Screening Epidmiologi

39

description

mata kuliah epidemologi FIK UMS KESMASYmempelajari melihat kasus epidemologi untuk dilakukan analisis sebagai data penelitian.

Transcript of Screening Epidmiologi

Page 1: Screening Epidmiologi
Page 2: Screening Epidmiologi

Screening (penapisan) adalah untuk proses dgn maksud agar penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan yg tidak diketahui dapat diidentifikasi dengan menggunakan test atau metode diagnosis (uji-uji) tertentu yg dpt diterapkan sec. cepat dlm skala yg besar.

Page 3: Screening Epidmiologi

Berusaha memisahkan sejumlah besar orang yg nampaknya sehat dr mereka yg mungkin mengidap suatu penyakit.

Screening tdk dimaksudkan utk langsung mendiagnosis penyakit yg bersangkutan. (bukan test diagnosis)

Page 4: Screening Epidmiologi

1. Menjaring mana yang sakit dan yg tidak sakit, berisiko dan tidak berisiko, risiko tinggi dan risiko rendah.

2. Yg disaring adalah populasi sehat3. Utk mendeteksi tahap awal suatu penyakit pada

orang yang tampak sehat tapi sebenarnya menderita sakit tertentu yg dpt menimbulkan masalah pada masyarakat

4. Mengetahui penyakit sedini mungkin5. Mendetaksi faktor risiko

Page 5: Screening Epidmiologi

Hasil test positif

Test Screening

Kelompok orang yg tampak sehat

Pengobatan intensif

Pemeriksaan Diagnostik

Hasil test negatifHasil test positif

Hasil test negatif

Page 6: Screening Epidmiologi

Fenomena yg terjadi di Masy, yaitu hanya sebagian kecil dari keseluruhan kasus atau masalah kesehatan yg terlihat atau terdeteksi (Fenomena gunung es)

Sbg salah satu upaya utk pencegahan tingkat kedua (Secundary prevention) yaitu diagnosisi dini (Early diagnosis) dan pengobatan tepat (prompt treatment)

Biasanya penderita mencari pengobatan setelah penyakit pd stadium lanjut shg lebih sulit utk ditangani dan biaya yg digunakan lebih besar.

Penderita tanpa gejala mempunyai potensi utk menularkan penyakit.

Page 7: Screening Epidmiologi

1. Mendeteksi dini penyakit tanpa gejala atau dgn gejala tidak khas thd orang yg nampak sehat tetapi mungkin menderita penyakit (population at risk)

2. Melakukan pengobatan segera secara tuntas dan mencegah Epidemi

3. Melindungi masy dari sumber penularan yg potensialContoh : Upaya mendeteksi “carier” Thypoid/para thypoid agar tidak bekerja sbg pengelola makanan yg akan dikonsumsi umum

Page 8: Screening Epidmiologi

4. Maksud utk penelitianContoh : memperkiraan tk prevalensi suatu penyakit dlm masy (misal DM)

5. Maksud yg bersifat “persektif”yaitu membantu menunjukkan keberadaan (prevalensi) suatu jenis penyakit yg memang telah diprogramkan utk upaya penanggulangan dan pengendalian.Contoh : penggunaan “mass chest xray” dalam program pemberantasan TBC paru

Page 9: Screening Epidmiologi

1. Tentang Penyakit Penyakit yg serius/masalah prioritas Prevalensi tinggi pd tahap penyakit Riwayat penyakit dimengerti (punya periode laten, pre

sympomatik, sub clinic awal, dan carrier

2. Uji Screening Metode pengujian yg sesuai tersedia Harus sensitif dan spesifik Sederhana dan Murah Aman dan mudah diterima masyarakat Reliabel Biaya harus seimbang dgn biaya perawatan medis

Page 10: Screening Epidmiologi

3. Diagnosis dan Pengobatan Fasilitas tersedia secara adekuat Terapi efektif bagi yg terdiagnosis tersedia Prosedur dpt diterima oleh pasien dan pengobatan

yg aman telah tersedia Penemuan kasus hrs dilakukan berkesinambungan

Page 11: Screening Epidmiologi

1. Kesahihan (Valid)Valid tidaknya suatu test screening ditentukan oleh ukuran-ukuran sensitivitas dan spesifisitas

2. Keterandalan (Reliabilitas)3. Hasil (Yield)

Page 12: Screening Epidmiologi

Adalah kemampuan teknik uji screening utk mendeteksi/ memberi petunjuk awal tentang individu yang benar-benar menderita sakit dari mereka yg tidak sakit

Teknik uji yg valid yakni uji itu memberi kategori bagi orang-orang ke dlm kelp terkena penyakit dan tidak secara benar

Page 13: Screening Epidmiologi

Agar dapat membantu dalam pencegahan sekunder, maka test screening harus:

1. Murah2. Mudah diterapkan3. Dapat diterima masyarakat4. Reliabel5. Valid

Page 14: Screening Epidmiologi

1. SensitivitasAdl proporsi orang-orang yg benar-benar sakit yg ada di dalam populasi yg disaring, diidentifikasi dgn menggunakan uji screening sbg penderita (menunjuk secara tepat individu yang sakit dgn hasil test positif)

Page 15: Screening Epidmiologi

2. Spesifisitas

adl proporsi dr orang-orang yg benar-benar sehat, juga

diidentifikasi dgn menggunakan uji screening sbg individu

sehat. (menunjuk secara tepat individu yg sehat dgn hasil

test negatif)

Page 16: Screening Epidmiologi

Hasil test screening

Status penyakit

(keadaan sebenarnya)

Jumlah

Penderita Bukan Penderita

Positif a b a+b

Negatif c d c+d

a+c b+d a+b+c+d

a= jumlah dari yg benar-benar positif (true positif)

b= jumlah dari positif palsu (false positif)

c= jumlah dari yang negatif palsu (false negatif)

d= jumlah dari yg benar-benar negatif (true negatif)

Page 17: Screening Epidmiologi

negatif falsepositif True

positif True asSensitivit

c a

a asSensitivit

positif falsenegatif True

negatif True asSpesifisit

d b

d asSpesifisit

Page 18: Screening Epidmiologi

Predictive value positif : proporsi individu yang menderita sakit thd mereka yang diuji dengan hasil uji positif

Predictive value negatif : proporsi individu yang tidak sakit thd mereka yg diuji dengan hasil uji negatif

Page 19: Screening Epidmiologi

ba

a Predictive

dc

d Predictive

TP + FNPrevalensi = ------------- x 100

N

TP + TNAkurasi = ------------- x 100

N

Page 20: Screening Epidmiologi

Misal ditemukan 150 orang positif menderita dan 45 orang positif benar, 10 orang positif semu, 5 orang negatif semu dan 90 orang negatif benar. Hasil tsb secara skematis dapat dijelaskan sbb:

Hasil test

Uji screening

Status Penyakit Jumlah

Penderita Bukan penderita

Positif 45 10 55

Negatif 5 90 95

50 100 150

Page 21: Screening Epidmiologi

Sensitivitas hasil test : 45/50 =90% Spesifisitas hasil test : 90/100=90% Predictive value + = 45/55 = 82% Predictive value - = 90/95 =95% False positif rate + = 100-82 = 18% False negatif rate - = 100-95 = 5%

Dari perhitungan diatas disimpulkan bhw suatu test dgn sensitivitas dan spesifisitas yg sama dpt menghasilkan angka semu dan angka negatif yg sangat berbeda

Page 22: Screening Epidmiologi

Dgn perhitungan perkiraan nilai kecermatan diatas, ada kelemahan yaitu: hasilnya sangat dipengaruhi oleh prevalensi penyakit di masyarakat, krn dgn perbedaan prevalensi yg kecil akan mengakibatkan perubahan nilai kecermatan yg besar.

Contoh : Uji screening thd DM pada dua kelp individu yg masing-

masing 1000 orang. Prevalensi DM pd kelp I adalah 1% dan kelp 2 adalah 2%. Perhitungan nilai kecermatan sbb:

Page 23: Screening Epidmiologi

PREVALENSI

1% 2%Jumlah individu 1000 1000Sakit 10 (a+c) 20 (a+c)Tidak Sakit 990 (b+d) 980 (b+d)Positif benar 9,9 a 19,8 aPositif palsu 49,5 b 49 bJumlah Positif 59,4 a+b 69 a+bPredictive value positif

9,9/59,4 19,8/68,8

=17% =29%

Page 24: Screening Epidmiologi

Pada hasil perhitungan terlihat bhw kelompok dgn prevalensi rendah mempunyai nilai kecermatan hanya 17% yg berarti bhw dari 100 orang dgn hasil test positif hanya 17 orang yang benar sakit atau 5 dari 6 orang tidak sakit.

Pada prevalensi penyakit yg rendah menghasilkan nilai kecermatan yg rendah

Pada prevalensi penyakit yg kecil mengakibatkan perubahan nilai kecermatan

Page 25: Screening Epidmiologi

Suatu metode uji penyaringan disebut handal bila uji penyaringan dilakukan berulang pada individu akan memberikan hasil yg sama (hasil konsisten)

Reliabilitas dipengaruhi oleh faktor:A.Variasi alat yg dapat ditimbulkan oleh :

› Stabilitas regensia yg digunakan› Stabilitas alat ukur yg digunakan› Variasi karakteristik (variasi alat ukur)

Page 26: Screening Epidmiologi

Reliabilitas dipengaruhi oleh faktor:B. Variasi orang yg diperiksa Kondisi fisik, psikis, stadium penyakit.C.Variasi pengamat / pemeriksa (observer error) yg

dpt terjadi krn: Variasi interna, variasi pada hasil pemeriksaan yg

berulang antar pembacaan oleh pengamat yg sama Variasi eksterna, variasi yg terjadi krn perbedaan

antara beberapa pengamat.

Page 27: Screening Epidmiologi

Adanya variasi ini dpt dikurangi dgn :

Standardisasi reagen dan alat ukur Pembakuan prosedur pemeriksaan Pelatihan intensif bagi pengamat/pemeriksa Penentuan kriteria yg jelas Penerangan kepada orang yg diperiksa Pemeriksaan dilakukan dgn cepat oleh 2 atau lebih

pengamat yg melakukan pemeriksaan secara terpisah

Page 28: Screening Epidmiologi

Yield adalah jumlah penderita penyakit yg sebelumnya tidak dikenal/, kmd terdiagnosis dan diberikan pengobatan setelah menjalani uji screening.

Faktor-faktor yg mempengaruhi hasil ;1.Sensitivitas uji screening2.Angka prevalensi penyakit di masyarakat3.Uji screening bertingkat 4.Frekuensi screening5.Peran serta masyarakat dlm program penyaringan dan tindak lanjut

Page 29: Screening Epidmiologi

Hasil guna program screening tergantung pada 1. Penerimaan masyarakat2. Kesediaan memberian informasi ttg riwayat

keluarga3. Kepatuhan thd anjuran utk menjalani uji

diagnosis4. Terapi dan perubahan perilaku hidup untuk

mengurangi risiko

Page 30: Screening Epidmiologi

1. Mass ScreeningSasaran yg dilibatkan bersifat massal (umum) atau populasi sec. keseluruhan. Tanpa kriteria/kemungkinan pemaparan pd suatu penyebab tertentu. Biaya mahal & efisiensi rendah. Contoh : Penyaringan thd penyakit TBC

Page 31: Screening Epidmiologi

2. Selective Screening Sasaran hanya dipilih pada kelompok risiko tinggi, shg biaya lebih kecil dan hasilnya lebih efisien krn lebih selektif.Contoh :

KMS utk deteksi dini gangguan gizi dan gangguan tumbang

Test ELIZA untuk penyakit HIV/AIDS pada PSK Pap smear, palpasi ginekologis, infeksi portio utk deteksi

dini Ca Serviks Penyaringan Ca Prostat

Page 32: Screening Epidmiologi

3. Multiphasic ScreeningPenggunaan berbagai uji screening yg diterapkan pd saat yg sama.

Krn ciri penyakitnya, stl test screening hrs diikuti dgn pemeriksaan lebih lanjut, baik utk maksud diagnosis pasti maupun terapi klinis yg lebih spesialis.Contoh ;

Penyakit keganasan Penyakit Kardiovaskular Penyakit gangguan metabolisme Penyakit ketuaan

Page 33: Screening Epidmiologi

4. Opportunistic Screening (penyaringan pd penemuan kasus)Screening ini terbatas pada para penderita yg berkonsultasi pd seorang praktisi kesehatan utk beberapa tujuan lain

Page 34: Screening Epidmiologi

1. Cukup mudah2. Hasil cepat3. Biaya Murah 4. Alat mudah dikerjakan oleh petugas kesehatan

lapangan dan RS5. Tidak membahayakan6. Validitas, reliabilitas dan Yield yg tinggi7. Dapat diterima (Acceptability)8. Harus disediakan alat yg dpt digunakan utk Uji

Diagnosis stlh hasil screening positif9. Penderita yg terdeteksi harus mendapatkan

pengobatan dgn besar biaya dipertimbangkan

Page 35: Screening Epidmiologi

1. Punya masa laten, pre sympomatic dan sub klinik2. Jumlah relatif cukup tinggi dlm masy terutama dlm

“High Risk Group”3. Dari hasil test screening dpt dibedakan dgn jelas yang

sakit dan sehat4. Penyakit bersifat “Reversibel’, yaitu dgn cara

pengobatan/tindakan lainnya dapat disembuhkan/dikendalikan.

Page 36: Screening Epidmiologi

Contoh : Telah dilakukan screening oleh seorang dokter pada 1500

pasien. Setelah diperiksa 435 orang tidak terkena cidera kepala, sisanya mengalami cidera kepala. Kemudian yang mengalami cidera kepala di diagnosis kembali, sehingga didapatkan 92 pasien positif mengalami trauma cidera kepala diantara 93 pasien yang cidera kepala? Hitung sensitivitas, spesitifitas, PV +, PV-, prevalensi & akurasi?

Page 37: Screening Epidmiologi

Hasil test

Uji screening

Status Penyakit Jumlah

Penderita Bukan penderita

Positif 92 973 1065

Negatif 1 434 435

93 1407 1500

c a

a asSensitivit

d b

d asSpesifisit

93

92 asSensitivit

1407

434 asSpesifisit

Page 38: Screening Epidmiologi

ba

a Predictive

dc

d Predictive

1065

92 Predictive

435

434 Predictive

Page 39: Screening Epidmiologi

TP + FNPrevalensi = ------------- x 100

N

TP + TNAkurasi = ------------- x 100

N

92 + 1Prevalensi = ------------- x 100

1500

92 + 434Akurasi = ------------- x 100

1500