Sebagian Besar Wilayah Republik Indonesia Berupa Perairan Laut Yang Letaknya Sangat Strategis

2

Click here to load reader

description

Oseanografi

Transcript of Sebagian Besar Wilayah Republik Indonesia Berupa Perairan Laut Yang Letaknya Sangat Strategis

Page 1: Sebagian Besar Wilayah Republik Indonesia Berupa Perairan Laut Yang Letaknya Sangat Strategis

Sebagian besar wilayah Republik Indonesia berupa perairan laut yang letaknya sangat strategis, begitu pula perairan laut di wilayah NTT mempunyai nilai strategis selain mempunyai sumber daya laut yang sangat kaya juga karena berbatasan langsung dengan 2 negara tetangga Australia dan Timor Leste. Sektor kelautan di wilayah NTT mempunyai potensi yang sangat besar untuk dapat ikut mendorong laju pembangunan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat NTT. Oleh karena itu, laut yang merupakan salah satu sumber daya alam andalan di wilayah NTT, sangat perlu untuk dilindungi. Permasalahan pencemaran minyak yang terjadi di Laut Timor akibat bocornya ladang minyak The Montara Well Head Platform milik Australia pada tanggal 21 Agustus 2009, sampai saat ini masih menjadi fokus perhatian berbagai kalangan baik dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, LSM dan elemen lainnya yang peduli terhadap permasalahan lingkungan dan kemaritiman. 

Permasalahan pencemaran minyak di Laut Timor semakin menghangat pasca keberhasilan AS memperoleh ganti rugi dari perusahaan minyak British Petroleum (BP) atas insiden pencemaran minyak di Teluk Meksiko. Berbagai dukungan terus bermunculan baik dari pihak Pemda, LSM, Politisi maupun masyarakat yang menghendaki agar Pemerintah Indonesia dapat mengikuti langkah AS untuk meminta ganti rugi kepada PTTEP Australasia sebagai operator yang mengoperasikan instalasi pengeboran minyak Montara di Laut Timor, sekaligus sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas terjadinya pencemaran di Laut Timor. Apalagi secara resmi PTTEP Australasia menyanggupi untuk memberikan klaim ganti rugi kepada pihak Indonesia, dengan syarat Pemerintah Indonesia dapat membuktikan dampak pencemaran tersebut dengan bukti-bukti konkrit yang bisa dipertanggung jawabkan sesuai ketentuan yang berlaku. 

Dalam perkembangannya berkaitan persyaratan tersebut nampaknya akan mendapat kendala, karena walaupun banyak pengakuan dari berbagai pihak seperti Pemda, LSM maupun masyarakat NTT yang merasakan dampak pencemaran tersebut, namun bila dihadapkan dengan bukti-bukti konkrit yang dimiliki sangatlah lemah. Saat ini masyarakat maupun pihak Pemda tidak memiliki bukti konkrit dari dampak pencemaran yang terjadi baik berupa foto-foto, film, sampel minyak maupun bukti-bukti lainnya. Hal ini merupakan kendala dan kelemahan yang dapat menghambat proses pengajuan klaim ganti rugi. Apalagi insiden pencemaran tersebut telah berlangsung hampir 1 tahun, sehingga bukti-bukti otentik cukup sulit untuk diperoleh. Oleh karena itu apabila tidak segera dicarikan solusinya kondisi ini tentunya akan menimbulkan dampak buruk bagi keberhasilan upaya Pemerintah Indonesia dalam memperjuangkan klaim atau ganti rugi kepada PTTEP Australasia.

Apabila Pemerintah Indonesia dalam mengajukan klaim dampak pencemaran di Laut Timor tersebut berpedoman/mengikuti jejak keberhasilan AS dalam memperoleh ganti rugi dari perusahaan minyak British Petroleum (BP) atas insiden pencemaran minyak di Teluk Meksiko, hal ini tampaknya sulit untuk dilakukan mengingat dalam penanganannya memiliki perbedaan yang signifikan. Ketika kasus pencemaran di Teluk Meksiko muncul Pemerintah AS yang didukung seluruh elemen terkait secara serentak langsung meresponnya dengan melakukan pemantauan dan pengumpulan bukti-bukti otentik secara sistematik serta mempublikasikannya, sehingga tidak ada celah dari BP untuk menghindari/menolak ganti rugi yang diajukan. Sehingga dalam kurun waktu sekitar 3 bulan dari insiden pencemaran yang terjadi, AS telah berhasil mendapatkan kompensasi /ganti rugi dari BP. Namun

Page 2: Sebagian Besar Wilayah Republik Indonesia Berupa Perairan Laut Yang Letaknya Sangat Strategis

berbeda dengan sikap Indonesia yang terkesan sangat lamban dalam merespons kejadian tersebut walaupun telah dibentuk Tim Nasional Penanggulangan Keadaan Darurat di Laut (PKDTML), tetapi masih belum dapat menyelesaikan permasalahan tersebut secara komprehensif, termasuk mengajukan klaim ganti rugi yang masih terkendala bukti-bukti otentik, padahal insiden tersebut telah berlangsung selama hampir 1 tahun. Lestarikan Laut Kita dan Cintai NKRIDiposkan oleh herlan di 22.39