Sediaan Apus Darah-Kel 1

31
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA “SEDIAAN APUS DARAH” DI SUSUN OLEH : Aniza Putri Pratiwi (1104015025) Fitria Malta (1104015112) Muhammad Rizky (1104015204) Tegar Arlan Mas Irfan (1104015320) Isneny Utari (1104017025) Kelompok I/Kelas II E

Transcript of Sediaan Apus Darah-Kel 1

Page 1: Sediaan Apus Darah-Kel 1

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

“SEDIAAN APUS DARAH”

DI SUSUN OLEH : Aniza Putri Pratiwi (1104015025)

Fitria Malta (1104015112)

Muhammad Rizky (1104015204)

Tegar Arlan Mas Irfan (1104015320)

Isneny Utari (1104017025)

Kelompok I/Kelas II E

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2012

Page 2: Sediaan Apus Darah-Kel 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Darah merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam jantung dan

pembuluh darah. Darah terdiri dari dua bagian, yaitu sel-sel darah (butir-butir

darah) dan cairan darah (plasma darah). Sel-sel darah merupakan bagian yang

mempunyai bentuk. Ada 3 macam sel darah yaitu, sel darah merah (eritrosit), sel

darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). (Wulangi, 1993)

Dalam diri manusia tidak hanya terdapat sel darah merah saja tetapi

terdapat pula juga sel darah putih atau dikenal dengan leukosit. Fungsi leukosit

atau sel darah putih ini adalah untuk melindungi tubuh terhadap kuman-kuman

penyakit yang menyerang tubuh kita dengan cara memakan kuman-kuman

penyakit tersebut (fagosit). Lekosit memiliki ciri-ciri yaitu : tidak berwarna

(bening), bentuknya pun tidak tetap, berinti, serta ukurannya pun lebih besar dari

pada sel darah merah.

1. Sel darah merah (eritrosit)

Bentuk dan ukuran sel darah merah tergantung dari jenis hewan. Pada

mamalia sel darah merahnya tidak mempunyai inti, bentuknya bulat (kecuali pada

camellidae bentuknya lonjong) dan bikonkaf. Sel darah merah pada kebanyakan

vertebrata yang lain mempunyai bentuk lonjong, berinti dan bikonfeks.

Pada umumnya sel darah merah yang tidak berinti mempunyai ukuran

lebih kecil dibandingkan dengan sel darah merah yang berinti. Sel darah merah

yang ukurannya paling besar terdapat pada hewan amfibia. (Eckert, 1978)

Sel darah merah

Sel darah merah manusia

Page 3: Sediaan Apus Darah-Kel 1

Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte)[1] adalah jenis

sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-

jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam

eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen.

Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen

akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah

merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat

besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu

membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus.

Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.

Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari

Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel)

Dari kiri ke kanan: eritrosit, trombosit, dan leukosit.

Eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metalloprotein

kompleks yang mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut,

atom besi akan tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paru-

paru dan insang, dan kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke seluruh

tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat membran sel darah merah.

Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk buangan seperti CO2 dari

jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir keseluruhan molekul CO2 tersebut

dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah

senyawa yang terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa oksigen di

jaringan otot.

Warna dari eritrosit berasal dari gugus heme yang terdapat pada

hemoglobin. Sedangkan cairan plasma darah sendiri berwarna kuning kecoklatan,

tetapi eritrosit akan berubah warna tergantung pada kondisi hemoglobin. Ketika

terikat pada oksigen, eritrosit akan berwarna merah terang dan ketika oksigen

Page 4: Sediaan Apus Darah-Kel 1

dilepas maka warna erirosit akan berwarna lebih gelap, dan akan menimbulkan

warna kebiru-biruan pada pembuluh darah dan kulit. Metode tekanan oksimetri

mendapat keuntungan dari perubahan warna ini dengan mengukur kejenuhan

oksigen pada darah arterial dengan memakai teknik kolorimetri.

Pengurangan jumlah oksigen yang membawa protein di beberapa sel

tertentu (daripada larut dalam cairan tubuh) adalah satu tahap penting dalam

evolusi makhluk hidup bertulang belakang (vertebratae). Proses ini menyebabkan

terbentuknya sel darah merah yang memiliki viskositas rendah, dengan kadar

oksigen yang tinggi, dan difusi oksigen yang lebih baik dari sel darah ke jaringan

tubuh. Ukuran eritrosit berbeda-beda pada tiap spesies vertebrata. Lebar eritrosit

kurang lebih 25% lebih besar daripada diameter pembuluh kapiler dan telah

disimpulkan bahwa hal ini meningkatkan pertukaran oksigen dari eritrosit dan

jaringan tubuh.

1.2 TUJUAN

1. Mengetahui bentuk-bentuk sel darah terutama pada sel darah putih

(leukosit).

BAB II

Page 5: Sediaan Apus Darah-Kel 1

TINJAUAN PUSTAKA

SEL DARAH MANUSIA

Tubuh manusia tersusun dari milyaran sel darah yang memiliki fungsi

yang vital. Terdapat tiga tipe sel darah pada manusia, sel darah merah yang

merupakan jumlah sel darah terbanyak, sel darah putih, dan trombosit, yang

masing-masing memiliki fungsi dan kadar yang berbeda dalam tubuh. Salah

satunya adalah penghitungan jumlah sel darah dimana terdapat standar jumlah sel

darah untuk mengindikasikan kondisi tubuh manusia. Standar jumlah sel darah

tergantung beberapa faktor, yaitu jenis kelamin, usia, dan lain-lain. Sehingga,

penghitungan jumlah sel darah menjadi salah satu metode untuk mendeteksi jenis

penyakit tertentu dengan gejala yang hampir mirip dengan penyakit lainnya.

Penghitungan sel darah yang selama ini dilakukan secara manual, beresiko

terjadinya kesalahan serta tidak efisiensi waktu Perkembangan pengolahan citra

digital, memungkinkan untuk melakukan penghitungan sel darah secara otomatis.

Sehingga, didapatkan hasil penghitungan yang lebih akurat dalam waktu yang

relatif singkat.

Darah merupakan gabungan dari cairan, sel-sel dan partikel yang

menyerupai sel, yang mengalir dalam arteri, kapiler dan vena; yang mengirimkan

Page 6: Sediaan Apus Darah-Kel 1

oksigen dan zat-zat gizi ke Jaringan dan membawa karbondioksida serta hasil

limbah lainnya.

Pemeriksaan darah yang paling sering dilakukan adalah hitung jenis sel

darah lengkap (cbc, complete blood cell count), yang merupakan penilaian dasar

dari komponen sel darah. Selain untuk menentukan jumlah sel darah dan

trombosit, persentase dari setiap jenis sel darah putih dan kandungan hemoglobin;

hitung jenis sel darah biasanya menilai ukuran dan bentuk dari sel darah merah.

Dengan mengetahui bentuk atau ukuran yang abnormal dari sel darah merah, bisa

membantu mendiagnosis suatu penyakit.

Darah kita mengandung beberapa jenis sel yang terangkut di dalam cairan kuning

yang disebut plasma darah. Plasma darah tersusun atas 90% air yang mengandung sari

makanan, protein, hormon, dan endapan kotoran selain sel-sel darah.

            Ada tiga jenis sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih

(leukosit), dan keping darah (trombosit). Sel darah merah dan sel darah putih

disebut juga korpuskel.

Sel Darah Merah

             Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat. 45%

darah tersusun atas sel darah merah yang dihasilkan di sumsum tulang. Dalam

setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah merah yang

diproduksi setiap hari mencapai 200.000 biliun, rata-rata umurnya hanya 120 hari.

Semakin tua semakin rapuh, kehilangan bentuk, dan ukurannya menyusut menjadi

sepertiga ukuran mula-mula.

Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi.

Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang diserap dari paru-paru.

Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke

sel dan mengikat karbon dioksida.

Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel

kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua dihancurkan oleh limpa

dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari

hemoglobin yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum tulang untuk

membentuk sel darah merah yang baru. Persediaan sel darah merah di dalam

tubuh diperbarui setiap empat bulan sekali.

Page 7: Sediaan Apus Darah-Kel 1

Sel Darah Putih

            Sel darah putih jauh lebih besar daripada sel darah merah. Jumlahnya

dalam setiap 1 cm kubik darah adalah 4.000 sampai 10.000 sel. Tidak seperti sel

darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah

putih bisa bergerak di dalam aliran darah, membuatnya dapat melaksanakan tugas

sebagai sistem ketahanan tubuh.

            Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang terpenting.

Sel darah putih yang terbanyak adalah neutrofil (± 60%). Tugasnya adalah

memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula-mula bakteri

dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera melepaskan zat kimia untuk

menghancurkan dan mencegah bakteri berkembang biak.

            Sel darah putih mengandung ± 5% eosinofil. Fungsinya adalah memerangi

bakteri, mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa

sel yang rusak. Basofil, yang menyususn 1% sel darah putih, melepaskan zat

untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah di dalam pembuluhnya. 20

sampai 30% kandungan sel darah putih adalah limfosit. Tugasnya adalah

menghasilkan antibodi, suatu protein yang membantu tubuh memerangi penyakit.

Monosit bertugas mengepung bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel

darah putih.

Tubuh mengatur banyaknya sel darah putih yang dihasilkan sesuai dengan

kebutuhan. Jika kita kehilangan darah, tubuh akan segera membentuk sel-sel

darah untuk menggantinya. Jika kita mengalami infeksi, maka tubuh akan

membentuk lebih banyak sel darah putih untuk memeranginya.

Darah merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam jantung dan

pembuluh darah. Beberapa cairan tubuh yang lain adalah (1) Cairan jaringan,

merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam ruang antar sel. (2) Cairan limf,

merupakan cairan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh limfa dan organ

limfatikus. Organ limfatikus meliputi nodus limfatikus, tonsil, timus dan limfa (3)

Sinovial, merupakan cairan tubuh yang terdapat diruang-ruang antara persendian.

(4) Aqueous, merupakan cairan tubuh yang terdapat di dalam bola mata.(5)

Oendolimf, merupakan cairan tubuh yang terdapat di telinga bagian dalam yang

Page 8: Sediaan Apus Darah-Kel 1

membatasi membran labirin. (6). Perilimf, merupakan cairan tubuh yang juga

terdapat di telinga bagian dalam yaitu di dalam tulang labirin.

Darah mempunyai daya hantar yang relatif besar, jadi penyebaran panas

dari jaringan-jaringan yang letaknya jauh di dalam tubuh dapat merata dengan

cepat.

Menurut strukturnya eritrosit terdiri atas membran sel yang merupakan

dinding sel. Substansi seperti spons yang disebut stroma dan hemoglobin yang

menempati ruang-ruang kosong dari stroma. Analisa kimia membuktikan bahwa

dinding eritrosit terdiri terutama dari 2 macam substansi yaitu protein dan lipida.

Kombinasi protein dan lipida ini disebut lipo-protein. (Maskoeri, 1989)

I. Eritrosit

Erirosit pada manusia berbentuk kepingan bikonkaf yang diratakan dan

diberikan tekanan di bagian tengahnya, dengan bentuk seperti “barbell”jika

dilihat secara melintang. Bentuk ini (setelah nukei dan organelnya

dihilangkan) akan mengoptimisasi sel dalam proses perukaran oksigen

dengan jaringan tubuh di sekitarnya. Bentuk sel sangat fleksibel sehingga

muat ketika masuk ke dalam pembuluh kapiler yang kecil. Eritrosit biasanya

berbentuk bundar.

Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 mikronmeter

dan ketebalan 2 mikronmeter, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang

terdapat pada tubuh manusia. Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9

femtoliter. Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270

juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.

(Maskoeri, 1993)

Orang dewasa memiliki 2-3 x 1013 eritrosit setiap waktu (wanita

memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta.

Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen

yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah merah yang lebih

banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi

dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah

putih yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet

Page 9: Sediaan Apus Darah-Kel 1

yang hanya memiliki 150000- 400000 di setiap mikroliter dalam darah

manusia. (Eckert, 1978)

Morfologi sel darah merah yang normal adalah bikonkaf. Cekungan

(konkaf) pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin

yang akan mengikat oksigen.

II. Sel darah putih (leukosit)

Sel darah putih yang dikenal juga sebagai leukosit terdapat di dalam

darah dan cairan limfa, tetapi sering juga terdapat di cairan jaringan. Sel

darah putih yang tergolong granulosit dibuat di dalam sumsum tulang,

sedangkan limfosit dan monosit dibuat di nodus limfatikus.

Sel darah putih berbeda dari sel darah merah dalam hal bahwa ada

beberapa ciri yang dimiliki oleh sel darah putih yaitu : mempunyai nukleus,

tidak mengandung hemoglobin, mempunyai ukuran yang relativs lebih besar,

dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah. Kecuali

ciri-ciri tersebut masih ada beberapa sifat penting yang dimiliki oleh sel darah

putih yaitu pergerakannya yang seperti amoeba. Sel darah putih dapat

bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan cara menjulurkan

sitoplasmanya ke arah yang dikehendaki. (Wulangi, 1993)

Sel darah putih dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu granulosit

dan aranulosit : dari kedua kelompok tersebut terdapat 5 jenis sel darah putih

yang dapat dibedakan satu dengan yang lainnya dari ukuran, bentuk, dan ada

tidaknya granula yang terdapat di sitoplasmanya. Ciri-ciri granulosit adalah

nukleusnya terdiri dari beberapa lobus dan sitoplasmanya mengandung

granula. Ada 3 jenis sel darah putih yang tergolong granulosit yaitu neutrofil,

eosinofil, dan basofil.

Neutrofil mempunyai ciri-ciri seperti nukleusnya terdiri dari 3 sampai 5

lobus, sitoplasmanya mengandung granula yang halus, ukurannya berkisar

antara 9 sampai 12 mikron dan jumlahnya paling banyak diantara sesama sel

darah putih yaitu antara 65 sampai 75% dari seluruh sel darah putih.

(Maskoeri, 1989)

Page 10: Sediaan Apus Darah-Kel 1

Eosinofil memiliki ciri-ciri sebagai berikut : nukleusnya terdiri dari 2

lobus, sitoplasmanya mengandung granula yang besar dan kasar, ukurannya

berkisar antara 9 sampai 12 mikron dan jumlahnya antara 2 sampai 12% dari

seluruh sel darah putih. (Eckert, 1978)

Basofil merupakan sel darah putih yang paling sedikit jumlahnya yaitu

sekitar 0,5% dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : nukleusnya relativ

besar, tetapi batas-batas lobusnya tidak jelas dan ukurannya rata-rata 10

mikron. (Wulangi, 1993)

Dari namanya, agranulosit menunjukkan tidak memiliki granula di

sitoplasmanya dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : dapat

memperbanyak dengan jalan mitosis dan mempunyai kemampuan untuk

bergerak seperti amuba dan dapat menembus dinding kapiler. Ada dua jenis

sel darah putih yang tergolong agranulosit yaitu limfosit dan monosit.

Limfosit mempunyai ciri-ciri seperti nukleusnya besar dan hampir

menempati sebagian besar dari sel, ukurannya antara 8 sampai 12 mikron dan

jumlahnya berkisar antara 20 sampai 25% dari seluruh sel darah putih.

Monosit mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : nukleusnya besar dan

berbentuk seperti sepatu kuda, ukurannya antara 12 sampai 15 mikron dan

jumlahnya berkisar antara 3 sampai 8% dari seluruh sel darah putih.

(Wulangi, 1993)

Page 11: Sediaan Apus Darah-Kel 1

III. Trombosit

Trombosit atau disebut juga keping darah merupakan sel yang berbentuk

agak bulat, tidak mengandung inti, tidak berwarna, berat jenisnya rendah

dan berukuran kecil dengan diameter antara 1 sampai 4 mikron. Volume

setiap trombosit antara 7 sampai 8 mikron3 dan jumlahnya bervariasai

antara 150000 sampai 400000 per mm, tetapi jumlahnya rata-ratanya adalah

250000 per mm3. dinding trombosit bersifat sangat rapuh dan cenderung

untuk melekat pada permukaan kasar seperti pada pembuluh darah yang

robek. Setelah banyak yang melekat pada permukaan kasar, trombosit

kemudian mengalami aglutinasi. (Wulangi, 1993)

Penyakit / gangguan pada darah

1.      Anemia

Penyakit ini dapat disebabkan karena kekurangan sel darah merah atau sel

darah merahnya malah kekurangan hemoglobinnya.

Penyakit Anemia ini dapat diatasi dengan memakan bahan makanan yang

banyak mengandung zat besi, seperti kayak pisang, kacang-kacangan, hati,

daging, maupun bayam.

2.      Leukemia

penyakit ini disebabkan oleh kelebihan produksi sel darah putih. Penyakit

ini disebut juga dengan penyakit kanker darah.

Pengobatannya sendiri merupakan kombinasi antara operasi, radioterapi,

dan kemoterapi.

3.      Hemofilia

Hemofilia merupakan suatu penyakit menurun yang dapat menyebabkan

darah sulit membeku.

Ada Beberapa usaha untuk dapat mengatasi penyakit hemofilia, antara lain

yaitu mengonsumsi makanan atau minuman yang sehat, menjaga berat

tubuh jangan berlebihan karena berat badan yang berlebihan dapat

mengakibatkan pendarahan pada sendi-sendi di bagian kaki, dan berhati-

hati lah dalam kehidupan sehari-hari untuk memperkecil risiko terluka.

Page 12: Sediaan Apus Darah-Kel 1

4.      Polisitemia

Penyakit polisitemia ini merupakan penyakit yang terjadi karena

Kelebihan produksi sel darah merah sehingga darah menjadi lebih kental

dan mengalir sangat lambat. Akibatnya adalah akan mengakibatkan dapat

terjadi penggumpalan dalam pembuluh darah yang akan dapat

mengakibatkan kematian.

Cara Penanggulangannya dalam menghadapi penyakit polisitemia ini

adalah dengan melakukan transfusi darah atau anti parsial untuk

membuang sebagian darah serta menggantinya dengan plasma dalam

jumlah yang sama.

5.      Varises

Kalian mungkin pernah mendengar tentang penyakit yang dinamakan

varises. Penyakit Varises ini adalah suatu gangguan yang terjadi berupa

pelebaran pembuluh balik (vena) pada kaki. Gangguan ini sering sekali

diderita oleh orang yang banyak berdiri atau wanita yang sedang hamil.

Untuk penanggulanganya ada Beberapa upaya untuk mengatasi terjadinya

varises, antara lain adalah jangan sekali-kali menyilangkan kaki serta

bertumpu pada lutut karena akan dapat menambah tekanan pada pembuluh

darah di kaki bagian bawah dan akan menghambat aliran darah yang

menuju ke seluruh tubuh.

6.       Ambeien atau wasir

Di dalam kalangan masyarakat kita sering sekali mendengar penyakit

wasir ataupun ambeien. Ambeien ini adalah penyakit yang terjadi karena

adanya gangguan berupa pelebaran pembuluh balik (vena) pada dubur.

Biasanya ini diderita oleh orang yang kebanyakan duduk, karena itu

jangan seering-sering duduk ya.

Penyakit ambeien atau wasir ini dapat dicegah dengan Cara mengatasi

wasir dari awal, antara lain dengan cara membiasakan minum air

minimum 2,5 liter sehari serta cukup melakukan gerak badan untuk

menstimulasi buang air besar.

7.       Hipertensi

Page 13: Sediaan Apus Darah-Kel 1

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah

kondisi tekanan yang abnormal di dalam arteri hingga mencapai 150/90

mm Hg.

Cara mengatasinya adalah dengan meberikan kepada si penderita yang

berguna untuk melebarkan pembuluh darah serta untuk dapatmenurunkan

keluaran darah jantung hingga normal.

8.       Hipotensi

Tekanan darah rendah (hipotensi) adalah suatu keadaan tekanan darah

lebih rendah dari 90/60 mmHg sehingga sering sekali menimbulkan

gejala-gejala seperti pusing bahkan pingsan.

Cara mengatasinya dengan cara menggunakan obat-obatan yang fungsinya

untuk mempertahankan tekanan darah pada saat darah meninggalkan

jantung dan beredar ke seluruh tubuh.

9.       Pingsan

1. Semua pasti sudah sering sekali mendengar yang namanya pingsan.

Pingsan itu dapat didefinisikan sebagai suatu kehilangan kesadaran yang

terjadi secara mendadak dan dalam waktu yang singkat. Hal ini merupakan

gejala dari tidak memadainya suplai oksigen ke dalam otak.

10.     Stroke

Sering sekali kita mendengar penyakit stroke, penyakit yang ditakutkan

banyak orang. Stroke sendiri adalah kematian pada jaringan otak yang

terjadi karena berkurangnya suatu aliran darah dan oksigen ke dalam otak.

Pada stroke pendarahan, pembuluh darah pecah sehingga menghambat laju

aliran darah normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak

serta merusaknya.

IV. Sedian Apus Darah

Sedian apus darah tepi (A peripheral blood smear / peripheral blood film)

merupakan slide untuk mikroskop (kaca objek) yang pada salah satu sisinya di

lapisi dengan lapisan tipis darah vena yang diwarnai dengan pewarnaan

(biasanya Giemsa, Wright) dan diperiksa di bawah/ dengan menggunakan

mikroskop.

Page 14: Sediaan Apus Darah-Kel 1

Persiapan dan langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :

Yang digunakan adalah teknik slide dorong (push slide) yang pertama kali

diperkenalkan oleh Maxwell Wintrobe dan menjadi metoda standar untuk

sedian apus darah tepi. Prosedurnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Sedian apus darah tepi (A peripheral blood smear / peripheral blood film) merupakan slide untuk mikroskop (kaca objek) yang pada salah satu sisinya di lapisi dengan lapisan tipis darah vena yang diwarnai dengan pewarnaan (biasanya Giemsa, Wright) dan diperiksa di bawah/ dengan menggunakan mikroskop.

Persiapan dan langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :

Yang digunakan adalah teknik slide dorong (push slide) yang pertama kali diperkenalkan oleh Maxwell Wintrobe dan menjadi metoda standar untuk sedian apus darah tepi. Prosedurnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Page 16: Sediaan Apus Darah-Kel 1

Gambar 1. Langkah pembuatan sedian apus darah tepi

Sedian apus yang baik adalah yang ketebalannya cukup dan bergradari dari kepala (awal) sampai ke ekor (akhir). Zona morfologi sebaiknya paling kurang 2 cm.

Gambar 2. Zona pemeriksaan sedian apus darah tepi

GAMBARAN HASIL PADA MIKROSKOP

Setelah selesai pewarnaan maka sediaan apus dapat dilihat pada mikroskop. Jika

sedian yang dibuat tersebut baik maka akan dapat dilihat gambaran sebagai

berikut :

Gambar 3. Kelainan Kromasi dan Ukuran eritrosit

Page 17: Sediaan Apus Darah-Kel 1

Gambar kiri adalah gambaran normal (normositik normokrom), gambar kanan

adalah gambaran abnormal (hipokrom mikrositer) dan gambar di bawah adalah

gambaran eritrosit makrositer.

Dapat juga ditemukan gambaran varian eritrosit (yang merupakan keadaan

abnormal) sebagai berikut :

Gambar 4. Kelainan morfologi eritrosit

Berikut beberapa kelainan morfologi pada kasus-kasus tertentu mungkin dapat

ditemui :

Gamber 5. Kelainan morfologi sel darah pada penyakit tertentu

Page 19: Sediaan Apus Darah-Kel 1

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum

Tempat : Laboratorium Anatomi Fisiologi Manusia, Farmasi Uhamka

Waktu : Sabtu, 26 Mei 2012

3.2 Alat dan Bahan

Alat :

Mikroskop

Kaca Objek

Cover Glass

Bahan :

Darah manusia

Zat pulas giemsa

Aquadest

3.3 Prosedur Kerja

Letakkan sampel darah di objek glass lalu pipihkan darah tersebut hingga

tebentuk lapisan tipis, keringkan

Tetesi lapisan darah tersebut dengan zat pulas giemsa hingga lapisan darah

tersebut tertutup semua, keringkan.

Bilas lapisan darah tersebut dengan aquadest, keringkan.

Amati bentuk- bentuk sel darah pada lapisan darah tersebut dengan

mikroskop.

Catat hasil pengamatan.

Page 20: Sediaan Apus Darah-Kel 1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Pulasan Leukosit

Giemsa

Monosit limfosit eusinofil

Neutrofil

B. Pembahasan

Sediaan apus darah merupakan sediaan yang berasal dari sampel darah

yang dibuat agar dapat dilihat, diteliti bentuk dan anatomi dari sel-sel darah

yaitu pada sel darah merah, sel darah putih dan keping darah (trombosit).

Pada hasil praktikum bentuk sel darah terlihat jelas pada setiap kelompok.

Neutrofil ditunjukkan dengan adanya tiga lobus pada plasma darah,

eusinofil ditunjukkan dengan adanya dua lobus. Sedangkan limfosit dan

monosit ditunjukkan dengan lobus-lobus yang hampir memenuhi seluruh

plasma.

Membuat sediaan apus darah dengan menggunakan pulasan Giemsa lebih

baik daripada menggunakan pulasan Wright karena tidak terlalu toksik dari

pulasan Wright, namun basofil pada pulasan Giemsa tidak akan terlihat

karena granulnya akan larut.

Page 21: Sediaan Apus Darah-Kel 1

BAB IV

KESIMPULAN

1. Sediaan apus darah merupakan sediaan yang berasal dari sampel darah yang

dibuat agar dapat melihat, meneliti bentuk dan anatomi dari sel-sel darah yaitu

pada sel darah merah, sel darah putih dan keping darah (trombosit).

2. Neutrofil ditunjukkan dengan adanya tiga lobus pada plasma darah, eusinofil

ditunjukkan dengan adanya dua lobus. Sedangkan limfosit dan monosit

ditunjukkan dengan lobus-lobus yang hampir memenuhi seluruh plasma.

Page 22: Sediaan Apus Darah-Kel 1

DAFTAR PUSAKA

anonim. 2006. Pembuluh Darah Arteri / Nadi, Vena / Balik dan Kapiler.

http://organisasi.org/pembuluh_darah_arteri_nadi_vena_balik_dan_kapiler_ilmu_

biologi

anonim. 2009. Pembuluh Darah Kapiler. http://id.wikipedia.org/wiki/

anonim a. 2010. Amfibia. http://id.wikipedia.org/wiki/Amfibia

anonim b. 2010. Pembuluh Nadi. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuluh_nadi

anonim c. 2010. Pembuluh Balik. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuluh_balik

anonim d. 2010. Berudu. http://id.wikipedia.org/wiki/Berudu

Ickey’z. 2009. Katak. http://riezkiy.blogspot.com/2009/06/katak.html

Wulangi,kartolo.S. 1993. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Bandung: Jurusan

Biologi ITB