School Preview Sekolah Dasar. PDF

8/3/2019 School Preview Sekolah Dasar. PDF

1/112

School Preview

Sekolah Dasar Tetum Bunaya

8 Januari 2012


2/112

PembukaanUUD 45 alinea 3

Mencerdaskankehidupan bangsa


3/112

UUD 45 Pasal31 ayat 1

Tiap-tiap warga negaraberhak mendapat

pengajaran


4/112

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang

SISDIKNAS

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar danproses pembelajaran agar peserta didik secara

memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.


5/112

Pendidikan adalahAktif

mengembangkan

potensi diri

Suasana belajar

Proses pembelajaran

Terbentuknya

keagamaan

pengendalian diri

kepribadian

kecerdasan

akhlak mulia

keterampilan yangdiperlukan dirinya,masyarakat, bangsa

dan negara


6/112

Sisdiknas I: Usaha sadar & terencana

roses an disen a a dan

Usaha sadar & terencana

dipikirkan secara matang(proses kerja intelektual).


7/112

Sisdiknas 2: Mewujudkan suasana belajar & proses

pembelajaran agar peserta didik aktifmengembangkan potensi dirinya

Mengacu padapengembangan

Bersifat humanis

Mengacu pada proses


8/112

Sisdiknas 2a: Mewujudkan suasana

belajar

Mengacu pada prakondisi dan kondisi bagaimana siswa

belajar.

Lingkungan fisik & sosio-psikologis didesain agarpeserta didik dapat secara aktif mengembangkan

segenap potensinya.

Keterampilan guru dalam mengelola kelas (classroommanagement) menjadi amat penting.

Peran guru lebih diutamakan sebagai fasilitator belajarsiswa.


9/112

Sisdiknas 2b: Mewujudkan proses

pembelajaran

Mengacu pada upaya untuk mencapai tujuan-tujuanpembelajaran atau kompetensi siswa

Guru agen pembelajaran yang melaksanakan manajemen pembelajaran (learningmanagement), (lihat Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

Perencanaan

Pelaksanaan

penilaian

Guru sebagai fasilitator belajar Mengedepankan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-

centered)

Strategi pembelajaran aktif (active learning)


10/112

Sisdiknas 3: Tujuan Pendidikan

Nasional

Berdimensi ketuhanan.

Berkepribadian.

Berdimensi sosial.


11/112

UU no. 20 thn 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 36 ayat (3)

kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis

pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan RepublikIndonesia dengan memperhatikan:

- -

Pe-

ning-

katan

iman

dan

takwa;

Pe-

ning-

katan

akhlak

mulia;

pen ng-

katanpotensi,

kecer-

dasan,

dan

minat

pesertadidik;

gam-an

potensi

daerah

dan

ling-

kung-

an;

tutanpem-

bang-

unan

daerah

dan

nasio-

nal;

Tun-

tutan

dunia

kerja;

Per-kem-

bang-

an

iptek,

dan

seni;

Aga-

ma;

Dina-mika

per-

kem-

bangan

global;

dan

Persa-tuan

nasio-

nal dan

nilai-

nilai

kebang-saan


12/112

Visi Sekolah Tetum Bunaya

Terwujudnya sekolah yang

menjadi panutan masyarakat

dalam melahirkan sumber

daya yang sehat jasmani dan

rohani, dan menghargai

sesama.

Terdepan dalamkonsep pendidikan

12

Memperhatikan

aspek

perkembangan

indrawi secara

detail

Memberikan

keleluasaan dalam

perkembangan aspek

sosial dan emosi

Belajar

menghayati

akan adanya

makhluk Tuhan

yang berbeda


13/112

Misi Sekolah Tetum Bunaya

Mengembangkan kegiatan yang mengoptimalkan kemampuan anak

dalam menyerap informasi melalui indra luar dan indra dalam.

13

Melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu pada

kurikulum berstandar nasional dengan memfokuskan padaproses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

dengan mempertimbangkan perbedaan individual.

Melaksanakan proses pembelajaran yang menginternalisasikannilai-nilai kemanusiaan (jujur, bertanggung jawab, peduli, adil).


14/112

PembukaanUUD 45

SekolahTetum

BunayaUUD 45

pasal 31ayat 1Sisdiknas


15/112

Kurikulum

Currere Lari, pelatihan yang harus dijalanianak agar dia

menjadi matang


16/112

kurikulumdiartikan Definisi -->

Pengertianteknis

Pengertianyang

peranpendidikan

dalampengertian

yangsempit dan

teknis.

yang harusada dalam

suatukurikulum.

operasionalisasipengemba

ngankurilum.

menyempitkan posisi

kurikulumdalam

pendidikan

pembangunanindividu,

masyarakat,dan bangsa

jadi terbataspula.


17/112

Sejarah Kurikulum di Indonesia

1947

Leer Plan

(RencanaPelajaran)

-Kisi-kisi pendidikan bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda kekepentingan nasional.

-Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan

bermasyarakat.-Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari

-Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.


18/112


1952

Rentjana

PeladjaranTerurai 1952

Fokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,karya, dan moral (Pancawardhana).

Mata pelajaranlima kelompok bidang studi: moral,

kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan(keterampilan), dan jasmaniah.

Pendidikan dasar menekankan pada pengetahuandan kegiatan fungsional praktis.


19/112


1964

Rentjana Pendidikan 1964

Pemerintah ingin rakyat mendapatpengetahuan akademik untuk pembekalan

pada jenjang SD pembelajaran

dipusatkan pada program Pancawardhana:pengembangan moral, kecerdasan,

emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.


20/112


1975

Kurikulum1975

Menekankan pada tujuan.

Dipengaruh konsep di bidang manejemenMBO (management by objective).

Metode, materi, dan tujuan pengajaran Prosedur Pengembangan SistemInstruksional (PPSI).

Dikenal istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasanpetunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,

kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.

Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru sibuk menulis rincian apa yang akan dicapaidari setiap kegiatan pembelajaran.


21/112


1984

Kurikulum

1984

Mengutamakan pendekatan proses.

Siswa sebagai subjek: mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, melaporkan.

Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).

Tokoh Prof. Dr. Conny R. Semiawan, Kepala PusKur dan Rektor IKIP.

Konsep CBSA yang bagus secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang

diujicobakan

banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional

sekolahkurang mampu menafsirkan CBSA suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswaberdiskusi banyak tempelan gambar, guru tak lagi mengajar model berceramah.

Penolakan CBSA bermunculan.


22/112


2006

Kurikulum Tingkat

SatuanPendidikan

Isi tidaklah banyak perbedaan dengankurikulum 2004.

Perbedaan: guru lebih diberikan kebebasanuntuk merencanakan pembelajaran sesuaidengan lingkungan dan kondisi siswa serta

kondisi sekolah berada.


23/112

Tafsiran tentang Kurikulum

Kurikulum

memuat isi

dan materi

pelajaran

sebagai

rencana

pembelajaran

sebagai

pengalaman

belajar


24/112

Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaranserta cara yang digunakan sebagai pedoman

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

(Undang-Undang No.20 TH. 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional).


25/112

Anak Usia Dini

Peserta didik pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada

pada rentangan usia dini.

Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasantumbuh dan berkembang sangat luar biasa.

Tingkat perkembangan:

Melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik)

Mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana.

Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalamanyang dialami secara langsung.


26/112

Kritik KTSP terhadap pelaksanaan

pembelajaran SD I-III

Dilakukan secara terpisah.

Misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan BahasaIndonesia 2 jam pelajaran.

Hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensidasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu.

Anak masih melihat segala sesuatu sebagai suatukeutuhan (holistik)

pembelajaran yang terpisah sulit dipahami.


27/112

Dampak Pembelajaran Terpisah Tingginya angka mengulang kelas dan putus

sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus

tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain.


28/112

Persentase Angka Mengulang & Putus

Sekolah 1999/2000

11.6

7.51

6.13

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6

AngkaMengulang

Angka PutusSekolah

4.22

0.83

2.27

4.64

2.713.1 3.79

0.37

1.78


29/112

KesimpulanKesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesiacukup rendah.

Hasil penelitian Peserta didik yang telah masuk taman kanak-kanak memilikikesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak

mengikuti pendidikan taman kanak-kanak.

Perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsippembelajaran antara kelas 1 & 2 SD dengan pendidikanprasekolah jadi penyebab peserta didik yang telah mengikuti

pendidikan pra-sekolah mengulang kelas atau putus sekolah.


30/112

Jalan Keluar

Pembelajaran pada kelasawal sekolah dasar

dikelola dalam pembelajaranterpadu melalui pendekatan

pembelajaran tematik.


31/112

Karakteristik Perkembangan Anak

Usia Kelas Awal SD

Berada pada rentanganusia dini.

Masa usia dini:

masa yang singkat masa yang sangat penting

bagi kehidupan seseorang.


32/112

Fisik Anak Usia Dini

Dapatmengendalikan

tubuh untuktujuan sosial.

Dapatmelakukan

berbagai geraklompatan.

Dapatmengontrol

keseimbangan.

Dapatmelakukanberbagai

aktivitas dengandengan benda

bergerak

Koordinasitangan danmata telah

berkembang.


33/112

Perkembangan Sosial Anak Usia Dini

Telah dapatmenunjukkankeakuannya

Menyadarijenis

kelaminnya

Mulaiberkompetisi

dengan temansebaya

Mempunyaisahabat

Mampuberbagi

Mandiri.


34/112

Perkembangan Emosi Anak Usia Dini

Dapatmengekspresikanreaksi terhadap

orang lain

Dapatmengontrol

emosi

Mulai belajartentang benar

dan salah.


35/112

Perkembangan Kognisi Anak Usia

Dini

Mampumelakukan seriasi.

Mampumengelompokkan

obyek.

Minat meningkatterhadap angka

dan tulisan.

Meningkatnyaperbendaharaan

kata.


36/112

Perkembangan Kognisi Anak Usia

Dini

Meningkatnyakeinginan

mengekspresikandiri.

Memahami sebabakibat.

Berkembangnyapemahaman

terhadap ruangdan waktu


37/112

Kecenderungan Belajar Anak Usia Sekolah Dasar

Konkret Integratif Hierarkis


38/112

Konkret

Proses belajar beranjakdari hal-hal yang

konkre.t

Dapatdilihat, didengar, dibaui, diraba.

Mengeksplor lingkungansebagai sumber belajar.

Pemanfaatanlingkungan akan

menghasilkan prosesdan hasil belajar yanglebih bermakna dan

bernilai.

Peristiwa dan keadaan yangsebenarnya dan alami.

Kebenaran lebih dapatdipertanggungjawabkan.


39/112

Integratif

Belum mampu

sesuatu yangdipelajari sebagaisuatu keutuhan.

memilah-milah

konsep dariberbagai disiplin

ilmu.

Cara berpikir

deduktif, dari halumum ke khusus.


40/112

Hierarkis

urutan logis

Dari sederhanake

kompleks, perludiperhatikan:

keterkaitanantar materi

cakupan

keluasanserta

kedalamanmateri


41/112

Sekolah Dasar Tetum Bunaya

Kurikulum


42/112

Landasan Pengembangan Kurikulunm

Tujuan filsafat dan pendidikan nasional.

Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.

Per em angan peserta ara ter st per em angan peserta .

Keadaan lingkungan lingkungan manusiawi (interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek(kultural), dan lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).

Kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem nilai dankemanusiawian serta budaya bangsa.


43/112

A. AFEKSI

Rasa syukur dengan kemampuan akan diri, dan melihat diri sendiri sebagai sosok

yang berharga


44/112

A. Afeksi1. Lingkungan kelas yang nyaman:

Peralatan dalam jangkauan.

Ada area dengan stumulus kuat dan stimulus rendah.


45/112

A. Afeksi2. Kesempatan menggunakan berbagai peralatan.


46/112

A. Afeksi3. Prosedur penggunaan peralatan dengan standar yang jelas

langkah demi langkah hingga selesai.


47/112

A. Afeksi4. Perawatan lingkungan.


48/112

A. Afeksi5. Membuat rencana dan menyelesaikannya.


49/112

A. Afeksi6. Teknik berjenjang, pemberian bantuan yang

dikurangi, pertumbuhan optimal.


50/112

A. Afeksi7. Penggunaan materi secara mandiri.


51/112

A. Afeksi8. Berlatih mengembangkan standar sendiri.


52/112

A. Afeksi9. Berlatih mengevaluasi prestasi sendiri.


53/112

A. Afeksi10. Penggunaan peralatan secara mandiri:

Kebebasan memilih

Inisiatif pribadi


54/112

A. Afeksi11. Mendukung pemahaman terhadap diri sendiri.


55/112

A. AFEKSI12. Perkembangan kepekaan emosi dan penghargaan atas diri sendiri.


56/112

A. Afeksi13. Mendukung disiplin diri sesuai tahap usia.


57/112

A. Afeksi14. Memberikan pendampingan ketika anak belajar tentang

gender, sosial dan budaya.


58/112

A. Afeksi15. Kesadaran diri sebagai makhluk Allah.


59/112

B. ESTETIKA

Menyadari keindahan alam dan seni, serta mengapresiasi dan berpartisipasi

dalam seni kreatif sebagai bagian dari ciptaan Tuhan.


60/112

B. Estetika1. Lingkungan sekolah dan kakak-kakak sebagai model pembelajaran

estetika.


61/112

B. Estetika2. Lingkungan kelas yang bersahabat dengan pengembangan estetika.

Penataan sejajar dengan pandangan anak.


62/112

B. Estetika3. Adanya art-center di kelas.


63/112

B. Estetika4. Adanya kegiatan musikal.


64/112


65/112

B. Estetika6. Menghargai semua aspek elemen kreatif.


66/112

B. Estetika10. Memotivasi kreativitas dengan berbagai cara.


67/112

B. Estetika10. Ciptaan Tuhan sebagai sumber kepekaan estetika dan kreativitas.


68/112

B. Estetika11. Menghubungkan pengalaman kreatif dengan konsep yang tengah

dieksplorasi.


69/112

B. Estetika12. Mengeksplorasi materi sebelum menggunakannya.


70/112

B. Estetika13. Menggunakan berbagai pertanyaan yang mendorong anak untuk

mendeskripsikan, menganalisis, menginterpretasikandan menilai.


71/112

C. KOGNISI

Mendapatkan, menerapkan, mengintegrasikan dan mengevaluasi pengetahuan

ketika mereka mengkonstruk konsep baru.


72/112

C. Kognisi Mendukung otonomi intelektual:

Kegiatan dengan tema

Penggunaan hands-on material

Konsep dari konkret ke abstrak


73/112


74/112


75/112

C. Kognisi Mengintergrasikan konsep matematika dan sains pada semua

aspek kurikulum.


76/112

C. KognisiMemperluas kosa kata matematika dan sains:

Menggunakan istilah akurat ketika berbicara tentang pengalaman

sehari-hari


77/112

C. KognisiMendukung sikap belajar yang positif:

Peralatan hands-on material

Kesempatan praktik.

Mengajukan pertanyaan provokatif.


78/112

C. KognisiMemberi kesempatan kepada anak untuk melakukankategorisasi, klasifikasi, dan memberi informasi:

Mengoleksi benda alam

Mengoleksi benda buatan manusia

Membuat buklet


79/112

D. BAHASA

Mengkomunikasikan gagasan dan perasaan dan mampumenginterpretasikan komunikasi yang diterima.


80/112


81/112

D. BahasaMenciptakan lingkungan yang kaya akan informasi tertulis


82/112

D. Bahasa

Kakak-kakak sebagai model tentang pentingnya mendengar.Merespon komentar anak.

Memberi sinyal dengan intonasi dan gestur agar anak menjadi pendengaryang baik.

Memperkenalkan diskriminasi bunyi.

Menggunakan alat peraga untuk menjaga atensi anak.


83/112

D. BahasaMelibatkan anak dalam pengalaman membaca:

Membacakan cerita

Memilih buku sesuai usia dan perkembangan.

Menggunakan berbagai bentuk literasi.

Mengupas struktur cerita (latar, karakter, alur).

Melibatkan anak dalam lagu dan puisi.


84/112

D. Bahasa Melibatkan anak dalam kegiatan menulis yang menyenangkan:

Menulis di depan mereka.

Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dalam gambar/tulisan.

Permainan fonik.

Tidak cepat mengoreksi.


85/112

Mengembangkan rasa percaya diri dan kompetensi dalam mengontrol tubuh dan

E. FISIK

mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan dan praktik yang mengarah

pada perawatan, penghargaan dan perlindungan tubuh sebagai ciptaan Tuhan.


86/112

E. Fisik/Motorik Kasar & HalusAdanya area untuk pengembangan motorik.


87/112


88/112

E. Fisik/Motorik Kasar & HalusMengamati performa anak pada keterampilan yang dipelajari.


89/112

E. FisikMemberi contoh dan mendorong anak untuk mencoba.


90/112

E. Fisik/Motorik Kasar & Halus

Membimbing, memberi kesempatan. Membebaskan dalam kegiatan

belajar menulis.


91/112

E. Fisik/Motorik Kasar & Halus

Memberi saran dan strategi untuk peningkatan kemampuan.


92/112

E. Fisik/Motorik Kasar & HalusMemberi peluang pada kualitas bukan kuantitas pada pembelajaran menulis:

Posisi kertas

Postur tubuh

Kontrol tangan


93/112

E. Fisik/Motorik Perseptual

Aktivitas keseimbangan


94/112


Pengenalan konsep spasial dan waktu dalam kegiatan kelompok/kegiatan

sehari-hari.


95/112


Permainan non-kompetitif.


96/112


Menggunakan bahasa yang menunjukkan arah.


97/112


Menunjukkan bahasa yang akurat untuk menunjukkan posisi tubuh.


98/112

E. Fisik/Kesehatan, Nutrisi, Keamanan

Merencanakan aktivitas fisik setiap hari.


99/112


Kakak menjadi model tentang kesehatan fisik dan kebugaran sehingga

anak meniru.


100/112


3. Menggunakan kegiatan makan untuk mengajarkan nutrisi, kebiasaan

makan, budaya dan rasa syukur


101/112


Berkomunikasi soal kesehatan dan keamanan dengan keluarga.


102/112

F. SOSIAL

Mengembangkan kesadaran sosial dan kompetensi sosial dengan budaya yang

berbeda, dan saling ketergantungan


103/112

F. Sosial

Mendukung relasi sosial


104/112

F. Sosial

Melakukan aktivitas yang memungkinkan anak mempraktikkan

keterampilan sosial.


105/112

F. Sosial

Mendorong anak untuk kooperatif dan penolong.


106/112

F. Sosial

Membantu anak memahami dan mengikuti perilaku yang diharapkan.


107/112

F. Sosial

Membantu anak mengembangkan sikap positif terhadap perbedaan.


108/112

F. Sosial

Membantu anak belajar merawat lingkungan.


109/112


110/112

F. Sosial

Membantu anak membangun konsep ilmu sosial melalui tema/proyek.


111/112

F. Sosial

Membantu anak membangun konsep ilmu sosial di kurikulum.


112/112

Terima kasih

School Preview Sekolah Dasar. PDF

Documents

Transcript of School Preview Sekolah Dasar. PDF