Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini...

210
Scanned by TapScanner

Transcript of Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini...

Page 1: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

Scanned by TapScanner

Page 2: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

Scanned by TapScanner

Page 3: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

Scanned by TapScanner

Page 4: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

Scanned by TapScanner

Page 5: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

Scanned by TapScanner

Page 6: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

Scanned by TapScanner

Page 7: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

1

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Konsep negara kesejahteraan dan membangun bangsayang berkehidupan baik dan sejahtera adalah menjadi mutlakadanya. Negara yang memiliki sumber daya alam (SDA)ini tidak berimplikasi terhadap kesejahteraan warganya.Kemiskinan, pengangguran dan kebodohan menjadi faktaotentik yang tidak bisa dipungkiri. Tidak ada yang mem-bantah bahwa kesejahteraan merupakan impian setiap warganegara. Tidak ada stratifikasi mengenai kesejahteraan, arti-nya siapapun orangnya, apapun etnisnya, agamanya, suku-nya, tingkat pendidikanya berhak untuk hidup sehjahtera.

Keluar dari keterpurukan menjadi ihktiar dari parapejuang dan pendiri negara ini. Dari zaman pra kemerde-kaan impian hidup sejahtera merupakan harapan dan cita-cita rakyat untuk merebut dan mendapatkan hak asasi yangpaling mendasar dan hakiki bagi setiap manusia. Oleh karenaitu, wajar para pejuang kita terdahulu harus berjuang sekuat

Paradoksalitas NegaraKesejahteraan

... Bagian Pertama

Page 8: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

2

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

tenaga untuk mendapatkan hidup sejahtera. Saat itu,imprealis atau kolonialisasi dinilai menghambat bagi rakyatIndonesia untuk mendapatkan kesejahteraan. Sehinggatidak bisa dielakkan pilihan perjuangannya adalah merebutdan memperjuangkan kemerdekaan dari ketiak imprealis.Tetapi menjadi aneh saat kemerdekaan secara formil dicapaioleh bangsa ini, secara riil rakyat sulit mencapai hidup sejah-tera. Bahkan negara ini lebih dari setengah abad merdekatetapi kemiskinan, keterbelakangan dari ragam sektormenjadi fakta sejarah yang amat sohih di negara ini.

Barangkali kita sudah mafhum disetiap lembaran rezimyang berkuasa elit politik kita selalu berjanji dan menjanji-kan bahwa kesejahtetraan merupakan proyeksi utama yangharus segera dituntaskan dinegeri ini. Orde Lama padatahun 1945-1966 menjadikan politik sebagai panglima.Soekarno mencoba untuk mengakomodasi seluruh elemenmasyarakat dan ideologi semua golongan, dengan konse-kuensi bahwa kesejahteraan masyarakat dan keterbela-kangan rakyat segara teratasi, begitu juga dengan OrdeBaru, pada tahun 1967-1998 Soeharto menjadikan ekonomipembangunan sebagai panglima dan instrumen kekuasaanuntuk menggapai kemakmuran rakyat. Kegiatan yang di-nilai mengganggu proyek pembangunan Orde Baru dinilaisubversif dan mengganggu stabilitas pembangunan. OrdeReformasi yang sampai saat ini masih mencari formulayang belum menemukan titik temu bagaimana akselarasikesejahteraan itu harus ditempuh.

Menampilkan ketiga Orde dari Orde Lama sampai ordereformasi dimana kesejahteraan masyarakat dan mengen-taskan kemiskinan, keterbelakangan disegala bidang masihberjalan ditempat. Bahkan sejumlah media dan pengamatpolitik mensinyalir bahwa perjalanan reformasi diberbagaisektor mengalami degradasi serius. Pemberantasaan korupsi

Page 9: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

3

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

dan penegakan hukum hanya menjadi wacana dimanadalam tataran praksinya sulit dilaksanakan. Apalagi ke-makmuran dan kesejahteraan rakyat kecil, masih jauh darikenyataan.

Menaksir Politik PembangunanSepertinya ada yang salah dengan pengelolaan bangsa

ini. Kemakmuran hanya dinikmati oleh sebagian dari rakyatIndonesia. Sementara aneka keterpurukan yang menderasebagian besar rakyat menjadi potret kelam bangsa. Disatusisi gaya hidup konsumtif dan hedonistik dinikmati olehsegelintir orang. Tetapi di sisi lain, sebagian besar rakyatIndonesia harus banting tulang demi sesuap nasi. Rakyatseolah mengemis dan mengais sisa-sisa kesejahteraan hidup,sementara negara seolah tidak berdaya memenuhi janjinyakepada rakyat. Gurita kemiskinan, kelaparan dan kebo-dohan yang dialami rakyat seolah menjadi takdir sejarahdimana negara tidak bergeming dan pasrah melihat realitasyang terjadi. Tragisnya negara terkadang menggunakanmatematika kemiskinan dan kebodohan yang dialamirakyatnya, misalnya yang menganggur hanya sekianprosen, yang tidak sekolah hanya sekian dari jumlah yangbisa sekolah. Logika matematis yang digunakan negaraadalah sikap pelanggaran HAM yang tidak bisa ditoleransi.Kemiskinan dan kemalaratan tidak bisa diangkakan.Halitu mencederai dan melanggar HAM secara nyata, karenatelah melanggar konstitusi bahwa setiap warga negaraberhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Harus diakui bahwa Indonesia pada masa Orde Barusebelum diterpa krisis menjadi macan ekonomi asia denganpertumbuhan mencapai 7 prosen pertahun, angka pertum-buhan ini tidak diikuti oleh pemerataan studi BPS ( 1997)menunjukan 97.5% bisnis konglomerat. 2.5% aset nasionayang dimili oleh kelom[pok ekonomi lemah yang jumlah-

Page 10: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

4

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

nya hanya 97.5% dari kesulurah usaha. Bahka kemiskinanpada 19976-1996 turun secara drastis dari 40.1% menjadi11.3%1

Menilik dari realitas di atas bahwa politik pemba-ngunan yang digulirkan semenjak Orde Baru hanya ber-tumpu pada pendapatan nasional. Penikmat utama daripendapatan nasional ini adalah elit dalam negeri ini. Pen-dapatan nasional atau GNP (Groos National Produc) sering-kali dijadikan tolokukur bagi pemerintah dalam kontekspembangunan. Modernisasi pembangunan yang digulirkanoleh ekonom dan intelektual Amerika WW Rostow tampak-nya menjadi pesona dan mampu mempengaruhi hampirnegara berkembang di dunia ketiga. Walaupun pada dasar-nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalahkepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahirhanya untuk membendung pengaruh ideologi sosialisme.

WW Rostow adalah intelektual Amerika sebagai bapakekonomi pembangunan dan pertumubuhan. Rostow me-yakini bahwa pertumbuhan pada dasarnya merupakansebuah versi dari teori modernisasi dan pembangunan,suatu teori yang menilai bahwa faktor manusia sebagai(bukan sruktur dan sistem) yang menjadi kajian fokus mereka.Teori pertumbuhan adalah suatu bentuk teori modernisasiyang menggunakan metafora pertumbuhan, yakni tumbuhsebagai organisme. Rostow melihat bahwa perubahansosial yang disebutnya sebagai pembangunan sebagaiproses evolusi perjalanan dari tradisional ke modern.2

Keteguhan Rostow mengenai modernisasi pemba-ngunan dan pertumbuhan yang bermuara pada peru-

1 Edi Soeharto. Welfare State dan Pembangunan Nasional. Makalah tidakdipublikasikan

2 Mansour Fakih. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi.Yogyakarta: INSIST Press. 2009.

Page 11: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

5

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

bahan sosial diracik dalam bukunya yang berjudul TheStage Of Economic Growth. Perubahan sosial dalam pem-bangunan akan tercapai manakala melalui lima tahapan.Pertama adalah masyarakat tradisional, kemudian berkembangmenjadi prakondisi tinggal landas,lantas menjadi masyarakattinggal landas, kemudian masyarakat pematangan pertumbu-han dan akhirnya mencapai masyarakat modern yang dicita-citankan yakni masyarakat industri yang disebutnya sebagaimasyarakat konsumsi tingkat tinggi( hight mass consumtion)3

Cita-cita masyarakat modern yang digambarkan se-bagai masyarakat ideal kemudian memberikan inspirasidalam model pembangunan di Indonesia. Seolah pemikiranRostow diterima tanpa reserve yang kemudian dijadikanrujukan baku selama pemerintahan Orde Baru. Pada tahun1967 adalah menjadi fakta sejarah dimulainya politik pem-bangunan Orde Baru. Pembangunan menjadi adagiumdahsyat bagi pemerintahan desoptic Orde Baru yang dinilaiakan menjadikan masyarakat Indonesia sejahtera. Alih-alihakan mencapai kesejahteraan, justru yang terjadi adalahkesenjangan luar biasa menerpa masyarakat Indonesia.Sebagai alat ukur pembangunan bagi Orde Baru adalahditerapkannya tahapan-tahapan pembangunan jangkapanjang yang dikenal dengan Rencana Pembangunan LimaTahunan (REPELITA)

Pembangunan dan pertumbuhan yang hanya ber-orientasi pada pendapatan nasional dimana GNP menjadialat ukur ternyata tidak menuntaskan aneka masasalahutamanya masalah kesejahteraan rakyat kecil, justru hanyaorang-orang elit, para konglomerat yang bisa menikmatikesejahteraan dengan model politik pembangunan. Ke-miskinan dan keterbelakangan semakin tidak bisa di-bendung disaat Soeharto berkuasa selama 32 tahun. Pre-

3 ibid

Page 12: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

6

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

dikat bapak pembangunan yang melekat pada Soehartohanya lips service semata yang berlindung dibalik kemiskin-an dan kelaparan rakyat kecil yang semakin tidak berdayauntuk mendapatkan kesejahteraan.

Hal ini dampak dari strategi politik pembangunanSoeharto yang menempatkan ekonomi pembangunansebagai dalih dalam mempercepat pemerataan. Konsepsi TriLogi pembangunan yang dimualai dari pelita I sampaipelita 5 seolah konsep yang tidak aplikatif. Stabilitas, per-tumbuhan dan pemerataan menjadi Threangel bagi ORBAuntuk mengantarkan rakyat Indonesia menjadi sejahtera,tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Puncaknya adalahmanakala negara ini harus masuk dalam lumpur krisis 1997yang berdampak dahsyat pada kemiskinan dan penggang-guran dan rezim otoriterianisme berakhir tragis.

Politik pembangunan yang berorientasi pada GNP ter-nyata banyak menyisakan banyak masalah dinegara ber-kembang, target dari pembangunan yang bermuara padakesejahteraan masyarakat miskin sulit dicapai. Fakta initidak bisa kita tampik bahwa pembangunan yang memanu-siakan manusia GNP bukanlah jalan terbaik. Justru kesen-jangan, kemiskinan dan keterbelakangan masyarakatmiskin semakin menjadi.

Adalah Irma Adelman mengatakan bahwa pengem-bangan Sumber Daya Manusia menjadi pilihan efektifuntuk mencapai pertumbuhan dan pemerataan. SDM inidinilai sebagai elan vital dan salah satu jalan yang akselaratifmencapai kesejahteraan. Irma mencontohkan di Korea.Tahun 1964 tingkat pendidikan penduduk korea tiga kalilipat lebih besar dari negara-negara berkembang yangGNP-nya sama dengan korea.

Sampai saat ini, kritik terhadap model pembangunanyang berorientasi pada pendapatan nasional tiada henti.

Page 13: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

7

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Banyak contoh nyata yang terjadi di negara-negara ber-kembang di dunia ketiga bahwa modernisasi pemba-ngunan yang ditawarkan Rostow menemukan banyakkendala, dan yang terjadi sebaliknya kemiskinan danketidakberdayaan adalah potret nyata yang sangat absah

Setumpuk masalah sosial yang menghinggapi rakyatIndonesia, seprti kemiskinan, pengangguran, SDM rendah,kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya semakin menegas-kan bahwa Negara/pemerintah tidak serius mengurusnegara ini. Catatan UNDP mengenai IPM sangat mempri-hatinkan. IPM sebagai salah satu tolok ukur dari proyeksipembangunan nasional menunjukkan angka kepri-hatinan, kesehatan, pendidikan dan daya beli masyarakatadalah menjadi target dan sasaran utama dalam me-ningkatkan IPM. Tahun 2007 dan 2008 catatan dari UNDPmemposisikan bahwa IPM Indonesia berada di posisi 107dari 177 Negara. Singapura peringkat 25, Brunai Darussalam(30) Malaysia (63) Thailan ( 78) dan Filipina (90) peringkatIndonesia juga terkejar oleh Vietnam (105)4

Endemik kemiskinan yang melilit rakyat Indonesiaakibat dari dosa sosial yang dilakukan oleh Negara/pe-merintah. Bahkan kemiskinan seringkali dikalkulasikansecara angka-angka. Padahal kemiskinan dan kesejahtera-an adalah hak yang paling asasi setiap warga Negara. Pada2007 angka kemiskinan mencapai 37,17 juta orang atau16,58% dari total penduduk Indonesia.

Kemiskinan pada 2009 13,32% dan pada 2010 data BPSmenunjukkan kemiskinan turun tipis mencapai angka14,15%. Sementara angka kemiskinan mencapai 31,02% .pada 2009 jumlah penduduk miskin mencapai 63,35% se-mentara pada 2010 mencapai 64,30%. Penikmat kemiskinan

4 M. Imam Purwadi. Negara Kesejahteraan dalam Perspektif Islam. http://wwwgats.blogspot.com/2009/07/ (online) di akses pada 12 Februari 2011

Page 14: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

8

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

ini adalah tersebar dipedesaan, artinya lebih dari separuhpenduduk Indonesia yang berdiam dipedesaan tidak lagiberdaya dililit dari jerat kemiskinan.5

Busung lapar, Ibu meninggal setelah melahirkan dankematian bayi dan pendapatan rakyat yang tidak sesuaidengan kebutuhan sehari-hari adalah menjadi problemkebangsaan yang amat kompleks. Tidak bisa pungkiri, kitasering kali dibuat mengelus dada oleh perilaku elit politikyang hampa dengan nurani melihat realitas kemiskinandan kebodohan dinegeri ini.

Ketimpangan sosial, ekonomi dan politik berimplikasiterhadap laju kemiskinan, kebodohan dan ketelantaranrakyat seperti laju waktu yang tidak bisa kita bendung.Statement Robert Chambers barangkali perlu dijadikanreferensi mengenai kemiskinan dan perangkap kemiskinan.Chambers mengatakan bahwa rakyat yang terperangkapdalam ruang marginalisasi terperangkap dalam 5 unsurkemiskinan6.

Pertama, kemiskinan merupakan salah satu faktor yangmembuat orang-orang marginal itu hidupnya menjadisusah, miskin, penghasilannya kecil, pegawai golonganrendahan, orang yang pengahasilannya tidak tetap. Keduakerentanan dan kemiskinan rentan itu rapuh, orang yangtidak memiliki tabungan cukup, jika kehidupan sehari-hariitu normal. Istrinya dan anaknya tidak pernah sakit , tidakpernah kecelakaan, kondisi ini selalu dibayang-bayangiketakutan karena hidup tidak selalu berjalan sesuai apaadanya.Sementara miskin bagi Chambers adalah hidupnyasangat rawan dan fluktuatif. Orang miskin tidak memiliki

5 Jawa Pos 13 Juli 20106 Bagong Suyanto. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, Paradigma Aksi

Metodologi dalam Pemberdayaan Komunitas marginal di Perkotaan. Yogya-karta: LKIS Pelangi Aksara.2005.

Page 15: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

9

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

tabungan dan asuransi sosial, sedikit ada goncangan,maka aset produktif dijual.

Ketiga ketidakberdayaan, ketidakberdayaan itu me-nyangkut posisi tawar, orang miskin posisi tawarnya lemah,tidak memiliki akeses ekonomi, politik. Karena poisi tawartidak dimili rakyat miskin, seringkali petani selalu kalahdipermainkan oleh para tengkulak, pengepul.

Keempat, secara fisik orang miskin mudah sakit, halmini akibat dari kurangnya asupan gizi yang dikonsumsi.Bahkan jika sakit tidak hanya mengeluarkan uang, tetapipenghasilannya juga akan hilang lantaran tidak bekerja.

Kelima masyatakat miskin seringkali terisolasi, terisolasitidak sekadar dalam pengertain geografi, tetapi secara sosial-pun menjadi penyebab utama bagi orang miskin, tidak ada-nya akses informasi yang kerapkali diderita orang miskinmenyebakan ketidakberdayaan, orang yang tidak berdayaitu gampang percaya dan seringkali tertipu.

Pelayanan sosial bagi masyarakat yang menyandangmasalah kesejahteraan sosial (PMKS) masih dipandangsebelah mata oleh Negara. Kewajiban negara untuk mem-berikan perlindungan sosial dan pelayaanan sosial yangprima terhadap rakyat miskin tidak dijadikan hal utama.Inilah pengingkaran nyata terhadap konstitusi dan ideo-logi negara dimana rakyat miskin menjadi tanggungjawabNegara .

Ketidakseriusan Negara dalam memberikan pelayanansosial terhadap penyandang kesejahteraan sosial terbuktiketika perlindungan sosial, pelayanan sosial tidak diatursecara sistimatis dan terlembaga. Walaupun UU Dasar 45secara eksplisit menyatakan bahwa setiap warga Negaramerupakan tanggungjawab Negara. Pelayanan sosial yangresidualistik dan karitatif bahkan selektif adalah wujudnyata bahwa Negara setengah hati dalam memberikan

Page 16: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

10

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

pelayanan sosial terhadap warganya. Anggaran terhadappenyandang masalah sosial yang sangat meinimalissemakin menegaskan ketidakbecusan Negara melindungirakyat misikin. Elit negara disibukkan dengan kepentinganpolitik-kekuasaan yang melupakan tugas pokoknya untukmemperjuangkan kesejahteraan rakyat. Sikap dan mentalseorang negarawan yang benar-benar mimihak dan mem-perjuangkan nasib rakyat sulit ditemukan. Justru yang adaadalah elit politik menampilkan sikapnya sebagai makelarpolitik dimana rakyat dijadikan barang dagangan untukmenlanggengkan kekuasaan semata.

Negara hanya memikirkan mengenai pendapatan se-banyak-banyaknya dari rakyat tanpa dibarengi pelayananyang baik terhadap rakyat. Slogan negara atau pemerintahseringkali kita saksikan baik melalui iklan maupun spandukdi tempat terbuka mengenai warga negara yang baik adalahwarga negara yang taat pajak, tetapi acapkali negara abaiterhadap kewajibannya untuk mensejahterakan rakyatkeluar dari jeratan kemiskinan. Pertanyaannya adalah, jikanegara disfungsi dan disorientasi dalam memberikan pe-layanan dan perlindungan terhadap rakyat, dan kesejah-teraan hanya janji yang tidak ditepati, apa hakekat danfungsi keberadaan Negara,jika tidak berdaya dan hadirdalam menuntraskan permasalahan sosial yang warganya.

Konsepsi Dasar Negara KesejahteraanKesejahteraan mutlak menjadi hak yang paling asasi

bagi setiap warga negara. Dalam hal ini negara harus ber-tanggungjawab penuh untuk meningkatkan kesejahteraanhidup warga negaranya sehingga hidup secara layak. Men-jadi problem besar disaat warga negara tidak menikmatikesejahteraan, implikasinya adalah ketidakteraturan sosial( social disorder) akan tampil sebagai konsekuensi dari tidak

Page 17: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

11

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

terpenuhinya kebutuah dasar tersebut. Mathew Hole me-negaskan bahwa kemiskinan sama halnya membiarkanmanusia dalam keadaan kacau dan tida tenang, memerangikemiskinan adalah suatu tindakan kearipan sipil dankearifan politik7

Pertanyaan ini menjadi penting yang harus kita per-debatkan bersama, manakala sebagian kelompok bahkanmazhab tertentu menilai bahwa kesejahteraan itu akandiperoleh jika seseorang atau individu itu memiliki etoskerja yang baik. dalam bahasa David McCelland8 bahwaindividulah yang harus bertanggungjawab terhadap masadepannya sendiri, kesejahteraanntya sendiri. Hal ini akanterjadi manakala individu itu menjadi kompetitor yangbaik, memilliki nilai-nilai yang secara internal kebutuhaningin berprestasi (Need for Achievment/n/ach) di dalam diriindividu itu sendiri. Sebagai sebuah paradigma mengenaikesejahteraan, tentunya kita mengapresiasi apa yangdisebut McClelland itu, tetapi sebagai khasanah keilmuandan pengetahuan tentunya tidak berhenti sampai disini.

Bagaimana dengan kondisi riil yang dialami rakyatIndonesia mengenai kesejahteraan warganya, apakah kitaakan mengadopasi bahkan mengamini apa yang disampai-kan oleh McClelland. Alangkah baiknya kita harus mem-pelajari, memahami konstitusii negara kita, kultur sosiologis

7 Anthony Gidden Beyond Left and Right: Tarian Ideologi Alternatif di atasPusaran Sosialisme dan Kapitalisme. Yogyakarta: IRCCISoD. 2002.

8 Of Cit, Pandangan McClelland mengenai masyarakat dinia ketigaterbelakang, karenanya rendahnya for achievement. Sikap manusia danbudaya yang dianggap menjadi sumber masalah dan protipe the achievementsociety yang pada dasarnya adalah cirri-ciri dari watak dan motivasi msyarakatkapitalis. Teori McClelland didasrkan pada studinya yang dilandaskan padateori psikoanalisis Freud tentang mimpi. McClelland melakukan studi diAmerika yang memfokuskan pada studi tentang motivasi dengan mencatatkhayalan orang melalui pengumpulan bentuk cerita dari sebuah gambar.Kesimpulannya adalah bahwa khayala ada kaitannya dengan dorongan danprilaku dalam kehidupan mereka yang dinakan The need achievement (N’ach).

Page 18: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

12

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

masyarakat Indonesia. Jika merunut kepada UU 1945,bahwa negara harus bertanggungjawab terhadap hak-hakdasar bagi setiap warga negara.

Penilaian mengenai Indonesia sebagai negara kesejah-teraan yang gagal tidak sekadar menjadi kecemasan dankekhawatiran kita bersama. Indonesia sebagai negara ke-sejahteraan yang gagal memiliki kebenaran obyektif dantidak bisa mengelak. Negara kesejahteraan (Welfare State)adalah model pembangunan dimana negara berperan aktifuntuk melindungi rakyatnya dari ancaman kemiskinan,keterbelakangan, kebodohan dan hidup sehat. Perlin-dungan sosial dan pelayanan sosial secara universal adalahmenjadi kewajiban negara. Negaralah yang harus bertang-gungjawab terhadap kemiskinan, kelaparan, keterbela-kangan dan jaminan masa tua bagi semua warga negara.Pemberian pelayanan sosial dan perlindungan sosial yangpartikularistik dan selektif merupakan pengingkaran negaraterhadap fungsi, filosofi dan jati diri dimana para pendiriitu bersepakat untuk mendirikan sebuah negara .

Kenyataan yang dihadapi dan dirasakan oleh kita se-bagai warga negara Indonesia adalah bahwa negara absendan tidak hadir dalam memberikan perlindungan terhadapwarga negaranya. Kebijakan yang tebang pilih dan parsialmenjadi contoh nyata bahwa Indonesia telah gagal men-jaga dan mengejawantahkan amanat konstitusi dimananegara harus bertanggungjawab untuk memberikan rasaaman dan memenuhi segala kebutuhan dasar setiap warganegara. Meminjam istilah Adam Smith bahwa tugas Negaraharus memenuhi Pertama negara berkewajiban memberi-kan rasa aman terhadap dari segala ancaman dalam bentukapapun bagi semua warga negara. Kedua negara juga men-dorong dan menciptakan kesejahteraan ekonomi bagisemua warga.

Page 19: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

13

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Pandangan Smith di atas berbanding terbalik dengankondisi yang dialami warga Negara Indonesia. Kemiskinandiberbagai sektor seolah menjadi menu tiap hari yangtidak bisa dihindari keberadaannya, sungguh mempri-hatinkan. Ancaman kebodohan bagi masa depan anak-anak Indonesia sulit dihindari. Banyak jumlah anak yangputus sekolah semakin menegaskan bahwa negara ini lalaidan abai untuk memberikan perlidungan terhadap keter-jaminan bagi anak-anak untuk mendapatkan hak dasar-nya yaitu pendidikan yang layak sebagaimana telah di-tegaskan oleh konstitusi UU 1945.

Data yang dilansir oleh Komnas Perlindungan Anak(PA) menunjukkan bahwa di 33 Provinsi jumlah anak putussekolah pada tahun 2007 sudah mencapai 11,7 juta jiwa.Jumlah itu pasti sudah bertambah lagi tahun ini, men-gingat keadaan ekonomi nasional yang kian memburuk.9

Fenomena ini juga terjadi dibeberapa daerah di Indonesia,di Kaltim jumlah anak yang putus sekolah mencapai 1000anak, sementara yang tidak sekolah mencapai 15.000, anak,(kompas, 21/3 2008). Begitu juga yang terjadi di daerahYogyakarta Kabupaten Bantul, jumlah anak yang putussekolah mencapai 443 orang anak, kasusnya relative sama,jeratan kemiskinan yang memaksa anak itu harus berhentimengeyam dunia pendidikan (kompas 31/10/08)10 sementarajumlah anak putus sekolah yang menimpa anak-anak diKota Medan mencapai 500 ribu anak, jumlah yang sangatfantastis. Menteri pendidikan mengatakan jika dilihat dariprosentasi dari jumlah total anak yang putus sekolah jumlahitu kecil tetapi angka 500 ribu bukan jumlah yang sedikit.Menyedihkan sekali bagi negeri yang telah memasukisetengah abad usianya masih bergelut dengan masalah anak

9 Robert Manurung 12 Juta Anak Indonesia Putus Sekolah. http://ayomerdeka.wordpress.com/2008/03/22/(online) di akses pada 15 April 2011

10 Kompas 31 Oktober 2008

Page 20: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

14

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

yang putus sekolah dengan faktor ekonomi jumlahnyasangat besar.11 Lantas dimana tangungjawab negara yangmemikul mandat untuk memproteksi anak-anak generasimasa dari kebodohan. Sikap pembiaran ini adalah mem-buktikan bahwa negara tidak sigap dan lalai membiarkanwarganya dalam kebodohan.

Perasaan tidak nyaman dan terancam menghinggapiseluruh rakyat Indonesia. Perasaan khawatir dan takutselalu mengahantui. Hal ini terjadi karena negara tidakmemberikan jaminan sosial dan proteksi sosial sebagai hakdasar yang harus dipenuhi oleh negara, contoh kasus yangmenimpa keluarga Saari 44 dan istrinya Sugiarti 39 harusmengakhiri hidupnya dengan gantug diri karena tidaktahan dengan himpitan ekonomi. Saari sehari-hari bekerjasebagai tukang becak, kehidupan ekonominya semakintidak menentu setelah istri Saari yaitu Sugiarti terserangpenyakit stroke. Tragisnya adalah walaupun Saari meng-ajukan surat keterangan miskin untuk memperoleh ke-mudahan di Kelurahan setempat hasilnya nihil.12

Sementara di Jakarta Utara Kampung Beting KojaAhmad Marzuki (74) tergeletak sudah satu tahun lebihmenderita sakit. Seharusnya dia sudah diobati dirumahsakit, karena tidak punya uang maka penyakitnya dibiarkanbegitu saja. Apalagi Marzuki tidak memiliki KTP dan KKwalaupun sudah puluhan tahun ia tinggal. Jangankanmengurus KTP dan KK, buat makan sehari-hari saja tidakcukup. Adanya warga miskin yang telantar seperti ini mem-buat Kementerian Kesehatan memutuskan untuk menang-gung pengobatan mereka. Tahun 2005, Menteri KesehatanSiti Fadila Supari mengunjungi Kampung Beting dan me-

11 Arsip berita.com. 23 April 2011 diakses pada tanggal 28 April 201112 Media Indonesia. Warga Miskin Semakin Sulit Berobat. 6 Maret 2011

(online) diakses pada 23 April 2011

Page 21: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

15

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

lihat sendiri bagaimana kondisi warga wilayah itu. MenteriKesehatan (Menkes) lalu menerbitkan Kartu AsuransiKesehatan Miskin (Askeskin) sebanyak 2.869 buah. Wargabisa berobat dengan lancar. Namun, persoalan muncul ke-tika Askeskin diganti dengan kartu Jaminan Kesehatan Ma-syarakat (Jamkesmas). Tidak semua warga mendapatkankartu ini. Rumah sakit menolak pasien yang memakai kartuAskeskin karena Departemen Kesehatan hanya meng-gantibiaya perawatan yang menggunakan kartu Jamkesmas.13

Inilah realitas yang tidak bisa dihindari, pelayanan danperlindungan sosial seperti pelayanan kesehatan yang ber-sifat residual. Setiap pergantian rezim atau pejabat publikmodel dan bentuk pelayanan itu gampang danulir. Jikamodel pelayanan sosial seperti pelayanan kesehatan itupendekatannya adalah kebijakan yang institusional, makapergantian rezim dan sirkulasi elit tidak berdampak dantidak begitu mudah dirubah sesuai dengn selera elit.

Padahal Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 1992menetapkan, setiap rumah sakit harus mengalokasikan 20persen tempat tidurnya bagi warga miskin. “Adanya Jam-kesmas atau Askeskin membuat rumah sakit melupakanUU ini. Implementasi UU ini seharusnya diejawantahkanjika benar bahwa negara akan memberikan perlindunganterhadap warganya. Tetapi kesan yang tampak adalah hadir-nya UU itu seolah menjadi proyeksi legislasi yang kurangpopulis bagi masyarakat. Rakyat miskin tetap saja terancam,terancam pendidikannya, terancam kesehatannya, terancamgizinya dan terancam pendapatannya jika tidak ada politicalwill dan komitmen negara dalam memprotkesi warganya.

Kasus di atas yang menimpa Sari dan Marzuki adalahmenjadi pelajaran berharga tentunya bagi pengelola dan

13 Kompas.com 2 desember 2009 (online) diakses pada 23 April 2011

Page 22: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

16

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

pengambil kebijakan yaitu negara. Buruknya pelayanansosial atau pelayan publik mencerminkan akan ketidakprofesionalan pejabat publik atau pemerintah sehingga apalacur, masyarakat kecil menjadi koorban dari proses pe-layanan yang tidak professional itu. Sementara kita bisamelihat kondisi riil yang sering terjadi menimpa masyarakat.Bagaimana negara memberikan kemudahan terhadapsetiap warga, utamanya warga miskin dalam memberikanpelayanan kesehatan. Dalam banyak kasus, nyawa orangyang tidak memiliki uang tidak ada harganya. Pusat pe-layanan kesehatan tidak mengedepankan nurani kema-nusiaanya, tetapi ada uang dulu baru pelayanan akandilakukan.

Kebijakan pelayanan sosial yang bersifat residual-karitatif dan tidak institusional ini menjadi ukuran bagikita bersama bahwa negara ini setengah hati dan engganmemberikan pertolongan seutuhnya dan sepenuh hatiterhadap warganya. Jika negara ini memiliki komitmen dankeseriusan, maka kebijakan pelayanan sosial yang bersifatinstitusional menjadi pilihan sebuah kebijakan. Karenakebijakan instiusional ini berifat melembaga, berkelanjutantanpa harus melihat apak kebijakan ini berfungsi atau tidak,maka tidak heran kebijakan ini disebut juga sebgai ke-bijakan antisipatif14 jika kebijakan pelayanan sosial masihbersifat residual, dimana pelayanan akan dilakukan jikasudah kondisi korban dalam kondisi yang emergency, makapelayanan sosial akan diberikan, model pelayanan inibersifat temporer.

Dalam konteks negara kesejahteraan (welfare state)bahwa tidak ada satu dalil yang tidak membenarkan bahwanegara bertanggung jawab penuh terhadap hak-hakwarganya. T.H Marshall membedakan tiga jenis hak warga

14 Edi Soeharto. Analis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta 2006.

Page 23: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

17

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

negara15. Pertama adalah hak sipil, dimana setiap warganegara berhak untuk tinggal ditempat sesuai pilihannya,kebebasan berpendapat, memeluk agama, hak memilikikekayaan pribadi dan hak yang sama di depan hukum.Kedua hak politik, setiap warga negara berhak terlibat dalampemilihan dan menjadi pegawai negeri. Dan yang ketigabahwa setiap warga negara berhak mendapatkan haksosialnya. Hak ini mengatur bahwa setiap warga negaraberhak untu menikmati setandar kesejahteraan dan ke-amanan minimum tertentu, termasuk tunjangan kesehatanbagi pasien dan tunjangan sosial bagi pengangguran sertapenetapan upah minimum.

Negara kesejahteraan dipraktekkan pada abad ke 19di Eropa dan AS, walaupun Menurut Bessant, Watts, Daltondan Smith, ide dasar negara kesejahteraan beranjak dariabad ke-18 ketika Jeremy Bentham (1748-1832) mempro-mosikan gagasan bahwa pemerintah memiliki tanggungjawab untuk menjamin the greatest happiness (atau welfare)of the greatest number of their citizens. Tentunya perdebatanmengenai kapan ide awal Negara kesejahteraan itu lahirtetapi secara substantif bahwa pada dasarnya kesejahteraanrakyat adalah tanggungjawab Negara

Spicker (1995:82) mengatakan bahwa negara kesejah-teraan stands for ideal in wich welfare is prvided comprehensivelyby the state to the best possible standards. Tidak ada logikamanapun yang dibenarkan bahwa kesejahteraan, kemis-kinan dan keterbelakangan adalah dosa individual yangharus ditanggung sendiri. Konsepsi ini berangkat bahwakemiskinan lebih disebabkan oleh etos kerja dan kulturmasyarakat yang tidak memiliki cita berprestasi secarafilosofis-politik dan ideologis negara adalah sponsortunggal dalam mensejahterakan rakyatnya.

15 T.H. Marshall dalam Deden Faturrrahman dan Wawan Sobari. PengantarIlmu Politik. Malang: UMM Press. 2004.

Page 24: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

18

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Di sisi lain, Croslan mendefinisikan mengenai negarakesejahteraan. Menurutnya, negara kesejahteraan adalahsuatu masyarakat dengan kebaikan dan kualitas eksepsionalbila dilihat standar-standar historis, dan dibandingkandengan kapitalisme pra perang. Ini akan menjadi surgabagi pelopor sosialis awal. Kemiskinan dan ketidakamananberada dalam proses kehancuran. Standar-standar ke-hidupan muncul dengan cepat, kehwatiran terhadap pe-ngangguran kian melemah, dan pekerja muda awam me-miliki harapan atas masa depan yang tidak pernah terbesitdalam benak ayahnya16

Negara memiliki kewenanagan tidak terbatas, olehkarena itu negara harus mampu mengelola, mendistri-busikan sumber pendapatan dan SDA untuk diperuntuk-kan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. negaraharus mengatur bukan diatur oleh pihak manapun. Ide dankonsepsi negara kesejahteraan sosial terinspirasi oleh ga-gasan genuin Asa Grigs, The Welfare State in Historical Perspec-tive (1961) Frederich Hayek, The Meaning Of The Welfare State91959) dan Richard Titmus s, Essay on the Welfare state ( 1958)

Begitu juga dengan Titmus secara rinci menguraimengenai konesep dan ide Negara kesejahteraan. Hal initerbukti manakala Titmus mengatakan bahwa a welfare statein which organized power is deliberately use throug politics andadministration the play of market force to achieve social prosporityand economic wellbeing of the people.

Merujuk pada ide cemerlang mengenai negara kesejah-teraan, ada tiga alasan utama yang perlu ditegaskan olehnegara dalam menjalankan fungsinya. Pertama negara harusmenjamin tiap indvidu dan keluarga untuk memperolehpendapatan minimum agar mampu memenuhi kebutuhan

16 Op Cit

Page 25: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

19

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

paling pokok. Kedua negara harus memberi perlindungansosial jika individu dan keluarga ada dalam situasi rentansehingga mereka menghadapi social contingencies sepertiusia lanjut, menganggur miskin yang memicu pada krisisosial. Ketiga semua warga negara tanpa membedakan sta-tus dan kelas sosial harus dijamin untuk memperoleh aksespelayanan sosial dasar seperti pendidikan, pemunuhan gizisanitasi dan air bersih

Perubahan sistem pemerintahan yang telah mengalamipergeseran pada kelembagaan politik dan pemerintahandemokratis yang mau tidak mau terus melakukan konsoli-dasi dimana pada gilirannya adalah bahwa paham negaramengalami perkembangan dari political state menjadi legalstate dan pada gilirannya menjadi welfare state. Ketiga pahamtersebut memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki negarasebagai penentu kehendak terhadap aktivitas rakyat yangdikuasai .Tentu bukan rahasia umum bahwa liberasi eko-nomi yang menggorogoti kekuasaan negara dimana ke-timpangan sosial yang kompleks dan tidak kunjung usaimelahirkan ide mengenai negara kedejhteraan. Hal inikarena dalam negara kesejahteraan sosial sudah ada pem-bagian (distribution) kekuasaan dan pemisahan (separation)kekuasaan yaitu negara memiliki freises ermessen, yaitukebebasan untuk turut serta daalm seluruh kegiatan sosialpolitik dan ekonomi dengan tujuan akhir menciptakankesejahteraan umum( bestuurszorg17)

Tidak ada alasan yang bisa dibenarkan manakala negarakesejahteraan seperti Indonesia dimana secara konstitusimengikrarkan diri sebagai negara kesejahteraan tetapi abaimemberikan perlindungan dan pelayanan sosial kepadarakyatnya. Pelayanan sosial disegala bidang baik me-

17 Kompas.Mengenai Konsep Negara Kesejahteraan. 15 April 2009

Page 26: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

20

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

nyangkut kebutuhan pendidikan, kesehatan dan panganmenjadi tanggungjawab negara. Kesejahteraan rakyatmenjadi hal utama yang harus diatur dan dikelola olehnegara, liberasi, egaliterianisme dan freedom of sepeechmenjadi ciri-ciri mendasar bagi negara kesejahteraan .

Sampai detik ini negara kesejahteraan masih dianutoleh negara maju dan negara berkembang. Beberapa modelmengenai negara kesejahteraan yang dianut oleh beberapaNegara di dunia yakni,18 Pertama model universal, modelini dianut oleh negara-negara Skandinavia, seperti Swedia,Norvegia, Denmark dan Fidlandia. Dalam model ini peme-rintah mennyediakan jaminan sosial kepada semua warganegara secara melembaga dan merata . Anggaaran Negarauntuk program sosial mencapai lebih dari 60% dari totalbelanja negara

Kedua model isntitusional, model ini dianut oleh negara-negara seperti Jerman, Austria, model institusional samadengan model universal dimana jaminan sosial dilaksana-kan secara melembaga dan luas, tetapi kontribusi terhadapskim jaminan sosial berasal dari tiga pihak yakni peme-rintah dunia usaha dan pekerja (buruh)

Ketiga model residual, model ini dianut oleh AS, Inggris,Australia dan Selandia Baru, jaminan sosial dari pemerintahlebih diutamakan kepada kelompok lemah, seperti orangmiskin, cacat, menganggur. Pemerintah sebagian menye-rahkan sebagia peranya kepada LSM melalui pemberiansubsidi bagi pelayanan sosial dan rehabilitasi sosial

Keempat model minimalis, model ini yang dianut olehNegara-Negara seperti Yunani, Perancis, Portugis, Itali,Chili, Brazil dan Asia (Korea selatan, Filipina, Srilanka.Anggaran Negara untuk program sosial dibawah 10% dari

18 Op Cit

Page 27: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

21

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

total anggaran pendapatan Negara. Jaminan sosial daripemerintah diberikan secara sporadis, temporer dan mini-mal yang umumnya hanya diberikan kepada pegawainegeri dan swasta yang mampu mengiur.

Empat model negara kesejahteraan di atas tentunyakita mengalami kesulitan memposisikan negara Indone-sia itu termasuk dibagian mana, tetapi yang pasti perde-batan mengenai Indonesia termasuk apakah Indonesiamerupakan negara kesejahteraan masih belum mendapat-kan titik temu, tetapi fakta empiris membuktikan Indone-sia masuk kategori negara kesejahteraan yang minimalis,walaupun fakta di lapangan terkadang jaminan sosial yangdiberikan oleh pemeritah terhadap kelompok-kelompoklemah, miskin dimana kreteria kemiskinan masih dipilah-pilah oleh pemerintah.Seleksi kemiskinan dilakukan olehpemerintah sehingga jaminan sosial nantinya diberikanterhadap kelompok-kelompok yang sesuai dengan kreteriayang ditetapkan pemerintah.

Dalam bidang ekonomi, ada empat fungsi negara, yaitunegara sebagai penjamin (provider) kesejahteraan rakyat,negara sebagai pengatur (regulator) sebagai pengusaha (en-trepreneur) atau menjalankan sektor-sektor tertentu melaluiBUMN dan Negara sebagai wasit (umpire) W Friedmennmengatakan bahwa dalam Negara kesejahteraan Negaramemiliki fungsi untuk melakukan intervensi dalam sektorekonomi. Hal ini berbeda dengan Negara penjaga malam,yang mengatakan bahwa Negara sebaiknya tidak ikut campurdalam bidang perekonomian. Doktrinya adalah LaisseszFaire (leave it economic system alone) yakni ajaran yang me-nyatakan bahwa kesejahteraan akan meningkat bila pe-merintah tidak ikut campur mengurusi perekomonomian.Semboyannya adalah bahwa pemerintah yang baik adalahpemerintah yang tidak mencampuri urusan perekonomian

Page 28: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

22

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

(The Least goverment is the best goverment) ideologi utamanegara penjaga malam adalah unsur kapitalisme19

Ideologi Negara – Liberasi PasarAneka rafsir terhadap ideologi dalam khazanah

keilmuan politik dan sosial adalah keniscayaan. Ruang danwaktu, kultur sosial politik bahkan keagamaan terkadangturut melahirkan konsepsi dan definisi mengenai ideologi.Bagi Gramsci misalnya yang mengatakan bahwa ideologitidak sekadar sebatas ide. Gramsci menilai bahwa ideologitidak berhenti pada tataran ide semata, lebih dari ituideologi mampu mengatur manusia,memberikan tempatbagi manusia untuk bergerak mendapatkan kesadaran akanposisi mereka, perjuangan mereka. Ideologi bukanlah fantasiperorangan namun terjelma dalam kehidupan masyarakatsecara kolektif. Berbagai aturan bagi masyarakat dan tin-dakan praktis serta perilaku moralitas manusia adalahbagian dari substansinya ideologi20.

Ian Adam mendefinisikan bahwa ideologi lebih dalamkerangka politik gerakan. Dengan kata lain ideologi yangdimaksudkan disini adalah ideologi sebagai doktrin yangmembimbing tindakan politik, idealitas-idealitas yang mestidiyakini sebagai iman politik tujuan yang wajib dicapai,alasan yang harus diperjuangkan, dan visi tentang masya-rakat terbaik yang niscaya diwujudkan21

Keyakinan yang mendalam dan dianggap memilikinilai yang harus diperjuangkan, dibela bahkan secara eks-tremis jiwa sebagai taruhanya adalah wujud dari sebuahproses ideologisasi yang secara intrinsik memiliki kebe-naran tanpa harus dibuktikan secara empiris. Itulah barang-

19 Op Cit20 Roger Simun Gagasan-gagasan politik Gramsci. Yogyakarta: Insist

bekerjasama dengan Pustaka Pelajar.2002 .21 Adam, Ian. Ideologi Politik Mutakhir, Konsep, Ragam Kritik dan Masa

Depannya. Yogyakarta: Qalam 2004.

Page 29: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

23

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

kali substansi ideologi dimana Ian Adam membahasakansebagai iman. Jika ideologi itu melekat pada individu,komunitas bahkan Negara sebagai elit politik dimanarakyat memberikan mandat maka sejatinya masyarakatutama atau masyarakat ideal itu akan terwujud. Hal initerjadi lantaran pijakan ideologi yang kokoh untuk mem-perjuangkan mayarakat ideal/sejahtera itu tidak tersekatdari kepentingan sempit oleh kelompok-kelompok partaipolitik atau pribadinya. Karena pada dasarnya Negaramerupakan agregasi kepentingan masyarakat yang dipre-sentasikan oleh-oleh elit politik dari ragam warna dankelompok-kelompok. Sejatinya Negara mampu mengarti-kulasikan akan kebutuhan dan kepentingan rakyat. Ke-butuhan rakyat akan rasa aman, serta kebutuhan dasarrakyat mestinya dipenuhi oleh Negara . Nyatanya sampaisaat ini Negara tidak merepresentasikan ragam kepentingandan kelompok yang bisa menerjemahkan keinginan dankebutuhan rakyatnya. Justru Negara mengingkari nilai-nilai ideologi yang tertuang dalam konstitusi bahwa tugasdan fungsi Negara adalah mensejahterakan rakyat mem-berikan ruang terhadap semua warga Negara untuk men-dapatkan pengajaran dan pendidikan.

Di sisi lain Terrel Carver secara tegas mengatakan bahwaideologi bukanlah suatu panduan untuk mengkategorikansesuatu sebagai ideologi atau bukan, ideologi juga bukanresep yang menunjukkan cara-cara pembuatan ideologisecara benar, ideologi memiliki ruang khusus dalam politik,karena politik merupakan arena publik tempat agendapembicaraan yang berkorelasi dengan kekuasaan dari ke-lompok dan kelas tertentu, maka pada gilirannya adalahbahwa ideologi selalu berbanding lurus atau seruangdengan politik.22

22 Manfred B Steger Globalisme Bangkitnya Ideologi Pasar. Yogyakarta:Lafald Pustaka 2005.

Page 30: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

24

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Deideologisasi tampaknya menjadi alasan yang amatkuat dan mendasar yang dilakukan oleh negara saat ini.Runtuhnya dan rapuhnya implementasi ideologi negaraakibat dari ketidakberdayaan negara /pemerintah terhadappesona pasar yang menjajikan dan menguntungkan pihaktertentu dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Politica willadalah kata yang tepat jika mendeskripsikan perilaku elit.Mental pragmatis menjadi pilihan politik elit dalam men-desain kebijakan publik. Tragisnya kebijakan yang dibuattidak lagi berpijak pada kebutuhan rakyat banyak, tetapikebijakan yang dibuat adalah sesuai dengan selera dankemauan koorporasi yang hegemonik terhadap Negara .

Mengejar keuntungan sebanyak-banyak serta memini-malkan intervensi negara terhadap pelayanan publikadalah doktrin nyata liberasi ekonomi. Bahkan pelayanansosial yang selektif adalah menjadi strategi bagi kapitalismeagar Negara tidak terlalu boros dalam menganggarkanmasalah pelayanan sosial dalam menuntaskan masalahpenyandang kesejahteraan sosial (PMKS). Dan pada gili-rannya masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran,pendidikan dan keseharan harus dipilah-pilah, dikreteria-kan dan diseleksi agar keuangan Negara tidak habis di-hambur-hamburkan untuk kepentingan pelayanan sosialtersebut

Arus globalisasi semakin tidak bisa dibendung dewasaini telah menjadi mainstream dalam pilihan politik, ideologipasar seolah merasuk pada pori-pori negara ini. Akhirnyakepatuhan dan ketundukan negara terhadap pasar tidakbisa dihindari. Kenyataan yang tidak bisa ditampik adalahbahwa negara ini telah menikah dengan pasar. Realitas inisemakin menegaskan ketidakberdayaan negara dalam hege-moni pasar dimana ruang gerak negara selalui di intervensipasar. Akhirnya kebijakan pukblikpun yang menyangkut

Page 31: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

25

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

hajat orang banyak harus diseleksi oleh pasar sebagaipilihan politik bernegara. Jika demikian maka negara telahmenggadaikan diri dimana pada gilirannya rakyat semakintidak bisa bernafas dan keluar dari jeratan kemiskinan.

Ungkapan Fukuyama barangkali menarik bahkan harusdilakukan jika kemiskinan dan kesejahteraan akan dicapaidinegeri ini. Kesejahteraan tidak mungkin dicapai jika posisinegara yang kuat yang mampu menjalankan fungsinya se-cara efektif. Begitu pula negara yang kuat tidak akan ber-tahan lama jika tidak mampu menciptakan kesejahteraanrakyatnya.23

Bukan pekerjaan mudah, manakala kondisi negarasaat ini sedang mati suri, kekokohan ideologi bernegarasemakin kabur. Privatisasi dan swastanisasi adalah presedenburuk yang mengancam akan nasib rakyat, bahkan negaraini semakin tidak memiliki bargaining position ketika ber-hadapan dengan kepentingan global yang selalu mena-warkan kesejahteraan, kemandirian dan kompetisi individuakan berjalan secara sehat, dimana nantinya kesejahteraantidak lagi menjadi urusan negara melainkan hak sepenuh-nya menjadi urusan pribadi karena telah mampu bersaingdan hidup mandiri. Inilah hayalan tingkat tinggi bagi peng-anut mazdhab neoliberalisme yang menilai masyarakatakan berkompetisi secara dinamis

Tidak bisa dipisahkan kelahiranya neoliberalismedengan tokoh Adam Smith,(1723-1790) David Ricardo(1772-1823 ) dan Herbert Spencer (1820-1923 ) Smith seringdisanjung sebagai penemu citra tentang homo economicusyang memandang masyarakat sebagai individu-individumandiri yang bertindak sesuai dengan kepentingan eko-nomi. Smith menilai bahwa ekonomi dan politik dua halyang terpisah, dimana ekonomi lebih superior ketimbang

23 Imam. Puwandi. Negara Kesejahteraan dalam Pandangan Islam Makalahtidak diterbitkan

Page 32: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

26

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

politik, oleh karena itu akan menjadi lebih baik tanpa ada-nya intervensi pemerintah dalam sistem hukum alamnyayang harmonis. Pasar dinilai mekanisme yang otomatis(self regulating) yang selalu mengarah pada keseimbanganantara permintaan dan penawaran, sehingga ia menjaminterwujudnya alokasi sumberdaya dengan cara yang palingefesien.

Sementara David Ricardo mengatakan bahwa per-dagangan bebas akan melahirkan situasi yang sama-samamenguntungkan (win-win situation) bagi semua pihak yangterlibat, sebab perdagangan bebas memungkinkan setiapwarga negara untuk menghususkan diri pada produksikomoditas yang memberinya keuntungan komparatif,misalnya jika Italia dapat produksi anggur lebih murah ke-timbang Inggris, dan Inggris dapat memproduksi pakaianlebih murah ketimbang Italia, maka kedua negara akandiuntungkan dengan adanya sepesialisasi dan perda-gangan, secara politis Ricardo mengatakan bahwa Negaratidak boleh melakukan intervensi terhadap pasar. Mem-berikan ruang sebebas-bebasnya kepada pasar untuk meraihkeuntungan sebanyak-banyaknya dengan mengejar per-tumbuhan ekonomi dinilai mempercepat kesejahteraanmasyarakat.

Herbert Spencer yang memberikan justifikasi mengenaidominasi kapitalisme laissez-faire diseluruh dunia. Justifikasiini diberikan dengan didasarkan pada teori Darwin tentangevolusi melalui seleksi alam. Bagi Spencer, ekonomi pasarbebas merupakan bentuk paling beradab dari persainganantar manusia yang secara alamiah menempatkan pihakterkuat sebagai pemenang. Sepencer mengatakan bahwatugas begara hanya untuk melindungi individu dari agresiinternal dan eksternal. Bahkan kekukuhan Spencer niter-vensi Negara terhadap swasta hanya akan melahirkan

Page 33: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

27

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

stagnasi sosial, korupsi politik, terciptanya birokrasi yanggemuk dan tidak efesien.24

Realitas di atas semakin kukuh dan menemukanrelevansinya dengan apa yang dikatakan oleh Terrel Carverbahwa ideologi itu seruang atau berdemensi politik. Kapi-talisme telah menjelma menjadi kekuatan politik ideologisyang telah dijadikan rujukan hampir oleh semua Negaraberkembang dengan asumsi untuk mempercepat meraihkemakmuran. Inspirasi tersebut tidak menampik keter-libatan ketiga tokoh di atas dimana sampai dewasa inimenjadi kiblat pemikiran mengenai modernisasi dan liberasiekonomi untuk meraih keuntungan sebanyak-banyaknya.Dominasi pasar yang kini yang menjadi pilihan politik olehNegara semakin menegaskan akan keberadaan Negarasebagai penjaga malam yang tidak memiliki kewenanganapa-apa untuk mengatur pasar

Lantas? apa gunanya ada Negara sementara Negaratelah mengalami disfungsi dan disorientasi, Negara tidaklagi memiliki kemampuan untuk mengatur persoalan sosialdan kekayaan ekonomi untuk didistribusikan terhadaprakyatnya.Jika pasar dengan alasan perampingan biro-krasi, maka urusan kemandirian rakyat dan kesejahteraanrakyat kemudian dipasrahkan terhadap setiap individuyang memiliki ketangguhan untuk bersaing, maka hukumrimba adalah konsekuensi logis sebagai implikasi dari kapi-talisme tersebut. Pada gilirannya kemiskinan adalah men-jadi tanggungjawab personal yang dibebankan terhadapindividu.

Membendung Mitos Globalisasi dan KesejahteraanThe end of history adalah ungkapan Prancis Fukuyama

disaat berakhirnya perang dingin kedua. Runtuhnya Uni

24 Op Cit

Page 34: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

28

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Soviet dengan nerasi agungnya ideologi Komunisme-sosialisme membuka lembaran baru bagi demokrasi lib-eral dengan konsep ekonomi kapitalismenya. Kita mema-hami siapa Fukuyama itu, Warga Chicago ini dilahirkanpada 27 Oktober 1952. Ia merupakan seorang Guru BesarOmer L. dan Nancy Hirst di bidang kebijakan Publik,School of Public Policy, George Mason University. Baginyatidak ada lagi sejarah besar pasca demokrasi liberal. Semuatelah berakhir dengan konsepnya demokrasi liberal. Iameyakini bahwa ekonomi kapitalistik yang menempatkansetiap individu bergerak bebas berkompetisi untuk meraihksejahteraanya. Keyakinan Fukuyama itu tidak bisa di-lepaskan dengan posisi politiknya, dia sebagai direktur stafperencana kebijakan luar negeri AS. Konsekuensinyaadalah demokrasi liberal-ekonomi liberal harus dikam-panyekan oleh Fukuyama sebagai agenda politik AS yangmenepatkan pasar bebas adalah jalan alternative mencapaikesejahteraan masayarakat.

Tidak ada sekat dan batas antar Negara, dalam kon-struksi globalisasi Negara yang satu dengan yang lainseolah saling mengunci, ekonomi, politik dan kesejahteraanpenduduk dalam suatu Negara, menjadi urusan Negaralain. Inilah yang oleh Marshall Mcluhans disebut duniayang diliputi kesadaran globalisasi in global vellage (desabuana) Theodore Lavitte pada tahun 1985 yang mempopu-lerkan istilah globalisasi, dimana pada perjalannya menjadislogan yang magis di dalam setiap topik pembahasan.Substansi globalisasi adalah ideologu yang menggambar-kan proses interaksi yang sagat luas dalam berbagai bidang:ekonomi, politik, social, teknologidan budaya25

Fredman (1999) mengartikulasikan globalisasi sebagaisebuah interalasi yang demikian eratnya antar negara,

25 Op Cit

Page 35: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

29

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

pasar teknologi. Kondisi ini memungkinkan baik per-orangan, perusahaan maupun negara untuk menjangkaukeseluruh dunia, lebih cepat, lebih dalam, lebih luas, tentusaja lebih murah daripada sebelumnya. Globalisasi ditandaidengan disatukannya dunia dengan teknologi internet(word-wide-web) meningkatnya fluktuasi perdangaganganinternasional sampai ke derajat yang luar biasa digantinyasistem, mekanisme hingga budaya yang lama, yang tidakefesien dengan yang baru yang lebih produktif. Dan efisiendan seluruh teman maupun dikonversi mejadi kompetitor26

Dalam domain globalisasi, media dan teknologi men-jadi instrumen yang sangat penting. Informasi yang sangatcepat memudahkan dalam menjalin kerjasama denganegara lain. Baik itu kerjasama bilateral maupun multilat-eral. Persoalannya adalah di sisi lain, kemandirian sebuahnegara itu dipertaruhkan. Khususnya negara berkembangseperti Indonesia. Disaat yang bersamaan, negara berkem-bang menjadi suboordinasi dari negara adikuasa sepertiAS dan sekutunya. Inilah yang kemudian menyebabkannegara tidak berdaya dalam hegemoni asing dimana ke-kayaan alam kita tidak hanya diperuntukkan bagi warganegara kita, tetapi bisa dinikmati oleh warga negara asing.

Pada bulan April 1994, dalam perjanjian internasionaldi Marakesh, Maroko telah menghasilkan kesepakatan inter-nasional yang disebut General Agreeemen on tarrif and Trade(GATT) menjadi tonggak awal dimulainya era globalisasidi bidang ekonomi. Substansi kesepakatan dalam GATTmenunjukkan bahwa setiap warga negara yang meng-ikatkan diri dalam perjanjian tersebut harus patuh padaaturan internasional yang mengatr pada perdaganganantar pemerintah dalam era perdagangan bebas. Sebagaitindak lanjutnya adalah pada tahun 1995 dibentuk sebuah

26 ibid

Page 36: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

30

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

oragnisasi pengawasan dan kotrol perdangangan globalyang dikenal dengan Word Trade Organization( WTO).Kemudian disusul oleh pembentukan blok-blok ekonomi; di Asia dibentuk Asean Free Trade Area (AFTA), di AsiaPasifik dibentuk Asia pacific Economic Cooperation (APEC)dan dikawasan Eropa dibentuk Single European market (SEM)dan dinegara-negara Atlantik Utara dibentuk North AmericaFree Trade Area ( NAFTA)27

Betapa dahsyatnya peran-peran yang dimainkan olehnegara adidaya untuk mengusai kekayaan Alam negaraberkembang. Dengan dalih pertumbuhan ekonomi, per-baikan ekonomi bagi negara berkembang. Kita tahu bahwaGATT, WTO, WB adalah langgam Washington DC untukmenghegemoni dan mengkooptasi negara berkembang.Relevansinya adalah bahwa keperupurkan dan ketidak-berdayaan negara Indonesia itu karena di desain oleh elitnegara untuk tunduk terhadap kebijakan-kebijakan yangtertuang dalam GATT, tentunya tidak menguntungkan baginegara Indonesia yang telah megikat diri mejadi anggotaGATT. Jika ditelisik kebelakang, inilah kesalahan rezimOrde Baru yang menempatkan ekonomi pertumbuhanRostow dan As sebagai mazdhjab dan kiblat dalam me-ngembankan perekonomian. Pertembuhan dalam skalnasional/GNP memang kita harus mengankui, tetapi ke-senjagan yang makin melebar antara yang kaya dan yangmiskin tidak bisa dihindari. Bradley28 melakukan riset se-lama sepuluh tahun lebih untuk mengungkap fakta barutentang ketergantungan Orde Baru terhadap AS untuk mem-peroleh bantuan keuangan untuk konsolidasi kekauatan

Indonesia semakin kehilangan jati dirinya sebagai se-buah negara. Konsepsi ekonimi kapitalistik menjadi pilihan

27 ibid28 Kompas.22 Januari 2011

Page 37: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

31

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

kebijakan ekonomi itu sendiri. Sebagai sebuah negara,tentunya tidak dibenarkan jika Indonesia menutuip diridan tidak bekerjsama denga negara-negara lain, tetapi yangmenjadi permasalahan adalah ketika negara Indonesiatidak berani menolak kemauan dan kebijakan AS terutamamengenai ekonomi. Membendung arus globalisasi itu tidakmungkin dilakukan, tetapi menjual aset negara, memberi-kan SDA kita atas nama globaliasi ekonomi menjadi ancamanterhadap msa depan Indonesia itu sendiri. Oleh karena ituperlu dikaji secara serius mengenai pilihan dan konsepekonomi jika Indnesia mau bangkait dari keterbelakngan.

Globalisasi dan kesejahteraan sebagaimana diidamkansepertinya semakin tidak terbukti. Globalisasi ekonomi atauneoliberalisme ekonomi yang diyakini Fukuyama, Rostowdan para pendukungnya hanya menjadi mimpi besar.Tanda-tanda kegagalan mengenai ekonomi kapitalise atauneoliberalisme itu menjadi semakin nyata selama duadekade ini neoliberalisme gagal total dalam mendorongpertumbuhan ekonomi. Seorang ahli ekonomi UniversitasHavard, Dany Rodrik mengungkapkan kenyataan bahwasepanjang tahun 1999 an sebenarnya tidak terjadi pertum-buhan ekonomi sebagaimana yang digembar-gemborkanoleh para pendukung neoliberal. Ini bukti kuat yang me-nunjukkan kegagalan neoliberal.Hanya tiga negara yaituArgentina, Chili dan Uruguay yang mengalami pertum-buhan lebih cepat selama era neo liberal pada tahun 1990andibanding tingkat pertumbuhan rata-rata dalam dalamcatatan sejarah mereka selama intervensi pasar selama padatahun 1950-1980. Meskipun demikian, ekonomi Argentinameledak sejak saat itu, dengan efek yang mengahncurkannegara tetangganya yang lebih kecil, Uruguay. Ini sebagianbesar disebabkan oleh kegagalan kebijakan-kebijakaneoliberalnya. Dan kesuksesan di Chili sebagian dikaitkan

Page 38: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

32

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

dengan kebijakan non ortodoks sperti subsidi pemerintahuntuk industri ekspor tertetntu dan lebih penting lagipengawasan modal yang ketat selama perioe 1990an29

Mengurai Kebijakan PublikKebijakan publik menjadi sesuatu yang esensial dan

substansial bahkan fundamental. Karena hal ini me-nyangkut mengenai cara kita melihat dan memahamiterhadap tujuan dan cita-cita mengapa membentuk sebuahnegara. Cita-cita mendirikan negara itu tidak bisa dilepas-kan dengan prinsip-prinsip, filosofi, nilai-nilai dan ideologisebuah negara. Kemajuan sebuah negara sangat terkaitdengan ideologinya sebagai prinsif universal yang men-jamin akan kebutuhan dan kepentingan warga negaranya.Ideologi yang dianut oleh sebuah negara akan menjadireferensi utuh dan petunjuk (guideline) dalam melahirkansebuah produk politik yaitu sebuah kebijakan publik untukmenjawab dan memenuhi kebutuhan rakyat. Acapkalikebijakan yang lahir dari elit politik, tidak mencerminkanakan kebutuhan rakyat banyak, kita menyadari bahwa desainkebijakan yang lahir atas kompromi dan hasil negosiasipanjang para elit itu. Bahkan menjadi ambigu serta paradoxjika kebijakan itu menambarak dan mengabaikan hal-halyang sangat fundamental yaitu ideologi Negara. IdeologiNegara kita sangat jelas, bahwa kesejahteraan, kecerdasaandan kemajuan adalah cita-cita ideal sebuah Negara. Olehkarenanya, kebijakan itu mampu mengejawantahkanideologi dan filosofi Negara itu yang lebih operasional.

Rian Nugroho30 memberikan ulasan gamblang bahwakebijakan publik itu sama dengan hukum dalam arti luas.

29 Ha-Joon Chang dan Ilene Grabel.Membongkar Mitos Neolib, UpayaMerebut Kembali Makna Pembangunan.Yogyakarta: INSIST Press. 2004.

30 Rian Nugroho. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.Jakarta: Elex Media Kompetindo 2003.

Page 39: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

33

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Jadi sesuatu yang memaksa, UU Dasar 1945 BAB I tentangbentuk dan Kedaulatan pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwaNegara Indonesia itu Negara hukum. Kesepakatan nasionaltersebut diperkuat dalam penjelasan UUD 1945 pada sistempemerintahan Negara yang menyebutkan bahwa NegaraIndonesia berdasarkan hukum (Rechsstaat) tidak berdasar-kan kekuasaan belaka (machsstaat) dalam bentuk yang luasbahwa hukum itu adalah kebijakan publik dari tingkatyang paling tinggi. Aristoteles mengatakan bahwa konsepsinegara ideal negara hukum adalah Negara yang dekat ke-adilan. Bahkan tingkat yang paling dasar dapat dikatakanbahwa tujuan Negara akan tercapai apabila tercapai ke-adilan. Dalam tataran parksisnya, seringkali kesejahteraanmerupakan prioritas utama daripada keadilan.

Dua variabel di atas menjadi bahan refleksi bagi kitasemua mengenai apa yang dikatakan Aristoteles bahwakeadilan dan kesejahteraan itu menjadi prasyarat mutlakuntuk menggapai tujuan bernegara. Keadilan di republikini menjadi hal yang amat mahal harganya, hukum sebagaiinstrument menegakkan keadilan menjadi transaksi politikuntuk kepentingan segelintir orang saja. Jika keadilan ituditegakkan, barangkali kesejahteraan itu dengan sendiri-nya akan terwujud. Alih-alih keadilan dan keejahteraanitu menjadi prioritas negeri ini, justru yang seringkali di-rasakan oleh warga Negara adalah perlakukan sewenang-wenang, tindakan tidak manusiawi ketika berhadapandengan rakyat kecil. Menegakkan hukum menjadi dalil yangapologitik bagi Negara disaat pelanggaran itu dilakukan olehrakyat kecil. Tetapi hukum tidak berdaya ditegakkan jikayang membajak, melanggar, korup itu adalah orang-orangyang mampu membeli penegak hukum. Negeri ini tidakakan pernah sejahtera, jika keadilan hanya menjadi agendaelit yang enggan diteggakkan.

Page 40: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

34

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Berbagai bentuk kebijakan yang sering digulirkan olehNegara seringkali menggunakan logika untung rugi. Jikamenguntungkan bagi elit maka kebijakan itu diberlakukan,kebijakan publik bukan untuk publik bukan wacana baru,kebijakan publik dicitrakan untuk kepentingan publikmenjadi kostum politik bernegara bagi elit politik saat ini.Realitasnya jauh panggang dari api. Desain dan formulasikebijakan yang abai terhadap persoalan masyarakatsemakin menegaskan bahwa kebijakan hanya menjadi ritusyang tidak berorientasi pada penyelesaian masalah yangdihadapi oleh publik.

Thomas R Dye mengatakan bahwa kebijakan publiksegala sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa merekamelakukan dan hasil yang membuat kehidupan bersamatampil berbeda. Harold Laswell mendefinisikan sebagai suatuprogram yang diproyeksikan dengan tujuan tertentu, nilaitertentu. Carl Fredrik mendefinisikan sebagai serangkaiantindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, pemerintahdalam suatu lingkungan tertentu dengan ancaman danpeluang yang ada dimana kebijakan yang diusulkan ituditunjukan untuk memanfaatkan potensi 31

Robert Eyestone mengatakan bahwa kebijakan publikhubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya.Ricdhard Rose menawarkan sisi yang berbeda mengenaikebijakan publik. Kebijakan publik hendaknya dipahamisebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhu-bungan beserta konsekuensinya bagi mereka yang ber-sangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri.Bagi Anderson32 ada beberapa implikasi yang dihasilkanoleh kebijakan publik. Pertama titik perhatian kita dalam

31 Ibid32 Budi Winarno. Kebijakan Publik:Teori dan Proses. Yogyakarta: Media

Pressindo. 2007

Page 41: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

35

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

membicarakan kebijakan publik berorientasi pada maksudatau tujuan dan bukan perilaku serampangan. Kebijakanpublik secara luas dalam sistem politik modern bukansesuatu yang terjadi begitu saja melainkan direncanakanoleh aktor-aktor yang terlibat di dalam system politik. Keduakebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang di-lakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan ke-putusan-keputusan tersendiri. Suatu kebijakan mencakuptidak hanya keputusan untuk membuat undang-undangmengenai sesuatu hal, tetapi juga keputusan-keputusanbeserta dengan pelaksanaannya. Ketiga kebijakan adalahapa yang dilakukan pemerintah dalam mengatur perda-gangan, mengendalikan inflasi atu mempromosikan peru-mahan rakyat dan bukan apa yang diinginkan oleh pe-merintah. Keempat kebijakan publik mungkin dalam bentik-nya bersifat negatif positif. Secara positif, kebijakan men-cakup bentuk tindakan pemerintah yang jelas untuk mem-pengaruhi suatu masalah tertentu. Secara negatif kebijakanmungkin mencakup kebijakan-kebijakan pemerintah tetapitidak untuk mengambil tindakan dan tidak untuk melaku-kan sesuatu mengenai suatu persoalan yang memerlukanketerlibatan pemerimtah. Dengan kata lain, pemerintahdapat mengambil kebijakan untuk tidak campur tangandalam bidang-bidang umum maupun khusus. Kebijakauntuk tidak campur tangan mungkin mempunyai konse-kuensi-konsekuensi besar terhadap masyarakat ataukelompok-kelompok masyarakat. Dalam bentuknya yangpositif kebijakan public didasarkan pada undang-undangdan bersifat otoritatif. Anggota masyarakat mernerimasecara sah bahwa pajak harus dibayar dan undang-undangperkawinan harus dipatuhi. Pelanggaran terhadap undang-undang akan dikenai sanksi, dengan demikian kebijakanpublic itu bersifat memaksa ( coersif) dimana secara potensialsah dilakukan.

Page 42: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

36

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Dari berbagai pandangan dan para ahli di atas mengenaikebijakan publik, agar bisa membandingkan kebijakanpublik yang sering digunakan dan dilaksanakan olehNegara Indonesia.Tentunya menampilkan dan menghadir-kan mengenai model-model atau bentuk-bentuk kebijakanpublic menjadi salah satu pengkayaan terhadap makna,orientasi serta sasaran kebijakan publik itu sendiri. MenurutThomas R Dye ada sembilan model formulasi kebijakan:33

Beberapa model kebijakan sosial atau kebijakan publikdi atas menjadi sebuah perbadingan dengan realitas yangterjadi di Indonesia. Pelayanan sosial yang diterapkanadalah model yang bersifat kuratif, temporer, dan me-nyalahkan korban, kondisi ini tentunya menyalahi kon-sepsi dasar mengenai Negara kesejahteraan dimana pe-layanan sosial seperti pelayanan sosial kesehatan, pen-didikan sepenuhnya tanggungjawab negara. Asuransi ke-sehatan bagi orang miskin (ASKESKIN) Jaminan kesehatanbagi orang miskin (Jamkesmas) dan bantuan operasionalsekolah (BOS) adalah wujud kebijakan residualistik yangrentan dan tidak memiliki kepastian-keberlanjutan me-ngenai kebijakan ini. Tragisnya, implementasi di lapanganseringkali pelaksanaan JAMKESMAS menemukan banyakmasalah. Pelayanan setengah hati bagi rumah sakit, Pus-kesmas terhadap warga miskin yang memiliki jamkesmasdinilai kurang maksimal dan prima bagi orang miskin.Halini terbukti manakala orang miskin mau berobat denganmenggunakan jamkesmas harus berhadapan dengantembok birokrasi yang berbelit-belit, pelayanan cepat,tanggap dan mendahulukan kepentingan pasien seolahhanya hanya ada dalam kode etik yang tidak aplikatif.Bukan rahasia lagi bahwa pelayanan dibidang kesehatanakan baik dan prima manakala pasien memiliki kocek tebal.

33 Op Cit

Page 43: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

37

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Begitu pula dengan BOS, pada tataran praksisnya adalahbahwa di lapangan ini banyak menemukan kendala.

Kebijakan residualistik menjadi tren republik ini.Dimana pada gilirannya kebijakan tersebut sangat rentandengan selera penguasa yang bersifat personal dan tentatif.Pilihan kebijakan model ini lebih berdeminsi shock terapipublik untuk menekan sikap reaktif publik disaat negaramenerapkan kebijakan yang melawan arus dan cenderungmerugikan publik. Tentunya pilihan kebijakan yang risi-dualistik ini tidak bisa dilepaskan dengan ideologi kon-servatif yang enggan menerima perubahan. Kebijakan inidilakukan lantaran individu tidak lagi bisa memenuhi ke-butuhan sosialnya oleh institusi keluarga maupun pasar.Bahkan emergensi menjadi alasan kuat pemberian pe-layanan sosial. Individu adalah orang yang bertanggung-jawab penuh terhadap persoalan kesejahteraannya sendiri.Inilah potret nyata mengenai ideologi neoliberalisme bahwaNegara tidak perlu mengurusi tetek bengik persoalan pe-layanan sosial terhadap individu-individu itu. Membiarkanindividu berkompetisi secara sehat untuk meraih kesejah-teraan merupakan proyeksi utama ideologi kapitalistik ini.

Dalam tataran praksisnya, kebijakan pelayanan sosialyang seringkali dilakukan oleh negara semakin menegas-kan akan ketidakseriusan negara untuk mensejahterakanrakyat. Hal ini terbukti dengan adanya Bantuan LangsungMasyarakat (BLT), dimana kebijakan ini dilakukan olehpemerintah untuk memberikan kompensasi atas naiknyaharga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sementara diduniapendidikan muncul kebijakan Biaya Operasional Sekolah(BOS) dimana pada pelaksanaanya banyak masalah. JikaNegara konsisten dengan mandat rakyat bahwa kesejah-teraan masyarakat adalah yang paling mendasar dan sub-stansial, mengapa kebijakan tentatif, residualistik menjadi

Page 44: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

38

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

pilihan kebijakan? Inilah yang menjadi pertanyaan besarkita tentang model pilihan kebijakan pemerintah.

Dalam perspektif yang lain bahwa pendekatan resi-duliastik seringkali menyalahkan korban, atau blaming thevictim approach,34 indvidulah yang harus bertantanggung-jawab pada nasib dan masadepannya sendiri. Lebih tragisindividu dinilai sebagai pasien yang tidak mampu menye-suaikan diri, bahkan individu dinilai menyimpang

Ketidakseriusan negara dalam mensejahterakan rakyatsemakin tidak bisa ditepis, iktikad baik tentunya tercermindari pilihan kebijakan yang diterapkan oleh Negara. Ke-bijakan yang bersifat institusional dalam mengatasi per-soalan sosial, baik pendidikan, kesehatan maupun kemis-kinan yang sejatinya tanggungjawab negara. Tentunyadua model kebijakan sosial seperti residual dan institusionalitu memiliki argumentasi tersendiri, tetapi jika negarakonsisten dengan konstitusi maka pilihan kebijakan se-bagai derivasi sebuah ideologi negara, maka menempatkanpelayanan sosial sebagai hak setiap warga negara tidakbisa dibantah.

Ada beberapa model kebijakan publik dalam negarakesejahteraan. Tentunya ini menjadi salah satu alternatifbahwa kesejahteraan rakyat bisa terpenuhi secara cepatdan tepat manakala beberapa kebijakan publik itu direa-lisasikan sebagai bagian dari tanggungjawab negara untukmensejahterakan rakyatnya. Karena negara merupakanrepresentasi dari komunitas, ragam kepentingan, sehinggaperan-peran regulasi itu mampu dimainkan oleh negara,bukan negara yang harus dipermainkan oleh pasar dimanapada gilirannya untung rugi dan akumulasi modal men-

34 Edi Soeharto. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.Bandung: Refika Aditama 2005.

Page 45: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

39

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

jadi tujuan utamanya. Ada beberapa model kebijakan yangharus dikembangkan dalam negara kesejahteraan

Pertama, tanggungjawab negara adalah menciptakanlapangan pekerjaan. Kiranya elit politik pada momentumPEMILU sebagai ritualisasi suksesi kepemimpian, baikpusat maupun para elit politik, baik eskutif dan legislatifpusat dan daerah seringkali membuka lapangan pekerjaan,meningkatkan kesejahteraan rakyat menjadi janji para elityang dinilai jitu untuk meraup dukungan rakyat, walau-pun pada hakekatnya adalah bahwa janji hanyalah janjiyang sulit dibuktikan kebenarannya. Rakyat seringkalidiibaratkan tukang dorong mobil yang mogok. Sopir mobilitu minta tolong dibantu untuk mendorong mobil tersebut,tetapi setelah mobilnya berjalan sopir itu melambaikantangan kepada orang yang mendorong tadi. Itulah kira-kira, gambaran watak para politisi yang seringkali menjadi-kan rakyat sebagai komoditas politik, dibutuhkan saat adaperlunya saja.

Kenyataannya membuka lapangan pekerjaan sebagai-mana yang dijanjikan oleh negara ibarat mengukir di atasair. Jumlah pengangguran setiap tahunnya tidak bisa di-bendung, baik penganggutan akademik yang memilikiijazah SD-SMA-D1, D II dan S1 semakin menegaskan bahwaNegara ini gagal memenuhi janji dan fungsinya. Bahkanterlepas, angka pemburu kerja melalui PNS pada tahun 2010mencapai 7.936 pelamar yang akan merebut 215 lowonganCPNS. 67 dibidang kesehatan, 48 dibidang teknis 100dibidang pendidikan itu yang ada di Kabupaten Malang.Sementara di Kota Surabaya para pelamar CPNS mencapai5.838 yang akan memperebutkan 340 lowonmgan CPNSSurabaya, (Kompas 11/12/10).35

35 Kompas 11/12/10 di akses pada 22 Januari 2011

Page 46: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

40

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Fenomena di atas sedikit mendeskripsikan mengenaibanykanya masyarakat yang masih menganggur, tidakmemiliki pekerjaan tatap adalah menjadi akar lahirnyakemiskinan. Kesejahteraan sebagai hak asasi setiap wargaNegara harus dipenuhi oleh Negara, jika tidak maka ke-kerasan, konflik bahkan konflik sosial baik horizontal mau-pun vertikal akan mudah meledak lantaran Negara tidakmampu mensejahterakan rakyatnya melalui kebijakan-kebijakan yang pro orang susah.

Kedua, dalam negara kesejahteraan, membangun modalsosial sebagai pilar mencapai kesejahteraan masyarakatadalah menjadi kebutuhan utama. Indonesia, merupakanNegara yang memiliki modal sosial yang amat rendah. Halini terbukti gesekan social yang kerap terjadi baik secaravertikal dan horizontal mencermikan bahwa modal socialyang harus didorong oleh negara yang berperan sebagairegulator tak mampu direalisasikan. Alih-alih negara akanmembangun dan mengembangkan modal social dimasya-rakat yang multi-kompleks, baik ras, etnis, agama dan kelas-kelas sosial ekonomi, justru yang seringkali terjadi adalahnegara memicu ketegangan sosial, konflik sosial. Rendah-nya kepercayaan publik terhadap negara lantaran negaradinilai gagal mensejahterakan rakyatnya.

Secara defenitif, konsepsi modal sosial dipopulerkanoleh Robert Putnam. Baginya, modal sosial adalah corak-corak organisasi social, seperti kepercayaan, norma-normadan jaringan-jaringan yang dapat menyempurnakanefesiensi masyarakat dengan memfasilitasi aksi-aksi yangterkordinasi36. Lunturnya etika sosial, modal sosial yangakhir-akhir ini semakin ada pada titik nadir karena paraelit politik dan peneyelenggara Negara disibukkan dengan

36 John Field. Modal sosial. Medan: Bina Media Perintis 2005

Page 47: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

41

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

upaya pelanggengan kekuasaan temporal tanpa memikir-kan nasib rakyatnya.

Ketiga memobilisasi modal sosial, mendorong danmengupayakan terjadinya harmoni sosial menjadi salahsatu tanggungjawab Negara. Adanya ruang yang samadan perlakuan yang sama terhadap komunitas sosial yangdalam masyarakat harus diatur dan dikelola oleh negara .

Keempat, ekonomi kerakyatan adalah cita-cita parapendiri bangsa ini. Kemandirian dibidang ekonomi menjadipenting untuk keluar dari hegemoni negara adidaya. Ke-daulatan negara dalam bidang ekonomi menjadi kebutuhandan jawaban di tengah terkungkungnya kekuatan globali-sasi yang tidak bisa kita hindari. Oleh karena mencari for-mula agar perekonomian nasional ini tidak hanya ber-orientasi kepada indeks pendapatan perkapita sebagai tun-tutan ekonomi makro tetapi abai akan kebutuhan rakyatkecil. Inilah kekhwatiran yang dirasakan oleh Adi Sasonoyang mengatakan bahwa perekonomi nasional yang ber-orientasi kepada kerakyatan merupakan derivasi dari pahamkebangsaan dan kerakyatan.37

37 Adi Sasono. Rakyat Bangkit Bangun Martabat. Jakarta: Pustaka Alfabet.2008. Ekonomi rakyat adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan orangbanyak dengan skala kecil-kecil dan bukan kegiatan ekonomi yang dikuasaibeberapa orang dengan perusahaan dan skala besar. Dalam perspektif yanglain( Krisnamurti,2000) mengatakan bahwa ekonomi rakyat adalah ekonomidari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dari rakyat adalah kegiatan ekonomiitu berkaitan dengan penguasaan rakyat dan aksebtablitas terhadap sumberdaya ekonomi. Rakyat memiliki kedaulatan penuh untuk mengusai danmemiliki hak atas sumber daya untuk mendukung kegiatan produktif dankonsumtifnya. Dalam hal ini sumber daya ekonomi adalah segala sumberdaya yang dapat digunakan untuk menjalankan penghidupan, baik sumberdaya alam, modal, tenaga kerja, keterampilan, pengetahuan juga sumberdaya sosial,jaringan, dan informasi. Oleh rakyat adalah brarti proses produksidan konsumsi dilakukan dan diputuskan rakyat. Rakyat memiliki hak ataspengelolaan ast produktif dan konsumtif tersebut. Rakyat memiliki alter-native untuk neniih dan menentukan sistem pemanfataan, seperti berapabanyak jumlah yang harus dimanfaatkan, siapa yang memanfaatkan,bagaimana proses pemanfataannya, bagaimana menjaga kelestarian bagiproses pemanfataannya. Sedangkan untuk rakyat adalah berarti banyakrakyat merupakan beneficiaries dari setiap kegiatan produksi dan konsumsi.Rakyat menerima manfaat, dan indikator kemanfataan adalah kepentinganrakyat

Page 48: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

42

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Kedaultan rakyat sebagai pelaku eknomi harus difasili-tasi oleh negara, negara menjadi fasilitator (anabler) bukanmenjadi penyedia (provider) yang berkaitan dengan kesejah-teraan dan kemandirian rakyat dalam bidang ekonomi.Selama ini, rakyat hanya menjadi penonton bahkan men-jadi budak dalam mengelola sumberdaya alam. Maka dalamkonteks kesejahtearaan yang menikmati adalah bukanrakyat itu sendiri, walaupun rakyat berdomisili dimanasumber daya Alam (SDA) itu dikuras dengan dalih untukmenambah pendapatan negara. Inilah pengingkaran yangdilakukan negara terhadap konstitusi negara.

Sejatinya adalah negara harus memfasilitasi dan mem-bina keberadaan UMKM. Sebagai jalan alternatif untukkemandirian dibidang ekonomi maka keberadaan UMKMmenjadi penting. Oleh karena itu, negara memberikanjaminan terhadap warga nnegara utamanya warga miskinuntuk mengakses tembahan modal terhadap lembaga ke-uangan yang ada. selama ini akses untuk mendapatkanpenambahan modal bagi masyarakat miskin sangat sulit,bahkan lembaga keuangan cenderung apriori terhadapwarga (miskin) untuk memberi pinjaman. Bahkan, anekasyarat menjadi ketentuan dan kreteria apah layak dibebripinjaman atau tidak oleh lembaga keuangan itu. Praktisnyaadalah bahwa warga miskin menjadi warga negara yangdipandang sebelah mata oleh lembaga keuangan yang ada.Jika ini dibiarkan berlarut-larut, dan negara tidak melaku-kan intervensi, maka ekonomi kerakyatan akan menjadimimpi yang tidak kunjung nyata

Munculnya usaha-usaha mikro masyarakat justru me-ngurangi beban negara untuk membuka lapangan pekerja-an disektor formal. Angka pengangguran semakin ber-kurang jika sektor-sektor informal itu didesain secara baik.negara memberi payung hukum untuk memberikan per-

Page 49: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

43

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

lindungan dan jaminan keamanan terhadap sektor-sektorinformal ini.akses pemberian kredit semakin mudah utama-nya bagi masyarakat miskin. Akan tetapi seringkali kitalihat bahwa sektor informal terutaman mengenai pedagangkaki lima (PKL) ini justru dinilai mengganggu keindahanKota. Dengan dalih keindahan Kota, seringkali para pe-dagang kaki lima menjadi korban. Tetapi di sisi lain, negarajustru mengakomodasi pasar modern seperti Alfa Mart,Indomart, sebagai penyokong neoliberalisme yang mem-bunuh eksistesi pasar tradisional sebagai lahan masyarakatkecil. Inilah kedzaliman nyata yang dilakukan negara ke-pada warganya sendiri.

Tetapi di sisi lain, sikap masyarakat yang semakin per-misif dan pragmatis mengamini dengan apa yang dilaku-kan oleh negara. Munculnya pasar yang menyediakancepat saji, menjadi alat konsumsi baru bagi masyarakaatsaat ini. Mcdonaldisasi menjadi cermin nyata bagi perilakukonsumtif mayarakat. Karya monumental Ritzer mengenaiMcDnonaldisasi sebagai kaki tangan neoliberalisme sulitkita bendung38. Realitas ini tidak bisa kita hindari, bahkanMcDnonaldisasi semakin menjamur memasuki daerah-daerah pedesaan. Pelan tapi pasti ini akan membunuhkeberadaan pasar tradisional.

Apa yang mesti dilakukan oleh Negara yang memilikifungsi regulasi menyikapi fenomena tersebut. Alasan yangpasti kita dapat adalah bahwa yang penting ada pemasukanterhadap kas-kas negara walaupun di sisi lain harus mem-bunuh mata pencaharian rakyat kecil. Lagi-lagi ini memangtujuan dasar bagi ekonmi kapitalistik, negara jangan ter-lalu ikut andil dalam mengatur pasar. Biarlah pasar secaramandiri berkompetisi terbuka antar individu untuk meraih

38 Gergi Ritzer-Douglas J Goodman.Teori Sosiologi Modern. Jakarta:Kencana Prenada Group.Edisi Keenam. 2008

Page 50: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

44

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

keuntungan dan laba sebanyak-banyaknya. Dimana padagilirannya kesejahteraan dan kemakmuran itu bukan lagimenjadi tanggungjawab negara, tetapi menjadi hak indi-vidu yang berani bersaing dan menang dalam persaingantersebut.

Manifesto Politik KesejahteraanDalam sejarahnya, politik seringkali memiliki makna

peyoratif. Tentunya makna itu tidak lahir dari ruang yanghampa. Cita-cita politik tidak sepadan dengan realitas politikyang cenderung menghalalkan segala cara. Esktremnyaadalah politik lekat dengan hal yang berbau kotor, eskploi-tatif, diskriminatif. Maka amat wajar manakala realitaspolitik itu kemudian dijadikan makna dan tujuan hakiki-nya politik itu sendiri.

Politik sebangun dengan kekuasaan menjadi mutlakadanya. Politik tanpa kekuasaan adalah nonsens. Bahkandalam adagium politik tidak ada kawan sejati, tidak adalawan sejati yang ada adalah kepentingan sejati. Jika se-pintas kita maknai bahwa politik memang tercerabut darinilai-nilai yang mengutamakan kepentingan publik. Politikterjebak dengan apa yang dikatakan Harold Laswell39 Whogets What, When and How politik dagang sapi, transaksionalmenjadi perangai elit politik. Tidak bisa dipisahkan bahwaperilaku politik itu menjadi bagian dari manefestasi dariideologi partai politik itu sendiri. Walaupun banyak ka-langan menilai bahwa wajah partai politik saat ini, ideologipartai politik ini hanya menjadi simbol semata yang tidakmenjadi ruh gerakan dalam aktivitas politiknya.

Joseph Schumpeter mengatakan bahwa hakekat partaipolitik memiliki kesamaan dalam tujuan umunya yaitu the

39 Michael Rush dan Philip Althoff.Pengantar Sosiologi Politik.Jakarta:Raja Grafindo Persada.2008.

Page 51: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

45

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

first and foremost aim of each political party is to prevail over toothers in order to get into power or to stay in it. Berdasarkanpendapat schumpeter ini bisa diketahui bahwa secaraprinsipil dalam setiap definisi partai politik akan ditemukankekuasaan (jabatan publik) sebagai tjuan umum yangdimiliki oleh setiap partai politik dimanapun, ketika melaku-kan aktivitasnya baik formal maupun nonformal40

Leon D Epstein mengatakan bahwa Political party isany group, however loosely organized, seeking to elect govermentaloffice holders under given label ( setiap kelompok-kelompok,meskipun terorganisasis ecara sederhana yang bertujaununtuk mendapatkan jabatan publik dalam pemerintahandengan identitas-identitas tertentu. Jean Blondel lebihkomprehensif mendefinisikan partai poilitik sebagai politicalparties as groups whose membership is open and which are concernedwith the whole spectrum of matters wich the polity faces (partaipolitik didefinisikan sebagai kelompok-kelompok dengansistem keanggoataan yang terbuka dan yang mefokuskankegiatannya pada seluruh spektrum dari sisi negara)41

Pragmatisme politik menjadi pilihan para elit politikNegeri ini. Ideologi sebagai langgam, entitas perjuanganluluh dan tidak berdaya berhadapan dengan kekuasaansesaat. Partai politik sebagai instrumen penting dalam pilardemokrasi justru menjadi ancaman bagi tegaknya demo-kratisasi itu sendiri. Demokrasi yang memberi ruang parti-sipasi masyarakat, keadilan sosial, kesejahteraan seolahjauh panggang dari api. Hal ini terjadi karena partai politikgagal bahkan menjadi biang persoalan lahirnya demokrasi.Desain demokrasi para elit hanya menjadi lips service tidakmemiliki makna yang sebenarnya. Elit politik mendesainkebijakan seolah-seolah partisipatif, pro rakyat berpijak

40 Ibid41 ibid

Page 52: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

46

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

pada keadilan. Padahal, semua itu hanya dalam rangkamengibuli rakyat, agar terkesan transparan,partisipatif dandemokratis

Proseduralistik dan terkesan menjadi ritual demokrasi,manakala partai politik tidak lagi berdiri kokoh di atasideologi partai sebagai garis perjuangannya. Ideologi baiknasionalis-maupun yang mengusung religius sebagai ba-sis gerakan dan ideologi partai tidak berimpilkasi terhadaporientasi dalam berpolitik. Muaranya adalah sama, yaitupragmatisme politik. Kekuasan menjadi pesona para elitpartai politik yang abai terhadap rakyat. partai politik tidaklagi mampu mengartikulasikan dan mengagregasikanmasalah sosial yang dihadapi oleh rakyat..

Paradigma politikAda keselahan berpikir dalam memaknai mengenai

esensi dan orientasi politik. Politik dinilai memiliki kebe-naran tunggal yang menilai bahwa politik itu adalah identikdengan kekuasaan. Anggapan ini tentunya menciderai hakdasar setiap warga Negara yang melekat dalam dirinya se-bagai mahluk politik. Bahkan, politik seringkali dipadan-kan dengan kekuasaan, tentunya anggapan ini sah-sahsaja, penyempitan makna ini pada gilirannya berimplikasinegatif pada cita-cita politik itu sendiri. Jika politik hanyasebatas ada pada kekuasaan, maka praktik politik initentunya identik dengan orang, kelompok yang memilikikekuasaan. Padahal politik itu tidak sesempit itu, aktivitasyang berkaitan dengan responsifitas terhadap isu publikadalah bagian dari aktivitas politik. Paradigma politik se-ruang dengan kekuasaan adalah fakta politik yang tidakbisa kita bantah, tetapi jika politik mutlak sepadan denganperebutan kekuasaan perlu dikaji secara cermat. Implikasi-nya adalah bahwa yang berhak terlibat dalam urusan

Page 53: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

47

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

politik adalah legislatif, ekskutif dan para simpatisan partaipolitik. Orang yang berada dalam lingkaran luar sistemtersebut dinilai kurang afdhal mengurusi persoalan politik.Anggapan ini sudah menjadi mainstream dalam masyarakat.Urusan politik adalah urusan elit, bukan urusan rakyat

Memposisikan politik sebagai domain elit politik yangmemiliki keleluasaaan mengenai Negara perlu dikaji ulang.Hal ini senada dengan apa yang dipikirkan oleh Bluntschli,bahwa politik itu adalah ilmu yang memusatkan perhatian-nya pada Negara 42. Dalam konteks ini, persoalan politik tidakhanya menjadi domain elit politik yang ada dalam sistemkekuasaan. Dan pada gilirannya rakyat hanya menjadikonsumsi dan komuditas politik kekuasaan para elit.

Ada beberapa catatan penting yang perlu menjadikajian serius mengenai politik. Sehingga masyarakat tidaklagi acuh bahkan tidak perduli dengan persoalan yangberkaitan dengan politik. Seringkali, politik memilikimakna peyoratif, politik itu dinilai kotor, tipu-menipu,eksploitatif dan sederet makna negatif melekat pada politik.Oleh karena itu, kita perlu mendorong dan mengembalikanmakna dan orientasi hakikinya politik itu sendiri. Paraaktivis penggiat sosial politik dan lembaga-lembaga sosial/NGO merupakan faktor pwnting untuk melakukan pen-didikan politik kepada rakyat. Gagalnya partai politik me-lakukan pendidikan politik, dan megartikulasikan anekapersoalan sosial berdampak pada buruknya realitas politikNegeri ini. Perilaku partai politik dan elit politiknya telahingkar pada identitas dan cita-cita politiknya untuk men-sejaterakan rakyat. Partai politik sebagai instrumen per-juangan dalam mengaggreasikan persoalan rakyat tidaklagi menjadi harapan yang mengembirakan bagi rakyat

42 Deden Faturrahman dan Wawan Sobari. Pengantar Ilmu Politik. Malang:UMM Press. 2004

Page 54: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

48

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

yang memberikan mandat pada pundaknya. Yang terjadiadalah janji politik untuk mensejahterakan rakyat yangseringkali disampaikan. Buktinya, sampai sekarang angkakemiskinan, kerentanan dan keterbelakangan menjadipototret buram Negeri ini.

Tidak berlebihan jika sebagian kalangan dan tokoh ,penggiat sosial menilai bahwa negeri ini berada pada titiknadir. Ungkapan Syafi’i Ma’arif andaikan dalam agamadiajarkan pesimis, saya orang pertama yang sangat pesimismelihat masa depan negeri ini. Ungkapan ini tentunya me-miliki makna yang amat dalam mengingat realitas Negeriini mental dan moralitas politik tak sedikitpun memilikikomitmen untuk mensejahterkan rakyatnya. Harus adalagkah nyata yang harus dilaukan oleh negara jika kesejah-teraan dan kemakmuran serta kecerdasan sebagaimanadiamanahkan dalam UU 45 aka terwujud.

Sepintas kita melihat, bahwa carut marutnya persoalanNegeri ini karena rendahnya dan kaburnya moralitas politikyang kemudian berimplikasi pada proses-proses politikdalam pembuatan kebijakan. Sudah bukan rahasia umumbahwa realitas politik saat ini adalah politik barter. Politikjangka pendek hanya untuk menguntungkan dan menye-lamatkan kepentingan partai dan kelompoknya. Akhirnyaadalah kesejahteraan rakyat hanya menjadi konsumsi publikyang tidak kunjung tiba. Jika serius Negara dan elit politikini untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejah-teraan dan mencerdaskan anak bangsa, maka pilihan politik-nya adalah politik yang berorientasi pada kemaslahatanpublik, tidak sekadar pelanggengan kekuasaan semata.

Politik KesejahteraanKesan yang tampak saat kita mendiskusikan istilah

politik, maka pikiran yang ada dalam benak kita adalah

Page 55: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

49

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

menghalakan segala cara itu dalam meraih kekuasaan.Striotipe yang terlanjur melakat ini mau tidak mau harusdirubah. Politik bukan masalah eksploitasi publik, tetapipolitik sebagai instrumen ampuh untuk menuju masya-rakat sejahtera. Hal ini akan terjadi manakala politik itudiikhtiarkan demi kepentingan publik. Masyarakat sudahmafhum bahwa politik itu adalah seni membuat sesuatuyang tidak mungkin menjadi mungkin. Tujuan dari bangsaIndonesia yang diamanatkan dalam UU 45 adalah men-ciptakan kemakmuran bagis seluruh rakytanya.

Kesejahteraan, keadilan sosial dan penegakan hukumakan menjadi mimpi buruk bagi bangsa ini jika politik itutidak bermuara pada desain kebijakan publik yang ber-tumpu pada kebutuhan dan kepentingan publik. Makapilihannya adalah bagaina partai politik itu mampu meng-artikulasikan aneka masalah publik dalam proses peru-musan kebijakan publik. Dimana pada gilirannya kebijakanyang dilahirkan itu mampu menerjemahkan kebutuhanrakyat.

Produk kebijakan yang dilahirkan oleh elit politik baikekskutif dan legislatif sejauh yang tampak adalah lebih padakebijakan yang hanya mengakomodasi persolan yang tidakmenjadi kebutuhan dasar bagi rakyat. banyaknya angkapengangguran, kemiskinan yang kian hari semakin men-jamur, begittui juga dengan pengenakan hukum Negeriini. Realitas ini semakin mengukuhkan dan menegegaskanbahwa politik kebijakan publik seolah hanya menjadiagenda elit yang tidak aplikatif. Selama elit politik tidakmemiliki political wiil untuk melahirkan kebiijakan publik.

Thomas R Dye kiranya sudah populis dikalangan pe-mikir sosial politik dan kebijakan publik. Dye mengatakanbahwa kebijakan publik itu adalah apapun yang dipiliholeh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilaku-

Page 56: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

50

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

kan43sementara James Anderson mengatakan bahwa ke-bijakan itu adalah arah tindakan yang mempunyai maksudyang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktordalam mengatasi masalah atau suatu persoalan44

Merujuk dengan apa yang disampaikan oleh Andersonbahwa manakala elit politik yang perilaku serta moralitaspolitiknya itu bertumpu pada kepentingan pribadi dan ke-lompoknya semata. Maka produk kebijakan yang dilahir-kan bisa dipastikan akan mengabaikan akan persoalanmasyarakat. Begitu juga sebaliknya, jika nurani para elitpolitik yang memiliki kewanangan dalam mendesain danmelahirkan kebijakan itu yang menjadi dasar dalam mem-buat kebijakan, maka kemaslahatan publik dan ksejahtera-an masyarakat tidak hanya menjadi cerita. Tetapi bisa di-buktikan kepada publik secara nyata.

Buruknya pelayanan disektor publik yang dilakukanoleh Negara tidak lepas dari ideologi Negara. Negara yangkerapkali absen dalam pelayanan publik, bahkan realitas-nya adalah bahwa pelayanan publik dipasrahkan terhadapsektor swasta. Inilah pengingkaran nyata yang dilakukanoleh Negara. Kebijakan publik dan pelayanan publik sebagaiimplikasi dan derivasi dari ideologi Negara yang padapraktiknya menganut neoliberalisme ketimbang demokrasisosial. Maka pada gilarannya, pelayanan sosial itu dikotak-kotakkan. Penanganan masalah sosial dalam konteks ke-bijakan sosial jika dilihat dari ruang lingkupnya adalahbersifat selektifitas, dimana kemiskinan, dan penangananmasalah sosial hanya diberikan kepada yang membutuh-kan saja. Sementara model universal adalah bahwa pe-layanan sosial diberikan terhadap setiap warga negaratanpa memilah-milah dan mengkategorikan warga negara.

43 Op Cit44 Ibid

Page 57: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

51

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Model universal inilah yang menjadi dasar bagi negarakesejahteraan sosial yang digagas oleh Beatrice SydneyWebb dan Sir William Beveridge di Inggris selepas perangdunia II

Pengingkaran ideologi Negara terhadap UU semakinmenegaskan keacuhan negara untuk mengurusi problemsosial yang melanda jutaan rakyatnya. Pengingkaran nyataterhadap mandat yang diberikan rakyat manakala negaratidak mampu menerjemahkan dan memenuhi kebutuhanrakyat sebagai pemegang tertinggi kedaulatan. Tragisnyaadalah, rendahnya political will elit partai politik semakintenggelam dalam pusaran pragmatisme politik dagang sapiyang menjadikan rakyat sebagaidaganga politik demi ke-langgengan kekuasaan.fenomena ini semakin mengeaskandengan apa yang dikatakan Ian Adam bahwa posisi ideologibelum menjadi doktrin yang membimbing tindakan politik,idealitas-idealitas yang mesti diyakini sebagai “iman”politik tujuan yang hendak dicapai,alasan yang hal harusdiperjuangkan dan visi tentang masyarakat terbaik yangniscaya diwujudkan.45

Ian Adam mengistilah iman politik sebagai mediummencapai masyarakat yang baik, masyarakat sejahtera.Oleh karena itu, terhambatnya kesejahteraan masyarakat,menjamurnya angka kemiskinan itu, membludaknya angkapengangguran disebahkan karena rapuhnya iman politikbagi politis dan elit politik Negeri ini. Ideologi politik bagipartai politik baik Islam-nasionalis atau gabungan antaraIslam dan nasionalis atau nasionalis-relegius dalam perangaipolitinya tidak sedikitpun mencerminkan akan keberpiha-kan kepada rakyat. Kebijakan yang dilahirkan oleh elitpolitik yang berlatar belakang ideologi islam dan nasionalis

45 Of Cit.hal viii

Page 58: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

52

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

sama saja. Mengabdi kepada pragmatisme politik dan politikdagang sapi menembus sekat dan ruang batas-batas ideologi,akhirnya mengamankan kekuasaan dan demi kekuasaanan sich menjadi jalan tunggal bagi seluruh partai politikdan elit politik saat ini.

Kiranya,masih segar dalam ingatan kita, pada peng-hujung kepemimpinan Megawati, Indonesia akhirnya me-nerbitkan Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 yangmengatur Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). SJSNini tidak sekadar payung hukum, melainkan merupakaninti, tujuan dan sekaligus alat negara untuk mewujudkankesejahteraan rakyat meliputi(i) jaminan kesehatan (ii)kecelakaan kerja (iii) jaminan hari tua (iv). Jika negara iniserius untuk mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya,kenapa mandat SJSN tidak ditindaklanjuti dalam bentukperundang-perundangan dalam bentuk petunjuk pelak-sanaan?. Ini semakin menunjukkkan negara hanya sebataslips servis dalam mewujudkan percepatan kesejahteraanrakyat. Buktinya negara miskin seperti Sri Lanka dan Gabonmampu. Vietnam yang 10 tahun lalu belajar mengenaiasuransi sosial terhadap Indonenesia telah menerapkanSJSN46

Sekali lagi negara dan elit politik negeri ini memaangtidak serius mengurusi kesejahteraan masyarakat.berbagaialasan yang disampaikan oleh negara mengenai ragammasalah sosial yang tidak kunjung selesai adalah sebagaialibi semata. Ideologi negara telah digadaikan oleh elitpolitik Negeri ini terhadap kepentingan kapital. Pengabdi-an yang abagi bagi negara terhadap kapital menjadi alasanutama agar tampuk kekuasaan yang digenggamnya takmudah dilepas. Maka pada gilirannya kepasrahan secara

46 Imam Cahyono. Obamacare VS Yudhoyonocare. Kompas 20/11/10

Page 59: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

53

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

totalitas terhadap pemilik modal menjadi alat yang efektifdemi panggung kekuasaan tidak direcoki oleh pemodal itu.

Implikasinya adalah negara dan elit politik ketikamemproduk UU yang dilahirkan hanya menjadi ritus yangtidak menjadi jawaban akan persoalan negeri ini, bahkanmanakala proses pembuatan UU, elit politik disusupi olehpredator politik demi keuntungan pribadinya. Realitasinilah yang telah menggurita di negeri ini. Moralitas politikitu runtuh lantaran elit politik hanya menjadi aktor bagiinvestor politik, pemodal politik, tidak adanya kemandiriandan keteguhan dalam politik gerakan oleh elit politik karenaharus menghamba kepada bos-bos politik itu. Ada ke-kuatan yang dahsyat yang mengatur elit politik itu. Ke-nyataan ini ditegaskan oleh Fred J Cook dalam bukunyaPolitical Bosses And Machince (1973). Istilah bosisme itu tidaklepas dari sejarah panjang demokrasi politik AmerikaSerikat dimana pada perjalanannya bosisme politik semakinmendera dan mensandera negeri ini.47

Sangat tidak mungkin produk legislasi yang dilahir-kan akan memihak kepada rakyat. Perselingkuhan elitpolitik dengan bos politik ini karena berpolitik semata-matahanya persoalan kekuasaan yang abai terhadap mandatyang diemban untuk memperjuangangkan rakyat. Alih-alih akan berjuang sekuat tenaga dan pikiran untuk kepen-tingan rakyat, justru politisi kita berjuang semata-matasebagai balas jasa terhadap investor politik, diperparah lagiakumulasi modal menjadi alasan yang logis karena ongkospolitik meraih kekuasaan bukan hal yang murah. Transaksipolitik inilah yang menjadi emberio politik pragmatis yangsulit dihindari. Tampaknya apa yang dikhawatirkan olehJosefh Scumpter ( 1942) yang resah dengan batasan klasik

47 Alfan Alfian. Demokrasi Pilihan Aku, Warna Warni Politik Kita. Malang:Intrans Publising.2009.

Page 60: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

54

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

mengenai politik sebagai struktur nilai yang mendasarkanvisi dan misi pada postulat moral. Scumpter sendiri me-ragukan kandungan moral ketika ia melihat politik sebagaipasar yang sekadar meraup keuntungan48

48 Boni Hargen. Politisi (bukan) Politisi. Kompas 17 desember 2010

Page 61: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

55

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimanadiamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, didesainsebagai Negara Kesejahteraan (welfare state). Negara Ke-sejahteraan (welfare state) secara singkat didefinisikan se-bagai suatu negara dimana pemerintahan negara dianggapbertanggung jawab dalam menjamin standar kesejahteraanhidup minimum bagi setiap warga negaranya.

Untuk mendukung perwujudan negara kesejahteraan,maka diperlukan kebijakan sosial. Menurut Suharto (2007),kebijakan sosial adalah ‘anak kandung’ paham negarakesejahteraan (welfare state). Sebagai suatu kebijakan publikdi bidang kesejahteraan sosial, kebijakan sosial menunjukpada seperangkat kewajiban negara (state obligation) untukmelindungi dan memberikan pelayanan dasar terhadapwarganya. Pemenuhan kebutuhan hidup minimum, pen-didikan dasar, perawatan kesehatan dasar, dan perlin-

Kebijakan Sosialdalam Mewujudkan

Negara Kesejahteraan

... Bagian Kedua

Page 62: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

56

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

dungan sosial terhadap kelompok-kelompok rentan adalahbeberapa contoh kewajiban negara yang harus dipenuhiyang dinyatakan oleh konsep negara kesejahteraan.

Dalam konteks Otonomi Daerah (Otoda), diberlaku-kannya Undang-undang Nonomor 22 Tahun 1999 tentangOtonomi Daerah (kemudian diperbaharui dengan UU No.32 tahun 2004), menimbulkan hal-hal yang dirasakan men-jadi kendala dalam kelancaran pelaksanaan pembangunankesejahteraan social di daerah. Secara konseptual, tujuandari Otonomi Daerah (desentralisasi) adalah untuk mem-berikan peluang yang seluas-luasnya kepada PemerintahDaerah, khususnya Kabupaten/kota, dalam mengeloladaerahnya guna meningkatkan taraf kesejahteraan masya-rakat. Dengan Otonomi Daerah diharapkan PemerintahDaerah mampu melaksanakan pembangunan yang ber-orientasi kepada kepentingan masyarakat daerah, yangdisesuaikan dengan permasalahan dan kebutuhan masya-rakat di daerah. Muncul pertanyaan mendasar, yakni: ApakahOtonomi Daerah telah mampu meningkatkan kesejahtera-an masyarakat di daerah?; Bagaimanakah komitmen Peme-rintah Daerah terhadap pembangunan sosial di daerah?Bagaimanakah kebijakan sosial pemerintah daerah tentangpembangunan sosial bidang kesejahteraan sosial?; dansebagainya.

Dewasa ini muncul berbagai keraguan di benak parapengamat sosial dan kesejahteraan sosial yang berkaitandengan pertanyaan apakah negara kesejahteraan (welfarestate) itu sebuah utopia atau realita? Apakan Negara ke-sejahteraan itu hanya sebuah mimpi?. Tulisan ini mencabamengangkat kembali tentang konsep Negara kesejahteraan(welfare state), kebijakan social, dan bagaimana konseppembangunan social dalam era otonomi daerah dalamrangka mewujudkan Negara kesejahteraan.

Page 63: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

57

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Konsep Negara Kesejahteraan (Welfare State)Husodo menyatakan bahwa Negara Kesejahteraan

(welfare state) secara singkat didefinisikan sebagai suatunegara dimana pemerintahan negara dianggap bertang-gungjawab dalam menjamin standar kesejahteraan hidupminimum bagi setiap warga negaranya (Triwibowo &Bahagijo, 2006: xv). Spicker (Suharto, 2005:50) berpendapatbahwa negara kesejahteraan dapat didefinisikan sebagaisebuah sistem kesejahteraan sosial yang memberi peranlebih besar kepada negara (pemerintah) untuk mengalokasi-kan sebagian dana publik demi menjamin terpenuhinyakebutuhan dasar warganya.

Menurut Esping-Anderson (Triwibowo & Bahagijo,2006; 9), negara kesejahteraan pada dasarnya mengacu padaperan negara yang aktif dalam mengelola dan mengorgani-sasi perekonomian yang di dalamnya mencakup tanggungjawab negara untuk menjamin ketersediaan pelayanan ke-sejahteraan dasar dalam tingkat tertentu bagi warganegaranya. Secara umum suatu negara bisa digolongkansebagai negara kesejahteraan jika mempunyai empat pilarutamanya, yaitu: (1) social citizenship; (2) full democracy; (3)modern industrial relation systems; dan (4) rights to educationand the expansion of modern mass educations systems. Keempatpilar ini dimungkinkan dalam negara kesejahteraan karenanegara memperlakukan penerapan kebijakan sosial sebagaipenganugerahan hak-hak sosial (the granting of social rights)kepada warganya. Hak-hak sosial tersebut mendapatjaminan seperti layaknya hak atas properti, tidak dapatdilanggar (inviolable), serta diberikan berdasar basis ke-wargaan (citizenship) dan bukan atas dasar kinerja atau kelas.

Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik,negara adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik.Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mem-

Page 64: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

58

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

punyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubunganmanusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejalakekuasaan dalam masyarakat. Manusia hidup dalamsuasana kerjasama, sekaligus suasana antagonis dan penuhpertentangan. Negara adalah organisasi yang dalam se-suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secarasah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yangdapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersamaitu. Negara menetapkan cara-cara dan batas-batas sampaidi mana kekuasaan dapat digunakan dalam kehidupanbersama, baik oleh individu, golongan atau asosiasi, mau-pun oleh negara sendiri. Dengan demikian negara dapatmengintegrasikan dan membimbing kegiatan-kegiatansosial dari penduduknya ke arah tujuan bersama. Dalamrangka ini boleh dikatakan bahwa negara mempunyai tugas:(a) mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaanyang asosial, yakni yang bertentangan satu sama lain,supaya tidak menjadi antagonis yang membahayakan; dan(b) mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusiadan golongan-golongan ke arah tercapainya tujuan-tujuandari masyarakat seluruhnya. Negara menentukan bagai-mana kegiatan-kegiatan asosiasi-asosiasi kemasyarakatandisesuaikan satu sama lain dan diarahkan kepada tujuannasional. Pengendalian ini dilakukan berdasarkan sistemhukum dan dengan perantaraan pemerintah beserta segalaalat perlengkapannya. Kekuasaan negara mempunyaiorganisasi yang paling kuat dan teratur, maka dari itusemua golongan atau asosiasi yang memperjuangkankekuasaan harus dapat menempatkan diri dalam rangkaini (Budiardjo, 2008).

Negara dapat dipandang sebagai asosiasi manusiayang hidup dan bekerjasama untuk mengejar beberapatujuan bersama. Dapat dikatakan bahwa tujuan terakhir

Page 65: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

59

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

setiap negara ialah menciptakan kebahagiaan bagi rakyat-nya (bonum publicum, common good, common wealth). MenurutRoger H. Soltau (Budiardjo, 2008:54) tujuan negara adalahmemungkinkan rakyatnya berkembang serta menyeleng-garakan daya ciptanya sebebas mungkin (The freest possibledevelopment and creative self-expression of its members). Sedang-kan menurut Harold J. Laski (Budiarjo, 2008: 55) menyata-kan bahwa tujuan negara adalah menciptakan keadaan dimana rakyat dapat mencapai keinginan-keinginan merekasecara maksimal (Creation of those conditions under which themembers of the state may attain the maximum satisfaction of theirdesires).

Terlepas dari ideologinya, setiap negara menyelenggara-kan beberapa minimum fungsi yang mutlak perlu, yaitu:(1) Melaksanakan penertiban (law and order); untuk men-capai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-bentrokandalam masyarakat, negara harus melaksanakan penertiban,dapat dikatakan bahwa negara bertindak sebagai stabili-sator; (2) Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuranrakyatnya. Dewasa ini fungsi ini sangat penting terutamabagi negara-negara baru; (3) Pertahanan. Hal ini diperlukanuntuk menjaga kemungkinan serangan dari luar. Untukitu negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan; dan (4)Menegakkan keadilan. Hal ini dilaksanakan melalui badan-badan peradilan. Sedangkan menurut Charles E. Merriam(Budiarjo, 2008: 56), menyebutkan lima fungsi negara, yaitu:keamanan ekstern, ketertiban intern, keadilan, kesejahtera-an umum, dan kebebasan.

Ide dasar konsep negara kesejahteraan berangkat dariupaya negara untuk mengelola semua sumber daya yangada demi mencapai salah satu tujuan negara yaitu mening-katkan kesejahteraan rakyatnya. Cita-cita ideal ini kemudi-an diterjemahkan dalam sebuah kebijakan yang telah

Page 66: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

60

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

dikonsultasikan kepada publik sebelumnya dan kemudiandapat dilihat apakah sebuah negara betul-betul mewujud-kan kesejahteraan warga negaranya atau tidak. Masalahkemiskinan dan kesehatan masyarakat merupakan sebagiandari banyak masalah yang harus segera direspons oleh pe-merintah dalam penyusunan kebijakan kesejahteraan.

Menurut Barr (1998), pembangunan ekonomi yangdilakukan oleh negara kesejahteraan haruslah berkorelasidengan kemaslahatan dan kemakmuran rakyat. Prinsipini menjadi tugas utama yang harus diwujudkan dalamnegara kesejahteraan. Menurutnya, ada dua hal yang ter-kait langsung dengan upaya pembangunan ekonomi: Per-tama, perwujudan negara kesejahteraan bukanlah sesuatuyang terpisah dari upaya pembangunan ekonomi. Sepertiyang telah dinyatakan, pembangunan ekonomi harus mem-buat masyarakat semakin sejahtera, bukan sebaliknya. Kedua,tujuan perwujudan negara kesejahteraan bukan hanyakarena alasan kesamaan (equality), tetapi juga demi efisiensidalam proses ekonomi. Idealnya, alasan kesamaan ataupemerataan tidak bertentangan dengan tujuan efisiensidalam ekonomi. Dua hal ini menjadi bagian dari tujuan-tujuan kesejahteraan. Dalam mendesain sebuah negarakesejahteraan, ada dua pertanyaan penting yang harus di-garis bawahi, yaitu: Pertama, apa tujuan dari sebuah ke-bijakan?, dan Kedua, Dengan metode apa tujuan tersebutdapat dicapai?. Dua pertanyaan ini paling tidak dapat men-jelaskan apakah sebuah kebijakan suatu negara betul-betulberupaya mewujudkan kesejahteraan rakyat atau tidak.

Negara kesejahteraan menurut Goodin (1999) seringdiasosiasikan dengan proses distribusi sumber daya yangada kepada publik, baik secara tunai maupun dalam bentuktertentu (cash benefits or benefits in kind). Konsep kesejahteraanjuga terkait erat dengan kebijakan sosial-ekonomi yang

Page 67: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

61

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

berupaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat secaraumum. Beberapa bidang yang paling mendesak untuk di-perhatikan dalam kebijakan kesejahteraan adalah masalahpendidikan, kesehatan dan penyediaan lapangan kerja.

Barr (1998) mengidentifikasi beberapa hal pentingketika kita bicara mengenai peran negara kesejahteraan.Beberapa hal itu adalah: Pertama, bahwa sumber kesejah-teraan masyarakat tidak hanya berasal dari negara. HalKedua, yang patut diperhatikan dalam sistem negara ke-sejahteraan adalah bahwa cara penyampaian (modes of de-livery) sumber daya kesejahteraan juga beragam. Menurut-nya, penyampaian manfaat kesejahteraan itu, misalnya,bisa dilakukan dengan cara memberikan pelayanan gratis(seperti pelayanan kesehatan tanpa biaya) atau memberikanuang lewat peringanan pajak, dan sebagainya.

Ada beberapa alasan mengapa suatu pemerintahanmemiliki sistem negara kesejahteraan. Alasan-alasan ter-sebut menjadi tujuan sekaligus juga menjadi alat ukur ke-suksesan dalam menjalankan sistem negara kesejahteraan.Ada enam hal yang dijadikan sebagai alasan mengapamemilih negara kesejahteraan, yaitu: Pertama, adalah untukmempromosikan efisiensi ekonomi; Kedua, untuk me-ngurangi kemiskinan; Ketiga, mempromosikan kesamaansosial (social equality); Keempat, mempromosikan integrasisosial atau menghindari eksklusi sosial; Kelima, mempro-mosikan stabilitas sosial; dan Keenam, mempromosikanotonomi atau kemandirian individu (Goodin, 1999).

Kebijakan Sosial dalam Konteks Welfare StateUntuk mendukung perwujudan negara kesejahteraan

(welfare state), maka diperlukan kebijakan sosial. MenurutSuharto (2007), kebijakan sosial adalah ‘anak kandung’ pahamnegara kesejahteraan (welfare state). Sebagai suatu kebija-

Page 68: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

62

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

kan publik di bidang kesejahteraan sosial, kebijakan sosialmenunjuk pada seperangkat kewajiban negara (state obli-gation) untuk melindungi dan memberikan pelayanan dasarterhadap warganya. Pemenuhan kebutuhan hidup mini-mum, pendidikan wajib, perawatan kesehatan dasar, danperlindungan sosial terhadap kelompok-kelompok rentanadalah beberapa contoh kewajiban negara yang harus di-penuhi yang dinyatakan oleh konsep negara kesejahteraan.

Kebijakan sosial (social policy) adalah kebijakan publik(public policy) yang penting di negara-negara modern dandemokratis. Sejarah menyaksikan bahwa semakin majudan demokratis suatu negara, semakin tinggi perhatiannegara tersebut terhadap pentingnya kebijakan sosial.Sebaliknya, di negara-negara miskin dan otoriter kebijakansosial kurang mendapat perhatian. Kebijakan sosial adalahsalah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan sosialmerupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk me-respon isu-isu yang bersifat publik, yakni mengatasi ma-salah sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.Menurut Bessant, Watts, Dalton dan Smits (Suharto, 2007),secara singkat kebijakan sosial menunjuk pada apa yangdilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk mening-katkan kualitas hidup manusia melalui pemberian beragamtunjangan pendapatan, pelayanan kemasyarakatan danprogram-program tunjangan sosial lainnya. Sebagai sebuahkebijakan publik, kebijakan sosial memiliki fungsi preventif(pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan pengembangan(developmental). Kebijakan sosial adalah ketetapan yangdidesain secara kolektif untuk mencegah terjadinya masalahsosial (fungsi preventif), mengatasi masalah sosial (fungsikuratif) dan mempromosikan kesejahteraan (fungsi pe-ngembangan) sebagai wujud kewajiban negara (state obli-gation) dalam memenuhi hak-hak sosial warganya.

Page 69: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

63

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Kebijakan sosial pada prinsipnya berkaitan denganpembangunan sosial dan pembangunan bidang kesejah-teraan sosial. Tujuan dari pembangunan sosial pada dasar-nya adalah developmental of the well-being of the people (Adi,2002). Berdasarkan tujuan tersebut, maka penekanan daripembangunan social pada dasarnya adalah pada pende-katan pembangunan yang berpusat pada manusia (peoplecentered development). Sehingga terlihat kesamaan pola gerakdari pembangunan social dan pembangunan yang berpusatpada manusia, yaitu pada upaya meningkatan taraf hidupmasyarakat dengan memfokuskan pada pemberdayaan danpembangunan manusia itu sendiri. Sebagai bagian daripembangunan social, pembangunan bidang kesejahteraansosial sejatinya adalah segenap strategi dan aktivitas yangdilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, maupun civil societyuntuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia melaluikebijakan dan program yang bermatra pelayanan social,penyembuhan sosial, perlindungan sosial dan pemberdaya-an masyarakat (Suharto, 2005).

Kebijakan (policy) adalah sebuah instrumen pemerin-tahan, bukan saja dalam arti government yang hanya me-nyangkut aparatur negara, melainkan pula governanceyang menyentuh pengelolaan sumber daya publik. Kebija-kan pada intinya merupakan keputusan-keputusan ataupilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengaturpengelolaan dan pendistribusian sumberdaya alam, finansialdan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak,penduduk, masyarakat atau warga negara. Kebijakan meru-pakan hasil dari adanya sinergi kompromi atau bahkankompetisi antara berbagai gagasan, teori, ideologi, dan ke-pentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik suatunegara (Suharto, 2007).

Page 70: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

64

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Banyak sekali definisi mengenai kebijakan publik.Sebagian besar ahli memberi pengertian kebijakan publikdalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan peme-rintah untuk melakukan suatu tindakan yang dianggapakan membawa dampak baik bagi kehidupan warganya.Seperti kata Bridgman dan Davis (2005), kebijakan publikpada umumnya mengandung pengertian mengenai “what-ever government choose to do or not to do”. Artinya, kebijakanpublik adalah “apa saja yang dipilih oleh pemerintah untukdilakukan atau tidak dilakukan”. Kadang-kadang kebijakanpublic menunjuk pada istilah atau konsep untuk menjelas-kan pilihan-pilihan tindakan tertentu yang sangat khasatau spesifik, seperti kepada bidang-bidang tertentu dalamsektor-sektor fasilitas umum, transportasi, pendidikan, ke-sehatan, perumahan atau kesejahteraan. Urusan-urusanyang menyangkut kelistrikan, air, jalan raya, sekolah, rumahsakit, perumahan rakyat, lembaga-lembaga rehabilitasisosial adalah beberapa contoh yang termasuk dalam bidangkebijakan publik.

Menurut Dye (1995) kebijakan public didefinisikansebagai “what govertment do, why they do it, and what differenceit makes”. Sedangkan Laswell dan Kaplan (1970) mendefi-nisikan kebijakan public sebagai “a projected program of goals,values, and practices”. Sementara Easton (1965) mndefinisi-kannya sebagai kebijakan public sebagai “the impact of gov-ernment activity”. Anderson (2004) memberikan pemahamanbahwa kebijakan publik sebagai “a relative stable, purposivecourse of action followed by an actor or set of actors in dealing witha problem or matter of concern”. Lester dan Robert Steward(2000) mendefinisikannya kebijakan public sebagai “a pro-cess or a series or pattern of governmental activities or decisionsthat are design to remedy some public problems, either real or imag-ined”. Ranney (dikutip Lester & Steward, 2000) mendefi-

Page 71: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

65

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

nisikannya bahwa kebijakan public adalah sebagai “a se-lected line of action or declaration of intens”. Peterson (2003)mendefinisikannya kebijakan public sebagai “governmentaction to address some problem”. B.G. Peters (1993) mendefinisi-kannya sebagai ‘the sum of government activities, wheter actingdirectly or through agents, as it has an influence on the lives ofcitizens’. (Suharto, 2007).

Menurut Dwidjowijoto (2006) dari definisi-definisitersebut kita dapat membuat rumusan pemahaman tentangkebijakan publik. Pertama, kebijakan publik adalah kebijakanyang dibuat oleh administratur negara, atau administraturpublik. Jadi, kebijakan publik adalah segala sesuatu yangdikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah.Yang membuat kebijakan publik adalah pemerintah negara.Di Tingkat nasional adalah seluruh lembaga negara, yaitulembaga legislatif (MPR, DPR), eksekutif (Pemerintah Pusat,Presiden, dan Kabinet), yudikatif (MA, Peradilan), dan diIndonesia ditambah Lembaga Akuntatif (BPK). Di tingkatdaerah kota, lembaga administratur publiknya adalahPemerintah Daerah Kota dan DPRD Kota. Kedua, kebijakanpublik adalah kebijakan yang mengatur kehidupan ber-sama atau kehidupan publik, bukan kehidupan orangseorang atau golongan. Kebijakan publik mengatur semuayang ada di domain lembaga administratur publik. Kebija-kan publik mengatur masalah bersama, atau masalah pribadiatau golongan yang sudah menjadi masalah bersama dariseluruh masyarakat di daerah itu. Jadi, karena kemacetandi jalanan kota adalah masalah bersama dan bukan lagimasalah pemilik mobil atau mereka yang menggunakanjalan saja, hanya kebijakan publik yang dapat mengatasimasalah.

Kata kebijakan (policy) merupakan penjelasan ringkasuntuk menerangkan berbagai kegiatan mulai dari pem-

Page 72: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

66

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

buatan keputusan-keputusan, penerangan, dan evaluasi-nya. Telah banyak upaya untuk mendefinisikan kebijakanpublik secara tegas dan jelas, namun pengertiannya tetapsaja menyentuh wilayah-wilayah yang seringkali tumpangtindih, ambigu, dan luas. Beberapa kalangan mengartikankebijakan publik hanya sebatas dokumen-dokumen resmi,seperti perundang-undangan dan peraturan pemerintah.Sebagian lagi, mengartikan kebijakan publik sebagai pe-doman, acuab, strategi dan kerangka tindakan yang dipilihatau ditetapkan sebagai garis besar atau roadmap peme-rintah dalam melakukan kegiatan pembangunan.

Setiap perundang-undangan adalah kebijakan, namuntidak setiap kebijakan diwujudkan dalam bentuk per-undang-undangan. Hogwood dan Gunn (Dwidjowijoto,2006) menyatakan bahwa kebijakan publik adalahseperangkat tindakan pemerintah yang didesain untukmencapai hasil-hasil tertentu. Ini tidak berarti bahwa maknakebijakan hanyalah milik atau domain pemerintah saja.Organisasi non-pemerintah, seperti Lembaga SwadayaMasyarakat (LSM), Organisasi Sosial (misalnya KarangTaruna, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) dan lembaga-lembaga sukarela lainnya memiliki kebijakan-kebijakan pula.Namun kebijakan mereka tidak dapat diartikan sebagai ke-bijakan publik. Karena kebijakan mereka tidak dapat me-makai sumber daya pubik atau tidak memiliki legalitas hukumsebagaimana kebijakan lembaga pemerintah. Sebagai contoh,pemerintah memiliki kewenangan menarik pajak dari rakyatdan berhak menggunakan uang dari pajak tersebut untukmendanai kegiatan pembangunan. Hal yang sama tidakdapat dilakukan oleh LSM, Karang Taruna, atau PKK.

Mengacu pada Hogwood dan Gunn (Dwidjowijoto,2006), kebijakan publik sedikitnya mencakup hal-hal se-bagai berikut:

Page 73: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

67

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

1) Bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umumatau pernyataan-pernyataan yang ingin dicapai.

2) Proposal tertentu yang mencerminkan keputusan-ke-putusan pemerintah yang telah dipilih.

3) Kewenangan formal seperti undang-undang atauperaturan pemerintah.

4) Program, yakni seperangkat kegiatan yang mencakuprencana penggunaan sumberdaya lembaga dan strategipencapaian tujuan.

5) Keluaran (output), yaitu apa yang nyata telah disediakanoleh pemerintah, sebagai produk dari kegiatan tertentu.

6) Teori yang menjelaskan bahwa jika kita melakukan X,maka akan diikuti oleh Y.

7) Proses yang berlangsung dalam periode waktu tertentuyang relatif panjang.

Sebagai kebijakan negara, perumusan kebijakan publikpada dasarnya diserahkan kepada para pejabat publik.Namun demikian, dalam beberapa aspek warga secaraindividu bisa berpartisipasi, terutama dalam memberikanmasukan mengenai isu-isu publik yang perlu direspon olehkebijakan. Bahkan di Swiss dan negara bagian California,warga negara secara individu memiliki peran dalam pem-buatan undang-undang dan suara mereka sangat menen-tukan dalam amandemen konstitusi (Winarno, 2004; dalamSuharto, 2007).

Para pemain kebijakan yang terlibat dalam perumusankebijakan berbeda antara negara maju dan berkembang(Winarno, 2004; dalam Suharto, 2007). Di negara-negaraberkembang, seperti Kuba, Korea Selatan dan Indonesia,perumusan kebjiakan lebih dikendalikan oleh elit politikdengan pengaruh massa rakyat relatif kecil. Struktur pem-buatan kebijakan di negara-negara berkembang cenderung

Page 74: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

68

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

lebih sederhana dibandingkan dengan negara-negara maju,seperti Eropa Barat dan Amerika Serikat. Di negara-negaramaju setiap penduduk pada umumnya telah memilikikesadaran tinggi terhadap hak-hak politik warga negara.Mereka mempunyai kepentingan terhadap kebijakan publikdan sedapat mungkin ambil bagian dalam proses peru-musannya. Karena proses dan struktur pembuatan kebija-kan di negara-negara maju lebih kompleks.

Istilah lain untuk pemain kebijakan adalah stakeholderkebijakan. Stakeholder (pemangku kepentingan) yang di-maksudkan di sini adalah inidvidu, kelompok atau lembagayang memiliki kepentingan terhadap suatu kebijakan.Stakeholder kebijakan bisa mencakup aktor yang terlibatdalam proses perumusan dan pelaksanaan suatu kebijakanpublik, para penerima manfaat, maupun para korban yangdirugikan sebuah kebijakan publik. Dengan demikian,stakeholder kebijakan publik bisa mereka yang mendukungataupun yang menolak. Dalam garis besar, stakeholderkebijakan publik dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok(Putra, 2005; dalam Suharto, 2007), yaitu:1) Stakeholder Kunci:

Mereka yang memiliki kewenangan secara legal untukmembuat keputusan. Stakeholder kunci mencakupunsur eksekutif sesuai tingkatannya, legislatif danlembaga-lembaga pelaksana program pembangunan.Misalnya, stakeholder kunci untuk suatu kebijakan dibidang pendidikan di tingkat kabupaten adalah: (a)Pemerintah Kabupaten; (b) Dewan Perwakilan RakyatDaerah (DPRD) Kabupaten; dan (c) Dinas Pendidikanyang membawahi langsung program-program pendidi-kan di daerah tersebut.

2) Stakeholder Primer:Mereka yang memiliki kaitan kepentingan secara

Page 75: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

69

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

langsung dengan suatu kebijakan, program atau proyek.Mereka biasanya dilibatkan dalam proses pengambilankeputusan, terutama dalam penyerapan aspirasi publik.Stakeholder primer bisa mencakup: (a) masyarakat yangdiidentifikasi akan tekena dampak, baik positif maupunnegatif; (b) tokoh masyarakat; dan (c) pihak manajerpublik, yakni lembaga atau badan publik yang bertang-gungjawab dalam penentuan dan penerapan suatu ke-putusan.

3) Stakeholder Sekunder:Mereka yang tidak memiliki kaitan kepentingan lang-sung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek,namun memiliki kepedulian dan perhatian sehinggamereka turut bersuara dan berupaya untuk mempenga-ruhi keputusan legal pemerintah. Kelompok-kelompokkrritis, organisasi profesional (PGRI, IDI, HIPMI),Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Sosial(Ormas), dan lembaga-lembaga keuangan internasionaldapat dikategorikan sebagai stakeholder sekunder.

Menurut Lester dan Stewart (dalam Winarno, 2007),ada dua model kebijakan yang dianggap paling baik, yaitu:

1) Model Elitis:Di sebagian besar negara berkembang atau negara-

negara Dunia Ketiga yang mendasarkan pada sistemotoriter, seperti misalnya Kuba, Korea Utara, dan Indone-sia pada masa Orde Baru, model elit merupakan model yangcukup baik untuk menjelaskan pembentukkan kebijakanpublik yang berlangsung di negara-negara itu. Jika dite-lusuri, konsep kontrol elit atas sistem politik telah ada padajaman Kuno, seperti halnya keberadaan teori elit itu sendiri.Teori elit mengatakan bahwa semua lembaga politik danlembaga-lembaga masyarakat lainnya tidak bisa dielakkan

Page 76: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

70

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

didominasi oleh sekelompok individu yang sangat kuat,yang memanipulasi instrumen-instrumen kekuasaan bagikepentingan mereka. Kebijakan publik merupakan produkelit, yang merefleksikan nilai-nilai mereka untuk penguatankepentingan-kepentingan mereka.

Dye dan Zeigler (Winarno, 2007) berpendapat bahwakebijakan publik merupakan preferensi nilai-nilai dari paraelit yang berkuasa. Seringkali dikatakan bahwa kebijakanpublik merefleksikan tuntutan-tuntutan dari rakyat, namunapa yang dikatakan itu adalah mitos, bukan merupakanrealitas kehidupan masyarakat demokratis, seperti diAmerika Serikat. Menurut Dye, teori elit mengatakan bahwarakyat mempunyai perilaku apatis, dan tidak memilikiinformasi yang baik tentang kebijakan publik. Oleh karenaitu, sebenarnya para elit membentuk opini masyarakat luasmengenai persoalan-persoalan kebijakan dan bukanmasyarakat luas membentuk opini elit. Dengan demikian,para pejabat publik dan birokrat hanya sekedar menjalan-kan kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh para elit.Kebijakan-kebijakan publik mengalir dari para elit kemasyarakat luas. Jadi, kebijakan-kebijakan publik itu bukanberasal dari tuntutan-tuntutan dari masyarakat luas.

Selanjutnya Dye dan Ziegler memberikan suatu ring-kasan pemikiran menyangkut model ini, sebagai berikut:(a) Masyarakat terbagi dalam suatu kelompok kecil yang

mempunyai kekuasaan (power) dan massa yang tidakmempunyai kekuasaan. Hanya sekelompok kecil sajaorang yang mengalokasikan nilai-nilai untuk masya-rakat sementara massa tidak memutuskan kebijakan.

(b) Kelompok kecil yang memerintah itu bukan tipe massayang dipengaruhi. Para elit ini (the rulling class) biasanyaberasal dari lapisan masyarakat yang ekonominyatinggi.

Page 77: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

71

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

(c) Perpindahan dari kedudukan non-elit ke elit sangatpelan dan berkeseimbangan untuk memelihara stabilitasdan menghindari revolusi. Hanya kalangan non-elityang telah menerima konsensus elit yang mendasar yangdapat diterima ke dalam lingkaran yang memerintah.

(d) Elit memberikan konsensus pada nilai-nilai dasarsistem sosial dan pemeliharaan sistem. Misalnya, diAmerika Serikat konsensus elit mencakup perusahaanswasta, hak milik pribadi, pemerintahan terbatas dankebebasan individu.

(e) Kebijakan publik tidak merefleksikan tuntutan-tuntutanmassa, tetapi nilai-nilai elit yang berlaku. Perubahan-perubahan secara inkremental memungkinkan tang-gapan-tanggapan yang timbul hanya mengancam sistemsosial dengan perubahan sistem yang relatif kecil diban-dingkan bila perubahan tersebut didasarkan teorirasional komprehensif.

(f) Para elit secara relatif memperoleh pengaruh langsungyang kecil dari massa yang apatis. Sebaliknya, para elitmemengaruhi massa yang lebih besar.

2) Model Pluralis:Berkebalikan dengan model elit yang titik perhatian-

nya lebih bertumpu pada elit politik, maka model pluralislebih percaya pada peran subsistem-subsistem yang beradadalam sistem demokrasi. Di negara-negara berkembangmodel elitis akan cukup memadai untuk menjelaskan prosespolitik yang berlangsung, namun akan kesulitan dalammenjelaskan proses politik di negara yang mendasarkandiri pada sistem demokrasi, terlebih demokrasi plurarisseperti di Amerika Serikat.

Pandangan-pandangan plurarlis disarikan oleh ilmu-an Robert Dahl dan David Truman (Winarno, 2007). Pan-dangan pluralis dapat dirangkum dalam uraian berikut:

Page 78: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

72

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

(a) Kekuasaan merupakan atribut individu dalam hubu-ngannya dengan individu-indiviu yang lain dalamproses pembuatan keputusan.

(b) Hubungan-hubungan kekuasaan tidak perlu tetapberlangsung, namun hubungan-hubungan kekuasaanlebih dibentuk untuk keputusan-keputusan khusus.Setelah keputusan ini dibuat, maka hubungan-hubu-ngan kekuasaan tersebut tidak nampak, hubungan iniakan digantikan oleh seperangkat hubungan kekuasa-an yang berbeda ketika keputusan selanjutnya hendakdibuat.

(c) Tidak ada pembedaan yang tetap di antara elit danmassa. Inidvidu-individu yang berpartisipsi dalam pem-buatan keputusan dalam suatu waktu tidak dibutuh-kan oleh individu yang sama yang berpartisipasi dalamwaktu yang lain. Individu masuk dan keluar dalampartisipasinya sebagai pembuat keputusan digolong-kan menjadi aktif atau tidak aktif dalam politik.

(d) Kepemimpinan bersifat cair dan mempunyai mobilitasyang tinggi, kekayaan merupakan aset dalam politik,tetapi hanya merupakan salah satu dari sekian banyakaset politik yang ada.

(e) Terdapat banyak pusat kekuasaan di antara komunitas.Tidak ada kelompok tunggal yang mendominasi pem-buatan keputusan untuk semua masalah kebijakan.

(f) Kompetisi dapat dianggap berada di antara pemimpin.Kebijakan publik lebih lanjut dipandang merefleksikantawar-menawar atau kompromi yang dicapai di antarakompetisi pemimpin-pemimpin politik.

Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebija-kan publik. Kebijakan sosial merupakan ketetapan peme-rintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat

Page 79: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

73

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhikebutuhan masyarakat banyak. Menurut Bessant, Watts,Dalton dan Smith (2006; dalam Suharto, 2007): “In short,social policy refers to what governments do when they attempt toimprove the quality of people`s live by providing a range of incomesupport, community services and support programs” (Secarasingkat kebijakan social menunjuk pada apa yang dilaku-kan oleh pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkankualitas hidup manusia melalui pemberian beragamtunjangan pendapatan, pelayanan kemasyarakatan danprogram-program tunjangan sosial lainnya. Sebagaisebuah kebijakan publik, kebijakan sosial memiliki fungsipreventif (pencegahan), juratif (penyembuhan), danpengembangan (developmental). Kebijakan sosial adalahketetapan yang didesain secara kolektif untuk mencegahterjadinya masalah sosial (fungsi preventif), mengatasimasalah sosial (fungsi kuratif) dan mempromosikan ke-sejahteraan (fungsi pengembangan) sbagai wujud kewajibannegara (state obligation) dalam memenuhi hak-hak sosialwarganya.

Dalam garis besar, kebijakan sosial diwujudkan dalamtiga kategori, yakni perundang-undangan, program pe-layanan sosial, dan sistem perpajakan. Berdasarkan kate-gori ini, maka dapat dinyatakan bahwa setiap perundang-undangan, hukum atau peraturan daerah yang menyangkutmasalah dan kehidupan sosial adalah wujud dari kebijakansosial. Namun, tidak semua kebijakan sosial bernetukperundang-undangan.1) Peraturan dan Perundang-undangan:

Pemerintah memiliki kewenangan membuat kebijakanpublik yang mengatur pengusaha, lembaga pendidikan,perusahaan swasta agar mengadopsi ketetapan-ke-tetapan yang berdampak langsung pada kesejahteraan.

Page 80: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

74

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

2) Program Pelayanan Sosial:Sebagian besar kebijakan diwujudkan dan diaplikasikandalam bentuk pelayanan sosial yang berupa bantuanbarang, tunjangan uang. Sebagian besar kebijakan di-wujudkan dan diaplikasikan dalam bentuk pelayanansosial yang berupa bantuan barang, tunjangan uang,perluasan kesempatan, perlindungan sosial, dan bim-bingan sosial (konseling, advokasi, pendampingan).

3) Sistem PerpajakanDikenal sebagai kesejahteraan fiskal. Selain sebagaisumber utama pendanaan kebijakan sosial, pajak jugasekaligus merupakan instrumen kebijakan yang ber-tujuan langsung mencapai distribusi pendapatan yangadil. Di negara-negara maju, bantuan publik (public as-sistance) dan suransi sosial (social insurance) adalah duabentuk jaminan sosial (social security) yang dananyasebagian berasal dari pajak.

Kebijakan sosial seringkali melibatkan program-pro-gram bantuan yang sulit diraba atau dilihat secara kasatmata (intangible aids). Karenanya, masyarakat luas kadang-kadang sulit mengenali kebijakan sosial dan membedakan-nya dengan kebijakan publik lainnya. Secara umum, ke-bijakan publik lebih luas daripada kebijakan sosial. Kebija-kan transportasi, jalan raya, air bersih, pertahanan dankeamanan merupakan beberapa contoh kebijakan publik.Sedangkan kebijakan mengenai jaminan sosial, sepertibantuan sosial dan asuransi sosil yang umumnya diberikanbagi kelompok miskin atau rentan, adalah contoh kebija-kan sosial.

Menurut Martanto (2008) kebijakan sosial dalam prak-teknya menaruh perhatian pada aspek redistribusi, produksi,reproduksi dan proteksi, dan bekerja sebagai tandem ke-

Page 81: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

75

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

bijakan ekonomi. Kebijakan sosial tidak hanya berurusandengan “kausalitas” perubahan-perubahan dan proses-proses sosial; kebijakan sosial juga memberikan kontribusikepada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.Sementara, istilah “intervensi kolektif” menegaskan adanyaaksi-aksi yang bisa juga dilakukan oleh aktor-ektor non-negara dalam bentuk pelayanan dan pengaturan untukmemastikan kecukupan pendapatan, pendidikan yangrelevan, perumahan dengan harga terjangkau, kesehatan,dan penghidupan yang kerkelanjutan (Yeates, 2005; dalamMartanto, 2008).

Untuk memudahkan dalam menjelaskan proses, karak-teristik, mekanisme, serta menentukan strategi-strategikebijakan sosial berikut ini model-model kebijakan sosial.

Tabel: Model-Model Kebijakan Sosial

Indikator Model Pengertian Pelaksanaan Imperatif Kebijakan sosial terpusat, yakni

seluruh tujuan-tujuan sosial, jenis, sumber, dan jumlah pelayanan sosial seluruhnya ditentukan oleh pemerintah (social policy is concerned with goverments do, why they do it, and what difference it makes).

Indikatif (Partsipatif)

Kebijakan sosial yang mengupayakan kesamaan visi dan aspirasi seluruh masyarakat. Pemerintah biasanya hanya menentukan sasaran kebijakan secara garis besar, sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat atau institusi non-pemerintah.

Cakupan Universal Kebijakan sosial yang diarahkan untuk mengatur dan memenuhi kebutuhan pelayanan sosial warga masyarakat secara menyeluruh, tanpa membedakan usia, jenis kelamin, dan status sosial.

Page 82: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

76

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Sumber: Disarikan dari Suharto (2005; dalam Martanto, 2008)

Kebijakan Sosial tentang Pembangunan Sosial dalamKonteks Welfare State

Para pakar pembangunan dalam mendefinisikan pem-bangunan social, pada umumnya berangkat dari sudut

Selektivitas Kebijakan sosial yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sosial warga masyarakat tertentu saja. Prinsip selektifitas menyatakan bahwa pelayanan sosial hanya diberikan pada mereka yang membutuhkan saja, yaitu mereka yang mengalami masalah dan membutuhkan pelayanan tertentu. Model ini biasanya menggunakan pendekatan mean-test (tes kemiskinan) atau needs-test (tes kbutuhan) untuk menentukan persyaratan mendapatkan pelayanan sosial.

Keberlanjutan Residual (Kuratif)

Kebijakan sosial hanya diperlukan apabila lembaga-lembaga alamiah (pasar dan keluarga), yang karena sesuatu sebab, tidak dapat menjalankan peranannya. Pelayanan yang diberikan bersifat temporer, misalnya bantuan untuk penganggur atau korban bencana.

Institusional (Antisipatif)

Kebijakan sosial tanpa mempertimbangkan berfungsi atau tidak lembaga-lembaga alamiah. Pelayanan sosial yang diberikan bersifat ajeg, melembaga, berkesinambungan.

Sasaran Katagorikal Kebijakan sosial yang hanya difokuskan untuk mengatasi suatu permasalahan sosial berdasarkan sektor permasalahan tertentu (spesifik dan parsial).

Kompre-hensif

Kebijakan sosial yang memfokuskan tidak hanya satu bidang tertentu melainkan bidang-bidang lain yang terkait dengannya dan dirumuskan dalam satu formulasi kebijakan sosial terpadu.

Page 83: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

77

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

pandang yang berbeda-beda, Namun pada dasarnya me-reka memiliki dasar pemikiran yang sama terhadap pem-bangunan social tersebut (Sunusi, 1989). Menurut Midgley(Adi, 2002) pembangunan sosial adalah: “As a process ofplanned social change designed to promote the well-being of popu-lation as a whole in conjunction with a dinamic process of economicdevelopment”. Dari pengertian ini ada beberapa aspek kunciyang dapat memperdalam pemahaman kita tentangpembangunan sosial, yang meliputi:(1) Linked to economic development, bahwa pembangunan

sosial tersebut tidak terlepas dari hubungannya denganpembangunan ekonomi. Walaupun pembangunansosial sama dengan pendekatan-pendekatan sosial lain-nya yang memfokuskan pada permasalahan sosial, im-plementasi kebijakan dan program sosial dalam upayameningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat, namunpendekatan pembangunan sosial ini berisi proses-prosespembangunan;

(2) Pembangunan sosial memiliki interdisciplinary focus, yangmenggambarkan wawasan berbagai keilmuan sosial.Menggambarkan suatu wawasan interdisipliner berartipembangunan sosial menawarkan suatu dasar inter-disipliner dalam menganalisis dan menangani permasa-lahan sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraansosial juga membantu perkembangan kemampuannegara-negara berkembang untuk bekerjasama padatingkat nasional dan internasional;

(3) Pembangunan sosial juga mengandung pengertian ada-nya proses. Pembangunan sosial sebagai suatu konsepyang dinamis berarti gagasan-gagasan seperti pertum-buhan (growth), perubahan dan lain-lain terjadi secaraeksplisit. Dan konsep pembangunan secara eksplisitmempunyai konotasi pengertian positif;

Page 84: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

78

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

(4) Proses perubahan yang diyakini sebagai pembangunansosial adalah merupakan progesive in nature. Artinya jikagagasan kemajuan pembangunan sosial tidak dapat lagimenjawab tuntutan perkembangan kehidupan sosialyang ada maka mereka harus berupaya kembali untukmewujudkan proses perbaikan kesejahteraan manusia;

(5) Bahwa proses pembangunan sosial merupakan Inter-ventionist. Pakar pembangunan sosial menolak suatupendapat yang mengatakan bahwa perbaikan sosialterjadi secara alami yang merupakan hasil dari ekonomipasar atau sebagai hasil dari kekuatan historis yangtidak dapat dihindari;

(6) Tujuan pembangunan sosial tidak terlepas dari berbagaistrategi-strategi. Strategi-strategi ini berupaya apakahitu langsung atau tidak langsung menghubungkanintervensi sosial dengan usaha-usaha pembangunanekonomi, karena adanya suatu perbedaan diantaramereka, yaitu keyakinan dan ideologi;

(7) Pembangunan sosial dikaitkan dengan semua pendudukbaik di dalam arti inclusive maupun universalistic. Karenapembangunan sosial tidak memfokuskan atau meng-utamakan orang-orang yang sangat memerlukan secaraindividual, tetapi lebih menekankan pada inclusive danuniversalistic; dan

(8) Bahwa pembangunan sosial berupaya meningkatkansocial welfare. Pengertian kesejahteraan sosial (socialwelfare) yang dimaksudkan disini adalah berkaitandengan suatu kondisi sosial bilamana masalah-masalahsosial dapat diatasi secara memuaskan, kebutuhansosial dapat terpenuhi dengan baik, memilki rasa amandalam hidupnya dan kesempatan-kesempatan sosialterbuka secara bebas.

Page 85: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

79

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Pembangunan sosial meliputi aspek-aspek yang sangatluas, dan pendidikan merupakan aspek yang paling luasdibandingkan dengan aspek-aspek yang lain. Aspek-aspekyang lainnya mencakup program-program seperti: kese-hatan, keluarga berencana, gizi, perbaikan perkampunganmiskin, air minum di kota dan perubahan yang lebih baikuntuk kemiskinan. Dalam pengertian ini terlihat bahwa pem-bangunan sosial tidak hanya bersifat inclusive atau univer-salistic tetapi juga ditujukan pada orang-orang atau kelompokyang sangat memerlukan atau miskin secara individual.

Tujuan dari pembangunan sosial pada dasarnya adalahdevelopment of the well-being of the people (Adi, 2002:147). Ber-dasarkan tujuan tersebut maka penekanan dari pemba-ngunan sosial pada dasarnya adalah pada pendekatan pem-bangunan yang berpusat pada manusia (people-centered de-velopment). Sehingga terlihat kesamaan pola gerak dari pem-bangunan sosial dan pembangunan yang berpusat padamanusia (people-centered development), yaitu pada upaya me-ningkatkan taraf hidup masyarakat, dengan memfokuskanpada pemberdayaan dan pembangunan manusia itu sendiri.

Dalam kaitan dengan hubungan antara pembangunansosial dan pembangunan ekonomi, Payne (1997, dalam Adi,2002) menyatakan bahwa pada beberapa negara yang pem-bangunan ekonominya sudah baik (well developed), isu me-ngenai pembangunan sosial dan ekonomi lebih mengarahpada pembangunan di dalam wilayah perkotaan (inner cities),pengurangan wilayah industri dan perencanaan ling-kungan. Bila dilihat di negara-negara tersebut di atas, makahal yang dibahas lebih mengarahkan pada hubungan antaramanusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkunganhidupnya. Hal ini agak berbeda dengan negara-negarayang pembangunan ekonominya masih relatif kurang baik(under developed) seperti Indonesia, fokus perhatian pem-

Page 86: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

80

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

bangunan sosial dan ekonomi lebih mengarah pada pe-ngurangan angka kemiskinan ataupun program pengen-tasan kemiskinan, sehingga tidak jarang isu pelestarianlingkungan hidup hanya menjadi isu sampingan belaka,dan bukan menjadi isu utama.

Perbedaan pandangan dalam melihat fokus pemba-ngunan juga terlihat dalam menginterpretasikan pengertianpeople-centerd development dengan pendekatan sustainabledevelopment (pembangunan yang berkesinambungan). Padanegara yang relatif belum berkembang (under developed),seperti Indonesia, pengertian people-centered developmentseringkali hanya diputus pada pengertian pembangunanyang menempatkan manusia sebagai prioritas dalam pem-bangunan, sedangkan pengertian berkesinambungan (sus-tainable) lebih diarahkan pada berkesinambungannya pro-gram pembangunan yang dijalankan oleh para pelakuperubahan (change agents) baik mereka dari pihak lembagapemerintah maupun bukan pemerintah.

Dari pendekatan people-centered development tergambarakan pentingnya sinkronisasi antara pembangunan yangmemfokuskan ekonomi dan ekologi, serta keadilan. Dalampendekatan pembangunan yang berpusat pada manusiadi dalamnya juga terdapat unsur partisipasi, demokrasidan transparansi.

Pembangunan Sosial di Era DesentralisasiMenguatnya desentralisasi membawa harapan dan

tantangan tersendiri bagi proses dan pencapaian tujuan-tujuan pembangunan kesejahteraan social. Desentralisasiyang terutama digerakkan oleh globalisasi pada aras inter-nasional dan reformasi pada aras nasional, mencuatkanisu-isu yang mempengaruhi pembangunan kesejahteraansocial di daerah. Tanpa sikap dan komitmen yang jelas me-

Page 87: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

81

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

ngenai makna good governance, desentralisasi dapat menim-bulkan jebakan-jebakan bagi strategi dan implementasipembangunan kesejahteraan social di daerah.

Pada era sentralisasi, kebijakan sosial tentang pem-bangunan sosial bidang kesejahteraan sosial dilaksanakansecara terpusat, dimana peran pemerintah pusat sangatdominan sebagai penentu kebijakan. Namun seiring dengangelombang reformasi telah mengubah format politik dansistem pemerintahan dari kewenangan pemerintahan yangsemula hanya terfokus pada pusat menjadi terdistribusikepada pemerintahan di daerah-daerah melalui prosesdesentralisasi. Desentralisasi sesungguhnya membawaangin segar bagi tumbuhnya demokrasi dan partisipasi wargadalam segenap aktivitas pembangunan yang pada giliran-nya dapat meningkatkan kesetaraan antar golongan, mem-perluas keadilan sosial dan mempebaiki kualitas kehidupanrakyat banyak. Konsep tentang demokrasi representatif danpartisipatoris, misalnya, lebih mudah diterapkan di tingkatpemerintahan daerah, karena skala kedaerahan dan ke-dekatan dengan komunitas lokal. Namun dalam kenyata-annya, suara-suara yang terdengar dari realisasi desentra-lisasi itu seringkali tidak terlalu memuaskan. Umumnyaargumentasi pesimis menyatakan bahwa desentralisasihanya memperkuat elit-elit lokal, menyuburkan primor-dialisme, mendaerahkan KKN, dan meng-KKN-kan daerah.Bahkan argumentasi yang lebih pesimis lagi menyatakanbahwa desentralisasi menyulut disintegrasi bangsa.

Dampak diberlakukannya Undang-undang Nonomor22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah (kemudian di-perbaharui dengan UU No. 32 tahun 2004), menimbulkanhal-hal yang dirasakan menjadi kendala dalam kelancaranpelaksanaan pembangunan kesejahteraan social di daerah.Kendala dimaksud antara lain adanya beberapa daerah

Page 88: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

82

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

yang tidak mempunyai instansi social yang berdiri sendiri,ada perbedaan nomenklatur yang menangani masalah sosialbaik di daerah propinsi maupun kota/kabupaten, bebandaerah ditambah dengan minimnya anggaran yang ber-sumber dari APBD, sementara itu pengelolaan Unit Pe-laksana Teknik (UPT) pusat diserahkan kepada PemerintahDaerah. Kondisi tersebut menunjukkan belum memadai-nya perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunankesejahteraan social.

Keengganan pemerintah daerah untuk membentukinstansi sosial berakibat pada pengabaian pelaksanaanpembangunan kesejahteraan social di daerah. MenurutMenteri Sosial RI (2003) kondisi tersebut antara lain disebab-kan terjadinya 3 (tiga) bias dalam pelaksanaan OtonomiDaerah (Otoda), yaitu: (1) anggapan Otonomi Daerah dikait-kan dengan mata uang sehingga daerah cenderung mene-tapkan prinsip ekonomi; (2) anggapan daerah belum siapdan mampu, padahal daerah memiliki kemampuan untukmengoptimalkan potensi dan sumber social yang ada didaaerahnya; dan (3) anggapan Otonomi Daerah menyebab-kan daerah terlalu berwenang melakukan apa saja danmenjadikannya raja kecil. Ketiga hal tersebut sebenarnyadapat dicegah dengan optimalisasi mekanisme kontrolantara lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif yang adadi daerah secara harmonis.

Permasalahan lain yang mungkin dihadapi daerahotonom adalah kenyataan adanya perbedaan kemampuantiap daerah, baik dari segi keterbatasan anggaran maupunketerbatasan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia.Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Ototnomi Daerahsatu sisi telah memberikan peluang kepada daerah untukmengurus rumah tangganya sendiri, tapi pada sisi laindaerah menghadapi keterbatasan-keterbatasan sumber

Page 89: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

83

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

yang dimiliki. Pada kondisi yang demikian peran dandukungan pemerintah pusat masih tetap diperlukan, baikdalam bentuk dana maupun berbagai kebijakan dan pro-gram kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Upaya iniakan menghadapi kendala, terutama bila legislatif maupuneksekutif di daerah tidak mampu menangkap kebijakan danprogram pusat atau tidak mempunyai pemahaman, persepsiatau pandangan yang sama terhadap kebijakan maupunprogram dimaksud.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa desen-tralisasi seringkali hanya menguntungkan penguasa danpengusaha setempat, bukan memperhatikan suara dan ke-pentingan kaum marginal. Sebagaimana dikemukakan olehGaventa (Suharto, 2007), hambatan-hambatan kekuasaan,pengucilan sosial, kecilnya kemampuan individu dankapasitas organisasional kolektif menyebabkan rakyat kecilhanya menikmati sangat sedikit dari desentralisasi.

Tititk tolak desentralisasi di Indonesia adalah DaerahTingkat II (Kabupaten/Kota), dengan dasar pertimbangan:Pertama, dimensi politik, Kabupaten/kota diandang kurangmempunyai fanatisme kedaerahan sehingga resiko gerakanseparatisme dan peluang berkembangnya aspirasi federalisrelatif minim. Kedua, dimensi administratif, penyeleng-garaan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakatrelatif dapat lebih efektif. Ketiga, Kabupaten/kota adalahdaerah ‘ujung tombak’ pelaksanaan pembangunan sehinggakabupaten/kota lebih tahu kebutuhan dan potensi rakyatdi daerahnya. Atas dasar itulah prinsip otonomi yang di-anut, yaitu otonomi yang nyata, bertanggung jawab, dandinamis, diharapkan dapat lebih mudah direalisasikan.Nyata, berarti otonomi secara nyata diperlukan sesuaidengan situasi dan kondisi obyektif di daerah. Bertanggungjawab, berarti pemberian otonomi diselaraskan atau

Page 90: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

84

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

diupayakan untuk memperlancar pembangunan di seluruhpelosok tanah air. Dinamis, berarti pelaksanaan otonomiselalu menjadi sarana dan dorongan untuk lebih baik danmaju (Kuncoro, 2004).

Secara konseptual, tujuan dari Otonomi Daerah (desen-tralisasi) adalah untuk memberikan peluang yang seluas-luasnya kepada Pemerintah Daerah, khususnya Kabupaten/kota, dalam mengelola daerahnya guna meningkatkan tarafkesejahteraan masyarakat. Dengan Otonomi Daerah di-harapkan Pemerintah Daerah mampu melaksanakan pem-bangunan yang berorientasi kepada kepentingan masya-rakat daerah, yang disesuaikan dengan permasalahan dankebutuhan masyarakat di daerah.

Pada tahun 2002, Institute of Development Studies, Uni-versity of Sussex di Inggris melakukan penelitian terhadapbentuk-bentuk pemerintahan di negara-negara berkem-bang di seluruh dunia. Hasil penelitan tersebut memper-lihatkan bahwa dalam satu dasawarsa belakangan inisedikitnya ada 63 negara berkembang yang sedang meng-alami gelombang perubahan formasi kekuasaan dari peme-rintahan sentralistik menuju pada system yang lebih dektadengan warganya (Thamrin, 2005: dalam Suharto, 2007).Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yangsedang mengalami transformasi kekuasaan seperti itu.Sejak runtuhnya Orde Baru, gelombang reformasi telahmengubah format politik dan sistem pemerintahan di tanahair. Kewenangan pemerintahan yang tadinya sangat ter-pusat di Jakarta kini semakin terdistribusi ke pemerintahandi daerah-daerah melalui proses desentralisasi.

Desentralisasi sesungguhnya membawa angin segarbagi tumbuhnya demokrasi dan partisipasi warga dalamsegenap aktivitas pembangunan yang pada gilirannyadapat meningkatkan kesetaraan antar golongan, memper-

Page 91: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

85

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

luas keadilan sosial dan memperbaiki kualitas kehidupanrakyat banyak. Konsep tentang demokrasi representatif danpartisipatoris, misalnya, lebih mudah diterapkan di tingkatpemerintahan daerah, karena skala kedaerahan dan kede-katannya dengan komunitas lokal. Nanum dalam kenya-taannya, suara-suara yang terdengar dari realisasi desen-tralisasi itu tidak terlalu memuaskan. Umumnya argu-mentasi pesimis menyatakan bahwa desentralisasi hanyamemperkuat elit-elit lokal, menyuburkan primordialisme,mendaerahkan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), danmen-KKN-kan daerah. Bahkan argumen yang lebih pesimislagi menyatakan bahwa desentralisasi menyulut disinte-grasi bangsa (Suharto, 2007).

Meskipun pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar,beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa desentra-lisasi seringkali hanya menguntungkan penguasa dan peng-usaha setempat, bukan memperhatikan suara dan kepen-tingan kaum marginal. Sebagaimana dikemukakan Gaventa(2005), hambatan-hambatan kekuasaan, pengucilan sosial,kecilnya kemampuan individu dan kapasistas organisa-sional kolektif menyebabkan rakyat kecil hanya menikmatisangat sedikit dari desentralisasi. Mengutip pengamatanManor, Gaventa menyatakan bahwa “belum ada bukti ten-tang elit lokal yang lebih bijak dan baik hati ketimbangorang-orang yang berada di atasnya”.

Desentralisasi dapat menimbulkan berbagai jebakanyang menghambat pembangunanan, khususnya pemba-ngunan bidang sosial apabila tanpa adanya good governancedan akuntabilitas. Menurut Suharto (2007) terdapat tigaisu utama yang mendasari aksioma ini, yaitu:1) Money follows function atau Function follows money?

Idealnya, Undang-undang Pemerintahan daerah yangbaru berpedoman pada prinsip money follows func-

Page 92: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

86

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

tion, uang mengikuti kewewnangan. Artinya, otonomidaerah tidak ditentukan oleh seberapa besar PendapatanAsli Daerahnya (PAD), melainkan oleh kemampuannyamenjalankan kewenangan sesuai dengan kebutuhan.Setiap daerah dipersilahkan menentukan kewenangan-nya masing-masing. Namun dalam prakteknya, prinsipfunction follows money seringkali lebih dominan. Pemdayang memiliki prosentase PAD yang besar terhadapAPBD-nya, memiliki kewenangan yang besar. Sebalik-nya, Pemda yang memiliki PAD yang rendah memilikiotonomi yang rendah pula. Bahkan, jika PAD-nyahanya 5% atau 10% saja dari APBD, Pemda dianggaptidak layak memiliki otonomi. Akibatnya, perlombaanmeningkatkan PAD lebih mengemuka ketimbang men-jalankan (apalagi meningkatkan) kewajiban memberipelayanan dasar dan perlindungan sosial bagi publik.

2) Pembangunan Ekonomi dulu baru kemudian Pem-bangunan Kesejahteraan Sosial.Keragaman sumberdaya manusia dan potensi ekonomidaerah kerapkali menimbulkan pandangan generalisasibahwa pembangunan kesejahteraan sosial hanya perludilakukan oleh daerah-daerah yang memiliki kemam-puan ekonomi tinggi. Desentralisasi yang memberikewenangan lebih luas pada daerah, kemudian dijadi-kan momentum untuk memangkas anggaran daninstitusi-institusi sosial dan bahkan meniadakannyasama sekali. Alasanya, pembangunan kesejahteraansosial dianggap boros dan karenanya baru perludilakukan apabila pertumbuhan ekonomi (PAD) telahtinggi. Padahal, studi di beberapa negara menunjukkanbahwa kemampuan ekonomi tidak secara otomatis danlinear berhubungan dengan pembangunan kesejahtera-an soail.

Page 93: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

87

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

3) Godaan Lokalisme dan PrimordialismeSudah menjadi rahasia umum, di beberapa daerah,institusi-institusi kesejahteraan sosial digabung, di-rampingkan atau dihapus dengan alasan disesuaikandengan kebutuhan setempat. Tanpa menghiraukankonsepsi dan substansi kesejahteraan sosial yang benar,ada suatu daerah yang menggabungkan bidang kese-jahteraan sosial dengan urusan kebakaran, pasar ataupemakaman. Di daerah yang lain lagi, primordialismeyang terlalu dominan tidak jarang mengesampingkanprinsip meritokrasi dan kompetensi sumberdaya kese-jahteraan sosial. Dalam banyak kasus, lembaga-lembagakesejahteraan sosial dipandang sebagai pos yang bisadiisi oleh siapa saja dengan latar belakang pendidikandan pengalaman yang tidak relevan sekalipun.

Paling tidak terdapat empat faktor kunci yang men-dorong sebuah daerah mempromosikan perlindungan sosialsebagai salah satu jalan atau rute peningkatan kesejahteraanwarganya, yaitu:1) Komitmen elit lokal (pemerintah, DPRD) yang kuat,

reformis dan pro-kesejahteraan.Kepemimpinan lokal merupakan faktor kunci bagireformasi pelayanan publik. Para pejabat dan wakilrakyat perlu memiliki pemahaman dan komitmen yangkuat mengenai kebijakan sosial yang pro pembangunansosial. Pejabat pemerintah dan wakil rakyat harus mampumenterjemahkan kebutuhan warga negara. Merekaharus tanggap dan berpihak kepada rakyat. Kejelasanvisi dan kegigihan bupati dan walikota di Solok, TanahDatar, Musi Banyuasin, dan Jembrana memberi pesanjelas bahwa kepemimpinan merupakan faktor kuncibagi politik anggaran yang pro pembangunan sosial(Suharto, 2007).

Page 94: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

88

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

2) Good GovernanceTata pemerintahan yang transparan dan akuntabelmendorong adanya partisipasi publik dalam prosesperencanaan dan penganggaran sebuah kebijakanpublik yang difokuskan bagi pembangunan sosial.

3) Reformasi Birokrasi dan Anggaran DaerahSuatu birokrasi yang lebih efisien, insentif yang lebihmemadai, struktur birokrasi yang ramping dan fung-sional. Reformasi ini berhasil memotong high cost bu-reaucracy sehingga anggaran bisa direlokasi untukkeperluan yang lebih produktif, termasuk membiayaipelayanan publik untuk rakyat.

4) Partisipasi masyarakatKeterlibatan rakyat memberi kontribusi penting bagiupaya-upaya promosi kebijakan, dukungan atas kebija-kan, aksi-aksi sukarela dalam implementasi di lapangan.Temuan IRDA dan The Asia Foundation memperlihatkanbahwa partisipasi komisi-komisi ekstra negara mampumemberi desakan kepada pemerintah untuk memper-baiki pelayanan publik; partisipasi perempuan jugatelah melahirkan kepekaan kebijakan Pemda terhadapkesehatan ibu dan anak.

Page 95: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

89

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Negara adalah rakyat. Dan kuasa adalah milik rakyat.Pemerintah bekerja adalah untuk rakyat. Oleh karena itu,tujuan mendirikan negara adalah untuk mensejahterakanrakyatnya secara adil, tanpa adanya diskriminasi. Pendiriannegara sebagai bentuk dari kesepakatan politik antar rakyat,yang didalamnya mempunyai konsekuensi-konsekuensiyang mengatur tentang hak dan kewajiban. Dalam konteksinilah, maka negara mempunyai kewajiban untuk memberi-kan pelayanan yang baik terhadap kepentingan rakyat.Karena kewajiban negara adalah untuk mengabdi kepadakepentingan rakyat dan kehendak rakyat. Bukan sebalik-nya, rakyat mengabdi kepada kepentingan penguasa negara.

Dalam konteks teori, pernyataan di atas merupakansebuah keniscayaan, namun dalam konteks praksis sering-kali menjadi sesuatu yang jauh dari konsepsi yang sudahdibangun seperti di atas. Acapkali dalam implementasinya

Negara Kesejahteraandan Hak Konstitusional

... Bagian Ketiga

Page 96: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

90

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

antara konsep dengan praktik selalu tidak sebangun. Padadasarnya harus dipahami bahwa kuasa atas negara me-rupakan sebagai rumusan kehidupan keseharian dari prinsipkedaulatan rakyat yang merupakan inti dari republik49.Dengan pemahaman seperti ini, diharapkan mampu mem-perjelas makna relasi antara negara dengan rakyat. Konsepnegara secara politik berhubungan langsung dengan tun-tutan terhadap negara secara ekonomi. Sistem negara demo-krasi hampir pasti menggambarkan negara yang memberijawaban kesejahteraan ekonomi bagi rakyatnya. Karenaitu, Amartya Sen menyatakan bahwa kemiskinan terjadibukan karena hilangnya upaya-upaya serius untuk meng-atasinya tetapi karena kekurangan demokrasi. Sehingganegara yang memberi kesejahteraan bagi warganya adalahnegara yang sukses berdemokrasi. Dalam hal ini, negarabisa mengintervensi hubungan-hubungan ekonomi yangdalam kategori ekonomi pasar sifatnya kontraktual-indi-vidual demi kepentingan rakyat banyak. Namun, seiringdengan menguatnya neoliberalisme dan makin kompleks-nya kebutuhan publik masyarakat modern maka dalamperkembangannya ada dua kekuatan penting yang seolahmenjalankan peran negara selain birokrasi yaitu swasta.

Pemenuhan atas hak rakyat merupakan hak dasar bagiwarga negara yang harus dipenuhi oleh negara. Dalamkonteks pemenuhan yang diberikan negara kepada rakyatyaitu berwujud pelayanan publik ataupun pelayanan sosial.Karena penyelenggaraan pelayanan publik sebagai salahsatu dari bagian pemenuhan kesejahteraan serta menjadibagian dalam pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial danbudaya (ekosob). Hampir setiap orang dalam berbagai kesem-patan selalu menyampaikan tentang isu-isu yang berkaitandengan pelayanan publik sebagai suatu keharusan yang

49 Sylvia Tiwon, 2006, Negara adalah Kita, Praksis-Prakarsa Rakyat.

Page 97: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

91

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

disediakan oleh negara. Disamping itu, dalam kovenandeklarasi umum hak asasi manusia (DUHAM) juga di-sebutkan bahwa ada jaminan bagi hak-hak warga negara,seperti sosial security maupun sosial protection.

Bila kemudian kita melakukan pengukuran atas ke-sejahteraan rakyat maka salah satu indikatornya adalahadanya pelayanan publik yang baik, partisipatif, akuntabel,transparan dan tentu bebas dari praktik-praktik curang,tindakan perilaku pelayanan yang tidak menyenangkanmaupun praktik korupsi. Pendek kata pelayanan publikharus diselenggarakan dengan prinsip demokratis danberkeadilan. Hal ini dilakukan karena pelayanan publikmerupakan bagian yang tak terpisahkan sebagai kewajiban(obligation) negara untuk mensejahterakan rakyatnya. Pe-layanan publik bukan semata-mata hanya menyiapkan ins-trumen bagi berjalannya birokrasi untuk menggugurkankewajiban negara, melainkan lebih dari itu, bahwa pelayan-an publik merupakan esensi dasar bagi terwujudnya ke-adilan sosial.

Namun fakta yang terjadi selama ini adalah hal yangsebaliknya, yaitu sangat jauh dari apa yang disebut denganpelayanan yang baik dan berkeadilan. Dan ironisnya,rakyat tidak punya pilihan lain untuk tidak menerimapelayanan publik dengan kualitas yang memprihatinkanini. Jujur kita akui bahwa hingga hari ini bangsa Indone-sia belum dapat menikmati secara bersama apa yang disebutdengan sejahtera. Padahal jelas, bahwa Indonesia sebagainegara bangsa yang merumuskan konstitusinya denganfalsafah negara kesejahteraan (welfare state).

Benarkah Indonesia Negara Kesejahteraan?Gagasan politik tentang negara pemahamannya cukup

beragam. Namun secara garis besar banyak yang men-

Page 98: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

92

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

definisikan tentang adanya kontrak sosial dan relasi politikantara warga negara untuk membangun sebuah tatananbernegara yang kemudian terpersonifikasi kan kepadapenyelenggara negara dengan warga negara. Selain itu adapendapat lain yaitu dari Hans Kelsen (1971) misalnya men-definisikan negara dalam konsep hukum murninya sebagaikorporasi yang merupakan personifikasi dari suatu tatananhukum nasional.50

Oleh karena itu, secara sederhana maka konsep negarasecara politik akan berhubungan langsung dengan tuntutanterhadap negara secara sosial-ekonomi. Sistem negarademokrasi hampir pasti dapat menggambarkan tentangkonsep negara yang dapat memberi jawaban atas kesejah-teraan ekonomi bagi rakyatnya. Karena itu, Amartya Senmenyatakan bahwa kemiskinan terjadi bukan karenahilangnya upaya-upaya serius untuk mengatasinya tetapikarena kekurangan demokrasi. Sehingga negara yangmemberi kesejahteraan bagi warganya adalah negara yangtelah baik menjalankan demokrasinya.

Dalam konteks ini, karena posisi negara dapat melaku-kan intervensi kepada hubungan-hubungan ekonomi yangdalam kategori ekonomi pasar yang sifatnya kontraktual-individual demi kepentingan dan kemaslahatan warganegara/rakyat. Namun, apa yang terjadi saat ini sungguhsangat memprihatinkan dimana posisi negara semakin harisemakin tidak berdaya manakala berupaya untuk memberi-kan perlindungan kepada rakyatnya. Memang kondisi se-perti ini banyak dipicu dengan menguatnya neoliberalismedan makin kompleksnya kebutuhan publik masyarakatmodern yang kemudian pada akhirnya hanya ada dua ke-kuatan penting yang menjalankan peran negara yakni

50 Lihat Hans Kelsen, General Theory of Law and State, New York:Russel and Russel 1971, atau Teori Umum tentang Hukum dan Negara, terjRaisul Muttaqien, Nusamedia & Nuansa, Bandung, 2006.

Page 99: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

93

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

birokrasi dan swasta dan rakyat hanyalah menjadi pe-nonton dan bahkan obyek saja atas bekerjanya peran biro-krasi dan pihak swasta. Birokrasi mendapat tugas langsungkarena fungsinya sebagai tulang punggung pemerintahdalam menciptakan dan mengembangkan kebijakan-kebijakan publik sedangkan swasta mendapat peran me-laksanakan kebijakan publik karena berbagai alasan, antaralain ketidaksanggupan pemerintah mengelola semua sumberdaya publik yang masalahnya makin kompleks dan berikut-nya adalah menyangkut spesialisasi yang saat ini banyakdikuasai oleh pihak swasta. Kehadiran swasta juga menguat-kan cara berpikir pasar dalam birokrasi.

Konsepsi negara kesejahteraan (welfare state), pada esen-sinya adalah memberikan perlindungan atas kepentingan-kepentingan dasar yang memang telah melekat pada diriwarga negara. Pilihan ideologi negara kesejahteraan bagiIndonesia haruslah juga dapat dioperasional dengan baik.Artinya posisi ideologi negara harus menjadi panduan bagiterselenggaranya pemerintahan, karena negara mepunyaifungsi untuk: Melindungi segenap bangsa Indonesia danseluruh tumpah darah Indonesia bukan hanya ancamandari luar Negara melainkan juga ancaman dari dalam yangberbentuk wabah penyakit, kemiskinan dan sejenisnya.Memajukan kesejahteraan umum yaitu tentang ketahananpangan, perbaikan kesehatan penduduk. Mencerdaskankehidupan bangsa. Yaitu menyelenggarakan publik bagirakyat tanpa diskriminasi. Menciptakan perdamaian. Mencip-takan perdamaian bagi umat manusia. Menciptakan keadilansosial. Yaitu mencitakan keadilan ekonomi bagi rakyat.

Fungsi Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsaposisinya sangatlah penting. Kalimat ini mempunyai maknafilosofis. Artinya, Negara berkewajiban menyelenggarakandan menyediakan instrumennya agar proses pencerdasan

Page 100: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

94

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

bagi bangsa (seluruh rakyat Indonesia) dapat dnikmatinya.Yang dimaksud dengan penyediaan instrumen yaitu Negaramelalui pemerintah wajib menyelenggarakan pelayanan publik(sosial) tanpa diskriminasi dan tanpa memberatkan wargaNegara. Namun semua hal ini tidak dapat terjadi karenaproses selama ini yang terjadi sangat jauh dari prinsip-prinsip yang terkandung dalam fungsi Negara. Dalamkenyataannya yang terjadi saat ini yaitu penyelenggaraanpublik masih banyak diliputi oleh; rendahnya kualitaslayanan, rendahnya kualitas penyelenggaraan layanan,ketiadaan akses bagi kelompok rentan, penyandang cacatdan komunitas adat terpencil, ketiadaan mekanismekomplain dan penyelesaian sengketa.

Pelayanan publik juga tidak bisa lepas dari pilihangagasan politik tentang negara. Marsillam Simandjuntakmencontohkan, gagasan politik tentang negara demokrasimisalnya, menyatakan bahwa kekuasaan pemerintah di-tentukan oleh rakyat sehingga aturan hukum tentanghubungan antara masyarakat dengan penguasa dan antaranggota masyarakat sendiri mencerminkan perwujudansetiap kemungkinan dari pelaksanaan kekuasaan rakyat.Arahnya, bersifat membuka jalan dan memudahkan pe-nyaluran hasrat rakyat dalam pembentukan kebijakan peme-rintahan (Simandjuntak, 2003: 1-2). Jadi, kekuasaan palingberdaulat adalah rakyat. Sebaliknya, dalam konsep ke-daulatan negara, kekuasaan sepenuhnya ada di tangannegara yang selanjutnya berada di pangkuan pemerintah.Rakyat dikontrol sepenuhnya dan seringkali tidak diberikesempatan untuk berbeda pandangan dengan pengambilkebijakan. Konsep negara seperti ini yang melahirkan se-jumlah negara fasis seperti Nazi Jerman dan Jepang di masaperang dunia II.

Dalam menentukan produk kebijakan, negara tidakdapat melakukannya berdasarkan atas seleranya sendiri

Page 101: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

95

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

namun harus ada ruang partisipasi agar setiap produkkebijakannya mendapatkan legitimasi sosial selain selainlegitimasi yuridis dan politik. Partisipasi masyarakat dalamsegala pembuatan kebijakan yang nantinya akan memberiefek langsung maupun tak langsung merupakan tuntutanmendasar dari proses demokratisasi. oleh karenanya kanalpartisipasi mau tak mau harus selalu di buka dalam prosespembuatan, implementasi dan juga proses pengawasanserta evaluasi dalam kebijakan pelayanan publik. Pelibatandalam keseluruhan proses kebijakan pelayanan publik secarafilosofis mengembalikan core dari pelayanan publik sebagaisebuah mekanisme yang di sediakan oleh negara untukmemenuhi kebutuhan dan hak dasar masyarakat. Inti pe-layanan publik di kembalikan kepada masyarakat dan bukansebaliknya seperti penyelenggaraan layanan yang selamaini terjadi. Penyelenggaraan layanan kembali di tempatkansebagai penyedia layanan bagi masyarakat bukan sebalik-nya masyarakat sebagai penerima layanan harus memenuhikewajiban yang di tetapkan oleh penyelenggara layananseperti yang selama ini terjadi.

Dalam konteks partisipasi masyarakat esensi dasarnyadapat di bagi ke dalam tiga proses yaitu; Pertama, partisi-pasi dalam proses perencanaan penyelenggaraan layananpublik. Artinya, partisipasi masyarakat dalam perencanaanakan meliputi penentuan kualitas jenis layanan yang diberikan, penentuan mekanisme pemberian layanan, pe-nentuan biaya layanan, penentuan hak dan kewajiban daripenyelenggaraan maupun pengguna layanan, serta meka-nisme koplain dan penyelesaian sengketa. Penetuan hal-hal tersebut di atas tidaklah harus sepihak oleh penyeleng-gara semata tetapi juga harus meminta persetujuan darimasyarakat. Penyelenggara dalam proses perencanaanharuslah melibatkan masyarakat untuk menentukan hal-hal tersebut di atas.

Page 102: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

96

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Kedua, partisipasi dalam proses perencanaan layananpublik hubungan dengan pengawasan. Yaitu; penyeleng-garaan layanan haruslah terbuka terutama dalam penga-wasan penyelenggaraannya. Salah satu cara membukaruang partisipasi masyarakat dalam melakukan pengawasandengan penyediaan mekanisme penanganan keluhan danpenyelesaian sengketa baik oleh penyelenggara maupunoleh lembaga independen yang memiliki kewenanganatasnya. Kejelasan mekanisme pananganan keluhan danpenyelesaian sengketa dapat mendorong meningkatkankualitas layanan dan memberikan dorongan kepada masya-rakat untuk melakukan pengawasan. Sedangkan di pihaklain memberikan jaminan bagi terpenuhinya hak-hak dankebutuhan dasar masyarakat melelui palayanan publik.

Ketiga, pelibatan masyarakat dalam evaluasi penyeleng-garaan layanan. Masyarakat sebagai penerima layananharus dilibatkan dalam proses penilaian dan evaluasipenyelenggaraan layanan, karena masyarakat adalahtujuan dari penyelenggaraan layanan publik. Pendapatmasyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publikmerupakan komponen utama dari evaluasi penyeleng-garaan pelayanan publik. Mekanismenya dapat melaluisurvei berkala yang analistis.

Pelayanan Publik sebagai bentuk Implementasi NegaraKesejahteraan

Salah satu agenda penting reformasi sejak tahun 1998adalah perbaikan pelayanan publik. Tantangan menujupelayanan publik yang lebih adil dan berkualitas tentutidak semudah membalik telapak tangan. Perubahan padatataran peraturan, struktur, paradigma, serta kultur perludilakukan dan ini membutuhkan waktu yang cukup lama.

Reformasi pelayanan publik perlu dipahami dalam artiluas, lebih dari sekedar mengubah pandangan dan mental

Page 103: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

97

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

aparat birokrasi di negeri ini yang masih melihat pelayananpublik sebagai “pekerjaan yang dilayani” bukan “pekerjaanuntuk melayani”. Bicara pelayanan publik yang adil danberkualitas adalah bicara mengenai tanggungjawab negarakepada rakyatnya. Negara yang baik adalah negara yangmampu memenuhi dan melindungi hak-hak penduduk-nya. Parameternya dapat dilihat dari keluaran proseskebijakan yang ada, yaitu pelayanan terbaik kepada masya-rakat. Adalah tugas negara (dalam hal ini dijalankan peme-rintah) untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.

Pelayanan publik yang juga merupakan bagian daripelayanan publik maka Pemerintah sebagai pengelola di-dorong untuk memperbaiki dirinya guna mewujudkan tatapemerintahan yang baik (good governance). Inti dari goodgovernance adalah pemerintah memiliki kewajiban melayanimasyarakatnya. Pelayanan publik dalam konteks mewujud-kan good governance ini dapat dilihat melalui 3 langkahstrategis (Dwiyanto, 2005: 20-27). Pertama, interaksi antaranegara (yang diwakili pemerintah) dengan warganya, ter-masuk berbagai kelompok atau lembaga di luar pemerintahdalam pelayanan publik. Idealnya, interaksi tersebut me-maksa pemerintah sebagai penyedia layanan untuk mem-berikan pelayanan yang terbaik bagi warganya. Perubahankualitas pelayanan, menjadi lebih baik atau lebih buruk,akan berdampak secara langsung kepada masyarakatdimana kehidupannya sehari-hari tergantung dari apayang diberikan oleh pemerintah kepada warganya.

Kedua, pelayanan publik adalah ranah dimana prinsip-prinsip good governance dapat diartikulasikan secara lebihbaik. Sebagai contoh, aspek kelembagaan kualitas pelayananpublik dari prinsip-prinsip good governance adalah bagai-mana interaksi antara pemerintah dengan warga ataudengan pasar, yaitu bagaimana keterlibatan aktor di luar

Page 104: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

98

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

pemerintah dapat memberi masukan, kritik atau responterhadap bentuk pelayanan yang diberikan. Sementara,nilai-nilai good governance seperti efektifitas, efisiensi, nondiskriminatif, berkeadilan, berdaya tanggap tinggi danakuntabilitas yang tinggi dapat direalisasikan dalam pe-layanan publik. Nilai-nilai tersebut menjadi mudah terlihatdan teraplikasikan pada pelayanan publik dalam kerangkagood governance.

Ketiga, pelayanan publik melibatkan semua kepentinganyang berada di dalam negara. Pemerintah, masyarakat, danmekanisme pasar memiliki kepentingan terhadap pelayananpublik yang lebih baik. Nasib sebuah pemerintahan, baikdi pusat ataupun di daerah, tergantung dari pelayananpublik yang dibangun karena kepercayaan dan legitimasikekuasaan mereka berasal dari pengguna layanan, yaitumasyarakat. Dalam iklim keterbukaan politik dan sistempemilihan pemimpin secara langsung saat ini, masyarakatdapat menentukan pilihan dan dukungan kepada rezimyang mampu atau tidak mampu dalam memberikan pe-layanan yang terbaik kepada masyarakat. Legitimasi ke-kuasaan saat ini ditentukan pada keberpihakan pemerintahkepada rakyatnya secara langsung. Bentuk pelayanan yangburuk menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat atassebuah rezim pemerintahan.

Apabila kita cermati antara tugas negara yang ter-cantum dalam berbagai peraturan perundang-undanganjelas tergambar bahwa negara ini lahir untuk memberikanpelayanan kepada rakyatnya. Persoalan pelayanan publikdi Indonesia secara singkat dapat dikelompokkan ke dalamtiga hal, yaitu (Prasojo, Maksum dan Kurniawan, 2006):1. Paradigma pelayanan publik dan mentalitas aparat.

Aturan dan regulasi yang ada sebenarnya sudah me-neguhkan tanggung jawab negara dalam memberi pe-

Page 105: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

99

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

layanan, namun ironisnya banyak ditemukan kasusyang menggambarkan buruknya pelayanan publik diIndonesia. Selain itu, belum berubahnya sikap dan para-digma dari aparat pemerintah dalam pemberian pela-yanan yang masih rules-driven atau berdasar perintahdan petunjuk atasan, namun bukan kepuasan masya-rakat. Setiap aparat harusnya memahami esensi daripelaksanaan tugasnya kepada masyarakat.

2. Kualitas pelayanan tidak memadai dan masih diskri-minatif.Jaminan terhadap pemenuhan hak-hak dasar masya-rakat yang tanpa diskriminasi belum diberikan dengankualitas yang memadai. Selain itu, pelayanan publikyang disediakan umumnya terbatas, misalnya jumlah,kualitas tenaga, fasilitas dan sarana tidak memadai dantidak merata. Umumnya ini disebabkan keterbatasanSDM serta alokasi anggaran yang kurang memadaidalam APBD. Di sejumlah daerah, APBD lebih banyakdihabiskan untuk kegiatan rutin dibandingkan kegiatanpembangunan.

3. Belum ada regulasi yang memadai.Regulasi yang ada belum mampu meyakinkan bahwakewajiban negara semestinya diiringi dengan kemam-puan memberi layanan yang terbaik kepada warganya.Selain itu, partisipasi masyarakat dalam proses pem-berian layanan belum optimal, meski terdapat pe-rangkat yang dapat mendukung upaya itu51.

Pengaturan tentang pentingnya pelayanan publik mem-punyai beberapa elemen penting yang harus terpenuhi danwajib diciptakan atau disediakan oleh setiap aktor dalam

51 Luthfi J. Kurniawan (ed), 2008, Paradigma Kebijakan Pelayanan Publik,In-TRANS Publishing.

Page 106: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

100

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

pelayanan publik yang menunjukkan perlunya pelayananpublik yang adil dan berkualitas.

Jika kita melihat tentang eksistensi negara bahwahadirnya negara adalah untuk mensejahterakan rakyatnya,maka negara akan mempunyai makna yang baik. Yaitunegara yang melayani, negara yang melindungi, dan tentuinilah cita-cita setiap rakyat untuk hidup dan menghidupisebuah negara. Bukan malah sebaliknya yaitu negara yangmenghisap rakyatnya (predatory state). Eksistensi Negarabukan untuk dirinya sendiri tetapi Negara eksis untukrakyatnyanya. Oleh karena itu, negara harus dipandangsebagai lembaga yang mempunyai kewajiban untuk men-jamin terselenggaranya kesejahteraan umum bagi seluruhrakyatnya tanpa diskriminatif.

Kini, persoalannya adalah bagaimana Negara memasti-kan peran pentingnya untuk segera memenuhi kewajiban-nya kepada rakyatnya? Pertanyaan ini layak diajukan karenasampai saat ini (pejabat) negara masih banyak memper-tentangkan atas fungsi-fungsinya. Misalnya bagaimanaperdebatan tentang kewajiban negara untuk memenuhihak-hak ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan untukrakyatnya. Menyangkut pemenuhan hak-hak tersebutmasih sering terjadi silang pendapat, padahal jelas konsepsiatau filosofi yang mendasari berdirinya negara Indonesiauntuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia tanpapandang bulu. Artinya pilihan ideologi sebagai negara ke-sejahteraan harusnya sudah final atau menjadi keputusanpolitik yang sudah selesai. Dan karena sudah menjadiideologi bagi negara ini maka seharusnya tidak ada pilihanideologi lain dalam mengembangkan politik pembangunan-nya. Politik pembangunan yang dikembangkan mestinyamendasarkan kepada konsepsi welfare state.52

52 Luthfi J. Kurniawan & Hesti Puspitosari, 2006, Wajah Buram PelayananPublik, MCW-Yappika.

Page 107: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

101

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Namun dalam kenyataannya yang selama ini terjadiselalu paradok, yaitu banyak fakta menunjukkan jeleknyapelayanan yang diberikan oleh institusi-institusi negara/pemerintahan yang kemudian seolah-olah menjadi dasarbahwa penyelenggaraan pelayanan akan lebih baik jikadiselenggarakan oleh swasta dengan pendekatan mekanismepasar dengan mengurangi peran dan intervensi negara.Satu contoh misalnya tentang hak atas pendidikan (the rightto education) banyak yang tidak terpenuhi dan menimbulkanmasalah yaitu tidak terpenuhinya akses terhadap sekolah,tenaga pengajar dan fasilitas pendidikan formal dan nonformal. Banyak anak putus sekolah dan menjadi pekerjaanak. Disamping itu biaya pendidikan yang sangat mahal(fungsi sosialnya hilang dan fungsi bisnisnya yang menge-muka) dan banyak persoalan dengan kualitas pendidikan-nya. Di bidang kesehatan juga hampir sama. Hak untukmendapatkan kesehatan yang baik sangat susah, termasukhak atas lingkungan hidup yang sehat (the right to the highestattainable standard of health and the right to healthy environment).Masalah-masalah di kesehatan misalnya yang munculseperti tidak terpenuhinya akses terhadap fasilitas rumahsakit/puskesmas, tenaga medis dan obat-obatan termasukpelayanan kesehatan, harga obat-obatan yang mahal dankualitasnya sering dipertanyakan. Selain itu, sering terjadigizi buruk dan pencemaran lingkungan.53

Negara Indonesia Merdeka yang di proklamasikan padatanggal 17 Agustus 1945 membentuk suatu pemerintahNegara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indo-nesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untukmemajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehi-dupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

53 A. Patra M. Zen, 2005, Tak ada Hak Asasi Yang Diberi, YLBHI-CIDA,Jakarta.

Page 108: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

102

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Dengan kata lain, Negara dan pemerintah Indonesia-punmemiliki kewajiban untuk memajukan kesejahteraan umumdalam arti yang seluas-luasnya karena berkaitan dengankepentingan masyarakat secara keseluruhan. Negara danpemerintah memiliki peran dan posisi strategis dalam upayamemajukan kesejahteraaan umum. Namun kedudukantersebut tidak secara otomatis menempatkan dirinya se-bagai lembaga yang legitimate untuk membuat dan me-nentukan kesejahteraan publik. Dalam hal ini, tanggung-jawab negara adalah bagaimana mengusahakan semuaprasyarat, kondisi dan sarana maupun prasarana yangdapat mendukung tercapainya kesejahteraan publik.

Kesejahteraan umum adalah suatu kondisi tertentuyang dirasakan oleh publik mengenai kehidupannya yangbaik dan berkeadilan. Kondisi publik yang sejahtera dapatdideskripsikan sebagai keadaan masyarakat yang bebasdari perasaan lapar, kemiskinan, kecemasan akan hari esok,perasaan takut, dari penindasan dan dari ketidakadilan.Kesejahteraan publik dapat pula dideskripsikan sebagaikeadaan masyarakat yang aman, tentram, kehidupan publikyang sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilainya sendiri,bebas mengekspresikan dan mewujudkan kehidupan in-dividual dan sosialnya sesuai dengan aspirasi serta ke-mungkinan yang tersedia dalam masyarakatnya. Dengandemikian, kesejahteraan publik ditentukan oleh apresiasidan perasaan manusia itu sendiri terhadap kehidupan in-dividual maupun sosialnya. Kesejahteraan seseorang tidakdapat ditentukan secara dogmatis atau ideologis ataupunpragmatis dari atas (negara, pemerintah, rezim yangberkuasa), melainkan terletak pada perasaan dan apresiasimanusia itu sendiri. Manusia itu sendirilah yang akanmenentukan secara optimal tingkat kesejahteraannya.

Page 109: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

103

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Maka, kesejahteraan publik bukanlah merupakanpenjumlahan kesejahteraan semua anggota masyarakat.Negara selalu hanya dapat menyelenggarakan semuaprasyarat, kondisi dan sarana maupun prasarana yangdapat mendukung tercapainya kesejahteraan publik, tetapitidak dapat membuat publik merasa sejahtera. Negara tidaklangsung dapat menciptakan kesejahteraan seseorang.Bagaimana apresiasi dan perasaan masing-masing anggotamasyarakat tentang kesejahteraan adalah fakta yang beradadi luar kemampuan negara untuk menentukannya. Tang-gungjawab sosial negara dan pemerintah dalam menye-lenggarakan kesejahteraan umum harus dipandang sebagaiupaya untuk memfasilitasi masyarakatnya agar merekamasing-masing dapat mewujudkan kesejahteraannya.

Konsep Negara “Kesejahteraan” tentunya sangat tepatuntuk menggambarkan bagaimana seharusnya negara ber-buat untuk kepentingan warganya. Negara kesejahteraan,pada dasarnya, mengacu pada “peran negara yang aktifdalam mengelola dan mengorganisasi perekonomian” yangdi dalamnya “mencakup tanggungjawab negara untukmenjamin ketersediaan pelayanan kesejahteraan dasardalam tingkat tertentu bagi warganya”.

Oleh karena itu tugas dan tanggungjawab negaraadalah mendukung dan secara langsung menyediakanberbagai pelayanan publik yang berlandaskan pada apayang menjadi kebutuhan dan kepentingan publik dalamupaya mewujudkan kesejahteraan publik (bidangekonomi, politik, sosial, budaya, keamanan, dsb). TugasNegara dan pemerintah bukan menghilangkan atau mem-batasi perasaan dan apresiasi masyarakatnya, tetapi men-dukung dan menstimulasi masyarakat untuk ikut sertamengoptimalisasi kesejahteraannya. Negara dan pemerintahtidak memposisikan dirinya sebagai yang paling bisa melaku-

Page 110: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

104

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

kan segala hal, tetapi mendukung usaha keterlibatan masya-rakat untuk menentukan apa yang terbaik bagi dirinya.

Perdebatan tentang ideologi Negara memang cukup“ketat” yang banyak dilakukan oleh para pemikir danpengambil keputusan politik di banyak Negara. Satu misaltentang konsepsi welfare state. Secara umum, suatu Negarabisa digolongkan sebagai Negara kesejahteraan jikamempunyai empat pilar utamanya, yaitu: 1) sosial citizen-ship; 2) full democracy; 3) modern industrial relation system; 4)rights to education and the expantion of modern mass educationsystem. Kempat pilar ini dimugkinkan dalam Negarakesejahteraan karena Negara memerlukan memperlakukanpenerapan kebijakan sosial sebagai “penganugrahan hak-hak sosial” (the grinting of sosial rights) kepada warganya(Esping-Andersen (1999)).

Pada Negara kesejahteraan yang telah menerapkankeempat pilar diatas dapat membebaskan warga negaranyadari cengkeraman pasar, karena telah memiliki ketahananuntuk mengatasi arus globalisasi. Hal ini terjadi karenadengan menggunakan perangkat kebijakan sosial yangdiambil Negara sebagai pemenuhan hak-hak setiap wargaNegara yang telah disediakan tersebut. Negara kesejah-teraan bukanlah hanya diam dan membiarkan rakyatnyaberakifitas tanpa adanya bentuk kebijakan sosial yangkongkrit dari Negara, akan tetapi Negara kesejahteraanakan memberikan hak-hak konstitusional rakyatnya me-lalui kebijakan sosial yang terukur dan transparan, sesuaidengan tingkat kebutuhan masyarakatnya. Namun demi-kian, konsepsi dari Negara kesejahteraan variannya lebihdari satu seperti yang digambarkan oleh Esping-Andersendalam Darmawan Tribowo dan Sugeng Bahagijo, tentangringkasan varian rezim kesejahteraan.54

54 Hesti Puspitosari, Luthfi J. Kurniawan, Filosofi Pelayanan Publik,setara press, 2012

Page 111: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

105

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Penggolongan yang di sampaikan diatas memberikanpemahaman kepada kita bahwa kesejahteraan rakyatmerupakan bentuk dari tanggungjawab dan kewajibanNegara. Artinya hak rakyat mulai dari perlindungan, pe-menuhan dan penghormatan terhadap hak-hak dasarrakyat harus dipenuhi oleh negara.

Pelayanan Sosial adalah bagian dari Pelayanan PublikBerbagai Pengertian mengenai Pelayanan (Service)

banyak dikemukakan oleh para ahli; diantaranya menurutAmerican Marketing Association, seperti dikutip olehDonald W,Cowell (1984:22) menyatakan bahwa; “Pelayananpada dasarnya adalah merupakan kegiatan atau manfaatyang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain danpada hakekatnya tidakberwujud serta tidak menghasilkankepememilikan sesuatu, proses produksinya mungkin dan

Liberal Sosial Demokrat Konservatif

Peran Aktor Keluarga Marginal Marginal Utama Pasar Utama Marginal Marginal Negara Marginal Utama Pelengkap Bentuk Welfare State

Bentuk ikatan dominan

Individual Universal Kekerabatan korporatisme Etatisme

Wadah ikatan yang dominant

Pasar Negara Keluarga

Tingkat dekomodifikasi

Minimal Maksimal Tinggi (bagi pencari nafkah utama)

Model Negara Amirika Serikat

Swedia Jerman, italia

Page 112: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

106

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik”.Sementara menurut Lovelock, Christoper H (1991:7), bahwa“service adalah produk yang tidak berwujud, berlangsungsebentar dan dirasakan atau dialami”. Artinya service me-rupakan produk yang tidak adawujud atau bentuknyasehingga tidak ada bentuk yang dapat dimiliki, dan ber-langsung sesaatatau tidak tahan lama, tetapi dialami dandapat dirasakan oleh penerima layanan.

Konsep pelayanan berasal dari usaha untuk mem-berikan sesuatu yang terbaik bagi individu, kelompok danmasyarakat. Ini sama halnya dengan pelayanan sosial padaumumnya dilakukan oleh seorang pekerja sosial. Untukmeningkatkan kesejahteraan kelompok atau individu yangmengalami masalah baik dalam diri, kelompok dan ling-kungan sosialnya. Pada umumnya masyarakat awambelum begitu memahami tentang apa yang dimaksuddengan pelayanan sosial. Kondisi ini disebabkan karenamereka hanya mengetahui pelayanan sosial yang bersifatmenolong ’sesaat’ atau dengan kata lain hanya mengenalpelayanan itu dalam bentuk bantuan langsung.

Luasnya konsepsi mengenai pelayanan-pelayanansosial sebagaimana dikemukakan oleh Romanyshyn 1971,bahwa pelayanan sosial bukan hanya sebagai usaha me-mulihkan, memelihara, dan meningkatkan kemampuanberfungsi sosial individu dan keluarga, melainkan jugasebagai usaha untuk menjamin berfungsinya kolektifitasseperti kelompok-kelompok sosial, organisasi serta masya-rakat. Pelayanan-pelayanan sosial meliputi kegiatan-ke-giatan atau intervensi-intervensi kasus yang dilaksanakansecara individualisasi langsung dan terorganisir, yangbertujuan membantu individu atau kelompok dan ling-kungan sosial untuk mendorong kepada terjadinya proseskeberfungsian sosialnya. Menurut Walter A. Friedlander,

Page 113: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

107

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

pelayanan sosial yang terorganisir secara sistemik akandapat melahirkan kesejahteraan sosial bagi individu/masyarakat yang sesuai dengan standar hidup manusia.

Secara garis besar pengertian pelayanan sosial terbagimenjadi dua bagian yaitu, pengertian dalam arti luas danpengertian dalam arti yang sempit; (1) Pelayanan sosial dalamarti luas yaitu pelayanan sosial yang mencakup fungsipengembangan termasuk dalam bidang kesehatan, pen-didikan, perumahan, tenaga kerja, dan sebagainya. Defenisiini biasanya berkembang di negara-negara maju. (2) Pe-layanan sosial dalam arti sempit disebut juga pelayanan ke-sejahteraan sosial yang mencakup program pertolongandan perlindungan kepada golongan-golongan yang tidakberuntung, seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar,keluarga miskin, orang cacat, tuna susila dan sebagainya.Defenisi sering digunakan oleh negara-negara yang sedangberkembang (Muhidin, 1992: 410).

Sebagai gambaran jenis pelayanan sosial yang di-butuhkan oleh setiap manusia adalah;

Jenis Pelayanan Sosial Diskripsi Singkat

Bantuan sosial umum (public assistance)

Orang yang membutuhkan langsung, termasuk asistensi sosial menanggulangi kemiskinan, bantuan untuk lansia, orang-orang cacat dan anak-anak yatim piatu.

Asuransi sosial (sosial insurance)

bantuan bagi para buruh serta keluarganya untuk menanggulangi hilangnya mata pencaharian mereka karena disebapkan umur yang lanjut, pengangguran, kecelakaan di dalam industri, dan penyakit selama bekerja,dll.

Pelayanan kesejahteraan keluarga (family services)

penyuluhan tentang hubungan-hubungan pribadi dan keluarga, tentang soal-soal perkawinan, kesehatan dan masalah keluarga lainya

Page 114: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

108

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Pelayanan kesejahteraan anak (child welfare service)

Menempatkan anak yatim di rumah orang tua angkat, dipanti asuhan, supervisi asuhan keluarga dan adopsi anak, perilaku yang a-sosial, pemeliharaan bayi, pelayanan sosial di dalam sekolah, perlindungan anak yang bekerja,dll.

Pelayanan kesehatan dan pengobatan (health and medical services)

Mendirikan pelayanan kesehatan bagi para ibu dan anak, mendirikan pusat kesehatan bagi anak-anak, kunjungan juru rawat, mengusahakan rehabilitasi bagi anak-anak cacat,dll.

Pelayanan kesejahteraan kesehatan jiwa (mental higiene service)

Pelayanan di rumah sakit dan sanabrium untuk orang-orang yang sakit jiwa dan yang jiwanya lemah baik orang dewasa maupun anak-anak.

Pelayanan kesejahteraan dalam bidang kejahatan (corektinol services)

Pelayanan bagi pemuda yang mendapat pelayanan percobaan dan pengadilan kriminal, pelayanan-pelayanan diagnosa dan pengobatan, bimbingan sosial perorangan (case work) dan bimbingan sosial kelompok (social group work) di dalam rumah-rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan

Pelayanan kesejahteraan para pemuda di dalam pengisian waktu luangnya (youth leure-time service).

Mendirikan pusat kegiatan bagi pemuda, rumah penampungan, menyediakan fasilitas rekreasi, memberikan bantuan kepada kelompok muda seperti klub-klub anak-anak, kepramukaan (kependuan), organisasi,dll.

Pelayanan kesejahteraan bagi veteran (veteran’s services)

Pelayanan yang diberikan demi kesejahteraan veteran, diantaranya bimbingan sosial perorangan dan bimbingan sosial

Pelayanan kesejahteraan di bidang penempatan tenaga kerja (employment services)

Mencarikan lapangan bagi para karyawan, memberikan perlindungan bagi kepentingan buruh, memberikan pendidikan keselamatan kerja, memberikan bantuan terhadap usaha rehabilitasi jabatan

Page 115: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

109

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Diadaptasi dari Hariwoerjanto, 1986

Pelayanan Sosial sebagai Bagian Kewajiban NegaraSalah satu indikasi negara kesejahteraan yaitu ter-

sedianya pelayanan terbaik kepada masyarakat secara adildan merata tanpa adanya diskriminasi guna terwujudnyakesejahteraan masyarakat. Karena dalam konteks kita se-bagai Negara demokratis, tugas negara adalah untuk me-ngabdi sepenuhnya kepada masyarakat dengan menjun-jung tinggi hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara.

Menjadi Negara kesejahteraan (welfare state) adalahmandat yang tertuang di dalam konstitusi kita, yaitu UUD1945. Inilah bentuk kesepakatan politik di antara para foundingfathers kita pada saat negara Indonesia baru terlahir. Kininegara kita sudah memasuki usia lebih dari setengah abad,namun cita-cita menuju negara kesejahteraan masih se-batas mimpi dan sekedar menjadi retorika politik para elitbangsa. Alih-alih menuju negara kesejahteraan, justrukondisi bangsa saat ini semakin jauh dari kategori negara

Pelayanan kesejahteraan sosial di bidang perumahan (hausing services)

Membantu perumahan, usaha-usaha untuk membersihkan daerah kumuh dan pembangunan kota kembali dan pelayanan lainya

Pelayanan kesejahteraan sosial masyarakat (comunity walfare service)

Usaha-usaha untuk perencanaan, pengorganisasian, dan dana-dana sosial kesehatan melalui media-media seperti misalnya badan kesejahteraan masyarakat dan badan lainya

Pelayanan-pelayanan sosial internasional

Program bantuan PBB, Dana anak-anak PBB, Konferensi internasional mengenai pekerja sosial, Komite palang merah internasional, Federasi Kesehatan Mental sedunia, Lembaga Sosial Internasional, dan persatuan pemuda sedunia, atau di lembaga-lembaga sosial yang beroperasi di negara-negara asing.

Page 116: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

110

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

sejahtera, dikarenakan semakin carut-marutnya kondisipolitik, ekonomi dan sosial-budaya bangsa.

Dalam konstitusi, sudah dijelaskan bahwa paradigmadari fungsi Negara adalah melindungi rakyatnya dari segalamacam persoalan misalnya seperti dari gangguan ke-amanan, perlakuan yang tidak adil, melindungi dari segalamacam penyakit maupun dalam hal memajukan kesejah-teraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secaraesensial, konsepsi melindungi yang tersirat dalam kon-stitusi, jika dilihat bentuk praksisnya yaitu adanya pe-layanan yang harus disediakan oleh pemerintah yang ber-kualitas dan tidak diskriminatif, memastikan adanya aksesbagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan dari pemerintahbaik secara ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Menye-diakan pengobatan, pemeliharaan kesehatan rakyat danmemberikan perlindungan hukum serta memberikan jaminanhukum atas segala penyelenggaraan pelayanan publik.Disinilah sebenarnya yang menjadi elemen dasar bagi pe-layanan publik di Indonesia.

Seiring dengan semakin semaraknya kehidupan ber-demokrasi kita, maka wacana tentang pelayanan public(public service) telah menjadi isu strategis di negeri ini.Karena pelayanan publik merupakan hak dasar setiap warganegara yang harus dipenuhi oleh negara. Pelayanan publiksebagai salah satu dari bagian pemenuhan kesejahteraanmaka secara otomatis menjadi bagian dalam pemenuhanhak-hak ekonomi, sosial dan budaya (ekosob) warga Negara.Hal ini dilakukan karena pelayanan publik merupakanbagian yang tak terpisahkan dari kewajiban negara untukmensejahterakan rakyatnya. Pelayanan publik bukan se-mata-mata hanya menyiapkan instrumen bagi berjalannyabirokrasi untuk menggugurkan kewajiban negara, me-lainkan lebih dari itu, bahwa pelayanan publik merupakanesensi dasar bagi terwujudnya keadilan sosial.

Page 117: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

111

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Dalam konteks ke-Indonesia-an, penggunaan istilahpelayanan publik (public service) dianggap memiliki ke-samaan arti dengan istilah pelayanan umum atau pelayananmasyarakat dan pelayanan sosial. Oleh karenanya ketigaistilah tersebut dipergunakan secara interchangeable, dandianggap tidak memiliki perbedaan mendasar. Sedangkandalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan pengertianpelayanan bahwa; “pelayanan adalah suatu usaha untukmembantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukanorang lain. Sedangkan pengertian service dalam Oxford(2000) didefinisikan sebagai “a system that provides somethingthat the public needs, organized by the government or a privatecompany”. Oleh karenanya, pelayanan berfungsi sebagaisebuah sistem yang menyediakan apa yang dibutuhkanoleh masyarakat. Sementara istilah publik, yang berasaldari bahasa Inggris (public), terdapat beberapa pengertian,yang memiliki variasi arti dalam bahasa Indonesia, yaituumum, masyarakat, dan Negara.

Selama ini, rendahnya kinerja birokrasi dalam mem-berikan pelayanan publik salah satu penyebabnya adalahtidak adanya etika kuat yang bisa digunakan oleh pejabatbirokrasi untuk menyelenggarakan pelayanan publik yangbaik. Pada umumnya pejabat birokrasi belum mampu me-nempatkan para pengguna jasa (masyarakat) sebagai “pe-langgan” yang memiliki kemampuan untuk mempenga-ruhi nasib diri dan birokrasinya. Para pengguna jasa masihdiperlakukan sebagai klien yang nasibnya ditentukan olehtindakan birokrasi. Nilai-nilai seperti kesetaraan, non-par-tisan dan profesionalisme yang seharusnya menjadi dasardalam pengembangun etika pelayanan masih amat jauhdari realisasi penyelenggaraan pelayanan publik. Akibatnyadiskriminasi, perlakuan tidak adil dan sewenang-wenangdalam penyelenggaraan pelayanan publik masih dengan

Page 118: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

112

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

mudah dijumpai di banyak birokrasi pelayanan publik(Agus Dwiyanto,dkk ; 2002).

Kerumitan pelayanan ini semakin diperparah olehadanya birokrasi yang amat tidak transparan. Padahal se-cara filosofis sejatinya birokrasi adalah untuk memper-mudah pekerjaan atau pelayanan, bukan malah sebaliknya.Sehingga banyak sekali ucapan yang bernada sumbangakibatnya tidak signifikannya layanan yang diberikankepada public. Realitas semacam ini semakin menegaskanbahwa pelayanan publik masih berorientasi pada konsepmasa lalu yaitu rakyat masih diposisikan sebagai obyekyang tidak mempunyai hak untuk menuntut. Dengan katalain, penyedia layanan (pemerintah) harus dilayanani olehrakyatnya, padahal yang benar adalah negara harus me-layani rakyatnya.

Model Pelayanan Publik Yang Terjadi Selama ini

Sumber: Luthfi J. Kurnawan, Paradigma Kebijakan PelayananPublik, 2008.

Pelayanan publik merupakan hak dasar bagi warganegara yang harus dipenuhi oleh negara. Hal ini dilakukankarena pelayanan publik merupakan bagian yang tak ter-pisahkan dari kewajiban negara untuk mensejahterakanrakyatnya. Pelayanan publik bukan semata-mata hanya

Monopolik Berbasis Kesepakatan Privatisasi

Terjadi di masa rezim orde baru, hampir semua jenis pelayanan dimonopoli dan tersentral

Terjadi di beberapa daerah, semenjak diterapkannya konsep politik otonomi daerah

Terjadi di masa orde baru maupun di era reformasi ini. Saat ini banyak pelayanan publik yang sudah dikomersialkan dan diprivatisasi, baik secara terang-terangan atau samar-samar. Dan banyak pula yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Page 119: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

113

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

menyiapkan instrumen bagi berjalannya birokrasi untukmenggugurkan kewajiban negara, melainkan lebih dariitu, bahwa pelayanan publik merupakan esensi dasar bagiterwujudnya keadilan sosial.

Buruknya pelayanan publik yang terjadi selama inikarena tidak adanya paradigma yang jelas dalam penye-lenggaraan pelayanan publik. Kinerja pelayanan yangdiberikan oleh birokrasi yang ada di Indonesia masih cukupkuat watak mengabdi kepada kekuasaan (state oriented)dibandingkan kepada publik (public oriented) sehingga wajahbirokrasi Indonesia sehingga kesan otoriter-rente cukupkuat. Dengan situasi birokrasi yang demikian tentu dalampelaksanaan pelayanan publik yang diberikan oleh birokrasiakan terpola dengan model yang masih jauh dari kesandemokratis dan berkualitas yang nampak adalah kesandiskriminatif.

Dalam konstitusi, sudah dijelaskan bahwa paradigmadari fungsi Negara adalah melindungi rakyatnya dari segalamacam persoalan misalnya seperti dari gangguan ke-amanan, perlakuan yang tidak adil, melindungi dari segalamacam penyakit maupun dalam hal memajukan kesejah-teraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secaraesensial, konsepsi melindungi yang tersirat dalam kosntitusi,jika dilihat bentuk praksisnya yaitu adanya pelayanan yangharus disediakan oleh pemerintah yang berkualitas dantidak diskriminatif, memastikan adanya akses bagi rakyatuntuk mendapatkan pelayanan dari pemerintah baik secaraekonomi, politik, sosial maupun budaya. Menyediakan peng-obatan, pemeliharaan kesehatan rakyat dan memberikanperlindungan hukum serta memberikan jaminan hukumatas segala penyelenggaraan pelayanan publik. Disinilahsebenarnya yang menjadi elemen dasar bagi pelayananpublik di Indonesia.

Page 120: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

114

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Beragam fakta yang banyak memperlihatkan karutmarutnya paradigma/konsep, system, teknis dalam penye-lenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan Negara/pemerintah yang kemudian berimplikasi negatif terhadapperilaku birokrasi yang “masih” banyak tidak berorientasipada pelayanan publik. Jika terus-menerus terjadi dikha-watirkan akan terjadi proses demoralisasi terhadap parapenyelenggara negara. Karena, saat ini banyak sekali faktayang terjadi dimana pelayanan publik yang diberikan olehpemerintah selalu tidak memuaskan, bahkan cenderungselalu diskriminatif dan dengan tampilan wajah yangburuk. Padahal adanya pemerintah melalui birokrasi yangada adalah untuk melayani rakyat bukan melayani dirisendiri atau atasan maupun penguasa. Menurut RyaasRasyid, dalam Agus Prianto, bahwa pegawai negeri (peme-rintah-birokrasi) diadakan tidak untuk melayani dirinyasendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta diharapkanmampu menciptakan kondisi yang memungkinkan setiapanggota masyarakat bisa mengembangkan kemampuandan kreatifitasnya demi tujuan bersama (Agus Prianto; 2006).

Dalam kenyataannya yang selama ini terjadi antaraadanya semangat untuk melakukan perubahan dalam tatapemerintahan yang baik (good governance) dengan faktadilapangan (mayoritas) hampir selalu paradok, yaitu banyakfakta menunjukkan jeleknya pelayanan yang diberikanoleh institusi-institusi negara/pemerintahan. Satu contohmisalnya tentang hak atas pendidikan (the right to education)banyak yang tidak terpenuhi dan menimbulkan masalahyaitu tidak terpenuhinya akses terhadap sekolah, tenagapengajar dan fasilitas pendidikan formal dan non formal.Banyak anak putus sekolah dan menjadi pekerja anak. Disamping itu biaya pendidikan yang sangat mahal (fungsisosialnya hilang dan fungsi bisnisnya yang mengemuka)

Page 121: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

115

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

dan banyak persoalan dengan kualitas pendidikannya. Dibidang kesehatan juga hampir sama. Hak untuk mendapat-kan kesehatan yang baik sangat susah, termasuk hak ataslingkungan hidup yang sehat (the right to the highest attainablestandard of health and the right to healthy environment). Masalah-masalah dikesehatan misalnya yang muncul seperti tidakterpenuhinya akses terhadap fasilitas rumah sakit/puskes-mas, tenaga medis dan obat-obatan termasuk pelayanankesehatan, harga obat-obatan yang mahal dan kualitasnyasering dipertanyakan. Selain itu, sering terjadi gizi burukdan pencemaran lingkungan (Patra M. Zen;2005).

Kini, pelayanan publik yang diberikan pemerintahcenderung kalah bersaing dengan pihak swasta. Swastadari segi pelayanan lebih memberikan kepuasan kepadakonsumennya. Sayangnya, pelayanan swasta cenderunglebih mahal dibandingkan pelayanan yang diberikan olehpemerintah. Orang-orang yang memiliki uang lebih akancenderung memilih pelayanan yang diberikan oleh swasta.Orang-orang menengah ke atas tersebut memiliki kemampu-an untuk membayar, namun bagaimana dengan orang-orang yang tidak banyak mempunyai modal sosial danmodal ekonomi untuk memenuhinya? Bahkan mereka tidakmemiliki kemampuan untuk memilih karena ada keter-batasan yang melekat pada dirinya. Masyarakat menengahke bawah mau tidak mau mereka harus bisa menerima apasaja yang diberikan oleh pemerintah itupun seringkali merekamasih dikenai biaya. Proyek kesehatan untuk orang miskinselalu banyak menimbulkan masalah, kalau tidak salahsasaran, akses untuk mendapatkannya sangat susah danberbelit-belit. Demikian juga dengan proyek sekolah gratis,biaya operasional sekolah (BOS) juga mengalami hal yangsama, kalau tidak salah sasaran akses mendapatkannyajuga sangat susah. Padahal, kalau kita melihat pedomannya

Page 122: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

116

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

baik untuk proyek kesehatan maupun pendidikan sudahsangat gamblang dan jelas, namun dalam pelaksanaannyaselalu mengalami persoalan. Persoalan-persoalan pe-layanan publik seperti ini, penanganan dan penyele-saiannya selalu tidak pasti bahkan cenderung dibiarkan,sehingga menimbulkan masalah baru. Kondisi ini semakinmenjelaskan bahwa implementasi pelayanan belum se-bangun dengan semangat perubahan yang diinginkanoleh publik.

Kategori Pelayanan Publik

Sumber: Luthfi J. Kurnawan, Paradigma Kebijakan PelayananPublik, 2008.

Pelayanan publik yang baik bisa ditandai dengan ada-nya transparansi, partisipasi, akuntabilitas, responsif, ada-nya kejelasan pelayanan, kepastian waktu, serta efisiensipelayanan. Transparansi bisa ditandai dengan adanyakejelasan semua pelayanan, mulai dari biaya, waktu sertaprosedur akses pelayanan. Akuntabilatas, setiap pelayananmaupun kinerja dari pelayanan publik bisa dipertang-gungjawabkan kepada konsumen. Responsif, pemberilayanan harus mampu mendekatkan diri dengan parakonsumen selaku penggunan layanan, sehingga penyedialayanan mampu melakukan identifikasi segala kebutuhanpenggunan layanan. Kejelasan pelayanan yang dimaksudadalah prosedur administrasinya jelas, unit-unit yang ber-wenang, serta ada rincian biayanya jelas. Kejelasan waktu,berapa lama waktu untuk mengurus harus jelas, biar pene-rima layanan tidak menunggu sambil berharap-harap.

Kategori pertama Kategori kedua Kategori

ketiga Kategori keempat

Pelayanan buruk

Pelayanan tidak maksimal/optimal

Pelayanan cukup

Pelayanan sudah memadai

Page 123: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

117

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Efisiensi dimaksudkan adalah pelayanan yang diberikanmurah serta tidak terjadi pemborosan sumber daya. Situasiini cukup agak berbeda dengan pelayanan yang dikelola olehswasta. Agus Sudrajat, dalam hasil surveinya menyebut-kan “...Pelayanan bidang pendidikan, kesehatan, trans-portasi, fasilitas sosial, dan berbagai pelayanan di bidangjasa yang dikelola pemerintah daerah belum memuaskanmasyarakat, kalah bersaing dengan pelayanan yang di-kelola oleh pihak swasta. Norman Flyn (1990) mengemu-kakan bahwa pelayanan publik yang dikelola pemerintahsecara herarkhis cenderung bercirikan over bureaucratic,bloated, wasteful, dan under performing.” (Agus Sudrajat;2000)

Walaupun situasi politik saat ini sudah jauh berubah,namun belum dapat diikuti dengan penerapan sistem pe-layanan publik yang baik oleh pemerintah. Sehingga polalama masih tetap diterapkan yaitu melayani dan mengabdikepada penguasa dan kekuasaan. Maka realitas ini semakinmembuat runyam pola kebijakan penyelenggaran pela-yanan publik di Indonesia, yang seharusnya orientasi pela-yanan publik yang dulunya monopolik harus digeser men-jadi berbasis kebutuhan masyarakat, malah saat ini telahterhegemoni pada orientasi yang sarat bisnis (privatisai).

Oleh karena itu, mengubah paradigma perlu dilakukansebagai sebuah terobosan yang konstruktif. Saat ini Pemberilayanan (pemerintah) baik pada lembaga pemerintahanpusat maupun daerah dilekatkan sebagai abdi masyarakat.Seharusnya dengan predikat sebagai abdi masyarakat,tentu saja tugas utama pemerintah adalah mengabdi danmelayanai masyarakat. Karena ’abdi masyarakat’ berartipelayan masyarakat. Predikat inilah yang kini banyak “di-kampanyekan” di berbagai kantor pelayanan publik.

Page 124: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

118

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Perbandingan Paradigma Model Kebijakan PelayananPublik

Jenis birokrasi Unsur-

unsurnya

OPA [Old public

adminis-tration]

NPM [New public mana-

gement]

NPS [New public

service]

EG [Enter-preneural govern-ment]

Dasar Teoritis

Teori Politik Teori Ekonomi

Teori Demokrasi

Teori Ekonomi

Tujuan Efisiensi dan professional

Pelayanan prima

Kualitas pelayanan

Pelayanan dengan pember-dayaan

Insentif Fungsional structural

System konsekuen

Fungsional stuktural swasta

System konsekuen

Pertanggungjawaban

Pada klien dan kontituen secara hirarkis

Pada costomer ala pasar

Pada warga Negara [citizens] secara multi-dimensi

Pada costomer ala pasar

Kekuasaan Pada top management

Pada pekerja dan pengguna jasa

Pada warga negara

Pada pe-kerja dan pengguna jasa

Budaya Arogan rutin

Menyentu hati, winning minds

Ramah inovatif

Menyentuh hati, winning minds

Penekanan pada ketaatan menjalankan aturan dan efisiensi

Penekanan pada perombakan visi dan misi

Penekanan pada perom-bakan kultur pelayanan

Penekanan pada perom-bakan DNA Birokrasi

Peran pemerintah

Rowing Steering Serving Steering

Page 125: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

119

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Sumber: diadaptasi dari Denhardt and Denhardt; 2003.

Kewajiban Negara dalam Pemenuhan Hak LayananSosial

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa pelayananpublic merupakan sebuah kewajiban Negara (state obligation)bukan semata-mata hanya memenuhi unsure-unsur formalbelaka namun secara esensial pemenuhan pelayanan publicjuga merupakan pemenuhan akan hak-hak ekosob yangmelekat pada diri individu warga negara.

Dalam bahasa sederhana, hak-hak ekonomi, sosial danbudaya (Hak-hak Ekosob) diperjuangkan untuk sebuahperubahan sosial, perlindungan martabat (dignity) danpeningkatan kesejahteraan. Oleh karena itu maka standarHak-hak Ekosob ini, dalam standar dan norma hukum inter-nasional dimuat, antara lain dalam Deklarasi Umum HakAsasi Manusia (DUHAM) dan Kovenan Internasional Hak-hak Ekosob. Sedangkan beberapa hal pokok yang diaturdalam kovenan Hak Ekosob tersebut adalah;- Bagian pertama, memuat hak setiap penduduk untuk

menentukan nasib sendiri dalam hal status politik yangbebas serta pembangunan ekonomi, sosial dan budaya.

- Bagian kedua, kewajiban (obligasi) pihak negara untukmelakukan semua langkah yang diperlukan denganberdasar pada sumber daya yang ada untuk mengimple-mentasikan kovenan dengan cara-cara yang efektif,termasuk mengadopsi kebijakan yang diperlukan.

Konsep kepentingan public

Kepentingan public tercer-min dalam uu yang se-cara politis sudah dide-sain peme-rintah

Kepentingan public merupakan aggregat kepentingan individu

Kepen-tingan public merupakan hasil dialog mengenai nilai

Kepen-tingan public merupakan aggregate kepen-tingan individu

Page 126: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

120

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

- Bagian ketiga, jaminan hak-hak warga negara:1. hak atas pekerjaan;2. hak mendapatkan program-program training teknis

dan vokasional;3. hak untuk mendapatkan kenyamanan dan kondisi

kerja yang baik;4. hak untuk membentuk serikat buruh;5. hak untuk menikmati sosial security, termasuk sosial

insurance;6. hak perempuan untuk mendapatkan perlindungan pada

saat dan setelah melahirkan;7. hak atas standar hidup yang layak termasuk pangan,

sandang, pakaian dan perumahan;8. hak untuk terbebas dari kelaparan;9. hak untuk menikmati standar kesehatan fisik dan

mental yang tinggi;10.hak atas pendidikan, termasuk pendidikan dasar

secara cuma-cuma;11.hak untuk berperan serta dalam kehidupan budaya

dan menikmati keuntungan dari kemajuan ilmupengetahuan dan aplikasinya.

- Bagian keempat, obligasi pihak negara untuk melapor-kan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai untuk pe-menuhan Hak-hak Ekosob kepada Sekertaris JenderalPBB. Laporan ini juga diserahkan kepada Dewan Sosialdan Ekonomi (Ecosoc).

- Bagian kelima, tentang ratifikasi pihak negara.

Penyusuanan kovenan ini telah melampaui standarDUHAM yang cenderung lebih individual. Dan dalamKovenan Ekosob ini telah menambah hak-hak yang“baru”, seperti dinyatakan bahwa setiap orang dan ke-

Page 127: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

121

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

lompok tidak saja memiliki hak untuk masuk dalam sebuahserikat buruh, tetapi juga hak mogok bagi buruh, dan men-dapat “sosial insurance” di samping “sosial security”. Selainitu, Kovenan ini juga mengatur tentang hak seseoranguntuk menikmati tidak hanya kesehatan fisik tetapi jugakesehatan mental serta juga memuat batasan usia untukburuh, usia perempuan untuk hamil; serta aturan funda-mental tentang global justice (keadilan menyeluruh di dunia)seperti pernyataan “an equitable distribution of world food sup-plies in relation to need”. “Ketersediaan akan kebutuhan makanan”.

Selain penjelasan diatas, dalam Deklarasi UniversalHak Asasi Manusia (DUHAM) juga dinyatakan bahwa :

“setiap orang mempunyai hak atas standar hidup yanglayak untuk menikmati kesehatan bagi dirinya dankeluarganya, termasuk ketercukupan pangan, pakaian,perumahan, pelayanan medis dan pelayananpelayanansosial lainnya yang dibutuhkan”.

Sedangkan dalam dalam konstitusi negara kita (Indo-nesia) disebutkan, bahwa:

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir bathin, ber-tempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yangbaik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan ke-sehatan” (Amandemen UUD 1945, pasal 28 H ayat (1))“Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pe-layanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yanglayak”. (Pasal 34 ayat (3) Amandemen ke ke-4)

Artinya, dengan adanya beberapa ketentuan-ketentu-an hukum seperti yang tersebut diatas, baik dalam hukuminternasional maupun hukum dalam negara Indonesia,maka sudah dapat menjelaskan bahwa pelayanan publikmerupakan kewajiban negara. Oleh karena itu tidak bolehdiselenggarakan secara serampangan dan seenaknya sendiriseperti yang terlihat saat ini. Dalam pemenuhan pelayananpublik di bidang kesehatan misalnya rakyat tentu mem-punyai hak yang tak bisa diabaikan begitu saja. Hak atas

Page 128: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

122

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

kesehatan rakyat memiliki beberapa elemen-elemen yangesensial yang mesti dipenuhi oleh negara. Adapun elemenyang harus terpenuhi yaitu sebagai berikut:1. Availabilitas atau ketersediaan.2. Aksesibilitas

a. Non-diskriminasib. Aksesibilitas fisik:c. Aksesibilitas ekonomi (affordabilitas keterjangkauan)d. Aksesibilitas informasi

3. Akseptibilitas4. Kualitas

Mengukur Kualitas LayananDalam penelitian yang pernah dilakukan oleh Dr. Agus

Prianto tentang pengukuran kualitas layanan publik (sosial)menyatakan bahwa Negara-negara maju menggunakanpendekatan “SERVQUAL” untuk meningkatkan kualitaslayanan publik (Brysland dan Curry,2001). SERVQUAL,sebuah konsep evaluasi layanan yang diinisiasi oleh Para-suraman, et.al. (1988), adalah pendekatan yang dimaksud-kan untuk mengetahui persepsi dan ekspektasi warga masya-rakat (konsumen) terhadap produk yang ditawarkan olehpihak produsen. Konsep SERVQUAL tersebut kemudiandiadopsi oleh berbagai negara maju untuk kepentinganpeningkatan kualitas layanan publik.

Di berbagai negara maju, kesadaran akan pentingnyauntuk terus memperbaharui kualitas layanan publik antaralain disemangati oleh adanya paradigma baru dalam mana-gemen pelayanan publik (New Public Management, NPM),yang salah satu elemenya adalah untuk mewujudkan penye-lenggaraan pemerintahan yang lebih baik (better government)(Hood,1991). Ada pun beberapa kunci pokok yang menjadi

Page 129: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

123

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

elemen NPM adalah: (a) adanya akuntabilitas publik yangdilakukan oleh para aparat negara yang professional, (b)menggunakan ukuran standard kinerja yang jelas, (c) lebihmenekankan pada hasil kerja daripada prosedur kerja, (d)mendorong staf untuk berlomba-lomba menjadi yang ter-baik di lingkungan kerjanya guna meningkatkan produk-tifitas kerja, (e) managemen pengelolaan layanan publikyang berorientasi pada unjuk kerja dengan didukung olehimbalan yang memadai, dan (f) mengutamakan efisiensianggaran, anggaran digunakan untuk tujuan yang jelasdan seefisien mungkin; anggaran tidak dilihat sebagai danayang harus dihabiskan untuk tujuan yang tidak jelas. Peme-rintah pada berbagai negara di Eropa juga merumuskanrambu-rambu bagi pemerintah lokal yang hendak meru-muskan Citizen’s Charter. Rambu-rambu itu antara lainberisi tentang hakekat keberadaan rakyat, hak-hak rakyatsebagai warga negara dan spesifikasi layanan yang diingin-kan oleh warga dan harus dikpenuhi oleh pemerintah lokal.

Ketika pertama kali diformulasikan, konsep SERVQUALini mencakup 10 dimensi, tetapi kemudian dalam perkem-bangannya disederhanakan dan kini tinggal 5 dimensi.Dalam pendekatan SERVQUAL, persepsi dan ekspektasimasyarakat terhadap kualitas layanan akan mencakupbeberapa dimensi berikut ini: (a) tangible, (b) reliability, (c)responsiveness, (d) assurance, dan (e) empathy.1. Tangible

Menurut Irawan (2004) pelayanan adalah sebuah jasayang tidak bisa dilihat dan diraba. Oleh karena itu aspektangible menjadi penting untuk dijadikan salah satutolok ukur apakah layanan itu berkualitas atau tidak.Bagaimanakah tampilan fisik kantor penyedia layananpublik, apakah bersih dan tertata dengan baik, apakahdidukung oleh peralatan kerja yang modern dengan

Page 130: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

124

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

para petugas yang perfomanya meyakinkan; semuanyaini sangat berpengaruh terhadap persepsi para peng-guna layanan tentang layanan yang diharapkan. Kenya-taannya masih banyak lembaga penyedia layanan publikyang terkesan abai dengan dimensi ini. Hal ini terlihatdari tampilan kantor layanan yang kurang tertata denganbaik, kadang-kadang nampak kotor dan pengap, di-tambah dengan perfoma para pegawainya dengan se-ragam yang terkesan “kaku” . Anda yang menghadapipelayan publik yang seperti itu pasti akan timbul kera-gauan, apakah para pelayan publik tersebut benar-benarmampu melaksanakan tugas (memberikan jasa layanan)dengan sebaik-baiknya. Tapi coba bayangkan bila Andadatang ke kantor bank. Biasanya begitu masuk kantor,kita akan disambut dengan ramah, disana disediakanruang tunggu yang nyaman karena biasanya ruangan-nya ber AC dan harum ditambah dengan para pelaya-nannya yang berpenampilan rapi, cakep, dan keren. Meski-pun kelihatannya sepele, para pejabat publik mungkinperlu memikirkan ulang, apakah pakaian seragam yangmeliputi corak, style, dan warna yang dikenakan paraaparat publik harus seperti sekarang yang agak dekatdengan baju militer? Mungkin perlu ada keberaniandari pimpinan lembaga publik di daerah untuk sesekalikeluar dari “pakem” dalam hal berpenampilan. Harapdiingat bahwa penampilan yang baik dari para aparatpublik sesungguhnya akan bisa melambungkan ha-rapan masyarakat tentang spesifikasi layanan yanglebih baik pula.

2. ReliabilityDimensi ini menjelaskan tentag derajat kehandalan dariaparat pelayan publik dalam memberikan layanankepada masyarakat. Aspek kehandalan ini berkaitan

Page 131: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

125

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

dengan kemampuan lembaga publik dan para aparat-nya untuk memberikan layanan sesuai dengan yangdijanjikan. Bila aparat kepolisian pernah berjanji denganmenyatakan: “Tekadku adalah pengabdian terbaik”,maka aparat kepolisian yang handal adalah mereka yangmau dan mampu mengabdi dengan sebaik-baiknya.Kehandalan juga dapat dilihat dari sejauh mana parapelayan publik mampu memberikan layanan yang di-janjikan dengan derajat kesalahan yang serendahmungkin. Singkatnya, reliability berkaitan dengan la-yanan yang cepat dan tepat, bukan cepat tetapi kebatkliwat (keselip dan keliru). Yang susah adalah kalau la-yanan publik masih berada pada taraf lambat ditambahsering keliru, sebab hal inilah yang menyusahkan masya-rakat karena terpaksa harus modar mandir ke kantoruntuk sebuah urusan yang tidak kunjung selesai.

3. ResponsivenessDimensi ini berhubungan dengan sikap tanggap daripara pelayan publik terhadap harapan, keluhan, mau-pun kecenderungan perubahan yang terjadi di masya-rakat. Dalam hal inilah sangat diperlukan keberadaanstaf yang sigap untuk menjawab berbagai pertanyaanatau permasalahan yang diajukan oleh warga masya-rakat. Beberapa lembaga pemerintahan ada yang me-nyediakan layanan per telepon untuk merespon ber-bagai harapan dan keluhan masyarakat. Hanya sayang-nya seringkali pada bagian itu tidak diisi oleh staf yangsigap, sehingga ketika banyak warga masyarakat yangmerasa di ping pong ketika menggunakan layanantelepon. Responsiveness juga berkaitan dengan kesigapanlembaga untuk merespon berbagai kecenderungan baruyang berkembang di masyarakat. Inilah yang disebutdengan sikap proaktif. Staf yang proaktif akan selalu

Page 132: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

126

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

sigap ketika ada persoalan atau harapan baru yangdikemukakan warga masyarakat. Sikap proaktif jugadigunakan sebagai alat untuk mendeteksi lebih diniterhaap spesifikasi layanan baru yang diinginkanmasyarakat. Yang masih sering kita jumpai adalahbetapa layanan publik kita cenderung terlambat meres-pon perubahan yang terjadi di masyarakat, karena sikapyang dikembangkan adalah bersifat reaktif. Kita lihat,misalnya, betapa masih banyak aparat publik yang cen-derung bereaksi setelah sebuah peristiwa terjadi, sepertiyang telah disinggung pada bab sebelumnya.

4. AssuranceDimensi ini berkaitan dengan kemampuan lembaga danpara stafnya untuk menanamkan rasa percaya dan ke-yakinan kepada para pengguna layanan publik, karenakeberadaan staf yang didukung oleh pengetahuan, ke-terampilan, dan sikap moral yang memadai yang ter-cermin dari keramahtamahan sopan dan santun dalammemberikan layanan. Ketika ada orang yang sedangsakit kemudian datang kepada dokter yang sangat di-percaya dan diyakini kemampuannya untuk mem-berikan obat, sesungguhnya keyakinan dan kepercaya-annya kepada sang dokter merupakan 50% dari obatyang sedang dicarinya. Dengan demikian staf yang di-dukung oleh dimensi assurance adalah staf yang sanggupmenenteramkan para pengguna layanan publik ketikasedang mengurus jasa layanan yang diinginkan. Parapelayan publik harus dibelajarkan agar dalam kondisiapa pun, misalnya ketika sedang melayani warga yangmasih “buta layanan”, mereka tetap mampu meyakin-kan warga yang “buta layanan” tersebut bahwa layananyang diharapkannya akan dapat terpenuhi. Yang seringterjadi adalah betapa kantor layanan publik di negeriini seringkali menebarkan teror kepada warga masya-

Page 133: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

127

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

rakat yang “buta layanan”, dengan memarahi, mem-bentak, seraya menakut-nakuti bahwa akibat “butalayanan” yang dideritanya, maka produk layanan yangdiinginkannya akan sulit untuk diwujudkan. Bayang-kan kalau ada orang yang sakit datang ke kantor layanankesehatan, kemudian oleh petugas yang menanganimereka dimarahi, ditakut-takuti tentang akibat fatalyang harus dideritanya sebagai akibat dari kelalaian-nya untuk menjaga kesehatan. Sungguh, peristiwaseperti itu masih terlalu sering kita jumpai. Artinya,dimensi assurance juga sering terabaikan.

5. EmpathyDimensi ini ditandai dengan sikap peduli dan penuhperhatian kepada setiap warga masyarakat yang mem-butuhkan jasa layanan. Lawan dari dimensi ini adalahditandai dengan sikap acuh tak acuh kepada para peng-guna layanan. Bayangkan ketika ada warga masya-rakat yang kebingungan untuk mengurus sesuatu, ke-mudian datang seorang staf dengan menyapa: “Selamatpagi, Pak; barangkali ada yang bisa saya bantu?”Andaikata orang yang kebingungan tadi adalah Anda,barangkali Anda akan merasa sangat bersyukur karenamasih bisa menemui staf yang penuh empati. Kebanya-kan dari staf layanan publik di negeri ini masih harusdibelajarkan agar juga terbiasa untuk menebarkan sikapempati ketika berhadapan dengan warga masyarakat.

Tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan empathyadalah rangkaian dimensi layanan yang berkualitas, danhal itu akan bisa terejawantahkan dalam instansi publikbila didukung oleh para staf yang benar-benar merasabahwa keberadaannya sesungguhnya adalah ibarat abdi.Dan hingga kini kita semua sedang menunggu hal itudapat segera mewarnai lambaga publik di negeri ini.

Page 134: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

128

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Cara lain yang dapat digunakan untuk mengukurkualitas layanan publik adalah dengan menggunakanmodel top two boxes (Irawan, 2004). Teknik ini pada dasarnyadilakukan dengan menanyakan tingkat kepuasan ma-syarakat dengan melalui angket. Angket yang digunakanmisalnya dengan menggunakan skala 4 atau skala 5,sebagaimana yang kita kenal pada skala model Likert.Dalam skala 4, pilihan jawaban yang disediakan adalah 1:sangat tidak puas, 2: tidak puas, 3: puas, dan 4: sangat puas.Sedangkan dalam skala 5, pilihan jawaban yang disediakanadalah 1: sangat tidak puas, 2: tidak puas, 3: netral, 4: puas,dan 5: sangat puas. Skala 4 dipilih bila kita tidak meng-inginkan adanya masyarakat atau responden yang cen-derung tidak mau bersikap (netral).

Page 135: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

129

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Mudah diucapkan, tetapi tidak mudah dilaksanakan,begitulah halnya praktek CSR (Corporete Social Responsibility)atau tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia. Be-gitu banyak orang bicara tentang CSR, tetapi belum banyakhasil nyata yang bisa diungkapkan. Di Indonesia, praktikCSR belum menjadi perilaku umum, karena banyak per-usahaan yang menganggap sebagai cost center. Di beberapanegara kegiatan CSR sudah lazim dilakukan oleh duniausaha, hal ini bukan karena diatur oleh pemerintah, melain-kan untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholders.

Motivasi utama setiap perusahaan atau bisnis padadasarnya adalah optimalisasi keuntungan. Cara pandangseperti itu bisa dipahami, karena bagi perusahaan optima-lisasi peraihan keuntungan dianggap sebagai satu-satunyacara perusahaan untuk tetap bertahan hidup. Dalam logikaekonomi neoklasik dikatakan bahwa optimalisasi peraihan

Corporat Social Responsibility(CSR) dalam Perspektif

Pekerjaan Sosial

... Bagian Keempat

Page 136: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

130

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

keuntungan dan kemakmuran sebuah perusahaan, sudahpasti akan memberikan manfaat bagi masyarakat yaitudalam bentuk peningkatan kemakmuran rakyat karenakesempatan kerja semakin luas, produksi semakin efisiendan produk menjadi lebih murah (Friedman, 1970; 39).

Heard dan Bolce (1981) berpendapat bahwa negativeexternalities benar-benar telah mengancam timbulnya polusiudara dan air, kebisingan suara, kemacetan lalu lintas,limbah kimia, hujan asam, radiasi sampah nuklir, dan masihbanyak lagi petaka sehingga menyebabkan stres mentaldan gangguan pisik dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Externalitas, membuat perusahaan memiliki tanggung-jawab secara lebih meluas, yaitu sampai pada tanggung-jawab sosial dan lingkungan. Social responsibility merupakanpelebaran tanggungjawab perusahaan sampai lingkunganbaik secara fisik maupun psikis (Chapra, 1992). Hal itu,dapat dilakukan misalnya dengan berinvestasi pada sektor-sektor ramah lingkungan, menjaga keseimbangan eksploi-tasi, pengolahan limbah (daur ulang limbah), menaikkanpengeluaran-pengeluan sosial (biaya sosial) serta cara lainguna menjaga keseimbangan lingkungan (Memed, 2001).

Belakangan ini, dunia bisnis yang selama ini terkesan“profit-oriented” berupaya merubah citra-nya menjadi organi-sasi yang memiliki tanggung jawab sosial terhadap masya-rakat dan lingkungan. Meskipun harus diakui, masih banyakperusahaan yang terjebak pada konsep CSR yang bersifatparsial. Aktivitas yang dilakukannya bersifat tidak ber-kelanjutan, dan menempatkan masyarakat sebagai obyekuntuk kepentingan perusahaan semata. Sehingga tidakmengherankan bila banyak kalangan menilai bahwa praktikCSR yang dilakukan oleh korporat masih sebatas “kosmetik”yang dilakukan untuk menjaga citra hubungan yang baikdengan publik dan sebagai media kampanye (Koestoer,

Page 137: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

131

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

2OO7), untuk memperoleh ijin operasi bagi bisnis atauuntuk ‘membungkam’ masyarakat yang tidak setujudengan kegiatan operasional perusahaan (Calvano, 2008).

Hal senada juga diungkapkan oleh Porter dan Kramer(2006) yang menyatakan bahwa implementasi CSR sekarangini dibuat sebagai alat untuk membangun imej positip per-usahaan (image-building campaigns), untuk memperkuat citraperusahaan, agar terlihat “bermoral” dan untuk mening-katkan nilai saham. Oleh sebab itu membenarkan per-usahaan untuk melakukan apa saja demi melindungi kepen-tingan mengakumulasi keuntungannya termasuk praktek-praktek yang secara moral tidak benar, adalah tidak dapatdibenarkan sama sekali. Sudah terbukti banyak perusahaanyang keberadaannya justru menuai berbagai dampaknegatif antara lain, kerusakan lingkungan dan munculnyaberbagai permasalahan sosial seperti konflik antara per-usahaan dengan penduduk terkait dengan lahan ataukarena adanya kesenjangan secara sosial maupun ekonomiantara pelaku usaha (korporat) dengan masyarakat sekitardan lain-lain.

Bagaimana melihat relasi antara korporasi dengan parapemangku kepentingannya, salah satunya dapat ditinjaudari bagaimana kinerja program corporate social responsibility(CSR) atau tanggungjawab social korporasi yang dilaku-kan korporasi. Tinggi rendahnya kinerja program CSRtidak mutlak menjamin baik-buruknya relasi korporasipemangku kepentingan, namun dari kinerja ini terlihatbagaimana komitmen, kebijakan dan tindakan korporasiterhadap pemangku kepentingan mereka atau khususnyaterhadap komunitas terdekat (Carrol, 1999). Secara sosial,kinerja program CSR pada gilirannya dapat menentukanseberapa besar social legitimacy (penerimaan sosial) parapemangku kepentingan, utamanya komunitas sekitar, atas

Page 138: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

132

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

komitmen, kehadiran dan tindakan korporasi secara umum(Prayogo, 2008c).

Dukungan atau penolakan sosial terhadap kehadirankorporasi salah satunya sangat bergantung pada bagaimanakomitmen dan tindakan korporasi terhadap mereka, yangsecara obyektif dapat tercermin program CSR dan CD.Khususnya Pada industri tambang dan migas, programCSR dan CD menjadi semakin penting dewasa ini sejalandengan semakin kuatnya perhatian terhadap industri eks-traktif, baik karena alasan pelestarian lingkungan maupunalasan lain seperti HAM (Hak Asasi Manusia) serta perlin-dungan hak-hak ekonomi dan politik masyarakat lokal(Sharma, Pablo, & Vredenburg 1999). Relasi antara korporasidengan pemangku kepentingan mereka kaji ulang sekaligusmereka sesuaikan dengan perubahan sosial-politik yangterjadi baik lokal maupun maupun global. Citra korporasidalam industri tambang dan migas berbeda dengan industrijasa, perkebunan atau manufaktur secara umum. Dilihatdari aspek lingkungan dan relasinya dengan komunitaslokal, citra industri tambang relatif “lebih buruk” dari in-dustri lainnya (Yakoveleva, 2005).

Kemudian wajar bila para praktisi CSR ada pertanya-an, apa yang telah diperbuat perusahaan besar untuk meng-atasi masalah tersebut? Apa yang sudah dilakukan perusaha-an sebagai bentuk tanggung jawab mereka atas lingkungandan masyarakat sekitar? Bagaimanapun kelangsungansuatu usaha tidak bisa lagi hanya mengandalkan tingkatkeuntungan (single bottom line) saja, namun juga bagaimanatanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.Tantangan inilah yang harus dijawab oleh perusahaan-per-usahaan besar untuk menemukan cara-cara baru inovatifyang mengawinkan antara kebutuhan untuk menghasil-kan keuntungan dan keinginan untuk menyelesaikan

Page 139: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

133

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

masalah masyarakat yang secara ekonomi tertinggal dantergilas oleh derasnya arus globalisasi. Disiniiah keharmo-nisan dan keselarasan antara pihak korporasi dan masya-rakat mutlak diperlukan, agar tercipta hubungan yangsaling menguntungkan (simbiosis mutualistik) sehinggakeberlanjutan (sustainability) dari usaha dapat dilakukandengan baik.

Melihat potensi yang dimiliki sektor swasta dalampembangunan yang begitu besar, maka tuntutan menjalan-kan CSR semakin besar pula. Sebagai tindak lanjut haltersebut, pada tanggal 24 Agustus hingga 4 September 2002,digelar World Summit on Sustainable Development (WSSD) diJohannesburg-Afrika Selatan. Dari WSSD disepakati bahwaCSR harus dilakukan seluruh perusahaan di dunia dalamrangka terciptanya suatu pembangunan yang berkelan-jutan. Intinya terfokus pada pengentasan kemiskinan, pe-nataan lingkungan hidup jadi lebih baik dan peningkatanperekonomian. Selain itu, pelaksanaan CSR merupakanbagian dari good corporate governance (GCG), yakni fairness,transparan, akuntabilitas, dan responsibilitas, termasuk tang-gungjawab terhadap lingkungan fisik dan sosial, yang mesti-nya didorong melalui pendekatan etika pelaku ekonomi

Sebagai resultasi dari kesepakatan WSSD, dibutuhkanthree-sector partnership yakni kolaborasi antara pemerintahperusahaan dan masyarakat/LSM. Dengan CSR, perusaha-an tak lagi hanya berpijak pada single bottom line. Yakni hanyamemperhatikan pada kondisi keuangan saja. Dengan CSR,perusahaan harus mengembangkan triple bottom line. Takcuma fokus di keuangan melulu, melainkan juga musti ber-kiprah di kegiatan sosial dan penataan lingkungan. Labadan ekonomi tak sebatas untuk perusahaan dan karyawan-nya. Perusahaan harus berpikir dan bertindak guna me-ningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar industri-nya juga.

Page 140: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

134

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Model kemitraan yang digagas tersebut meletakkansektor swasta sebagai motor penggerak pembangunanmasyarakat didukung oleh komunitas pembangunanlainnya. Sebagai motor penggerak, tidaklah mengherankanbila persoalan tersebut semakin menempatkan masalahtanggung jawab sosial perusahaan atau corporate sosial re-sponsibility dan The Triple Bottom Line (Elkington, 1997)sebagai masalah krusial yang memiliki prioritas tinggiuntuk segera ditindak-lanjuti dalam rangka memperkuatkeberlanjutan perusahaan itu sendiri. Model kemitraan inikemudian banyak dikembangkan dengan keyakinan bahwamodel ini memiliki potensi untuk memberikan dampakpositiv bagi semua pihak yang terlibat didalamnya.

Dalam perkembangannya, hubungan kemitraan yangdikemas dalam bentuk kolaborasi antara tiga sektor dalammasyarakat tersebut diyakini dapat mengatasi kemung-kinan timbulnya tekanan sosial, ekonomi, lingkungan danmemberikan kontribusi penting bagi pembangunan masya-rakat serta memberikan manfaat bagi semua pihak yangterlibat dalam kolaborasi tersebut (Jorgensen, 2000). Untuksektor publik, kemitraan dengan LSM (Lembaga SwadayaMasyarakat) dan sektor swasta dapat menghasilkan pe-ngembangan kapasitas (capacity building) yang dapatmeningkatkan legitimasi dari sektor publik (Miller danAhmad, 2000). Untuk LSM, kemitraan yang dilakukan jugamemberi peluang bagi mereka untuk ikut terlibat dalampengembangan organisasi, penyediaan sumber dayatambahan yang dibutuhkan, dan yang tidak kalah pentingadalah meningkatkan pengakuan dan status mereka dimatapublik dan masyarakat (Choi dan Cheng, 2005).

Upaya perusahaan menerapkan CSR memerlukansinergi dari pemerintah dan masyarakat. Pemerintah sebagairegulator diharapkan mampu berperan menumbuh kem-

Page 141: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

135

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

bangkan penerapan CSR di tanah air tanpa membebaniperusahaan secara berlebihan. Peran masyarakat juga di-perlukan dalam upaya perusahaan memperoleh rasa amandan kelancaran dalam berusaha. Menguatnya pengaruhprinsip good corporate governance seperti fairness, transparency,accountability, dan responsibility telah mendorong CSRsemakin menyentuh kesadaran dunia bisnis.

Dalam menjalankan kegiatannya, sebuah perusahaanharus berinteraksi dengan berbagai komponen yang terkaitdengannya. Secara umum ada dua komponen yang terlibatdalam kegiatan perusahaan, dua komponen itu kita kenaldengan shareholder dan stakeholder. Shareholder adalahkomponen yang terkait dengan internal perusahaan, yangdalam hal ini dikenal dengan para pemegang saham se-dangkan yang dimaksud dengan, Stakeholder adalah semuapihak diluar para pemegang saham yang terkait dengankegiatan perusahaan ( Freeman, 1984: 46).

Namun demikian, beberapa kritik terhadap keterlibatandunia usaha dalam CSR banyak bermunculan. Diantarakritiknya adalah bahwa kemitraan dalam CSR yang di-lakukan hanya mungkin terjadi dan berkelanjutan bila-mana perusahaan mendapatkan keuntungan dan manfaatyang jelas dari terjadinya hubungan tersebut (Sundstrom,2009). Menurut kelompok ini, motivasi perusahaan untukmelakukan CSR dan kemitraan adalah karena adanya ke-untungan timbal balik dari apa yang dilakukan. Memangharus diakui dalam menyikapi implementasi CSR ada yangmendukung, namun ada pula yang kurang merespons.Menurut Ricky W. & Michael (2005: 246) ada empat pendirian/sikap yang diambil oleh organisasi dalam praktik tanggungjawab sosial, yaitu (1) sikap menghalangi, artinya organisasiyang berada di kutub ini tanggapan mereka biasanya me-nolak atau menghindari tanggung jawab sosial dan

Page 142: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

136

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

kalaupun terpaksa harus melakukan biasanya berskop amatkecil; (2) sikap bertahan, organisasi melakukan tanggungjawab sosial secara normatif sesuai yang dipersyaratkandalam hukum alias aturan tidak lebih; (3) sikap akomo-datif, mereka yang berada dalam kutub ini setuju dandengan sukarela berpartisipasi dalam program sosial; (4)sikap proaktif, perusahan-perusahaan yang berpihak padapendekatan ini sungguh-sungguh mendukung praktik-praktik tanggungjawab sosial.

Disinilah letak pentingnya pengaturan CSR di Indo-nesia, agar CSR yang semula bersifat voluntary perlu diting-katkan menjadi CSR yang lebih bersifat mandatory. Dengandemikian, kontribusi dunia usaha diharapkan terukur dansistematis dalam ikut meningkatan kesejahteraan masya-rakat. Kebijakan yang pro-masyarakat dan lingkunganseperti ini sangat dibutuhkan di tengah arus neo-liberalismeseperti sekarang ini.

Kepedulian kepada masyarakat sekitar relasi komu-nitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkatdapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisiorganisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagaiupaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komu-nitas. Kesadaran tentang pentingnya mempraktikan CSRini menjadi trend global seiring dengan semakin maraknyakepedulian mengutamakan stakeholders.

Secara internal perusahaan, hal terpenting adalahperubahan orientasi dari charity yang hanya didasarkanatas personal obligation, menjadi filantropi yang memilikidimensi investasi sosial dan pilihan program pember-dayaan jangka panjang, untuk kemudian didukung olehregulasi corporate citizenship, dan akhirnya terjadi inter-nalisasi dalam wadah besar corporate social responsibility(Canon, 1995: 130). Namun sayang, optimisme logika lin-

Page 143: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

137

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

ear itu masih berupa hipotesis logika. Bahkan satu hal yangsangat penting dibahas, yakni kolaborasi three-sector part-nership (perusahaan, pemerintah dan masyarakat sipil),luput dari perhatian ini. .

Dengan adanya proses saling terlibat dan mempenga-ruhi tersebut, maka pada dasarnya pemerintah dan ma-syarakat juga bertanggung jawab terhadap berlangsung-nya aktivitas CSR. Dengan kata lain, CSR bukan semata-mata tanggung jawab perusahaan saja. Perusahaan tidakmungkin dan tidak bisa dibiarkan begitu saja menjalankanprogram-program CSR meskipun inisiatif melaksanakanCSR tersebut datang dari perusahaan. Sebab dalam realitas-nya di lapangan, implementasi program-program CSR tetapharus melibatkan pemerintah dan masyarakat setempat.Bagaimanapun dalam menjalankan aktivitas CSR-nya, per-usahaan tetap menghadapi batas-batas kemampuan finansialdan sumber daya ekonomi lain.

Akan tetapi, apakah ketiga unsur tersebut mempunyaipemahaman yang sama tentang implementasi CSR. Tang-gungjawab tersebut harus ditekankan pemahamannyakepada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat tidakmelupakan tanggung jawab hidupnya sendiri. Pada dasar-nya masyarakat tetap bertanggung jawab atas kehidupan-nya masing-masing, kelestarian lingkungan dan alamtempatnya hidup, tanggung jawab sosial dan ekonomi,serta tanggung jawab sebagai warga negara. Di sini jugasangat perlu ditegaskan bahwa tanggung jawab untuk me-wujudkan kesejahteraan hidup masyarakat tidak dapatdibebankan atau dipindahkan sepenuhnya kepada pundakperusahaan.

Di berbagai tempat, kenyataan berkali-kali memper-lihatkan, perusahaan-perusahaan yang hanya mau me-ngeruk keuntungan finansial serta mengabaikan tanggung

Page 144: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

138

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

jawab sosial dan lingkungan, bukan saja mendapattentangan dari masyarakat sekitar, tapi juga mendapatkantekanan dahsyat dari LSM-LSM yang sepak terjangnyatak mengenal batas wilayah negara. Setidaknya, ini ter-gambar dalam berbagai kasus, yang tak hanya dihadangkerugian finansial, tapi juga dihadang berbagai tuntutandari masyarakat dan LSM, akibat kejahatan lingkunganhidup yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat.

Bagaimanapun, permasalahan masyarakat bukan hanyamenjadi tanggung jawab perusahaan atau pemerintah saja,akan tetapi juga menjadi tanggung jawab pihak-pihak lainseperti perguruan tinggi, LSM dan masyarakat itu sendiriserta lembaga lain yang terkait. Sebagai konskuensi logis,maka sebuah program kemitraan yang baik harus dibangundengan melibatkan partisipasi aktif dari berbagai stakehold-ers strategisnya. Terkait dengan hal tersebut, maka untukmendapatkan hasil yang optimal perusahaan dituntutuntuk membangun sebuah kerangka hubungan yangharmonis antara dunia usaha, pemerintah dan masyarakatyang berlandaskan pada prinsisp-prinsip sismbiosis-mutualistis, saling pengertian dan saling memberi manfaat.

Penekanan dan penegasan ini perlu dipahami olehmasyarakat lokal dan pemerintah setempat agar CSR tidakberdampak pada terjadinya degradasi moral berupa ke-malasan dan hilangnya rasa tanggung jawab hidup. SebabCSR bukanlah aktivitas filantropi berdasar belas kasihan.CSR sama sekali tidak bertujuan untuk mendidik dan mem-biasakan masyarakat lokal hidup menjadi pemalas denganmenggantungkan hidupnya pada bantuan dan belaskasihan dari pihak lain. Sementara mereka pada saat yangsama tidak memiliki rasa tanggung jawab dan inisiatifsendiri untuk memperbaiki kehidupannya. Akibat dari CSRyang merupakan pembodohan ini adalah lemahnya modal

Page 145: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

139

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

sosial dalam masyarakat bersangkutan. Faktor-faktor pem-bentuk modal sosial berupa kohesifitas, gotong royong,partisipasi, saling percaya, kolaborasi sosial, serta tang-gungjawab atas kepentingan publik akan terkikis sedikitdemi sedikit tanpa disadari oleh masyarakat itu sendiri.Dampak negatif tersebut harus dapat dihindari, dan karena-nya  penerapan CSR yang salah kaprah menjadi pembo-dohan juga harus dicegah.

Sementara peran pemerintah untuk mempengaruhisecara positif tumbuhnya kepercayaan, kohesifitas, altruisme,gotong royong, partisipasi, jaringan, kolaborasi sosial,dalam suatu komunitas sangat dibutuhkan. Modal sosialyang tumbuh dan berkembang dengan baik akan mem-percepat keberhasilan pembangunan, khususnya pem-bangunan sosial dan kesejahteraan.

Wacana kemitraan dari berbagai unsur masyarakat,agar CSR ini akan terjalin baik, korporasi ini dapat berhu-bungan secara co-eksistensial, simbiosis-mutualistik dankekeluargaan. Meski demikian, perlu berhati-hati agar inter-vensi dan regulasi Pemerintah terhadap dunia usaha ini,khususnya terhadap aktualisasi CSR tidak terjebak padabirokratisasi yang melelahkan dan berbiaya tinggi. Regulasiyang berlebihan justru menimbulkan counter-productiveterhadap proses demokratisasi yang tengah terjadi di In-donesia saat ini. Regulasi dalam konteks ini diperlukanagar semua komponen berjalan atas dasar rule of law, patuhatas aturan main yang jelas, sehingga parameternya punmenjadi jelas.

Hal demikian terjadi karena eksploitasi sumber alamdan praktek lingkungan yang dilakukan oleh industri inibanyak bertentangan dengan tujuan pelestarian lingkungandan kepentingan ekonomi masyarakat lokal. Oleh karena-nya, untuk membangun “citra baik” serta “relasi baik”

Page 146: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

140

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

dengan pemangku kepentingan mereka, maka kolaborasipemangku kepentingan dalam implementasi CSR dalamindustri tambang dan migas menjadi sangat pentingdilakukan. Selanjutnya kinerja sosial korporasi yang baikakan meningkatkan peluang investor baru untuk mena-namkan modalnya serta mengurangi resiko korporasi dalamrelasi dengan pemangku kepentingan mereka.

Secara lebih fokus kolaborasi ditujukan untuk meme-nuhi pertimbangan “sosial” dan “bisnis” tersebut, yaknirelasi dengan pemangku kepentingan dan citra korporasi.Dengan melaksanakan program CSR dan CD secara baik,maka resiko bisnis atas tekanan dari pemangku kepen-tingan sosial terhadap korporasi akan semakin rendah.

Model Kolaborasi, ini didasarkan pada asumsi bahwatidak ada satu pihakpun yang sanggup secara sendirianmenjalankan fungsi yang sangat kompleks dalam upayapemberdayaan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat,khususnya masyarakat miskin. Model ini juga sangatrelevan dengan tuntutan global bagi perusahaan (korporasi)untuk menjalankan Good Corporate Governance (GCG),dengan melibatkan berbagai stakeholder. Gagasan “ModelKerja Kolaborasi” ini didasarkan pada fakta bahwa sudahcukup banyak, program/proyek yang dikucurkan olehpemerintah, seperti Kredit Investasi Kecil (KIK), KreditCandak Kulak (KCK), Supra Insus, Kredit Usaha Kecil (KIK),Kredit Candak Kulak (KCK), Pembangunan Kawasan Ter-padu (PKT), Inpres Desa Tertinggal (IDT), Jaring PengamanSosial, termasuk dana CSR oleh korporat belum menunjuk-kan hasil optimal kalau tidak disebut gagal. Kajian terhadapprogram-program tersebut menunjukkan bahwa peng-hantaran sumberdaya finansial (modal) semata tidaklahcukup tanpa dibarengi oleh persiapan sosial yang memadaisebelum bergulirnya sumberdaya modal.

Page 147: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

141

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Cara pandang berbagai pihak termasuk pemerintahyang sangat “mendewakan” sumber daya modal (modalfinansial) sebagai solusi untuk memecahkan persoalankemiskinan masyarakat sudah saatnya untuk dirubah,karena realitas yang kita lihat selama ini, cara pandangyang seperti tidak berhasil dengan baik memecahkan per-soalan kemiskinan. Cara pandang yang seperti itu harusditransformasi ke cara pandang yang melihat bahwa sumberdaya modal (finansial) sama pentingnya dengan persiapansosial. Artinya, siapa pun pelaku yang ingin memberdaya-kan masyarakat miskin, harus terlebih dahulu mempersiap-kan masyarakat tersebut untuk menerima hantaran sumberdaya lainnya (finansial). Seperti yang dikatakan Chambers(1988), bahwa inti dari masalah kemiskinan adalah apayang disebutnya dengan “perangkap kemiskinan” (the dep-rivation trap of poverty), yang terdiri dari lima unsur : Ke-kurangan materi, kelemahan fisik, keterasingan, keren-tanan dan ketidakberdayaan.

Kelima unsur ini seringkali saling terkait satu denganyang lainnya, sehingga merupakan perangkap kemiskinanyang benar-benar berbahaya dan mematikan peluanghidup masyarakat atau keluarga miskin. Dalam kondisimasyarakat miskin yang seperti itu, mempersiapkan ma-syarakat sebelum penghantaran sumber daya modal(finansial) adalah bagian dari proses pemberdayaan (em-powering). Dalam konteks seperti ini, “Model Kerja Kola-borasi” menjadi satu alternatif solusi bagi program CSRdalam pemberdayaan masyarakat miskin di Indonesia.Korporat memiliki kelebihan dalam hal penghantaransumber daya finansial melalui program CSR. Bila korporatsungguh-sungguh bersedia menyisihkan sebagian keun-tungannya (1-5%) saja dari labanya, maka sangat mungkinuntuk menghimpun dana triliunan rupiah yang dapat

Page 148: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

142

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

digunakan sebagai dana program CSR. Pemerintah jugamemiliki kelebihan dalam penghantaran finansial danmembuat regulasi yang terkait dengan implementasi CSR.

Sementara itu, Perguruan Tinggi/Civil Society/LSM me-miliki kelebihan dalam hal melakukan persiapan sosial.Agar kolaborasi tersebut dapat berjalan efektif dan efisien,dalam setiap relasi antar stakeholders dengan masyarakatdan sebaliknya, harus didasari dengan elemen-elemen so-cial capital. Seperti yang dikatakan oleh Fukuyama (1995),saling percaya (trust) merupakan elemen inti dari socialcapital, karena itu dalam kerja kolaborasi, yang palingutama ditumbuhkembangkan adalah nilai saling percaya(trust). Diyakini bahwa dengan menumbuh kembangkanelemen-elemen modal sosial, termasuk di dalamnya trust,akan membuat kerjasama akan menjadi efisien dan efektif.Implementasi CSR dengan “model kerja kolaborasi” me-rupakan suatu momentum untuk merajut kembali rasasaling percaya (trust) dan elemenelemen modal sosiallainnya dalam masyarakat kita. Gagasan “model kerjakolaborasi” dengan memanfaatkan potensi modal sosialuntuk pemberdayaan masyarakat miskin ini didasari olehbeberapa hasil penelitian yang menggunakan konsepmodal sosial.

Menurut Min Dong Paul Lee (2011), menyarankan tigahal tentang CSR yang perlu dilakukan: pertama, penelitianmengenai bagaimana CSR diukur kinerjanya harus terusdilakukan. Kedua, penelitian mengenai CSR harus jugadilihat dari sisi sosial, bukan sekadar dari sisi perusahaan.Ketiga, Terakhir, cakupan penelitian empiris mengenai CSRharus diperluas, termasuk ke UKM. Hingga sekarang, pene-litian empiris mengenai CSR memang masih terlalu condongke perusahaan perusahaan besar saja. Kemitraan yangdimaksud dalam studi ini melibatkan lebih dari dua stake-

Page 149: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

143

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

holder yang memiliki keahlian dan fungsi strategis danmenyatukan langkah untuk mendukung keberhasilanprogram CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Modelkemitraan dunia usaha pemerintah dan masyarakat initelah diadopsi PT Semen Indonesia, Tbk.

Sejauh eksplorasi bahan kepustakaan tentang hasil pe-nelitian mengenai implementasi Corporate Social Responsi-bility dalam dua puluh tahun terakhir ini diantaranyaadalah: Hasil penelitian Tate (1996) yang berjudul “The Ele-ments of A Successful Logistic Partnership” Peneliti menyatakanbahwa agar kerjasama dapat berhasil maka diperlukanpemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan mitrabisnis, melakukan komunikasi secara terbuka memilikikomitmen, fairness, flexibilitas dan adanya trust. Studi yangdilakukan Tate memiliki celah untuk dikritisi, diantaranya;kurang secara detail menampilkan bentuk kolaborasi tentangmitra bisnis; tidak menjelaskan secara spesifik tujuan per-usahaan kerjasama dalam implementasi CSR.

Hasil penelitian Salman (1999) juga menemukan bahwahasil kerja kolektif (kolaborasi) dengan memanfaatkan po-tensi modal sosial dalam upaya meningkatkan penghasilandalam komunitas nelayan telah menunjukkan hasil yangmemuaskan. Salman (1999) mengemukakan bahwa hasilkerja kolektif (kolaborasi) yang dilakukan nelayan di PulauBarrang Candi (Makassar) tidak hanya berhasil meningkat-kan pendapatan secara temporer, tetapi juga pada terputus-nya ikatan bergantung nelayan kecil (klien) pada sejumlahpunggawa besar (patron), berubahnya struktur bagi hasildalam komunitas ke arah yang lebih demokratis, serta ter-tanamnya kesadaran kritis tentang pentingnya kerja kolektifdiantara mereka dalam mengatasi masalah yang merekahadapi.

Page 150: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

144

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Ohama (2001) juga mengajukan satu kasus kerja ko-lektif (kolaboratif) yang sukses di Luzon Tengah (Filipina),di mana kerja kolektif tidak hanya mengeluarkan komu-nitas petani dari perangkap kemiskinan, melainkan ber-hasil mengkreasi sebuah modal sosial (social capital) dalambentuk lahir dan berkembangnya organisasi rakyat“Ugnayang Magsasakang San Siomon (UMSS)”.

Hasil penelitian lain yang dilakukan Chapple danMoon (2002), diperoleh fakta bahwa lndonesia terbuktimemiliki penetrasi pelaksanaan CSR yang paling rendahdibanding negara-negara lain seperti lndia, Korea Selatan,Thailand, Singapura, Malaysia dan Filippina. Rendahnyaimplementasi CSR di lndonesia disebabkan oleh banyakfaktor diantaranya adalah masih rendahnya kepekaansosial pimpinan perusahaan dan belum adanya suatu modelaplikatif CSR yang mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat didalamnya.

Studi lain dengan tema kolaborasi dilakukan oleh Argenti(2004) dalam penelitiannya melihat potensi kemitraan yangdilakukan perusahaan dengan LSM. Dalam penelitian yangberjudul “Collaborating with Activits: How starbuck works withNGos”, peneliti menyatakan bahwa LSM memiliki peranyang semakin meningkat dalam mempengaruhi masya-rakat maupun perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaanharus melakukan kolaborasi dengan LSM tersebut untukmencapai tujuan tanggung jawab sosialnya, dan untukmeningkatkan reputasi perusahaan, sernentara disisi laintujuan perusahaan juga tercapai. saat ini LSM sedangberupaya untuk mencari cara-cara baru untuk bekerjasamadengan perusahaan daripada menentangnya dalam upayauntuk mencari apa yang terbaik bagi masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Barrat (2004) tentangkolaborasi yang berjudul “Understanding the Meaning of

Page 151: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

145

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Collaboration in the Suplay Chain” menunjukkan bahwakerjasama dalam bentuk kolaborasi dalam supply chainsangat sulit diimplementasikan walaupun mempunyaipotensi untuk menaikkan kinerjanya. Kunci keberhasiran-nya terletak pada pemahaman yang mendalam mengenaikebutuhan dari organisasi yang diajak bekerjasama. Halini penting diperhatikan karena partnership merupakansuatu aktivitas yang akan mengikat pihak-pihak yang ikutdalam partnership dalam jangka panjang.

Hal ini dikarenakan fenomena kemiskinan yang terjadidi masyarakat mempunyai sifat yang unik dan multidi-mensional. Oleh karena itu dalam mengkaji dan meng-analisis masalah kolaborasi antara dunia usaha, pemerintahdan masyarakat tentu dibutuhkan model dan metode yangsesuai, sehingga dapat mengungkap esensi dan maknayang sebenarnya secara lebih mendalam.

Masih terdapat gejala empiris menarik yang patut di-cermati berkaitan dengan praktik social responsibility, bahwamasih tinggi problematika sosial dan lingkungan akibatinteraksi yang kurang harmonis antar three-sector partnershipdan cara memahami atau memaknai CSR. Praktik socialresponsibility tersebut dilakukan perusahaan baik untuk me-menuhi aturan yang ditetapkan, maupun kesadaran dankreatifitas perusahaan untuk membantu masyarakat danlingkungan.

Dari hasil identifikasi yang dilakukan Direktorat Pe-ningkatan Peran Kelembagaan Sosial Masyarakat dan Ke-mitraan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Depar-temen Sosial RI, ditemukan bahwa sejumlah dunia usahatelah melaksanakan tanggung jawab sosialnya, tetapi se-bagian besar diantaranya masih bersifat pragmatis, karenabelum terjalinnya kerjasama secara sinergis antar duniausaha dengan pemerintah. Akibatnya, masalah sosial yang

Page 152: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

146

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

diselesaikan umumnya masih bernuansa pragmatis, kurangkomprehensip dan tidak sedikit diantaranya sebataskaritatif (Puspensos, Investasi Sosial, La Tofi, Jakarta, 2005).

Beberapa studi tersebut memberikan pengetahuan yangmasih terbatas dalam menjawab mengenai maksud dantujuan dilakukan kemitraan, bagaimana proses dan rang-kaian kegiatan CSR yang memakai model kemitraan, danmengapa kemitraan tersebut dilakukan. Dari adanya gaptersebut dan adanya keinginan untuk memberikan penge-tahuan tentang maksud dan tujuan serta fungsi dari ke-mitraan yang dikemas dalam bentuk kolaborasi yang me-libatkan berbagai stakeholder dalam CSR.

Konsep Kolaborasi Dalam Praktek CSRKolaborasi menurut kamus Inggris Indonesia merupa-

kan terjemahan dari kata “collaboration” yang artinya kerja-sama (Echols dan Sadily, 1988). Kolaborasi mencakup semuakegiatan yang ingin dicapai dan mempunyai tujuan sertamanfaat yang sama. Kolaborasi terjadi apabila lebih darisatu orang atau lembaga bekerjasama dalam suatu kegiatanatau penelitian dengan memberikan sumbangan ilmu penge-tahuan, tindakan intelektual, ataupun materi. Kolaborasimuncul akibat pandangan bahwa suatu kegiatan kadangtidak dapat dikerjakan sendiri sehingga membutuhkanorang lain.

Menurut Jonathan (2004) mendefinisikan kolaborasisebagai proses interaksi di antara beberapa orang yangberkesinambungan. Kolaborasi juga diartikan sebagaikesepakatan dua atau lebih pemangku kepentingan untukmembagi informasi, peran, fungsi dan tanggung jawabdalam suatu hubungan dan mekanisme kemitraan (part-nership) yang disetujui secara bersama. Pengertian lain darikolaborasi yaitu masing-masing anggota tim yang terlihat

Page 153: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

147

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

bersama-sama memberikan pengetahuan, pengalaman, dankemampuan mereka untuk berkontribusi dalam suatu pro-gram perusahaan, misalnya pengembangan produk. katakolaborasi mendeskripsikan kooperasi yaitu perusahaanatau organisasi memberikan sumber daya dan kemampuannyauntuk memenuhi kebutuhan customer (Borrini-Feyerabendet al, 2000). Ciri khas kolaborasi adalah proses-proses salingbelajar (sharing), terutama berbagi informasi. Dalam prosesmencapai tujuan seringkali dilakukan penyesuaian terusmenerus atau adaptif (Carlsson and Berkes 2005).

Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli,dapat disimpulkan bahwa kolaborasi adalah suatu prosesinteraksi yang kompleks dan beragam, yang melibatkanbeberapa orang untuk bekerja sama dengan menggabung-kan pemikiran secara berkesinambungan dalam menyikapisuatu hal dimana setiap pihak yang terlibat saling keter-gantungan di dalamnya. Apapun bentuk dan tempatnya,kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ideyang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator.Kolaborasi dalam sebuah tim penting karena terbatasnyasumber daya dapat dimanfaatkan secara tepat denganberbagai pengetahuan, belajar, dan membangun suatukesepakatan dan pada akhirnya meningkatkan kesuksesantim tersebut dalam menyelesaikan suatu masalah.

Banyak keuntungan yang diperoleh dengan berkola-borasi, Katz dan Martin (1997) mengatakan bahwa keun-tungannya adalah terciptanya kesempatan untuk berbagipengetahuan, keahlian dan teknik tertentu dalam sebuahilmu. Dengan berkolaborasi akan terjadi sistem pembagiankerja dan penggunaan sumber daya yang efektif yangdimiliki oleh masing-masing pihak. Adapun keuntungankolaborasi yaitu:

Page 154: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

148

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

1. Transfer pengetahuan dan keahlian2. Pertukaran ide dari berbagai ilmu yang akan menambah

wawasan dan perspektif baru seseorang yang dapatmemotivasi kreativitas

3. Membuka kesempatan persahabatan intelektual

Kolaborasi sebagaimana yang diungkapkan oleh se-jumlah pakar menunjuk kepada suatu sistem kerjasamaantara pemerintah dan non pemerintah dalam kedudukanyang sejajar dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalampenelitian ini konsep kolaborasi mencerminkan kemitraanberbagai pihak. Menurut Bryden, et al. (1998a) pernah me-ngemukakan bahwa keunggulan-keunggulan kemitraanlokal terletak pada: (1) persiapan dari strategi setempat yangmelihat seluruh kebutuhan bagi pembangunan pedesaandi wilayah tersebut, dan kebijakan-kebijakan yang tersediauntuk mencapai semua ini; (2) pertimbangan tentang carapemberian pelayanan yang lebih efektif, termasuk kerjabersama di antara mitra, penggunaan bersama atas gedung-gedung atau sumberdaya lainnya, dan pendekatan terpaduterhadap pemberian informasi kepada orang-orang setempat;dan (3) penyediaan sebuah pusat untuk promosi tentangprakarsa masyarakat.

Lima Komponen Utama Dalam Kolaborasi, yang harusdiperhatikan:1. Collaborative Culture. Seperangkat nilai-nilai dasar yang

membentuk tingkah laku dan sikap bisnis. Di sini yangdimaksudkan adalah budaya dari orang-orang yangakan berkolaborasi.

2. Collaborative Leadership. Suatu kebersamaan yang meru-pakan fungsi situasional dan bukan sekedar hirarki darisetiap posisi yang melibatkan setiap orang dalamorganisasi.

Page 155: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

149

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

3. Strategic Vision. Prinsip-prinsip pemandu dan tujuankeseluruhan dari organisasi yang bertumpu pada pe-lajaran yang berdasarkan kerjasama intern dan ter-fokus secara strategis pada kekhasan dan peran nilaitambah di pasar.

4. Collaborative Team Process. Sekumpulan proses kerja nonbirokrasi dikelola oleh tim-tim kolaborasi dari kerjasamaprofesional yang bertanggung jawab penuh bagi ke-berhasilannya dan mempelajariketerampilan-keteram-pilan yang memungkinkan mereka menjadi mandiri.

5. Collaborative Structure. Pembenahan diri dari sistem-sistem pendukung bisnis (terutama sistem informasidan sumberdaya manusia), memastikan keberhasilantempat kerja yang kolaboratif.

Upaya pencapaian tujuan tidak hanya dilakukan me-lalui cara mengalahkan saingan, melainkan juga dapatdilakukan melalui kerjasama dan kolaborasi. Kolaborasiadalah “ a purposive relationship”. (Schrage, 1995 : 29). Tujuankolaborasi adalah a) memecahkan masalah, b) menciptakansesuatu, c) menemukan sesuatu di dalam sejumlahhambatan.

Kolaborasi mengambil bagian untuk berpartisipasi(pasif atau aktif) dalam suatu proses. Kolaborasi meluas padakomunikasi, kooperasi, dan koordinasi, dengan unsur-unsurkunci di dalam proses. Kolaborasi yang dimaksud mengacupada suatu hubungan yang saling menguntungkan (mu-tually beneficial relationship) antara dua atau lebih pihak yangbekerja ke arah tujuan umum dengan berbagi tanggungjawab, otoritas, dan tanggung-jawab untuk menuju pen-capaian hasil.

Agar kolaborasi dalam perusahaan bisa berhasil, makaperlu metode kolaborasi. Metode kolaborasi adalah suatu

Page 156: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

150

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

proses perubahan dimana nilai-nilai dan kultur lolaborasiditerapkan, proses perubahan ini memerlukan perubahantata pikir (mind set). Perubahan mind set yang terpentingadalah pola pikir yang semula independen (saling bebas,tidak tergantung) ke pola pikir interdependen (salingtergantung). Metode kolaborasi dapat digambarkan sepertiterlihat pada gambar diagram Venn berikut ini:

Gambar1.1.: Metode kolaborasi

Sumber: diadopsi dari Marshal, 1995

ALIGNMENT PROCESS

STRATEGIC VISION

RELATION- SHIP

REPUTATION CULTURE

PEOPLE AND

BUSINESS PROCESS

CONTENT, STRUCTURE,

AND SYSTEMS

RESULT

CUSTOMERS

CUSTOMERS

Page 157: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

151

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Sebagaimana sifat dari gambar diagram Venn adanyasaling keterkaitan antara elemen yang ada didalamnya,metode kolaborasi pada gambar di atas juga memperlihat-kan interdependensi diantara berbagai elemen, baik inter-nal maupun eksternal organisasi. Diagram Veen juga mem-perlihatkan berbagai macam interaksi yang terjadi diantaraberbagai organisasi. Penjelasan singkat dari diagaram Veenterkait dengan kolaborasi sebagai strategi bisnis dimasadepan sebagai berikut:

Visi dan strategi berkaitan dengan eksistensi kehadiranperusahaan serta arah yang ingin dituju oleh perusahaanatas dasar keunikan dan nilai tambah yang diberikan olehperusahaan dipasar (market place)Relasi pelanggan berkaitan dengan bagaimana pelanggandiperlakukan dengan menempatkan kepuasan pelanggansebagi perhatian utama.Relasi tugas berkaitan dengan karakter organisasi yangmerupakan fungsi dari nilai-nilai, kepercayaan, kebiasaandan budaya yang terefleksi dalam proses bisnis.Hasil merupakan keluaran perusahaan. Keluaran per-usahaan merupakan fungsi dari aliansi antara proses dariproduk atau jasa yang diberikan perusahaan.Reputasi berkaitan dengan nilai-nilai dan kepercayaanyang terefleksi pada produk, jasa dan fokus pelanggan.

Sebagai konsekuensi logis sebuah program kolaborasiatau kemitraan yang baik harus dibangun dengan melibat-kan partisipasi aktif dari berbagai stakeholder strategisnya.Program kemitraan yang dibuat tidak cukup didasarkanatas kesadaran bahwa dalam mewujudkan iklim usahayang lestari hanya mengandalkan peran pemerintah danperusahaan dan atau kombinasi keduanya sebagai stake-holder utama, sementara masyarakat dan stakeholder yanglain seperti LSM, perguruan tinggi dan lembaga sosialdiabaikan. Namun partisipasi aktif dari berbagai stake-holder strategis ini dengan kompetensinya masing-masing

Page 158: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

152

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

sangat menentukan dan diperlukan dalam mewujudkankerjasama yang baik.

Model kolaborasi atau sering disebut kemitraan dalamimplementasi CSR sering menggunakan istilah three sectorpartnership, yakni merupakan pengembangan dari bentukkemitraan antara pemerintah dan perusahaan yang disebutPPP (public-private partnership) didefinisikan sebagai sebuahsistem di mana kerjasama antara pemerintah dan swastaini didanai melalui kemitraan oleh pemerintah dengan satuatau lebih perusahaan swasta (Soplop et al., 2009). Kemitra-an juga bisa dilakukan antara Lembaga swadaya Masya-rakat (LSM) dengan perusahaan (Argenti, 2004; Choi et al.,2005). lstilah PPP maupun kemitraan dua pihak (LSM denganperusahaan) itu sendiri, tidak digunakan dalam penelitianini karena model kemitraan yang menjadi focus pemba-hasan adalah kemitraan yang melibatkan dunia usaha,pemerintah dan masyarakat.

Saat ini ada pemikiran sebuah model yang dibutuhkanthree-sector partnership yakni kemitraan antara pemerintahperusahaan dan masyarakat/LSM. Dengan CSR, perusaha-an tak lagi hanya berpijak pada single bottom line. Yakni hanyamemperhatikan pada kondisi keuangan saja. Dengan CSR,perusahaan harus mengembangkan triple bottom line.

Perbedaan utama antara PPP, kemitraan dua pihak(LSM dengan perusahaan) dengan kerjasama tiga sektorini terletak pada keterlibatan para stakeholder kunci yangikut terlibat didalamnya. Dalam PPP maupun kemitraanantara LSM dan perusahaan, kemitraan yang dilakukanhanya melibatkan dua pihak yang kemudian menyatukansemua kekuatan yang dimilikinya untuk menyelesaikanpermasalahan yang terkait dengan tugas yang sedangdihadapi mereka (Soplop et al., 2009), sementara kemitraanyang dimaksud dalam studi ini melibatkan lebih dari dua

Page 159: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

153

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

stakeholder yang memiliki keahlian dan fungsi strategisdan menyatukan langkah untuk mendukung keberhasilanprogram CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Modelkemitraan dunia usaha pemerintah dan masyarakat initelah diadopsi PT. Semen Indonesia, Tbk.

CSR Dalam Perspektif Pekerjaan SosialPekerjaan Sosial adalah aktivitas profesional untuk

menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam me-ningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar ber-fungsi sosial dan menciptakan kondisi-kondisi masyarakatyang kondosif untuk mencapai tujuan tersebut. (Zastrow,1999). Tahapan intervensi atau pelaksanaan program meru-pakan rangkaian kegiatan proses pertolongan dalam peker-jaan sosial setelah kegiatan perencanaan kegiatan. Sebagaitindaklanjut dari perencanaan yang telah disusun bersamadengan masyarakat agar menjadi nyata dan dapat dirasa-kan adalah dengan melaksanakan rencana tersebut. Bentuknyata kegiatan praktikan (pekerja sosial) bersama masya-rakat tersebut biasa disebut dengan pelaksanaan intervensi

Secara garis besar, pekerjaan sosial melibatkan inter-vensi atau penanganan masalah pada dua aras atau ting-katan, yakni tingkat mikro (individu, keluarga, kelompok)dan makro (organisasi dan masyarakat). Keterkaitan antarakedua tingkatan tersebut merupakan inti praktek pekerjaansosial. Karenanya selain dituntut untuk memiliki pemaha-man mengenai penanganan masalah yang dialami individu,keluarga dan kelompok, pekerja sosial juga perlu memilikipemahaman mengenai metode atau strategi dalam me-lakukan perubahan organisasi, masyarakat dan kebijakan.

Globalisasi dan industri telah membuka kesempatanbagi pekerja sosial untuk terlibat dalam bidang yang relatifbaru, yakni dunia industri. Setara dengan itu, para pekerja

Page 160: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

154

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

sosial juga banyak yang bekerja di dunia industri yaitu diperusahaan-perusahaan bisnis, inilah yang memunculkanistilah Pekerja Sosial Industri (PSI) atau Industrial SocialWork.

PSI mencakup pelayanan sosial yang bersifat inter-nal dan eksternal. Secara internal PSI melibatkan program-program bantuan bagi pegawai, seperti pelayanan konselinguntuk individu, terapi kelompok dan pengembangansumber daya manuisia, sedangkan yang eksternal PSI ber-wujud dalam berbagai bentuk CSR termasuk di dalamnyastrategi , community development, pengembangan kebijakansosial dan advokasi sosial.

Menurut Suharto (2007;7) dalam bukunya denganjudul: Pekerjaan sosial di dunia industri memperkuat tanggungjawab sosial perusahaan, dimana dalam buku tersebut adaketerkaitan yang cukup erat antara pekerjaan sosial denganbidang industri, menurutnya; PSI (Pekerjaan Sosial Industri)dapat didefinisikan sebagai lapangan praktik pekerjaansosial yang secara khusus menangani kebutuhan-kebutuhankemanusiaan dan sosial di dunia kerja melalui berbagaiintervensi dan penerapan metoda pertolongan yang ber-tujuan untuk memelihara adaptasi optimal antara individudan lingkungannya, terutama lingkungan kerja. Dalamkonteks ini, PSI dapat menangani beragam kebutuhanindividu dan keluarga, relasi dalam perusahaan, serta relasiyang lebih luas antara tempat kerja dan masyarakat(NASW, 1978) yang dikenal istilah tanggung jawab sosialperusahaan (corporate social responsibility).

Dalam konteks pembangunan nasional, pembangunankesejahteraan sosial dapat didefinisikan sebagai segenapkebijakan dan program yang dilakukan oleh pemerintah,dunia usaha, dan civil society untuk mengatasi masalahsosial dan memenuhi kebutuhan manusia melalui pende-

Page 161: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

155

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

katan pekerjaan sosial. Tujuan pembangunan kesejah-teraan sosial yang pertama dan utama adalah pengang-gulangan kemiskinan, dalam segala bentuk manisfestasinya(Jones dalam Suharto, 2007).

Menurut Midgley (1995), bahwa kondisi kesejahteraansosial adalah tercipta dari tiga element penting yaitu; kom-promi tiga elemen. Pertama, sejauh mana masalah-masalahsosial ini diatur artinya bahwa ma-syarakat yang dapatmengatur dan mengatasi masalah sosial memiliki kesejah-teraan sosial yang lebih tinggi dibanding yang lain. Ketidak-mampuan untuk mengatur masalah-masalah sosial melahir-kan kondisi yang disebut oleh Richard Titmuss (1974) se-bagai “social illfure” atau penyakit sosial. Kedua, sejauh manakebutuhan-kebutuhan dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhanini merujuk kepada kebutuhan biologis dasar untuk ke-langsungan hidup seperti nutrisi, air yang dapat diminum,tempat berteduh, dan keamanan, tetapi kebutuhan ke-butuhan inijuga harus ada pada level komunitas dan masya-rakat. Dan ketiga, sejauh mana kesem-patan untuk mening-katkan taraf hidup dapat disediakan.

Untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, dalam per-spektif pembangunan sosial dapat dilihat sebagai per-panjangan dari dikotomi pendekatan residual dan institu-sional. Menurut Midgley (1995: 37). Pendekatan residualsifatnya sangatlah terbatas, bersifat remedial dan mengun-dang stigma, sedangkan pendekatan institusional adalahbersifat universal, sesuatu yang normal, merupakan gardadepan dan bagian yang integral dalam masyarakat. Pem-bangunan sosial didefinisikan sebagai sebuah proses peru-bahan sosial yang terencana yang didesain untuk meng-angkat kesejahteraan penduduk secara menyeluruh denganmenggabungkannya dengan proses pembangunan ekonomiyang dinamis.

Page 162: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

156

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Strategi yang berbeda untuk mengangkat pembagunansosial telah diformulasikan yaitu pendekatan yang men-dukung harmonisasi semua pendekatan ini dengan me-mobilisasi institusi sosial yang berbeda untuk mengangkatkesejahteraan sosial. Menurut Midgley (1995: 254), bahwasumber di pasar (bisnis), masyarakat dan negara dapat di-persatukan untuk mendukung tercapainya tujuan pem-bangunan sosial. Pembangunan sosial akan dengan baikdiangkat ketika pemerintah memainkan pernan positifdalam memfasilitasi, mengkoordinasi dan mengarahkanusaha dari kelompok yang berbeda baik dari individu,kelompok dan masyarakat dan secara efektif menggunakanpasar, masyarakat dan negara untuk mengangkat pemba-ngunan sosial. Peranan negara dalam menunjang pem-bagunan sosial sangat penting, tetapi bukan berarti meng-hasilkan pelarangan pada pasar. Tetapi mekanisme pasardigunakan secara efektif untuk mengangkat pembangunandan pertumbuhan ekonomi, negara juga tidak melaranghak individu dan usaha masyarakat lokal.

Pembangunan yang terdistorsi ini terjadi pada masya-rakat dimana pembangunan ekonomi tidak sejalan denganpembangunan sosial. Dan ini bukan hanya terjadi padanegara-negara maju tetapi juga pada negara-negara ber-kembang. Di negara-negara maju maupun negara-negaraberkembang, masalahnya bukan pada pembangunanekonomi tetapi lebih pada kegagalan dalam mengharmo-nisasikan tujuan-tujuan pembangunan sosial dan ekonomi,dan juga kega-galan dalam memastikan bahwa keuntungandan kemajuan ekonomi ini juga dapat menyentuh masya-rakat keseluruhan, Midgley (1995).

Ada berbagai pendapat mengenai aktivitas-aktivitasyang dapat dikategorikan sebagai aktivitas sosial yang me-nunjukkan bentuk keterlibatan sosial perusahaan terhadap

Page 163: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

157

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

masyarakat. Kotler dan Lee (2005: 23) merumuskan aktivitasyang berkaitan dengan tanggung jawab sosial dalam 6 ke-lompok kegiatan : promotion, marketing, corporate social mar-keting, corporate philantropy, community volunteering, dan socialresponsibility business practices.

Salah satu bentuk dari program CSR (tanggung jawabsosial perusahaan) yang sering diterapkan adalah commu-nity development (CD). Perusahaan yang mengedepankankonsep ini akan lebih menekankan pembangunan sosialdan pembangunan kapasitas masyarakat sehingga akanmenggali potensi masyarakat lokal yang menjadi modalsosial perusahaan untuk maju dan berkembang. Selaindapat menciptakan peluang peluang sosial-ekonomi masya-rakat, menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi yangdiinginkan, cara ini juga dapat membangun citra sebagaiperusahaan yang ramah dan peduli lingkungan. Selainitu, akan tumbuh rasa percaya dari masyarakat. Rasa me-miliki perlahan-lahan muncul dari masyarakat sehinggamasyarakat merasakan bahwa kehadiran perusahaan didaerah mereka akan berguna dan bermanfaat.

Implementasi CD di lingkungan perusahaan membu-tuhkan model intervensi pekerjaan sosial. Arus globalisasidan industrialisasi membuka kesempatan bagi pekerjaansosial untuk terlibat dalam bidang yang relatif baru, yaknidunia industri. Para pekerja sosial industri (PSI), bekerjapada setting dunia industri. Menurut Suharto (2005: 194),PSI memiliki peranan penting dalam pemberian pelayanansosial, baik yang bersifat pencegahan, penyembuhan mau-pun pengembangan dalam sebuah perusahaan. Tugas utama-nya adalah menangani masalah kesejahteraan, kesehatandan keselamatan kerja, relasi buruh dan majikan, serta pe-rencanaan dan pengorganisasian program-program pe-ngembangan masyarakat bagi komunitas yang ada disekitar perusahaan.

Page 164: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

158

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, melalui GlobalGovernance Initiative, kalangan bisnis diajak memikirkansoal kemiskinan melalui praktik CSR. Pada tanggal 8-9September 2005 bertempat di Jakarta, Indonesia menjadituan rumah AFCSR (Asian Forum for Corporate Social Re-sponsibility) yang memaparkan bagaimana CSR harusdipraktikkan oleh bisnis di Asia. Terakhir, World BusinessCouncil for Sustainable Development (WBCSD) menyata-kan dalam sebuah side-event Pertemuan PBB New York(14-16/9/2005), bahwa praktik CSR adalah wujud komitmendunia bisnis untuk membantu PBB merealisasikan targetMillennium Development Goals (MDGs).

Ilmu kesejahteraan sosial telah menawarkan modelintervensi dalam pengembangan di tingkat komunitaslokal melalui pendekatan pelayanan masyarakat. MenurutAdi (2005, h.166) bahwa dalam mengadakan pengem-bangan masyarakat, bisa menggunakan model intervensipengembangan masyarakat, menggunakan pendekatanpelayanan masyarakat atau dengan model intervensi aksikomunitas. Kesemua model dan pendekatan tersebut bisadiberlakukan untuk pengembangan masyarakat pada levelkomunitas lokal

Praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dandisebarluaskan untuk kebaikan komunitas atau masyarakatinternasional. Menurut Ahmad Daniri (2008; 7), apabilahendak menganut pemahaman yang digunakan oleh paraahli yang menggodok ISO 26000 Guidance Standard on Socialresponsibility yang secara konsisten mengembangkantanggung jawab sosial maka masalah CSR akan mencakup7 isu pokok yaitu:a. Pengembangan Masyarakatb. Konsumenc. Praktek Kegiatan Institusi yang Sehat

Page 165: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

159

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

d. Lingkungane. Ketenagakerjaanf. Hak asasi manusiag. Organizational Governance (governance organisasi)

PSI (Pekerja Sosial Industri) menggunakan pengeta-huan, keterampilan dan nilai-nilai pekerjaan sosial dalampemberian pelayanan, program dan kebijakan bagi parapegawai dan keluarganya, manajemen perusahan, serikat-serikat buruh dan bahkan masyarakat yang berada di se-kitar perusahaan, Inti PSI meliputi kebijakan, perencanaan,dan pelayanan sosial pada persinggungan antara pekerjaansosial dan dunia kerja (Suharto, 2007;7). Di antara berbagaikegiatan PSI antara lain adalah program bantuan (bagi)pegawai, promosi kesehatan, manajemen perawatan kese-hatan, tindakan affirmatif (pembelahan), penitipan anak,perawatan lanjut usia, pengembangan sumber daya manusia(SDM), pengembangan organisasi, pelatihan, dan pengem-bangan karir, konseling bagi penganggur atau yang ter-kena pemutusan hubungan kerja (PHK), tanggung jawabsosial perusahaan (corporate social responsibility), tunjungan-tunjungan pegawai, keamanan dan keselamatan kerja, pe-ngembangan jabatan, perencanaan, sebelum dan sesudahpensiun, serta bantuan pemindahan posisi kerja.

Dalam konteks Pekerjaan Sosial Industri (industrial/oc-cupational social work), istilah Pengembangan Masyarakatseringkali digunakan sebagai salah satu pendekatan ataustrategi dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (corpo-rate social resposibility/CSR).

CD (Community Development) seringkali didefinisi-kan sebagai proses penguatan masyarakat secara aktif danberkelanjutan berdasarkan prinsip keadilan sosial, parti-sipasi dan kerja sama yang setara (Netting, Kettner dan

Page 166: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

160

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

McMurtry,1993, Ife 1995, dalam Suharto 2010). CD meng-ekpresikan nilai-nilai keadilan, akuntabilitas, kesempatan,pilihan, partisipasi, kerjsama dan proses belajar yang ber-kelanjutan. Pendidikan, pendampingan dan pemberdayaanadalah inti CD.

Tujuan utama CD adalah memberdayakan individu-individu, kelompok-kelompok orang melalui penguatankapasitas (termasuk kesadaran, pengetahuan dan kete-rampilan) yang diperlukan untuk merubah kualitas kehi-dupan komunitas mereka. Kapasitas tersebut seringkali ber-kaitan dengan penguatan aspek ekonomi dan politik me-lalui pembentukan kelompok sosial besar yang bekerja ber-dasarkan agenda bersama.

Di dunia industri, istilah ini bahkan identik denganmakna corporate social resposibility itu sendiri. Pekerjaan sosialdi dunia industri memiliki peran ganda. Secara internal,pekerjaan sosial berurusan dengan penangan masalahpsikososial yang dialami secara personal oleh para pegawaiperusahaan. Secara eksternal, pekerjaan sosial juga memilikiperan ganda dalam meningkatkan kualitas hidup masya-rakat di sekitar lokasi perusahaan. Pelayanan kesehatan,pemberian beasiswa atau bantuan pendidikan, penyediaanatau perbaikan perumahan, penyediaan pusat perwatakananak, penguatan kegiatan sosial budaya bagi penduduksetempat adalah beberapa contoh penerapan metode pe-ngembangan Masyarakat atau corporate social responsibilityyang dapat dilakukan oleh perusahaan.

Bahwa pekerjaan sosial sejatinya merupakan profesiutama dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Karak-teristik pekerjaan sosial sebagai sebuah profesi kemanusiaanyang berkiprah dalam arena atau bidang kesejahteraansosial, termasuk pemberdayaan masyarakat. Didalamnyadibahas pula mengenai konsep keberfungsian sosial yang

Page 167: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

161

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

merupakan fokus perhatian intervensi pekerjaan sosial sertaperspektif kekuatan sebagai salah satu model pertolonganpekerjaan sosial.

Menurut Gueterres (Robbin, 2006; 111) bahwa Esensidari pemberdayaan adalah proses peningkatan personal,interpersonal atau political power, sehingga individu-individu, keluarga-keluarga dan masyarakat dapat ber-tindak untuk memperbaiki keadaannya. Sedang menurutSolomon ketidakberdayaan (powerlessness) dalam individu-individu atau kelompok sosial sebagai “ketidakmampuanuntuk memanage emosi-emosi, ketrampilan, pengetahuandan sumber-sumber material melalui cara dimana efek-tifitas kinerja pada penilaian peranan sosial akan men-dorong ke arah kepuasan personal.

Tujuan dasar pemberdayaan adalah keadilan sosialdengan memberikan ketenteraman kepada masyarakatyang lebih besar serta kesamaan politik dan sosial melaluiupaya saling membantu dan belajar melalui pengembanganlangkah kecil guna tercapainya tujuan yang lebih besar(Payne, 1997: 268). Selanjutnya ia menyatakan bahwa tujuanpemberdayaan adalah menggunakan strategi secara spesifikuntuk mengurangi, mengeliminasi, perlawanan/perjuangandan membalikan penilaian negative melalui kekuatan ke-lompok di dalam masyarakat yang berpengaruh pada indi-vidu atau kelompok secara pasti (Payne, 1997: 276).

Menurut Solomon (dalam Robbin, 2006: 112), bahwasemua manusia mengalami tekanan. Ia mengidentifikasitiga komponen pemberdayaan; (1) mengembangkan suatuyang lebih positif dan potensi diri (self-efficacy), (2) mengem-bangkan pengetahuan dan suatu kapasitas atau kecakapanuntuk pemahaman secara kritis terhadap realitas sosialdan politik pada suatu lingkungan, Dan (3) pengembangandan pengolahan sumber-sumber dan strategi-strategi atau

Page 168: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

162

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

lebih memahami secara fungsional untuk memudahkanpencapaian tujuan-tujuan personal atau kolektif.

Berdasarkan hal tersebut maka pengkajian tentangstrategi pemberdayaan masyarakat dapat ditinjau dari 3hal, yaitu: (1) apa yang dikerjakan dalam strategi pember-dayaan masyarakat sehingga masyarakat dapat berfungsi;(2) strategi pemberdayaan yang bagaimana yang membuatmasyarakat berfungsi; dan (3) mengapakah suatu strategipemberdayaan dapat membuat masyarakat berfungsi. Ketigahal ini yang digunakan oleh Mark G. Hanna dan BuddyRobinson ( 1994: 42-59) dalam membuat teori tentang Strat-egies for Community Empowerment.

Konsep pemberdayaan melekat di dalam awal gerakanmodern untuk menemukan alternatif baru dalam pemba-ngunan masyarakat. Proses pemberdayaan pada hakikat-nya dapat dipandang sebagai depowerment dari sistem ke-kuasaan yang mutlak absolut (intelektual, religius, politik,ekonomi ataupun militer) digantikan dengan sistem baruyang berlandaskan idiil manusia dan kemanusiaan(Pranarka & Vidhyandika, 1996: 51) :

Seperti halnya aliran Phenomenologi, Eksistensialismedan Personalisme menolak segala bentuk power yang ber-muara hanya pada proses dehumanisasi eksistensi manusia.Demikian juga, aliran Neo Marxis, Freudianisme, SosiologiKritik, yang menolak industrialisasi, kapitalisme danteknologi yang dapat mematikan manusia. Aliran-aliranini bercita-cita untuk dapat menemukan sistem yangsepenuhnya untuk manusia.

Pranarka & Vidhyandika (1996: 44) menyatakan bahwamunculnya pemberdayaan sebagai akibat dari dan reaksiterhadap alam pikiran, tata masyarakat dan tata budayasebelumnya yang berkembang di suatu negara. MenurutWebster (dalam Sedarmayanti, 1999: 79) kata empower me-

Page 169: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

163

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

ngandung pengertian pertama adalah to give power or au-thority to dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable.Dengan demikian pemberian makna empower merupakanmakna yang tidak dapat dipisahkan dengan istilah power(kekuasaan). Sedangkan menurut Parsons (dalam Prijonodan Pranaka, 1996: 44) menyatakan bahwa: Kekuasaan(power) dapat dibedakan menjadi dua dimensi, yaitu distri-butif dan generatif. Dimensi distributif kekuasaan diartikansebagai kemampuan seseorang atau kelompok untuk me-maksakan kehendak mereka pada orang lain, sedangkandimensi generatif kekuasaan merupakan tindakan-tinda-kan yang memungkinkan masyarakat atau unit sosial untukmeningkatkan kemampuannya mengubah masa depanmereka yang dilakukan atas pilihan mereka sendiri. Sedang-kan menurut Pranarka&Vidhyandika, 1996: 57) menyata-kan bahwa proses pemberdayaan mengandung dua ke-cenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang mene-kankan kepada proses memberikan atau mengalihkan se-bagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepadamasyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Kedua,proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya mem-bangun asset material guna mendukung pembangunankemandirian mereka melalui organisasi.

Perkembangan Konsep CSRApa arti CSR atau Corporate Social Responsbility? Banyak

definisi yang menjelaskan makna CSR. Bagaimanapun,makna CSR terus berubah seiring berjalannya waktu(Melling and Jensen 2002, 65). CSR belum memiliki sebuahdefinisi standart maupun seperangkat kreteria spesifik yangdiakui secara penuh oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam-nya. Ketika sebuah keluarga atau pemilik usaha menjalan-kan bisnis, Program CSR dihubungkan dengan charitysumbangan atau kedermawanan philanthropy corporate.

Page 170: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

164

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Menurut (CSR: Meeting Changing Expectations, 1999). Konseptanggung jawab sosial perusahaan secara sepintas tidaksejalan dengan tujuan perusahaan pada umumnya, yaitumenghasilkan laba yang sebesar-besarnya. Memberi sum-bangan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosialtidak saja dinilai sebagai pekerjaan yang tidak perlu, tetapijuga dipandang sebagai pekerjaan yang sangat tidak efisien,dan menimbulkan kebingungan bagi perusahaan (Keraf,1998).

Dalam pandangan kaum liberal (Friedman, 1990), perandunia usaha dan negara dibedakan secara tegas. Dunia usahaberperan memproduksi barang dan jasa untuk kemudiandijual untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Se-panjang dapat memproduksi barang dan jasa, sebesar apa-pun keuntungan yang diperoleh perusahaan adalah sah(legitimate). Dengan menghasilkan keuntungan yang besar,harapannya negara dapat memungut pajak untuk selanjut-nya digunakan kembali untuk membangun sarana sosial,dan dari sumber inilah negara memberikan perlindunganekonomi dan sosial bagi mereka yang kalah dalam kompetisipasar. Dari sini dapat kita lihat bahwa pandangan kaumliberal menyatakan bahwa negaralah yang bertanggungjawab penuh dalam kesejahteraan masyarakat tanpa campurtangan dari dunia usaha.

Seperti konsep tanggung jawab sosial perusahaan dalamarti sempit dikemukakan oleh Friedman, (1970) sebagaiberikut :There is one and only social responsibility of business touse its sources and engage in activities designed to increase its profitas long as it stays within the rules of the game, which is to say,angages in open and free competition without deception or fraud.

Hanya ada satu dan satu-satunya tanggung jawabsosial perusahaan yaitu menggunakan seluruh sumberdayanya dan terlibat dalam kegiatan bisnis yang dirancang

Page 171: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

165

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

untuk meningkatkan keuntungan perusahaan sepanjangaktivitas bisnis tersebut tidak melanggar peraturan, terlibatdalam persaingan terbuka dan secara bebas, tanpa melaku-kan penipuan.

Menurut Friedman, perusahaan yang memiliki tang-gungjawab sosial, secara fundamental sudah menyalahi(fundamentally subversive) nilai sistem pasar bebas. Karenatanggung jawab sosial dunia usaha satu-satunya adalahmeraih keuntungan dalam koridor aturan permainan (rulesof the game) yang benar. Asumsi Friedman menyatakanbahwa tanggung jawab sosial dunia usaha sudah diwakil-kan negara melalui pajak yang dipungut dari mereka.Sedangkan bagi penganut faham ini asumsi Friedman se-benarnya merupakan bentuk dari implementasi tanggungjawab sosial perusahaan, karena dalam konteks kepemili-kan perusahaan yang bergerak kearah korporasi yang ber-geser dari kepemilikan pribadi menjadi kepemilikan publik,upaya perusahaan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya merupakan bentuk aktualisasi dari kewajibanperusahaan memenuhi tanggung jawab kepada publikpemiliknya (shareholders) dan secara tidak langsung kepadapara pekerjanya.

Dewasa ini, pandangan klasik dari kaum liberal mulaidipertanyakan, dunia usaha dituntut tidak hanya mematuhiperaturan pemerintah (perundang-undangan) yang ada,tetapi diharapkan juga mulai menajamkan aspek moraldalam pengambilan keputusan. Meskipun pajak yang ditarikdari mereka selama ini menjadi sumber bagi kesejahteraansosial, tetapi dinilai masih belum cukup. Terkurasnyasumber daya alam akibat dari eksploitasi berlebihan daridunia usaha merupakan fakta bahwa tanggung jawab sosialperusahaan tidak hanya sebatas besarnya jumlah pajakyang diberikan kepada negara, namun sudah selayaknya

Page 172: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

166

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

dunia usaha mulai terjun langsung dalam melakukanupaya-upaya investasi sosial (social investment) yang secaratak langsung sebenarnya investasi sosial ini juga berpeng-aruh kepada keberlangsungan dunia usaha ini dalam me-lakukan bisnisnya

Dalam konteks global, Konsep tanggung jawab sosialperusahaan atau corporate social responsibility (CSR) yangdikemukakan H. R. Bowen (1953), muncul sebagai akibatkarakter perusahaan yang mencari keuntungan tanpamemerdulikan kesejahteraan karyawan, masyarakat, danlingkungan. Selain bisa ditinjau dari aspek kajian akademis,CSR sendiri telah berkembang sebagai sebuah praktikmanajerial dari suatu perusahaan sejak tahun 1950an. Sejakkeluarnya keputusan pengadilan tentang sengketa antaraA.P. Smith Manufacturing Co.v. Barlow et al., 1953 (NewJersey) yang melegitimasi dan melegalisasi praktik filantropiperusahaan dan keterlibatan perusahaan dalam masyarakatdalam berbagai bentuk tertentu. CSR telah dijadikan sebagaipraktik bisnis yang umum (Mursitama, et al., 2011:26).

Menilik sejarahnya, gerakan CSR modern yang ber-kembang pesat selama dua puluh tahun terakhir ini lahirakibat desakan organisasi-organisasi masyarakat sipil danjaringannya di tingkat global. Hingga dekade 1980-90 an,wacana CSR terus berkembang. Munculnya KTT Bumi diRio pada 1992 menegaskan konsep sustainibility development(pembangunan berkelanjutan) sebagai hal yang mestidiperhatikan, tak hanya oleh negara, tapi terlebih oleh ka-langan korporasi yang kekuatan kapitalnya makin meng-gurita. Tekanan KTT Rio, terasa bermakna sewaktu JamesCollins dan Jerry Porras meluncurkan Built To Last; SuccesfulHabits of Visionary Companies di tahun 1994 (Wilkipedia,2008).

Page 173: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

167

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Lewat riset yang dilakukan, mereka menunjukkanbahwa perusahaan-perusahaan yang terus hidup bukanlahperusahaan yang hanya mencetak keuntungan semata.Sebagaimana hasil Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (EarthSummit) di Rio de Janeiro Brazilia 1992, menyepakati peru-bahan paradigma pembangunan, dari pertumbuhanekonomi (economic growth) menjadi pembangunan yangberkelanjutan (sustainable development).

Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa,istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an dansemakin populer terutama setelah kehadiran buku Canni-bals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business,karya John Elkington (1998). Mengembangkan tiga kom-ponen penting sustainable development, yakni economic growth,environmental protection, dan social equity, yang digagas theWorld Commission on Environment and Development (WCED)dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSRke dalam tiga fokus: 3P, singkatan dari profit, planet danpeople. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keun-tungan ekonomi belaka (profit). Melainkan pula memilikikepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dankesejahteraan masyarakat (people).

Pertemuan Johannesburg tahun 2002 yang dihadiripara pemimpin dunia memunculkan konsep social respon-sibility, yang mengiringi dua konsep sebelumnya yaitu eco-nomic dan environment sustainability. Ketiga konsep ini menjadidasar bagi perusahaan dalam melaksanakan tanggungjawab sosialnya (Corporate Social Responsibility). Pertemuanpenting UN Global Compact di Jenewa, Swiss, Kamis, 7 Juli2007 yang dibuka Sekjen PBB mendapat perhatian mediadari berbagai penjuru dunia. Pertemuan itu bertujuan me-minta perusahaan untuk menunjukkan tanggung jawabdan perilaku bisnis yang sehat yang dikenal dengan corpo-

Page 174: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

168

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

rate social responsibility. Kemudian dalam proses pengem-bangannya tiga stakeholder inti diharapkan mendukungpenuh, di antaranya adalah; perusahaan, pemerintah danmasyarakat. Dalam implementasi program-program CSR,diharapkan ketiga elemen di atas saling berinteraksi danmendukung, karenanya dibutuhkan partisipasi aktifmasing-masing stakeholder agar dapat bersinergi, untukmewujudkan dialog secara komprehensif (Suharto, 2007).

Definisi yang lebih luas lagi dari tanggung jawab sosialperusahaan dikemukakan oleh Farmer dan Hogue (1985; 57)sebagai: “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah dimanaperusahaan dalam hal ini, mampu memberikan apa yangmasyarakat inginkan dari perusahaan, yaitu untuk tidakhanya dapat menyediakan barang dan memberikan pela-yanan terhadap pembeli barang mereka, tetapi juga ikut mem-bantu memecahkan masalah-masalah seputar masyarakat”

Idealnya sebuah perusahaan yang menjalankan tang-gungjawab sosial perusahaan dengan baik mampu mema-hami keinginan yang berkembang di masyarakat dan me-ngembangkan terobosan kewiraswastaan (entrepreneurial)yang didasarkan pada kompetensi unggulan (distinctive com-petencies) yang pada akhirnya akan menjadi keunggulandaya saing (competitive advantage) yang menjadi bahan bakaruntuk pengaruh sosial (Societal impact) kepada masyarakatdan seluruh stakeholdernya. Dimana kesemuanya itu akanmendongkrak reputasi perusahaan dimata stakeholder yangjuga akan menjadi potensi keunggulan perusahaan. Dilihatdari penjelasan-penjelasan di atas, jelaslah bahwa posisidunia usaha ternyata tidak lagi dapat dilihat sebagai bagianyang terpisah dari lingkungan masyarakat sekitarnya.Konsekuensinya dunia usaha kini harus memikirkan nasibdan kebutuhan stakeholders-nya dan bukan hanya shareholdes-nya serta menyelaraskan kegiatan-kegiatanya dengan ke-pentingan masyarakat.

Page 175: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

169

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Dalam wacana yang lain, Henry Etzkowitz (2008) dalambukunya The Triple Helix, University-Industri-Government In-novation in Action, menjelaskan model inovasi baru danmembantu mahasiswa, peneliti, dan pembuat kebijakandalam menangani pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagai-mana kita meningkatkan peran universitas dalam pemba-ngunan ekonomi dan sosial regional? Bagaimana peme-rintah, di semua tingkatan, mendorong warga negara untukberperan aktif dalam mempromosikan inovasi dalam inovasidan, bagaimana warga Negara bisa mendorong pemerintahmereka? Bagaimana perusahaan berkolaborasi dengan satusama lain dan dengan universitas dan pemerintah untukmenjadi lebih inovatif? Apa elemen kunci dan tantanganuntuk mencapai tujuan?

Definisi dan konsep CSR sangat menentukan pendek-atan audit program CSR. Sayangnya, belum ada definisiCSR yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga.Beberapa definisi CSR di bawah ini menunjukkan kera-gaman pengertian CSR menurut berbagai organisasi(Majalah Bisnis dan CSR, 2007; Wikipedia, 2008; Sukadadan Jalal, 2008).- World Business Council for Sustainable Development:

Komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnisuntuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagipembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitaskehidupan karyawan dan keluarganya, serta komu-nitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.

- International Finance Corporation: Komitmen dunia bisnisuntuk memberi kontribusi terhadap pembangunan eko-nomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan,keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luasuntuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun pembangunan.

Page 176: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

170

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

- Institute of Chartered Accountants, England and Wales:Jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnismampu memberi dampak positif bagi masyarakat danlingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi parapemegang saham (shareholders) mereka.

- Canadian Government: Kegiatan usaha yang menginte-grasikan ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalamnilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, danoperasi perusahaan yang dilakukan secara transparandan bertanggung jawab untuk menciptakan masya-rakat yang sehat dan berkembang.

- European Commission: Sebuah konsep dengan manaperusahaan mengintegrasikan perhatian terhadapsosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dandalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan(stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan.

- CSR Asia: Komitmen perusahaan untuk beroperasisecara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosialdan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragamkepentingan para stakeholders.

Perspektif Strategi CSR

Perspektif Teoritis Argument Utama Penulis Utama

Strategy CSR Teori Agency CSR didorong oleh perilaku

manager sendiri atas pengeluaran shareholder

Friedman 1962: Wright and Ferris 1997

Teori Permainan (Game Theory)

CSR sebagai perdagangan antara biaya sekarang dan manfaat masa depan

Prasad 2005

Teori Institusional

CSR didorong oleh penyesuaian diantara konteks institusi yang berbeda

Doh and Guay 2006: Jennings and Zandbergen 1995

Page 177: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

171

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Sumber: Largely adapted from McWilliams et al.2006; in Frynas‘Beyond Corporate Social Responsibility Oils multinationals andSocial challenges’ 2009.

Sedangkan Garriga & Mele (2004) memetakan teori-teori CSR ke dalam empat kelompok besar berdasarkankonsep Parson mengenai AGIL (adaptation, goal attainment,integration and latent maintenance) yang berkembang saat ini,sebagai berikut:1. Kelompok pertama yang berasumsi bahwa perusahaan

adalah instrumen untuk menciptakan kesejahteraandan bahwa ini merupakan satu-satunya tanggungjawab sosial. Hanya aspek ekonomi dari interaksi antarabisnis dan masyarakat yang dipertimbangkan. Jadisekiranya terdapat aktivitas sosial yang diterima, jikadan hanya jika hal tersebut konsisten dengan pencipta-an kesejahteraan. Kelompok teori ini dapat disebut in-strumental theories karena mereka memahami CSR sebagaialat belaka untuk memperoleh keuntungan.

2. Kelompok kedua yang melihat kekuatan sosial dariperusahaan yang menjadi tekanan, khususnya dalam

Pandangan Berbasis-Sumber dalam Manajemen strategis

CSR dapat diperlakukan sebagai keterampilan khusus atau kemampuan untuk memperoleh suatu keuntungan kompetitif

Hart 1995; Russo and Fouts 1997

Teori Stakeholder

CSR didorong oleh hubungan dengan actor-aktor eksternal khusus

Clarkson 1995; Freeman 1984

Teori stewardship

CSR didorong oleh perintah moral manager untuk melakukan sesuatu yang ‘benar’

Donaldson and Davis 1991

Teori Perusahaan

CSR didorong oleh penawaran atau permintaan bagi aktifitas social dalam pasar

Baron 2001; McWilliams and Siegel 2001

Page 178: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

172

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

hubungannya dengan masyarakat dan tanggungjawab-nya dalam arena politis berkaitan dengan kekuatan ini.Hal tersebut mengarahkan perusahaan untuk mene-rima tugas-tugas dan hak-hak sosial atau berpartisipasidalam kerjasama sosial tertentu. Kita dapat menyebutkelompok ini dengan political theories.

3. Kelompok ketiga termasuk teori-teori yang memper-timbangkan bisnis seharusnya to integrate tuntutansosial. Biasanya berpendapat bahwa bisnis tergantungpada masyarakat untuk kelanjutan dan pertumbuhan-nya, bahkan untuk keberadaan bisnisnya sendiri. Ke-lompok ini adalah integrative theories.

4. Kelompok keempat teori dari pemahaman hubunganantara bisnis dan masyarakat adalah penanaman nilai-nilai etis. Hal tersebut mengarahkan visi CSR dari suatuperspektif etis dan sebagai konsekuensinya, perusahaanharus menerima tanggung jawab sosial sebagai sebuahkewajiban etis di atas pertimbangan lainnya. kelompokini disebut dengan ethical theories.

Sedangkan menurut Frynas (2009) secara singkat me-lihat bahwa pertimbangan perusahaan untuk melakukankegiatan CSR antara lain umumnya karena alasan-alasanberikut:1. Untuk memenuhi regulasi, hukum dan aturan2. Sebagai investasi sosial perusahaan untuk mendapat-

kan image yang positif3. Bagian dari strategi bisnis perusahaan4. Untuk memperoleh licence to operate dari masyarakat

setempat5. Bagian dari risk management perusahaan untuk me-

redam dan menghindari konflik sosial.

Page 179: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

173

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Sekarang, seiring dengan makin kompleksnya ke-pemilikan sebuah usaha, Konsep CSR menjadi meluasmaknanya, salah satunya adalah “Niat baik dan Komitmendari perusahaan untuk memberikan kontribusi terhadappeningkatan kualitas hidup masyarakat, keberlanjutanpengembangan masyarakat, ekonomi lokal sehingga mem-berikian kontribusi juga terhadap keberlanjutan perusaha-an. Kegiatan tersebut harus dimulai dengan membangunhubungan yang harmonis antara perusahaan dan ling-kungannya dalam arti yang luas.

Dengan pengertian di atas isu-isu tentang konsepCSR, pengembangan model CSR (CSR Models) mangalamipergeseran dari perspektif shareholder ke perspektif stake-holder, artinya kehadiran perusahaan harus dilihat daridan untuk mereka yang memiliki kepentingan terhadapperusahaan, dalam hal ini tidak hanya pemilik bisnis sajaakan tetapi diperluas dalam kelompok yang lebih lebar.

Pembentukan ISO 26000 ini diawali ketika pada tahun2001 badan ISO meminta ISO on Consumer Policy atauCOPOLCO merundingkan penyusunan standar Corpo-rate Social Responsibility. Selanjutnya badan ISO tersebutmengadopsi laporan COPOLCO mengenai pembentukan“Strategic Advisory Group on Social Responsibility pada tahun2002. Perubahan ini, menurut komite bayangan dari In-donesia, disebabkan karena pedoman ISO 26000 diper-untukan bukan hanya bagi korporasi tetapi bagi semuabentuk organisasi, baik swasta maupun publik. ISO 26000menyediakan standar pedoman yang bersifat sukarelamengenai tanggung tanggung jawab sosial suatu institusiyang mencakup semua sektor badan publik ataupun badanprivat baik di negara berkembang maupun negara maju.

Dengan ISO 26000 ini akan memberikan tambahannilai terhadap aktivitas tanggung jawab social yang ber-

Page 180: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

174

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

kembang saat ini dengan cara: 1) mengembangkan suatukonsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial danisunya; 2) menyediakan pedoman tentang penterjemahanprinsip-prinsip menjadi kegiatan-kegiatan yang efektif; dan3) memilah praktek-praktek terbaik yang sudah ber-kembang dan disebarluaskan untuk kebaikan komunitasatau masyarakat internasional.

ISO 26000 menempatkan CSR sebagai pendekatakanyang integrative dan holistik, serta saling ketergantunganantara ruang lingkup CSR dengan core business perusahaan.Adapun ruang lingkup CSR yang menjadi standar dariISO 26000 adalah the environment, community involvelment anddevelopment, human rights,  labour practices, fair operating prac-tices dan consumer issues. Relasi antara ruang lingkup CSRtersebut dapat dilihat dari gambar yang sertakan dalamlampiran ISO 26000 (dalam Jalal 2011).

Sumber: Cakupan CSR (sumber ISO 26000: 2010 Guidance onSocial Responsibility dalam Jalal 2011)

Page 181: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

175

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

CSR dan Pengembangan Masyarakat (Community De-velopment)

Community Development merupakan bagian dari pe-laksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tang-gungjawab sosial perusahaan yang dilaksanakan untukmemberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutandengan berfungsi sebagai modal dalam pengembangankegiatan-kegiatan ekonomi lainnya. Praktik paling ter-kenal dari CSR adalah Community Development (Comdev),walau keduanya tidaklah dapat disamakan. Comdev di-definisikan sebagai upaya sistematik meningkatkan ke-mampuan masyarakat, terutama kelompok-kelompok palingtidak beruntung, dalam pemenuhan kebutuhan berdasar-kan potensi seluruh sumberdaya yang dapat diaksesnya.Comdev memiliki sejarah panjang dalam praktek pekerjaansosial (Payne, 1995; Suharto, 1997). Sebagai sebuah metodepekerjaan sosial, Comdev memungkinkan pemberi danpenerima pelayanan terlibat dalam proses perencanaan,pengawasan dan evaluasi. Comdev meliputi berbagai pe-layanan social yang berbasis masyarakat mulai dari pe-layanan preventif untuk anak-anak sampai pelayanankuratif dan pengembangan untuk keluarga yang ber-pendapatan rendah.

Kepedulian terhadap lingkungan sekitar mendorongperusahaan melakukan kegiatan CSR dalam bentuk pem-berdayaan masyarakat lokal yang ada di sekitar perusaha-an, dimana masyarakat yang berdaya dan peduli akan men-jamin keberadaan dan kelangsungan hidup perusahaantersebut. Hal ini dilakukan karena di era global ini, sebuahcitra diri (brand image) tidak bisa lagi dibangun denganhanya mengandalkan dari iklan atau pulbic relation saja,akan tetapi juga harus ditunjukkan oleh akuntabilitasnyakepada kepentingan masyarakat (publik).

Page 182: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

176

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Dalam konsep CSR yang mengejar triple bottom line ini,perusahaan tidak lagi mengandalkan pada kemampuan-nya untuk memperoleh profit, namun juga harus menaruhperhatiannya pada kesejahteraan masyarakat dan keles-tarian lingkungannya. CSR adalah salah satu cara yangdipakai perusahaan untuk meningkatkan citra yang positip.Dengan adanya CSR ini diharapkan masyarakat akan mem-berikan dukungan dan kepercayaan penuh terhadap keber-adaan perusahaan. Dukungan dan kepercayaan penuhmasyarakat terhadap keberadaan perusahaan inilah yangakan menghasilkan citra positip dari perusahaan. Citrapositip dari perusahaan di mata masyarakat sangat ber-pengaruh terhadap kemajuan, perkembangan dan eksis-tensi perusahaan.

Implikasi dari pedoman ISO 26000 tersebut membuatprinsip-prinsip good corporate governance, yang menjadipijakan untuk mengukur keberhasilan program CSR. CSRyang baik memadukan empat prinsip good corporate gover-nance, yakni fairness, transparency, accountability dan responsi-bility, secara harmonis, karena perbedaan mendasar diantarakeempat prinsip. Tiga prinsip pertama cenderung bersifatshareholders-driven, karena lebih memerhatikan kepentinganpemegang saham perusahaan. Sementara itu, prinsip re-sponsibility lebih mencerminkan stakeholders-driven, karenalebih mengutamakan pihak-pihak yang berkepentinganterhadap eksistensi perusahaan. Di sini, perusahaan bukansaja dituntut mampu menciptakan nilai tambah (valueadded) produk dan jasa bagi stakeholders perusahaan, me-lainkan pula harus sanggup memelihara kesinambungannilai tambah yang diciptakannya itu. Dalam prinsip re-sponsibility ini pendekatan community development semakinbanyak diterapkan karena lebih mendekati konsep empow-erment dan sustainable development (Supomo dalam Suharto2008)

Page 183: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

177

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Berdasarkan tinjauan dari beberapa peneliti, pelak-sanaan CSR di negara berkembang lebih cenderung ke arahprogram comdev (lihat Kemp 2001, Susanto 2007, Sukadadkk 2007, Mursitama dkk 2011). Seperti contoh, LembagaKonsultan A+ CSR Indonesia (2009), menyatakan bahwaprogram comdev adalah praktik CSR paling populer di In-donesia karena dianggap sebagai langkah strategis per-usahaan berkontribusi positif bagi pembangunan rakyatIndonesia. Oleh karena itulah CSR saat ini memiliki peranpenting dalam kancah pembangunan internasional. DiNegara berkembang, aktivitas-aktivitas CSR mengutama-kan pengembangan aspek pendidikan, kesehatan dankesejahteran masyarakat di level lokal melalui programcomdev. Bahkan melalui CSR ini perusahaan juga ber-komitmen untuk berperan serta pada pencapaian UnitedNations Millennium Development Goals (MDGs) (Fynas2009: 103).

Menurut Wibisono (2007;27) Program pengembanganmasyarakat dalam CSR Indonesia dapat dibagi dalam tigakategori yaitu:a. Community Relations

Yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengem-bangan kesepahaman melalui komunikasi dan infor-masi kepada para pihak yang terkait. Dalam kategoriini, program lebih cenderung mengarah pada bentuk-bentuk kedermawanan (charity) perusahaan.

b. Community ServicesMerupakan pelayanan perusahaan untuk memenuhikepentingan masyarakat atau kepentingan umum. Intidari kategori ini adalah memberikan kebutuhan yangada di masyarakat dan pemecahan masalah dilakukanoleh masyarakat sendiri sedangkan perusahaan hanya-lah sebagai fasilitator dari pemecahan masalah tersebut.

Page 184: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

178

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

c. Community DevelopmentAdalah program-program yang berkaitan denganmemberikan akses yang lebih luas kepada masyarakatuntuk menunjang kemandiriannya, seperti pembentu-kan usaha industri kecil lainnya yang secara alamianggota masyarakat sudah mempunyai pranata pen-dukungnya dan perusahaan memberikan akses kepadapranata sosial yang ada tersebut agar dapat berlanjut.Dalam kategori ini, sasaran utama adalah kemandiriankomunitas.

Pengembangan masyarakat (community development)sebagai salah satu model pendekatan pembangunan (bot-tom up approach)  merupakan upaya melibatkan peran aktifmasyarakat beserta sumber daya lokal yang ada. Dan dalampengembangan masyarakat hendaknya diperhatikanbahwa masyarakat punya tradisi, dan punya adat-istiadat,yang kemungkinan sebagai potensi yang dapat dikem-bangkan sebagai modal sosial.

Konsep dan perspektif Community Development (CD)memang begitu luas, karena itu memerlukan pemahamanyang lebih mendalam. Disamping methodologinya harusbenar, kaidah-kaidahnya juga harus tepat. MelaksanakanCD hanya dengan mendengar masukan dari masyarakatsaja, atau sebaliknya hanya mengandalkan inovasi daripelaksana CD saja, juga bisa menjebak masyarakat kepadaketergantungan baru. Hasilnya masyarakat bukannyamenjadi mandiri dan dapat mencari alternatif kehidupanuntuk menyejahterakan diri, tapi justru malah menjadimasyarakat peminta terus-menerus. Akibatnya, pada saatproyek CD selesai, masyarakat tetap tidak mandiri. Olehkarena itu kegiatan CD yang relevan adalah dalam bentukkemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan yangdidedikasikan pada peningkatan pendapatan (ekonomi)

Page 185: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

179

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

atau kesejahteraan masyarakat, masalah penyediaanlapangan kerja, peningkatan pendidikan, kesehatan masya-rakat, penguatan kelembagaan lokal serta tersedianyainfrastruktur yang memadai.

Oleh sebab itulah diperlukan transformasi bagi orien-tasi filantropik perusahaan, dari hibah sosia kehibah pem-bangunan, karena hibah sosial umumnya adalah hibahyang diberikan untuk memenuhi keperluan sesaat danbersifat konsumtif. Sedangkan hibah yang bersifat pemba-ngunan atau pemberdayaan, keberlanjutannya lebih ter-pelihara. Program community development dapat dikatakanbaik dan berhasil bilamana program tersebut tetap mampuberjalan secara berkelanjutan, mandiri, dan berkembang,serta tidak bergantung lagi kepada anggaran, donatur, ataukalangan inisiator program itu sendiri. Bilapun pada awalprogram ada peran sertia donator atau inisiator program,namun hal ilu lebih bersifat stimulan (perangsang) daninkubatif (penyiapan/pematangan). lni berarti, masyarakatharus mampu menjalankan programnya secara mandiri,menghasilkan keuntungan (income) dan kegiatannya, yangselanjutnya dikelola untuk keberlanjutan program tersebutdan tentunya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.Kata kuncinya adalah bagaimana masyarakat bisa meng-akses sumber daya modal, keterampilan dan keahlian,teknologi tepat guna dan tentunya akses pasar yang mampumenampung hasil karya mereka secara berlanjut dan salingmenguntungkan. Oleh sebab itu dalam Community Devel-opment di perusahaan perlu perencanaan sebagaimanaterlihat dalam gambar berikut.

Page 186: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

180

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Proses Perencanaan Program

Sumber: modifikasi penulis

Page 187: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

181

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Kalau ditelaah secara seksama, maka tujuan utamapendekatan CD adalah bukan sekedar membantu ataumemberi barang kepada sipenerima. Melainkan berusahaagar sipenerima memiliki kemampuan atau kapasitas untukmampu menolong dirinya sendiri. Dengan kata lain,semangat utama CD adalah pemberdayaan masyarakat.Oleh karena itu kegitan CD biasanya diarahkan pada prosespemberkuasaan, peningkatan kukuasaan atau penguatankemampuan para penerima pelayanan.

Untuk mencapai masyarakat yang berdaya makamereka harus bekerja (job), menghasilkan (productive), ber-pendapatan (income), menguntungkan (profit), bekerja-sama atas dasar saling menguntungkan (networking), dantentunya kuat menjaga komitmen (commitment). Dalamimplementasi CD inilah potensi modal sosial (socia/ capital)komunitas lokal dapat dimanfaatkan dan didayagunakanagar makna yang terkandung dalam CD benar-benar dapatterlaksana. Pandangan masyarakat terhadap implementasikegiatan CSR ini sangat penting untuk dilihat karena ma-syarakat merupakan salah satu stakeholder yang mem-berikan kontribusi terhadap proses penciptaan kesejah-teraan perusahaan (wealth creation).

Oleh karena itulah, proses penciptaan kesejahteraanperusahaan tidak seharusnya dipandang dari satu sisi sajayaitu dari perspektif perusahaan, akan tetapi juga dariperspektif stakeholder. Bila menilik praktik CSR selama initampaknya belum begitu banyak perusahaan yang men-jalankan aktivitas CSR dalarn bentuk program-programpemberdayaan, utamanya yang melibatkan banyak pihak(multi-stakeholder). Bahwa program pemberdayaan padaumumnya memiliki keluaran yang berdampak jangkapanjang. Di dalam program pemberdayaan, biasanya adatiga hal yang menjadi fokus perhatian. Pertama: kemandirian

Page 188: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

182

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

material (peningkatan ekonomi komunitas sasaran). Halini meliputi peningkatan dari segi pendapatan usaha, assetdan omset usaha, jumlah tabungan dan hal-hal lain yangbersifat ekonomi.

Kemandirian ini diharapkan mampu mengurangitingkat kemiskinan, meningkatkan daya beli dan meng-gerakkan sektor-sektor riil yang pada akhimya menggerak-kan ekonomi masyarakat bawah secara umum. Kedua: ke-mandirian intelektual (bertambahnya pengetahuan, ke-terampilan dan etos kerja kelompok sasaran). Penting bagimasyarakat untuk ditingkatkan kapasitas pengetahuan,keterampilannya dan etos kerjanya. Kehidupan yang se-makin berkembang dan dinamis menuntut sumber dayamanusia yang memiliki kemandirian intelektual yangmemadai agar tidak tergilas oleh perkembangan ekonomiglobal. Ketiga: kemandirian kelembagaan (dimana komu-nitas sasaran memiliki organisasi lokal yang mampu men-jamin kelangsungan kegiatan pemandirian ini nantinya).organisasi/lembaga lokal merupakan wadah bagi anggota-nya agar punya posisi tawar yang kuat dalam menyalur-kan aspirasi, memperjuangkan hak-hak mereka, danmampu mengakses sumber-sumber informasi, lembagakeuangan formal dan lain-lain.

Program pemberdayaan yang direncanakan, dilak-sanakan dan dimonitoring dengan baik, diharapkan mampumeningkatkan keberdayaan masyarakat penerima manfaatprogram tersebut agar bisa membawa manfaat yang lebihluas. Di sisi lain, patut dicermati program-program CSR yangberkisar pada praktik charity atau yang bersifat temporer,pada umumnya berdampak pada masyarakat menjadi mem-punyai budaya ketergantungan dan kemalasan. Pember-dayaan membawa semangat dan berorientasi kemandirian.Sinergi lembaga pendampingan dan kalangan korporat

Page 189: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

183

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

melalui CSR, berpotensi untuk rnenumbuh-kembangkaniiwa-jiwa mandiri di masyarakat.

CSR dan StakeholdersDalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan

berinteraksi dengan beberapa pihak yang mempunyaikepentingan (stakes) pada perusahaan dan menginginkanagar perusahaan bertindak sesuai dengan harapannya. Juga,demi kepentingan bisnis perusahaan, sudah selayaknyaperusahaan memerhitungkan pula mereka yang dapat me-mengaruhi operasinya. Ini mengacu ke salah satu konsepmanajemen yang paling terkenal: “stakeholder” atau pe-mangku kepentingan. Istilah ini, sebagaimana yang telahdijabarkan, mengacu pada “persons and groups that affect, orare affected by, an organization’s decisions, policies, and operations.Kata “stake” di sini bermakna kepentingan atau klaim ter-hadap perusahaan.

Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarga-nya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan,lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa danpemerintah selaku regulator. Jenis dan prioritas stakehold-ers relatif berbeda antara satu perusahaan dengan lainnya,tergantung pada core bisnis perusahaan yang bersangkutan(Supomo, 2004). Stakeholder adalah semua pihak baik in-ternal maupun eksternal yang memiliki hubungan baikbersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifatlangsung maupun tidak langsung oleh perusahaan (Dobrea,2010). Dengan demikian, stakeholder merupakan pihak sepertipemerintah, perusahaan, masyarakat sekitar, lingkungan,lembaga diluar perusahaan (LSM dan sejenisnya), lembagapemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan, kaumminoritas dan lain sebagainya yang keberadaannya sangatmempengaruhi perusahaan.

Page 190: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

184

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Untuk memenuhi kontrak sosialnya (social contract)dalam masyarakat, perusahaan dihadapkan kepada beberapatanggung jawab sosial secara simultan kepada para pe-mangku kepentingan. Yang dimaksud pemangku kepen-tingan disini adalah orang atau kelompok yang mempe-ngaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan, ke-bijakan, maupun operasi perusahaan (Post dalam Solihin,2008). Jones (dalam Solihin, 2008) selanjutnya mengklasifi-kasikan pemangku kepentingan tersebut ke dalam duakategori, yaitu: 1. Inside stakeholders, terdiri atas orang-or-ang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadapsumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasiperusahaan. Yang termasuk ke dalam kategori inside stake-holders adalah pemegang saham (stockholders), para manajer(managers), dan karyawan (employees). 2. Outside stakehold-ers, terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak (constitu-encies) yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpinperusahaan, dan bukan pula karyawan perusahaan, namunmemiliki kepentingan terhadap perusahaan dan dipe-ngaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukanoleh perusahaan. Yang termasuk ke dalam kategori outsidestakeholders adalah pelanggan (customers), pemasok (suppli-ers), pemerintah (government), masyarakat lokal (local com-munities), dan masyarakat secara umum (general public).

Teori legitimasi menjelaskan perusahaan melakukankegiatan usaha dengan batasan-batasan yang ditentukanoleh norma-norma, nilai-nilai sosial dan reaksi terhadapbatasan tersebut mendorong pentingnya perilaku orga-nisasi dengan memperhatikan lingkungan (Chariri, 2007:411). Gray et al. (1994) berpendapat bahwa teori legitimasidan teori stakeholder merupakan perspektif teori yang ber-ada dalam kerangka teori ekonomi politik. Karena pengaruhmasyarakat luas dapat menentukan alokasi sumber ke-

Page 191: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

185

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

uangan dan sumber ekonomi lainnya, perusahaan cende-rung menggunakan kinerja berbasis lingkungan dan peng-ungkapan informasi lingkungan untuk membenarkan ataumelegitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat.Teori legitimasi memfokuskan pada interaksi antara per-usahaan dengan masyarakat.

Organisasi berusaha menciptakan keselarasan antaranilai-nilai sosial yang melekat pada kegiatannya dengannorma-norma perilaku yang ada dalam sistem sosialmasyarakat dimana organisasi adalah bagian dari sistemtersebut. Selama kedua sistem nilai tersebut selaras, kitadapat melihat hal tersebut sebagai legitimasi perusahaan.Ketika ketidakselarasan aktual atau potensial terjadi antarakedua sistem nilai tersebut, maka akan ada ancaman ter-hadap legitimasi perusahaan. Ini berarti bahwa keberadaanperusahaan dalam masyarakat akan tetap berlanjut jikatindakan perusahaan sejalan dengan nilai-nilai masyarakatdimana perusahaan beroperasi. Gray et al. (1995) menyata-kan bahwa perusahaan yang melaporkan kinerjanya ber-pengaruh terhadap nilai sosial dimana perusahaan tersebutberoperasi. Hal ini disebabkan karena legitimasi dipengaruhioleh kultur, interpretasi masyarakat yang berbeda, sistempolitik dan ideologi pemerintah.

Teori Legitimasi dan teori stakeholder memberikankerangka dasar pola pikir penggeseran pengelolaan kestakeholders orientation tersebut. Esensi teori legitimasimenjelaskan bahwa untuk menjamin dan menjaga keber-pihakan (legitimasi) stakeholders baik internal maupuneksternal, perusahaan perlu menjamin congruencesi antarakeberadaan dan tujuan perusahaan terhadap pengharapanstakeholders (Gray. et al., 1996; Deegan, 2000; GaryO’Donovan, 2000).

Page 192: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

186

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Untuk dapat menjadi pemangku kepentingan, ter-utama untuk memengaruhi perusahaan seseorang atausebuah kelompok harus memiliki atribut tertentu. MenurutRonald Mitchell, Bradley Agle dan Donna Wood (1997),tiga atribut yang penting adalah power, legitimacy dan ur-gency. Power berarti kemampuan untuk memengaruhiperusahaan dan apabila perlu menggunakan paksaanketika perusahaan melakukan perlawanan atas kepen-tingannya. Legitimacy berarti dukungan atas tindakan yangdilakukan pemangku kepentingan terhadap perusahaan,yang bisa berasal dari berbagai macam nilai atau normayang ada di masyarakat. Sementara, urgency berarti derajatkepentingan suatu isu atau klaim dari pemangku kepen-tingan, termasuk di dalamnya sensitivitas waktu bagi pe-menuhannya oleh perusahaan. Driscoll dan Starik (2004)9kemudian menambahkan proximity sebagai atribut pentingbagi pemangku kepentingan, dengan definisi sebagai faktakedekatan dalam ruang, waktu atau urutan. Semakin banyakatribut di atas dimiliki oleh orang atau kelompok, semakinsignifikan posisinya sebagai pemangku kepentingan.

Kalau lingkungan alam ditimbang dengan keempatkriteria itu, ia memiliki keabsahan yang sangat tinggi se-bagai pemangku kepentingan perusahaan. Kalau ling-kungan rusak, perusahaan tidak lagi dapat berusaha dari-nya. Ini menandakan bahwa lingkungan memiliki power.Sementara legitimacynya diperoleh dari hukum positif,hukum adat dan norma lain yang menyatakan pentingnyaperlindungan atas lingkungan. Urgency penyelesaian ber-bagai masalah lingkungan juga sangat tinggi, mengingatkita tidak dapat hidup kalau kerusakan alam terus terjadi.Dengan kondisinya yang mengelilingi kita semua, makaatribut proximity jelas dimiliki lingkungan. Perimbanganatas keempatnya membuat Driscoll dan Starik menyatakan

Page 193: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

187

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

status lingkungan sebagai pemangku kepentingan adalahprimordial, yang berarti “ berada pada urutan pertamadalam urutan waktu atau primer dan fundamental”.Tanggung jawab sosial perusahaan dapat dimulai dalamlingkungan perusahaan dengan membina hubungan kerjayang baik diberbagai tingkatan kedudukan yang ada diperusahaan seperti misalnya memperhatikan kesejahteraankaryawan dan para buruh. Menciptakan budaya keterbu-kaan (transparancy) diantara para karyawan dengan mana-jemen perusahaan, baik terhadap berbagai informasi me-ngenai peraturan perusahaan, misalnya insentip, tunjangan-tunjangan maupun informasi lain yang bekaitan dengankemajuan dan kemunduran perusahaan termasuk kinerjadireksi (Tjager, 2002 : 145). Selain hubungan di dalamperusahaan (internal), perusahaan dalam mengendalikanroda bisnisnya juga berinteraksi dengan pihak-pihak diluar perusahaan (eksternal) seperti pemerintah, pemasokdan masyarakat (Tjager, 2002 : 145).

Menurut Zwart (2002) di dalam Marrewijk (2003),bisnis membentuk sebuah hubungan segitiga yang sangatpenting bersama negara dan masyarakat sipil. Setiap unsurmemiliki suatu mekanisme tertentu yang mengatur perilakumereka dan memenuhi peran di dalam masyarakat. Secaraumum, negara bertanggung jawab untuk membuat danmempertahankan undang-undang (kontrol), bisnis ber-tanggung jawab menciptakan kekayaan melalui persaingandan perusahaan (pasar), dan masyarakat sipil bertanggungjawab membangun dan membentuk masyarakat melaluiaksi gabungan (collective action) dan partisipasi. Sejakmasyarakat memperoleh pengaruh, pemerintah dan bisnistelah merespon aksi gabungan masyarakat sipil, gereja dankhususnya LSM-LSM. Aksi koreksi (correction action) sepertireputasi perusahaan yang membahayakan, menegur per-

Page 194: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

188

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

usahaan-perusahaan untuk menerapkan pendekatan-pendekatan yang lebih berkelanjutan (sustainable ap-proaches) di dalam bisnis mereka.

Hubungan segitiga antara negara, perusahaan danmasyarakat digambarkan sebagai berikut:1. legislation and maintenance (control)2. competition and cooperation (market)3. collective action and participation

Gambar2. l. Hubungan Segitiga Negara, Perusahaan danMasyarakat (ZwarI,2002, dalam Marrewijk (2003).

Dahulu, terdapat keadaan di mana adanya batasantanggung jawab dan peran-peran yang jelas bagi peme-rintah dan bisnis, keduanya mempunyai hubungan yangindependen, dan dampak yang dirasakan masyarakat sipilbiasanya diabaikan. Berhubung adanya kompleksitas yangtumbuh di dalam dunia bisnis dan pemerintahan me-wujudkan hubungan yang paling bergantungan diantaramereka. Sejak mekanisme kerjasama (kordinasi) diantaramereka sudah tidak sanggup mengatur berbagai pokokmasalah yang kontemporer di dalam masyarakat, makapengaruh masyarakat sipil semakin meningkat. Berbagaiperwakilan masyarakat menekankan pendekatan dan nilai

Page 195: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

189

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

baru di mana politik dan bisnis tidak dapat lagi diabai-kan.Sekarang, pemerintah mengalihkan isu sosial ke dalamotoritas perusahaan. LSM dan stakeholder lain meng-harapkan adanya partisipasi dan keterlibatan dan memintatransparansi yang lebih baik (Marrewijk, 2003:6-7)

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaanberinteraksi dengan beberapa pihak yang mempunyai ke-pentingan (stakes) pada perusahaan dan menginginkanagar perusahaan bertindak sesuai dengan harapannya.Pihak-pihak, yang biasa disebut sebagai stakesholders ter-sebut, dapat dikelompokkan dalam dua kategori : internaldan eksternal. Stakesholder di dalam organisasi perusahaanadalah. setiap kelompok atau individual yang dapat mem-pengaruhi ataupun dipengaruhi oleh pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Stakeholders adalah para pihak baik in-ternal (karyawan), maupun para pihak eksternal (peme-rintah, LSM, masyarakat, lingkungan, organisasi pemuda,organisasi sosial, investor, kreditor, kepelanggan, calonpelanggan, supplier dan sejenisnya) (Kasali, 2005).

Pada umumnya ada dua kelompok stakeholders : ke-lompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primerterdiri dari pemilik modal atau saham, kreditor karyawan,pemasok, konsumen, penyalur dan pesaing atau rekanan.Kelompok sekunder terdiri dari pemerintah setempat,pemerintah asing, kelompok sosial, media massa, kelompokpendukung, masyarakat pada umumnya dan masyarakatsetempat. Yang paling penting diperhatikan dalam suatukegiatan bisnis tertentu saja adalah kelompok primer karenahidup matinya, berhasil tidaknya bisnis suatu perusahaansangat ditentukan oleh relasi yang saling menguntungkanyang dijalin dengan kelompok primer tersebut. Yang berartidemi keberhasilan dan kelangsungan bisnis suatu per-usahaan, perusahaan tersebut tidak boleh merugikan satu

Page 196: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

190

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

pun kelompok stakeholders primer di atas. Dengan kata lain,perusahaan tersebut harus menjalin relasi bisnis yang baikdan etis dengan kelompok tersebut: jujur, bertanggungjawab dalam penawaran barang dan jasa, bersikap adilterhadap mereka, dan saling menguntungkan satu samalain. Di sinilah kita menemukan bahwa prinsip etika me-nemukan tempat penerapannya yang paling konkret dansangat sejalan dengan kepentingan bisnis untuk mencarikeuntungan.

Dalam kaitan dengan kelompok sekunder, perlu di-katakan bahwa dalam situasi tertentu kelompok ini bisasangat penting bahkan bisa jauh lebih penting dari ke-lompok primer, dan karena itu bahkan sangat perlu diper-hitungkan dan dijaga kepentingan mereka. Dalam kondisisosial, ekonomi, politik semacam Indonesia, masyarakatsetempat bisa sangat mempengaruhi hidup matinya suatuperusahaan. Ketika suatu perusahaan beroperasi tanpamempedulikan kesejahteraan, nilai budaya, sarana danprasarana lokal, lapangan kerja setempat, dan seterusnya,akan menimbulkan suasana sosial yang sangat tidak kon-dusif dan tidak stabil bagi kelangsungan bisnis perusahaantersebut. Dengan demikian, dalam banyak kasus, per-usahaan yang ingin berhasil dan bertahan dalam bisnisnyaharus pandai menangani dan memperhatikan kepentingankedua kelompok stakeholders di atas secara baik. Dan ituberarti bisnis harus dijalankan secara baik dan etis (Keraf,1998: 89-90).

Tanggung jawab sosial menunjukkan kepedulianperusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak lain secaralebih luas daripada sekadar terhadap kepentingan per-usahaan belaka. Dengan konsep tanggung jawab sosialperusahaan mau dikatakan bahwa kendati secara moraladalah baik bahwa perusahaan mengejar keuntungan,

Page 197: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

191

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

tidak dengan sendirinya perusahaan dibenarkan untukmencapai keuntungan itu dengan mengorbankan kepen-tingan pihak-pihak lain. Artinya, keuntungan dalam bisnistidak mesti dicapai dengan mengorbankan kepentinganpihak lain, termasuk kepentingan masyarakat luas. Bahkanjangan hanya karena demi keuntungan, perusahaan ber-sikap arogan tidak peduli pada kepentingan pihak-pihaklain. Sebaliknya, kendati secara moral dibenarkan bahwaperusahaan memang punya tujuan utama mengejar ke-untungan, keuntungan itu harus dicapai dengan tetapmengindahkan kepentingan banyak orang lain.

Dengan demikian, dalam konsep tanggung jawabsosial dan moral perusahaan mau dikatakan bahwa suatuperusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dankegiatan bisnisnya yang mempunyai pengaruh atas orang-orang tertentu, masyarakat, serta lingkungan di mana per-usahaan itu beroperasi. Maka, secara negatif itu berartisuatu perusahaan harus menjalankan kegiatan bisnisnyasedemikian rupa sehingga tidak sampai merugikan pihak-pihak tertentu dalam masyarakat. Secara positif itu berartiperusahaan harns menjalankan kegiatan bisnisnyasedemik:an rupa sehingga pada akhirnya akan dapat ikutmenciptakan suatu masyarakat yang baik dan sejahtera.Bahkan secara positif perusahaan diharapkan untuk ikutmelakukan kegiatan tertentu yang tidak semata-mata di-dasarkan pada perhitungan keuntungan kontan yanglangsung, melainkan demi kemajuan dan kesejahteraanmasyarakat (Keraf, 1998: 122).

Ada yang menarik tentang permodelan stakeholders,yaitu visualisasi konsep pemangku kepentingan kunci (keystakeholder), antara lain diperkenalkan oleh Fottler (dalamKartini, 2009: 108). Key stakeholder adalah elaborasi tahapawal dari permodelan tersebut, yakni menunjukan stake-

Page 198: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

192

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

holder yang memiliki kekuatan (power) dalam bentuk potensiancaman dan potensi kerjasama bagi perusahaan/organi-sasi. Key stakeholder sangat bersifat kontekstual, sehinggastakeholder kunci bagi suatu perusahaan/organisasi bilajadi bukan merupakan stakeholder kunci bagi perusahaan/organisasi lainnya.

Dalam konteks kemitraan antara Perusahaan, Peme-rintah, dan Lembaga Pendidikan, key stakeholder di-rumuskan secara runtut dan mengacu kepada stakeholderyang dianggap paling penting secara kontekstual bagi ke-mitraan Perusahaan, Pemerintah, dan Lembaga Pendidi-kan, terutama ditinjau dari sisi kepentingan perusahaan,karena kemitraan ini bertujuan untuk memelihara keber-langsungan perusahaan dalam jangka panjang. Perumusantujuan dan program CSR melibatkan berbagai kelompokstakeholder, yang terdiri dari unsur dunia usaha, peme-rintah, lembaga pendidikan dan masyarakat.

Page 199: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

193

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Daftar Bacaan

Abidin, Zainal Said. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta:Yayasan Pancur Siwah.Adi, Isbandi Rukminto.2001. Pemberdayaan, Pengem-

bangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas(Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis.Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

__________. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial, dan IlmuKesejahteraan Sosial. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Ambadar, Jackie, 2008, CSR dalam Praktek di Indonesia, WujudKepedulian dunia usaha, Jakarta, gramedia.

Arif, Sritua. 1998. Teori dan Kebijakan Pembangunan.Jakarta: CIDES.

Barr, Nicholas. 1998. The Economics of The Welfare State.California: Stanford Univeristy Press.

Balza, M. and Radojicic, D. 2004. Corporate Social Responsi-bility and Nongovernmental Organizations. InternationalMaster ’s Programme in Strategy and Culture.Linkoping Universitet.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.

Carlsson, L. & Berkes, F. 2005. Comanagement: concepts andmethodological implications. Jour Env. Man 75: 65-76.

Chapra, U. 1992. Islam and The Economics Challenge. The Is-lamic Foundation. London.

Clrarke, J. 1998. “Corporate Social Reporting: an Ethical Prac-tice, in C. Gowthorpe and J. Blacke, eda, Ethical Issue inAccounting”. Routledg. London

__________. 1995. NGO dan Pembangunan Demokrasi.Yogyakarta: Tiara Wacana.

Page 200: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

194

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Danim, Sudarwan. 2005. Pengantar Studi PenelitianKebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dwidjowijoto, Riant Nugroho. 2006. Kebijakan Publik UntukNegara-Negra Berkembang: Model-Model Perumusan,Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: Gramedia.

Den Hond, Frank , De Baker, Frank G.A & Neergard Peter,2007, Managing Corporate Social Responsibility In ActionTalkin, Doing and Measuring, Ashgate Publishing lim-ited, USA.

Elkington, John, 1998, Cannibals With Forks: The Triple Bot-tom Line in 21st Century Business, Gabriola Island, BC:New Society Publishers.

Etzkowitz, Henry, 2008, The Triple Helix, University-Industri-Government Innovation in Action, Routledge New York.

Farmer, Richard N,& Hugue, W Dickerson 1998, Corporatesocial Resposibility, DC Healt and company, Toronto.

Freeman, E. 1984, Strategic Management A StakeholderApproach, Boston Pitmen Publishing Inc.

Frynas, 2009. Beyond Corporate Social Responsibility, Oil Mul-tinationals and Social Challenges. Cambridge: CambridgeUniversity Press.

Garna, J. K. 1996. Ilmu-ilmu Sosial: Dasar-Konsep-Posisi.Bandung: Program Pascasarjana Unpad.

Goodin, Robert E. 1999. The Real Worlds of Welfare Capital-ism. Cambridge: Cambridge University Press.

Gray, R.H. Owen, D. and Adam, C. 1996. Accounting andAccountability. Hemel Hempstead: Prentics Hall

Hanna, M. G and Robinson, B. 1994. Strategies for CommuniyEmpowerment: Direct-Action and Transformative Ap-proaches to Social Change Practice. New York : The edwinMellen Press.

Page 201: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

195

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Heard, J.E., and Bolce. W.J., 1981.” The Political Significanceof Corporate Social Reporting in The Usa”. Accounting,Organizations and Society, Vol. 6, No. 3 Pp. 54-247

Hopkins, Michail, 2007, Corporate Social Responsibility andInternational Development Is Business the Solution? PenerbitEarthscan,

Ife, Jim dan Tesoriero, Frank, 2008, Community Development,alternatif pengembangan masyarakat di era Globalisasi,(terjemahan) Yogyakarta, Pustaka pelajar.

Jonathan, D. 2004, Wiki Brainstorming and Problem With WikiBased Collaboration, p.6.

Jurnal Mandatory, Politik Kesejahteraan di Tanah Republik,edisi 3/th3/2007.

Kasali, R.. 2005. Manajemen Public Relations. Jakarta. GhaliaIndonesia.

Kartini, Dwi, 2009, Corporate Social Responsibility, TransformasiKonsep sustainability Management Dan Implementasi diIndonesia, Bandung, PT Refika Aditama.

Katz, J.S. and B.R. Martin. 1997. What is research collabo-ration? Research Policy 26: 1-18.

Kerap, A. Sony. 1998. Etika Bisnis,Tuntutan dan Relevansinya,Kanisius. Yokjakarta.

Kotler, Philip and Nancy Lee. 2005. Corporate Social Respon-sibility. New Jersey : John Wiley and Sons, Inc.

Kuper, Adam & Kuper, Jessica, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu sosial(edisi kedua) Jakarta, Raja Grafindo Persada

Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi & PembangunanDaerah. Jakarta: Erlangga.

Kurniawan, Luthfi J & Hesti Puspitosari, Wajah BuramPelayanan Publik, Yappika, 2007

Page 202: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

196

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Kurniawan, Luthfi J, Paradigma Kebijakan Pelayanan Publik,Intrans-MP3 Jakarta, 2008.

Lawrence, A., Weber, J and Post, J. 2005. Business and Society.McGraw-Hill/Irwin. Singapore.

MacPherson, Stewrt. 1987. Kebijakan Sosial di NegaraKetiga. Jakarta: Aksara Persada.

Martanto, Ucup (ed.). 2008. Kebijakan Sosial Kesejahteraan.Yogyakarta: Fisipol UGM.

Marshal, Edward M. 1995. Tranforming The Way of We Work:The Power of the Collaborative Workplace, Amacom, NewYork

Marrewijk, Marcel Van, 2003, Concepts and definitions of CSRand Corporate Sustainability: Beetwen Agency andCommonion.Journal of business ethics 44.

Muhadjir, Noeng. 2004. Metodologi Penelitian Kebijakandan Evaluation Research: Integrasi Penelitian, Ke-bijakan, dan Perencanaan. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Midgley, James, 1995, Social Development, The DevelopmentalPerspektive in Social Welfare, London, SAGE Publica-tion Inc.

Matthews, M.R. 1993. Socially Responsible Accounting. Lon-don: Chapman and Hall.

Morimoto, Ash dan Hope (2004), Corporate Social Responsi-bility Audit: From Theory to Practice, Cambridge: TheJudge Institute of Management, University of Cam.

Memed S. 2001, Pengaruh Akuntansi Sosial terhadap KinerjaSosial dan Keuangan Perusahaan Terbuka di Indonesia.Disertasi Universitas Padjadjaran Bandung

Mursitama, T., Hasan, N., Fadil.M, & Fakhrudin, I. Y.2011, Corporate Social Responsibility (CSR) Di Indonesia,Teori dan Implementasi: Studi kasus Community Develop-ment Riaupulp, Penerbit, Jakarta INDEF

Page 203: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

197

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Nugroho, Heru. 2001. Negara, Pasar dan Keadilan Sosial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Payne, Malcom, 1997, Modern Social Work Theory, McMillan,London.

Prayogo, D. 2011, Socially Responsibility Corporation, PetaMasalah Tanggung Jawab sosial dan PembangunanKomunitas dan migas di indonesia, Jakarta- UI Press

Prianto, Agus .Menakar Kualitas Pelayanan Publik, Intrans,2006.

Ratminto dan Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan,Pustaka Pelajar, 2005.

Ricky W. Griffin & Michael W. Pustay. 2005. InternationalBusiness. New Jersey: Upper Sadle River.

Saidi, Zaim dan Hamid Abidin, 2004., Menjadi bangsapemurah; wacana dan praktek kedermawanan social di In-donesia. Jakarta, Piramedia.

Shera, Wess, 1999, Empowerment Practice In Social Work; De-veloping Richer Conceptual Frame Work, CanadianScholars’ Press Inc, Toronto.

Supomo, Gita, 2004, Corporate Social Responsibility dalamprinsip GCG Forum for Corporate Governance in indonesia,Jakarta

Suharto, Edi, (2007), Pekerjaan Sosial di Dunia Industri:Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan(Corporate Social Responsibility), Bandung: RefikaAditama.

__________, (2007b), Kebijakan Sosial Sebagai KebijakanPublik: Peran Pembangunan Kesejahteraan Sosialdan Pekerjaan Sosial dalam Mewujudkan NegaraKesejahteraan di Indonesia, Bandung: Alfabeta

Page 204: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

198

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Sukada, Sonny, dkk, 2004, Membumikan Bisnis Berkelanjutan:Memahami Konsep &Praktik Tanggung Jawab Sosialperusahaan, Indonesia Business Links

Simarmata, Henry Thomas (ed.). 2008. Negara Kesejah-teraan & Globalisasi: Pengembangan Kebijakan danPerbandingan Pengalaman. Jakarta: PSIK Universi-tas Paramadina.

Siporin, Max. 1975. Intoduction to Social Work Practice. NewYork: MacMilln Publishing.

Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik: PanduanPraktis Mengkaji Masalah dan Kabijakan Sosial.Bandung: ALFABETA.

Suharto, Edi. 2007. Kebijakan Sosial Sebagai KebijakanPublik: Peran Pembangunan Kesejahteraan Sosial danPekerjaan Sosial dalam Mewujudkan Negara Kesejah-teraan (Welfare) di Indonesia. Bandung: ALFABETA.

Sunusi, M. 1998. Agenda Reformasi Pembangunan Sosial.Makalah: Seminar dan Kongres Nasional PekerjaSosial Profesional Indonesia. Jakarta; 18 Agustus.

Suud, Mohammad. 2006. 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial.Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Tiwon, Sylvia Negara adalah Kita,Prakarsa, 2006.Tjokrowinoto, Moeljarto. 2001. Pembangunan Dilema dan

Tantangan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Triwibowo, D., & Bahagijo, S. 2006. Mimpi Negara

Kesejahteraan. Jakarta: Pustaka LP3ES.Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses.

Jakarta: Media Pressindho.Wibisono, Yusuf, 2007, Membedah Konsep dan Aplikasi

Corporate Social Responsibilit, Gresik, PenerbitFascho Publishing

Page 205: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

199

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Winarno, Budi. Pertarungan Negara vs Pasar, MediaPressindo, 2009.

Yakovleva , Natalia , 2005, Corporate Social Responsibility inthe Mining Industry PenerbitPersada, Jakarta, AshgatePublishing limited

Zastrow, Charles (1978) Introduction to Social Welfare Institu-tion Problem; services, and social issues. Homewood,Illinois:The Dorsey Press,

Zen, Patra M. Tak ada Hak Asasi yang di Beri, YLBHI Jakarta,2005.

Page 206: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

200

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Sekilas Tentang Penulis

Oman Sukmana, Lahir di Sume-dang pada tanggal 09 Pebruari 1966.Menempuh pendidikan S1 di FISIPUNPAD Bandung lulus tahun 1991dan S2 Psikologi Sosial Program Pasca-sarjana UNPAD lulus tahun 1997, saatini sedang menempuh studi S3 Sosiologidi UGM. Sejak tahun 1991 menjadi

dosen Kopertis VII Surabaya dpk pada FISIP UMM, pernahmenjadi Sekretaris Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIPUMM (1998-1999), Pembantu Dekan III FISIP UMM (1999-2009), Anggota Panwaslu Kabupaten Malang (2003-2004).Ketua Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP-UMM (2014-2018). Aktif menulis buku dan bahan ajar, kegiatan pene-litian baik internal maupun eksternal, dan melaksanakanberbagai pengabdian pada masyarakat. Buku yang telahditerbitkan antara lain: Etika Profesi Pekerjaan Sosial (UMMPress, 1999), Dasar-Dasar Psikologi Lingkungan (BayuMedia, 2003), Sosiologi dan Politik Ekonomi (UMM Press,2005). Sedangkan bahan ajar yang pernah ditulis antaralain: Psikologi Sosial (2001), Tingkah Laku Manusia danLingkungan Sosial (2002), Metode Pekerjaan Sosial (2006),Psikologi Pariwisata (2007), Bimbingan Sosial Perse-orangan&Kelompok (2008), dan Analisa Statistik sosial(2009). Prestasi yang pernah diraih antara lain sebagaiDosen Berprestasi FISIP UMM tahun 2008.

Page 207: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

201

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Masduki, dilahirkan di Tulung-agung, 15 Pebruari 1966. Saat ini se-dang menempuh pendidikan doktoraldi Fisip Universitas Indonesia. Mantanaktivis mahasiswa ini yang kini akrabdengan mahasiswa dan berperawakansederhana ini pernah menjabat sebagaiPembantu Dekan di Fisip UMM, diLembaga Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat UMM, dan beberapa jabatan struktural lainnyadi Universitas Muhammadiyah Malang. Saat ini selainmengabdi pada almamaternya, khususnya pada programstudi Ilmu Kesejahteraan Sosial, juga banyak aktif melaku-kan penelitian dan pengabdian pada masyarakat melaluiberagam kegiatan seperti community development yang concernpada upaya mendorong keberfungsian sosial masyarakat.

Page 208: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

202

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Abdus Salam S.Sos, M.Si, saat inimenjabat sebagai Ketua LembagaKakian Korupsi STISIP Muhamma-diyah Madiun. Sedangkan pendidikansarjananya diselesaikan di FakultasIlmus Sosial dan Ilmu politik ( FISIP )Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial di

Universitas Muhammadiyah Malang. Sementara S2 nyadiselesaikan di almamater yang sama dengan jurusansosiologi dan konsentrasi sosiologi politik. Semenjak men-jadi Mahasiswa ia telah aktif diberbagai organisasi kemaha-siswaan seperti Himpunan Mahasiswa Jururusan ( HMJ)sebagai ketua Umum 2002-2003 Ikatan Mahasiswa Mu-hammadiyah ( IMM) sebagai ketua umum periode 2003-2004, ketua IMM Cabang Malang Bidang Hikmah 2004-2005, Senat Universitas UMM 2003-2004. Sementara di NonGovernment Organization (NGO) atau kelompok studi Insti-tute For Strengthening Society ( Intrans Institute Malang)sebagai Kepala Departemen kajian dan Riset. Selain itu jugapernah menjabat sebagai Redaktur pelaksana MajalahKorban 2005-2006, yang diterbitkan oleh Malang Corrup-tion watch ( MCW). Di organisasi kepemudaan sekarangmenjadi ketua Bidang politik periode 2010-2015 di PimpinanDaerah Pemuda Muhammadiyah ( PDPM) KabupatenNganjuk. Semenjak tahun 2007-sekarang bekerja menjadiKonsultan Pemberdayaan di PNPM Mandiri Perkotaan.

Page 209: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

203

Perspektif Kebijakan Sosial yang Memberikan ...

Luthfi J. Kurniawan, dilahir-kan di Desa Widoropayung, Kabu-paten Situbondo, Jatim pada No-vember tahun 1970. Alumni IlmuKesejahteraan Sosial FISIP Univer-sitas Muhammadiyah Malang ini,kini aktif sebagai pegiat sosial de-ngan fokus pendampingan masya-

rakat terutama dalam membangun jejaring komunitas-komunitas rakyat untuk mendorong perubahan sosialdalam pemenuhan kesejahteraan rakyat dan keadilansosial. Selain menjabat sebagai Ketua Dewan PengurusPerkumpulan Malang Corruption Watch (MCW), juga men-jabat sebagai Majelis Etik Aliansi Jurnalis IndependenMalang, dan terlibat dalam pendirian Museum HAM dengannama Omah Munir dan hingga saat ini aktif sebagai Sekre-taris Dewan Pengurus Perkumpulan Omah Munir. Saatini juga terlibat di sebuah lembaga riset, kajian dan pengem-bangan masyarakat yang fokus pada penguatan partisipasipolitik rakyat dan evaluasi kebijakan pembangunan dalammeningkatkan kualitas demokrasi lokal serta mendorongkuatnya jaringan kerja masyarakat sipil anti korupsi diJatim.

Adapun sebagian publikasi buku yang telah diterbit-kan baik secara bersama-sama (tim) maupun sendiri yaitu;Menyingkap Korupsi di Daerah, Panduan Praktis Me-mahami APBD, Mengerti dan Melawan Korupsi, Margi-nalisasi Rakyat dalam Penyusunan Anggaran Publik, PetaKorupsi di Daerah, Wajah Buram Pelayanan Publik, Negara,Civil Society dan Demokratisasi, Paradigma KebijakanPelayanan Publik, dan Gerakan Ekstra Parlementer Baru(kontributor), Petaka Politik Pangan di Indonesia, PerihalNegara, Hukum dan Kebijakan Publik serta FilosofiPelayanan Publik.

Page 210: Scanned€by€TapScannereprints.umm.ac.id/63505/19/Sukmana Kurniawan...nya teori Rostow ini dikembangkan tidak pure masalah kepentingan akdemik semata. Lebih dari itu, teori ini lahir

204

Negara Kesejahteraan dan Pelayanan Sosial

Saat ini penulis tinggal di pinggiran sungai Kalimetro,Kota Malang, Jawa Timur, dan bersama dengan koleganyasedang menginisiasi dan memfasilitasi untuk membangunsebuah rumah warga sebagai media belajar dan berbagiuntuk perjuangan kemanusiaan dengan prinsip yang ter-buka, egaliter, setara dan non partisan serta dapat mem-bangun kemandiriannya.