Sda 2013 Lngkp Yes

download Sda 2013 Lngkp Yes

of 173

description

konservasi

Transcript of Sda 2013 Lngkp Yes

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA: Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta 2014 1/173

    TEKNIK KONSERVASI SUMBERDAYA AIR

    Oleh: Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA

    Lecture note:

    Magister Pengelolaan Sumberdaya Air (MPSA)

    Magister Pengelolaan Bencana Alam MPBA) Magister Pengelolaan Air dan Air Limbah MPA2L)

    Magister Teknik dan Manajemen Sumberdaya Air (MTMSA)

    Department of Civil Engineering

    Faculty of Engineering Gadjah Mada University

    Yogyakarta, 2014

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 2

    I. PENDAHULUAN

    A. Bangunan-Bangunan Keairan

    1. Bangunan Sungai dan Danau a. Tebing

    b. Pelindung Tebing

    Groin/Groyne Lining

    c. Pengendali Dasar Sungai

    Ground Sill

    d. Pengendali Sedimen

    Chek Dam Sabo Dam Sand Pocket Diversion Dam Tanggul

    e. Sudetan (Short cut)

    f. River Training/Con-Bottle Neck

    g. Pintu Air Pelayaran

    h. Dermaga

    2. Bendung

    a. Tubuh Bendung

    b. Pintu Pengambilan

    c. Pilar

    d. Pintu Pembilas

    e. Kolam Pengendap Lumpur/Sandtrap f. Pintu dan Saluran Penguras

    g. Lantai Hilir dan Hulu

    h. Sayap Tebing

    i. Kolam Olak Peredam Energi

    j. Tanggul Banjir (lokasi bendung di dataran rendah)

    k. Saluran Induk

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 3

    3. Bendungan a. Main Dam b. Coffer Dam/ nantinya bagian dari main-dam c. Emergency Dam runtuh lebih dulu d. Diversion Tunnel/Channel e. Spillway f. Bottom Outlet menguras sedimen memanfaatkan diversion tunnel g. Outlet Works/Intake h. Effective Storage i. Dead Storage j. Fish Ladder

    4. Sabodam (Checkdam) a. Badan Bendung (gravity dam atau bronjong) b. Kolam Olak

    c. Groundsill d. Sayap

    e. Tanggul

    f. Diversion Dam g. Sandpocket

    5. Drainase Urban a. Anti-Air

    1). Saluran Pengumpul

    2). SaluranPembuang

    3). Polder 4). Pompa

    5). Manholes 6). Saluran Pengendap

    7). Trash Rack

    b. Pro-Air

    a). Sumur Peresapan Air Hujan (Recharge Well)

    b). Parit Peresapan Air Hujan (Recharge Trench) c). Taman Peresapan Air Hujan (Recharge Yard)

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 4

    6. Bangunan Irrigasi a. Irrigasi

    1). Waduk

    2). Bng Sadap/Pries deau: Intake dan Free Intake 3). Saluran : Primer, Sekunder, Tersier

    4). Bng Bagi : Primer, Sekunder, Tersier

    5). Bng Pengukur Debit

    6). Kantong Lumpur

    7). Pintu Pembilas

    8). Rumah Pompa

    9). Jembatan

    10).Terjunan

    11). Gorong-Gorong

    12). Got Miring

    13). Talang

    14). Syphon

    b. Drainasi

    1). Saluran

    2). Tanggul

    3). Pelindung tebing

    7. Rawa Pasang Surut (Irrigasi dan drainasi)

    a. Saluran: Primer, Sekunder, Tersier

    b. Bng Sadap: Primer dan Sekunder

    c. Bng Bagi: Primer, Sekunder,Tersier

    d. Pengukur Debit

    e. Kolam Tando

    f. Pintu Air

    g. Jembatan

    h. Pompa

    i. Leve

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 5

    8. Pantai dan Pelabuhan

    a. Pantai

    1). Groin/Groyne 2). Tetraport 3). Hexaport 4). Lining 5). Turap

    6). Reklamasi

    b. Pelabuhan

    1). Break Water 2). Pengaman Pantai

    3). Dermaga/Pier/Jetty 4). Pelabuhan Putar

    5). Kolam Sandar

    6). Alur Tunda

    7). Bng Pelengkap

    9. Bangunan Tenaga Air

    a. Hydro Power Electric Plant (PLTA) 1). Pintu Pengambilan (Intakegate/headgate) 2). Saluran Palu Air (Waterhammer) 3). Peredam Energi (Surge Tank) 4). Penstock 5). Turbine dan Generator Set 6). Pembuang (Drafttube) 7). Switchyard, Transmission

    b. Micro Hydro Electric Plant (PLTMH) 1). Turbin

    2). Generator

    3). Governor 4). Kolam tando harian

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 6

    10. Bangunan Air Minum a. Sumber mata air

    Kaptering Reservoir

    Kolam Purifikasi (desinfektansi/ozonisasi)

    b. Sumber air sungai

    Bendung (tetap dan gerak)

    Bangunan pengambilan

    Reservoir

    Kolam Koagulasi

    Kolam Sedimentasi

    Aerasi

    Kolam filtrasi

    Kolam Purifikasi (desinfektansi/ozonisasi)

    c. Pelengkap

    Distribusi dan Plumbing Pompa

    Pelepas Tekan

    Pelepas Gelembung Udara

    Kolam tando harian

    11. Bangunan Pengolah Air Limbah a. Infrastruktur

    1). Saluran Pengumpul

    2). Saluran Pembawa

    3). Instalasi Pengolah Air Limbah

    4). Horizontal Subsurface Wetland 5). Vertical Subsurface Wetland

    b. Jenis limbah

    1). Limbah Domestik

    2). Limbah Rumah Sakit

    3). Limbah Industri

    Industri tekstil

    Industri makanan dan minuman

    Industri kimia

    Industri kulit

    Industri kertas

    Industri farmasi

    Agroindustri

    Limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3)

    Dll.

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 7

    B. Air Dalam Konteks Kultural

    1. Predikat Air Bangsa-bangsa didunia ini sejak zaman dahulu kala telah menempatkan air sebagai

    barang berharga karena no life without water dengan cara memberi predikat yang

    luhur sbb:

    fons vita : latin

    nectar dan ambrosia : yunani

    levens water : belanda

    the elixir of life : inggris

    Lebens elixier : jerman

    la source de vie : prancis

    maul khayat : arab

    somber odik : madura

    dgaga wa tau mat : bugis

    tirta nirmala, tirta kamandalamrta njiwani, banyu beningpawitasari, banyu panghuripan : sansekerta

    2. Air dan Religi a. Kitab suci

    Quran surat Al Baqarah ayat 25: Berilah khabar gembira bagi orang-orang yang

    beriman dan beramal salih, bahwa sesungguhnya untuk mereka itu surga yang

    mengalir air sungai di bawahnya (bagian ayat ini terdapat 35 buah tersebar

    dalam berbagai surat). Tiap-tiap mereka mendapat rezeki dari pada buah-

    buahannya, mereka berkata: Ini seperti rezeki yang diberikan kita dahulu.

    Selain sungai juga terdapat sekitar 15 ayat dalam berbagai surat yang

    menggambarkan surga dengan mata air seperti salah satunya dalam surat Adz

    Dzaariyaat ayat 15: Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam

    taman (surga) dan di mata air-mata air.

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 8

    b. Ritual keyakinan

    1). Islam

    Wudhu sebagai cara bersuci fisik sebelum sholat, atau sebelum kontak vertical lainnya

    2). Nasrani

    Asperges me (perciki daku dgn air suci) pada acara misa, agar bersih laksana salju

    3). Hindu

    Percikan air sesudah upacara sembahyang dari air suci atau tirta amerta untuk kesejahteraan dan keselamatan umat

    4). Budha

    Percikan air dalam prosesi upacara pemberkatan untuk kebaikan, keselamatan

    dan kesejahteraan umat.

    c. Tri Hita Karana

    Menyangkut 3 hal:

    Parahiyangan : Harmoni hubungan antara manusia dengan Tuhan

    Pawongan : Harmoni hubungan antar manusia dengan manusia

    Palemahan : Harmoni hubungan antar manusia dengan lingkungan

    d.Tiga urusan manusia

    Habluminallah (urusan ketuhanan)

    Habluminannas (urusan kemanusiaan)

    Hablumilalami (urusan lingkungan)

    e. Tri Hamargi Hutami

    Menyangkut tiga hal:

    Sangkan Paraning Dumadi: Asal muasal kejadian (ketuhanan)

    Manunggaling Kawula Gusti: Menyatunya bawahan atasan (kemanusiaan)

    Hamemayu Hayuning Bawono : Memelihara indahnya jagat raya (lingkungan)

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 9

    3. Budaya

    a. Konsep penamaan

    Di Jawa Barat secara ethimologi, nama diawali sukukata ciatau cai yang berarti air:

    Cibeureum : air merah

    Cibodas : air putih Ciamis : air manis

    Di Kalimantan Barat banyak tempat menggunakan kata sei dan di Lampung dgn way

    yang berarti sungai atau air.

    b. Pemali

    Tabu menimbun sumur walau sudah tak difungsikan lagi sebagai pengambilan air.

    Padahal celaka yang dimaksud menurut tafsir saintifik adalah kelak akan

    kekurangan air bila sejak awal manusia tidak berupaya untuk

    mengkoservasikannya.

    c. Alegori

    Di Jawa ada klassifikasi tanaman dgn istilah: pala kependhem yang berkonotasi

    tenggelam (ketela, ubi, talas dll), pala kesimpar yang mensiratkan terlecehkan

    (semangka, labu, mentimun dll) dan pala gemandhul yang bermakna mengangkasa

    (mangga, durian, nangka dll).

    Maka untuk mempertahankan keberadaan pulau Jawa dari segi ketersediaan air,

    budidaya pala gemandhul lah pilihannya bukan pala kependhem atau pala kesimpar

    (Sunjoto, 1994). Secara teknis pala gemandhul dihasilkan dari tanaman tahunan

    bukan tanaman musiman seperti pala kependhem atau pala kesimpar, hingga

    dengan basis tanaman tahunan maka erosi lahan menjadi lebih kecil dan

    probabilitas infiltrasi lebih besar.

    d. Prosesi tradisi

    1). Siraman mantenan (acara sebelum ijab qobul).

    Dalam hidupnya orang memerlukan upacara perkawinan dan dengan

    disyaratkannya mandi wajib dengan air yang berasal dari tujuh sumber mata air

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 10

    maka untuk tetap dapat terlaksananya upacara perkawinan dari generasi ke

    generasi maka keberadaan sumber air harus tetap terjaga kelestariannya.

    2). Mitoni (upacara kandungan bayi 7 bulan)

    Dalam hidupnya orang memerlukan regenerasi dan dengan disyaratkannya

    upacara mandi air yang berasal dari tujuh sumber mata air maka untuk tetap

    dapat terlaksananya melanjutkan keturunan maka keberadaan sumber air

    diharapkan akan tetap terjaga kelestariannya.

    4. Historis infrastruktur

    a. Prasasti keairan

    1). Prasasti Tukmas (Dakawu)

    Prasasti ini merupakan salah satu prasasti peninggalan masa kerajaan Mataram

    Kuno di wilayah Jawa Tengah antara tahun 500-700 Masehi. Prasasti ini

    ditemukan di daerah kaki Gunung Merbabu tepatnya di Dusun Grabag, Desa Dak

    Awu, Kabupaten Magelang, terpahat pada sebuah batu yang berada di dekat

    sumber mata air Tuk Mas yang berarti mata air emas yang muncul dipuncak

    bukit Tuk Mas sampai saat ini yang dimanfaatkan sebagai sumber air minum kota

    Magelang. Ditulis dalam bahasa Sanskrit dan menggunakan aksara Pallava-

    Grantha yang diperkirakan berasal dari wilayah India Selatan. Aksara prasasti ini

    sudah banyak yang rusak. Namun bagian yang masih dapat dibaca antara lain

    menyebutkan adanya sebuah sungai yang mengalir bagaikan Sungai Gangga dan

    pula subha sitatoya (air suci yang bersih tak bernoda). Pada prasasti ini terdapat

    pula lukisan alat-alat, seperti trisula, kendi, kapak, sangkha, cakra, dan bunga

    tunjung.

    2). Prasasti Pananggaran dan Sumundul

    Prasasti ini bertarikh tahun 791 Saka (869 M) adalah dua batu prasasti yang

    ditemukan pada halaman kompleks Candi Kedulan yang berada di dusun Kedulan,

    Kel. Tirtomartani, Kec. Kalasan, Kab. Sleman. Prassasti ini dikeluarkan oleh

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 11

    seorang tokoh bernama Rakyan Wiku Padan Lwar bernama Pu Manohari. Dapat

    diketahui pula bahwa prasasti tersebut mengandung data sejarah terkait dengan

    pendirian suatu bendungan (dawuhan) di desa Panangaran yang dibangun untuk

    mengairi tegal sekeliling bangunan suci (parhyanan) atau dapat juga pembangunan

    tanggul sungai secara kontinyu akibat adanya banjir yang melanda daerah

    bangunan suci dan permukiman. Nampak jelas dari gradasi perlapisan tanah

    penimbunnya akhirnya candi Kedulan tertutup material hasil erupsi gunung

    Merapi yang berubah menjadi lahar dingin melanda daerah ini dan terjadi tidak

    hanya dalam sekali banjir (Gambar 1.).

    Gambar 1. Candi Kedulan di Kalasan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

    (personal collection photo = pcp)

    3). Prasasti Cunggrang

    Prasasti Cunggrang bertarikh tahun 851 S (926 M), di Gempol Pasuruan,

    menyebut nama Rake Hino Pu Sindok Sri Isana Wikrama Dharmmatungga juga

    menyebut bangunan suci sang hyang dharmmasramma ing pawitra dan sang hyang

    tirtha pancuran. Prasasti Cunggrang tersebut menceritakan perbaikan pancuran

    pawitra sekitar Gunung Penanggungan. Salah satu patirtaannya disebutkan adalah

    Sumber Tetek di Utara Timur Gunung Penanggungan. Di lokasi ini terdapat

    bangunan-bangunan penting keagamaan dan pendidikan yaitu prasada silunglung

    (altar pemujaan), patapan (tempat bertapa) dan tirtha pancuran.

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 12

    4). Prasasti Manukaya

    Prasasti ini memuat angka tahun 882 (960 M) yang sekarang didekatnya

    dibangun istana Tampaksiring, menyebut raja Indrajaya sing hawarmmadewa

    yang isinya antara lain perluasan tirtha di air hampul (Gambar 2.). Cerita awalnya

    bersumber dari sebuah prasasti Batu yang masih tersimpan di Desa Manukaya

    menyebutkan pura ini dibangun oleh Sang Ratu Sri Candra Bhayasingha

    Warmadewa di daerah Manukaya. Di sini terdapat sebuah mata air yang sangat

    besar, yang hingga sekarang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Kekunaan

    yang terdapat disini ialah sebuah lingga-yoni dan arca lembu.

    5). Prasasti Kamalagyan

    Prasasti Kamalagyan tahun 1037 M, dusun Klagen, desa Ropodo, Kecamatan Krian

    Kabupaten Sidoarjo yaitu penanda pembangunan waduk Wringin Sapta oleh Raja

    Airlangga. Bendungan ini untuk membangun daerah agar terhindari dari banjir

    tahunan luapan Kali Brantas. (Kompas, 25/01/2014, hal. 14)

    6). Prasasti Kusmala (Kandangan) tahun 1350 M menjelaskan bahwa Bathara

    Matahun membangun bendungan sehingga kawasan sebelah timur Daha dapat

    terairi menjadi daerah irigasi. (Kompas, 25/01/2014, hal. 14)

    7). Prasasti Jiyu (Trailokyapuri)

    Prasasti Jiyu (Trailokyapuri) tahun 1350 M menyatakan bahwa raja membangun 2

    bendungan untuk mengairi daerah Kalamas dan Trailokyapuri. (Kompas,

    25/01/2014, hal. 14)

    5). Prasasti Samirana

    Bertarikh tahun 1370 (1448 M), didesa Samirana kec. Getasan Semarang,

    bagian atas prasasti terdapat gambar phallus (lingga) yg oleh para ahli diartikan

    sbg lambang kesuburan.

    b. Candi petirtaan (keairan)

    Di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara al:

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 13

    candi Bale Kambang di Semarang,

    candi Kunthi, Lerep, Semboja Kalitelon > Boyolali

    candi Senjaya di Salatiga,

    candi Payak di Yogyakarta,

    candi Simbatan Wetan di Magetan,

    candi Songgoriti, Jalatunda & Amertamanthana di Malang,

    candi Goa Gajah di Gianyar,

    candi Tirta Empul di Tampak Siring (Gambar 2),

    candi Tirta Gangga di Karang Asem,

    candi Narmada di Lombok, (fontaine)

    candi Tikus di Trowulan, (diduga sbg kaptering, Gambar 3.) candi Cetha

    Gambar 2. Tirtha di air hampul di Tampak Siring, Bali (Sumber: http://www.asiaexplorers.com/indonesia/tirta_empul_tampaksiring.htm-cited 10/01/13)

    Thesis bahwa Candi Tikus yang berada dalam kompleks ibu kota Kerajaan

    Majapahit (9 kali 11 km2) adalah sebagai kaptering didukung oleh beberapa hal

    antara lain:

    Terletak di lereng dan di hilir spring belt G. Welirang (+3.156m) yang

    terletak di sisi selatannya dengan formasi batuan permeable.

    Daerah sekitar pegunungannya mempunyai curah hujan tahunan yang

    tinggi.

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 14

    Elevasi candi lebih tinggi dari daerah layanan yaitu pusat kerajaan

    Majapahit dan berjarak cukup dekat hingga hydraulic head masih cukup

    untuk pengaliran secara gravitasi.

    Saat ini di dalam candi tersebut masih muncul mata air dari arah hulu

    kehilir walau dengan debit kecil.

    Candi berada ditengah kolam yang mengelilinginya.

    Kolam candi dilengkapi dengan intake dan pelimpah.

    Sisa penggalian menunjukkan teknologi hidraulik yang maju seperti pipa

    pembawa dengan diameter sampai 50 cm, 3 macam pipa distribusi

    berbahan keramik bakar, fontaine dan hiasan untuk sistem drainase

    berbahan batu pahat serta Kolam Segaran sebagai reservoir yang luas.

    Gambar 3. Candi Tikus di Trowulan Mojokerto Jawa Timur (pcp)

    c.Bangunan Air

    1).Penyediaan air Kraton Boko

    Kraton Ratu Boko atau Kerajaan Raja Boko yang diduga dibangun pada abad ke 8,

    terletak sekitar 2 km arah selatan dari Candi Prambanan Daerah Istimewa

    Yogyakarta (DIY) terletak di puncak bukit +196 m-dpl atau sekitar 80 m dihitung

    dari dataran sekitar. Sebagai kraton atau kerajaan dipastikan bahwa lokasi ini

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 15

    merupakan tempat hunian dan karena lokasi berada diatas puncak bukit maka

    secara teoritis tak mempunyai cadangan sumber air yang mudah untuk didapat

    seperti mata air. Untuk memenuhi kebutuhan air domestik diduga menggunakan

    reservoir berupa sumuran-sumuran dengan diameter sekitar 5 meter yang digali

    pada batuan andesit kedap air (Gambar 4.). Reservoir ini berdekatan dengan

    Pemandian Keputren (wanita) yang merupakan bangunan pada elevasi lebih rendah

    hingga memungkinkan cara mandi dengan memanfaatkan aliran secara gravitasi.

    Dari rumah induk istana di sebelahnya terdapat selokan keliling yang mengalirkan

    air ke sumuran-sumuran tersebut, ini berarti memanfaatkan air hujan yang jatuh

    diatap. Cara ini seperti layaknya pemanenan air hujan di daerah kabupaten

    Gunungkidul yang merupakan daearah miskin air di DIY yaitu menampung air

    hujan dari atap dengan bak-bak tampungan ferro cement.

    Gambar 4. Diduga sebagai reservoir penyimpan air untuk kebutuhan air domestik(pcp)

    2). Kolam Segaran Kerajaan Majapahit

    Kolam Segaran, segara (Jawa) sama dengan laut dan segaran berarti seperti laut

    yang saat ini telah dipugar seluas 6 ha (Gambar 5a.) adalah kolam buatan untuk

    melengkapi keindahan kerajaan Majapahit, Trowulan, Mojokerto Jawa Timur

    yang dibangun oleh pada abad ke 13 dan kolam ini juga mempunyai fungsi

    konservasi air. Pasokan air ini diduga dari Candi Tikus yang sekaligus sebagai

    sumber air untuk pemenuhan kebutuhan domestik kerajaan, juga untuk fontaine

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 16

    di taman lengkap dengan pipa distribusinya (Gambar 5b.) dan saluran drainase

    dan ujung pembuangnya (Gambar 5c). Hal ini menunjukkan bahwa pada era itu

    para engineernya telah mampu menguasai ilmu-ilmu keairan, hidrolika, ilmu bahan

    dan dilandasi dengan seni yang tinggi.

    Gambar 5a. Kolam Segaran di Trowulan Mojokerto Jawa Timur (pcp)

    Gambar 5b. Fontaine dan pipa air bersih kerajaan Majapahit (Foto: Prof. Hardjoso P.)

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 17

    Gambar 5c. Saluran dan outlet drainase perkotaan kerajaan (pcp)

    3). Daerah Irigasi Trowulan (Kompas, 25/01/2014, hal. 14)

    Kawasan ibukota Majapahit, Trowulan ditempatkan dalam daerah diantara 4

    sungai yaitu di utara Kali Brantas, timur Kali Barangkal, selatan Kali Kepiting dan

    barat Kali Gunting, hingga daerah ini merupakan endapan alluvial letusan gunung

    berapi dari gunung Welirang (+3.156m) dan Pegunungan Anjasmoro yang subur

    dan kaya air. Dari peta rekonstruksi dari foto udara hitam putih disimpulkan

    bahwa daerah Trowulan ini telah dibangun waduk maupun kanal-kanal irigasi

    (Arifin).

    Gambar 5d. Sketsa lokasi ibukota Trowulan dan peta irigasi hasil rekonstruksi (Kompas,

    25/01/2014, hal. 14).

    4). Pemuliaan Air di DAS Pakerisan (Kompas, 25/01/2014, hal. 14)

    Enam situs DAS Pakerisan Kabupaten Gianyar Bali, menjadi saksi lokasi

    pemuliaan air. Dari hulu, hutan di sekitar Tirta Empul dan Tirta Mangening

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 18

    (suber mata air), wilayah ini dikeramatkan oleh raja-raja Dinasti Marwadewa. Di

    hilirnya dibangun empat candi yaitu Candi Tebing Gunung Kawi, Pangukur-Ukur,

    Tegal Linggah dan Gua Garba yang dibangun dengan cara memahat batu tebing

    sungai. Pembuatan candi langsung memahat tebing ini dimaksudkan untuk tidak

    merusak ekosistem sungai secara keseluruhan selain sebagai tempat sakral

    untuk pertemuan antara manusia dengan dewa.

    5). Segarayasa Sultan Agung

    Bangunan bendungan telah dibuat di era Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593-

    1645) dan memerintah Karaton Mataram (1613-1645) sebagai taktik strategi

    perang dan sekaligus penguasa kraton Mataram ketika pusat pemerintahannya di

    Plered, yang mana kraton ini dikeliling dengan waduk buatan dengan cara

    membendung sungai Opak dengan tujuan sebagai benteng pertahanan karena

    dengan adanya reservoir ini bagian timur dan selatan kraton adalah berupa

    genangan air hasil pembendungan dan bagian baratnya adalah bukit terjal hingga

    bagian terbuka tinggal dari utara. Selain untuk pertahanan juga sekaligus

    mematuhi konsep kota ngadepake pasir ngungkurake wukir yang juga memiliki

    manfaat untuk konservasi air (Gambar 6). Saat ini genangan air waduk telah

    kering menjadi daratan karena bangunan bendungannya telah runtuh dan daerah

    bekas genangan ini dinamai Segarayasa, artinya laut buatan atau artificial

    (segara = laut, yasa = membuat). Sedangkan daerah yang pada saat itu tak

    tenggelam termasuk bekas lokasi keraton mempunyai nama yang masih sama

    dengan fungsinya pada zaman tersebut sebagai layaknya penamaan suatu lokasi

    sekitar karaton kerajaan Mataram yang sampai saat ini masih berlaku di Karaton

    Surakarta maupun Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 19

    Gambar 6. Maket Kraton Plered ibukota Kerajaan Mataram era Sultan Agung

    (Sumber: Laboratorium Sejarah Universitas PGRI-Yogyakarta)

    6). Daerah Irigasi Sultan Ageng Tirtayasa

    Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah raja yang memerintah Kasultanan Banten

    (1651-1682) telah menciptakan suatu lahan pertanian sekitar 30.000-40.000 ha

    sawah di tambah ribuan kebun kelapa mulai di desa Bendung kecamatan Tanara

    kabupaten Serang hingga diduga beliau mendapat sebutan Sultan Ageng

    Tirtayasa (tirta=air, yasa=membuat). Karya yang ditinggalkan adalah mulai

    membendung air sungai yang dilengkapi dengan pintu air, mengalirkan dengan

    kanal atau saluran antara 30-40 km agar air mencapai lahan sawah juga jalan

    inspeksi lengkap dengan jembatan (Gambar 7). Kanal atau saluran pembawa ini

    dilengkapi dengan pintu air, bangunan pemecah enerji atau tangga air, syphon dll.

    Daerah irigasi ini berada di lembah sungai Ciujung dan sungai Cidurian juga di

    lembah sungai Cimanceuri yang mana dari sungai-sungai inilah air berasal

    dialirkan kedaerah lebih rendah untuk budidaya padi yang sampai saat ini masih

    merupakan lumbung padi Provinsi Banten. Tidak hanya memanfaatkan air sungai

    namun juga meningkatkan tampungan dan memanfaatkan air rawa dengan

    memasang pintu-pintu air, menjadikan rawa sebagai tampungan pada musim

    penghujan dan memanfaatkan airnya pada musim kemarau. Teknik ini juga

    U

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 20

    bermanfaat untuk mengendalikan banjir di daerah hilirnya selain menjadikannya

    daerah pertanian. (Kompas, 24/05/2013, hal 45)

    Gambar 7. Jembatan pada saluran pembawa atau kanal konstruksi lengkung dengan

    konstruksi pasangan bata merah (Kompas. 24/05/2003).

    7). Waduk Kalibayem Hamengku Buwono I

    Hasil Perjanjian Giyanti pada 1755 Mataram dibagi menjadi dua kerajaan yaitu

    kraton Surakarta dengan penguasa Sunan Paku Buwono III (PB III) dan pusat

    pemerintahannya tetap kraton lama dan kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

    diperintah oleh Sultan Hamengku Buwono I (HB I). Sebagai kerajaan baru kraton

    Ngayogyakarta Hadiningrat belum mempunyai pusat pemerintahan maka

    dibuatlah di Umbul Pacethokan di hutan Bering. Dalam menunggu selesainya

    pembangunannya HB I tinggal di Pesanggrahan Ambarketawang. Pesanggrahan ini

    dilengkapi dengan tata air yaitu untuk memenuhi kebutuhan air sekaligus

    membuat taman dibuatlah bendungan tipe urugan tanah dan waduk yang

    terbentuk disebut dengan nama Kalibayem yang mana diduga kata bayem berasal

    dari becik dan ayem yang berarti bagus dan tenteram. Sampai dengan tahun 1980

    an waduk yang terbentuk ini masih merupakan daerah tujuan wisata air lokal yang

    cukup ramai dikunjungi, dengan tampungan air yang cukup dalam dan bersih dan

    selain berada dalam jarak dekat dengan kota juga mudah dijangkau dengan

    kendaraan pribadi maupun umum, namun saat ini (Foto pada Oktober 2012) telah

    penuh sedimen dan tanaman gulma enceng gondok menutup 95% permukaannya

    (Gambar 8.).

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 21

    Gambar 8. Reservoir bendungan Kalibayem tipe urugan (kiri) dan spillway sekaligus sebagai

    jembatan (kanan) (pcp).

    8). TamansariHamengku Buwono I

    Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Karaton Yogyakarta adalah situs bekas

    taman atau kebun istana Keraton Yogyakarta, yang dapat dibandingkan dengan

    Kebun Raya Bogor sebagai kebun Istana Bogor. Kebun ini dibangun pada zaman

    Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765. Taman ini memiliki luas

    lebih dari 10 ha dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam

    pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau

    buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-

    1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai

    tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang

    dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja

    (Gambar 9.).

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 22

    Gambar 9. Gerbang dan kolam utama Tamansari (water castle) Kraton Yogyakarta (pcp)

    9). TirtonadiMangkunegara I

    Taman Tirtonadi adalah taman indah yang berada di pinggir sungai di tengah kota

    Surakarta yang secara harafiah dapat diterjemahkan tirto = air dan adi = indah

    atau unggul. Dengan konsep taman ini bantaran sungai akan menjadi bersih hingga

    air yang mengalir bebas limbah dan air yang terkonservasipun berkualitas baik.

    Dalam kaitan historis dengan Pura Mangkunegaran, kawasan itu dulunya adalah

    taman milik istana RM Said yang kemudian bergelar KGPAA Mangkunegara I.

    Selain itu pelestarian sungai juga diharapkan mampu menjadi fungsi pelestarian

    lingkungan serta perbaikan sumber daya air sekaligus wisata air, juga saat ini

    tepat untuk menyongsong penanggulangan dampak global warming (Gambar 10.).

    10). Sawah surjan Paku Alam V

    Wilayah Kadipaten Pakualaman adalah Adikartoberada di Kabupaten Kulonprogo

    bagian selatan diantara sungai Progo dan sungai Bogowonto yang saat ini meliputi

    kecamatan Wates, Temon, Panjatan. Galur dan Lendah. Sebagian besar wilayah

    tersebut berupa rawa yang pada saat itu merupakan sumber produksi ikan air

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 23

    tawar. Rawa ini terbentuk dari dataran rendah pantai akibat endapan dominan

    pasir gunung Merapi yang terangkut aliran air laut dan mendapat suplai air dari

    sungai Serang yang berhulu di pegunungan Menoreh. Akibat pembendungan hasil

    sedimentasi dibagian selatan maka lahan pasir tersebut tergenang dan menjadi

    rawa dengan luas sekitar 7.500 10.000 ha. Akibat pertambahan penduduk

    hingga produksi ikan tak memenuhi kebutuhan maka KGPAA Paku Alam V (1833-

    1900) berinisiatif merubah rawa ini menjadi lahan pertanian dengan cara

    membuat kanal-kanal pengatus air kearah laut sepanjang sekitar 50 km. Salah

    satu kanal atau saluran pembuang dengan dimensi terbesar tersebut saat ini

    disebut secara resmi dengan kali Serang yang oleh penduduk disebut sungai

    Satrawi atau pengatus rawa (sat = kering, rawi = rawa) seperti pada Gambar 11.

    yang sebenarnya adalah artificial river. Untuk dapat menanam sepanjang tahun

    pada lahan yang surplus air ini dibuatlah solusi cerdas dengan menciptakan suatu

    petak sawah berdampingan dengan elevasi berbeda antara 0,5 1 meter. Maksud

    dari ide ini adalah menciptakan dua tipe lahan yaitu kering yang berelevasi tinggi

    dan lahan basah yang berelevasi lebih rendah hingga hampir sepanjang waktu

    lahan yang dulunya rawa ini dapat ditanamai dengan dua jenis sifat tanaman

    (Gambar 21.). Lahan bagian rendah ini menciptakan kemungkinan memperlambat

    laju runoff hingga probabilitas konservasi air meningkat. Karena petaksawah ini

    membentuk lajur selang seling maka disebut dengan sawah sistem surjan karena

    menyerupai pola tenun surjan yang berjalur beda warna. Pembangunan irigasi ini

    kemudian dilanjutkan oleh penerusnya KGPAA Paku Alam VII (1882-1937). Pada

    saat ini sawah tersebut masih berfungsi dengan baik hanya perubahan tataguna

    lahan menjadi perkampungan penduduk selama 200 tahun sampai saat ini telah

    menyusutkan sekitar setengah luas awalnya. Sisa arkeologis yang masih utuh

    adalah bangunan peristirahatan yang dibangun sekaligus sebagai tempat

    pengawasan pelaksanaan maupun pemantauan nya yang terletak di tepat sebelum

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 24

    pintu masuk timur daerah wisata pantai Glagah (Hasil wawancara dengan KGPAA

    Paku Alam IX).

    Gambar 11. Sungai Satrawi yg juga disebut sungai Serang dengan break water pada muara untuk menciptakan alur alian sungai.

    11). Balekambang Mangkunegara VII

    Taman Balekambang adalah bangunan rumah yang ada diatas air atau secara

    harafiah dapat diterjemahkan bale adalah rumah dan kambang berarti

    mengapung. Dengan pesona yang luar biasa taman balekambang adalah sejenis

    villa buat kelompok kaum berada era yang dahulu. Taman Balekambang dibuat

    pada tahun 1921 oleh KGPAA Mangkunegara VII diatas tanah seluas 9,80 Ha

    dengan mengadopsi penataan kota di Eropa yang mana banyak didapatkan taman-

    taman nan indah dikota-kotanya. Taman ini dibangun untuk kedua putrinya yaitu

    GRAy Partini Husein Djayaningrat dan GRAy Partinah Sukanto sehingga figure

    keduanya menjadi spot yang menakjubkan ditaman yang yang luas tersebut yakni

    kedua patung putri dari KGPAA Manguknegara VII yang pertama berada

    ditengah kolam sedangkan satunya lagi berada ditengahtengah air

    mancur. Dengan kolam air dan rimbunnya pepohonan sebagai sentral taman

    berarti akan menciptakan peningkatan infiltrasi air kedalam tanah (Gambar 10.).

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 25

    Gambar 11 . Taman Tirtonadi Surakarta dan Taman Balekambang Surakarta (Sumber: http://yogacandblog.blogspot.com/2008/08/taman-sungai-kalianyar-tirtonadi.htmldan http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/12/08/taman-balekambang-solo-hijau-dan-

    menyenangkan/ -cited 10/01/13)

    12). Langensari Kasultanan Yogyakarta

    Langensari adalah merupakan sebuah embung atau retarding basin terletak di

    Kota Madya Yogyakarta yang dibangun pada era Karaton Ngayogyakarto

    Hadiningrat. Embung ini mendapat pasokan air dari Kali Belik yang bersumber di

    Kampus UGM yang berupa mata air dan telaga. Sejak tahun 1980an, di sekitar

    telaga yang bersumber dari kedua mata air tersebut yaitu Umbul Lanang (mata

    air lelaki) dan Umbul Wadhon (mata air perempuan) telah dihijaukan yang saat

    ini populer dengan nama Lembah UGM sebagai ajang pasar padat mingguan atau

    Sunmor (sunday morning market). Selain itu telaga ini (Gambar 12a.) maupun

    lembah di hilirnya belum dimanfaatkan sepenuhnya sebagai retarding basin

    dengan menampung air dari sungai Belik ketika surplus air pada saat hujan deras

    agar daerah hilir tidak terbebani banjir. Ide pemanfaatan ini pernah dilontarkan

    oleh Presiden Universiteit Gadjah Mada atau Rektor pertama UGM Prof.

    Sardjito (testamen Prof. Hardjoso P. 2013). Saat ini mata air yang debit mata

    airnya semakin lama semakin mengecil tersebut karena catchment area nya

    telah dipenuhi permukiman dan belum seluruhnya mengimplementasikan

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 26

    konservasi air hujan, dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air domestik

    kampus UGM. Untuk berbagai masalah tersebut diatas saat ini pada tahun 2013,

    UGM telah mencanangkan program zero runoff salah satunya akan

    memanfaatkan kawasan lembah ini sebagai retarding basin selain dengan

    recharge systems yaitu recharge well, recharge trench maupun recharge yard.

    Dari segi kualitas air penulis mengusulkan danau lembah UGM diisi dengan air

    supplesi dari selokan Mataram secara langsung yang kulitasnya jauh lebih baik,

    dengan menggunakan pipa untuk meningkatkan kualitasnya yang saat ini

    cenderung payau. Saat ini air supplesi tersebut tidak dialirkan kedalam danau

    karena dalam perjalannannya sepanjang sekitar 400 meter di kali Belik telah

    tercemar limbah domestik dari kawasan permukiman padat di hulunya.

    Sedangkan Langensari di tahun 1970an masih berupa embung dan di tahun

    1980an diurug dan diatasnya didirikan bangunan sekolah serta kantor Kwarda

    Pramuka (Gambar 13.). Pemerintah Kota Yogyakarta berencana mengembalikan

    fungsi embung dengan tujuan konservasi dan mengatasi genangan air ketika

    curah hujan tinggi dan diharapkan pada tahun akhir 2013 nanti, embung ini sudah

    berfungsi kembali seperti sedia kala.

    Gambar 12. Lembah UGM dengan danau, hutan kampus dan instalasi pompa air (pcp).

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 27

    Gambar 13. Embung Langensari yang telah ditimbun sampai pada akhir tahun 2012 berupa sekolah, perkantoran dan lapangan terbuka sebelum direfungsikan (pcp).

    13). Selokan Mataram

    Selokan Mataram adalah saluran yang mengairi daerah persawahan di DIY yang

    dibangun mulai tahun 1920 an pada bagian hulu (Gambar 14.). Pada masa

    pendudukan Jepang di Indonesia (Yogyakarta) yaitu sekitar 1940-1945, dengan

    tujuan mencegah pengiriman rakyat Karaton Ngayogyakarta Hadiningngrat untuk

    menjadi Romusha (tenaga kerja paksa) Sultan HB IX berinisiatif menciptakan

    proyek besar yaitu melanjutkan Selokan Mataram pada bagian hulu untuk

    mrnciptakan daerah irigasi yang lebih luas. Dengan kredo bahwa bumi Mataram

    bakal loh jinawi rikala kali Progo lan kali Opak wus nyawiji (bumi Mataram akan

    sejahtera bila air kali Progo telah menyatu dengan air kali Opak). Sebagaimana

    diketahui bahwa kali Progo berada di bagian tepi barat DIY sedangkan kali Opak

    berada di tepi bagian timurnya. Dari segi ilmu keairan kredo ini adalah sangat

    cerdas karena kali Opak yang debitnya kecil tak mencukupi untuk suplai daerah

    irigasi maka harus mendapat supllesi dari kali Progo yang debitnya relative

    surplus. Maka solusi pembangunan Selokan Mataram sangat tepat karena selain

    mengairi sawah dan menambah tampungan air tanah sepanjang saluran dari barat

    sampai ke timur juga memberikan supplesi guna menambah debit sungai-sungai

    kecil yang dilaluinya sampai kali Opak hingga pada musim kemaraupun tersedia

    air untuk irigasi. Selokan ini saat ini masih menjadi andalan untuk irigasi di DIY

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 28

    selain selokan yang lain semisal Selokan Van der Wijk, Kalibawang, dan selokan

    di bendung Kamijoro, Sapon, Grembyangan dan Tegal beserta puluhan bendung-

    bendung kecil permanen lainnya.

    Gambar 14.Selokan Mataram bagian hulu dan bagian hilir pada awal pembanguan (atas) dan

    pada saat ini (bawah).

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 29

    C. Kuantitas Air

    Tabel di bawah ini mendiskripsikan dengan teknologi yang layak secara teknis

    maupun ekonomi bahwa volume air dan bagian-bagiannya dalam proses siklus

    hidrologi. Dari Tabel 1. s/d Tabel 7. ini dapat ditarik benang merah bahwa jumlah

    air yang dapat dikelola untuk keberlangsungan hidup manusia hanya sekitar 2 % dari

    jumlah total air di bumi.

    Table 1.Water distribution in the earth (Todd,1970)

    Items Volume x106 Percentage

    Ocean location

    Saline Water 1,320Km3 97.300%

    Continents location

    o Lake fresh water 0.125Km3 0.0090%

    o Lake saline water 0.104Km3 0.0080%

    o Rivers 0.00125Km3 0.0001%

    o Soil moisture 0.067Km3 0.0050 %

    o Groundwater (above 4000 m)

    8.350 Km3 0.6100 %

    o Eternal ice and snow 29.200Km3 2.1400%

    Total volume 37.800Km3 2.800%

    Atmosphere location:

    Vapor 0.013Km3 0.001%

    Total water 1,360Km3 100.000%

    Table 2. Water distribution in the earth (Nace,1971)

    Items Volume x106 Percentage

    Saline water 1,370Km3 94.000%

    Ice & snow 30Km3 2.000%

    Vapor 0.010%

    Groundwater 60Km3 4.000%

    Surface water 0.040%

    Total water 100.000%%

    Table 3. Water distribution in the earth (Huissman,1978) Items Volume x10

    6 Percentage

    Free water, consist of: 1,370Km3

    Saline water 97.200%

    Ice & snow 2.100%

    Vapor 0.001%

    Fresh water, consist of: 0.600 %

    Groundwater 98.80 % Surface water 1.20%

    Total water 100.000%

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 30

    Table 4. Water distribution in the earth (Baumgartner and Reichel, 1975 in Lee, 1980) Items Volume Percentage

    Solid 2.782 x107 Km3 2.010 %

    Liquid 1.356 x109 Km3 97.989 %

    Oceans 1.348 x109 Km3 97.390 %

    Continent; groundwater 8.062 x106 Km3 0.583 %

    Continent; surface water 2.250 x105 Km3 0.016 %

    Vapor 1.300 x104 Km3 0.001 %

    Total (all forms) 1.384 x109 Km3 100.000%

    Saline water 1.348 x109 Km3 97.938 %

    Fresh water 3.602 x107 Km3 2.202 %

    Table 5. Fresh water distribution in the earth (Baumgartner and Reichel, 1975 in Lee,1980)

    Items Volume Percentage

    Solid 2.782 x107 Km3 77.23 %

    Liquid 8.187 x106 Km3 22.73 %

    Groundwater 7.996 x106 Km3 22.20 %

    Soil moisture 6.123 x104 Km3 0.17 %

    Lakes 1.261 x105 Km3 0.35 %

    Rivers, organic 3.602 x103 Km3 0.01 %

    Vapor 1.300 x104 Km3 0.04 %

    Total (all forms) 3.602 x107 Km3 100.00 %

    Table 6. Fresh water distribution in the earth (UNESCO, 1974in Chow, 1980)

    Item Area (106 km2)

    Volume (km3)

    Total water (%)

    Freh water (%)

    Ocean 361.3 1,338,000,000

    Groundwater

    Fresh 134.0 10,530,000 0.76 30,1

    Saline 134.8 12,870,000 0.93 -

    Soil moisture 82.0 16,500 0.0012 0.05

    Polar ice 16.0 24,023,500 1.7 68.6

    Other Ice & snow 0.3 340,000 0.25 1.0

    Lakes

    Fresh

    Saline

    1.2 91,000 0.007 0.26

    0.8 85,400 0.006 -

    Marches 2.7 11,470 0.0008 0.03

    Rivers 148.8 2,120 0.0002 0.006

    Biological water 510.0 1,120 0.0001 0.003

    Atmospheric water 510.0 12,900 0.001 0.04

    Total water 510.0 1,385,984,610 100

    Fresh water 148.8 35,029,210 2.5 100

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 31

    Table 7.Annual average water balance components for the earth (Baumgartner & Reichel, 1975 in Lee, 1980) (Gambar 15.)

    Item Continent Ocean Earth

    Area (106 km2)

    Volume (103 km3)

    Precipitation

    Evaporation

    Discharge

    Average depth (mm)

    Precipitation

    Evaporation

    Discharge

    148.90

    +111

    -71

    -40

    +745

    -477

    -269

    361.10

    +385

    -425

    +40

    +1066

    -1177

    +111

    510.00

    +496

    -496

    0

    +973

    -973

    0

    Gambar 15.Earth water balance components, in 103 km3 (Baumgartner & Reichel, 1975 in Lee R., 1980)

    Note:

    Above tables from Table 1. till Table 7. follow English style writing of numerical

    coma and point.

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 32

    D. Degradasi Sumberdaya Air

    a. Proses kerusakan sumberdaya air menurut Princes lecture note.

    Prof. Prince seorang gurubesar keairan dari Universitas Kalsruhe Germany dalam

    lecture note di Jurusan Teknik Sipil UGM pada tahun 1996 telah menyodorkan

    suatu flowchart tentang kerusakan sumberdaya air yang disebabkan oleh

    urbanisasi. Karena akibat perpindahan penduduk dari rural ke urban yang biasanya

    padat penduduk ini akan memerlukan kerapatan bangunan meningkat yang akhirnya

    ada masalah dengan Urban Climate Change, Water Resources, Flood Control dan

    Pollution Control (Gambar 16.).

    Gambar 16. Bagan alir kerusakan sumberdaya air akibat urbanisasi (Prince, 1996)

    b. Proses kerusakan sumberdaya air dan alternative solusinya.

    Sunjoto (2011) mengembangkan flowchart yang dibangun oleh Prince tersebut

    diatas bahwa urbanisasimengakibatkan empat masalah yang sama yaitu Urban

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 33

    Climate Change, Flood Control, Groundwater Controldan Pollution Control

    Problems.Namun tak bertenti sampai disini, bukan hanya proses kerusakan tapi

    juga alternative solusinya yaitu dengan asas Pro-Water Mazhab atau Con-Water

    Mazhab (Gambar 17.).

    Gambar 17. Bagan alir kerusakan sumberdaya air akibat urbanisasi dan alternatif solusinya

    (Sunjoto, 2011)

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 34

    E. Imbangan Air

    1. Deskripsi

    Terminologi

    Imbangan Air (IA) adalah nisbah antara Kebutuhan Air (KA) dengan Air Tersedia

    (AT) yaitu:

    IA = KA / AT x 100 % (1)

    Bila:

    IA > 75 % berarti : kritis

    IA > 100 % berarti : buruk

    Kebutuhan Air adalah sejumlah air yang dibutuhkan untuk hidup manusia per tahun

    meliputi untuk pemenuhan kebutuhan air domestik, pertanian, industri dll yang

    secara rinci akan dijelaskan di berikut. Sedangkan Air Tersedia adalah air yang

    dapat dimanfaatkan dari potensi hujan yang jatuh di daerah tersebut. Dengan

    perbedaan dasar perhitungan Air Tersedia mengakibatkan adanya berbagai metoda

    perhitungan Imbangan Air.

    2.Metode Perhitungan Imbangan Air

    Berbagai metoda perhitungan Imbangan Air pada hakekatnya adalah bagaimana

    mendapatkan air tersedia dari data lapangan yang tersedia adalah sbb:

    Berbasis aliran mantab (PU, 1984)

    Berbasis sumberdaya (Anonim, 1990)

    Berbasis saldo di musim kemarau (PU, 1991)

    Berbasis debit sungai andalan (Triatmodjo, 1998)

    Berbasis infiltrasi andalan (Sunjoto, 2012)

    a. Imbangan Air berbasis aliran mantab(PU, 1984)

    Cara ini dalam menetapkan Air Tersedia dari Aliran Mantap (dependable flow)

    dibagi jumlah penduduk. Dependable flow adalah jumlah air hujan yang dengan pasti

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 35

    dapat digunakan untuk menopang kehidupan manusia dengan segala pendukungnya

    didapat dari 25-35% dari Aliran Permukaan Total. Aliran permukaan total dihitung

    dari neto curah hujanyaitu curah hujan dikurangi evapotranspirasi dikalikan luas

    daerah. Presipitasi diambil rerata tahunan dari set data curah hujan tersedia misal

    dapat dihitung dari curah hujan rerata dari 11 tahun pencatan. Untuk perhitungan

    Imbangan Air nya seperti pada contoh berikut ini.

    1). Kebutuhan Air

    a). Kebutuhan Air secara umum : 1,95 m3/kpt/hr dengan perincian sbb:

    Air untuk pertanian : 1,840 m3/kpt/hr

    Air untuk domestik : 0,100 m3/kpt/hr

    Air untuk industri : 0,010 m3/kpt/hr

    b). Kebutuhan air fungsi pulau

    Kebutuhan untuk masing masing pulau dihitung oleh PU (1984) yang

    besarannya tergantung dari kebiasaan maupun hidroklimatisasi masing masing

    pulau seperti pada Tabel 11.untuk perkapita dan pada Tabel 17. untuk

    perprovinsi.

    c). Kebutuhan air rinci

    Kebutuhan air rinci adalah beutuhan air yang dihitung untuk semua kebutuhan

    manusia secara langsung maupun tidak langsung, yang secara rinci akan

    dibahas di bagian berikut.

    2). Air Tersedia (AT)

    AT: aliran mantap (AM) dibagi jumlah penduduk (JP) atau:

    =

    (2)

    AM atau dependable flow adalah air yang dengan pasti dapat dimanfaatkan oleh umat manusia.

    AM = 25 % s/d 35 % dari aliran permukaan total (APT) atau:

    = (2)

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 36

    (Note: APTsurface runoffdan = 25% s/d 35%)

    APT: curah hujan efektif (CHE) kali luas daerah (LD) atau:

    = (2)

    CHE: curah hujan (CH) dikurangi evapotranspirasi (ET) atau:

    = (2)

    Maka Air Tersedia (AT):

    =

    (2e)

    Keterangan:

    =25% s/d 35% (PU, 1984).

    Penentuan harga ini tergantung dari kondisi tataguna lahan Daerah Aliran

    Sungainya yaitu bila building coverage, bangunan konservasi lainnya misal

    bendungan dengan reservoir, embung, recharge system dll., diimplemtasikan

    secara maksimal di daerah tersebut, maka harga ini dapat mencapai 35%

    sedangkan ketika keadaan sebaliknya harganya diambil 25%.

    3). Proyeksi jumlah penduduk

    Jumlah penduduk fungsi waktu:

    = exp (3)

    atau: = +

    (3)

    dengan:

    Pt : jumlah penduduk pada tahun ke t

    Po: jumlah penduduk pada tahun dasar

    r : tingkat pertumbuhan penduduk

    t : jumlah tahun yang diperhitungkan

    Contoh:

    Data utk pulau Jawa dan Madura pada thn 1985 :

    Jumlah penduduk : 91.269.000 kpt

    Tingkat pertumbuhan pddk : 2,27 %

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 37

    Kebutuhan air : 523,5 m3/kpt/th (Tabel 11.)

    maka jumlah penduduk pada tahun:

    P1993 = 91.269.000 exp (0,0227 x 8)

    = 91.269.000 x 1,1991

    = 109.443.000 kpt

    P2000 = 91.269.000 exp (0,0227 x 15)

    = 91,269.000 x 1,4956

    = 128.292.000 kpt

    4). IA di pulau Jawa dan Madura

    Secara cepat imbangan air tahunan dapat dihitung dengan mudah untuk berbagai

    wilayah dengan mendasarkan pada formulasi diatas dengan menggunakan model

    seperti Tabel 8.

    Tabel 8. Perhitungan Air Tersedia di pulau Jawa dan Madura

    No

    Pulau

    LD

    CH

    ET

    CHE

    APT

    AM

    JP

    AT

    -

    -

    m2

    m/th

    m/th

    m/th

    m3/th

    m3/th

    kpt

    m3/kpt/th

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    -

    -

    -

    -

    -

    3-4

    2x5

    25-35% x 6

    -

    7:8

    1

    Jawa &

    Madura (1985)

    132.187

    x106

    2,58

    1,25

    1,33

    175.809

    x106

    43.952

    x106

    91,269

    x106

    481,57

    2

    Jawa &

    Madura

    (1993)

    132.187

    x106

    2,58

    1,25

    1,33

    175.809

    x106

    43.952

    x106

    109,443

    x106

    401,30

    3

    Jawa &

    Madura

    (2000)

    132.187

    x106

    2,58

    1,25

    1,33

    175.809

    x106

    43.952

    x106

    128,292

    x106

    342,2

    Sumber: Direktorat Bina Program Pengairan Departemen Pekerjaan Umum (1984)

    Maka IA di pulau Jawa dan Madura adalah:

    IA 1985 = 523,5 / 481,57 = 109 %

    IA 1993 = 523,5 / 401,30 = 130 %

    IA 2000 = 523,5 / 342,20 = 152,98 %

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 38

    5). IA di Indonesia

    Dibawah ini disajikan perhitungan Aliran Mantap utk berbagai wilayah (Tabel 9.)

    Tabel 9. Curah hujan Aliran Permukaan Total di Indonesia Tahun 1984.

    Pulau Luas

    Km2

    Curah

    Hujan

    mm/th.

    Evapotrans

    pirasi

    mm/th.

    Curah Hujan

    Efektif

    mm/th.

    Aliran

    Permukaan

    Total

    106 m3/th

    Aliran

    Mantap

    106

    m3/th.

    Jawa & Madura 132.187 2.580 1.250 1.330 175.809 43.952

    Sumatera 473.606 2.820 1.350 1.470 696.201 174.952

    Kalimantan 539.460 2.990 1.400 1.590 857.741 214.435

    Sulawesi 189.216 2.340 1.200 1.140 215.706 53.927

    Bali 5.561 2.120 1.100 1.020 5.672 1.418

    N.T.B 20.177 1.450 1.050 400 8.071 2.018

    N.T.T 47.876 1.200 1.000 200 9.575 2.394

    Maluku 74.505 2.370 1.200 1.170 87.171 21.793

    Irian Jaya 421.981 3.190 1.400 1.790 755.346 188.837

    INDONESIA 1.904.519 2.810 -- -- 2.811.292 * 702.824

    Sumber: Direktorat Bina Program Pengairan Departemen Pekerjaan Umum (1984)

    Untuk perhitungan Potensi Air dan Air Tersedia dapat dilihat dalam Tabel 10.

    Tabel 10. Keadaan penduduk, potensi air dan air tersedia di Indonesia.

    Pulau Jumlah penduduk

    (103 kpt)

    Potensi air

    m3/kpt/thn

    Air tersedia

    m3/kpt/thn

    1980 2000 1980 2000 1980 2000

    Jawa & Madura 91.269,1 128.450,8 1.926,0 1.368,7 481,5 342,2

    Sumatera 28.016,7 49.312,8 24.849,5 14.118,0 6.212,4 3.529,5

    Kalimantan 6.723,1 11.298,0 127.581,2 75.919,9 31.895,3 18.979,9

    Sulawesi 10.409,5 15.017,6 30.328,6 14.363,5 7.582,2 3.590,9

    Bali 2.469,9 3.257,7 2.296,6 1.741,1 574,1 435,3

    N.T.B 2.724,7 4.007,5 2.962,2 2.013,9 740,7 503,5

    N.T.T 2.737,2 3.728,5 3.498,1 2.568,1 874,5 642,0

    Maluku 1.411,0 2.251,3 61.719,6 38.720,3 15.444,9 9.680,0

    Irian Jaya 1.173,9 1.737,7 643.450,0 434.681,5 160.862,5 100.670,1

    INDONESIA 146.935,1 219.061,9 19.132,9 12.833,3 4.783,2 3.208,3

    Sumber: Direktorat Bina Program Pengairan Departemen Pekerjaan Umum (1984)

    Sedangkan Imbangan Air dapat dihitung untuk berbagai wilayah yaitu ratio

    Kebutuhan Air dengan Air Tersedia (Tabel 11.)

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 39

    Tabel 11. Imbangan air di Indonesia pada tahun 2000.

    Pulau Air tersedia

    m3/kpt/thn

    Kebutuhan Air

    m3/kpt/thn

    Perbandingan

    (2) & ((1) % Jawa & Madura 342,2 523,5 153

    Sumatera 3.529,5 485,7 13

    Kalimantan 18.979,9 333,2 1,8

    Sulawesi 3.590,9 738,7 21

    Bali 435,3 318,9 73

    N.T.B 503,5 292,8 58

    N.T.T 642,0 292,7 45

    Timor Timur 967,6 292,6 30

    Maluku 9.680,0 292,9 3

    Irian Jaya 108.670,4 358,2 0,3

    INDONESIA 3.200,5 505,7 15,8

    Sumber: Direktorat Bina Program Pengairan Departemen Pekerjaan Umum (1984)

    b. Imbangan Air berbasis sumberdaya (Anonim, 1990)

    Yang dimaksud sumberdaya dalam hal ini adalah:

    Sumber daya air primer : curah hujan

    Sumber daya air sekunder : aliran permukaan

    Sumber daya tersier : air tanah.

    1). Ketersediaan Air

    Kertersediaan air dihitung dari sumberdaya air sekunder kali luas wilayah. Sumber

    daya air sekunder dapat dihitung dari sumber daya air primer dengan persamaan

    (Anonim, 1990):

    = 0,94 1000 (4)

    dengan:

    R : aliran permukaan rerata tahunan (mm/th)

    P : Curah hujan rerata tahunan (mm/th)

    Untuk di Indonesia,

    IKSA: Ketersediaan Sumberdaya Air dibagi jmlh penduduk

    Ketersediaan Air dihitung dari sumberdaya primer(Tabel 12).

    Indeks Ketersediaan Sumberdaya Air (IKSA)

    Cadangan air tanah serta perhitungan besaran asalnya dapat (Tabel 14)

    Cadangan air tanah menurut sebaran lateralnya (Tabel 15).

    Cadangan air tanah dalam sebaran kabupaten(Tabel 16a s/d 16e).

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 40

    2). Kebutuhan Air

    Kebutuhan Air untuk tahun-tahun tertentu dapat di lihat di Tabel 11.

    Tabel 12. Ketersediaan air dihitung dari data sumberdaya primer

    No

    Propinsi

    Luas

    (km2)

    Curah hujan

    ( mm/thn)

    Aliran per-

    mukaan

    (mm/th)

    Jumlah ketersediaan

    106 m3/thn

    Jumlah ketersediaan (10%

    rata-rata)

    106 m3/bln

    1 DI. Aceh 57.037 2.708 1.526 87.024 725

    2 Sumatera Utara 72.561 2.633 1.455 105.558 880

    3 Sumatera Barat 41.612 3.479 2.250 93.643 780

    4 Riau 96.346 2.509 1.338 128.953 1.075

    5 Jambi 48.518 2.760 1.574 76.385 637

    6 Sumatera Selatan 101.118 2.654 1.474 149.087 1.242

    7 Bengkulu 20.876 3.692 2.450 51.150 426

    8 Lampung 33.345 2.560 1.387 46.238 385

    9 DKI Jakarta 656 1.800 672 440 4

    10 Jawa Barat 46.352 2.954 1.756 81.413 678

    11 Jawa Tengah 34.531 2.816 1.627 56.188 468

    12 DI Yogyakarta 3.212 2.047 904 2.903 24

    13 Jawa Timur 48.267 2.105 959 46.277 386

    14 Bali 5.655 2.111 964 5.454 45

    15 Nusa Tenggara Barat 19.740 1.774 647 12.774 106

    16 Nusa Tenggara Timur 46.100 1.750 625 28.798 240

    17 Timor Timur 14.799 2.013 872 12.907 108

    18 Kalimantan Barat 147.872 3.431 2.205 326.083 2.717

    19 Kalimantan Tengah 154.831 3.200 1.988 307.826 2.565

    20 Kalimantan Selatan 36.079 2.523 1.352 48.766 406

    21 Kalimantan Timur 196.291 2.849 1.658 325.380 2.712

    22 Sulawesi Utara 27.193 2.596 1.421 38.630 322

    23 Sulawesi Tengah 61.629 2.499 1.329 81.907 683

    24 Sulawesi Selatan 62.884 2.591 1.415 89.005 742

    25 Sulawesi Tenggara 35.372 2.205 1.053 37.240 310

    26 Maluku 78.180 2.509 1.339 104.660 872

    27 Irian Jaya 413.951 3.337 2.117 876.309 7.803

    JUMLAH 3.220.997 26.842

    Sumber : Direktorat Bina Program Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum , 1991

    Selain itu dibawah ini disajikan berbagai tabel yang berkaitan dengan masalah

    keairan di Indonesia yaitu: Indeks Ketersediaan Sumberdaya Air, Sumberdaya Air

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 41

    Tanah, Cadangan air Tanah, Potensi Air Tanah di berbagai provinsi di pulau Jawa

    (Tabel 13 s/d Tabel 16e).

    Tabel 13. Indeks ketersediaan sumberdaya air

    No

    Propinsi

    m3 aliran /kpt/hari

    Propinsi

    m3 aliran /kpt/hari

    1 DKI Jakarta 0,15 14 Sumatera Barat 65

    2 DI Yogyakarta 2,8 15 Sumatera Selatan 66

    3 Jawa Timur 4,0 16 Aceh 71

    4 Jawa Tengah 5,5 17 Sulawesi Tenggara 77

    5 Bali 5,5 18 Jambi 105

    6 Jawa Barat 6,4 19 Riau 109

    7 Nusa Tenggara Barat 11 20 Bengkulu 120

    8 Lampung 21 21 Sulawesi Tengah 134

    9 Sumatera Utara 29 22 Maluku 157

    10 Sulawesi Selatan 35 23 Kalimantan Barat 279

    11 Sulawesi Utara 43 24 Kalimantan Timur 481

    12 Timor Timur 48 25 Kalimantan Tengah 610

    13 Kalimantan Selatan 52 26 Irian Jaya 1.488

    Sumber : Direktorat Bina Program Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum , 1991

    Tabel 14. Sumberdaya air tanah menurut cekungan

    No Daerah/Propisi Potensi air tanah

    106m3/ha

    No Daerah/Propisi Potensi air tanah

    106 m3/ha

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6

    7.

    8.

    9.

    10.

    11

    12.

    13

    14

    15

    1. CEKUNGAN

    INTRAMONTAN

    Bandung

    Garut

    Ponorogo-Madiun

    Kediri-Nganjuk

    Bondowoso

    Lumajang-Jember

    2. LERENG GUNUNG API

    Purwokerto

    Surakarta-Sragen

    Yogyakarta (U)

    Probolinggo-Pacitan

    Situbondo-Asembagus

    Banyuwangi

    Teluk-G.Sugih

    3. SEDIMEN TERSIE|R

    Banjarbaru-Martapura

    Rantau-Barabai

    -

    -

    215,9

    7,9

    456,4

    543,6

    29,3

    64,7

    -

    18,6

    58,1

    22,5

    32,3

    21,4

    35,1

    43,0

    -

    3,6

    6,8

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    22

    23

    24

    25

    26

    27

    28

    29

    30

    31

    32

    4. DATARAN PANTAI

    Cilegon

    Serang-Tangerang

    Jakarta

    Karawang-Indramayu

    Tegal-Pekalongan

    Kendal

    Semarang

    Demak-Pati

    Cilacap (U)

    Kebumen-Purworejo

    Jombang-Mojokerto

    Banda Aceh

    Medan-Tebing Tinggi

    Padang

    Palangkaraya

    Sidenreng-Rappang

    Aroki

    -

    17,0

    43,0

    115,3

    107,7

    89,9

    21,4

    28,8

    25,2

    16,2

    15,6

    28,8

    7,7

    146,6

    15,3

    2,5

    16,2

    14,0

    Sumber : Soekardi, 1983 Keterangan : (U) : Unconfined Artesis

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 42

    Tabel 15. Cadangan air tanah di Indonesia

    No

    Propinsi

    P-E

    (mm)

    Permukaan

    tinggi

    Permukaan

    sedang

    Jumlah

    km3

    Imbuh air

    tanah

    l/d km2

    Total air tanah

    106 m3/ha

    1 DI. Aceh 1.900 5.990 11.980 55.392 4,8 22,97

    2 Sumatera Utara 1.450 14.220 7.110 70.787 4,6 28,13

    3 Sumatera Barat 1.900 2.128 4.527 49.778 2,4 10,32

    4 Riau 1.021 49.634 55.838 94.562 8,1 66,18

    5 Jambi 1.150 9.322 12.430 44.924 3,7 14,36

    6 Sumatera Selatan 1.465 23.628 110.265 103.688 9,3 83,32

    7 Bengkulu 1.950 2.230 4.459 21.168 4,9 8,96

    8 Lampung 900 1.439 4.318 33.307 1,8 5,18

    9 Jawa Barat & DKI Jkt 1.536 9.829 19.658 46.300 7,8 31,20

    10 Jawa Tengah 1.837 6.871 10.306 32.206 8,2 22,82

    11 DI Yogyakarta 1.309 325 975 3.169 4,0 1,10

    12 Jawa Timur 750 9.590 16.783 47.992 3,6 14,93

    13 Bali 624 562 125 5.561 1,2 0,58

    14 Nusa Tenggara Barat 330 2.174 6.522 20.177 1,0 1,74

    15 Nusa Tenggara Timur 250 4.889 9.778 47.976 0,4 1,65

    16 Kalimantan Barat 1.850 39.627 31.413 146.760 8,2 103,98

    17 Kalimantan Timur 1.350 20.262 81.048 202.440 5,1 89,20

    18 Kalimantan Tengah 1.500 46.966 62.621 152.600 9,5 125,25

    19 Kalimantan Selatan 850 10.388 12.405 37.660 4,3 23,99

    20 Sulawesi Utara 922 4.586 6.878 19.025 2,0 3,29

    21 Sulawesi Selatan 1.122 7.750 23.251 72.781 3,5 22,01

    22 Sulawesi Tengah 1.000 6.700 16.750 69.726 2,9 17,47

    23 Sulawesi Tenggara 440 3.875 9.687 27.686 1,2 2,87

    24 Maluku 1.120 915 1.372 74.505 2,5 16,09

    25 Irian Jaya 1.800 210.990 126.594 421.981 14,8 539,59

    26 Timor Timur 200 1.680 3.360 14.874 0,7 0,90

    Sumber : Patty, 1993 (Unconfined/air dangkal) Keterangan: P : Precipitasi, E : Evaporasi

    Tabel 16a. Potensi Air Tanah di Propinsi DKI Jakarta

    No Kabupaten Potensi Air Tanah

    (juta m3/th) ((m3/s)

    1 Jakarta Selatan 89,95 2,85

    2 Jakarta Timur 111,36 3,53

    3 Jakarta Pusat 30,75 0,97

    4 Jakarta Barat 72,77 2,31

    5 Jakarta Utara 79,28 2,51

    Sumber: Tim Dinamaritama (dlm Percik Oktober 2006)

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 43

    Tabel 16b. Potensi Air Tanah di Propinsi DIYogyakarta

    No Kabupaten Potensi Air Tanah

    (juta m3/th) ((m3/s)

    1 Kulonprogo 59,75 1,89

    2 Bantul 167,08 5,30

    3 Gunungkidul 297,79 9,44

    4 Sleman 311,88 9,89

    5 KotaYogyakarta 19,41 0,62

    Sumber: Tim Dinamaritama (dlm Percik Oktober 2006)

    Tabel 16c. Potensi Air Tanah di Propinsi Jawa Barat

    No Kabupaten Potensi Air Tanah

    (juta m3/th) ((m3/s)

    1 Bogor 1.122,29 35,59

    2 Sukabumi 1.034,35 32,80

    3 Cianjur 849,96 26,95

    4 Bandung 1.514,95 48,04

    5 Garut 1.528,21 48,48

    6 Tasikmalaya 771,38 24,46

    7 Ciamis 907,64 28,78

    8 Kuningan 391,62 12,42

    9 Cirebon 342,94 10,87

    10 Majalengka 781,67 24,79

    11 Sumedang 883,07 28,00

    12 Indramayu 731,53 23,20

    13 Subang 707,25 22,43

    14 Purwakarta 253,83 8,05

    15 Karawang 638,68 20,25

    16 Bekasi 482,66 15,31

    17 Kota Bogor 87,72 2,78

    18 Kota Sukabumi 32,82 1,04

    19 Kota Bandung 80,76 2,56

    20 Kota Cirebon 10,48 0,33

    21 Kota Bekasi 119,63 3,79

    22 Kota Depok 124,70 3,95

    Sumber: Tim Dinamaritama (dlm Percik Oktober 2006)

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 44

    Tabel 16d. Potensi Air Tanah di Propinsi Jawa Tengah

    No Kabupaten Potensi Air Tanah

    (juta m3/th) ((m3/s)

    1 Cilacap 131,75 4,80

    2 Banyumas 242,94 7,70

    3 Purbalingga 160,41 5,09

    4 Banjarnegara 302,72 9,80

    5 Kebumen 124,18 3,94

    6 Purworejo 58,21 1,85

    7 Wonosobo 220,69 7,00

    8 Magelang 560,79 17,78

    9 Boyolali 245,06 7,77

    10 Klaten 227,35 7,21

    11 Sukoharjo 163,76 5,19

    12 Wonogiri 348,75 11,06

    13 Karanganyar 282,55 8,96

    14 Sragen 224,62 7,12

    15 Grobogan 342,69 10,87

    16 Blora 38,67 1,23

    17 Rembang 105,64 3,35

    18 Pati 329,50 10,45

    19 Kudus 144,86 4,59

    20 Jepara 326,67 10,36

    21 Demak 380,72 12,07

    22 Semarang 242,80 7,70

    23 Temanggung 407,06 12,91

    24 Kendal 288,19 9,14

    25 Batang 337,67 10,71

    26 Pekalongan 352,16 11,17

    27 Pemalang 301,48 9,56

    28 Tegal 197,20 6,25

    29 Brebes 250,40 7,94

    30 Kota Magelang 5,14 0,16

    31 KotaSurakarta 29,44 0,93

    32 Kota Salatiga 12,64 0,40

    33 KotaSemarang 146,23 4,64

    34 Kota Pekalongan 32,95 1,04

    35 Kota Tegal 6,68 0,21

    Sumber: Tim Dinamaritama (dlm Percik Oktober 2006)

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 45

    Tabel 16e. Potensi Air Tanah di Propinsi Jawa Timur

    No Kabupaten Potensi Air Tanah

    (juta m3/th) ((m3/s)

    1 Pacitan 65,71 2,08

    2 Ponorogo 421,73 13,37

    3 Trenggalek 10,70 0,34

    4 Tulungagung 315,34 10,00

    5 Blitar 460,27 14,60

    6 Kediri 595,20 18,87

    7 Malang 1.178,00 37,35

    8 Lumajang 1.o88,80 34,53

    9 Jember 1.695,89 53,78

    10 Banyuwangi 1.642,60 52,09

    11 Bondowoso 1.043,75 32,81

    12 Situbondo 1.170,37 37,11

    13 Probolinggo 833,08 26,42

    14 Pasuruan 615,85 19,53

    15 Sidoarjo 264,09 8,37

    16 Mojokerto 360,32 11,43

    17 Jombang 380,47 12,06

    18 Nganjuk 454,63 14,42

    19 Madiun 441,68 14,01

    20 Magetan 288,28 9,14

    21 Ngawi 441,29 13,99

    22 Bojonegoro 254,97 8,09

    23 Tuban 320,71 10,17

    24 Lamongan 319,06 10,12

    25 Gresik 233,58 7,41

    26 Bangkalan 191,21 6,06

    27 Sampang 154,55 4,90

    28 Pamekasan 115,55 3,96

    29 Sumenep 193,59 6,14

    30 KotaKediri 26,44 0,84

    31 Kota Blitar 14,20 0,45

    32 KotaMalang 28,52 0,90

    33 Kota Probolinggo 23,87 0,76

    34 Kota Pasuruan 16,43 0,52

    35 Kota Mojokerto 6,80 0,22

    36 Kota Madiun 12,23 0,39

    37 KotaSurabaya 114,39 3,63

    Sumber: Tim Dinamaritama (dlm Percik Oktober 2006)

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 46

    c. Imbangan Air berbasis saldo di musim kemarau (PU, 1991).

    IA yang aman dihitung dari kebutuhan air musim kemarau fungsi AT pada musim

    kemarau juga. KA dibawah ini mencakup KA domestik, industri, irigasi dan tidak

    termasuk air penggelontoran. Harga dari IA per musim dapat dilihat pada tabel 17.

    Tabel 17. Imbangan air per musim kering di Indonesia

    No.

    Propinsi

    Ketersediaan air

    Kebutuhan air

    Saldo

    Rata-rata

    106 m

    3/thn

    Debit

    musim kering

    106 m

    3/thn

    1990

    2000

    2015

    1990

    2000

    2015

    106 m3/thn 106 m

    3/thn

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    22

    23

    24

    25

    26

    27

    DI Aceh

    Sumatera Utara

    Sumatera Barat

    Riau

    Jambi

    Sumatera Selatan

    Bengkulu

    Lampung

    DKI Jakarta

    Jawa Barat

    Jawa Tengah

    DI Yogyakarta

    Jawa Timur

    Bali

    Nusa Tenggara Barat

    Nusa TenggaraTimur

    Timor Timur

    Kalimantan Barat

    Kalimantan Tengah

    Kalimantan Selatan

    Kalimantan Timur

    Sulawesi Utara

    Sulawesi Tengah

    Sulawesi Selatan

    Sulawesi Tenggara

    Maluku

    Irian Jaya

    87.024

    105.558

    93.643

    128.953

    76.385

    149.087

    51.150

    46.238

    440

    81.413

    56.188

    2.903

    46.277

    5.454

    12.774

    28.798

    12.907

    326.083

    307.826

    48.766

    325.380

    38.630

    81.907

    89.005

    37.240

    104.660

    876.309

    725

    880

    780

    1.075

    637

    1.242

    426

    385

    4

    678

    468

    24

    386

    45

    106

    240

    108

    2.717

    2.565

    406

    2.712

    322

    683

    742

    310

    872

    7.303

    199

    377

    212

    35

    56

    87

    62

    174

    50

    1.293

    1.172

    77

    1.339

    132

    204

    86

    8

    131

    62

    53

    15

    67

    127

    521

    40

    15

    5

    238

    440

    234

    124

    90

    237

    72

    199

    71

    1.409

    1.255

    84

    1.415

    138

    215

    99

    20

    190

    163

    144

    91

    75

    140

    585

    52

    47

    332

    297

    526

    263

    260

    141

    458

    88

    231

    88

    1.561

    1.356

    88

    1.502

    144

    229

    116

    37

    277

    313

    278

    204

    85

    160

    674

    70

    941

    823

    526

    503

    568

    1.040

    581

    1.155

    364

    212

    -47

    -615

    -703

    -53

    -953

    -87

    -97

    154

    99

    2.586

    2.503

    354

    2.696

    255

    555

    221

    270

    857

    7.298

    487

    440

    547

    950

    546

    1.005

    354

    186

    -67

    -730

    -786

    -59

    -1.030

    -92

    -106

    141

    87

    2.527

    2.403

    263

    2.621

    247

    542

    156

    258

    825

    6.970

    428

    354

    517

    815

    496

    785

    338

    154

    -84

    -883

    -888

    -64

    -1.116

    -99

    -122

    124

    70

    2.441

    2.252

    128

    2.507

    237

    523

    68

    240

    778

    6.480

    TOTAL

    3.220.977

    26.842

    6.600

    8.159

    10.363

    20.242

    18.683

    16.478

    Sumber : Direktorat Bina Program Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum (1991)

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 47

    d. Imbangan Air berbasis debit andalan (Triatmodjo, 2009)

    1). Ketersediaan Air

    Imbangan Air berbasis Debit Andalan Tahunan adalah rasio antara Ketersediaan

    Air dengan Air Tersedia yang mana Air Tersedia tersebut berdasarkan data debit

    tahunan/bulanan pada sungai yang mana data ini dapat berupa pengukuran debit

    langsung secara kontinyu atau berdasar set data hujan yang diterjemahkan menjadi

    debit sungai.

    Untuk perhitungannya digunakan Debit Andalan yaitu debit minimum sungai dengan

    besaran tertentu yang mempunyai kemungkinan terpenuhi untuk berbagai

    kebutuhan. Untuk irrigasi debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi

    ditetapkan 80 %, sedangkan untuk air baku ditetapkan 90 %. Misal dalam contoh

    Tabel 18. debit andalan 80% samadengan 21,81 m3/s artinya kemungkinan

    terjadinya debit serbesar 21,81 m3/s adalah 80% dari durasi pencatatan data.

    Data debit dapat diambil rerata bulanan atau debit dua mingguan. Cara ini dapat

    menghitung Imbangan Air Tahunan dan Imbangan Air Bulanan, sedangkan cara yang

    terdahulu tadi hanya menghitung Imbangan Air Tahunan saja.

    Tabel 18. Contoh perhitungan Debit Andalan Tahunandari data hujan (Triatmodjo, 2009)

    Tahun

    Debit

    Tahunan

    Urutan Andalan

    Tahun Nomer Debit (%)

    1989 30,21 1 33,10 9,09 1992

    1990 22,81 2 32,20 18,18 1998

    1991 25,05 3 30,21 27,27 1989

    1992 33,10 4 29,45 36,36 1995

    1993 26,54 5 27,45 45,45 1994

    1994 27,45 6 26,54 54,55 1993

    1995 29,45 7 25,76 63,64 1996

    1996 25,76 8 25,05 72,73 1991

    1997 21,86 9 22,81 81,82 1990

    1998 32,20 10 21,86 90,91 1997

    1999 19,87 11 19,87 100,00 1999

    Dari Tabel 18. dapat disimpulkan bahwa Debit Andalan Tahunan 80% adalah sebesar

    22,81 m3/s. Selain Imbangan Air Tahunan dapat juga dihitung Imbangan Air Bulanan

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 48

    yaitu nisbah antara Kebutuhan Air yang digunakan untuk hidup manusia beserta

    pendukung kehidupannya (domestic, pertanian, industry dll) dengan Air Tersedia

    rerata per bulan. Dengan cara ini dapat diketahui Imbangan Air untuk satu tahun

    dengan fluktuasi bulanan.Air tersedia dihitung dari debit bulanan atau setengah

    bulanan yang didapat dari pengukuran langsung maupun dapat dihitung dari data hujan

    bulanan atau setengah bulanan yang ditransformasikan menjadi debit.Triatmodjo

    (2009) lebih mengutamakan perhitungan Imbangan Air Bulanan karena menurutnya

    akan didapatkannya kepastian pemenuhan kebutuhan air. Jelasnya bila mengandalkan

    Imbangan Air Tahunan akan dapat terjadi keadaan pada bulan kering terjadi defisit

    air walau secara perhitungan tahunan tak ada defisit air.

    Contoh Perhitungan.

    Data debit rerata dua minggu pertama bulanan suatu DAS seperti Tabel 19.

    Tabel 19. Data debit rerata bulanan dua minggu pertama tahun 1989-1999, dari data hujan

    (Triatmodjo, 2009)

    Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep 0kt Nop Des

    1989 1,39 1,83 1,59 1,13 1,22 7,82 0,98 1,05 0,60 2,25 2,25 1,84

    1990 1,33 0,84 1,41 0,75 0,87 0,62 0,66 0,61 0,60 0,60 0,60 1,13

    1991 2,35 2,51 0,96 2,30 0,81 0,64 0,60 0,60 0,60 0,60 0,79 0,69

    1992 2,92 1,75 1,67 2,24 0,73 0,69 0,79 0,60 1,00 0,93 1,71 1,72

    1993 1,55 1,45 1,55 3,00 1,17 0,92 0,60 0,61 0,60 0,62 1,51 1,86

    1994 1,93 2,39 2,49 1,96 0,80 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,77 2,23

    1995 2,31 2,02 1,44 1,17 0,95 1,30 0,84 0,60 0,60 0,73 1,92 1,77

    1996 1,28 1,53 0,96 1,00 0,60 0,62 0,61 0,66 0,66 1,16 1,78 2,39

    1997 1,81 2,06 0,71 1,44 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,70 1,87

    1998 1,36 1,91 1,88 1,59 1,01 1,13 1,05 0,82 0,69 1,34 1,57 0,82

    1999 1,79 1,41 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 1,90

    Dan dari tabel tersebut disusun untuk mendapatkan debit andalan bulanan dengan

    menggunakan cara seperti dalam Tabel 20. Hasilnya Debit Andalan 80 % bulanan mulai

    Januari-Desember adalah seperti baris urutan nomer 9, hingga dengan diketahuinya

    data Kebutuhan Air rerata pada bulan-bulan tersebut akan dapat dihitung Imbangan

    Air bulanan sepanjang tahun. Dari Gambar 18. dapat dilihat bahwa terjadi defisit air

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 49

    pada bulan Juni, Juli dan Agustus karena Kebutuhan Air lebih besar daripada Debit

    Andalan Bulanan walaupun masih lebih rendah daripada Debit Rerata Bulanan.

    Tabel 20. Contoh Debit andalan 80% bulanan dua minggu pertama tahun 1989-1999 dari data

    hujan. (Triatmodjo, 2009) Urut % Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep 0kt Nop Des

    1 9,09 2,92 2,51 2,49 3,00 1,22 1,78 1,05 1,05 1,00 1,34 2,25 2,39

    2 18,18 2,35 2,39 1,88 2,30 1,17 1,30 0,98 0,82 0,69 1,16 1,92 2,23

    3 27,27 2,31 2,06 1,67 2,24 1,01 1,13 0,84 0,66 0,60 1,15 1,78 1,90

    4 36,36 1,93 2,02 1,59 1,96 0,95 0,92 0,79 0,61 0,60 0,93 1,71 1,87

    5 45,45 1,81 1,91 1,55 1,59 0,87 0,69 0,66 0,61 0,60 0,73 1,57 1,86

    6 54,55 1,79 1,83 1,44 1,44 0,81 0,64 0,61 0,60 0,60 0,62 1,51 1,84

    7 63,64 1,55 1,75 1,41 1,17 0,80 0,62 0,60 0,60 0,60 0,60 0,79 1,77

    8 72,73 1,39 1,53 0,96 1,13 0,73 0,62 0,60 0,60 0,60 0,60 0,77 1,72

    9 81,82 1,36 1,45 0,96 1,00 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,70 1,13

    10 90,91 1,33 1,41 0,71 0,75 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,82

    11 100,00 1,28 0,84 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,69

    Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

    Gambar 18. Air Tersedia Andalan bulanan versus Kebutuhan Air-Grafik tanpa skala. (Triatmodjo, 2009)

    Comment:

    Aliran mantab tahunan atau bulanan akan lebih baik bila didapat dengan

    menggunakan data debit yang didapatkan dari continous measurement di sungai yang

    menggunakan Automatic Water Level Recorder (AWLR) karena merupakan data riil

    Kebutuhan Air Bulanan Debit Andalan Bulanan Debit Rerata Bulanan

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 50

    sungai terutama pada musim kemarau dari pada menggunakan data debit hasil

    bangkitan data hujan.

    Dari Gambar 18. terdapat defisit air dalam bulan Juni, Juli dan Agustus.

    Sebenarnya ketika perthitungan IA tahunan tidak defisit keadaan defisit bulanan

    tersebut tidak terjadi karena pada saat itu dapat memanfaatkan groundwater

    storage yang ada dan kemudian akan diisi lagi ketika musim penghujan. Maka IA cara

    berdasar infiltrasi air hujan lebih rasional, kecuali ketika sungai dilengkapi dengan

    adanya reservoir dari bendungan.

    e. Imbangan Air berbasis infiltrasi andalan (Sunjoto,2012)

    Metode ini mendasarkan perhitungannya dari air terinfiltrasi dari curah hujan andalan

    dikurangi evapotranspirasi andalan (Tabel 21). Logika berfikirnya adalah bahwa air

    yang dengan pasti dapat digunakan oleh umat manusia adalah air yang meresap kedalam

    tanah. Dan bila pada daerah tersebut terdapat suatu bendungan dengan

    waduk/reservoir maka luas catchment area waduk dihitung eksklusive karena pada

    waduk ini diperhitungkan runoff coefficient nya adalah 0,05 (Tabel

    22a.&22b.&22c.&22d.).

    Dengan diketahui curah hujan rerata tahunan andalan kemudian evapotranspirasi

    andalan tahunan dan diketahui pula luas wilayah dengan tataguna lahannya dan masing-

    masing runoff coefficient nya maka dapat dihitung jumlah air terinfiltrasi pada

    daerah tersebut. Jumlah air terinfiltrasi yaitu curah hujan andalan dikurangi

    evapotranspirasi pada tahun tersebut kali luas daerah. Volume air ini dibagi jumlah

    penduduk maka didapatkan Air Tersedia. Sedangkan Kebutuhan Air dihitung dari

    kebutuhan riil seperti contoh pada sesi berikut ini oleh Triatmodjo (2009).

    Contoh perhitungan.

    Data curah hujan rerata dari tahun 1989-1999, dan sekaligus penentuan Curah Hujan

    Rerata Andalan dapat dilihat di Tabel 21. sbb:

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 51

    Tabel 21. Curah hujan tahunan andalansuatu DAS Model.

    Tahun

    CH

    Tahunan

    (mm)

    EV

    Tahunan

    (mm)

    Urutan Andalan

    Tahun Nomer CH

    (mm)

    ET

    (mm)

    (%)

    1989 3521 1600 1 3810 1400 9,09 1992/1990

    1990 2780 1600 2 3720 1415 18,18 1998/1999

    1991 3005 1500 3 3521 1420 27,27 1989/1997

    1992 3810 1620 4 3445 1500 36,36 1995/1991

    1993 3154 1530 5 3245 1520 45,45 1994/1994

    1994 3245 1520 6 3154 1520 54,55 1993/1996

    1995 3445 1590 7 3176 1530 63,64 1996/1993

    1996 3176 1520 8 3005 1590 72,73 1991/1995

    1997 2686 1420 9 2780 1600 81,82 1990/1989

    1998 3720 1615 10 2686 1615 90,91 1997/1998

    1999 2487 1415 11 2487 1620 100.00 1999/1992

    Dalam perhitungan ini diandaikan suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan tataguna

    lahan dan rencana pengembangannya seperti dalam Tabel 22. Rencana pengembangan

    yang dimaksud adalah rencana adanya mengubah sebagian sawah tadah hujan dan

    tegalan menjadi hutan dan membangun bendungan hingga didapatkan reservoir

    penampung air. Ketika membangun bendungan sebagian dari luasan hutan, sawah tadah

    hujan maupun tegalan akan menjadi catcment area dari bendungan, sedangkan luas

    pengurangan akibat genangan reservoir diabaikan karena relative kecil dibanding luas

    wilayah. Setelah dapat ditentukan curah hujan andalan dan evapotranspirasi andalan

    (2.780 mm/th & 1600 mm/th) dari data seri hidrologi dengan menggunakan Tabel 21.

    maka untuk menentukan Imbangan Air perlu menghitung volume air terinfiltrasi dan

    untuk itu masih diperlukan data lain yaitu: tataguna lahan, jumlah penduduk, kebutuhan

    air, runoff coefficient dan Kebutuhan Penutupan Bangunan (KTB bila diperlukan

    menghitung luas permukiman), efisiensi atau porsi keberhasilan program sbb:

    Curah hujan : 2.780 mm/th(Tabel 21.)

    Evapotranspirasi (ET) : 1.600 mm/th (Tabel 21.)

    Intensitas hujan (I) : 34,56 mm/j atau 96 l/s/km2

    Jumlah penduduk : 3.501.765 kpt

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 52

    Peningkatan jumlah penduduk (r) : 0

    Kebutuah air : 523,50 m3/kpt/th

    Kebutuhan Penutupan Bangunan (KTB) : 50 m2/kpt

    Runoff coefficient of dam catchment area (C): 0,05 Efisiensirecharge systems : 60%

    Dalam contoh ini ditampilkan enam keadaan dan step pelaksanaan usaha konservasi

    berbeda untuk suatu wilayah yang sama yaitu:

    Pertama, kawasan tanpa bendungan dan tanpa konservasi (Tabel 22a.).

    Kedua, kawasan dengan konservasi namun tanpa bendungan (Tabel 22b.).

    Ketiga, kawasan dengan bendungan namun tanpa konservasi(Tabel 22c.).

    Keempat, kawasan dengan bendungan kemudian konservasi (Tabel 22d.)

    Kelima, kawasan dengan konservasi kemudian bendungan (Tabel 22d.)

    Keenam, kawasan dengan bendungandan konservasi bersamaan (Tabel 22d.).

    Dari keenam keadaan tersebut akan dihitung volume air terinfiltrasi sebelum

    maupun sesudah ada konservasi maupun pembangunan bendungan. Teknik

    konservasi yang diimplentasikan adalah dengan vegetation coverage (reboisasi

    atau penghijauan) untuk Sawah tadah hujan dan Tegalan menjadi hutan, dengan

    recharge yard untuk Permukiman-halaman dan dengan recharge well atau recharge

    trench untuk Permukiman-bangunan. Dengan diketahui jumlah air terinfiltrasi

    maka dapat dihitung Air Tersedia dan kemudian Imbangan Air. Sedangkan

    Kebutuhan Air dapat dihitung secara rinci untuk perhitungan detail dan dapat juga

    menggunakan Tabel 11. untuk perhitungan awal. Dalam contoh ini digunakan

    Kebutuhan Air untuk pulau Jawa.

    Catatan:

    Durasi pembangunan bendungan 5 tahun dan konservasi mulai berfungsi penuh

    setelah 5 tahun, hingga Imbangan Air diukur pada tahun ke 0, 5 dan 10.

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 53

    Tabel 22a. Tataguna lahan suatu DAS tanpa bendungan tanpa konservasi.

    No

    Tata guna lahan

    Luas (km2)

    Runoff Coefficient )*** Sesudah konservasi

    menjadi

    Sebelum Sesudah

    Konservasi

    1 Hutan 1.442 0,32 0,32 hutan

    2 Sawah tadah hujan 742 0,62 0,62 hutan

    3 Tegalan 993 0,62 0,62 hutan

    4a

    4b

    Permukiman-halaman 125 0,62 0,62 )*

    Permukiman-bangunan 50 0,95 0,95 )**

    Jumlah 3.352 - -

    Tabel 22b. Tataguna lahan suatu DAS dengan konservasi tanpa bendungan.

    No

    Tata guna lahan

    Luas

    (km2)

    Runoff Coefficient )*** Sesudah konservasi

    menjadi

    Sebelum Sesudah

    Konservasi

    1 Hutan 1.442 0,32 0,32 hutan

    2 Sawah tadah hujan 742 0,62 0,32 hutan

    3 Tegalan 993 0,62 0,32 hutan

    4a 4b

    Permukiman-halaman 125 0,62 0,32 )*

    Permukiman-bangunan 50 0,95 0,05 )**

    Jumlah 3.352 - -

    Tabel 22c. Tataguna lahan suatu DAS dengan bendungan tanpa konservasi.

    No

    Tata guna lahan

    Luas (km2)

    Runoff Coefficient )*** Sesudah konservasi

    menjadi

    Sebelum Sesudah

    Konservasi)****

    1 Hutan 1.245 0,32 0,32 hutan

    2 Sawah tadah hujan 597 0,62 0,62 hutan

    3 Tegalan 771 0,62 0,62 hutan 4a

    4b Permukiman-halaman 40 0,62 0,62

    Permukiman -bangunan 21 0,95 0,95

    5 Sub-DAS bendungan

    a. Hutan 197 0,32 0,05 hutan

    b. Sawah tadah hujan 145 0,62 0,05 hutan

    c. Tegalan 222 0,62 0,05 hutan d. Permukiman-halaman 85 0,62 0,05 )*

    e. Permukiman-bangunan 29 0,95 0,05 )** Jumlah 3.352 - -

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 54

    Tabel 22d. Tataguna lahan suatu DAS dengan bendungan dan dengan konservasi.

    No

    Tata guna lahan

    Luas (km2)

    Runoff Coefficient )*** Sesudah konservasi

    menjadi

    Sebelum Sesudah

    Konservasi)****

    1 Hutan 1.245 0,32 0,32 hutan

    2 Sawah tadah hujan 597 0,62 0,32 hutan

    3 Tegalan 771 0,62 0,32 hutan 4a

    4b Permukiman-halaman 40 0,62 0,32 )*

    Permukiman -bangunan 21 0,95 0,05 )**

    5 Sub-DAS bendungan

    f. Hutan 197 0,32 0,05 hutan

    g. Sawah tadah hujan 145 0,62 0,05 hutan h. Tegalan 222 0,62 0,05 hutan

    i. Permukiman-halaman 85 0,62 0,05 )* j. Permukiman-bangunan 29 0,95 0,05 )**

    Jumlah 3.352 - -

    Note: )* halaman dengan recharge yard )** bangunan dengan recharge well/recharge trench ER=40%xET (Sunjoto, 2009)

    )***menurut The Institution of Engineers Australia (1977) dgn I = 34,56 mm/j

    )**** adalah vegetation coverage (rural) dan recharge systems (urban)

    Maka volume air terinfiltrasi adalah (Sunjoto, 2009):

    Volume air terinfiltrasi pada permukaan bumi maupun dengan recharge yard:

    = (5)

    Volume air terinfiltrasi pada lahan dengan recharge well dan recharge trench:

    = , (6)

    Kebutuhan Penutupan Bangunan (KTB) di pulau Jawa utk daerah rural adalah 60

    m2/kpt, untuk daerah urban yaitu 35 m2/kpt dan untuk gabungan rural dan urban

    sebesar 50 m2/kpt (Sunjoto, 2009).

    Catchment area of dam dan diperhitungkan runoff coefficient nya C = 0,05 karena

    air yang mengalir darinya baik aliran permukaan maupun bawah permukaan akan

    tertampung dalam reservoir sebelum mengalir kesungai lagi.

    Recharge systemsuntuk daerah urban adalah recharge well, recharge trench dan

    recharge yard (Sunjoto, 2009)

    dengan:

  • Prof.Dr.Ir. Sunjoto Dip.HE, DEA-Handout Teknik Konservasi Sumberdaya Air-JTSL-FT-UGM, Yogyakarta-2014 Page 55

    V : volume air teri