengan menggunakan prosedur yang rinci dan menyeluruh kita mengeliminasi rugi-rugi dengan suatu metode sistematik menggunakan berbagai tools Kaizen. Kegiatan-kegiatan ini tidak dibatasi hanya untuk area produksi saja dan dapat diimplementasikan dalam area administrasi juga.
72
Kebijakan Kaizen :
1. Praktekkan konsep zerro losses dalam setiap kegiatan
2. Terus menerus dilakukan untuk mencapai target-target penurunan biaya dari seluruh sumber daya
3. Terus menerus dilakuakn untuk meningkatkan OPE / OEE
4. Penggunaan secara ekstensif analisis PM sebagai suatu tool untuk mengeliminasi losses.
5. Fokuskan kepada kemudahan kerja operator.
73
Target Kaizen :
Pencapaian dan mempertahankan zero loses mengacu pada minor stops, pengukuran dan adjustment, cacat dan downtime yang tidak diinginkan. Ini juga diarahkan untuk mencapai 30% penurunan biaya manufacturing.
74
Tools yang digunakan dalam Kaizen :
1. PM analysis
2. Why - Why analysis
3. Summary of losses
4. Kaizen register
5. Kaizen summary sheet.
75
Tujuan dari TPM adalah memaksimumkan equipment effectiveness. TPM mengarah pada memaksimumkan utilisasi mesin dan bukan sekedar memaksimumkan availability mesin. Sebagai salah satu dari pillar kegiatan TPM, Kaizen menggapai mesin yang efisien, dan pemberdayaan operator, material dan energi, yang sangat mempengaruhi productivitas dan menginginkan untuk mencapai efek-efek yang substantial. Kegiatan-kegiatan Kaizen mencoba untuk mengeliminasi 16 rugi-rugi utama secara menyeluruh.
76
Loss / Rugi-rugi Category
1. Failure losses - Breakdown loss 2. Setup / adjustment losses 3. Cutting blade loss 4. Start up loss 5. Minor stoppage / Idling loss. 6. Speed loss - operating at low
speeds. 7. Defect / rework loss 8. Scheduled downtime loss
Rugi-rugi yang mempengaruhi equipment efficiency
9. Management loss 10. Operating motion loss 11. Line organization loss 12. Logistic loss 13. Measurement and adjustment loss
Rugi-rugi yang mempengaruhi efficiency kerja manusia
14. Energy loss 15. Die, jig and tool breakage loss 16. Yield loss.
Rugi-rugi yang mempengaruhi penggunaan efektif sumberdaya produksi
16 Major Losses dalam suatu pabrik :
77
Aspect Sporadic Loss Chronic Loss
Causation
Penyebab kegagalan ini dapat secara mudah ditelusuri. Hubungan penyebab dan efek mudah ditelusuri. (Causes for this failure can be easily traced. Cause-effect relationship is simple to trace).
Rugi-rugi ini sulit diidentifikasi dan diselesaikan, walaupun beberapa penanggulangan telah diterapkan. (This loss cannot be easily identified and solved. Even if various counter measures are applied)
Remedy Mudah untuk membangun penanggulanannya. (Easy to establish a remedial measure).
Rugi-rugi jenis ini disebabkan oleh karena cacat-cacat tersembunyi dalam mesin, equipment maupun metode. (This type of losses are caused because of hidden defects in machine, equipment and methods).
Impact / Loss Satu rugi-rugi bisa sangat mahal. (A single loss can be costly).
Satu rugi-rugi adalah jarang terjadi – suatu kombinasi dari penyebab-penyebab biasanya yang mendominasi. (A single cause is rare - a combination of causes trends to be a rule).
Frequency of occurrence
Frekuensi kejadian rendah dan kadang-kadang saja. (The frequency of occurrence is low and occasional).
Frekuensi rugi-rugi lebih sering (The frequency of loss is more).
Corrective action
Pada umumnya front line personel dalam produksi dapat menangani masalah ini. (Usually the line personnel in the production can attend to this problem).
Dibutuhkan pecialists dalam process engineering, quality assurance dan personel perawatan. (Specialists in process engineering, quality assurance and maintenance people are required).
Klasifikasi Rugi-rugi
78
PILLAR 4 - PLANNED MAINTENANCE
79
Ditujukan untuk mendapatkan mesin yang trouble free dan mendapatkan mesin yang memproduksi produk tanpa cacat untu mencapai total customer satisfaction. Ada 4 kelompok perawatan yang telah dibahas sebelumnya masing-masing adalah:
1. Preventive Maintenance
2. Breakdown Maintenance
3. Corrective Maintenance
4. Maintenance Prevention
Dengan planned maintenance kita menjuruskan usaha kita dari reactive ke suatu metode proactive dan memberdayakan staff peraatan yang telah dilatih untuk membantu melatih operator untuk mampu merawat mesinnya dengan lebih baik lagi.
80
Policy :
1. Mencapai dan mempertahankan availability dari mesin2. Biaya perawatan yang optimum. 3. Menurunkan inventori suku cadang. 4. Meningkatkan keandalan dan maintainability dari mesin.
Target :
5. Zero equipment failure dan zero break down. 6. Meningkatkan reliability dan maintainability sebesar 50 % 7. Menurunkan biaya perawatan sebesar 20 % 8. Menjamin ketersediaan suku cadang setiap waktu.
81
Enam tahap dalam Planned maintenance :
1. Evaluasi equipment dan pencatatan status saat ini.
2. Menghilangkan deteriorasi dan meningkatkan yang lemah.
3. Membangun sistem informasi manajemen.
4. Menyiapkan sistem informasi berbasis waktu (time based information system), memilih equipment, parts dan members dan susun renfcana.
5. Menyiapkan sistem predictive maintenance dengan memperkenalan teknik diagnosa equipment dan
6. Melakukan evaluasi dari planned maintenance.
82
PILLAR 5 - QUALITY MAINTENANCE
83
Ditujukan untuk kepuasan pelanggan dengan menyediakan produk yang berkualitas melalui manufacturing yang bebas cacat. Penekanan dilakukan untuk mengeliminasi non-conformances secara sistematik seperti yang dilakukan pada Focused improvement. Kita menjadi bisa lebih memahami bagian mana dari equipment yang mempengaruhi kualitas produk dan mulai mengeliminasi masalah kualitas saat ini, dan kemudian berpindah ke masalah potential quality. Transisinya adalah dari reactive ke proactive (dari Quality Control ke Quality Assurance)
Kegiatan QM dilakukan untuk mengeset kondisi equipment yang bebas dari cacat kualitas, didasarkan pada konsep dasar tentang bagaimana merawat equipment secara sempurna untuk mempertahankan perfect quality dari product. Kondisi equipment dicek dan diukur secara berkala / berurutan untuk melihat apakah nilai-nilai pengukuran masih dalam batas-batas standar untuk mencegah cacat. Transisi dari nilai pengukuran ini diamati untuk memprediksi kemungkinan terjadinya cacat dan untuk melakukan penanggulangan dini.
84
Policy :
1. Defect free conditions and control of equipments
2. Kegiatan QM untuk menunjang quality assurance.
3. Memfokuskan pada pencegahan defects pada sumbernya
4. Memfokuskan pada poka-yoke ( fool proof system )
5. In-line detection dan segregasi dari defects.
6. Implementasi efektif dari quality assurance operator.
85
Target :
1. Mencapai dan mempertahankan customer complaints ke zero
2. Menurunkan defect dalam proses sebesar 50 %
3. Menurunkan cost of quality sebesar 50 %.
86
Kebutuhan Data :
Cacat kualitas diklasifikasikan sebagai customer end defects dan in house defects. Untuk customer-end data, kita harus mendapatkan data untuk
1. Customer end line rejection
2. Field complaints.
In-house data yang terkait dengan produk dan data yang terkait dengan proses.
87
Data yang terkait dengan produk :
1. Product wise defects 2. Tingkat parahnya defect dan kontribusinya - major/minor 3. Lokasi defect terhadap tata letak mesin4. Besar dan frekuensi kejadiannya (occurrence) pada setiap tahap
pengukuran (measurement) 5. Kecenderungan kejadian (occurrence trend) pada awal dan akhir
dari setiap produksi / proses / penggantian (changes). (Seperti penggantian cetakan,ladle/furnace lining dsb.)
6. Kecenderungan kejadian (occurrence trend) yang terkait dengan restorasi dari breakdown / modifikasi / penggantian periodik dari komponen yang berkualitas.
88
Data yang terkait dengan proses :
1. Kondisi operasi untuk sub-process individual dikaitkan dengan men, method, material dan machine.
2. Setting dan kondisi standar dari sub-process
3. Perekaman aktual dari settings / conditions pada waktu terjadinya defect.
89
PILLAR 6 - TRAINING
90
Ditujukan untuk mendapatkan karyawan yang multi-skilled, bergairah kerja yang memiliki moral tinggi yang senang untuk datang bekerja dan melakukan seluruh fungsi yang dibutuhkan secara efektif dan independen.
Pendidikan diberikan ke operator untuk meng-upgrade ketrampilan mereka. Tidaklah cukup untuk sekedar tahu akan “Know-How” tetapi mereka harus juga belajar tentang “Know-Why”.
Dengan pengalaman mereka mendapatkan “Know-How” untuk mengatasi suatu masalah apa-apa yang harus dilakukan. Tetapi mereka melakukannya tanpa mengetahui penyebab dasar dari masalah dan mengapa mereka melakukannya seperti itu. Sehingga menjadi perlu untuk melatih mereka untuk mengetahui “Know-Why”.
Para karyawan harus dilatih untuk mencapai empat fase ketrampilan. Tujuannya adalah untuk menciptakan pabrik penuh dengan pakar.
91
Fase-fase ini adalah:
Fase 1 : Tidak tahu (Do not know).
Fase 2 : Tahu teorinya tapi tidak bisa melakukan (Know the theory but cannot do).
Fase 3 : Bisa melakukan tetapi tidak bisa mengajar (Can do but cannot teach)
Fase 4 : Bisa melakukan dan bisa mengajar (Can do and also teach).
92
Policy :
1. Memfokuskan pada improvement of knowledge, skills dan techniques.
2. Menciptakan lingkungan pelatihan untuk belajar mandiri didasarkan pada kebutuhan lapangan
3. Kurikulum pelatihan / tools / assessment dan sebagainya yang kondusif untuk employee revitalization
4. Pelatihan untuk menghilangkan kelelahan karyawan dan membuat mereka bekerja dengan senang.
93
Target :
1. Mencapai dan mempertahankan zero downtime pada mesin kritis.
2. Mencapai dan mempertahankan zero losses yang disebabkan karena lack of knowledge / skills / techniques
3. Menuju 100 % partisipasi dalam suggestion scheme.
94
Langkah-langkah dalam kegiatan Pendidikan dan Pelatihan :
1. Setting kebijakan dan prioritas dan checking dari status pendidikan dan pelatihan saat ini.
2. Membangun sistem pelatihan untuk peningkatan ketrampilan operasi dan perawatan.
3. Melatih karyawan untuk meningkatkan ketrampilan operasi dan perawatan.
4. Menyiapkan kalender pelatihan. 5. Kick-off dari sistem pelatihan. 6. Evaluasi kegiatan dan studi untuk pendekatan masa depan.
95
PILLAR 7 - OFFICE TPM
96
Office TPM harus dimulai setelah diaktifkannya 4 pillar TPM lainnya (JH, KK, QM, PM). Office TPM harus dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dalam fungsi-fungsi administrasi dan mengidentifikasi dan mengeliminasi rugi-rugi. Ini termasuk analisis dari proses-proses dan prosedur-prosedur terhadap office automation yang makin meningkat. Office TPM menangani 12 rugi-rugi utama, yaitu:
1. Processing loss 2. Cost loss yang masuk dalam bidang-bidang seperti procurement, accounts,
marketing, sales yang menjurus ke high inventories 3. Communication loss 4. Idle loss 5. Set-up loss 6. Accuracy loss 7. Office equipment breakdown 8. Communication channel breakdown, telephone dan fax lines 9. Time spent pada information retrieval10. Ketidaktersediaan (non availability) terhadap correct on line stock status 11. Customer complaints karena masalah logistics 12. Expenses pada emergency dispatches / purchases
97
Bagaimana memulai office TPM ?
Staf senior dari salah satu fungsi-fungsi penunjang misal Head of Finance, MIS, Purchase, dsb. akan mengepalai sub-committee. Anggauta-anggautanya adalah wakil-wakil dari seluruh fungsi-fungsi penunjang dan dari Production & Quality.
TPM co-ordinate merencana dan memandu sub committee.
1. Providing awareness about office TPM to all support departments2. Helping them to identify P, Q, C, D, S, M in each function in relation to plant
performance 3. Identify the scope for improvement in each function 4. Collect relevant data 5. Help them to solve problems in their circles 6. Make up an activity board where progress is monitored on both sides - results
and actions along with Kaizens. 7. Fan out to cover all employees and circles in all functions.
98
Topik Kobetsu Kaizen untuk Office TPM :
1. Penurunan Inventori
2. Penurunan lead time untuk proses-proses kritis
3. Rugi-rugi gerakan (motion) & ruang
4. Penurunan waktu retrieval time
5. Menyeimbangkan beban kerja
6. Meningkatkan office efficiency dengan mengeliminasi rugi-rugi waktu pada retrieval dari informasi, dengan mencapai zero breakdown dari office equipment seperti telephone dan fax lines.
99
Office TPM dan Benefitnya
1. Involvement of all people in support functions for focusing on better plant performance
2. Better utilized work area 3. Reduce repetitive work 4. Reduced inventory levels in all parts of the supply chain 5. Reduced administrative costs 6. Reduced inventory carrying cost 7. Reduction in number of files 8. Reduction of overhead costs (to include cost of non-production/non
capital equipment) 9. Productivity of people in support functions 10. Reduction in breakdown of office equipment 11. Reduction of customer complaints due to logistics 12. Reduction in expenses due to emergency dispatches/purchases 13. Reduced manpower 14. Clean and pleasant work environment.
100
P Q C D S M dalam Office TPM :
P - Production output lost due to want of Material, Manpower productivity, Tools.
Q - Mistakes in preparation of cheques, bills, invoices, payroll, Customer returns / warranty attributable to BOPs, Rejection / rework in BOP's / job work, Office area rework.
C - Buying cost / unit produced, Cost of logistics - inbound / outbound, Cost of carrying inventory, Cost of communication, Demurrage costs.
D - Logistics losses (Delay in loading / unloading)
Delay in delivery due to any of the support functions Delay in payments to suppliers Delay in information
S - Safety in material handling / stores / logistics, Safety of soft and hard data.
M - Number of kaizens in office areas.
101
Bagaimana office TPM mensupport plant TPM
Office TPM mensupport pabrik -- awalnya dalam melakukan Jishu Hozen dari mesin (setelah mendapatkan pelatihan Jishu Hozen), -- pada
Initial stages machines are more and manpower is less, so the help of commercial departments can be taken, for this
Office TPM can eliminate the loades on line for no material and logistics.
102
Pemekaran office TPM ke suppliers and distributors
Ini penting, tetapi setelah kita melakukannya secara benar.
Supplier akan memberikan on-time delivery, peningkatan kualitas bahan masuk dan penurunan cost.
Dari distributor akan didapatkan accurate demand, peningkatan secondary distribution dan penurunan kerusakan selama handling dan storing.
Bagaimanapun kita akan melatih mereka didasarkan pada pengalaman dan praktek kita dan menggarisbawahi gaps dalam sistem yang dapat mempengaruhi kedua belah pihak.
Pada beberapa perusahaan besar, mereka telah memulainya untuk mensupport jaringan suppliernya.
103
PILLAR 8 - SAFETY, HEALTH AND ENVIRONMENT
104
Target
1. Zero accident, 2. Zero health damage 3. Zero fires.
Pada area ini difokuskan pada penciptaan tempat kerja yang aman dan lingkungan area kerja yang tidak rusak oleh proses atau prosedur kita. Pillar ini akan memerankan peran aktif secara reguler pada setiap dari pillar lainnya.
Suatu komite dibentuk untuk pillar ini yang terdiri dari wakil-wakiol perusahaan maupun karyawan. Komite dipimpin oleh Senior Vice President (Technical). Safety sangat ditekankan bagi Plant Manager.
Untuk menciptakan kesadaran safety diatara karyawan bisa dilakukan kompetisi seperti slogan, quiz, drama, poster dsb yang berkaitan dengan safety yang dapat dilaksanakan secara reguler.
105
Kesimpulan Saat-saat ini, selagi kompetisi dalam industri sangat tinggi, TPM mungkin
merupakan satu-satunya metode yang dapat bertahan antara sukses dan gagal total untuk beberapa perusahaan.
TPM telah terbukti sebagai suatu program yang jalan. TPM dapat berjalan bukan hanya di pabrik industri, tetapi pada konstruksi, perawatan gedung, transportasi, dan dalam berbagai situasi lain.
Para karyawan harus dididik dan disadarkan bahwa TPM bukanlah sebagai “program bulan ini” dan manajemen harus telah komit secara penuh pada program dan sadar akan waktu implementasi yang relatif lama.
Apabila semua orang ikut dalam program TPM dengan melakukan tugas-tugasnya dengan benar maka dapat diharapkan didapatkannya laju pengembalian yang sangat tinggi dari sumberdaya yang diinvestasikan.
106
LAMPIRAN
Criteria for Awarding the TPM Prize
107
Criteria for Awarding the TPM Prize
1. Policies and Goals
How do company policies relate to equipment management? Are appropriate methods used in setting equipment management
policies and goals? Are priorities set appropriately? Are effective managerial indices and evaluation criteria established? Are long-term and annual plans coordinated? Are company policies and goals understood and accepted by everyone
(management and employees)? Is the achievement of policies and goals closely monitored? Are results reflected in the subsequent yearly plans?
108
Criteria for Awarding the TPM Prize
2. Organization and Management
Are the organization and personnel deployment related to equipment management appropriate?
Is the TPM-promotion organization effective? Is the TPM-promotion organization well integrated within the
management structure? Is each department participating in TPM? Are the head office and the plants and branch offices cooperating? Are there any obstacles to the communication and effective use of
information? Have good relationship been established with outside contractors for
equipment, dies, jigs, tools, maintenance work, and so on?
109
Criteria for Awarding the TPM Prize
3. Small Group Activities and Autonomous Maintenance
Are small groups properly formed? Are small group goals set appropriately? Do groups meet regularly? Are meetings lively? Is the suggestion system active? Are suggestions handled
appropriately? How is the achievement of targets confirmed? To what extent are operators performing autonomous maintenance?
110
Criteria for Awarding the TPM Prize
4. Education and Training
Is TPM understood at every level of the company? Is the scope and level of training appropriate at every level? Is training being carried out according to plan? What is the degree of participation in outside education and training
courses? How many employees hold technical licenses and other
qualifications? What is the level of knowledge and skill related to maintenance work? Are skills effectively evaluated? Are the effects of education and training being measured?
111
Criteria for Awarding the TPM Prize
5. Equipment Management Practice of the Five S’s
Is equipment free from contamination by dirt, dust, oil, scale, filings, chips, raw materials, and so on?
Is action being taken against sources of dirt and other contamination and hard-to lubricate places? Are inspection and cleaning carried out regularly?
Are efforts being made to improve visual control by displaying lubrication instructions, maximum and minimum levels on measuring instruments, matchmarks on nuts and bolts, and so on?
Are dies, jigs, tools, measuring instruments, cleaning equipment, and raw materials kept clean and in good order?
Application of Machine Diagnostic Technology Is machine diagnostic technology being used to deal with the following phenomena?
cracks, corrosion, looseness, etc. abnormal vibration, noise, temperature, etc leakage of water, air, steam, gas, oil, etc.
Installation Method Are wiring, piping, hydraulic and pneumatic units, electrical control units, and similar
equipment installed by suitable methods in appropriate position? Lubrication
Are lubricating materials, equipment, and methods and lubricant replenishment and replacement periods selected appropriately? Is lubrication being carried out properly?
112
Criteria for Awarding the TPM Prize
6. Maintenance Planning and Management
What measures have been taken to assure and increase maintenance quality and efficiency?
Have appropriate standards for equipment inspections been set? Are inspections planned and carried out properly?
Are annual, monthly, and other maintenance work plans being prepared and executed?
Have standards for permanent-stock items, order points, order quantities for spare parts, and other maintenance materials been set? Is stock stored under suitable conditions?
Are equipment drawings adequately controlled? Are dies, jigs, tools, and measuring instruments managed properly? Have appropriate record-keeping and data-handling methods been
established for equipment deterioration, breakdowns, other stoppages, maintenance man hours, and other aspects of maintenance?
Are improvement measures based on data? Are control procedures used properly?
113
Criteria for Awarding the TPM Prize
7. Equipment Investment Planning and MP (Maintenance Prevention)
Are new-product and process development and new-equipment plans suitably related?
Are suigtable methods of comparing the economy of equipment investments being used?
Are equipment budgets appropriately compiled and controlled? Are MP improvement proposals reflected quickly and accurately
equipment design standards? Are reliability and maintainability considered fully when selecting and
designing equipment and its layout? Are equipment testing and acceptance and commissioning control carried
out effectively? Is in-house development of equipment dies, jigs, and tools superior? Are measure for preventing the recurrence of serius accidents quick and
accurate? Are fixed assets properly managed?
114
Criteria for Awarding the TPM Prize
9. Relationship Between Cost Control dan Production Quantities, Delivery Times, and Product Quality
1. Is the control of production quantities and delivery times coordinated with equipment management?
2. Are quality control and equipment management coordinated?3. Are maintenance budgets properly prepared and controlled?4. Are resource-saving and energy-saving measures adequate?
115
Criteria for Awarding the TPM Prize
10. Industrial Safety, Hygiene, and Environment
1. Have satisfactory policies been established related to industrial safety, hygiene, and environmental management?
2. Are management methods and organization appropriate?3. Is there good coordination between equipment management and
industrial safety, hygiene, and environmental management?4. What are the overall results of the management program?5. Does environmental management comply with statutory regulations?
116
Criteria for Awarding the TPM Prize
11. Results and Evaluation
How are results being measured? Is the achievement of policies and goals satisfactory? Is maintenance valued highly from the standpoint of increasing
productivity and other general management considerations? Are results reported regularly to academic and professional
organization and in other ways? Have current problems been identified? Is the next TPM promotion plan in place?