SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

15
DOKUMENTASI Tiga Menteri Dijerat KPK, Prestasi KPK atau SBY? Jumat, 5 September 2014 | 19:40 WIB TRIBUNNEWS / DANY PERMANADua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto (kiri) dan Zulkarnain (tengah) didampingi juru bicara KPK Johan Budi memberikan keterangan kepada wartawan terkait penetapan status tersangka Menteri ESDM Jero Wacik, di Kantor KPK, Jakarta, Rabu (3/9/2014). JAKARTA, KOMPAS.com Tiga menteri aktif dan para elite Partai Demokrat sudah dijerat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, para elite Demokrat justru bangga terhadap SBY yang dianggap mereka tak pandang bulu dalam penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari mempertanyakan sikap bangga Partai Demokrat itu. Pasalnya, kata dia, dijeratnya tiga menteri adalah murni prestasi KPK, bukan pemerintah, apalagi SBY pribadi. (baca: Tiga Menteri Dijerat KPK, Demokrat Justru Bangga kepada SBY) "Penegakan hukum kan tidak ada intervensi, jadi itu prestasi penegak hukum dalam hal ini KPK," kata Eva kepada Kompas.com, Jumat (5/9/2014). Eva menilai, daripada bersikap bangga, lebih baik elite Demokrat prihatin dengan dijeratnya tiga menteri dengan sangkaan korupsi. Tiga orang yang terjerat ketika masif aktif menjabat menteri yakni Jero Wacik (sewaktu menjabat Menteri ESDM), Andi Mallarangeng (sewaktu menjabat Menpora), dan Suryadharma Ali (sewaktu menjabat Menteri Agama).

Transcript of SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

Page 1: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

DOKUMENTASI

Tiga Menteri Dijerat KPK, Prestasi KPK atau

SBY?

Jumat, 5 September 2014 | 19:40 WIB

TRIBUNNEWS / DANY PERMANADua pimpinan Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto (kiri) dan Zulkarnain (tengah) didampingi

juru bicara KPK Johan Budi memberikan keterangan kepada wartawan terkait

penetapan status tersangka Menteri ESDM Jero Wacik, di Kantor KPK, Jakarta,

Rabu (3/9/2014).

JAKARTA, KOMPAS.com — Tiga menteri aktif dan para elite Partai Demokrat

sudah dijerat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada masa pemerintahan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, para elite Demokrat justru bangga

terhadap SBY yang dianggap mereka tak pandang bulu dalam penegakan hukum

dan pemberantasan korupsi.

Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari

mempertanyakan sikap bangga Partai Demokrat itu. Pasalnya, kata dia, dijeratnya

tiga menteri adalah murni prestasi KPK, bukan pemerintah, apalagi SBY pribadi.

(baca: Tiga Menteri Dijerat KPK, Demokrat Justru Bangga kepada SBY)

"Penegakan hukum kan tidak ada intervensi, jadi itu prestasi penegak hukum

dalam hal ini KPK," kata Eva kepada Kompas.com, Jumat (5/9/2014).

Eva menilai, daripada bersikap bangga, lebih baik elite Demokrat prihatin dengan

dijeratnya tiga menteri dengan sangkaan korupsi. Tiga orang yang terjerat ketika

masif aktif menjabat menteri yakni Jero Wacik (sewaktu menjabat Menteri

ESDM), Andi Mallarangeng (sewaktu menjabat Menpora), dan Suryadharma Ali

(sewaktu menjabat Menteri Agama).

Page 2: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

"Ya, harusnya prhatinlah, aku aja prihatin. Orang enggak percaya lagi kepada

parpol kalau begini terus. Mudah-mudahan ini jadi pelajaran bagus bagi

pemerintahan mendatang," ujar Eva.

Hal serupa disampaikan pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,

Ikrar Nusa Bakti. Menurut dia, Demokrat sudah salah menunjukkan sikap jika

bangga terhadap penjeratan tiga menteri oleh KPK.

"Kalau buat saya, tidak bisa seratus persen bangga karena sudah ada tanda tangan

kontrak politik, ada suatu janji, yaitu pakta integritas untuk tidak melakukan

korupsi, tapi dilanggar," ujar Ikrar. (baca: Ini 10 Poin Pakta Integritas

"Penyelamatan" Demokrat)

Demokrat juga, kata dia, tidak bisa terus-menerus memandang kasus korupsi ini

sebagai masalah pribadi kadernya.

"Kita mempertanyakan apa benar kader Demokrat itu korupsi untuk pencitraan

dirinya atau kepentingan partai? Coba itu diinvestigasi," ujarnya.

Sebelumnya, Jero disangka melakukan pemerasan. Menurut KPK, nilai uang yang

diduga diterima Jero sekitar Rp 9,9 miliar. Uang tersebut digunakan untuk

kepentingan pribadi Jero, termasuk pencitraan. Uang itu juga ada yang digunakan

untuk pihak lain.

Setelah dilantik menjadi Menteri ESDM, menurut KPK, Jero meminta besaran

dana operasional menteri (DOM) ditambah. Jero juga diduga memerintahkan anak

buahnya untuk mengupayakan penambahan tersebut.

Salah satu cara yang diperintahkan untuk meningkatkan dana operasional menteri

itu adalah dengan menggelar rapat-rapat yang sebagian besar merupakan rapat

fiktif. Selain itu, ada juga cara berupa pengumpulan dana dari rekanan proyek di

Kementerian ESDM.

Page 3: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

Presiden SBY Terkejut Jero Wacik Jadi Tersangka

Rabu, 3 September 2014 | 20:25 WIB

Politisi Partai Demokrat

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku

terkejut saat mendengar kabar ditetapkannya Menteri ESDM Jero Wacik sebagai

tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Presiden SBY saat ini

masih berada di Singapura.

"Presiden telah mendengar informasi melalui media tentang status tersangka Pak

Jero Wacik yang ditetapkan oleh KPK hari ini. Berita ini membuat Presiden

terkejut," ujar Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha dalam pesan singkat,

Rabu (3/9/2014).

Julian menuturkan, saat ini Presiden belum mengetahui secara persis mengenai

kasus yang menimpa Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat itu. Presiden

SBY yang juga Ketua Umum Partai Demokrat mengaku belum menerima

keterangan tertulis.

"Karena pemberitahuan tertulis belum diterima, maka kami belum dapat

memberikan pernyataan lebih jauh," ucap Julian.

Jero diduga melakukan tindak pidana korupsi dalam bentuk pemerasan terkait

dengan jabatannya sebagai menteri dalam kurun waktu 2011-2012. (Baca: Jero

Wacik Disangka Memeras)

Setelah menjadi Menteri ESDM, Jero diduga mengupayakan perolehan dana

operasional menteri yang lebih besar dari yang dianggarkan. Jero diduga meminta

anak buahnya untuk melakukan beberapa hal agar dana operasional menteri di

Kementerian ESDM bisa lebih besar.

Page 4: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

Ini Alasan SBY Terkejut Jero Jadi Tersangka

Kamis, 4 September 2014 | 17:15 WIB

rusman/presidenri.go.idPr

esiden Susilo Bambang Yudhoyono

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kaget

begitu mengetahui penetapan Menteri ESDM Jero Wacik sebagai tersangka oleh

Komisi Pemberantasan Korupsi. Keterkejutan SBY itu dilatari karena selama ini

ia tak pernah mendapat informasi bukti kuat soal keterlibatan Jero dalam kasus

korupsi.

"Beliau (SBY) terkejut karena selama ini beliau mendapat laporan bahwa tidak

ada arah kuat untuk Jero kemudian ditetapkan tersangka," ujar Juru Bicara

Presiden Julian Aldrin Pasha di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis

(4/9/2014).

Saat pengumuman

tersangka oleh KPK, Rabu (3/9/2014), SBY tengah berada di Singapura.

Julian mengatakan, Presiden SBY akan mengikuti perkembangan kasus yang

menjerat Jero. Dia menuturkan, pada saatnya, Jero akan menghadap Presiden.

"Saya belum tahu kapan," kata dia.

Saat ditanya apakah kemungkinan Presiden bertemu Jero pada malam nanti, Julian

mengaku tidak tahu. (baca: Malam Ini, SBY Panggil Menteri-menteri ke

Cikeas)

"Karena nanti malam itu soal internal Partai Demokrat," ujarnya.

Jero disangka melakukan pemerasan. Menurut KPK, nilai uang yang diduga

diterima Jero sekitar Rp 9,9 miliar. Uang tersebut digunakan untuk kepentingan

pribadi Jero, termasuk pencitraan. Uang itu juga ada yang digunakan untuk pihak

lain.

Page 5: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

Setelah dilantik menjadi Menteri ESDM, menurut KPK, Jero meminta besaran

dana operasional menteri (DOM) ditambah. Jero juga diduga memerintahkan anak

buahnya untuk mengupayakan penambahan tersebut.

Salah satu cara yang diperintahkan untuk meningkatkan dana operasional menteri

itu adalah dengan menggelar rapat-rapat yang sebagian besar merupakan rapat

fiktif. Selain itu, ada juga cara berupa pengumpulan dana dari rekanan proyek di

Kementerian ESDM.

Dua Kali ke Luar Negeri, Dua Menteri Presiden SBY Jadi Tersangka

Korupsi

Kamis, 4 September 2014 | 21:19 WIB

KOMPAS

IMAGES/DHONI SETIAWANPresiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil

Presiden Boediono beserta jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II berfoto

usai pelantikan di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (22/10).

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa

kali melakukan kunjungan kerja ke luar negeri untuk tugas kenegaraan. Namun,

dalam dua kali kunjungannya itu, dua kali pula menteri di kabinetnya ditetapkan

KPK sebagai tersangka.

Sebut saja Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik yang baru saja

ditetapkan KPK sebagai tersangka dalam kasus pemerasan untuk menambah dana

operasional menteri (DOM) dan pengadaan proyek tahun 2011-2013. KPK

menilai korupsi Jero melebihi Rp 9,9 miliar. (Baca: KPK Tetapkan Jero Wacik

Tersangka)

Ketika Jero ditetapkan sebagai tersangka, Presiden SBY sedang dalam kunjungan

kerja ke Singapura. Lantaran tidak berada di Tanah Air, SBY pun mengaku

terkejut mendengar kabar itu. (Baca:Presiden SBY Terkejut Jero Wacik Jadi

Tersangka)

Page 6: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

Tak ayal, sepulangnya dari Singapura, Kamis (4/9/2014), SBY berencana

membahas "nasib" Jero di Kabinet Indonesia Bersatu II dalam Sidang Kabinet

Paripurna keesokan harinya, Jumat (5/9/2014). Jero pun mengaku sudah

mempersiapkan surat pengunduran dirinya dalam kabinet.

Tak hanya Jero, publik tentu tidak lupa mengenai penetapan status Menteri

Agama Suryadharma Ali pada 22 Mei 2014. Ia ditetapkan sebagai tersangka

dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa haji pada

tahun 2012-2013.

Sama seperti Jero, Suryadharma pun ditetapkan KPK sebagai tersangka ketika

Kepala Negara sedang berkunjung ke Manila. Ketika itu SBY baru mengetahui

kabar pembantunya itu jadi tersangka. (Baca: Masih di Manila, Presiden Belum

Tahu Penetapan Tersangka Suryadharma Ali).

Suryadharma tidak langsung mengundurkan diri sebagai Menteri Agama. Ketika

menemui SBY di Istana Bogor, ia hanya menyerahkan persoalan tersebut kepada

SBY. (Baca: Bertemu Presiden, Suryadharma Mengundurkan Diri sebagai

Menag)

Pasca-penetapan menjadi tersangka, para menteri itu belum langsung mengajukan

pengunduran dirinya lantaran Kepala Negara sedang tidak di Tanah Air. Mereka

baru menghadap Presiden keesokan hari setelah Presiden tiba.

Selain memiliki kesamaan itu, para menteri yang ditetapkan sebagai tersangka

oleh KPK pada saat Presiden sedang berada di luar negeri adalah mereka sama-

sama petinggi partai politik pendukung pemerintahan SBY. Jero adalah Sekretaris

Majelis Tinggi Partai Demokrat dan Suryadharma masih tercatat sebagai Ketua

Umum Partai Persatuan Pembangunan.

Nasib berbeda dialami Andi Mallarangeng, ia ditetapkan tersangka dalam

kasus dugaan korupsi pengadaan sarana dan prasarana olehraga di Hambalang,

Bogor, Jawa Barat, pada 6 Desember dua tahun lalu. Ketika itu, Andi masih

tercatat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga. (Baca: KPK Tetapkan Andi

Mallarangeng Tersangka Hambalang)

Ketika Andi ditetapkan sebagai tersangka, SBY sedang berada di tanah air. Ia pun

sehari kemudian langsung menghadap SBY dan mengajukan pengunduran diri.

Page 7: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

Jelang Akhir Jabatan, SBY Canangkan Program 100 Hari Terakhir

Jumat, 11 Juli 2014 | 19:11 WIB

Shares

KOMPAS.com/Icha RastikaPresiden Susilo Bambang Yudhoyono saat

memimpin sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuat

program 100 hari terakhir menjelang penghujung periode pemerintahannya. Di

dalam program 100 hari terakhir itu, Presiden SBY menargetkan menyelesaikan

masalah kelistrikan dan minerba.

"Berkaitan dengan program 100 hari terakhir, saya mengajak tuntaskan pekerjaan

kita di sini, pilpres dan pileg sudah selesai. Oleh karena itu, menteri-menteri saya

berharap kembali aktif dan kembali aktif melanjutkan tugasnya," ujar SBY di

kantor presiden, Jumat (11/7/2014).

SBY mengungkan UKP4 akan mendata pekerjaan rumah pemerintah yang

diprioritaskan dan agenda kementerian. UKP4 bersama Bappenas juga akan

menentukan apa yang akan dilakukan.

"Saya mengingatkan banyak orang bilang ini masa transisi, baik presiden dan

kabinet. Tetapi justru kita harus melakukan tugas yang ada, ingat pakta integritas

agar saya bisa menyerahkan kepada presiden yang akan datang dengan kondisi

baik," ucap SBY.

Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung menjabarkan dalam program

100 hari terakhir, Presiden SBY ingin menyelesaikan masalah kelistrikan,

minerba, migas, dan infrastruktur.

Page 8: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

"Percepatan proyek-proyek infrastruktur, soal sistem logistik nasional, soal

pelabuhan, bandara dan sebagainya. Kan itu sebelum diminta sudah kita lakukan

semua," kata SBY.

Jabat Tangan SBY dengan Jokowi di Gedung DPR

- detikNews

(Foto: Setpres/ Abror Rizki)

Jakarta - Jumat 15 Aug 2014, 12:53 WIB

Hari ini adalah momen penting Presiden SBY, sebab menjadi masa terakhir

baginya untuk membacakan pidato kenegaraan menyambut HUT ke-69 RI di

gedung DPR/MPR. Kehadiran SBY di gedung parlemen disambut para pimpinan

lembaga tinggi negara, termasuk juga Jokowi yang berkapasitas sebagai Gubernur

DKI Jakarta.

SBY menyalami Jokowi di sisi luar Gedung MPR-DPR, Senayan, Jumat

(15/8/2014) usai SBY berpidato. SBY yang berjas hitam, berkemeja putih dan

berdasi ungu menyalami Jokowi yang berjas hitam, berkemeja putih dan berdasi

merah. Momen ini disaksikan oleh Ketua DPR Marzuki Alie yang selama ini

dikenal sebagai pendukung Prabowo-Hatta.

SBY tampak menyodorkan tangan kanan dan digenggam Jokowi dengan kedua

tangannya. Sedangkan tangan kiri SBY memegang lengan kanan Jokowi.

Page 9: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

Keduanya tampak tersenyum.

Ini merupakan pertemuan paling mutakhir keduanya setelah pertemuan di Istana

Kepresidenan dalam acara buka puasa bersama bulan lalu. Kala itu selain Jokowi

dan JK, hadir juga Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Jokowi juga bertamu ke

kediaman SBY saat Iduf Fitri 1 Syawal lalu.

Dalam pidatonya hari ini, SBY menyebut nama Jokowi-JK sebagai peserta Pilpres

2014 yang ditetapkan KPU sebagai presiden-wapres terpilih. Penyebutan ini

disambut tepuk tangan meriah hadirin. SBY harus berhenti berpidato sejenak

untuk memberi waktu hadirin menyelesaikan tepuk tangannya. Setelah itu SBY

melanjutkan tentang sidang gugatan yang sedang berlangsung di MK.

Perubahan di Akun Media Sosial SBY dan Ibu Ani Setelah Lengser

- detikNews Selasa 21 Oct 2014, 10:39 WIB

Jakarta - Sudah bukan rahasia lagi, SBY dan Ibu Ani adalah tokoh yang melek

terhadap dahsyatnya media sosial. Mereka adalah pengguna aktif Twitter dan

Instagram, yang dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan rakyat. Kini setelah

lengser dari Istana Presiden, ada yang berubah di media sosial mereka.

Seperti yang terlihat dalam Twitter @SBYudhoyono yang memiliki follower

5.74000.000, Selasa (21/10/2014) pukul 10.30 WIB. Info profil SBY bertuliskan.

"Akun Resmi Presiden Ke-6 RI (2004-2014) Susilo Bambang Yudhoyono.

Page 10: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

Dikelola oleh Staf Pribadi. Twit dari Susilo Bambang Yudhoyono ditandai

*SBY*".

Sebelumnya, saat menjabat sebagai presiden, SBY menulis info profil. "Akun

resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dikelola oleh staf khusus Presiden

Republik Indonesia. Twit dari Presiden ditandai *SBY*.

Sementara di akun Instagram Ibu Ani yang memiliki follower 723.962 itu, tertulis

profil yang menggambarkan kebahagiaan karena bisa memiliki waktu lebih

banyak untuk melakukan hobi dan berkumpul dengan keluarga.

"Alhamdulillah, now I have more time for my lovely family, photography, and

gardening," tulis Ibu Ani di profil Instagramnya.

Sebelumnya, profil perempuan yang bernama lengkap Kristiani Herawati itu

bertuliskan “Akun resmi Ibu Negara Republik Indonesia. Semua foto adalah hasil

bidikan Ibu Negara, kecuali foto-foto aktivitas Ibu Negara."

Minggu 28 Sep 2014, 06:39 WIB

Laporan Dari Washington, DC

SBY: Saya Sangat Membatasi Kunjungan ke Luar Negeri

- detikNews

Page 11: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

Washington, DC - Presiden SBY membantah tudingan pihaknya boros anggaran

dalam kunjungan-kunjungannya ke luar negeri. Yang benar, kata SBY, dirinya

malah sangat membatasi untuk menghadiri forum-forum internasional. Kunjungan

ke luar negeri selama ini hanya sepertiga dari banyaknya undangan yang meminta

presiden hadir.

"Saya sangat membatasi. Kalau saya harus ikuti summit dan undangan-undangan,

itu akan sangat banyak. Yang saya datangi hanya sepertiganya," kata Presiden

SBY dalam jumpa pers di Hotel Willard Intercontinental, Washington, DC, Sabtu

(27/9/2014). Presiden menanggapi hal ini saat ditanya tentang tudingan SBY tidak

hemat dalam melakukan kunjungan luar negerinya.

Presiden SBY mengaku tidak mungkin tidak hadir di KTT Asean, begitu juga di

KTT East Asia Summmit. SBY juga tidak mungkin absen di KTT APEC dan

KTT G20, karena Indonesia memang dari awal ikut menggagasnya. "Saya juga

tidak mungkin untuk tidak hadir di KTT OKI (Organisasi Konferensi Islam) dan

Sidang Majelis Umum PBB," tegas SBY.

Selama ini, kehadiran Indonesia dalam forum-forum itu sangat efektif. Sebagai

contoh, tahun 2007 saat Retreat COP Copenhagen yang nyaris gagal, dengan

keterlibatan Indonesia, maka target yang diharapkan juga tercapai. "Saat saya

hadiri KTT G-20, saat itu ada usulan agar ada serangan ke Suriah, tapi kita

berpendapat bahwa cara yang paling tepat menyelesaikan masalah adalah

gencatan senjata yang diawasi PBB. Alhamdulillah akhirnya tak dilakukan

serangan militer ke Suriah," kata SBY.

Menurut SBY, sebenarnya tugas-tugas internasional juga penting. "Boleh saja

urusan luar negeri diletakkan setelah tugas-tugas nasional/dalam negeri. Tapi

foreign policy (kebijakan luar negeri-red) merupakan kelanjutan dari urusan

dalam negeri. Ini harus dibaca utuh dan ini ada di UUD," jelas SBY.

"Jadi, kami sangat-sangat selektif. Untuk masa yang akan datang, terserah dengan

Presiden yang yang akan datang, mana forum-forum internasional yang akan

dihadiri. Tapi secara pribadi saya sampaikan, sebaiknya Presiden hadir di forum-

forum tersebut," imbuh SBY.

Tentang penghematan anggaran, SBY sudah melakukan penghematan pada dua

periode kepemimpinannya. "Ini manajemen, bukan pencitraan. Hati-hati dalam

memaknai penghematan. Dalam tugas ini ada tujuan yang harus dicapai. Jadi,

saya mengutamakan efektif dan efisien. Jangan sampai membabi buta, tapi tujuan

tidak tercapai. Saya sangat mendukung penghematan," ujar SBY.

Tentang pesawat kepresidenan, Presiden SBY menegaskan, yang akan lebih

Page 12: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

banyak menggunakan pesawat ini adalah presiden selanjutnya. Pembelian pesawat

ini juga bagian dari penghematan. "Kalau sewa pesawat Garuda cost-nya sangat

tinggi. Karena itu, kita pilih pesawat yang bisa mendarat di mana saja di

Indonesia, tapi juga bisa untuk terbang ke kawasan Asean," jelas SBY.

Mengenai ada dorongan agar presiden mendatang menjual saja pesawat

kepresinenan agar lebih efisien, Presiden menjual mempersilakan pemerintahan

baru nanti. "Kalau mau menjual, kalau memang untuk tujuan yang baik, ya

monggo saja. Kita serahkan masa depan Indonesia kepada pemerintahan yang

baru," kata SBY.

Tidak Mau Menggurui Jokowi

Saat diminta menyampaikan pesan dan resep kepada Presiden terpilih Jokowi

terkait dengan forum-forum internasional, Presiden SBY tidak bersedia. "Saya

yakin Pak Jokowi dan pemerintahan yang akan datang punya visi dan resep untuk

meningkatkan hasil yang sudah tercapai selama ini. Kalau saya kasih resep, nanti

tidak bagus, seolah-olah saya menggurui," ujar SBY.

Tapi SBY sudah menyampaikan kerjasama-kerjasama internasional yang selama

ini dilakukan pemerintahannya kepada Jokowi. "Agendanya apa, ke depan seperti

apa, jajaran Kemlu sudah sampaikan ke Tim Transisi. Sebab diplomasi ini sangat

menunjang kepentingan dalam negeri," kata SBY.

Page 13: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

Kamis 04 Sep 2014, 12:10 WIB

3 Menteri KIB Jadi Tersangka, PD: Itu Komitmen SBY Memberantas Korupsi

- detikNews

Jakarta - Tiga menteri dalam kabinet pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

(SBY) ditetapkan sebagai tersangka dugaan korupsi. Wakil Ketua Umum Partai

Demokrat Nurhayati Ali Assegaf menegaskan justru hal ini menunjukkan

komitmen SBY sebagai presiden yang peduli dengan pemberantasan korupsi.

"Mana ada di era siapa ada tiga menteri aktif menjadi tersangka? Tidak ada

intervensi pemerintah. Pemerintah bisa saja mengatakan kenapa harus diperiksa

menteri saya itu kalau presiden berkeinginan. Tapi karena konsistensi

pemerintahan SBY, sehingga di zaman siapa ada tiga menteri aktif jadi tersangka

karena komitmen beliau," ujar Nurhayati di Gedung DPR, Senayan, Jakarta,

Kamis (4/9/2014).

Dia pun meminta agar masyarakat dan media bisa bersikap obyektif dalam kasus

Jero Wacik. Menurutnya, adanya tiga menteri jadi tersangka bukan berarti

kesalahan SBY dalam memilih menteri. Dia pun berharap agar pemerintahan

Jokowi-JK bisa memiliki komitmen yang sama dengan SBY dalam

pemberantasan korupsi.

"Masyarakat dan media harus bisa melihat. Ini karena komitmen beliau dalam

korupsi. Jadi, kita tunggu komitmen pemerintahan berikutnya. Jadi, bukan

ketersengajaan memilih," kata Anggota Komisi I DPR itu.

Nurhayati juga berharap opini tersangka korupsi selalu Partai Demokrat pun bisa

Page 14: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

diubah. Menurutnya, sebagai partai yang serius mendukung pemberantasan

korupsi, Demokrat punya tekad dalam persoalan ini.

"Kami berharap tidak terus menerus Demokrat. Karena kami yang mendukung

pembernatasan korupsi baik dalam anggaran maupun penegakan hukum. Kami

tidak pernah ada intervensi. Kami ingatkan banyak kasus tidak hanya dari partai

Demokrat," ujar Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR itu.

Lantas, bagaimana dengan pengganti Jero Wacik sebagai anggota dewan nanti?

Dia mengatakan kalau persoalan itu adalah wewenang KPU dengan mengacu

suara terbanyak setelah Jero Wacik di daerah pemilihannya.

"Itu KPU. Suara terbanyak kita akan tanyakan siapa suara terbanyak setelahnya.

Kalau running text tetap akan dilantik. Kalau ranah Partai Demokrat jelas ada

pakta integritas. KPU juga punya kekuatan hukum. Jangan terus menerus

dikaitkan dengan Partai Demokrat," sebutnya.

Adapun tiga menteri dalam kabinet pemerintahan SBY yang sudah dtetapkan

sebagai tersangka dugaan korupsi oleh KPK adalah Andi Mallarangeng (Menteri

Pemuda dan Olahraga), Suryadharma Ali (Menteri Agama) dan Jero Wacik

(Menteri ESDM).

Jumat 11 Jul 2014, 16:21 WIB

Program 100 Hari Terakhir, SBY Minta Para Menteri Tuntaskan Tugasnya

- detikNews

Page 15: SBY dalam Bingkai Media Kompas.com dan Detik.com: analisis ...

Jakarta - Presiden SBY bersama menteri di Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II

akan segera mengakhiri masa jabatannya pada Oktober 2014 mendatang. Jelang

berakhirnya masa jabatan tersebut, SBY membuat program 100 hari terakhir

kabinet.

"Berkaitan dengan program 100 hari terakhir, saya mengajak tuntaskan pekerjaan

kita, pilpres dan pileg sudah selesai. Oleh karena itu menteri saya berharap

kembali aktif dan kembali aktif melanjutkan tugasnya," ujar SBY dalam sambutan

sidang kabinet paripurna di kantornya, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Jumat

(11/7/2014).

SBY juga meminta UKP4 menyiapkan apa agenda dan pekerjaan rumah

pemerintah dan para menteri. SBY meminta ada tiga hingga lima hal penting

dalam RKP dan APBNP 2014 yang menjadi priorotas program.

"Dari situ UKP4 dan kepala bappenas akan menentukan apa yang akan dilakukan.

Dan dilaporkan kepada saya dan wapres dan saya akan meneruskan kepada

seluruh menteri," tuturnya.

"Saya mengingatkan banyak orang bilang ini masa transisi, baik presiden dan

kabinet. Tetapi justru kita harus melakukan tugas yang ada, ingat pakta integritas.

Agar saya bisa menyerahkan kepada presiden yang akan datang dengan kondisi

baik dan memberikan informasi yang lengkap," lanjutnya.