Sediaan Galenik Aot

14
PERCOBAAN I SEDIAAN GALENIK I. TUJUAN PERCOBAAN Agar mahasiswa dapat mempersiapkan/membuat sediaan obat dari bahan tumbuhan atau hewan menjadi simplisia atau sediaan galenik. II. DASAR TEORI Sediaan galenik adalah suatu sediaan yang dibuat dengan jalan mengekstraksi atau mengisolasi bahan berkhasiat dari bahan alam (terutama bahan nabati dan hewani). Sediaan galenik merupakan salah satu sediaan dari obat tradisional. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) dan atau canpuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan. Obat tradisional harus memenuhi CPOTB. CPOTB adalah suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana cara memproduksi obat tradisional agar didapatkan produk yang aman dengan sifat yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki. Obat tradisional dikembangkan berdasarkan kenyataan bahwa obat tradisional tumbuh dan berkembang dari dan oleh masyarakat sendiri, oleh karena itu pengembangan obat tradisional pada prinsipnya menggunakan strategi pemberontakan potensi yang ada dimasyarakat dalam bidang obat tradisional. Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali

Transcript of Sediaan Galenik Aot

Page 1: Sediaan Galenik Aot

PERCOBAAN I

SEDIAAN GALENIK

I. TUJUAN PERCOBAAN

Agar mahasiswa dapat mempersiapkan/membuat sediaan obat dari bahan

tumbuhan atau hewan menjadi simplisia atau sediaan galenik.

II. DASAR TEORI

Sediaan galenik adalah suatu sediaan yang dibuat dengan jalan mengekstraksi

atau mengisolasi bahan berkhasiat dari bahan alam (terutama bahan nabati dan

hewani). Sediaan galenik merupakan salah satu sediaan dari obat tradisional.

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan,

hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) dan atau canpuran dari bahan tersebut yang

secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan. Obat tradisional harus

memenuhi CPOTB. CPOTB adalah suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana cara

memproduksi obat tradisional agar didapatkan produk yang aman dengan sifat yang

dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki.

Obat tradisional dikembangkan berdasarkan kenyataan bahwa obat tradisional

tumbuh dan berkembang dari dan oleh masyarakat sendiri, oleh karena itu

pengembangan obat tradisional pada prinsipnya menggunakan strategi pemberontakan

potensi yang ada dimasyarakat dalam bidang obat tradisional.

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun dan kecuali dinyatakan lain, simplisia merupakan

bahan-bahan yang dikeringkan dapat berupa simplisia nabati, hewani dan pelikan

(mineral).

Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanannya dan

khasiatnya. Bahan baku terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi

persyaratan yang tertera dalam Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia dan

IMMI.

Ketentuan atau persyaratan lain yang berlaku, antara lain :

1. Pembakuan simplisia.

2. Pembakuan ekstrak.

3. Pembakuan sediaan obat tradisional.

Page 2: Sediaan Galenik Aot

Untuk memperoleh bahan baku obat tradisional yang mempunyai identifikasi

yang jelas diperlukan persyaratan dan pengujian dari setiap bahan baku dengan warna

sebagai berikut :

a. Nama simplisia.

b. Nama daerah.

c. Uraian.

d. Pemerian.

e. Baku pembanding.

f. Identitas.

g. Uji kemurnian.

h. Susut pengeringan.

i. Kadar air.

j. Zat identitas.

k. Penetapan Kadar.

l. Peringatan.

m. Wadah dan penyimpanan.

Parameter standar mutu ekstrak/sediaan galenik :

a. Nama ekstrak.

b. Tanaman sumber.

c. Konsistensi ekstrak.

d. Organoleptis.

e. Berat kering dan Bj.

f. Kadar air.

g. Kadar abu.

h. Sisa pelarut.

i. Residu pestisida.

j. Uji batas logam berat.

k. Cemaran mikroba.

l. Sari larut dalam pelarut tertentu.

m. Kadar terlarut dalam spektrofotometer.

n. Kadar zat aktif/zat identitas.

o. Kadar total golongan zat kandungan.

p. Profil zat aktif/zat identitas.

Prioritas pemilihan :

1. Bahan baku relatif mudah diperoleh.

2. Didasarkan pada pola penyakit di Indonesia.

Page 3: Sediaan Galenik Aot

3. Perkiraan manfaatnya terhadap penyakit tertentu cukup besar.

4. Memiliki rasio risiko dan kegunaan yang menguntungkan penderita.

5. Merupakan satu-satunya alternatif pengobatan.

Ramuan (komposisi) hendaknya terdiri dari satu simplisia atau sediaan galenik.

Bila hal tersebut tidak mungkin, ramuan dapat terdiri dari beberapa simplisia atau

sediaan galenik dengan syarat tidak melebihi lima simplisia atau sediaan galenik.

Simplisia tersebut masing-masing sekurang-kurangnya telah diketahui khasiat dan

kegunaanya berdasarkan pengalaman.

Bila pada buku-buku persyaratan tersebut tidak tertera paparannya bahan

menggunakan kofortuna dalam buku persyaratan mutu ragam lain atau pedoman lain,

penggunaan zat kimia berkhasiat (tunggal murni) dalam fitofarmaka dilarang.

Pada dasarnya pemakaian obat tradisional mempunyai beberapa tujuan yang

secara garis besarnya dapat dibagi menjadi 4 kelompok :

1. Untuk memelihara kesehatan dan menjaga kebugaran jasmani.

2. Untuk mencegah penyakit (preventif).

3. Sebagai upaya pengobatan penyakit baik pengobatan sendiri maupun untuk

mengobati orang lain. Sebagai upaya pengganti atau mendampingi penggunaan

obat jadi (kuratif).

4. Untuk memulihkan kesehatan (rehabilitatif).

Fitofarmaka sebelum diedarkan harus mengalami pengujian secara kualitatif

dan kuantitatif. Uji klinik pada manusia yang sebelumnya diujikan pada hewan uji

fitofarmaka meliputi : uji toksisitas, uji farmakologik, uji eksperimental dan uji klinik.

Parameter standar mutu bahan baku obat tradisional berupa simplisia yang

mempunyai 2 fungsi, yaitu :

Sebagai bahan baku obat tradisional.

Sebagai bahan baku ekstrak.

Beberapa sediaan galenik

Tinctura (tingtur)

Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia

nabati atau hewan dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut. Kecuali

dinyatakan lain, tingtur dibuat dengan menggunakan 20% simplisia untuk zat

berkhasiat dan 10% simplisia untuk zat berkhasiat keras.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan

ditempat sejuk.

Ekstracta (ekstrak)

Adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati

atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung.

Page 4: Sediaan Galenik Aot

Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk sebagai cairan penyari

digunakan air, eter atau campuran etanol dan air.

Infusa (infus)

Adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air

pada suhu 90° C selama 15 menit.

Aqua aromatica (air aromatik)

Menurut Farmakope Indonesia II adalah larutan jenuh minyak atsiri dalam air,

berupa cairan jernih atau agak keruh mempunyai bau dan rasa tidak menyimpang

dari bau dan rasa minyak atsiri asal. Air aromatik disimpan dalam wadah tertutup

rapat, terlindung dari cahaya dan ditempat yang sejuk.

Syrupi (sirup)

Adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa kesuali

dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%.

Spiritus aromatici

Dibuat dengan maserasi sejumlah simplisia dengan campuran sejumlah etanol

dan air hingga 24 jam. Maserat lalu didestilasi sampai diperoleh 1000 bagian.

Kadar spiritus aromatici adalah 65% b/v. Konsistensi harus jernih, tidak berwarna,

cairan berbau aroma dan berasa. Yang mengandung hanya bagian yang mudah

menguap tidak mengandung tanin dan harsa. Pengenceran spiritus aromatici dengan

air akan menjadi keruh karena minyak menguap yang terkandung kurang larut

dalam air.

Vinum (anggur obat)

Adalah anggur dari spanyol yang dalam perdagangan dikenal dengan anggur

shevry (xereswijh) mengandung etanol tidak kurang dari 18% b/v (Farmakope

Belanda).

KETUMBAR (Coriandrum sativum., L)

Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicothyledonae

Ordo : Apiales

Familia : Apiaceae

Genus : Coriandrum

Spesies : Coriandrum sativum., L

Cara Pembuatan

Page 5: Sediaan Galenik Aot

Tanaman dapat dipanen apabila warna buahnya berubah dari hijau menjadi

coklat kuning ialah pada umur 3 sampai 3,5 bulan dari waktu tanam. Panen

dilakukan dengan cara memotong tanaman atau mencabutnya. Dicuci dengan air

bersih sampai bersih.

Makroskopik dan Mikroskopik

Buah berbentuk bulat, garis tengah 2 mm, warna kuning kecoklatan atau coklat

keunguan. Pada ujung buah terdapat 5 sisa daun kelopak kecil dan satu stipodium

pendek. Pada permukaan merkarp terdapat 4 rusuk sekunder terdapat 5 rusuk

primer membujur, berkelok-kelok dan kurang menonjol, gagang buah pendek atau

tidak ada. Pada potongan melintang melalui pertengahan merkarp terlihat perkarp

sangat tipis, tebal kurang dari 0,5 mm, endosperm dari masing-masing merkarp

berbentuk ginjal, warna putih kelabu. Pada potongan membujur merkarp berbentuk

ginjal, warna putih kelabu. Pada potongan membujur merkarp, terlihat embrio

berwarna lebih muda daripada endosperm dan terdapat di bagian pangkal sampai

ujung buah. Buah bila diremas berbau aromatik, khas, rasa khas, lama-lama agak

pedas.

Identifikasi kualitatif

1. 2 mg serbuk buah ditambah 5 tetes asam sulfat (94%), terjadi warna coklat tua.

2. 2 mg serbuk buah ditambah 5 tetes asam klorida pekat, terjadi warna coklat.

3. 2 mg serbuk buah ditambah 5 tetes larutan NaOH 5% b/v, terjadi warna kuning.

4. 2 mg serbuk buah ditambah 5 tetes amonia (25%), terjadi warna kuning.

Kandungan Kimia

Minyak atsiri yang terdiri dari d-linaol, geraniol, borneol, d, a-pinen, a-terpinen,

tanin, lendir, asam malat, vitamin A dan C.

Kegunaan

1. Obat batuk

2. Stimulansia.

3. Perangsang selera makan.

4. Obat pencahar.

5. Obat cacing.

6. Sakit empedu.

7. Bronchitis.

Ekstrak

Page 6: Sediaan Galenik Aot

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia

nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari

langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.

Ekstrak kental adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai.

Kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersedia diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

pembuatan simplisia dan ekstrak.

PILLULAE

Pilulae (pil) adalah sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng mengandung

satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500 mg. Untuk

membuat pil diperlukan zat tambahan seperti zat pengisi untuk memperbesar volume,

zat pengikat dan zat pembasah dan bila perlu ditambah zat penyalut.

Pembuatan pil yang mengandung obat berupa ekstrak kental yaitu dengan cara

ekstrak kental tersebut direndam dengan spiritus dilutus atau cairan lain yang

digunakan sebagai mengstrum ekstrak dan dicampur dengan liquiritae radix. Apabila

jumlahnya sedikit, diperlukan succus liquiritae sebagai tambahan zat pengikat 1 g

untuk 30 pil.

Apabila jumlah ekstrak kental besar yaitu 1,5 g lebih, kebutuhan succus

liquiritae dapat dikurangi, bahkan tidak diperlukan succus liquiritae tapi cukup dibuat

dengan liquiritae radix saja.

PENYARIAN

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang didapat dari bahan yang tidak

larut dengan pelarut cair. Ada 4 cara penyarian yaitu :

1. Infundasi

Adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari kandungan

aktif yang larut dalam air dan bahan – bahan nabati. Penyarian dengan cara ini

menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.

Oleh karena itu sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.

2. Maserasi

Maserasi berasal dari bahasa latin “ macerart” yang artinya merendam.

Maserasi merupakan cara yang paling tepat dimana obat yang sudah halus mungkin

untuk direndam dalam instrumen sampai meresap dan mampu melunakkan susunan

sel sehingga zat mudah larur. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana

Page 7: Sediaan Galenik Aot

dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dan cairan penyari. Cairan penyari

akan menembus sampai sel dan masuk kedalam rongga antara zat aktif didalam dan

diluar sel.

3. Soxhletasi

Adalah cara penyarian kontinyu dengan alat soxhlet. Soxhlet merupakan alat

yang umumnya dipakai untuk melakukan ekstraksi dengan pelarut menguap, cairan

penyari naik keatas melalui pipa samping kemudian diembunkan oleh pendingin

balik. Cairan penyaring akan turun dan melarutkan zat aktif serbuk simplisia. Cara

ini lebih menguntungkan karena penyariannya cepat dan tuntas, namun hanya dapat

digunakan untuk simplisia dengan kandungan zat aktif yang tahan panas.

4. Perkolasi

Perkolasi berasal dari bahasa latin “per” yang berarti melalui dan “colare” yang

artinya menembus. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan

mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.

Prinsip perkolasi adalah :

Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder

yang bagian bawahnya diberi sekat berpori

Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk

tersebut cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel

yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh

Gerak kebawak disebabkan oleh kekuatan gaya buatnya sendiri

dari cairan diatasnya, dikurangi dengan gaya kapiler

yang cenderung untuk menahan

Untuk ekstrak yang menggunakan penyari etanol, hasil akhir harus dibiarkan

ditempat sejuk selama ± 1 bulan, kemudian disaring sambil mencegah serbuk

simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan kedalam bejana

perkolator tetapi dibasahi atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari.

III. ALAT dan BAHAN

Alat :

o Labu takar

o Kertas saring

o Corong buchner

o Evaporator

o Waterbath

Page 8: Sediaan Galenik Aot

o Mortir

Bahan :

o Etanol 96%

o Aquadest

o Radix liquiritae

o Succus liquiritae

o Lycopodium

IV. CARA KERJA

1. Pembuatan simplisia (biji ketumbar)

Tanaman yang telah dipotong kemudian diikat

Dijemur selama 1 minggu/lebih

Biji dilepaskan dari buahnya

Dijemur lagi dengan alas tikar ad kering

Biji ditampi dan disimpan dalam karung/kaleng

2. Pembuatan ekstrak

Bahan 450 g + etanol 96% v/v sebanyak 750 ml

ad semua bahan terendam

Diaduk dengan mixer selama 3 jam

Rendaman tersebut disimpan terlindung cahaya selama 24 jam

Rendaman disaring dengan kertas saring dengan corong buchner

Cairan maserasi dan cairan yang diperoleh melalui penyaringan disatukan

Selanjutnya diatur ad mencapai jumlah yg diinginkan dg cairan hasil

pencucian sisa penyaringan menggunakanbahan ekstraksi

Sari etanol yg diperoleh diuapkan dg menggunakan

evaporator pd suhu tidak lebih dr 40° C

Page 9: Sediaan Galenik Aot

Penguapan dilakukan ad larutan kental

Larutan kental diambil dari labu alas bulat dan diuapkan diatas

waterbath dlm cawan porselin ad etanol menguap semua

3. Pembuatan pil

Ekstrak ketumbar + spiritus dilutus ad larut

+ Bahan pengisi (radix liquiritae + succus liquiritae)

+ beberapa tetes aqua gliserinata

digerus homogen ad terbentuk massa pil yg baik

Digulung dan dicetak menjadi 30 pil @ 150 mg

V. PEMBAHASAN

Pada percobaan sediaan galenik ini, praktikan akan membuat ekstrak biji

ketumbar dibuat menjadi sediaan obat yang lebih praktis dalam penggunaannya yaitu

pillulae (pil). Biji ketumbar (Coriandrum sativum., L) mengandung minyak atsiri,

lendir, tanin, asam malat, vitamin A dan C.

Pelarut yang digunakan pada pembuatan ekstrak yaitu etanol 96% dengan

alasan :

1. Lebih efektif, karena zat berkhasiat larut dalam etanol.

2. Kadang kuman sulit tumbuh dalam etanol 96% keatas.

3. Tidak beracun.

4. Netral.

5. Absorbsi baik.

6. Etanol dapat campur dengan air dengan segala perbandingan.

7. Panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.

Diuapkan pada suhu tidak lebih dari 40° C karena zat aktifnya berisi minyak

atsiri yang masih mudah menguap.

Sediaan ini dibuat dalam bentuk pil karena untuk memberikan kepraktisan

dalam penggunaannya sebagai pengobatan di masyarakat sehingga pemanfaatan obat

tradisional dari biji ketumbar ini dapat ditingkatkan dengan membuatnya dalam bentuk

sediaan pil.

Sediaan atau obat ini dapat memberikan khasiat sebagai pencahar, obat batuk, obat

cacing, stimulansia dan lain-lain.

Page 10: Sediaan Galenik Aot

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Jakarta.

Anonim, 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Anonim, 1993. Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong., 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Anief, Moh., 1987. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.