SCFE

39
EKSTRAKSI FLUIDA SUPERKRITIS METODE PEMISAHAN ANALITIK

description

ekstraksi

Transcript of SCFE

  • EKSTRAKSI FLUIDA

    SUPERKRITIS

    METODE PEMISAHAN ANALITIK

  • SEJARAH (SFE):

    Tahun 1822 : Fluida Superkritis ditemukan Baron Cagniard de la Tour

    Tahun 1879 : Hannay dan Hoggart mendemontrasikan kekuatan

    pelarutan (solvating power) dari etanol Superkritis

    1964-1976 : Zosel mematenkan Dekafeinasi pada Kopi

    dengan Teknik SFE

    Tahun 1978 : Dekafeinasi tanaman diusahakan oleh Maxwell House Cofee Division dan dimulailah Penerapan SFE di dunia Industri

    Tahun 1981 : Penggunaan Fluida Superkritik pada Analitik dimulai pada Kromatografi Fluida Superkritik (SFC) Kapiler oleh Novotny dkk.

    Tahun 1980 : SFE mulai dikomersialisasikan

    Tahun 1996 : Environmental Protection Agency (EPA) meyetujui dua metode SFE: Ekstraksi Total Petroleum Hidrokarbon (TPHs) dan untuk PAHs.

    Tahun 1988 : EPA mengumumkan metode SFE untuk ekstraksi PCBs dan Pestisida Organoklorin (OCPs)

  • TEORI SFE

    Memanfaatkan sifat fluida pada

    keadaan Superkritis untuk

    mengekstraksi bahan organik

    dari sampel padat

    Fluida Superkritis: keadaan Fluida

    ketika berada pada temperatur

    dan Tekanan Superkritis

  • Masih adakah wujud zat selain padat, cair dan gas? Jawabnya ada.

    Itulah fluida superkritis (supercrtitical fluid).

    Zat ini bukan padatan, bukan cairan, bukan pula gas.

    Wujud zat sangat dipengaruhi oleh temperature dan tekanan, fluida

    superkritis adalah zat yang berada di atas temperatur dan tekanan

    kritisnya tetapi masih berada di bawah tekanan yang dapat

    mengubahnya menjadi padatan.

    TEORI SFE

    Sebagai contoh, H2O pada temperatur kamar (25oC) dan tekanan 1

    atm akan berwujud cair (air).

    Apabila temperatur diturunkan sampai 0oC atau lebih rendah maka

    akan berubah menjadi padat atau yang kita sebut es. Sementara

    kalau suhunya dinaikkan sampai 100oC atau lebih, akan menguap

    menjadi gas (uap air).

    Bagaimana jika tekanannya juga diubah?

    Dengan mengubah temperatur dan tekanan terhadap suatu zat

    sampai pada kondisi tertentu, maka kita akan mendapatkan fluida

    superkritis. Mari kita lihat diagram fase H2O berikut.

  • Padat Cair

    Gas

    Titik Tripel

    Fluida

    Superkritis

    Temperatur

    Tekan

    an

    Titik Kritis

    Diagram Fase Senyawa

  • Diagram tersebut menunjukkan perubahan wujud H2O oleh dua variabel yaitu

    tekanan (sumbu vertikal) dan temperatur (sumbu horizontal).

    Ada dua titik pada diagram itu, titik tripel dan titik kritis.

    Pada titik tripel, fase padat, cair dan gas ada secara bersamaan dengan porsi yang

    sama.

    Apabila dari titik tripel, sepanjang kurva batas fase cair dan gas, temperatur dan

    tekanan dinaikkan maka cairan akan semakin berkurang kerapatannya karena

    ekspansi termal, dan sebaliknya, kerapatan gas akan meningkat karena naiknya

    tekanan.

    Akibatnya akan didapatkan kondisi dengan kerapatan yang sama dan tidak ada

    batas antara cair dan gas.

    Pada kondisi ini, kurva mencapai titik kritis, zat tidak lagi berwujud gas atau cair

    tetapi disebut sebagai fluida superkritis.

    Dengan demikian sifat-sifat fluida superkritis berada diantara sifat-sifat gas dan

    cairannya.

    Fluida superkritis memiliki viskositas yang lebih rendah dan difusivitas yang lebih

    tinggi dari fase cairnya, sehingga memudahkannya bercampur dengan reagen-

    reagen dalam suatu sistem reaksi.

  • Bahan Temperatur Tekanan Densitas

    Kritis Kritis Kritis

    (oC) (atm) (103 kg/m3)

    CO2 31.3 72.9 0.47

    N2O 36.5 72.5 0.45

    SF6 45.5 37.1 0.74

    NH3 132.5 112.5 0.24

    H2O 374 227 0.34

    n-C4H

    10 152 37.5 0.23

    n-C5H

    12 197 33.3 0.23

    Xe 16.6 58.4 1.10

    CCl2F

    2 112 40.7 0.56

    CHF3 25.9 46.9 0.52

    Parameter Kritis Beberapa Bahan

  • Keadaan Koefisien Difusi

    cm2s

    -1

    Densitas

    g cm-3

    Viskositas

    g cm-1s

    -1

    Gas 10-1

    10-3

    10-4

    Cair 10-6 1 10

    -2

    Fluida Superkritis 10-3 0.2-0.8 10

    -4

    Data Fisik Zat pada Berbagai

    Keadaan

  • Kekuatan Pelarutan Baik (seperti Cairan)

    Difusifitas Tinggi (Lebih baik dari Cairan)

    Viskositas Rendah

    Tegangan permukaan rendah (seperti gas)

    => Sehingga transfer masa cepat dan dapat menembus pori matriks

    FLUIDA SUPERKRITIS

  • Ekstraksi superkritis merupakan salah satu

    metode operasi ekstraksi menggunakan solven

    berupa fluida superkritis, yaitu fluida yang

    kondisinya berada di atas temperatur dan

    tekanan kritis.

    Temperatur kritis adalah suhu tertinggi yang

    dapat mengubah fase gas suatu zat menjadi

    fase cair dengan cara menaikkan tekanan.

    Tekanan kritis adalah tekanan tertinggi yang

    dapat mengubah fase cair suatu zat menjadi

    fase gas dengan cara menaikkan temperatur.

    Pada kondisi ini fluida memiliki sifat di antara

    cairan dan gas.

    EKSTRAKSI SUPERKRITIS

  • Metode ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain:

    1. Kekuatan solven dapat diatur sesuai keperluan dengan

    mengatur kondisi operasinya.

    2. Daya larut solven tinggi karena bersifat seperti cairan.

    3. Viskositas solven rendah karena bersifat seperti gas,

    sehingga koefisien perpindahan massanya tinggi.

    4. Pemisahan kembali solven dari ekstrak cukup cepat dan

    sempurna karena pada keadaan normal solven tersebut

    berupa gas, sehingga dengan penurunan tekanan solven

    otomatis akan keluar sebagai gas.

    5. Dapat menggunakan solven berupa fluida yang tidak

    merusak lingkungan dan tidak mudah terbakar.

    6. Difusi dalam padatan dapat berlangsung cepat.

    7. Temperatur operasi bisa rendah sekalipun tekanannya

    tinggi.

  • Parameter-parameter pada Proses Ekstraksi dengan Fluida Superkritis

    1. Pengaruh Temperatur

    Kenaikan temperature diiringi dengan penurunan densitas fluida dan penurunan

    kelarutan minyak dalam fluida superkritis. Tekanan jenuh zat terlarut dalam fluida

    zat terlarut meningkat seiring dengan kenaikan temperature yang akan

    memperbaiki kelarutan.

    2. Pengaruh Tekanan

    Kenaikan tekanan diiringi kenaikan densitas fluida superkritis dan juga kelarutan.

    3. Pengaruh Ukuran Partikel

    Laju ektraksi akan menurun seiring dengan kenaikan ukuran partikel. Hal ini

    karena resistansi difusi intrapartikel lebih kecil daripada ukuran partikel sehingga

    terjadi lintasan difusi yang lebih pendek.

    4. Pengaruh Laju Alir Pelarut CO2

    Laju alir pelarut yang meningkat, akan mendorong kenaikan hasil ekstraksi. Hal

    ini karena laju alir massa CO2 yang tinggi akan meningkatkan efisiensi proses.

    5. Pengaruh Waktu Ekstraksi

    Waktu ektraksi terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu : ekstraksi cepat bebas solut,

    tahap transisi difusi internal dan permukaan, tahap ekstraksi lambat. Waktu yang

    digunakan pada tahap pertama, tergantung pada kelarutan solut dalam fluida

    superkritis CO2 dan ukuran partikel.

  • Keuntungan Ekstraksi Fluida Superkritis

    1. Menghasilkan ekstrak dengan aroma dan rasa

    yang alami

    2. Proses ekstraksi berlangsung dengan cepat

    3. Rekoveri pelarut yang cepat dan sempurna dengan

    kadar residu minimal dalam produk

    4. Lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan

    proses ekstraksi menggunakan pelarut organik

    lainnya

    5. Tidak beracun

    6. Tidak mudah terbakar

    7. Dapat digunakan pada temperatur medium

  • Komponen Dasar dari Ekstraksi Fluida

    Superkritis:

    1. Persediaan CO2

    2. Kompressor gas atau pompa

    3. Zona pemanasan atau oven

    4. Tangki ekstraksi

    5. Restriktor pengeluaran atau valve

    6. Akumulator ekstrak atau kolektor.

  • Salah satu fluida yang sering dipakai sebagai solven dalam ekstraksi superkritis adalah gas CO2, yang memiliki Tc = 31,3

    oC

    & Pc = 74 atm.

    Dengan menggunakan CO2 sebagai solven, ekstraksi superkritis dapat dijalankan pada suhu rendah dan tekanan

    yang tidak terlalu tinggi.

    Keuntungan lain adalah kita tidak perlu membuat CO2 melainkan cukup menyaringnya dari udara sekitar.

    Sebagai fluida superkritis, CO2 telah cukup banyak dimanfaatkan di bidang penelitian dan industri.

    Contohnya adalah dalam proses ekstraksi maupun de-ekstraksi senyawa-senyawa aktif dari tumbuhan untuk pengobatan atau

    senyawa-senyawa penting untuk industri makanan, misalnya

    ekstraksi minyak atsiri lemon, jahe, beta-carotene dari tumbuh-

    tumbuhan atau de-ekstraksi kafein pada kopi.

  • Salah satu fluida superkritis yang telah banyak dimanfaatkan adalah fluida

    superkritis CO2.

    Diantaranya dipakai sebagai pelarut pada ekstraksi, misalnya ekstraksi

    kafein dari kopi untuk mendapatkan kopi yang bebas kafein, sebagai fase

    gerak pada kromatografi (supercritical fluid chromatography), dry

    cleaning, dan juga sebagai media pada sintesis polimer dan nanomaterial.

    Tekanan dan temperatur kritis yang mudah dicapai menjadi alasan

    mengapa CO2 superkritis banyak digunakan selain keunggulan lain

    seperti tidak beracun, murah dan stabil secara kimia.

    Dengan menggunakan CO2 superkritis, pemisahan produk reaksi dari

    pelarutnya dapat dilakukan dengan mudah, hanya dengan

    mengembalikan kondisi sistem ke temperatur kamar dan tekanan standar,

    1 atm (depresurisasi).

    Pada kondisi ini CO2 akan berwujud gas sehingga dengan mudah akan

    terpisah dari dari produk yang diinginkan.

    Pemakaian CO2 superkritis sebagai media dalam reaksi kimia akan

    mengurangi pemakaian pelarut-pelarut organik yang toksik dan mudah

    terbakar.

  • Fluida dalam keadaan ini bisa dimanfaatkan sebagai salven pada

    ekstraksi dengan beberapa kelebihan, antara lain:

    a) Kekuatan salven dapat diatur sesuai keperluan, dengan

    mengatur kondisi operasinya.

    b) Daya larutnya bisa tinggi karena bersifat seperti cairan.

    c) Karena mempunyai sifat seperti gas, maka viskositasnya

    rendah sehingga koefisien perpindahan massanya bisa tinggi.

    d) Pemisahan kembali salven dari ekstrak cukup cepat dan

    sempurna, karena pada keadaan normal, fluida tersebut berupa

    gas (misalnya CO2). Dengan demikian, dengan penurunan

    tekanan, solven otomatis keluar sebagai gas.

    e) Dapat memakai fluida yang tidak mencemari lingkungan dan

    tidak mudah terbakar (misalnya CO2)

    f) Difusi dalam padatan bisa cepat.

    g) Suhu operasi bisa rendah, meskipun tekanan tinggi.

  • Solven yang sering dipakai adalah CO2.

    Suhu kritis CO2 adalah 31,3C, sedangkan tekanan kritisnya sekitar 74 atm.

    Dengan solven ini, ekstraksi superkritis dapat

    dijalankan pada suhu rendah dan tekanannya juga

    tidak terlalu tinggi.

    Ekstraksi superkritis ini sangat menjanjikan

    (promising) untuk pemungutan minyak atsiri dari

    tanaman-tanaman Indonesia, sehingga perlu diteliti

    dan dikembangkan.

  • Ln (s) = aD + bT + c

    s = solubilitas (mol atau %berat)

    D = Densitas (g/ml)

    T = Temperatur (K)

    a,b,c = Konstanta

  • (CO2) 322,9 K

    (Ar) 298 K

    0 0

    2000 1000 Bar 1.0

    1.5

    1.8

    Konstanta dielektrik CO2 dan Ar sebagai fungsi Tekanan

  • 6

    200 400 (Bar)

    12

    D11.

    0.6

    1.2

    (

    g.c

    m-3

    )

    1

    04 (

    g.c

    m-1

    .s-1

    )

    2.4

    1.2

    D11.

    1

    04 (

    g.c

    m-1

    .s-1

    ) Densitas , Viskositas , D11. CO2 pada Fungsi Tekanan

    pada 40oC (untuk D11. pada 50oC)

  • Karbon Dioksida (CO2) Tc rendah (31

    oC), Pc (73 atm)

    Tidak Toksik

    Tidak mudah Terbakar

    Tersedia dalam kemurnian tinggi

    Non Polar

    Francis (1954): 261 komponen dapat larut di sekitar kritis CO2

  • CO2 merupakan fluida yang digunakan secara luas dalam

    ekstraksi fluida superkritis, karena :

    Tidak berwarna

    Tidak berbau tidak beracun

    Tidak mudah terbakar

    Mudah diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi

    Memiliki parameter kritis yang sesuai (Tc = 304,1 K; Pc = 72,8 Mpa )

    Relatif murah

    Lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan pelarut organik lainnya karena tidak meninggalkan residu

    Dapat mengekstrak dalam waktu singkat dan siklusnya dapat diulang (recycle).

  • Solubilitas Trigliserida Minyak Kedelai Pada Superkritis CO2

    pada Fungsi Tekanan dan Temperatur

    200 400 500 600 300 atm

    % B

    era

    t T

    rig

    liseri

    da P

    ad

    a S

    C-C

    O2

    1

    2

    3

    4

    80oC

    70oC 60oC

    50oC

    40oC

    Tekanan Ambang

  • 7.0

    9.0

    11.0

    13.0

    15.0

    17.0

    19.0

    21.0

    Dihidrostrepomicin

    Ivermectin Dimetridazole

    (CO2 69,0 MPa. 80oC)

    (CO2 34,5 MPa. 80oC)

    Sulfamethazine

    Kloramfenikol

    Skala Solubilitas untuk SC-CO2 pada Tekanan Tertentu

    dengan Analit Campuran Obat

  • 40

    80

    60

    100

    100 90 60 70 80

    Tekanan (atm)

    Tem

    pera

    tur

    (oC

    )

    Tekanan Miscibilitas Malation pada SC-CO2 sebagai fungsi

    Temperatur dan Tekanan (diuji dengan SFC-NPD)

  • CO2 Sebagai fluida utama untuk SFE

    Untuk ekstraksi non dan semi polar

    Jelek untuk ekstraksi senyawa polar

    Kekuatan pelarutan mampu memecah ikatan solut matriks

    Untuk meningkatkan efisiensi ekstraksi dapat ditambahkan pelarut organik 1-10%) disebut Modifier

  • Ekstraksi Senyawa Polar:

    Pelarut Superkritis N2O dan CHClF2

    Lebih efisien untuk senyawa polar

    Tidak baik untuk alasan

    lingkungan

  • Modifier yang sering dipakai

    untuk Superkritis CO2

    Oksigen berisi Metanol, etanol, isopropil alkohol, aseton, THF

    Nitrogen berisi: Acetonitril

    Sulfur berisi : CS2, SO2, SF6

    Hidrokarbon dan senyawa organik terhalogenasi: Hexan, Toluena, Metilen Klorida, Kloroform, Karbon tetraklorida, trikloroflorometan

    Asam: Asam Format

  • Kolektor

    Sel

    Ekstraksi

    POMPA

    POMPA

    Superkritis

    CO2

    Modifier

    Restriktor

    Oven

    Bagan sistem Ekstraksi Fluida

    Superkritik

  • Kondisi Ekstraksi Fluida

    Superkritis

    Pompa : Laju alir konstan

    (> 2 mL/mnt)

    Tekanan 3500-1000 psi

    Untuk menjaga CO2 tetap cair

    kepala pompa didinginkan dengan

    bak sirkulasi

    Modifier dapat juga dicampur

    langsung dengan CO2

  • Sel ekstraksi biasanya dari stainless

    steel, PEEK (Polieter eter keton)

    Restriktor: untuk mengontrol tekanan

    Ekstrak dikumpulkan dengan

    menurunkan tekanan fluida kepada

    sorben: perangkap atau pelarut

    kolektor

    Trap dipilih yang selektif dan dapat

    didinginkan untuk menurunkan

    tingkat kehilangan analit

  • Pelarut kolektor dipilih yang sesuai

    dan sesuai pula untuk pengerjaan

    selanjutnya

    Tetrakloroetena => IR

    Metilen Klorida => Pemisahan GC

  • Efek matriks terhadap Kinetika

    Ekstraksi:

    Aliran

    SF

    Matrik

    Sampel

    1

    2 3 4

    1. Difusi ke luar matriks

    2. Desorbsi dari Permukaan

    3. Difusi ke luar Fluida Superkritis dari film permukaan

    4. Bergerak dalam aliran Fluida Superkritis

  • Contoh Aplikasi SFE

    Analit Matriks

    Pestisida Organoklorin Tumbuhan Obat China

    Pestisida Karbamat Kertas Saring, matriks

    Silika Gel

    10 residu Herbisida Triazine Telor

    As. Aromatis, Fenol, Pestisida Tanah

    Vitamin A dan E Susu bubuk

    Vitamin D2 dan D3 Produk Farmasi

    p-Aminobenzoat, cinamat Produk Kosmetika

    (penyerap UV)

    Lanolin Serat Wool